BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi kehidupan manusia dan makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui Kalam Allah swt (Al (Al Qur‟an) dan Al Hadits. Al Qur‟an sudah jelas di tanggung keasliannya oleh Allah swt sampai akhir nanti. Hadits merupakan salah satu sumber Islam yang utama, tetapi tidak sedikit umat Islam yang belum memahami tentang hadits. Hadis merupakan segala perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi yang patut kita amal sebagai pengikutnya. Segala yang dilakukan Nabi Muhammad SAW menjadi sunah ketika kita melakukannya. Untuk itu sebagai seorang muslim kita patut mempelajari hadist-hadist nabi dan mengamalkannya.. Hadits atau yang lebih dikenal dengan sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan. Dan peran hadits sebagai salah satu sumber ajaran Islam yang diakui oleh masyarakat mahdzab tidak dapat dinafikan. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hadis? 2. Sebutkan macam-macam hadis dan strukturnya! 3. Apakah pengertian dari sunah, atsar dan khabar? C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hadis dan strukturnya. 2. Mengetahui pengertian sunah, atsar dan khabar.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 1
BAB II Pembahasan A. Pengertian Hadits
Hadits secara etimologi etimologi (bahasa) berarti kata qadim, qadim,
artinya baru, antonim
yang berarti berita dan Al-Qarib berarti dekat. Hadits
adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan serta persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas. dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Adapun istilah-istilah terminologi Hadis Nabawi yang perlu diketahui yaitu hadis, sunnah, atsar, dan khabar. Jumhur ulama menyamakan arti hadis dan sunnah, atau dengan kata lain keduanya merupakan kata sinonim (muradif (muradif ). ). Hanya saja istilah hadis lebih sering digunakan oleh ulama hadis. Sedangkan ulama ushul fiqh fiqh lebih banyak menggunakan istilah sunnah. Nabi sendiri menamakan ucapannya dengan sebutan al-hadis untuk membedakan antara ucapan yang berasal dari beliau sendiri dengan yang lain.
Segala ssuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun ataupun sifat beliau. Kedudukannya yang lebih lengkap adalah sebagai berikut: Al-Qur'an Hadits
Ijtihad Ijma (kesepakatan para ulama) para ulama),, Qiyas (menetapkan suatu hukum atas perkara baru yang belum ada pada masa Nabi Muhammad hidup). Para Muhadditsin memiliki perbedaan pendapat dalam menta‟rifkan al-hadist. Perbedaan ini akibat terpengaruh oleh terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka. Hal ini melahirkan dua macam ta‟rif al-hadist: al-hadist:
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 2
1. Ta‟rif Al-Hadist Al-Hadist yang terbatas sebagaimana dikemukakan oleh Jumhuru „I-Muhadditsin, „I-Muhadditsin, ialah
Segala ssuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, persetujuan, ataupun sifat beliau. Ta‟rif ini mengandung empat macam unsur, yakni perkataan, perbuatan, dan sifat-sifat sifat-si fat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabi‟iy. Pemberitaan yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw disebut berita yang ma‟ruf sedangkan yang disandarkan kepada sahabat disebut mauquf dan yang disandarkan kepada tabi‟iy disebut maqthu‟. a. Perkataan Yang
dimaksud
dengan
perkataan
Nabi
Muhammad
ialah
perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam beragai bidang, seperti bidang hukum (syari‟at), akhlaq, „aqiqah, pendidikan dan sebagainya. Jadi Hadits Qouly yaitu hadis-hadis yang disabdakan oleh Nabi dengan berbagai tujuan dalam berbagai kesempatan. Sebagai contoh perkataan beliau yang mengandung hukum syari‟at, misalnya sabda beliau:
Salah satu contoh lainnya yaitu:
“hanya amal-amal amal-amal perbuatan itu dengan niat dan hanya bagi setiap orang itu memperoleh apa yang ia niatkan...dan seterusnya”
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 3
Hukum yang terkandung dalam sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam segala amal perbuatan untuk mendapat pengakuan sah dari syara‟. Contoh syara‟. Contoh sabda Nabi yang mengandung akhlak, misalnya sabda beliau: “(perhatikan) tiga hal yaitu barang b arang siapa yang sanggup menghimpunnya, niscaya akan mencakup iman yang sempurna. Yakni: (1) jujur terhadap diri sendiri, (2) mengucapkan salam perdamaian kepada seluruh dunia dan (3) mendermakan apa yang menjadi kebutuhan umum”. Sabda Nabi tersebut menganjurkan seseorang berakhlak luhur, berkesadaran tinggi, cinta perdamaian dan dermawan. Diantara
sabda
beliau
yang
mendidik
manusia
agar
rela
meninggalkan kerja-kerja yang tidak berfaedah, demi pembentukan pribadi Muslim yang sempurna, ialah “termasuk hal yang dapat menyempurnakan keislaman seseorang ialah kerelaannya untuk meninggalkan apa yang tak berguna”.
b. Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad saw merupakan penjelasan praktis terhadap peraturan- peraturan peraturan syari‟at s yari‟at yang belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya cara bershalat dan cara menghadap kiblat, dapat kita ketahui berdasarkan berita sahabat Jabir r.a. katanya “konon Rasulullah saw bershalat bersh alat di atas kendaraan (dengan meghadap kiblat) menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak shalat fardlu, beliau turun sebentar, terus menghadap kiblat”. (riwayat Bukhary) Adanya pengecualian sebagian daripada perbuatan Rasulullah saw, tidaklah mengurangi ketentuan tentang keseluruhan perbuatan Rasulullah menjadi nash syara‟ yang harus diikuti dan dteladani oleh seluruh umat islam, disebabkan mungkin mungkin ada suatu dalil yang yang menunjukkan bahwa perbuatan itu hanya pesifik bagi Nabi saja.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 4
Jadi Hadits Fi‟ly yaitu seluruh perbuatan Rasulullah yang dipindahkan kepada kita oleh para sahabat seperti berwudhu, praktik salat lima waktu dgn sikap serta rukun-rukunnya, praktik manasik haji, cara memberi keputusan, dsb. Contoh lainnya yaitu tentang sholat:
Perbuatan beliau yang tidak termasuk nash yang harus ditaati, antara lain ialah: 1. Sebagian tindakan beliau yang ditunjukkan oleh suatu dalil yang khas, yang menegaskan bahwa perbuatan itu hanya spesifik
buat
beiau
sendiri.
Misalnya
diperbolehkannya
mengawini lebih dari 4 orang dan menikahi wanita tanpa maskawin, ialah firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 50.
“...dan Kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan dirinya kepada Nabi (untuk dikawini tanpa mahar), bila Nabi menghendakinya, sebagai suatu kelonggaran untuk engkau (saja), bukan untuk kaum beriman umumnya”.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 5
2. Sebagian tindakan beliau berdasarkan suatu kebijaksanaan semata-mata yang bertalian dengan hal-hal keduniaan, seperti soal perdagangan, pertanian dan mengatur taktik perang. 3. Sebagian perbuatan beliau pribadi sebagai manusia, seperti makan,
minum,
berpakaian
dan
lain
sebagainya
yang
hukumnya sunah sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ishaq dan kebanyakan para Muhadditsin hukumnya sunat, misalnya: “Konon Nabi saw, mengenakan jubah (gamis) sampai di atas mata kaki”. c. Taqrir Taqrir Nabi ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan oleh para sahabat dihadapan beliau. beliau . Contoh taqrir Nabi Muhammad saw ialah tindakan salah satu sahabat yang bernama Khalid bin Walid dalam salah satu jamuan makan,
menyajikan makanan daging
biawak dan mempersilakan kepada Nabi Muhammad saw untuk menikmatinya bersama para undangan. Beliau menjawab: “tidak (maaf) berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku, aku jijik padanya!” Kata Khalid: “Segera aku memotongnya dan memakann ya sedang Rasulullah saw melihat kepadaku”. Tindakan Khalid dan para sahabat yang pada menikmati daging biawak
tersebut,
disaksikan
oleh
Nabi,
dan
beliau
tidak
menyanggahnya. Keengganan beliau memakannya itu disebabkan karena jijik. d.
