Studi Penegasan Batas Batas Daerah Antara Kabupaten Banyuwangi Dan Dan Kabupaten Bondowoso Menggunakan Metode Kartometrik (Studi Kasus : Segmen Kawah Ijen) 1)
2)
3)
Renita Purwanti , Yanto Yanto Budisusa Budisusanto nto , dan Teguh Fayakun Fayakun Alif Alif
Jurusan Jurusan Teknik Geomati Geomatika, ka, Fakultas Fakultas Teknik Sipil dan dan Perencanaan, Perencanaan, Institut Institut Teknologi Teknologi Sepuluh Sepuluh Nopember (ITS) 1,2) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Badan Informasi Geospasial, Cibinong3) renita.purwanti10@ nti10@gmail gmail.com .com1), yanto_budisus yanto_budisusanto@y
[email protected] ahoo.com om2) , e-mail: renita.purwa
[email protected])
Abstrak Dengan adanya kebijakan keb ijakan otonomi da erah pada UU No. 32 tahun 2004 dimana sebelumnya dijelaskan pada Undang – Undang No. 22 Tahun 1999, seringkali sumber daya alam menjadi potensi konflik kewilayahan terkait dengan perselisihan batas daerah. Permasalahan batas daerah muncul muncul salah satunya satunya dikarenakan dikarenakan perebutan perebutan sumber sumber daya alam terkait terkait dengan pendapatan asli daerah (PAD). Penegasan batas daerah bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan, memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas wilayah suatu daerah yang yang memenuhi aspek teknis dan yuridis. Batas daerah yang yang tidak jelas dapat menimbulkan menimbulkan permasalahan permasalahan pengelolaan pengelolaan di wilayah wilayah perbatas perbatasan an dan menghambat menghambat penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Salah satu permasalahan terkait penegasan batas daerah adalah perselisihan batas antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen batas Kawah Ijen. Proses penetapan segmen garis batas dapat dilakukan dengan menggunakan metode kartometrik. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap. Penelitian ini menghasilkan dua garis batas wilayah alternatif antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen Kawah Ijen yang dikaji secara teknis dan historis, dengan menggunakan aspek teknis berdasarkan Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang pedoman penegasan batas daerah dan aspek historis berdasarkan dokumen batas yang dimiliki kedua kabupaten terkait.
Kartometrik, Penarikan Garis Batas, Kata kunci: Batas Daerah, Kawah Ijen, Metode Kartometrik, Permendagri No. 76 Tahun 2012.
1. PEND PENDAH AHUL ULUA UAN N
Permasalahan batas daerah muncul salah satunya dikarenakan perebutan sumber daya alam terkait dengan pendapatan asli daerah (PAD). Kesalahan dan dan tidak akuratnya gambar garis batas wilayah di peta berpotensi menimbulkan sengketa posisional antar daerah yang berbatasan [1]. Kurangnya pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar juga merupakan salah satu satu faktor terjadinya terjadinya perselisi perselisihan han batas batas daerah daerah [2]. Undang Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan setiap kabupaten mempunyai kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri, untuk itu diperlukan adanya kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
teknis dan yuridis dengan berpedoman pada penentuan batas daerah yang sudah ditetapkan dalam Undang – Undang – Undang Undang Pedoman Penegasan Batas Daerah Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain, dan bukan merupakan alokasi teritorial sehingga tidak menentukan menentukan kedaulatan [2]. Batas daerah yang tidak jelas dapat menimbulkan permasalahan pengelolaan di wilayah perbatasan dan menghambat penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Salah satu permasalahan terkait penegasan batas daerah adalah perselisihan batas antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen batas Kawah Ijen. Hasil studi penegasan batas daerah oleh bagian pemerintahan sekretariat daerah Kabupaten Bondowoso pada tahun 2007 diketahui terdapat satu segmen garis batas antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso yang masih belum disepakati [3]. Proses penetapan segmen garis batas dapat dilakukan dengan menggunakan metode kartometrik. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan pengukuran/pe pengukuran/penghitung nghitungan an posisi titik, titik, jarak serta luas cakupan cakupan wilayah wilayah dengan menggunakan menggunakan peta dasar dan peta-peta peta-peta lain sebagai sebagai pelengkap pelengkap [4]. Penggunaan Penggunaan metode metode ini sekaligus sekaligus sebagai sebagai implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 tahun 2012 dengan tahapan tahapan : 1. Pene Peneli liti tian an doku dokume men n bata batas, s, 2. Pelacakan Pelacakan Batas (Penentua (Penentuan n peta dasar, dan dan delineasi delineasi garis batas secara secara kartometr kartometrik ik diatas peta dasar) 3. Pengukuran Pengukuran dan penentua penentuan n posisi posisi batas (Pemasangan (Pemasangan pilar batas, pengukuran pengukuran koordinat koordinat titik – titik – titik batas). 4. Pembuatan Pembuatan peta peta batas batas wilaya wilayah h daerah daerah (Pemanfaat (Pemanfaatan an data data DEM DEM SRTM SRTM untuk untuk mendukung mendukung penetapan batas daerah mampu dijadikan sebagai salah satu data pelengkap dalam pembuatan peta batas daerah
2. PERSELIS PERSELISIHAN IHAN BATAS BATAS DI SEGME SEGMEN N KAWAH KAWAH IJEN Perselisihan status kepemilikan Kawah Ijen yang berlangsung sejak 2006 tidak lepas dari potensi wisata dan tambang belerang yang dimiliki gunung berapi tersebut. Setiap tahun, ribuan wisatawan wisata wan mancanegara mancanegara berkunjung berkunjung untuk menikmati menikmati kawah kawah terbesar se-Asia se-Asia Tenggara Tenggara tersebut. Dilansir dari tempointeraktif.com, Pemerintah Banyuwangi bersikukuh bahwa Gunung Ijen milik Banyuwangi berdasarkan peta di zaman Belanda. Yakni Besoeki Afdeling 1895, Idjen Hooglan 1920, Java Madura 1942, Java Resn Besoeki 1924, Java Resn Besoeki 1924 Blad XCIII C, dan Java Resn Besoeki 1925. Sementara Kabupaten Bondowoso berpijak pada peta milik Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional tahun 2000, dimana dalam peta ini, terdapat garis batas yang membagi kawasan Kawah Ijen menjadi dua bagian, masing-masing menjadi milik Banyuwangi dan Bondowoso. Eksotika Kawah Ijen dan potensi sumberdaya alam di sekitarnya menjadikan munculnya potensi konflik yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab, antara lain[5] : - Potensi sumber daya alam yang besar, diantaranya pertambangan belerang tradisional, gypsum sintetis, dan potensi kehutanan. - Potensi pariwisata yang sangat potensial sebagai daya tarik, khususnya wisatawan Eropa. - Nilai prestise atas kepemilikan Kawah Ijen sebagai Ikon Daerah. - Keinginan untuk mengelola dan melestarikan kawasan Kawah Ijen. Pada Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melaksanakan kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas Daerah (PPBD) dengan Kabupaten Banyuwangi dan Tim PPBD Kabupaten Banyuwangi untuk melaksanakan perundingan batas Kabupaten dengan Kabupaten Bondowoso. Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut : a. Tidak ada ada kegiatan kegiatan Penetapan Penetapan dan Penegasa Penegasan n Batas pada pada wilayah wilayah Monunen Monunen Alam Kawah Kawah Ijen (batas kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten Bondowoso pada kilometer 32 Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
– hingga kilometer 39 dari titik nol simpul batas kabupaten Banyuwangi – Banyuwangi – Bondowoso Bondowoso – Jember pada S.887/3332 Gunung Raung. b. Masala Masalah h batas antara antara Kabupate Kabupaten n Banyuwangi Banyuwangi dan dan Kabupaten Kabupaten Bondowoso Bondowoso pada pada kawasan kawasan monumen alam Kawah Ijen akan dibahas tersendiri dengan mediasi Propinsi Jawa Timur. c. Pelaksanaan kegiatan PPBD antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso dapat dilaksanakan pada area area diluar Kawah Kawah Ijen [6].
