TOLERANSI IKAN A mphipri mphi pri on ocellari ocellari s TERHADAP PERUBAHAN SUHU Sitti Nur Ainun/L111 16 030/Kelompok VI (Enam)
[email protected]
ABSTRAK Suhu pada hewan berbeda-beda setiap spesiesnya.maka dari itu setiap biota laut memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda pula terhadap suhu sama halnya ikan Amphiprio ikan Amphiprion n ocellaris di mana memiliki suhu yang optimal didalam tubuhnya dan memiliki tingkat toleransi terhadap suhu yang berbeda. Termoregulasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaturan produksi panas dan dingin pada ikan sehingga mendapatkan suhu yang optimal yang dapat di pertahankan secara konstan. Ikan Amphiprion Ikan Amphiprion ocellaris akan ocellaris akan melakukan adaptasi berupa adaptasi terhadap suhu untuk mencapai suhu optimal , suhu yang terlalu tinggi menyebabkan ikan merasa panik karena oksigen terlarut dalam air laut akan semakin rendah sehingga melakukan respirasi semakin sedikit dan suhu air pada lingkungan yang rendah tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi juga mempengaruhi laju metabolisme respirasi ikan pada bukaan operculum yang operculum yang semakin lambat seiring menurunnya suhu dingin yang diberikan. Penurunan suhu dapat meningkatkan oksigen terlarut yang berlebihan, sehingga ikan akan mengalami stres serta kematian. sedangkan jika suhu terhadap perairan rendah maka ikan akan mengalami mengalam i stres dan dapat terjadi kematian pada ikan. Bukaan operculum operculum menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka bukaan operculum semakin banyak. Suhu tinggi menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat bukaan
operculum untuk
mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya.
Kata Kunci: Suhu, Termoregulasi, Ikan A mphipri on
ocellaris , Bukaan
Operculum.
PENDAHULUAN
menghasilkan panas tubuh, sehingga
Ikan badut ( Amphiprion) termasuk
suhu
tubuhnya
tergantung
jenis ikan hias akuarium air laut yang
menyesuaikan
mempunyai penggemar cukup banyak,
sekelilingnya (Tunas (2015) dalam
salah satu jenis yang sangat umum
Azwar (2016)).
dikenal dan telah berhasil ditangkarkan
Suhu
suhu
atau
lingkungan
merupakan
parameter
adalah Amphiprion ocellaris. Ikan ini
lingkungan yang paling sering diukur di
hidup secara bergerombol, habitatnya
laut
di alam selalu berdampingan atau
mempelajari
bersimbiosis dengan anemon laut,
kimiawi dan biologis yang terjadi di laut
dimana ikan lain tidak mampu bertahan
(Putra, 2016).
hidup dalam ruang anemon. Simbiosis
Suhu
karena
di
berguna proses-proses
suatu
perairan
dalam
lapisan
utama
terbagi
Amphiprion
julukan
Pertama, lapisan permukaan yang
Anemonfish atau Clownfish, selain itu
tercampur sempurna (mixed layer ).
juga dikenal dengan nama ikan badut
Lapisan ini hangat dan memiliki gradien
karena penampilan warna yang cerah
suhu dengan kedalaman yang kecil.
serta gerakan lucu dan menarik (David
Kedua, lapisan termoklin (thermocline
(2007) dalam Mustakim (2016)).
layer ) yakni lapisan dengan penurunan
mendapat
Ikan merupakan hewan ektotermik yang
berarti
yang
berarti
tidak
tiga
fisik,
spesifik tersebut membuat ikan hias ini
dalam
dalam
suhu yang mencolok atau lapisan yang memiliki gradien suhu yang besar.
