KAJIAN JURNAL ILMIAH KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU TUBUH
Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan I (IDK I)
Disusun Oleh : 1. Indriani 2. Silvia Fitrianingsih 3. I Wayan Jelih Suharnata 4. Ni Made Ratna Sari 5. Lani Ingga Budiarsih 6. Dian Puspita Septiani
KELOMPOK 2 KELAS : 1C
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN MATARAM 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kajian Jurnal Ilmiah Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Pengaturan Suhu Tubuh ”. Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1 dan temanteman yang telah membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Mataram, November 2017
Penyusun
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan yang cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu inti dan suhu permukaan tubuh. Sistem termoregulator tubuh harus dapat mencapai dua gradient suhu yang sesuai, yaitu: a) antara suhu inti dengan suhu permukaan, b) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Dari keduanya, gra-dient suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh yang optimal. Selanjutnya pertukaran panas dengan lingkungan sekitar berlangsung melalui alat pernapasan dan kulit, karna setiap usaha untuk mempertahankan suhu inti akan mempengaruhi bagian perifer tubuh terutama tangan dan kaki. Berbagai usaha untuk mempertahankan suhu tubuh dapat dilakukan dalam ilmu keperawatan. Dalam makalah ini akan dikaji beberapa jurnal keperawatan yang membahas tentang upaya pengaturan suhu tubuh.
3
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian Suhu Tubuh? 2. Apa berapa macam Suhu tubuh? 3. Bagaimana Regulasi Suhu Tubuh? 4. Faktor apa saja yang dapat Mempengaruhi suhu tubuh? 5. Bagaimana Mekanisme kehilangan panas melalui kulit? 6. Bagaimana Mekanisme tubuh ketika suhu berubah? 7. Apakah ada jurnal keperawatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan suhu tubuh?
C. TUJUAN 1. Dapat menjelaskan Pengertian Suhu Tubuh 2. Dapat menyebutkan macam-macam Suhu tubuh 3. Dapat menjelaskan Regulasi Suhu Tubuh 4. Dapat menyebutkan faktor apa saja yang dapat Mempengaruhi suhu tubuh 5. Dapat menjelaskan Mekanisme kehilangan panas melalui kulit 6. Dapat menjelaskan Mekanisme tubuh ketika suhu berubah 7. Dapat memberikan contoh jurnal keperawatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan suhu tubuh
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DASAR SUHU TUBUH
A. PENGERTIAN Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
B. MACAM – MACAM SUHU TUBUH 1. Berdasarkan distribusi / sumber suhu di dalam tubuh : a. Suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, sepert i kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Tempat pengukuran suhu inti seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih. b. Suhu permukaan (surface temperature). yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. 2.
Berdasarkan derajatnya Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) : a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
C. REGULASI SUHU TUBUH Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh 5
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : 1.
Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.
Rangsangan saraf simpatis. Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.
Hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan ( growth Hormon ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4.
Hormon tiroid. Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5.
Hormon kelamin. Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran Hormon progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal. 6
6.
Demam ( peradangan ). Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.
Status gizi. Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.
Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9.
Gangguan organ. Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
7
E.
MEKANISME KEHILANGAN PANAS MELALUI KULIT 1.
Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
2. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 3. Evaporasi Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan. 4. Konveksi Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan menjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas. 8
F.
MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH BERUBAH a.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : 1.
Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2.
Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas
kritis,
yaitu
37°C.
pengeluaran
keringat
menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. 3.
Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun yaitu : 1. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. 2. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan. 3. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. 9
BAB III PEMBAHASAN
a. REVIEW JURNAL
PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA BAYI BARU LAHIR DI KLINIK BERSALIN MITRA HUSADA DESA PANGEAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN
Heny Ekawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan
A. ABSTRAK Hipotermi merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir, Salah satu penanganan Hipotermi adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir. Desain penelitian ini menggunakan analitik PraEksperimen atau One Group Pratest Postest Desaign. Populasinya adalah seluruh bayi yang baru lahir di Klinik Bersalin MITRA HUSADA pada bulan februari sampai dengan maret 2014. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan menggunakan sampel sebanyak 21 responden. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan data observasi dan thermometer. Data diolah dengan editing, coding, scoring, tabulating kemudian dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan P-Sign <0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya atau 76,2% bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD mengalami penurunan suhu tubuh dan sesudah dilakukan IMD sebagian kecil atau 23,8% bayi baru lahir yang mengalami suhu tubuh rendah. Dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil dengan nilai Z = -3,317 dan P-Sign= 0,001 dimana P-Sign,0,05 maka H1 diterima, artinya adanya pengaruh pelaksanaan IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir. Melihat dari hasil penelitian ini diharapkan bagi para tenaga kesehatan agar memberikan perawatan pada bayi baru lahir dalam bentuk IMD untuk mencegah terjadinya Hipotermi pada bayi baru lahir dan memberikan pengetahuan kepada para ibu bersalin akan manfaat IMD. Kata Kunci : IMD, Suhu Tubuh Bayi 10
B. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Pra-Eksperimen atau One Group Pratest Postest Desaign yaitu kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian
sampai kurun waktu
tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Hidayat, Azis Alimul, 2003). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (1) persalinan fisiologis atau tanpa induksi,
(2)
bayi
lahir
normal,
3)
bersedia dilakukan
penelitian
dan
menandatangani Informed Consent, (4) klien yang kooperatif, (5) bayi aterem. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: (1) klien dengan persalinan patologi, (2) bayi lahir premature, (3) bayi patologi.