3. PRINSIP PRINSIP PENEGAS PENEGASAN AN BATAS BATAS DAERAH DAERAH Penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Kartometrik Kartometrik adalah adalah penelusuran/ penelusuran/penarik penarikan an garis batas pada pada peta kerja kerja dan pengukuran/pe pengukuran/penghitung nghitungan an posisi posisi titik, jarak serta luas cakupan cakupan wilayah wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap. Survei lapangan lapangan adalah kegiatan kegiatan penentuan penentuan titik-titik titik-titik koordinat batas daerah daerah melalui melalui pengecekan di lapangan berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai pelengkap. Penegasan batas wilayah daerah dapat dilakukan dengan menggunakan unsur – unsur – unsur alam atau buatan manusia. Penggunaan sungai atau danau sebagai batas daerah juga harus jelas apakah pinggir sungai, ataukah tengah sungai. •
•
3.1 PRINSIP PRINSIP PENENTUA PENENTUAN N BATAS BATAS ALAM Detil-detil pada peta yang merupakan batas alam dapat dinyatakan sebagai batas daerah. Penggunaan detil batas alam pada peta akan memudahkan memudahkan penegasan batas daerah. daerah. Detil-detil peta yang dapat dapat digunakan digunakan adalah adalah sebagai sebagai berikut berikut [4] : •
Sungai
- Garis batas batas di sungai merupakan merupakan garis khayal yang melewati melewati tengah-tenga tengah-tengah h atau as (median) sungai yang ditandai dengan titik-titik koordinat. Jika garis batas memotong tepi sungai maka dilakuka dilakukan n pengukur pengukuran an titik titik koordin koordinat at pada pada tepi sunga sungaii (T.1 dan dan T.3). T.3). Jika as sungai sungai sebaga sebagaii batas dua daerah/lebih daerah/lebih maka maka dilakukan dilakukan pengukuran pengukuran titik titik koordinat koordinat batas batas pada tengah tengah sungai sungai (titik simpul) secara kartometrik (T.2).
Gambar. 1. Penggambaran Sungai Sungai Sebagai Garis Batas Batas Daerah (Sumber : Lampiran Lampiran Menteri Menteri Dalam Negeri No. 76 76 Th 2012)
• •
•
Garis Pemisah Air / Watershed
Garis Garis batas batas pada watershed merupakan merupakan garis khayal yang dimulai dimulai dari suatu puncak puncak gunung menelusuri punggung pegunungan/perbukitan yang mengarah kepada puncak gunung berikutnya. Ketentuan menetapkan garis batas pada watershed dilakukan dengan beberapa perinsip seperti garis batas merupakan garis pemisah air yang terpendek, karena kemungkinan terdapat lebih dari satu garis pemisah air. Garis batas tersebut tidak boleh memotong sungai. Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua batas daerah maka dilakukan pengukuran titik koordinat batas pada watershed (garis (garis pemisah pemisah air) yang merupak merupakan an simpul simpul secara secara kartometrik. Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
Gambar. 2. Penggambaran Garis Pemisah Pemisah Air sebagai Batas Daerah (Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)
• •
•
•
Danau/Kawah
Jika seluruh seluruh danau/kawah danau/kawah masuk ke salah satu daerah, maka maka tepi danau/kawah danau/kawah menjadi batas batas antara dua daerah. Jika garis batas memotong danau/kawah, maka garis batas pada danau adalah garis khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah. (Gambar 3) Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua batas daerah maka dilakukan pengukuran titik koordinat batas pada danau/kawah (titik simpul) secara kartometrik. (Gambar 4)
Gambar. 3. Penggambaran Danau/Kawah sebagai sebagai Batas Daerah (Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)
Gambar. 4. Penggambaran Danau/Kawah sebagai sebagai Batas Daerah (Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)
4. METOD METODOL OLOG OGII PENE PENELIT LITIAN IAN
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
•
Lokasi Lokasi Penelit Penelitian ian
Lokasi penelitian ini adalah Kawah Ijen yang terletak di pada posisi geografi 8˚03′30′′ LS dan 114˚14′30′′ BT di wilayah perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso Jawa Timur.
