LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8
1
Suhu Tubuh Manusia Dwi Wahyu Intani (1511100063) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail :
[email protected].
[email protected] id
Abstrak — suhu suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang hilang. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempraktekkan penggunaan thermometer klinis dan untuk mengetahui suhu tubuh manusia dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. Praktikum suhu tubuh manusia dilakukan pada hari Rabu, 2 April 2014 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Botani dan kelas H-307 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Praktikum dilakukan dengan 5 perlakuan yaitu : terlentang, duduk dengan mulut tertutup, duduk dengan mulut terbuka, berlari selama beberapa menit dan berkumur dengan es batu. Masing – masing masing perlakuan dilakukan 2x pengulangan yaitu pada suhu ruang 25°C dan kelas H-307 dengan suhu ruang 18°C. Hasil praktikum ini adalah jenis kelamin laki – laki laki suhu tubuh tinggi Suci memiliki suhu sebesar 36.7°C dan Faisal sebesar 37°C. berat badan besar, parameter berat badan (BB) Suci (BB tinggi) mempunyai suhu sebesar 36.4°C dan Risa (BB rendah) mempunyai suhu sebesar 36.7°C. Ketika kondisi mulut tertutup suhunya sebesar 36.7°C dan kondisi ketika mulut terbuka yaitu dan 36.4°C. Pada saat terlentang suhu tubuh sebesar 36.7°C sedangkan setelah beraktivitas suhu tubuh menjadi 36°C. Setelah pemberian air es suhu awal sebesar 32.1°C sedangkan suhu akhir sebesar 33.6°C. Pada pengukuran di suhu dingin, suhu tubuh lebih rendah daripada disuhu ruang. Kata
Air Kunci — Air
es,
Aktivitas,
Suhu,
Termoregulasi,
Termometer
I. PENDAHULUAN
S
UHU tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang hilang. Manusia bersifat homeotermik, yaitu suhu inti dipertahankan sekitar 37°C berapapun suhu lingkungan eksternal. Jika terjadi ketidakseimbangan, tubuh akan sangat terpengaruh karena manusia tidak dapat menoleransi perubahan rentang suhu yang ekstrem [1]. Suhu dapat diukur pada beberapa tempat di tubuh melalui rute oral, rektal, aksila, kulit, atau membran thympani. Pengganti thermometer air raksa tradisional mencakup thermometer elektronik, sensor membran timpani, thermometer titik kimia dan thermometer digital. Alat alat ini memberikan keuntungan yaitu mengukur suhu secara cepat. [2]. Termoregulasi adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan [3]. Faktor lain yang mempengaruhi termoregulasi adalahmetabolisme basal, aktifitas muscular, hormone thyroxine dan epinephrine yang menstimulasi efek pada laju metabolisme, suhu yang berefek pada sel [4]. Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Tujuan praktikum ini adalah untuk mempraktekkan penggunaan thermometer klinis dan untuk mengetahui suhu tubuh manusia dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. II. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Praktikum suhu tubuh manusia dilakukan pada hari Rabu, 2 April 2014 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Botani dan kelas H-307 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer klinis, termometer auricle, alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air es, alkohol, dan tisu. C. Cara kerja Pada praktikum suhu tubuh manusia ini terdapat 5 perlakuan yaitu : terlentang, duduk dengan mulut tertutup, duduk dengan mulut terbuka, berlari selama beberapa menit dan berkumur dengan es batu. Masing – Masing – masing masing perlakuan tersebut dilakukan 2 kali pengulangan pada suhu ruang yang berbeda yaitu di Laboratorium Botani dengan suhu ruang 25°C dan kelas H307 dengan suhu ruang 18°C. Pada perlakuan terlentang, probandus telentang diatas lantai dengan keadaan rileks. Kemudian thermometer klinis dinyalakan hingga di layar thermometer menunjukkan L C. setelah itu ujung thermometer dimasukkan fossa axillaris dan lengan diletakkan diatas dada sehingga fossa axillaris tertutup.