11
C. HASIL PENELITIAN
12
D. PEMBAHASAN Tabel 6 menunjukkan bahwa sebelum diberikan IMD hampir seluruhnya atau 76,2% dilakukan
bayi
baru
lahir
mengalami
hipotermi dan
sedangkan
sesudah
IMD hampir seluruhnya atau 76,2% bayi baru lahir bersuhu
tubuh
normal. Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada perubahan suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan IMD selama 1 jam. Menurut Depkes, (2007) Manfaat IMD dan kontak kulit dengan kulit (skin to skin contacth) adalah: Keuntungan IMD untuk bayi: (1) Makanan dengan
kualitas
disesuaikan
dan kuantitas
dengan
optimal
agar
kolostrum
segera keluar
yang
kebutuhan bayi. (2) Memberikan kesehatan bayi dengan
kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. (3) Meningkatkan kecerdasan. (4)Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. (5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu-bayi. (6) Mencegah kehilangan panas. (7) Merangsang kolostrum segera
keluar.
(8)
Meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Adanya pengaruh perubahan suhu tubuh bayi baru lahir pada penelitian ini dapat dilihat pada saat bayi baru lahir dengan jenis persalinan dan BB normal tim kesehatan segera mengukur suhu tubuh bayi selama 5 menit dan hasilnya sebagian besar bayi bersuhu tubuh rendah hal ini terkait karena mekanisme pertahan tubuh bayi yang belum sempurna sedangkan kondisi ruangan bersalin yang dingin sehingga bayi mengalami proses kehilangan panas yaitu dengan proses konveksi, evaporasi, radiasi maupun konduksi. Karena pada saat bayi lahir dan diukur suhu tubuhnya bayi dalam keadaan basah dan belum dikeringkan, begitu juga karena paparan udara yang dingin karena ditempat penelitian kami ruangan bersalin difasilitasi dengan AC dan juga kipas angin dan ini memungkin bayi kehilangan panas dengan cepat. disamping menunggu pengukuran suhu tubuh selesai sebelum dilakukan IMD bayi segera dikeringkan dan dibersihkan setelah dkeringkan bayi segera diletakkan di atas dada ibu yang sebelumnya ibu sudah diberikan penjelasan mengenai manfaat IMD dan
sekaligus
meminta
persetujuan untuk dilakukan IMD. Pada saat pelaksanaan IMD berjalan kami ukur kembali suhu tubuh bayi dengan cara meletakkan termometer di axilla bayi serta memantau apakah sudah sesuai dengan Indikator-indikator IMD, apabila 13
pelaksanaan IMD sudah sesuai indikator segera ambil dan cek suhu tubuh bayi sesudah dilakukan IMD hasilnya sebagian besar bayi mengalami perubahan suhu tubuh antara 20 C -30 C hal ini terjadi dikarenakan adanya kontak antara kulit ibu dan kulit bayi sehingga dapat merubah suhu tubuh bayi 1 0 C hingga 30 C sehingga bayi
terhindar
dari hipotermi. Segera
setelah
pelaksanaan
IMD selesai
tim
kesehtatan meminta izin kepada sang ibu apakah bayi ingin dibiarkan lebih lama diatas dada ibunya atau tidak apabila ibu tidak berkenan bayi segera dipindahkan kedalam inkubator sebelum dilakukan pengukuran BB, TB dan pemberian Vit K agar bayi tidak mengalami kehilangan panas.