Gambar. 5. Lokasi Penelitian •
Tahap Tahap Pengola Pengolahan han Data
Secara garis besar tahapan dari pengolahan data yang direncanakan adalah seperti pada diagram alir sebagai berikut :
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian
Berikut merupakan penjelasan dari diagram alir tahap pengolahan data : a) Data Data DEM DEM SRT SRTM M Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah DEM SRTM yang diunduh secara gratis melalui situs http://srtm.csi.cgiar.org/ . Data DEM SRTM ini tersimpan dalam format .tiff dengan area satu pulau Jawa. Setelah proses pengunduhan data selesai, maka
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
langkah selanjutnya adalah melakukan proses pemotongan data DEM SRTM sesuai dengan area penelitian. Kemudian setelah proses clipping selesai dilakukan, selanjutnya adalah membuat membuat model TIN TIN dari data data DEM SRTM dengan menggunaka menggunakan n menu ArcToolbox 3D Analyst Tools Conversion From Raster Raster to TIN . Kemudian Kemudian masukkan masukkan data yang akan di proses, proses, dalam hal ini nilai nilai z = 5. Setelah Setelah didapatkan Model TIN, selanjutnya adalah membuat model hillshade dan pembuatan model 3 dimensi dari Data DEM SRTM. b) Data Data Vekt Vektor or Data vektor yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial dan sudah dalam format *.shp dengan sistem koordinat koordinat geografis geografis dan datum WGS 1984, kemudian kemudian dilakukan pemilihan pemilihan layer apa saja yang akan ditampilkan kemudian dilakukan proses clipping sesuai sesuai dengan dengan area area penelitian. c) Peta Java Java & Madura Madura keluaran keluaran US Army. Army. Salah satu dokumen batas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta US Army Java & Madura skala 1 : 50.000 Sheet No. 59/XLIII-A. Peta ini merupakan peta topografi yang dikeluarkan oleh Lembaga American Military Service (AMS) yang diregistrasi ini dilakukan dengan menggunakan software copy dari peta Belanda. Proses registrasi Global Mapper 12.0 dengan memasukkan sistem proyeksi dan datum yang digunakan. Setelah peta ini ter – ter – registrasi registrasi maka lakukan proses digitasi garis batas yang ada pada peta ini untuk digunakan sebagai analisis. d) Overlay Data Seluruh data yang sudah diolah seperti data DEM SRTM, data vektor yang sudah dilakukan pemilihan layer di overlay – kan untuk kemudian dilakukan proses analisa garis batas alternatif. e) Analisa Analisa Garis Garis Batas Batas Alternatif Alternatif Proses penarikan garis batas alternatif dilakukan dengan menggunakan kajian dari dokumen batas daerah serta Permendagri No. 76 Tahun 2012 mengenai pedoman penegasan batas daerah dan melalui metode kartometrik. f) Hasil Hasil dan dan Peny Penyaji ajian an Data Data Hasil akhir dari penelitian tugas akhir ini adalah tiga buah peta garis batas alternatif pada segmen Kawah Ijen.
5. HASI HASIL L DAN DAN ANAL ANALIS ISA A 5.1 5.1 Hasil sil 5.1.1 5.1.1
Hasil Hasil Pemodela Pemodelan n 3 Dimensi Dimensi Daerah Daerah peneliti penelitian an & Delineasi Delineasi Garis Garis Batas Batas
Pembuatan model 3 Dimensi data DEM SRTM bertujuan untuk mempermudah mempermudah proses penarikan garis batas karena melalui tampilan 3 dimensi dapat terlihat cukup jelas morfologi lokasi penelitian yang menyerupai kenampakan alam sebenarnya di lapangan. Pemodelan Pemodelan 3 dimensi ini juga memiliki memiliki kelebihan kelebihan lain lain yakni dapat membant membantu u proses proses identifikasi identifikasi unsur unsur - unsur alam alam seperti seperti punggungan punggungan bukit, bukit, dan aliran aliran sungai. Tahapan Tahapan ini dilakukan menggunakan softw oftwar aree Arc ArcScen Scenee dengan cara memasukkan data TIN yang dikonversi dari data DEM SRTM.