Terakhir, lapisan dalam (deep layer )
pertumbuhannya
yang memiliki suhu yang rendah tetapi
dalam Simanjuntak (2016)).
relatif konstan pada 4
o
C (Kalangi,
2013). Suhu
Tingginya
(Sugiarto,
suhu
mengakibatkan air
disebabkan
pertumbuhan
dapat ikan
oleh
menjadi lambat. Hal ini disebabkan
proses alam seperti proses biokimia,
suhu sangat berpengaruh terhadap
melalui mikroorganisme yang dapat
proses
menghasilkan
metabolisme
endotermik
laut
akan
(1988)
panas dan
(reaksi
eksotermik)
proses mikrobiologis
dan
sumber panas
bumi (Simon, 2013).
metabolisme akan
proses
berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan (Emaliana, 2016). Termoregulasi
Temperatur adalah suatu ukuran
dan
yang
merupakan
mempelajari
ilmu
mengenai suatu
untuk tingkat panas suatu benda. Suhu
pengaturan panas tubuh hewan meng
suatu benda ialah keadaan yang
enai keseimbangan produksi panas
menentukan
benda
dan kehilangan panas sehingga suhu
tersebut untuk mentransfer panas atau
tubuh dapat dipertahankan secara
menerima panas, dari benda satu ke
konstan (Lolita, 2015).
kemampuan
benda yang lain (Fadholi, 2013).
Termoregulasi adalah panas tubuh
Suhu yang terlalu tinggi dapat
yang diperoleh dari lingkungan yang
meningkatkan stress pada benih dan
dihasilkan
ikan. Sementara suhu yang terlalu
metabolisme, kelebihan muatan panas
rendah
dikeluarkan untuk menjaga suhu inti
kemampuan
dapat
mempengaruhi
organisme
dalam
mengikat oksigen sehingga terhambat
melalui
suatu
proses
badan 37 oC. Respon termoregulasi refleks
dan
semi
refleks
yang
diintegrasikan di dalam otak tersebut
mencakup
perubahan
otonom,
Faktor-faktor
endokrin dan perilaku (Qisthon dan
suhu
Suharyati, 2016).
keseimbangan
Suatu
peningkatan
dalam
yang
permukaan
mempengruhi
air
laut
ialah
kalor
dan
suhu
keseimbangan masa air di lapisan
darah kurang dari 10 oC mengaktivitasi
permukaan laut. Faktor-faktor yang
reseptor-reseptor
mempengaruhi
yang panas
di
distribusi
suhu
di
hipotalamus dan perifer yang yang
perairan adalah penyerapan panas
memberi
pusat
(heat flux ), curah hujan ( presipitation),
hipotalamus.
aliran sungai (flux ) dan pola sirkulasi
sinyal
pada
termoregulator Hipotalamus
sendiri
sering
arus. Perubahan pada suhu akan
dipandang sebagai penyeimbang dan
menaikan atau mengurangi densitas
pengontrol
juga
air laut di lapisan permukaan sehingga
respon
memicu terjadinya konveksi ke lapisan
suhu
memprakarsai
sering
tubuh,
dan
terjadinya
menggigil serta penyempitan maupun pelebaran pembuluh darah (Kukus, 2009).
suhu, dikarenakan suhu tubuh ikan mengikuti perubahan suhu lingkungan (poikilotermal), lingkungan
sehingga dapat
suhu
berpengaruh
langsung pada perubahan fisiologis
2011).
Berdasarkan maka
Kepekaan ikan terhadap perubahan
ikan
bawah (Kusumah, 2008).
(Wedemeyer
dalam
Syawal,
penjelasan
dilakukan
diatas,
praktikum
guna
mengetahui bagaimana toleransi biota laut terhadap perubahan suhu. TUJUAN DAN KEGUNAAN Praktikum Amphiprion perubahan mengetahui
toleransi ocellaris
suhu
ikan terhadap
bertujuan
dan
untuk
mengamati
perubahan fisiologis yang terjadi pada
ikan Amphiprion
ocellaris terhadap
perubahan suhu.
praktikum ini yaitu timbangan analitik
Kegunaan praktikum Toleransi Ikan Amphiprion
Alat-alat yang digunakan dalam
terhadap
Ikan Amphiprion ocellaris pada awal
agar
praktikum dan setelah praktikum untuk
mahasiswa mampu mengetahui dan
melihat perbedaan massa ikan, 3
melakukan pengamatan bagaimana
toples kaca berfungsi sebagai wadah
perubahan fisiologis Ikan Amphiprion
untuk
ocellaris terhadap perubahan suhu.