Sifat-sifat, keadaan-keadaan dan hikmah (hasrat) Rasulullah saw Sifat-sifat dan keadaan beliau tergambar pada suatu riwayat “Rasulullah itu adalah sebaik -baik -baik manusia mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek” pendek” (HR. Bukhary-Muslim) Bukha ry-Muslim)
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 6
Selain itu silsilah, nama-nama dan tahun kelahiran yang telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli tarikh. “Aku dan Rasulullah saw dilahirkan pada tahun gajah” (HR. At Tirmidzi) Dengan
memperhatikan
macam-macam
unsur
hadist,
para
jumhuru‟I Muhadditsin Muhadditsin membagi hadits berturt-turut menjadi: 1. Sunnah- qauliyah 2. Sunnah- fi‟liyah 3. Sunnah- taqririyah 4. Sunnah hammiyah 2. Ta‟rif al-Hadits al-Hadits yang luas Hadits Hadits menurut ta‟rif ini dan berdasarkan ujung sanadnya hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu (terangkat), (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu:
Hadits Marfu'(
)
adalah hadits yang sanadnya
berujung langsung pada Nabi Muhammad Nabi Muhammad SAW (contoh: hadits sebelumnya)
Hadits Mauquf (
) adalah hadits yang sanadnya
terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu bahwa Abu Bakar, Ibnu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
Hadits Maqtu' (
) adalah hadits yang sanadnya
berujung pada para Tabi'in para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 7
agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu". Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits B. Struktur Hadits
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi). Contoh : Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (HR. Bukhari) (HR. Bukhari)
1. Sanad
Sanad secara etimologi berarti bagian bumi yang menonjol dan sesuatu yang berada di hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandang nya.” Bentuk jamaknya adalah isnad. Segala sesuatu yang anda sandarkan kepada yang lain disebut musnad. Sanad atau secara bahasa:
yakni sandaran atau
tumpuan atau jalan yg menyampaikan pada matan. Sedangkan Sedangkan secara istilah:
Silsilah para periwayat yang menukil matan dari sumbernya yang awal. Jadi sanad merupakan rangkain para periwayat hadis yg dijadikan sandaran matan.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 8
(jalur matan), yaitu serangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Mukharrij disebut sebagai orang yang mentakhrij hadis dan mengumpulkannya pada satu kitab hadis. Misalnya, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan sebagainya. Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya --> -- > Syu‟bah --> Qatadah -> Anas --> Nabi Muhammad SAW Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits. Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :
Keutuhan sanadnya
Jumlahnya
Perawi akhirnya Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum
datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi. 2. Matan Secara etimologis berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya. Bentuk jamaknya “mutun” mutun” dan “mitan “mitan”. ”. Matan dari segala sesuatu adalah bagian permukaan yang tampak darinya, juga bagian bumi yang tampak menonjol menonjol dan keras.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 9
(seseorang mengikat anak panah dengan tali) Sedangkan secara istilah matan adalah
Lafal hadis yang mengandung mengandung makna
Adapun redaksi hadis yang menjadi unsur pendukung pengertian matan secara istilah adalah :
:
Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya s endiri" Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang). 3. Perawi Perawi yaitu orang yang meriwayatkan hadits C. Sunah
Menurut bahasa, sunah merupakan perjalanan yang baik maupun yang buruk. Seperti pada hadits Nabi :
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 10
Rincian = suatu jalan yang baik = suatu jalan yang buruk Orang yg mengawali suatu perbuatan lalu diikuti oleh orang lain maka ia disebut sebagai perintis. Apabila hal yang baik ia disebut perintis kebaikan, sedangkan jika mengawali yang buruk maka disebut perintis keburukan Sunnah adalah bentuk plural dari sunan berakhir dari huruf sin dan nun yang berarti mengalir / berlalu sesuatu yang mudah. Secara etimologis, sunnah
berarti
jalan/tatacara
dikatakan
yang
telah
mentradisi,
sehingga
berarti pula seseorang mengikuti jalan yang
ditempuh seseorang. Demikian pula
berarti
