Biew_Arya/ Apoteker XV
5/7/2013
Pendahuluan Definisi:
Dr. Diky Mudhakir
Sediaan padat yang ditujukan untuk diberikan melalui rektum, vagina, uretra; baik meleleh ataupun terlarut dan mempunyai efek terapetik lokal ataupun sistemik. Suppositoria rektal: Panjang sekitar 3,2 cm, Bentuk silindris, torpedo Beratnya untuk dewasa c.a 2 g, anak-anak dan bayi c.a 1 g (bentuk seperti pensil)
Suppositoria vaginal (pessari): Bentuk globular, oviform Beratnya c.a 5 g Suppositoria uretral (bougie): Bentuk seperti pensil Untuk pria: diameter 3-6 mm, panjang 140 mm berat c.a 4 g Untuk wanita: panjang 70 mm, berat c.a 2 g
Penggunaan rute rektal
Kerugian suppositoria:
Alasan pemilihan rute rektal untuk pemberian obat: 1. Pasien tidak dapat menggunakan rute oral. @ Pasien mengalami masalah dengan saluran pencernaan spt. Nausea. @ Pasien tidak sadar (unconscious). @ Katagori khusus, spt. Bayi, lanjut usia, gangguan mental.
Penggunaan tidak nyaman Terjadinya variasi pada proses absorpsi Mengiritasi mukus yang disebabkan oleh beberapa obat atau basisnya
2. Obat tidak cocok diberikan dengan rute oral. @ Obat yang menghasilkan efek samping pada GI @ Obat tidak stabil pada pH GI @ Obat yang rentan terhadap enzim pada GI @ Obat yang mempunyai rasa tidak enak
1
Biew_Arya/ Apoteker XV
Efek terapetik supositoria Efek lokal Suppositoria akan meleleh, melunak atau terlarut dan melepaskan obat. Ditujukan untuk pengobatan: Konstipasi (laksatif: gliserin) Menghilangkan nyeri, iritasi, gatal, inflamasi berkaitan dengan hemorroid
Efek sistemik Rektum sering digunakan sebagai tempat absorpsi secara sistemik, lain halnya dg vagina. 50-70% obat akan diabsorpsi dalam sirkulasi darah setelah dimasukkan ke dalam rektal. Obat yang diberikan untuk tujuan sistemik:
5/7/2013
Suppositoria antihemorroid mengandung: anestetik lokal, vasokontriktor, astringen) Suppositoria vaginal: Kontrasepsi (mis. Nonoxynol-9) Antiseptik Antivaginitis (mis. Trichomonacides untuk patogen Trichomonas vaginalis, Candida albicans) Suppositoria uretral: Antibakteri Anestetik lokal preparatif
Efek sistemik (lanjutan): Efek bergantung pada waktu tinggal supositoria dan pelepasan obat dari basisnya Zat aktif termasuk morfin, antiemetik, teofilin, NSAID (mereduksi iritasi di lambung)
Proklorperazin dan klorpromazin untuk mual, muntah dan trankuilizer Oksimorfon HCl: narkotik analgetik Ergotamin tartrate: migrain Indometasin: analgetik dan antipiretik
Kerugian (pemberian sistemik)
Anatomi dan Fisiologi Rektum
Bioavailabilitasnya tidak dapat diprediksi
Rektum merupakan bagian dari kolon
Lambat dan erratic: cairan, feses, efek variasi basis (oleum cacao, PEG)
Panjang: 15-20 cm dari saluran pencernaan akhir
Patologi (hemorroid) dapat menyebabkan iritasi dan pengeluaran Dapat mengalami metabolisme first pass effect di hati tergantung dari lokasi penempatan suppositoria dalam rektum
Permukaan dinding dalam rektum datar, tidak bervilli Volum mukus terbatas (2-3 mL) Luas permukaan rektum 300 cm2 pH lapisan mukus: 6,8 - 7,5 Kapasitas dapar rendah
2
Biew_Arya/ Apoteker XV
Absorpsi obat di rektum Tiga vena utama di rektum: Vena hemorroid atas (no.6) Vena hemorroid tengah (no.1) Vena hemorroid bawah (no.4) Vena hemorroid tengah dan bawah menuju aliran darah umum Vena hemorroid atas menuju liver
5/7/2013
