SUMBER AQIDAH ISLAM Jika kita menelaah tulisan para ulama dalam menjelaskan akidah, maka akan didapati 2 sumber pengambilan dalil penting. Dua sumber tersebut meliputi : 1. Dalil asas dan inti yang mencakup Al Qur’an, As Sunnah dan jma’ para ulama. 2. Dalil penyempurnaan yang mencakup akal sehat manusia dan !itrah kehidupan yang telah diberikan "leh Allah a##a $a jalla. A. Al%Qur’an Al%Qur’an Al%Qur’an adalah perkataan Allah Allah yang hakiki, diturunkan kepada &asulullah dengan pr"ses $ahyu, membacanya termasuk ibadah, disampaikan kepada kita dengan jalan muta$aatir 'jumlah "rang yang banyak dan tidak mungkin bersepakat untuk berb"h"ng(, dan terjaga dari penyimpangan, perubahan, penambahan dan pengurangan. Dalam hal ini Allah Allah ber!irman: - /0 5 4 * @ - ) * + 4 * 04 5/6 * 9 ; <= 0> * ? * * 3 - * 04 5/67 * 8 Sesungguhnya Bami%lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Sesung guhnya kami benar%benar memeliharanya. 'Q.S. Al%Cijr: ( Al Qur’an adalah !irman Allah yang di$ahyukan kepada &asulullah sh"lallahu Ealaihi $assalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Allah telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan "leh hamba%Fya sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat. a merupakan petunjuk bagi "rang%"rang yang diberi petunjuk, ped"man hidup bagi "rang yang beriman, dan "bat bagi ji$a%ji$a yang terluka. Beagungan lainnya adalah tidak akan pernah ditemui kekurangan dan celaan di dalam Al Qur’an, sebagaimana dalam !irman%Fya GHelah GHe lah sempurnalah kalimat &abbmu 'Al Qur’an( sebagai kalimat yang benar dan adil. Hidak ada yang dapat merubah%rubah kalimat%Fya dan Dialah yang Iaha Iendengar lagi Iaha Iengetahui 'Q.S. Al An’am:11K( An’am:11K( Al mam Asy Syatibi mengatakan bah$a sesungguhnya Allah telah menurunkan syariat ini kepada &asul%Fya yang di dalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang ke$ajiban dan peribadatan yang dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di dalamnya perkara akidah. Allah menurunkan Al Qur’an sebagai sumber hukum akidah karena Dia tahu kebutuhan manusia sebagai se"rang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada% Fya. Lahkan jika dicermati, akan ditemui banyak ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan tentang akidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Mleh karena itu, menjadi hal yang $ajib jika kita mengetahui dan memahami memaha mi akidah yang bersumber dari Al Qur’an karena kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari &abb manusia, yang haN dan tidak pernah sirna ditelan masa. L. As Sunnah Seperti halnya Al Qur’an, As Sunnah adalah satu jenis $ahyu yang datang dari Allah subhanahu $ata’ala $alaupun la!ad#nya bukan dari Allah Allah tetapi maknanya datang dari%Fya. Cal ini dapat diketahui dari !irman Allah GDan dia 'Iuhammad( tidak berkata berdasarkan ha$a na!su, ia tidak lain kecuali $ahyu yang di$ahyukan 'Q.S An Fajm : O%P( &asulullah shalallahu Ealaihi $assalam juga bersabda: GHulislah, Demi D#at yang ji$aku berada di tangan%Fya, tidak keluar k eluar darinya kecuali kebenaran sambil menunjuk ke lidahnya. '&i$ayat Abu Da$ud( ang menjadi pers"alan kemudian adalah kebingungan yang terjadi di tengah umat karena begitu
banyaknya hadits lemah yang dianggap kuat dan sebaliknya, hadits yang sh"hih terkadang diabaikan, bahkan tidak jarang beberapa kata Gmutiara yang bukan berasal dari &asulullah shalallahu Ealaihi $assalam dinisbatkan kepada beliau. Cal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan "leh musuh%musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, Iaha Suci Allah yang telah menjaga kemurnian As Sunnah hingga akhir #aman melalui para ulama ahli ilmu. Allah menjaga kemurnian As Sunnah melalui ilmu para ulama yang gigih dalam menjaga dan membela sunnah%sunnah &asulullah shalallahu Ealaihi $assalam dari usaha%usaha penyimpangan. ni tampak dari ulama%ulama generasi sahabat hingga ulama de$asa ini yang menjaga sunnah dengan mengha!alnya dan mengumpulkannya serta berhati%hati di dalam meri$ayatkannya. Rara ulama inilah yang disebut sebagai para ulama Ahlusunah. Mleh karena itu, perlu kiranya jika kita menuntut dan belajar ilmu dari mereka agar tidak terseret dalam jurang penyimpangan. Selain melakukan penjagaan terhadap Sunah, Allah menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum dalam agama. Bekuatan As Sunnah dalam menetapkan syariat%termasuk perkara akidah% ditegaskan dalam banyak ayat Al Qur’an, diantaranya !irman Allah yang artinya : GDan apa yang diberikan &asul kepada kalian maka terimalah dan apa yang ia larang maka tinggalkanlah 'Q.S Al Casyr:( Dan !irman%Fya GTahai "rang%"rang yang beriman taatilah Allah dan taatilah &asul 'Q.S An Fisaa:K( Uirman Allah tersebut menunjukkan bah$a tidak ada pilihan lain bagi se"rang muslim untuk juga mengambil sumber%sumber hukum akidah dari As Sunnah dengan pemahaman ulama. bnul Q"yyim juga pernah berkata GAllah memerintahkan untuk mentaati%Fya dan mentaati &asul%Fya shalallahu Ealaihi $assalam dengan mengulangi kata kerja 'taatilah( yang menandakan bah$a menaati &asul $ajib secara independent tanpa harus menc"c"kkan terlebih dahulu dengan Al Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Cal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan Sunnah. V. jma’ Rara Wlama jma’ adalah sumber akidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Iuhammad sh"lallahu Ealaihi $assalam setelah beliau $a!at, tentang urusan pada suatu masa. Iereka bukanlah "rang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu. Lerkaitan dengan jma’, Allah subhanahu $ata’ala ber!irman yang artinya Dan barangsiapa yang menentang &asul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan jalannya "rang%"rang yang beriman, maka Bami akan biarkan ia leluasa berbuat kesesatan yang ia lakukan dan Bami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk%buruk tempat kembali 'Q.S An Fisaa:11K( mam Sya!i’i menyebutkan bah$a ayat ini merupakan dalil pemb"lehan disyariatkannya ijma’, yaitu diambil dari kalimat Gjalannya "rang%"rang yang beriman yang berarti ijma’. Leliau juga menambahkan bah$a dalil ini adalah dalil syar’i yang $ajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan menyelisihi &asul. Di dalam pengambilan ijma’ terdapat juga beberapa kaidah%kaidah penting yang tidak b"leh ditinggalkan. jma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al Qur’an dan Sunnah yang shahih karena perkara akidah adalah perkara tauNi!iyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan $ahyu. Sedangkan !ungsi ijma’ adalah menguatkan Al Quran dan Sunnah serta men"lak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang d#ani sehingga menjadi Natha’i.
D. Akal Sehat Ianusia Selain ketiga sumber akidah di atas, akal juga menjadi sumber hukum akidah dalam slam. Cal ini merupakan bukti bah$a slam sangat memuliakan akal serta memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya. Hermasuk pemuliaan terhadap akal juga bah$a slam memberikan batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak ke dalam pemahaman%pemahaman yang tidak benar. Cal ini sesuai dengan si!at akal yang memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristi$a. Agama slam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan "leh beberapa g"l"ngan '!irNah( yang menyimpang. Syaikhul slam bnu Haimiyah mengatakan, GAkal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan dalam amal, dengan keduanyalah ilmu dan amal menjadi sempurna. Canya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam ji$a, ia ber!ungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika mendapatkan cahaya iman dan Al Qur’an ia seperti mendapatkan cahaya matahari dan api. Akan tetapi, jika ia berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat 'hakikat( sesuatu dan jika sama sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan. Xksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang perkara%perkara nyata yang memungkinkan pancaindera untuk menangkapnya. Adapun masalah%masalah gaib yang tidak dapat tersentuh "leh pancaindera maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak atau gaib, seperti akidah, tidak dapat diketahui "leh akal kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk $ahyu baik dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih. Al Qur’an dan As Sunnah menjelaskan kepada akal bagaimana cara memahaminya dan melakukan masalah tersebut. Salah satu c"nt"hnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah maka akan dapat diketahui bah$asanya setiap manusia harus meyakininya. Iengenai hal ini bnu Haimiyah mengatakan bah$a apa yang tidak terdapat dalam Al Qur’an, As Sunnah, dan jma’ yang menyelisihi akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat adalah batil, sedangkan tidak ada kebatilan dalam Qur’ an, Sunnah dan jma’, tetapi padanya terdapat kata%kata yang mungkin sebagian "rang tidak memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil. X. Uitrah Behidupan Dalam sebuah hadits &asulull"h sh"lall"hu Ealaihi $assalam bersabda GSetiap anak yang lahir dalam keadaan !itrah, maka kedua "rang tuanyalah yang membuat ia menjadi ahudi, Fasrani atau Iajusi 'C.& Iuslim(. Dari hadits ini dapat diketahui bah$a sebenarnya manusia memiliki kecenderungan untuk menghamba kepada All"h. Akan tetapi, bukan berarti bah$a setiap bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama slam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apa%apa, tetapi setiap manusia memiliki !itrah untuk sejalan dengan slam sebelum din"dai "leh penyimpangan% penyimpangan. Lukti mengenai hal ini adalah !itrah manusia untuk mengakui bah$a mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki si!at dan kemampuan yang sama. Lahkan, ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeru kepada All"h seperti dijelaskan dalam !irman%Fya. GDan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia. Iaka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling, dan manusia adalah sangat ku!ur 'Q.S Al sraa’:Y( Sem"ga All"h memahamkan kita terhadap ilmu yang berman!aat, meng"k"hkan keimanan
dengan pemahaman yang benar, memuliakan kita dengan amalan%amalan yang bermakna. Tallahu’alam.