ANALISIS KASUS KEPAILITAN PT CIPTA TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI) DAN
PERGANTIAN NAMA MENJADI MNCTV
TUGAS
KEPAILITAN
Oleh
Suwarsit
1220922102
MAGISTER HUKUM
UPN "VETERAN" JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kepailitan merupakan suatu keadaan yang dialami oleh banyak
perusahaan. Masalah kepailitan tentunya tidak lepas dari masalah yang
berkaitan dengan utang – piutang. Sebuah perusahaan dikatakan pailit
apabila perusahaan tidak mampu membayar utangnya terhadap perusahaan
(kreditor) yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan yang pailit.
Kasus pailitnya PT. Cipta Televisi Indonesia atau yang lebih familiar
disebut dengan TPI dengan slogan MIlik Kita Bersama ini adalah salah satu
contoh dari begitu banyaknya perusahaan yang dinyatakan pailit oleh
kreditornya.
Berawal dari tuntutan Crown Capital Global Limited (CCGL), sebuah
perseroan yang berkedudukan di British Virgin Island terhadap TPI dalam
dokumen resmi yang diperoleh di pengadilan, permohonan pernyataan pailit
diajukan oleh Crown Capital melalui kuasa hukumnya, Ibrahim Senen, dengan
perkara No. 31/PAILIT/2009/PN.NIAGA JKT PST, tertanggal 19 Juni 2009.
Pemohon, dalam permohonan pailitnya, mengklaim termohon mempunyai kewajiban
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih US$ 53 juta (nilai pokok saja), di
luar bunga, denda, dan biaya lainnya. Pemohon juga menyertakan kreditur
lainnya yakni Asian Venture Finance Limited dengan tagihan US$ 10.325 juta
diluar bunga, denda, dan biaya lainnya.
Melihat laporan CCGL, pihak Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat mengabulkan permohonan tuntutan dari CCGL untuk mempailitkan
TPI pada 14 Oktober 2009. Namun, rupanya Pengadilan Niaga melakukan
kesalahan ketika memutusakan untuk mempailitkan TPI. Pengadilan Niaga tidak
melakukan proses verifikasi utang – piutang secara lebih jeli, sehingga
akibatnya banyak pihak yang seakan – akan menyalahkan keputusan Pengadilan
Niaga yang tidak memberi kesempatan TPI untuk membela diri.
Kejanggalan ini kemudian disangka sebagai akibat munculnya Markus
(Makelar Kasus) yang tidak beritikad baik dan berencana merugikan TPI.
Merasa tidak bersalah, TPI melakukan kasasi untuk permohonan peninjauan
kembali kasus tersebut kepada Mahkamah Agung. Sidang putusan kasasi kasus
pailit TPI ini dipimpin Ketua Majelis Hakim Abdul Kadir Moppong dengan
hakim anggota Zaharuddin Utama dan M. Hatta Ali. Sungguh kabar yang membawa
angin segar bagi TPI dan seluruh pihak yang telah mendukung TPI dalam usaha
penolakan kasus pailit karena pada hari Selasa, 15 Desember 2009 Mahkamah
Agung telah mengabulkan permohonan kasasi TPI yang diajukan oleh karyawan
PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Alhasil, putusan pailit atas
TPI pun batal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kronologi kasus sengketa kepailitan PT Cipta Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI)?
2. Bagaimana hasil kasus putusan kepailitan PT Cipta Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI)?
3. Mengapa PT Cipta Televisi Indonesia (TPI) berganti nama menjadi MNCTV?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kronologi kasus sengketa kepailitan PT Cipta Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI).
2. Untuk mengetahui hasil kasus putusan kepailitan PT Cipta Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI).
3. Untuk mengetahui alasan PT Cipta Televisi Indonesia (TPI) berganti
nama menjadi MNCTV.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pailit
Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitur yang
mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut
tidak dapat membayar utangnya. Harta debitur dapat dibagikan kepada para
kreditur sesuai dengan peraturan pemerintah.
2.2. Tinjauan Syarat Pengajuan Permohonan Kepailitan
Berdasarkan bunyi Pasal 2 ayat 1, yang menyatakan bahwa "debitor yang
mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan
satu atau lebih kreditornya". Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas,
maka syarat-syarat yuridis agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit
adalah sebagai
1. Adanya utang;
2. Minimal satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih;
3. Adanya Kreditur lebih dari satu;
4. Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan
"Pengadilan Niaga"
5. Syarat-syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam Undang Undang
Kepailitan.