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8
2
Ditunggu hingga terdengar bunyi “klik” kemudian thermometer diambil dan dilihat hasil pengukurannya. Setelah selesai ujung thermometer dibersihkan dengan alkohol 70%. Pada perlakuan kedua yaitu probandus posisi duduk dengan mulut tertutup. Thermometer klinis dinyalakan hingga di layar thermometer menunjukkan LC . Dimasukkan ke bagian bawah lidah probandus kemudian ditutup rapat. Ditunggu 5-10 menit atau sampai terdengar bunyi „klik” pada thermometer. Setelah itu dilihat dan dicatat hasil pengukuran suhu. Ujung thermometer yang terbuat dari metal dibersihkan dengan alkohol 70%. Perlakuan ketiga, yaitu probandus posisi duduk dengan mulut terbuka. Digunakan thermometer auricle. Termometer auricle diletakkan pada pangkal auditory canal kemudian ditekan tombol power pada thermometer. Ditunggu beberapa detik hingga terdengar bunyi alarm termometer. Lalu thermometer diambil dan dicacat hasilnya. Setelah selesai thermometer dibersihkan dengan alkohol 70%. Perlakuan keempat, probandus berlari selama beberapa menit hingga merasa lelah. Termometer dinyalakan hingga di C layar thermometer menunjukkan L kemudian dimasukkan di bawah lidah dan ditutup rapat. Ditunggu 5-10 menit, atau sampai alarm thermometer berbunyi. Setelah itu thermometer diambil dan dilihat hasilnya serta bagian ujungnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Perlakuan kelima yaitu probandus berkumur dengan air es hingga merasa ngiluh. Termometer dinyalakan hingga di layar C thermometer menunjukkan L kemudian dimasukkan di bawah lidah dan ditutup rapat. Ditunggu 5-10 menit hingga alarm thermometer berbunyi. Setelah itu thermometer diambil dan dilihat hasilnya serta dibersihkan dengan alkohol 70%. Angka yang dilihat adalah angka saat pertama termometer diletakkan di mulut sampai angka terakhir pengukuran yang terlihat di layar. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mempraktekkan penggunaan thermometer klinis dan untuk mengetahui suhu tubuh manusia dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. Pada praktikum ini disiapkan 3 probandus yang memiliki jenis kelamin berbeda yaitu 1 probandus laki-laki dan 2 probandus perempuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap suhu tubuh manusia. Selain itu juga dipilih probandus yang mempunyai berat badan yang terendah dan
tertinggi. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh berat badan terhadap suhu tubuh. Sebelum pengukuran suhu, probandus diberi 5 perlakuan yang berbeda yaitu terlentang rileks, duduk dengan mulut tertutup, duduk dengan mulut terbuka, berlari selama beberapa menit dan berkumur dengan es batu. Pada perlakuan terlentang dilakukan pengukuran suhu pada fossa axillaris karena pada ketiak terdapat kelenjar limfe sehingga suhunya menjadi lebih panas. Selain itu juga supaya tidak ada kontak dengan suhu luar. Pada perlakuan duduk dengan mulut tertutup rapat dilakukan pengukuran di bawah lidah dimaksudkan agar pengukuran suhu tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan (suhu luar) sehingga suhu yang terukur adalah benar-benar merupakan suhu tubuh probandus. Pemilihan daerah bawah lidah ini dianggap mewakili suhu tubuh karena daerah ini dekat dengan pembuluh arteri sublingual [5]. Pengukuran suhu pada posisi duduk dengan mulut terbuka untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan (suhu luar) terhadap suhu tubuh. Selain itu probandus juga melakukan aktivitas fisik dengan berlari selama beberapa menit yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat termoregulasi tubuh dan pengaruhnya terhadap suhu. Kemudian perlakuan berkumur dengan es batu yaitu bertujuan untuk mengetahui pengaruh dingin terhadap suhu tubuh manusia. Pada setiap pergantian pengukuran, termometer dibersihkan dengan alkohol supaya tetap steril dan aman digunakan untuk prosedur selanjutnya. Pengukuran suhu digunakan termometer klinis digital dan termometer auricle. Termometer klinis digital digunakan pada fossa axillaris dan mulut. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan probandus. Sedangkan Termometer auricle digunakan untuk pengukuran suhu pada lubang telinga dengan memasukkan ujung prove termometer secara perlahan-lahan kedalam saluran telinga yang mengarah ketitik tengah. Berdasarkan literature disebutkan bahwa thermometer auricle atau termometer tympani memberikan hasil pengukuran yang akurat jika dibandingkan dengan thermometer elektronik aksila. Walaupun akurasinya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti teknik yang benar, beroperasi pada suhu 15,6 - 35°C, saluran telinga yang bebas dari kotoran dan pus [6]. Hasil dari pengukuran suhu semua probandus ditunjukan pada tabel di bawah ini (tabel 1) :