penurunan suhu, 3 akuarium kecil
Perubahan
ocellaris
berfungsi untuk menimbang massa
Suhu
yaitu
berfungsi
METODE PRAKTIKUM
Toleransi
Amphiprion
ocellaris
Ikan terhadap
Perubahan Suhu dilaksanakan pada hari Jumat, 13 April 2018 pukul 13.3015.00
WITA,
Laboratorium
bertempat
Ekotoksikologi
di Laut,
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan
dan
Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
untuk
untuk
pengamatan
WAKTU DAN TEM[AT Praktikum
air
pengamatan
wadah
kenaikan
air
untuk
suhu,
hand
counter befungsi untuk memudahkan dalam menghitung bukaan operculum Ikan
Amphiprion
ocellaris,
lap
berfungsi untuk membersihkan alat dan area kerja, stopwatch digunakan untuk mencatat waktu pengukuran, thermometer
berfungsi
untuk
mengukur suhu pada sampel air laut. dan tabel pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan yaitu Ikan
ALAT DAN BAHAN
Amphiprion
ocellaris sebagai objek
pengamatan, air laut steril berfungsi sebagai bahan pengenceran, air murni
berfungsi sebagai bahan pengenceran
menimbang sampel Ikan Amphiprion
untuk
ocellaris. Setelah itu, memasukkan
mendapatkan
salinitas
yang
ditentukan, es batu untuk menurunkan
Ikan Amphiprion
suhu air laut steril, air panas berfungsi
toples dengan suhu 18°C, 21°C, dan
untuk menaikkan suhu air laut steril,
24°C. Kemudian, menghitung bukaan
kantong plastik untuk wadah air panas
operculum
dan es batu yang digunakan dalam
caounter sambil mengamati tingkah
menaikkan ataupun menurunkan suhu
laku ikan selama satu menit, kemudian
dan
melanjutkan
tissue
digunakan
untuk
membersihkan alat. Prosedur
kerja
ocellaris ke dalam
menggunakan
perhitungan
hand
bukaan
operculum dan mengamati tingkah praktikum
laku ikan selama 15 menit pada
ocellaris
masing-masing aquarium. Selanjutnya,
terhadap Perubahan Suhu. Penurunan
menimbang kembali bobot akhir ikan
suhu dilakukan dengan menyediakan
setelah
air laut dengan suhu 18°C, 21°C dan
Mencatat
24°C sedangkan untuk kenaikan suhu
operculum dan
menggunakan suhu 30°C, 33°C dan
Amphiprion ocellaris.
Toleransi Ikan Amphiprion
36°C.
melakukan hasil
pengamatan.
hitungan tingkah
bukaan
laku
Ikan
Adapun pada peningkatan suhu
Untuk
suhu,
dilakukan dengan menyiapkan tiga
menyiapkan air laut steril pada masing-
buah aquarium kecil yang telah berisi
masing toples kaca dan menambahkan
air laut. Memasukkan air yang telah
es batu dalam kantong plastik dan
dipanaskan kedalam kantong plastik.
mengukur suhu dengan menggunakan
Kemudian, mengukur suhu dengan
thermometer hingga mencapai suhu
menggunakan
yang
aquarium pertama 30°C, aquarium
telah
penurunan
ditentukan.
Kemudian,
thermometer
untuk
kedua 33°C dan aquarium ketiga 36°C.
(Oc)
0
15
Menimbang bobot awal ikan pada
24
120
1386
21
102
1946
18
165
0
30
79
1078
33
253
3002
36
238
2589
timbangan
analitik
Penurunan
sebelum
Suhu
dimasukkan Setelah
ke
itu,
dalam
aquarium.
memasukkan
secara Kenaikan
perlahan satu ekor Ikan Amphiprion
Suhu
ocellaris kedalam aquarium dengan suhu
30°C,
33°C
dan
36°C.