2.3. Pengertian Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain.
Akusisi sering digunakan untuk menjaga ketersedian pasokan bahan baku atau
jaminan produk akan diserap oleh pasar.
2.4. Competitive Advantage
Competitive Advantage adalah suatu keunggulan produk yang dimiliki
perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain serta dapat saling
melengkapi satu sama lain. Competitive Advantage terbagi menjadi 4 macam
yaitu :
1. Inovasi adalah memperkenalkan berbagain produk dan jasa yang baru.
2. Kualitas adalah keistimewaan dari suatu produk yang dimiliki
perusahaan.
3. Kecepatan adalah pelaksanaan, respon, dan pengiriman yang cepat dan
tepat dari suatu produk.
4. Daya saing biaya adalah menekankan biaya-biaya yang dikeluarkan
serendah mungkin untuk dapat meraih keuntungan dan mematok harga
produk atau jasa di tingkat harga yang menarik bagi konsumen
2.5. Lingkungan Kompetitif
Lingkungan kompetitif adalah lingkungan yang terjadi langsung berhubungan
dengan organisasi perusahaan tersebut. Lingkungan terbagi menjadi:
1. Pesaing, yaitu perusahaan yang berdiri pada bidang yang sama dan sudah
memiliki pasar.
2. Pendatang baru, yaitu perusahaan yang baru masuk pasar.
3. Substitusi, yaitu pengganti barang yang sudah ada.
4. Pemasok, yaitu menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
berproduksi.
5. Konsumen, yaitu para pembeli barang atau jasa yang ditawarkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kronologi Kasus Kepailitan TPI
TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari pukul
19.00-21.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di
Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta. Secara bertahap, TPI mulai memanjangkan
durasi tayangnya. Pada akhir 1991, TPI sudah mengudara selama 8 jam sehari.
TPI didirikan oleh putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana
alias Mbak Tutut dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Cipta Lamtoro
Gung Persada. Stasiun televisi yang akrab dengan masyarakat segmen menengah
bawah ini harus diakui tidak memiliki kinerja keuangan yang baik, terutama
ketika TPI kemudian memutuskan keluar dari naungan TVRI dan beralih menjadi
stasiun musik dangdut pada pertengahan 1990-an.
Secara berangsur-angsur kinerja keuangan memburuk, utang-utang pun
kian menumpuk. Pada tahun 2002, posisi utang TPI sudah mencapai Rp 1,634
triliun, jumlah yang sangat besar untuk periode tahun itu. Mbak Tutut pun
yang saat itu juga terbelit utang maha besar kelimpungan. Di satu sisi
dirinya menghadapi ancaman pailit, di sisi lain utang TPI juga terancam tak
terbayar. Di tengah kondisi tersebut, Mbak Tutut meminta bantuan kepada
Hary Tanoe untuk membayar sebagian utang-utang pribadinya. Sebagai catatan,
Hary Tanoe saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Bimantara Citra Tbk
(BMTR) yang sekarang berubah nama menjadi PT Global Mediacom Tbk (BMTR).
Bimantara Citra merupakan perusahaan kongsi antara Bambang Trihatmojo, adik
Mbak Tutut dengan Hary Tanoe dan kawan-kawan.
Akhirnya BMTR sepakat untuk membayar sebagian utang mbak Tutut sebesar
US$ 55 juta dengan kompensasi akan mendapat 75% saham TPI. Oleh sebab itu,
kedua belah pihak yakni pihak Mbak Tutut dengan pihak Hary Tanoe melalui PT
Berkah Karya Bersama (BKB) menandatangani investment agreement pada 23
Agustus 2002 dan ditandatanganinya adendum surat kuasa pengalihan 75% saham
TPI kepada BKB pada Februari 2003.
Crown Capital Global Limited (CCGL) memberikan tuduhan pailit kepada
TPI. Tuduhan pailit oleh perusahaan Crown Capital Global Limited (CCGL)
terhadap PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia dikabulkan oleh Pengadilan
Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 14 Oktober 2009.
Putusan tersebut menuai banyak protes oleh para ahli hukum, DPR, Komisi
Penyiaran Indonesia, pekerja TPI, dan semua konsumen siaran TPI di
Indonesia. Hal ini disinyalir adanya campur tangan Markus (Makelar Kasus),
sehingga kasus ini aneh sekali jika dikabulkan dengan mudahnya oleh
Pengadilan Niaga.