Tabel 1 Hasil Pengukuran Suhu Tubuh Suci
Perlakuan
Risa
Faisal
25°C
18°C
25°C
18°C
25°C
18°C
Terlentang
36.7
35.9
36.8
36.8
37
36.8
Mulut tertutup
36.7
36.5
36.7
36.4
36.5
34.9
Mulut terbuka
36.4
36.6
36.7
36.4
36.5
36.3
Aktivitas
36
36
35.6
34.2
35.1
34.1
Awal
32.1
33.1
33.3
33.1
-
-
Akhir
33.6
34.4
33.8
35.4
34.4
35.2
Berkumur es
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8 A. Jenis Kelamin Pada praktikum ini diukur suhu tubuh probandus laki – laki dan perempuan dan dilihat perbedaanya. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa suhu probandus perempuan yang diwakili oleh Suci pada suhu ruang (25°C) rata – rata lebih rendah dibandingkan dengan suhu probandus laki – laki (Faisal). Diambil sampel pada perlakuan terlentang yaitu Suci memiliki suhu sebesar 36.7°C dan Faisal sebesar 37°C. Perbedaan suhu tersebut disajikan dalam grafik dibawah ini :
3 perlakuan mulut terbuka di ruangan bersuhu 25°C. Suci mempunyai suhu sebesar 36.4°C dan Risa mempunyai suhu sebesar 36.7°C. Hasil ditunjukkan dalam grafik dibawah ini :
Grafik 2. Perbandingan suhu tubuh berdasarkan berat badan.
Grafik 1. Perbandingan Suhu Tubuh probandus Laki – laki dan Perempuan
Adanya perbedaan suhu antara perempuan dan laki – laki yaitu suhu tubuh laki – laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat dikaitkan dengan massa otot pada laki-laki yang cenderung lebih banyak daripada perempuan. Bila massa otot lebih banyak maka akan lebih banyak otot yang berkontraksi dalam tubuh laki-laki dibandingkan perempuan. Bila kontraksi lebih banyak maka panas yang dihasilkan juga akan lebih banyak dan panas ini yang akan meningkatkan suhu tubuh [7]. Selain itu juga bisa dikarenakan faktor hormonal. Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5°C di atas suhu basal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5 C [8]. Suhu tubuh menurun pada periode pascamenstruasi [1]
Dalam literatur dijelaskan bahwa berat badan mempengaruhi suhu tubuh. Semakin berat tubuh manusia berarti semakin banyak sel tubuhnya dan semakin besar pula metabolismenya. Keadaan ini menyebabkan pembentukkan panas tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan orang kurus [9]. Berat badan yang tinggi menyebabkan massa sel yang tinggi pula dan berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme basal tiap individu [10]. Tetapi yang terjadi dalam praktikum ini berlawanan dengan teori. Hal ini mungkin dikarenakan pada probandus yang mempunyai berat tubuh lebih kecil akan cenderung mempertahankan panas dalam tubuhnya dan ketika dibandingkan banyaknya keringat yang dikeluarkan oleh probandus yang beratnya lebih kecil dan besar, ternyata pada probandus ini (Risa) lebih sedikit mengeluarkan keringat daripada Suci. Oleh karena itu suhu tubuh Risa cenderung lebih besar daripada suhunya Suci. Pada tubuh seseorang yang memiliki berat badan rendah (kurus) lebih cenderung menyimpan energi dalam tubuhnya. Sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan dalam keadaam konstan. C. Mulut Terbuka dan Tertutup Pada perlakuan mulut terbuka dan tertutup ini untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu dalam tubuh. Hasil praktikum yaitu ditunjukan oleh grafik di bawah ini :
B. Berat badan Pada parameter berat badan dibandingkan probandus yang mempunyai berat badan paling tinggi dan rendah. Pada praktikum ini probandus yang mempunyai berat badan tertinggi diwakilkan oleh Suci sedangkan yang mempunyai berat badan terendah diwakilkan oleh Risa. Hasil pengukuran suhu menunjukkan suhu tubuh dengan berat badan terendah mempunyai rata – rata suhu yang lebih tinggi daripada yang mempunyai berat badan tertinggi. Diambil sampel pada
Grafik 3. Perbandingan suhu tubuh ketika mulut dalam kondisi terbuka dan tertutup pada suhu ruang (25°C).