Menghitung bukaan operculum sambil mengamati tingkah laku ikan selama satu
menit,
kemudian
melanjutkan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Gerak
perhitungan bukaan operculum dan mengamati tingkah laku ikan selama 15
menit,
aquarium. kembali
pada
masing-masing
Selanjutnya, bobot
akhir
Aktivitas Pengamatan
0
15
24
++
++
21
+++
+++
18
+++
30
+++
++
33
+++
++
++
+++
(Oc)
menimbang ikan
Gerak
Menit
setelah Penurunan
melakukan
pengamatan.
Mencatat
Suhu
hasil hitungan bukaan operculum dan tingkah laku Ikan Amphiprion ocellaris. Kenaikan Suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Bukaan Operculum
pada
36
Ikan Keterangan:
Amphiprion ocellaris. Pengamatan
Suhu
+++
= Aktif
++
= Sedang
Menit
+
= Pasif
pada menit ke 0 yaitu sebanyak 120 kali, dan pada menit ke 15 sebanyak
Tabel 3. Hasil Pengamatan Bobot Ikan
dapat diamati bahwa jumlah bukaan
Bobot Suhu (Oc) Awal (gr)
Akhir (gr)
24
4.59
5.71
21
4.32
4.50
18
4.52
1386 kali. Dari hasil yang tertera di atas
operculum semakin meningkat dari menit 0 hingga ikan
menit ke 15 karena
mengalami
stress.
Menurut
Widyanthi (2016) Stress merupakan
4.59
suatu keadaan sesaat pada ikan yang 30
4.15
4.34
33
5.88
5.64
36
4.07
4.95
tidak
mampu
mengatur
kondisi
fisiologis yang normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi kondisi Berdasarkan
hasil
kesehatannya.
Perlakuan
pengamatan penurunan
suhu
dapat
menekan
suhu yang berbeda – beda pada setiap respirasi dan aktivitas ikan. Aktivitas wadah
sampel
ikan
pengamatan dari ikan Amphiprion
ocellaris ini
memberikan pengaruh yang berbeda – bergerak aktif sekali pada menit ke 0 beda terhadap setiap sampel uji coba. dan bergerak pasif pada menit ke menit Pada praktikum ini, dilakukan dua 15, hal tersebut di sebabkan karena pengamatan yaitu penurunan suhu awalnya ikan baru mulai beradaptasi o
o
o
o
o
24 C, 21 C, 18 C dan kenaikan suhu dengan lingkungan barunya (Syamdidi, o
30 C, 33 C, 36 C. 2006). Berdasarkan hal ini,
dapat
Pengamatan penurunan suhu pada menyebabkan berat badan dari ikan bukaan operculum per menit, sampel Amphiprion ocellaris menurun karena o
ikan yang berada pada suhu 24 C
energi
habis
untuk
melakukan
menyebabkan berat badan dari ikan badut pada suhu 21 oC meningkat dari
termoregulasi. Sampel ikan yang berada pada
4.32 gr menjadi 4.50 gr.
suhu 21oC, bukaan operculum pada
Sampel ikan yang berada pada
menit 0 sebanyak 102 kali, dan pada
suhu 18oC, bukaan operculum pada
menit ke 15 sebanyak 1946 kali.
menit 0 sebanyak 165 kali, dan pada
Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat
menit ke 15 sebanyak 0 kali, ini
bahwa
operculum
menandakan bahwa ikan tidak dapat
semakin meningkat dari menit 0 hingga
bertahan pada suhu 18 oC. Dari hasil
menit ke 15 karena ikan mengalami
yang tertera di atas dapat dilihat bahwa
stres. Tinggi rendahnya suhu yang
jumlah bukaan operculum semakin
masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak
meningkat dari menit 0 hingga menit
selalu berakibat mematikan pada ikan
ke 15 karena ikan mengalami stress
tetapi dapat menyebabkan gangguan
berlebihan
status
jangka
ikan tersebut mati. Perubahan gerak
yang
operkulum ini diikuti dengan perilaku
menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan
ikan yang kerap sering mengambil
tingkah laku. Dari aktivitas ikan, ikan
udara di permukaan air. Perubahan
bergerak aktif dari menit 0 ke menit 15,
pergerakan ikan badut yang semula
hal ini disebabkan karena pada ikan
aktif bergerak menjadi lebih pasif
Amphiprion
mengalami
(pendiam) sampai mati berkorelasi
perubahan perilaku berupa cepatnya
dengan semakin rendahnya suhu air,
bukaan operculum, ikan mengambil
semakin rendah suhu air semakin
udara
jumlah
bukaan
kesehatan
panjang,
untuk
misalnya
ocellaris
dipermukaan
menjadi
stres
aktif.