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
Gambar 7. Hasil Pemodelan 3 Dimensi dari Data TIN Lokasi Penelitian
Kawah Ijen
Gambar 8. Hasil Delineasi Garis Batas
5.1.2 5.1.2
Hasil Hasil Peta Peta Alt Alter ernat natif if Bata Batass Wilaya Wilayah h
Peta Alternatif Garis Batas Segmen Kawah Ijen Pada peta alternatif garis batas segmen Kawah Ijen terdapat layer yang ditambahkan, yaitu layer hillshade hasil pengolahan data DEM SRTM dimana dengan adanya penambahan layer ini dapat memberikan visualisasi efek 3 dimensi sehingga kenampakan morfologi daerah penelitian dapat menyerupai kenampakan sebenarnya di lapangan. •
Gambar. 9. Peta Alternatif Batas Daerah
Peta Koridor Batas Alternatif Alternatif Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso Pada Lampiran Permendagri No. 76 Tahun 2012 dijelaskan bahwa salah satu spesifikasi pembuatan peta batas daerah adalah cakupan peta minimal satu segmen batas ditambah informasi rupabumi dengan koridor 10 cm ke kanan dan 10 cm ke kiri dan / atau ke atas dan ke – titik bawah dan mencakup informasi titik – titik acuan. acuan. Peta Peta Batas Daer Daerah ah mengga menggamba mbarka rkan n situasi situasi sepanjang garis batas daerah daerah dengan koridor batas minimal 10 cm dari garis batas di atas peta dasar yang memuat titik-titik koordinat garis batas serta unsur-unsur lain pada peta seperti •
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
cakupan wilayah, toponimi, kontur, titik-titik ketinggian, unsur-unsur alam dan buatan. Untuk itu hasil dari penelitian ini juga adalah Peta Koridor Batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso segmen Kawah Kawah Ijen seperti yang dapat dilihat pada gambar 10 dan 11.
Gambar. 10. Peta Koridor Batas Batas Alternatif 1
Gambar. 11. Peta Koridor Batas Batas Alternatif 2
Titik Kartometrik Batas Wilayah Titik kartometrik yang terdapat pada segmen batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso hasil kajian penelitian ini berjumlah 75 titik yang tersebar di sepanjang garis batas yang berisi informasi koordinat dari lokasi titik dan daerah yang yang bersinggungan dengan titik titik kartometrik. •
5.2 5.2 Anal Analis isa a 5.2.1 5.2.1
Kajian Kajian Perm Permasa asalah lahan an Garis Garis Batas Batas
Perselisihan garis batas daerah antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen batas Kawah Ijen dimulai karena adanya perbedaan jalur garis imajiner batas daerah. Perselisihan garis batas ini juga dikarenakan adanya perbedaan peta dasar yang digunakan oleh kedua kabupaten tersebut. Dikutip dari Laporan Tim PPBD Kabupaten Bondowoso, 2011, permasalahan perbedaan persepsi garis batas daerah antara Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi dan Kabupeten Kabupeten Bondowoso, berawal berawal dari Kegiatan Penegasan Penegasan dan Penetapan Penetapan Batas Daerah (PPBD) yang dilaksanakan oleh Pemkab. Banyuwangi tahun 2005 – 2005 – 2006, 2006, dalam dokumen yang disampaikan kepada Pemkab. Bondowoso mengklaim bahwa perairan atau danau Kawah Ijen keseluruhannya berada dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Salah satu perkembangan dan hasil pembahasan PPBD yang dapat disepakati adalah : Menyepakati penundaan (pending) penegasan batas pada Kawasan Kawah Ijen, yaitu pada kilometer 32 hingga kilometer 39 dari titik nol simpul batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso di titik S.887/3332 di Gunung Gunung Raung [3]. •
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
5.2.2 5.2.2
Kajian Kajian Histo Historis ris Penelu Penelusur suran an Dokume Dokumen n Batas Batas Kab. Bondowoso Bondowoso
Dokumen garis batas yang digunakan oleh Kabupaten Bondowoso adalah Peta RBI Lembar 1707 – 1707 – 434, 434, Sempol, Edisi I – I – 2001. 2001. Hasil Identifikas Identifikasii Garis Batas pada Peta RBI dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar. 12. Peta Rupa Bumi Bumi Indonesia Tahun Tahun 2001 Lembar 1707 – 1707 – 434, 434, Sempol, Edisi I – I – 2000, 2000, Keluaran Bakosurtanal.