(berjalan mengikuti jalanya). Sunnah juga berarti praktek yang di ikuti, arah, model perilaku atau tindakan, ketentuan, dan peraturan. Didalam kitab Al-Afsah fi fiqh al lugah, sunnah diartikan (jalan tengah). Senada dengan in, dalam Lisan Al Arab sunnah diartikan juga
(jalan lurus yang terpuji) sehingga dikatakan maka artinya adalah
(pengikut jalan
lurus yang terpuji). Sunnah secara etimologi etimologi adalah perbuatan atau perjalanan yang pernah dilalui baik yang tercela maupun yang terpuji. Sedangkan secara terminologi terminologi sunnah mempunyai pengertian yang berbeda-beda, karena ulama memberikan pengertian sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. a. Menurut ulama ahli hadis Sunnah dalam kitab Ushul Al hadis adalah sebagai berikut :
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 11
“Segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perkjalanan hidup, baik sebelum Nabi diangkat jadi Rasul atau sesudahnya” Menurut pengertian ini sunnah bisa meliputi fisik maupun perilaku Nabi dalam kehidupan sehari-hari baik sebelum ataupun sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. Mereka memandang Nabi adalah sosok suri tauladan yang sempurna bagi umat Islam, sehingga dalam pandangan mereka segala sesuatu yang berasal dari Nabi; baik yang ada kaitanya dengan hukum maupun tidak adalah sunnah. sunnah. b. Ulama usul fiqh memberikan definisi yang hampir sama, namun mereka membatasi sunnah hanya dengan yang bisa dijadikan acuan pengambilan hukum. Hal ini disebabkan mereka memandang Nabi sebagai syari‟ sebagai syari‟ (pembuat syariat) di samping Allah. Hanya saja ketika ulama usul mengucapkan hadis secara mutlak maka yang dimaksud adalah sunnah qawliyah. Karena qawliyah. Karena menurut mereka sunnah memiliki arti yang lebih luas dari hadis, yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan petunjuk hukum. bukan sebatas ucapan saja. c. Ulama fiqh mendefinisikan sunnah dengan suatu hal mendapatkan pahala bila dikerjakan namun tidak sampai mendapatkan dosa bila ditinggalkan. Mereka memandang Nabi saw sebagai pribadi yang seluruh perkataan dan perbuatannya mengandung hukum syara‟. Makna Sunnah secara syar ‟i ‟i berbeda beda tergantung disiplin ilmunya. 1. Dalam Ilmu Aqidah: Sunnah adalah apa yang ada diatasnya Rosulullah Shallallahu alaihi wasallam wasallam dan para Khulafaur Rosyidain serta para Salafus Sholih berupa Itiqod (keyakinan) sebelum
munculnya
bidah
bidah
serta
penyimpangan
penyimpangan. 2. Menurut Ahli Ushul: Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam selain wasallam selain Quran berupa perkataan, perbuatan dan penetapan.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 12
3. Menurut Ulama Hadits: Sunnah bermakna Hadits, yaitu apa yang berasal dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam dari perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, ataupun siroh. 4. Menurut Fuqoha: Sunnah adalah apa yang dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat mendapat apa apa. 5. Sunnah digunakan sebagai lawan dari kata bidah. 6. Sunnah juga digunakan sebagai lawan dari syiah.
D. Atsar dan Khabar
Pengertian khabar dan atsar menurut ulama hadis adalah sama dengan hadis. Namun sebagian ulama berpendapat bahwasannya sesuatu yang berasal dari Nabi adalah hadis. hadis. Sedangkan yang berasal dari selain Nabi disebut khabar . Para fuqaha Khurasan menyebut hadis mawquf dengan khabar dan dan hadis maqthu„ maqthu„ dengan atsar . Menurut arti bahasa khabar ialah berita. Jadi, khabar memiliki arti yang hampir sama dengan hadis, karena tahdits tahdits (pembicaraan) artinya tidak lain adalah ikhbar (pemberitaan). Adapun pengertian lain khabar menurut bahasa adalah berita yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Secara terminologi khabar
ada beberapa pendapat, di
antaranya "hadis yang disandarkan pada sahabat", atau "segala berita yang diterima dari selain dari Nabi". Untuk terminologi khabar , peneliti lebih sepakat dengan definisi yang pertama - sebagaimana juga dikemukakan oleh ulama Khurasan- yaitu khabar ialah hadis yang disandarkan pada sahabat (mawquf). Selain itu ada yang berpendapat bahwa Khabar adalah adalah perkataan, tindakan, dan ketetapan seseorang selain Nabi Muhammad. Sedangkan Had ȋ ts adalah perkataan, tindakan, dan ketetapan Nabi ȋ ts Muhammad. Hal ini dimaksud untuk memudahkan klasifikasi serta untuk membedakan antara khabar dengan hadis atau sunnah. Secara etimologi atsar berarti bekas atau sisa. Sedangkan secara terminologi ada 2 pendapat; (1). Atsar sinonim dengan hadis (2). Atsar adalah perkataan, tindakan, dan ketetapan sahabat. Pendapat yang kedua ini mungkin berdasarkan arti etimologisnya. Dengan penjelasan, perkataan