Luas permukaan yang rendah menyebabkan absorpsi yang rendah dibandingkan dengan saluran pencernaan Zat aktif dapat langsung memasuki sirkulasi darah umum atau melalui metabolisme di hati Bergantung basis, zat aktif terlarut di cairan rektal, atau meleleh pada lapisan mukosa Volume cairan rektal sedikit aktif terhambat
disolusi zat
air tertarik, Efek osmotik basis larut air mengakibatkan sensasi rasa sakit pada pasien
Proses pelepasan obat di rektum Zat aktif yang terlarut dalam basis akan berdifusi menuju membran rektal Zat aktif tersuspensi dalam basis lemak, pengaruh gravitasi/pergerakan motilitas zat aktif terlarut dalam cairan rektum difusi melalui lapisan mukus melewati epitelium (pembentuk dinding rektum)
Faktor fisiologi yang mempengaruhi proses absorpsi Ketersediaan jumlah cairan mukus Pada keadaan non-fisiologi (penarikan osmotik basis larut air, diare) volume cairan tinggi Karakteristik mukus rektum Komposisi, viskositas, tegangan permukaan
Formulasi supositoria Ukuran supositoria berkisar 1-4 g Komposisi zat aktif bervariasi: 0,1-40% Komposisi umum supositoria:
Isi rektum
Basis
Motilitas pada dinding rektum Berasal dari kompleks motor kolonik, gelombang kontraksi menyebar pada dinding kolon
Zat aktif Zat tambahan
3
Biew_Arya/ Apoteker XV
Basis supositoria
5/7/2013
Persyaratan basis:
Terdapat 2 golongan utama basis: 1. Basis lemak (hidrofobik) @ Oleum cacao @ Gliserida semisintetik 2. Basis hidrofilik @ Basis glisero-gelatin @ Polimer polietilen glikol (PEG, macrogols, carbowax)
3. Stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan.
1. Supositoria harus meleleh dalam tubuh atau terlarut dalam cairan rektum. Basis lemak diharapkan meleleh < 37 oC 2. Jarak lebur harus kecil agar proses pemadatan cepat untuk mencegah suspensi terutama BJ tinggi, partikel obat, agglomerasi.
Persyaratan basis (lanjutan):
4. Kompatibel dengan zat aktif.
10. Ekonomis
5. Memberikan pelepasan zat aktif yang optimal.
11. Non-toksik
6. Volume kontraksi yang cukup kemampuan pelepasan supositoria dari cetakan.
12. Tidak mempunyai bentuk metastabil
7. Viskositas yang cukup penuangan ke dalam cetakan, pencegahan pemisahan zat aktif, dan pengaruh terhadap kecepatan absorpsi.
13. Dapat dimanufaktur dengan pencetakan secara manual atau mesin
8. Tidak mengabsorpsi/mengiritasi. 9. Mudah dalam penanganannya.
Basis lemak Basis lemak original: oleum cacao, mengandung asam oleat yang tidak jenuh Kerugian: Mempunyai sifat polimorfik Kontraksi yang tidak cukup pada proses pendinginan Titik pelunakan yang rendah
Theobroma oil, oleum cacao Sumber alam, meleleh pada 30-36 Bentuk semisolida, warna kuning Terdiri atas gliseril ester dari asam lemak spt stearat, palmitat, asam oleat Tidak cocok untuk negara tropis
Tidak stabil secara kimia Kekuatan absorpsi zat aktif rendah
4
Biew_Arya/ Apoteker XV
Oleum cacao (lanjutan): 1. Polimorfisme dan ketengikan saat panas 2. 4 bentuk kristal theobroma kristal beta (TL. 34-36) kristal beta’ (TL. 27) kristal alfa (TL. 22) kristal gamma (TL. 18)
5/7/2013
Persyaratan untuk basis lemak Nilai asam kurang dari 0.2 Nilai saponifikasi 200-245 Nilai iodin kurang dari 7 Interval antara titk leleh dan titik pemadatan kecil
3. Proses lubrikasi 4. Titik leleh rendah. Setelah dicampur dengan volatile oil, kloral hidrat, metil paraben, fenol, kamfora