Menurut Sang Nyoman, Direktur Utama TPI, keberadaan makelar kasus
dalam perkara ini disinyalir sangat kuat mengingat sejumlah fakta hukum
yang diajukan ke persidangan tidak menjadi pertimbangan majelis hakim saat
memutus perkara ini. Ketika didesak siapa makelar kasus yang dimaksud,
Nyoman mengatakan bahwa ada pihak yang disebut-sebut mendapat tugas
pemberesan sengketa ini dan mengakui sebagai pengusaha batu bara berinisial
RB. Inisial ini pernah terungkap ketika diadakan rapat pertemuan antara
hakim pengawas, tim kurator, dan direksi TPI di Jakarta Pusat pada Rabu
tanggal 4 November 2009. Hal tersebut dirasa aneh oleh pihak TPI sendiri
karena pihak TPI tidak merasa memiliki utang yang belum terbayar kepada
CCGL.
Menurut Pengadilan Niaga, tuduhan kepailitan dikabulkan dengan alasan
didasarkan pada asumsi majelis hakim bahwa TPI tidak bisa memenuhi
kewajiban membayar utang obligasi jangka panjang (sub ordinated bond)
senilai USD53 juta kepada Crown Capital Global Limited (CCGL). Sementara
dalam kenyataannya yang terjadi adalah :
1. Pada 1996, TPI yang masih dipegang Presiden Direktur Siti Hardiyanti
Rukmana alias Mbak Tutut mengeluarkan sub ordinated bond (Sub Bond)
sebesar USD53 juta. Utang dalam bentuk sub ordinated bond tersebut.
2. Dibuat sebagai rekayasa untuk mengelabuhi publik atas pinjaman dari
BIA. Marx menjelaskan, rekayasa terjadi karena ditemukan fakta bahwa
uang dari Peregrine Fixed Income Ltd masuk ke rekening TPI pada 26
Desember 1996. Namun, selang sehari tepatnya 27 Desember 1996, uang
tersebut langsung ditransfer kembali ke rekening Peregrine Fixed
Income Ltd. Setelah utang-utang itu dilunasi oleh manajemen baru TPI,
dokumen- dokumen asli Sub Bond masih disimpan pemilik lama yang
kemudian diduga diambil secara tidak sah oleh Shadik Wahono (yang saat
ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Cipta Marga Nusaphala Persada)
3. Terjadi transaksi Sub Bond antara Filago Ltd dengan CCGL dengan
menggunakan promissory note (surat perjanjian utang) sehingga tidak
ada proses pembayaran. Semua transaksi pengalihan Sub Bond berada di
luar kendali TPI setelah Sub Bond berpindah tangan, sehingga apabila
CCGL menagih hutang dari Sub Bond, jelas-jelas illegal.
Hal ini juga sulit diterima oleh Komisi Penyiaran Indonesia karena
penanganan kasus yang melibatkan media massa tidak bisa semua kalangan
mampu dan sanggup menggunakannya, sehingga penanganannya pun harus
dikecualikan. Dalam putusan pailit ini, kerugian tidak hanya dialami
perusahaan tersebut tetapi masyarakat luas juga turut dirugikan.
Pihak kuasa hukum PT. TPI mencoba memberi klarifikasi yang sejujurnya
disertai dengan bukti – bukti otentik melalui segala macam transaksi yang
tercatat di buku ATM Bank BNI 46 yang menjadi ATM basis bagi perusahaan
TPI. Dikatakan Marx Andriyan, bahwa pada tahun 1993 telah ditandatangani
Perjanjian piutang antara TPI dengan Brunei Investment Agency (BIA) sebesar
USD $50 juta. Atas instruksi pemilik lama, dana dari BIA tidak ditransfer
ke rekening TPI tapi ke rekening pribadi pemilik lama.
Dalam laporan keuangan TPI juga tidak pernah tercatat utang TPI dalam
bentuk Sub Bond senilai USD 53 juta. Berdasarkan hasil audit laporan
keuangan TPI yang dilakukan di kantor akuntan publik dipastikan bahwa di
dalam neraca TPI 2007 dan 2008 juga tidak tercatat adanya kreditur maupun
tagihan dari CCGL.