air,
Dari
sehingga
menyebabkan
dan
ikan
cepat terjadi perubahan gerak ikan
hal
ini,
menjadi pasif. Dari aktivitas ikan, ikan
bergerak aktif pada menit ke 0 dan
tinggi dan juga kelarutan oksigen (DO)
bergerak pasif pada menit ke menit 15,
yang rendah menyebabkan ikan akan
ikan
bekerja
yang
mengalami
kekurangan
oksigen
akan
mempercepat
pergerakan
operkulumnya
lebih
maksimal
untuk
memompakan air lebih cepat ke dalam
disertai
permukaan
dengan pergerakan mengambil udara
pernafasan
di permukaan air dan pergerakan ikan
operculumnya meningkat. Dari hal ini,
menjadi pasif.
menyebabkan berat badan dari ikan
Pengamatan
kenaikan
suhu.
insang
untuk
sehingga
proses bukaan
badut pada suhu 30 oC.
Sampel ikan yang berada pada suhu
Sampel ikan yang berada pada
30oC, bukaan operculum pada menit 0
suhu 33oC, bukaan operculum pada
sebanyak 79 kali, dan pada menit ke 15
menit 0 sebanyak 253 kali, dan pada
sebanyak 1078 kali. Berdasarkan dari
menit ke 15 sebanyak 3002 kali. Dari
hasil di atas dapat dilihat bahwa jumlah
hasil yang tertera di atas dapat dilihat
bukaan operculum semakin meningkat
bahwa
dari menit 0 hingga menit ke 15 karena
semakin meningkat dari menit 0 hingga
ikan mengalami
menit ke 15 karena ikan mengalami
kondisi stress. Dari
jumlah
stress.
menit 0 ke menit 15, hal ini disebabkan
bergerak aktif dari menit 0 ke menit 15,
karena pada ikan Amphiprion ocellaris
hal ini disebabkan karena ikan mulai
mengalami perubahan perilaku berupa
beradaptasi dan responsif terhadap
cepatnya
lingkungannya,
operculum,
ikan
aktivitas
operculum
aktivitas ikan, ikan bergerak aktif dari
bukaan
Dari
bukaan
Dari
ikan,
hal
ikan
ini,
mengambil udara dipermukaan air, dan
menyebabkan berat badan dari ikan
ikan menjadi aktif. Bukaan operculum
Amphiprion ocellaris pada suhu 33 oC
yan cepat dikarenakan suhu air yang
menurun dari 5.88 gr menjadi 5.64 gr
karena
energinya
habis
untuk
melakukan termoregulasi.
untuk proses pernafasan sehingga bukaan operculumnya meningkat.
Pada sampel ikan yang berada pada suhu 36 oC, bukaan operculum
KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
praktikum
pada menit 0 sebanyak 238 kali, dan
Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
pada menit ke 15 sebanyak 2589 kali.
Termoregulasi
Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat
ocellaris yang telah dilakukan dapat
bahwa
operculum
disimpulkan bahwa suhu berpengaruh
semakin meningkat dari menit 0 hingga
terhadap fisiologis biota laut. Proses
menit ke 15 karena ikan mengalami
fisiologis
stress.
stress
adaptasi terhadap perubahan suhu
untuk
adalah
jumlah
bukaan
Dalam
biasanya
keadaan
kemungkinan
ikan
yang
ikan
Amphiprion
dilakukan
dengan
sebagai
melakukan
bertahan hidup sangat kecil karena
termoregulasi.
