Mata kuliah : Perlindungan Hutan
Hari/tanggal : Selasa / 15 Februari 2016
Kelas : Manajemen Hutan Selasa Pagi
SUMBER API KEBAKARAN
Kelompok :
2 (Dua)
Muhammad Kurnia Nasution E14140022
Dosen Praktikum :
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si.
Asisten Praktikum :
Erekso Hadiwijoyo, S.Hut.
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi lahan yang dapat mempengaruhi kualitas tanah dan menurunkan kesuburan tanah. Menurut Saharjo (2003), kebakaran hutan merupakan pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon. Secara umum, penyebab kebakaran hutan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor manusia. Kebakaran hutan di Indonesia yang terus terulang setiap tahun ini, penyebabnya sebagian besar oleh faktor manusia, baik tanpa disengaja maupun disengaja. Penyebab kebakaran hutan karena faktor alam atau secara alami dipicu oleh petir, lelehan lahar gunung api, gesekan antara pepohonan yang kemudian menimbulkan percikan api. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh petir dan gesekan pohon jarang terjadi di Indonesia apalagi pada hutan hujan tropis. Telah disinggung di awal, kebakaran hutan di Indonesia yang berulang hampir tiap tahun, lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia. Berdasarkan laporan sebuah lembaga riset, faktor manusia merupakan penyebab kebakaran hutan di sejumlah provinsi.
Menurut Syaufina (2008) dalam bukunya, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, hampir 99 persen kebakaran hutan di Indonesia disebabkan karena ulah manusia. Faktor manusia lainnya yang menjadi penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah pembukaan lahan. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan kerap menjadi hal yang paling sering dilakukan baik oleh perorangan maupun perusahaan. Pembakaran hutan menjadi pilihan yang paling murah dan mudah untuk mengubah lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit, kebun karet, dan lahan pertanian lainnya sekaligus menaikkan harga jual lahan. Kebakaran hutan hebat yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada tahun ini pun ditengarai disebabkan oleh faktor ini.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji sejauh mana gesekan bambu maupun gesekan kayu dapat menimbulkan terjadinya kebakaran hutan.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji sejauh mana puntung rokok dapat menimbulkan terjadinya kebakaran hutan.
BAB II
METODE DAN BAHAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Pengujian gesekan bambu dan gesekan kayu
Dua Batang Bambu
Dua Batang Kayu
Alat Pengukur Waktu
2.1.2 Pengujian puntung rokok
4 Batang Rokok
Serasah pinus ± 20 gr
Alat Pengukur Waktu
Neraca Analitik
Korek Api
2.2 Metode
2.2.1 Pengujian Gesekan Bambu dan Gesekan Kayu
Siapkan 2 potong bambu dan 2 potong kayu.
Dua praktikan memegang sepasang bambu dan sepasang kayu.
Ketika stopwatch dinyalakan maka praktikan mulai menggesekkan masing-masing bambu dan kayu dengan pasangannya.
Amati dan rasakan keadaan bambu dan kayu pada detik ke 30, menit ke 1, dan menit ke 2.
2.2.2 Pengujian Puntung Rokok
Siapkan rokok dan serasah pinus dengan berat ±20 gram.
Pada perlakuan 1, nyalakan 1 batang rokok lalu buang secara alami pada serasah pinus.
Amati batang rokok dan keadaan serasah pinus.
Pada perlakuan 2, nyalakan 2 batang rokok lalu buang secara alami pada serasah pinus dan terpisah.
Amati batang rokok dan keadaan serasah pinus.
Pada perlakuan 3, nyalakan 2 batang rokok tapi satukan sumber api pada kedua rokok tersebut.
Amati kedua batang rokok dan keadaan serasah pinus.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1 Pengujian Gesekan Bambu dan Gesekan Kayu
Jenis Bahan Bakar
Waktu
30 detik
1 menit
2 menit
Bambu
Hangat
Lebih hangat
Lebih terasa hangat
Kayu
Hangat
Hangat
Hangat
Tabel 2 Pengujian Puntung Rokok
Perlakuan
Pengamatan
Satu rokok
Dalam waktu 10 menit nyala rokok stabil, serasah seperti hangus, namun tidak ada nyala api yang timbul.