3.2. Hasil Putusan Kasus Kepailitan TPI
Kejanggalan ini kemudian disangka sebagai akibat munculnya Markus
(Makelar Kasus) yang tidak beritikad baik dan berencana merugikan TPI.
Merasa tidak bersalah, TPI melakukan kasasi untuk permohonan peninjauan
kembali kasus tersebut kepada Mahkamah Agung. Setelah proses verifikasi
oleh Mahkamah Agung, kesalahan – kesalahan yang belum teridentifikasi oleh
Pengadilan Niaga mulai nampak, seperti bukti pembayaran tagihan utang oleh
TPI. Dalam laporan keuangan tersebut dikatakan, bahwa surat utang
(obligasi) milik TPI sebesar US$ 53 juta yang jatuh tempo pada tanggal 24
Desember 2006 telah berhasil dibayar.
Lagipula, ada masalah lain yang lebih kompleks tentang keberadaan
surat – surat utang itu. Keadaan yang rumit itu seharusnya tidak
dilanjutkan dalam urusan hukum. Dikatakan bahwa, persyaratan pengajuan
kepailitan adalah apabila transaksi yang berjalan berlangsung dengan
sederhana, bukan kompleks seperti masalah dugaan pailitnya TPI. Apalagi
dikatakan juga dari hasil pengkajian ulang, bahwa hanya ada 1 kreditor yang
merasa punya masalah utang piutang dengan TPI, sementara dalam persyaratan
diakatakan bahwa harus ada lebih dari 1 kreditor yang merasa dirugikan yang
boleh mengajukan kasus ini ke pengadilan. Melihat dua kekeliruan di atas,
dalam sidang putusan kasasi kasus pailit TPI ini yang dipimpin Ketua
Majelis Hakim Abdul Kadir Moppong dengan hakim anggota Zaharuddin Utama dan
M. Hatta Ali, maka pada tanggal 15 Desember 2009 diputuskan bahwa TPI tidak
pailit.
Akibat berita baik ini, keluarga besar PT. TPI yang sahamnya 75%
dimiliki oleh PT. Media Nusantara Citra yang dimiliki oleh Henry Tanoe
melakukan syukuran dan memantapkan hati dan langkah untuk mengibarkan
sayapnya di udara.
3.3. Alasan Perubahan Nama Menjadi MNCTV
Sejak Juli 2006, 75% saham TPI dimiliki oleh Media Nusantara Citra,
kelompok perusahaan media yang juga memiliki RCTI dan Global TV. Lalu pada
tanggal 20 Oktober 2010 atau 20.10.2010 tepat pukul 20.10 WIB menjadi momen
bersejarah pergantian nama Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Logo dan
merek baru MNCTV resmi menggantikan TPI. Perubahan nama tersebut hanyalah
rebranding untuk kepentingan bisnis. Nama PT-nya tetap CTPI, tetapi brand
usahanya berganti menjadi MNC TV. Karena dengan rating nomor 4 yang
dimiliki TPI tetapi penjualan iklan tidak bagus diharapkan dengan
bergantinya nama tersebut penjualan iklan semakin meningkat.
Alasan pemilihan nama menggunakan MNC TV, dikarenakan MNC sendiri
sudah kuat di market dan dapat menghemat waktu dan biaya dengan mengadakan
riset. Selain itu, perlu diketahui bahwa program dangdut yang sudah menjadi
program utama, tetap akan dipertahankan oleh MNCTV, tetapi selain
mempertahankan itu, MNCTV juga akan menambahkan program-program yang
lainnya juga.
3.4. Profil MNCTV
MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di
Indonesia yang mulai mengudara sejak tanggal 20 Oktober 2010 dengan tag-
line atau slogan 'Selalu di Hati'. Logo dan merek perseroan MNCTV ini
diharapkan dapat memperluas pangsa pasar dan pemirsa dari stasiun ini.
Bersamaan dengan kehadiran MNCTV, publik dapat menyaksikan peningkatan
kualitas dan keragaman tayangan, sebagai hasil dari komitmen untuk
memperbaiki kerja dan budaya perseroan.
