I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah alat mencari kebenaran dari berbagai fenomena,mempertahankan atau berdiri netral dari filsafat f ilsafat lain, memberi pengertian tentang hidup, memberikan ajaran tentang moral dan etika,menjadi inspirasi dan pedoman untuk berbagai aspek kehidupan (Suaria suamtri, 2001). Keberadaan filsafat menjadi hajat vital bagi hidup manusia . Apalagi yang dikajinya tidak sekedar mencerminkan masa dimana kita hidup, tapi juga membimbing kita selalu maju. Karena fungsi filsafat adalah kreatif menetapkan nilai, menempatkan tujuan, menentukan arah dan menuntun ke jalan baru . Di sinilah filsafat berfungsi sebagai penyelamat manusia dari kesesatan hidup dalam menghadapi pengaruhpengaruh kemajuan dan gaya hidup matrealisme
sehingga
manusia
mampu
melepaskan
kungkungan
kegelisahan
dan
ketidakbenaran hidup . Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang c abang filsafat yang telah banyak digunakan oleh para pakar akuntansi untuk mengembangkan dalam bidang teori akuntansi . Perkembangan pemikiran akuntansi dan teori akuntansi sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi dasar yang digunakan. Davis et al (1982) mengklasifikasikan pemikiran akuntansi bersadarkan empat images, yang memberlakukan akuntansi sebagai “a historical record, a current economic reality, an system dan a commodity” . Sedangkan Morgan (1980) menggunakan pendekatan sosiologi yang dikembangkan oleh Burrell and Morgan, dimana pemikiran akuntansi terdiri dari empat paradigma realitas sosial, yakni functionalist, interpretative, radical humanist dan radical structuralist paradigma. Permasalahan perkembangan ilmu akuntansi banyak muncul karena ilmu akuntansi merupakan kategori ilmu sosial yang bergerak dinamis mengikuti perkembangan lingkungan sosial, dimana ilmu tersebut diterapkan . Saat ini banyak kejadian yang berpengaruh besar terhadap akuntasi keuangan dan pelaporan. Salah satunya adalah adanya kasus Enron Corp . Enron memanipulasi laporan keuangannya melalui pembentukan Special Purpose Entities (SPE) . Dalam kasus ini akhirnya investor kehilangan kepercayaan dan Enron mengalami kebangkrutan pada Desember 2001 . Kecurangan besar lain yang terungkap adalah kecurangan di WordCom Inc melalui kasus overstate-nya, overstate-nya, laba yang timbul akibat kapitalisasi perbaikan jaringan dan biaya lain yang seharusnya dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi . Perusahaan ini pada akhirnya
1
mengalami kebangkrutan pada tahun 2002 dan merugikan berbagai banyak pihak . Kasus-kasus di atas selain mengakibatkan kerugian material, juga mengakibatkan jatuhnya pamor akuntansi dan profesi yang terkait. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengembalikan serta meningkatkan nilai dan martabat ilmu akuntansi, dalam pengembangan, akuntansi sebagai ilmu cabang tidak boleh dilepaskan dari filsafatnya. Filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat lahir sebagai jawaban (klarifikasi) untuk menjelaskan bahwa temuan-temuan pada cabang ilmu memberikan implikasi pada kehidupan manusia . Filsafat ilmu diharapkan dapat mengembalikan akuntansi pada hakikatnya serta berkembang sesuai harapan, dan tata nilai hakiki yang dimilikinya. Filsafat dapat dikatakan sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya dan dijadikan sebaai arah kehidupan . Ilmu filsafat menggambarkan sesuatu yang secara struktural mempunyai objek . Filsafat ilmu, dalam ruang lingkup makro, menjadi dasar dari filsafatfilsafat lain, misalnya filsafat kedokteran, filsafat hukum, akuntansi dan lain-lain. Filsafat ilmu membahas empat bidang, yaitu : 1) ontologi, yang membahas hakikat ilmu pengetahuan; 2) epistemologi sebagai sumber, sarana, tatacara, dan tolok ukur pengetahuan ilmiah .; 3) aksiologi yaitu tata nilai yang seharusnya ditaati ketika mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan; 4) strategi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tinjauan filosofis diharapkan mampu melihat dan menghayati permasalahan yang dihadapi akuntansi secara utuh dan total, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut secara arif .
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah yaitu “Apa manfaat belajar filsafat ilmu bagi pengembangan karir dan profesi akuntan?”
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat belajar filsafat ilmu bagi pengembangan karir dan profesi akuntan.