Dua rokok
Dalam waktu 10 menit nyala rokok stabil, serasah seperti hangus, namun tidak ada nyala api yang timbul.
Dua rokok disatukan
Dalam waktu 10 menit nyala rokok stabil, serasah seperi hangus namun tidak ada nyala api yang timbul. Asap yang timbul lebih banyak dari perlakuan satu dan dua
3.2 Pembahasan
Kebakaran hutan dapat berlangsung secara alami maupun tidak secara alami. Kebakaran secara alami bisa di sebabkan oleh petir, lelehan lahar gunung berapi dan gesekan antara pepohonan. Kebakaran hutan secara tidak alami terjadi oleh pembukaan lahan kegiatan merokok. Praktikum sumber api kebakaran menguji penyebab hutan secara tidak alami atau buatan yaitu pengujian gesekan antar bambu, gesekan antar kayu dan pengujian puntung rokok.
Pengujian gesekan antar bambu dan gesekan antar pohon dilakukan dalam selang waktu 30 detik, 1 menit , dan 2 menit. Pada selang 30 detik hasil yang ditimbulkan oleh gerakan bambu dan kayu yaitu kayu terasa hangat dan tidak ada tanda-tanda timbulnya api. Pada selang waktu 1 menit hasil yang di timbulkan dari gesekan bambu terasa lebih hangat dibangdingkan gesekan antar kayu tetapi tidak ada juga tanda-tanda kemunculan api. Pada selang waktu 2 menit hasil yang di timbulkan dari gesekan antar bambu lebih terasa hangat di bandingan gesekan antar bambu pada selang waktu 1 menit. Pada gesekan antar kayu hasil yang di timbulkan sama seperti pada waktu 30 detik dan 1 menit. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kayu yang dapat menghasilkan percikan api ketika digesekan ialah ranting-ranting pohon (Mulyana 2010).
Pengujian puntung rokok dilakukan dengan tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan membuang satu batang rokok secara sembarang ke serasah. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada api yang menyala namun terdapat serasah yang hangus pada bagian yang tepat di puntung rokok. Pengamatan di lakukan selama sepuluh menit. Perlakuan kedua dengan membuang dua puntung rokok ke serasah secara sembarang. Hasil pengamatan sama seperti perlakuan kedua tidak ada api yang menyala namun ada bagian serasah yang hangus. Perlakuan ketiga dilakukan dengan menempatkan dua batang rokok yang menyala pada serasah pinus dengan ujungnya yang berdempetan sehingga dapat memberikan panas yang lebih pada serasah. Hasil yang diamati sama seperti dua perlakuan sebelumnya tidak ada nyala api yang timbul namun pada serasah yang berdekatan dengan puntung rokok hangus. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan ialah pembakaran hutan dan membakar api unggu ketika berkemah, sedangkan untuk putung rokok kemungkinan terjadinya kebakaran kecil (Latifah 2013).
BAB IV
KESIMPULAN
Gesekkan antar kayu dan antar bambu, serta pembuangan puntung rokok secara sembarangan tidak dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Pembuangan puntung rokok tidak dapat menyebabkan kebakaran hutan, namun kegiatan merokok yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan. Gesekan antar kayu, gesekan antar bambu dan puntung rokok dapat menghasilkan energi panas namun tidak mampu untuk menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah R N dan Pamungkas A. 2013. Identifikasi faktor-faktor kerentanan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Liang Anggang, Banjarbaru. Jurnal Teknik Pomits. 2(2): 207-210.
Saharjo BH. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Lestari Perlukah Dilakukan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang (ID) : Bayumedia.
Latifah R N dan Pamungkas A. 2013. Identifikasi faktor-faktor kerentanan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Liang Anggang, Banjarbaru. Jurnal Teknik Pomits. 2(2): 207-210.
Mulyana D dan Asmarahman C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta (ID): Agromedia.