MNCTV pada awalnya menggunakan nama TPI, di mana TPI sendiri didirikan
pada tahun 1990 di Jakarta, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa penyiaran televisi di Indonesia. TPI merupakan perusahaan swasta
ketiga yang mendapatkan izin penyiaran televisi pada tanggal 1 Agustus
1990, dan sebagai stasiun televisi pertama yang mendapat izin penyiaran
secara nasional. TPI mulai beroperasi secara komersial sejak tanggal 23
Januari 1991. Dan pada bulan Juli 2006, Media Nusantara Citra (MNC)
mengakuisisi 75% saham TPI. Sejak saat itu secara resmi TPI bergabung
menjadi salah satu televisi yang dikelola MNC yang juga merupakan induk
dari RCTI dan Global TV.
MNCTV sejak awal juga telah membuktikan diri sebagai stasiun televisi
yang paling jeli dalam menangkap selera dan kebutuhan masyarakat Indonesia,
stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra Indonesia,
mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan bisa dinikmati seluruh keluarga.
Program-program yang sangat Indonesia inilah yang mampu mengantarkan MNCTV
sebagai stasiun televisi papan atas Indonesia. MNCTV sendiri senantiasa
mengasah diri sebagai partner yang memberikan layanan terbaik bagi seluruh
mitra usaha. Dengan dukungan SDM profesional, MNCTV siap menjadi televisi
terdepan yang dapat diandalkan.
3.4.1. MNCTV Insight
MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di
Indonesia yang mulai mengudara dengan nama baru sejak 20 Oktober 2010
(sebelumnya TPI) dengan izin Menteri Penerangan No.127/E/RTF/K/VIII/1990,
dan menjangkau 158 juta pemirsa di seluruh Indonesia. Berdasarkan riset
Nielsen, di tengah persaingan industri pertelevisian yang semakin ketat,
MNCTV berhasil mencapai posisi 1 dengan 16,6% audience share pada April
2005.
3.4.2. Visi, Misi, Slogan
Visi : Pilihan Utama Pemirsa Indonesia
Misi : Menyajikan Tayangan Bercita Rasa Indonesia yang Menghibur dan
Inspiratif
Slogan : Selalu di Hati
3.4.3. Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
Dewan Direksi
President Director – S.N Suwisma
Managing Director – Nana Putra
Finance & Technology Director – Ruby Panjaitan
Program & Production Director – Endang Mayawati
Sales & Marketing Director – Tantan Sumartana
Dewan Komisaris
Komisaris Utama – Hary Tanoesoedibjo
Komisaris – Rudijanto Tanoesoedibjo
Komisaris – Tarub
Komisaris – Agus Mulyanto
3.5. Lingkungan Kompetitif MNCTV
1. Pesaing
Yang menjadi pesaing utama bagi MNCTV adalah SCTV, Indosiar, Metro TV,
Trans TV, dan TV One. Produk dan jasa yang dihasilkan satu sama lain tidak
jauh berbeda atau cenderung mirip karena sistem TV di Indonesia belum
memiliki ciri khas tersendiri.
2. Pendatang baru.
MNCTV saat ini tidak memiliki ancaman pendatang baru yang potensial karena
MNCTV ini dulunya adalah TPI yang sudah dikenal oleh masyarakat, hanya nama
brand usahanya saja yang berubah.
3. Substitusi.
Produk subtitusi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu media cetak
seperti majalah, surat kabar, sebagai produk untuk pengganti untuk berita
dan informasi, sedangkan radio untuk menggantikan acara musik, dan internet
adalah media hiburan untuk mendapatkan informasi dan berupa audio visual.
4. Pemasok.
Pihak-pihak yang dikategorikan sebagai pemasok adalah production house
(PH), pemasok peralatan operasional perusahaan, dan sumber daya manusia
yang berkualitas yang mendukung jalannya proses bisnis perusahaan.
5. Konsumen.
Pihak yang berperan sebagai pelanggan adalah penikmat produk/jasa yaitu
pemirsa dari kelompok umur manapun dan dari golongan apapun yang berada di
Indonesia maupun luar negeri.
3.6. Competitive Advantage MNCTV
Penerapan teknologi informasi yang terencana dengan baik dapat
meningkatkan dan mempertahankan keunggulan bersaing organisasi. MNCTV
memandang bahwa teknologi informasi memiliki peran dalam meningkatkan
kemampuan bersaing bagi pangsa pasar perusahaan atau lini bisnis. Inovasi
juga memiliki perananan yang pening. Inovasi yang dilakukan MNCTV yaitu
dengan menayangkan pertandingan sepak bola Liga Inggris, meningkatkan
beberapa tayangan olahraga dan anak-anak. MNCTV juga menjaga kualitas
sebagai stasiun televisi yang paling jeli dalam menangkap selera dan
kebutuhan masyarakat Indonesia, stasiun televisi yang benar-benar
menampilkan citra Indonesia, dan mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan
bisa dinikmati seluruh keluarga.