E. KESIMPULAN Pelaksanaan IMD yang diberikan pada bayi baru lahir selama kurang lebihnya satu jam setelah kelahirannya di Klinik Bersalin MITRA HUSADA memberikan pengaruh terhadap perubahan suhu tubuh bayi terutama pada bayi-bayi yang lahir dengan suhu kurang dari suhu normal yaitu rata-rata antara 350 -35,50 C setelah dilakukan IMD mengalami kenaikan suhu rata-rata kenaikannya antara 1 30 C. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistic Wilcoxon menunjukkan nilai Z = 3,317 dan P-Sign = 0,001 dimana P-Sign
<0,05 maka
HI diterima,
artinya
pelaksanaan IMD berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir.
14
2.
ANALISIS a.
Suhu Tubuh Bayi Sebelum Dilakukan IMD Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh bayi baru lahir atau 76,2% yang belum dilakukan IMD mengalami hipotermi. Dan sebagian kecil atau 23,8% mempunyai suhu badan normotermi. Hal ini
terjadi karena Bayi baru lahir belum dapat
mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stres fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam uterus minimal,
rentang maksimal hanya 0,6ºC karena cairan ketuban
dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi segera setelah lahir akan menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat berbeda dengan kondisi dalam uterus (Sulistyawati, Ari, dkk, 2010). Pada jurnal tersebut bayi mengalami kehilangan panas tubuh dengan cara evaporasi yaitu kehilangan panas terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir dan tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Mekanisme lain yang dapat menyebabkan bayi
kehilangan panas tubuh adalah
dengan
cara
konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Pendingin ruangan dan kipas angin yang ada di ruang bersalin kemungkinan dapat menyebabkan bayi kehilangan panas tubuhnya. b.
Suhu Tubuh Bayi Sesudah Dilakukan IMD Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah dilakukan IMD hampir seluruh bayi baru lahir atau 76,2% bersuhu tubuh normal dan sebagian kecil atau 23,8% bayi baru lahir mengalami hipotermi. Hal ini dapat terjadi karena kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (Thermoregulator Thermal meningkat
Synchrony). otomatis
Jika bayinya 2 0 Celcius
kedinginan,
suhu
kulit
ibu
akan
untuk menghangatkan
bayi.
Jika
bayi
kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun 1 0 Celcius untuk mendinginkan bayi (Roesli, 2008) 15
Ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan IMD terhadap bayi baru lahir terjadi perubahan suhu tubuh yaitu yang pada awalnya suhu tubuh bayi hampir seluruhnya bersuhu tubuh rendah mengalami kenaikan 1 0 -20 C hingga suhu tubuh dalam nilai normotermi. IMD dan kontak kulit antara ibu dan bayi dapat Menurunkan kejadian hipotermi: Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak dibawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 200-250 C, suhu kulit bayi akan turun 0,3 0 C, suhu tubuh bagian dalam turun 0,10 C/menit. Selama periode dini setelah bayi baru lahir biasanya berakibat
kehilangan
panas komulatif 20-30 Celsius. Kehilangan panas ini
terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi (Nelson, 2000). Selama penelitian berjalan bayi baru lahir tanpa dibersihkan dan dikeringkan bayi langsung diukur suhu tubuhnya dan hasilnya bayi memiliki suhu tubuh rendah akan tetapi setelah bayi dibersihkan, dikeringkan lalu diletakkan diatas dada ibu dan membiarkan bayi menemukan putting susu ibunya hingga kurang lebih 15-30 menit lamanya suhu tubuh bayi baru lahir mengalami perubahan antara 1-20 C, selain itu berat badan bayi baru lahir juga mempengaruhi perubahan suhu tubuh bayi
16
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan tinjauan pustaka dan kajian jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa, bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stres fisik akibat adanya perubahan suhu di
luar uterus. Untuk
meminimalkan hal tersebut dilakukan upaya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) untuk semua bayi baru lahir selama 1 jam setelah kelahirannya. Metode ini sangat baik untuk mengatur pemenuhan kebutuhan suhu tubuh bayi baru lahir. B. SARAN Karena masih tingginya angka kejadian hipotermi pada bayi baru lahir maka upaya intervensi yang dapat dilakukan tim kesehatan khususnya perawat adalah dengan memberikan motivasi kepada para tenaga kesehatan lainnya agar dapat memberikan konseling kepada ibu hamil mengenai manfaat IMD yang salah satunya adalah mencegah kehilangan panas atau hipotermi dan memberikan IMD kepada bayi baru lahir selama 1 jam setelah kelahirannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
perawatposeng.blogspot.com/2013/02/suhu-tubuh.html [PDF] stikesmuhgombong.ac.id
18