2
II. PEMBAHASAN 2.1 Pandangan Filsuf Michael Foucalt
Foucalt adalah seorang filsuf sekaligus teoritisi post-strukturalis yang mengkaji sejarah dengan menggunakan pendekatan arkeologi dan genealogi . Selain membahas struktur-sturktur episteme, rezim kebenaran yang dominan dalam setiap masa . Arkeologi dalam pemikiran Foucalt dipahami sebagai sarana analisis kritis untuk membongkar relasi antara kuasa dan pengetahuan dalam wacana . Ia menggunakan istilah wacana ini untuk menjelaskan cara berpikir dan bertindak yang berbasis pengetahuan (Jones, 2009). Foucalt memandang kekuasaan tidak seperti kaum Weberian, yakni kemampuan subjektif untuk mempengaruhi orang lain . Kekuasaan tidak pula dimaknai seperti kaum Marxian sebagai artefak material yang dapat dikuasai dan digunakan oleh kelas tertentu (boujuis) untuk mendominasi dan menindas kelas lain (proletar) . Penggunaan konsep filosofis Foucauldian dalam studi sejarah akuntansi disebut sebagai paradigma postmodern yaitu studi sejarah akuntansi
dengan menggunakan konsep yang
disampaikan oleh Michael Foucault, yaitu konsep kekuatan-pengetahuan (power-knowledge) (Sukoharsono, 1993) . Konsep power-knowledge dalam melakukan studi sejarah akuntansi ini adalah melihat bagaimana akuntansi muncul dan eksis dalam organisasi maupun dalam masyarakat sebagai suatu kekuatan disipliner (disciplinary power), yaitu kekuatan yang dapat membentuk (constitutive) perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial . Sebagai contoh adalah bagaimana satuan mata uang (currency unit) sebagai media transaksi maupun sebagai media penilaian yanag digunakan sejak Peradaban Yunani pada abad ke 7 SM tetap bertahan hingga sekarang. Ilmuwan akuntansi seperti Marquior (1985) dan Poster (1984) (dalam Sukoharsono, 1998a) mengakui bahwa pendekatan Foucauldian ini merupakan pendekatan baru dalam st udi sejarah akuntansi, dimana pendekatan ini tidak berusaha untuk menyajikan gambaran sejarah akuntansi secara lengkap dan kronologis dalam suatu periode, melainkan menguraikan sejarah akuntansi di masa lalu dengan cara mempelajari bagaimana masa lalu itu berbeda, terlihat aneh, serta memberikan pengaruh yang kuat . Perspektif Foucauldian dalam studi atas sejarah akuntansi telah membuka pikiran peneliti akuntansi untuk memandang akuntansi tidak hanya dari satu sudut pandang, tetapi melihatnya sebagai fenomena sosial , politik, dan ekonomi yang kompleks. Loft (1986, dalam Sukoharsono, 1998a) berpendapat bahwa hendaknya proses awal lahirnya akuntansi tidak semata dipandang sebagai tehnik untuk mengumpulkan dan 3
menyajikan data keuangan untuk kepentingan pengambilan keputusan, melainkan sebagai kekuatan yang membentuk (constructive) kehidupan sosial masyarakat . Sejalan dengan konsep power-knowledge tersebut kami memahami bahwa akuntansi dapat menjadi kekuatan yang membentuk perilaku masyarakat dalam kehidupan sosialnya, sehingga pada gilirannya akan menjadi kekuatan yang memberikan peran signifikan dalam pembangunan suatu peradaban (Kurrohman dan Maradonna, 2008)
2.2 Pandangan Filsuf Lyotard
Jean-Francois Lyotard (1984) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat. Kerangka pemikirannya menggabungkan antara Marxis dan Psikoanalisis Freud. Pemikiran Postmodernnya 7 berkembang setelah melihat kenyataan sejarah hilangnya daya pikat seperti perjuangan sosialisme, runtuhnya komunisme, melihat gagalnya modernitas, kejadiankejadian “Auschwitch” yang tak terfahami secara rasional, modernitas dalam kesatuan ideal yang menjadi terpecah dan berlanjut 10 tahun setel ah buku pertamanya tentang Postmodernisme yang terbit 1986 . Jean-Francois Lyotard menyatakan pengetahuan yang dilahirkan filsafat postmodern ditandai oleh runtuhnya kebenaran yang dilahirkan sains, runtuhnya rasionalitas dan objektivitas yang kemudian digantikan oleh prinsip delegtimasi, disensus, serta paralogi . Post modernisme adalah aliran filsafat yang menggugat watak modernisme lanjut yang dinilai monoton, positivistik, rasionalistik dan teknosentris . Dalam pandangan filsafat postmodern, kemajuan teknologi dinilai justru hanya melahirkan perang total, totalratriisme dalam berbagai bentuk, kesenjangan yang makin lebar antara Utara kaya dan Selatan yang miskin, pengangguran dan krisis pendidikan tinggi (Berterns, 2006:388) . Titik tolak berkembangnya