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8 Berdasarkan grafik 3 diatas, diketahui pada probandus Suci ketika kondisi mulut dalam keadaan tertutup suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan ketika mulut terbuka yaitu sebesar 36.7°C dan 36.4°C. Sedangkan pada Risa suhu tubuhnya tetap baik dalam kondisi mulut terbuka maupun tertutup. Dari sini terlihat bahwa pada probandus Suci pengukuran suhu sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan sedangkan pada Risa tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu dalam tubuh dan suhu lingkungan dapat saja terjadi pertukaran bilasaja ada ronggarongga terbuka sehingga menyebabkan suhu tubuh menurun. Dalam sebuah literatur menyatakan bahwa suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin[11]. Pada saat bernapas dengan mulut terbuka, suhu menjadi turun karena suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh, kehilangan panas tidak dapat dihindari sehingga suhu tubuh menurun [12]. D. Aktivitas Pada perlakuan aktivitas, dilihat perbandingan suhu pada probandus yang melakukan aktivitas dengan yang tidak melakukan aktivitas atau terlentang. Hasil pada praktikum ini, rata – rata suhu tubuh probandus yang diukur pada suhu ruang 25°C setelah beraktivitas lebih rendah dibandingkan dengan posisi telentang. Pada probandus Suci pada saat terlentang suhu tubuhnya sebesar 36.7°C sedangkan setelah beraktivitas suhu tubuhnya menjadi 36°C. Pada Risa ketika telentang sebesar 36.8°C setelah beraktivitas menjadi 35.6°C. perbandingan suhu tubuh saat terlentang dan beraktivitas yaitu ditunjukkan dalan grafik dibawah ini:
4 Setelah beraktivitas suhu Risa (berat badan rendah) menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Suci (berat badan tinggi). Hal ini diperkirakan karena proses termoregulasi orang yang mempunyai berat badan lebih rendah lebih cepat karena volume tubuh yang lebih kecil dibandingkan yang bertubuh besar. E. Berkumur dengan Air Es Pada perlakuan air es ini suhu diukur pada bagian bawah lidah dengan melihat angka awal dan akhir yang ditunjukkan oleh thermometer. Angka awal menunjukkan suhu tubuh probandus normal sedangkan angka terakhir adalah suhu probandus yang dipengaruhi perlakuan dingin (es). Diambil sampel pada probandus Suci. Setelah pemberian air es suhu awal sebesar 32.1°C sedangkan suhu akhir sebesar 33.6°C Pada perlakuan ini terjadi perpindahan panas secara konduksi yaitu Suatu proses pemindahan panas antara dua benda yang berbeda suhu dan saling bersentuhan. Hasil praktikum menunjukkan suhu meningkat setelah diberi perlakuan dengan air es. Hal ini berarti jika suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal dari posterior hipotalamus [8]. Saat suhu tubuh di bawah suhu normal maka hipotalamus merangsang mekanisme produksi /penyimpanan panas tubuh. Tubuh kemudian melakukan vaskonstriksi, pembuluh darah menyempit untuk menghindari hilangnya panas tubuh ke lingkungan kemudian tubuh menyesuaikan kembali ke suhu normalnya [5]. F. Suhu Lingkungan Pada pengamatan pengaruh suhu luar atau suhu lingkungan terhadap suhu tubuh dilakukan pengukuran suhu pada tempat yang berbeda yaitu pada ruangan yang bersuhu 25°C dan pada ruangan dengan suhu 18°C. Hasil praktikum ditunjukkan pada grafik dibawah ini :
Grafik 4. Perbandingan suhu tubuh telentang dengan beraktivitas
Secara umum, suhu tubuh akan meningkat setelah beraktivitas karena metabolisme tubuh akan meningkat dan menghasilkan panas. Ketidaksesuain hasil dengan teori ini di mungkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu suhu lingkungan, kondisi kesehatan, pakaian, hidrasi, dll serta faktor kesalahan relatif meliputi kesalahan dalam pengukuran, membaca alat, dsb [11]-[8]. Selain faktor – faktor tersebut juga dimungkinkan karena termoregulasi tubuh, dimana suhu tubuh yang awalnya meningkat setelah beraktivitas menjadi rendah karena tubuh melakukan termoregulasinya dalam waktu singkat sehingga menurunkan panas untuk menyeimbangkan suhu tubuh.