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 13
sahabat merupakan sisa dari sabda Nabi. Oleh karena itu, perkataan sahabat disebut dengan atsar merupakan hal yang yang wajar. Jadi, atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat atau tabi‟in, tapi terkadang juga j uga digunakan untuk hadits yang disandarkan kepada Nabi shollallahu „alaihi wa sallam, a pabila berkait misal dikatakan atsar dari Nabi shollallahu „alaihi wa sallam. Contoh sallam. Contoh Atsar yaitu: Perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullaahu tentang rahimahullaahu tentang hukum shalat di belakang ahlul bid‟ah:
: “Shalatlah (di belakangnya), dan tanggungan dia bid‟ah yang dia kerjakan.” Dari paparan tentang definisi hadis, sunnah, khabar dan atsar di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan terminologi yang digunakan oleh muhadditsin terkait ruang lingkup dan sumber ke empat definisi tersebut. Hadis Hadis atau sunnah sunnah memberikan pengertian bahwa rawi mengutip hadis yang disandarkan kepada Rasulullah Saw (marfu ( marfu„). „). Sedangkan khabar tidak hanya mencakup hadis marfu„ saja tetapi juga mengakomodasi hadis mawquf (rawi hanya bersumber dari sahabat saja tidak sampai pada Rasulullah). Bahkan juga yang hanya berhenti sampai tingkatan tabi„in (maqtu„ ) saja. Sedangkan atsar oleh para muhadditsin lebih diidentikkan hanya pada hadis mawquf atau maqtu„ saja. Untuk memudahkan pengidentifikasian hadis, maka akan lebih mudah apabila istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar dibedakan dalam pendefinisiannya. Hal ini dilakukan bukan untuk mendistorsi makna dari istilah tersebut, tetapi lebih dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi. Selain itu, diharapkan akan lebih mempermudah dalam memahami struktur hadis. Sehingga menurut hemat peneliti, hadis hadis dan sunnah
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 14
dipergunakan adalah untuk hadis marfu„ , khabar untuk untuk hadis mawquf, dan mawquf, dan atsar untuk untuk hadis maqthu„ . Menurut istilah ada tiga pendapat tentang Khabar yaitu: 1. Merupakan sinonim bagi hadits, yakni keduanya berarti satu. 2. Berbeda dengan hadits, di mana hadits adalah segala sesuatu yang datang dan Nabi SAW. sedang khabar adalah suatu yang datang dari selain Nabi SAW. 3. Lebih umum dari hadits, yakni bahwa hadits itu hanya yang datang dari Nabi saja, sedang khabar itu segala yang datang baik dari Nabi SAW. maupun yang lainnya. Sedangkan atsar menurut terminologi ada 2 pendapat yaitu : 1. Pengertian atsar identik dengan pengrtian hadits, sebagaimana yang dikatakan oleh imam Al Nawawi, bahwasanya para ahli hadits menyebut hadits marfu‟ dan hadits mauquf dengan atsar 2. Atsar ialah sesuatu yang datang dari sahabat (baik perkataan maupun perbuatan). Dalam hal ini atsar berarti hadits mauquf. Dan ini barang kali ditinjau dari segi bahasa yang berarti bekas atau peninggalan sesuatu, karena perkataan dan perbuatan merupakan sisa-sisa atau peninggalan dari Nabi SAW. dan oleh karena yang berasal dari Nabi SAW disebut dise but khabar, maka pantaslah kalau yang berasal dari sahabat disebut atsar. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata sunnah, hadits, khabar dan atsar adalah sinonim yaitu sesuatu yang disandarkan Nai SAW atau kepada sahabat, atau kepada tabi‟in, baik yang berupa perkatan, perbuatan, taqrir, atau sifat. Sedangkan yang membedakan antara yang datang dari Rosulullah saw, atau sahabat, atau tabi‟in adalah keterangan-keterangan keterangan-keterangan dalam periwayatannya.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 15
BAB III Kesimpulan
1. Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan serta persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama islam. 2. Sunnah secara etimologi adalah perbuatan atau perjalanan yang pernah dilalui atau yang telah mentradisi. 3. Khabar memiliki arti yang sama dengan hadis karena tahdits (pembicaraan) artinya tidak lain adalah ikhbar (pemberitaan). 4. Atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat atau tabi‟in, tapi terkadang juga digunakan untuk hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW. 5. Struktur hadits ada tiga yaitu sanad, matan dan rawi.
Hadits, Sunah. Khabar dan Atsar
Page 16