masyarakat postmodern adalah masyarakat komputerisasi yakni masyarakat di era post industrial adalah sebutan yang diberikan Lyotard untuk menunjuk gejala perkembangan masyarakat Barat di era revolusi informasi yang dikuasai teknologi informasi dan cybernetika menuju ke tahap the information technology era . Dengan hadirnya teknologi informasi yang makin canggih, menurut Lyotard (2009) prinsip produksi, konsumsi dan transformasi yang berkembang di masyarakat post industrial telah mengalami revolusi yang sangat radikal . Penggunaan tenaga manusia yang makin terbatas pada sekotro ekonomi, pelipatan ruang dalam dunia telekomunikasi yang makin meniadakan hambatan ruang dan waktu, percepatan pengolahan data dan informasi yang 4
mampu mengubah bahkan memmanipulasi realitas sosial yang nyata dan tidak nyata menjadi makin baur, penyebaran pengetahuan dan kekuasaan secara pervasive, adalah beberapa konsekuensi dari perkembangan teknologi informasi yang tidak terhindarkan di era masyarakat postmodernitas, yang pada akhirnya melahirkan berbagai perubahan baru yang luar biasa . Oleh karena itu dengan berkembangnya teknologi informasi yang makin canggih dapat memberi manfaat bagi profesi akuntan. Yang dahulu para akuntan/accounting menjalankan tugasnya secara manual, namun di era postmodern ini banyak program-program komputerisasi yang dapat membantu pekerjaan para akuntan/accounting . Contohnya adanya program accurate, mayob dan program lainnya dapat membantu profesi accounting dalam melakukan pembukuan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan . Adanya program online dari direktorat jenderal pajak seperti e-faktur, e-SPT, e-Biling, dan lain sebagainya juga dapat membantu profesi accounting yang berkaitan tentang perpajakan dalam melaporkan kewajiban kepada negara. Selain itu juga Badan Pemeriksa Keuangan juga membuat program e-audit yang fungsinya untuk membantu proses pemeriksaan laporan keuangan instansi-instansi pemerintah secara online dan komputerisasi. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang mana penyelesaian pekerjaan yang dulunya membutuhkan waktu yang cukup lama menjadi cepat selesai, lebih efisien dan efektif dalam melakukan pekerjaannya. Secara moral, posmodernisme mempunyai kewajiban untuk melakukan dekonstruksi, dalam arti memasukkan “sang lain” ke dalam orbit wacana yang sedang dominan. “Sang lain” di sini adalah “hati nurani”. Hati nurani adalah sebuah locus yang dapat memberi sinyal-sinyal kepada “diri” manusia bahwa apa yang akan dilakukan oleh dia adalah baik (atau buruk) dan benar (atau salah). Dengan kata lain, hati nurani adalah t empat bertanya apakah tindakan yang akan dilakukannya itu sesuai dengan fitrah kemanusiaannya yang sejati atau tidak . Hati nurani dimiliki setiap manusia, mempunyai sifat untuk selalu cenderung kepada kebenaran . Untuk mengasah ketajaman dan kepekaan fungsi dari hati nurani ini bisanya dalam ajaran agama, selalu diasah dengan melakukan ibadah-ibadah ritual dan kontemplasi esoteris yang sangat intens. Ketajaman dan kepekaan hati nurani ini bergantung pada keseriusan usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan . Hati nurani, jika dipahami lebih mendalam, merupakan “api” yang memancarkan cahaya etika dari dalam “diri” manusia . Ketika api ini padam, maka lenyap pulalah cahaya etika yang memancar dari kalbu. Dan ketika cahaya etika 5
ini lenyap dari “diri” seseorang, maka lenyap pulalah praktik kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada nilai-nilai etika. Oleh karena itu, di sinilah sebetulnya letak pentingnya memasukkan hati nurani sebagai “sang lain” ke dalam wacana kehidupan sehari-hari. Jadi, secara ideal, setiap manusia harus mampu menghidupkan nyala api etika yang ada dalam dirinya, termasuk “diri” akuntan . “Diri” akuntan yang posmodern adalah “diri” yang memiliki api etika, yang dengan api ini ia mampu menginteraksikannya dengan rasio . Sehingga dengan interaksi ini (interaksi antara hati nurani dan rasio) akhirnya akan diperoleh “wujud konkret etika” yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wujud konkret etika di sini tidak lain adalah ilmu pengetahuan, apapun wujud dari ilmu pengetahuan tersebut, termasuk akuntansi. Tegasnya, hati nurani adalah bersemayam dalam diri seseorang, yang dengan ketajaman dan kepekaannya selalu berusaha untuk berinteraksi dengan, dan memberikan pegangan etis kepada rasio dalam mengarahkan setiap aksi konkret (tindakan nyata) maupun abstrak (yaitu, mengonstruk ilmu pengetahuan) . Sedangkan ilmu pengetahuan, sebagai produk dari interaksi internal antara hati nurani dan rasio, adalah bentuk "konkret" nilai etika. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan adalah bentuk hukum positif etika, bersifat eksoteris, yang berfungsi memberikan arah dan pedoman atas setiap tindakan praksis yang dilakukan oleh seseorang. Jadi, ketika “diri” akuntan posmodern menginteraksikan hati nurani dan rasionya, maka pengetahuan (teori) akuntansi yang dikonstruknya tidak lain adalah “hukum positif akuntansi yang mengandung nilai-nilai etika . (“Hukum positif”) akuntansi yang eksoteris ini akan menjadi suatu bentuk praktik akuntansi yang benar-benar sarat dengan nilai-nilai etika bila secara kontinu tetap berinteraksi dengan hati nurani (dan rasio) sebagai unsur esoteris. Bila kondisi semacam ini terpenuhi, maka realitas sosial yang tercipta adalah r ealitas sosial humanis yang sarat dengan nilai-nilai etika, yang pada akhirnya, juga akan menjaring individu-individu anggota masyarakat dalam ikatan jaring-jaring etika. Dengan adanya nilai-nilai etika yang dimiliki oleh para akuntan, tidak akan terjadi penyimpangan-penyimpangan moral seperti kecurangan-kecurangan dalam akuntansi yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai akuntan .
6
KESIMPULAN
Dari perspektif Faucouldian, akuntansi dapat dilihat sebagai suatu kekuatan dan pengetahuan (power and knowledge) yang mampu membentuk perilaku dan juga budaya manusia dalam kehidupan sosialnya, seperti misalnya pemanfaatan uang sebagai alat tukar ataupun sikap disiplin pedagang yang melaksanakan pencatatan transaksi . Berbagai aktivitas yang menjadi ciri adanya suatu peradaban dalam hidup ini, misalnya sekelompok orang yang bekerja bersama, adanya pertukaran, adanya pasar, pembayaran pajak kepada negara, dapat berlangsung karena adanya akuntansi. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akuntansi dengan kekuatan dan pengetahuannya dapat menjadi fondasi bagi berdirinya suatu peradaban. Sedangkan dari perspektif Lyotard, pada era postmodern yang ditandai dengan hadirnya teknologi informasi yang semakin canggih dan masyarakat komputerisasi ini dapat membantu para akuntan yang mana penyelesaian pekerjaan yang dulunya membutuhkan waktu yang cukup lama menjadi cepat selesai, lebih efisien dan efektif dalam melakukan pekerjaannya . Sedangkan secara moral, akuntan posmodern menginteraksikan hati nurani dan rasionya, maka pengetahuan (teori) akuntansi yang dikonstruknya tidak lain adalah “hukum positif akuntansi yang mengandung nilai-nilai etika . (“Hukum positif”) akuntansi yang eksoteris ini akan menjadi suatu bentuk praktik akuntansi yang benar-benar sarat dengan nilai-nilai etika bila secara kontinu tetap berinteraksi dengan hati nurani (dan rasio) sebagai unsur esoteris . Bila kondisi semacam ini terpenuhi, maka realitas sosial yang tercipta adalah r ealitas sosial humanis yang sarat dengan nilai-nilai etika, yang pada akhirnya, juga akan menjaring individu-individu anggota masyarakat dalam ikatan jaring-jaring etika. Dengan adanya nilai-nilai etika yang dimiliki oleh para akuntan, tidak akan terjadi penyimpangan-penyimpangan moral seperti kecurangan-kecurangan dalam akuntansi yang dilakukan para akuntan .
7
DAFTAR PUSTAKA
Lyotard, J.F. 1984. The Postmodern Condition: A . Report on Knowledge . Minneapolis: University of Minnesofa Press. Sukoharsono, E .G and Michael J .R . Gaffikin. 1993. Power and Knowledge in Accounting: Some Analysis and Thoughts on the Social, Political, and Economic Forces in Accounting, and Profession in Indonesia (18001950s) Sukoharsono, E .G. 1998a. Accounting in a New History: A Disciplinary Power and Knowledge of Accounting , Kurrohman, T; dan Maradonna, A .F. 2008. Akuntansi, Kekuatan, Pengetahuan : Peran Akuntansi dalam Membangun Peradaban . Jurnal Akuntansi Universitas Jember .
8
FILSAFAT
MANFAAT FILSAFAT ILMU DALAM KARIR DAN PROFESI AKUNTANSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan nilai UAS
Oleh : FIFI APRILIA NURUL AINI 041624253005/KELAS B
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga 2017
9