3.7. Analisa Matriks BCG
Salah satu teknik terpopuler dalam menganalisis strategi perusahaan
untuk mengelola portofolio adalah matriks BCG. Masing-masing bisnis di
dalam perusahaan diplot pada matriks berdasarkan pertumbuhan pasar mereka
dan kekuatan relatif dari posisi kompetitfnya dalam pangsa pasar tersebut.
MNCTV berada di posisi "sapi perah" karena MNCTV pertumbuhan bisnisnya
rendah terutama dalam bidang periklanan tetapi posisi kompetitifnya kuat.
Ketika namanya masih TPI, pendapatan iklan menempati urutan terbawah dari
10 stasiun televisi nasional untuk itu TPI mengganti namanya menjadi MNCTV
agar pendapatan iklan bisa meningkat.
3.8. Analisa SWOT
a. Strengths
1. Stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra Indonesia
2. Menjadi pelopor pembangunan budaya melayu yang menyumbang dalam
pembentukan karakter budaya nasional.
3. Menempati urutan ke 4 dari 10 stasiun televisi nasional dalam posisi
audience share 2010.
4. Memiliki banyak penghargaan.
5. Stasiun televisi yang menyajikan acara musik dangdud.
b. Weakness
1. Menempati urutan ke 10 dari 10 stasiun televisi nasional dalam
pendapatan iklan.
2. Diasosiasikan sebagai Stasiun TV untuk orang tua/senior dengan
tayangan "biasa saja" dan kurang inovatif.
c. Opportunities
1. Penonton yang banyak yang berada di seluruh Indonesia.
2. Penggantian nama yang akan menambah citra.
3. Dibawah naungan MNC Group yang sudah mempunyai nama besar dan
kredibilitas yang baik di Indonesia untuk industri media.
d. Threats
1. Banyaknya stasiun televisi yang memiliki program unggulan.
2. Produk subtitusi seperti media cetak, radio dan internet sebagai media
pemberi informasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia tidak jadi dipailitkan karena
laporan dugaan oleh CCGL tidak terbukti benar, bukti-bukti belum jelas, dan
karena pembukuan laporan tahunan yang tersedia sangat jauh dari kata
sederhana.
Perubahan nama TPI menjadi MNC hanyalah rebranding untuk kepentingan
bisnis. Nama PT-nya tetap CTPI, tetapi brand usahanya berganti menjadi MNC
TV. MNCTV memandang bahwa teknologi informasi memiliki peran dalam
meningkatkan kemampuan bersaing bagi pangsa pasar perusahaan atau lini
bisnis.
MNCTV berada di posisi "sapi perah" karena MNCTV pertumbuhan bisnisnya
rendah terutama dalam bidang periklanan tetapi posisi kompetitifnya kuat.
Ketika namanya masih TPI, pendapatan iklan menempati urutan terbawah dari
10 stasiun televisi nasional untuk itu TPI mengganti namanya menjadi MNCTV
agar pendapatan iklan bisa meningkat.
4.2. Saran
Hendaknya Pengadilan Niaga sungguh-sungguh memperhitungkan putusan
hakimnya disesuaikan dengan bukti-bukti yang telah diidentifikasi,
verifikasi, dan bagaimana kreditor atau debitornya. Jangan sembarangan
mengambil keputusan, karena akan berdampak pada pelanggaran kode etik.
DAFTAR PUSTAKA
Thomas S. Bateman, Scott A. Shell. (2010). Management: The New Competitive
Market. McGraw-Hill College.
http://www.scribd.com/doc/30056518/ARTIKEL-KEPAILITAN
http://bisnistrategi.blogspot.com/2010/07/kronologi-sengketa-saham-tpi.html
http://mnctv.com
http://amriawan.blogspot.com/2010/10/tpi-berubah-nama-jadi-mnc-
tv.html#ixzz2P6LYvcFJ
http://finance.detik.com/read/2010/10/20/114224/1469810/6/tpi-ganti-baju-
jadi-mnc-tv-per-21-oktober
http://www.maverick.co.id/media/2010/10/dibalik-pergantian-nama-tpi-menjadi-
mnc-tv/