Grafik 5. Perbandingan suhu tubuh pada kondisi lingkungan berbeda
Berdasarkan grafik 5 tersebut diketahui bahwa pada suhu ruang 25°C suhu probandus lebih tinggi dibandingkan dengan pada ruangan dingin bersuhu 18°C. ketika keadaan dingin, tubuh akan cenderung mempertahankan panas tubuhnya untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh dan terjadi vasokontriksi untuk pengurangan jumlah panas yang di keluarkan. Sedangkan pada tempat yang suhunya lebih tinggi akan memicu
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8 metabolism tubuh untuk lebih tinggi sehingga panas yang dihasilkan juga lebih tinggi. Oleh karena itu suhu tubuh ketika di ruang dingin 18°C menjadi lebih rendah. Dalam teori dijelaskan bahwa Saat suhu tubuh di bawah suhu normal maka hipotalamus merangsang mekanisme produksi /penyimpanan panas tubuh. Tubuh kemudian melakukan vaskonstriksi, pembuluh darah menyempit untuk menghindari hilangnya panas tubuh ke lingkungan [5]. IV. KESIMPULAN Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan diketahui cara penggunaan thermometer klinis untuk pengukuran suhu tubuh. Pertama yaitu dengan menyalakan tombol power dan ditunggu hingga layar thermometer menunjukkan L C. setelah itu alat diletakkan pada bagian tubuh yang umumnya digunakan untuk mengukur suhu, misal di bawah lidah, auditory canal dan saluran telinga. Ditunggu hingga beberapa menit sampai terdengar bunyi alarm dari thermometer dan alat dapat diambil dan dilihat hasil pengukuran suhunya. Setiap selesai menggunakan thermometer, ujung thermometer harus dibersihkan dengan alkohol atau air. Suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, berat badan, kontak dengan lingkungan luar, aktivitas dan perlakuan dingin. Jenis kelamin laki – laki suhu tubuh lebih tinggi. Berat badan lebih tinggi suhu tubuh lebih tinggi, aktivitas berat suhu tubuh lebih tinggi dan perlakuan dingin dengan air es menyebabkan suhu lebih tinggi dan suhu lingkungan menyebabkan suhu tubuh rendah.
5
3
Pengukuran suhu pada mulut dengan perlakuan mulut tertutup pada dua tempat dengan suhu o berbeda yaitu 18 C dan 25oC
4
Pengukuran suhu pada auditory canal dengan perlakuan mulut terbuka pada dua tempat dengan suhu berbeda yaitu o o 18 C dan 25 C
5
Probandus diminta untuk melakukan aktivitas seperti berlari
6
Prngukuran suhu probandus pada mulut dengan perlakukan setelah beraktivitas pada dua tempat dengan suhu berbeda yaitu 18oC dan 25oC
LAMPIRAN A. Dokumentasi Perlakuan No
1
2
Perlakuan Probandus memposisikan badannya dalam keadaan terlentang
Pengukuran suhu pada daerah fossa axillaris dengan perlakuan badan terlentang pada dua tempat dengan suhu o berbeda yaitu 18 C dan 25 oC
Gambar
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN (2014) KELOMPOK 8
7
Probandus diminta untuk berkumur dengan air es terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengukuran suhu pada mulut pada dua tempat dengan suhu berbeda yaitu o o 18 C dan 25 C
DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3] [4]
[5] [6] [7] [8] [9]
[10]
[11] [12]
Johnson, Ruth dan Wendy Taylor. ”Buku Ajr Praktik Kebidanan”. Jakarta : EGC (2004) Wong, Donna L., Marilyan H.. David W., Marilyan L.W., dan Patricia S., “Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6, vol 1 ”. Jakarta : EGC (2008) W. Isnaeni. Fisiologi Hewan. Canisius. Yogyakarta (2006). Marieb E., Hoehn K . “Human Anatomy and Physiology with Interactive Physiology 10-System Suite”. New York: Pearson Publishing (2010) L. Mc Callum. “Measuring Body Temperature”. Nursing Times Vol 108 No 45 (2012). El-Radhi & Patel. “Thermometry in pediatric nursing”. Arch Dis Child, 91 (4). (2005). Bullock, J. “Physiology 4 th Edition”. USA : Lippincott Williams and Wilkins. (2001). Ganong, William F. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. 20 th ed. Jakarta: EGC (2002). Martha Sund-Levander . “Measurement and Evaluation of Body Temperature: Implications for Clinical Practice”. Linkoping : Linkoping Univers Norrköping, Sweden (2004). B. B. Rios L. “Rapid morphological change in living humans: implications for modern human origins ”. Comp Biochem Physiol [A] 136:71 – 84. (2003). Martini. “Fundamental of Anatomy and Physiology 4 th ed”. New Jersey: Prentice Hall International Inc. (1998). Scanlon Valerie C, Sanders Tina,. “Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi (Essentials of Anatomy and Physiology). Edisi III. cetakan pertama ”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. (2007).
6