nafsu makan menurun dan mudah
diamati adalah bukaan
terserang penyakit. Dari aktivitas ikan,
pola tingkah laku serta perubahan
ikan bergerak
bobot tubuh ikan Amphiprion ocellaris.
aktif dari menit 0 ke
Termoregulasi
yang
operculum,
Bukaan
Pengaruh perbedaan suhu pada ikan
operculum yang cepat dikarenakan
Amphiprion ocellaris yaitu ikan akan
suhu air yang tinggi dan juga kelarutan
mengalami
oksigen
rendah
mengalami kematian jika melewati
menyebabkan ikan akan bekerja lebih
batas suhu yang dapat di toleransinya.
maksimal untuk memompakan air lebih
SARAN
menit
15
menjadi
(DO)
pasif.
yang
cepat ke dalam permukaan insang
stress
Diharapkan
atau
pada
bahkan
praktikum
berikutnya, kiranya kursi diperbanyak
agar praktikan tidak bergantian berdiri dan
juga
ditambahkan
pendingin karena
Manusia. Jurnal Biomedik 1 (2) : 114.
ruangan banyaknya
praktikan yang melakukan praktiukum.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, M. Emiyarti. Yusnaini. 2016. Critical Thermal Dari Ikan Zebrasoma scopas Yang Berasal Dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi. Sapa Laut. Vol. 1 (2): 6. Emaliana, S. Usman, I. Lesmana. 2016. Pengaruh Perbedaan SuhuTerhada Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio) .Universitas Sumtra Utara. Medan.
Fadholi, A. 2013. Study Pengaruh Auhu Dan Tekanan Udara Terhadap Operasi Penerbangan Di Bandara h.a.s. Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung Periode 1980-2010. Stasiun Meteorologi Depati Amir Pangkalpinang. Kalangi, P.N. 2013. Sebaran Suhu Dan Salinitas Di Teluk Manado. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan : Universitas Sam Ratulangi.
Lolita, R. 2015. Suhu Tubuh Hewan Pengaruh Pergerakan Dan Perendaman Ayam Terhadap Suhu Tubuh. Program Studi Pendidikan Biologi : Universitas Jember. Mustakim, R. Thamrin. Zulkifli. 2016. The Type And Abundance Of Clown Fish (Amphiprion sp.) In Conservation Areas Of Kasiak Island Of Pariaman City Of West Sumatera. Universitas Riau. Putra, F. A, Zahidah, H. Noir P. P. 2013. Kondisi Arus Dan Suhu Permukaan Laut Pada Musim Barat Dan Kaitannya Dengan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares) Di Perairan Selatan Jawa Barat. Universitas Padjadjaran. Qisthon, A., S, Suharyati. 2016. Pengaruh Naungan Terhadap Respons Termoregulasi dan Produktivitas Kambing peranakan Ettawa. Universitas Lampung. Bandar Lampung : 2.
Kesuma, H. 2008. Variabilitas Suhu Dan Salinitas Di Perairan Cisadane. Pusat Penelitian Oseanografi : Jakarta.
Simanjuntak, dan Pramana. 2016. Pengontrolan Suhu Air Pada Kolam Pendederan Dan Pembenihan Ikan Nila Berbasis Arduino. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Simon, 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Teknisi Litkayasa UPT. Loka Konservasi Biota Laut Bitung-LIPI.
Kukus, Y., W. Suppit, F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis Dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh
Syamdidi, D. Ikasari, dan S. Wibowo. 2006. Studi Sifat Fisiologi Ikan Gurami (Osphronemus gourami).
Syawal, H., N. Kusumorini, W. Manalu, R. Affandi. 2011. Respons fisiologis dan hematologis ikan mas (Cyprinus carpio) pada suhu media pemeliharaan yang berbeda. Jurnal Ikhtiologi Indonesia XII (1) Hal 1. Widyanthi, F., Fakhrurrozi, A. Kurniawan, A. Kurniawan. 2016. Pengaruh Suhu Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Pada Domestikasi Ikan Cempedik Di Pulau Belitung . Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Universitas Bangka Belitung