Lubrikan pada cetakan Digunakan untuk memudahkan pengeluaran suppositoria dari cetakan. Jarang digunakan untuk basis oleum cacao dan PEG. Penanganan terhadap cetakan: goresan pada cetakan stainless steel berefek pada penampilan supositoria
Kalibrasi cetakan Bilangan pengganti: Berat dari zat aktif yang menempati 1 bagian basis Perhitungan bilangan pengganti: a. Bobot rata-rata supositoria hanya berisi basis = 1,9922 g b. Bobot rata-rata supositoria berisi basis + 10% z.a = 2.0545 g Jumlah z.a dalam supositoria (b) = 0,1 x 2,0545 g = 0,20545 g Jumlah basis dalam supo (b) = (2,0545 – 0,20545) g = 1,84905 g Jumlah z.a dalam supo (b) sebanding dengan basis supo (a) = (1,9922 – 1,84905) g = 0,14315 g Jadi 0,14315 g basis setara dengan 0,20545 g z.a atau 1 g z.a setara dengan 0,697 g basis
Digunakan pada pembuatan suppositoria gelatin tergliserinasi
Perhitungan bobot supositoria z.a dengan kandungan 25 mg Bobot rata-rata supositoria hanya berisi basis = 1,9922 g Bobot zat aktif (z.a) = 0,025 g 0,025 g z.a setara dengan basis = 0,025 x 0,697 g = 0,017425 g Basis yang ditambahkan ( 1 supo) = (1,9922 – 0,017425) g = 1,974775 g Bobot 1 supositoria yang sebenarnya = (0,025 + 1,974775) g = 1,9998 g Untuk pembuatan 20 supositoria: Bobot z.a = (0,025 x 20) g = 0,5 g Bobot basis = (1,9998 x 20) g = 39,9955 g
5
Biew_Arya/ Apoteker XV
5/7/2013
Contoh pembuatan supositoria dengan cetakan
2. Metode Kompresi Pembuatan supositoria dengan pengkompresian campuran massa basis + z.a ke dalam cetakan khusus menggunakan mesin pembuat supositoria.
1 3
2 1 = Bahan dilelehkan dan dituangkan ke cetakan 2 = Cetakan supositoria dipisahkan setelah proses pendinginan 3 = Supositoria dikeluarkan dari cetakan
3. Metode Hand Rolling dan Shaping A historical part of the art of the pharmacist. Dilakukan dengan menggunakan basis oleum cacao.
Merupakan proses dingin, digunakan untuk basis oleum cacao dan PEG. Cocok untuk zat aktif yang labil terhadap panas dan zat aktif tidak larut dalam basis. Kerugian: Diperlukan mesin khusus pembuat supositoria.
Pada uji penetrasi: dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan oleh tungkai untuk menembus supositoria
Keuntungan: Tidak membutuhkan peralatan canggih Tidak memerlukan penghitungan khusus Tidak menggunakan pemanasan Kerugian: Sulit pada proses pembuatannya Nilai estetika penampilan supositoria yang diharapkan: kurang
3. Uji kekerasan Metoda untuk mengukur kerapuhan supositoria. Uji dilakukan dengan menempatkan supositoria pada platform 600 g. Selang interval 1 menit dilakukan penambahan pelat 200 g. Penambahan berat total hingga supositoria retak menggambarkan kekerasan/kekuatan supositoria.
Alat uji kekerasan supositoria
6
Biew_Arya/ Apoteker XV
5/7/2013
4. Uji waktu hancur Uji ini menentukan waktu supositoria melunak atau hancur saat ditempatkan dalam medium cair. Kriteria penerimaan: Terlarut sempurna. Komponen supositoria terpisah: lelehan basis lemak mengapung di permukaan medium, komponen larut medium dan zat tidak larut yang berada di dasar wadah medium. Supositoria melunak dan berubah dari bentuk awalnya tanpa terjadi pemisahan komponen secara sempurna. Tidak ada residu yang tersisa pada alat perforasi uji, kalaupun ada berupa massa lunak yang tidak mempunyai inti padat
Alat uji waktu hancur supositoria
Masalah khusus dalam formulasi Air dalam suppositoria Higroskopisitas Inkompatibilitas Viskositas Kerapuhan
Densitas Volume kontraksi Lubrikan Faktor bilangan pengganti
7