Dalam kajian dokumen batas segmen Kawah ijen, Pemerintah Kabupaten Bondowoso menggunakan peta yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal sebagai peta dasar, dan seperti yang dapat dilihat pada gambar terdapat garis batas yang membagi perairan perairan Kawah Ijen ke dalam Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Sementara itu, sebagai catatan bahwa peta Rupa Bumi Indonesia bukan diperuntukkan untuk penginformasian batas administrasi, hal ini dijelaskan pada setiap produk peta yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal atau Badan Informasi Geospasial selalu mencatumkan disclaimer sebagai berikut : “Peta RBI ini bukan referensi resmi mengenai garis – garis batas administrasi nasional dan internasional. Jika terdapat kesalahan pada peta ini, harap memberitahukan kepada Bakosurtanal”.
Gambar. Gambar. 13. Disclaime Disclaimerr Pada Peta RBI
5.2.3 5.2.3
Kajian Kajian Histo Historis ris Penelu Penelusur suran an Dokume Dokumen n Batas Kab. Kab. Banyuwa Banyuwangi ngi
Berdasarkan hasil kajian dokumen batas oleh tim PPBD Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 menjelaskan menjelaskan analisis analisis terhadap terhadap dokumen batas segmen segmen Kawah Ijen, adapun adapun deskripsi deskripsi dokumen yang digunakan yaitu : Peta Java Resn Besoeki 1924 Skala 1 : 50000 Peta Java Resn Besoeki 1925 Skala 1 : 50000 Peta Besoeki Afdeling Banyuwangi skala 1 : 200000 Peta Idjen Hoogland tahun 1920 Skala 1 : 20000 Peta Java & Madura tahun 1942 Skala 1 : 50000 Jika dikaji pada dokumen batas yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, keseluruhan peta keluaran Belanda tersebut memasukkan kawasan Kawah Ijen ke dalam Kabupaten B anyuwangi. Pada kajian yang dilakukan oleh penulis dengan menampalkan Peta Java & Madura 1942 Sheet no. 59/XLIII-A Skala 1 : 50000 keluaran US Army Service yang sudah di registrasi dengan Garis batas alternatif hasil kajian secara teknis pada penelitian ini dan Garis batas pada Peta RBI Sheet Sheet 1707 - 434, memiliki memiliki perbedaan perbedaan yang cukup cukup signifikan signifikan dan dapat dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
Gambar. 14. Perbedaan Garis Garis Batas
Garis batas berwarna kuning merupakan garis batas yang ditarik pada peta Java & Madura keluaran US Army Service, sedangkan garis batas berwarna biru tua dan merah merupakan merupakan garis batas alternatif hasil kajian secara kartometrik dengan menggunakan batas alam. Garis batas berwarna hitam merupakan garis batas administrasi yang diambil dari peta RBI. Jika ditelusuri, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan garis batas tersebut, diantaranya : Faktor Skala dan Transformasi Pada peta Java & Madura diketahui bahwa skala yang digunakan adalah 1 : 50000 sementara pada peta batas alternatif dengan menggunakan unsur alam menggunakan skala 1 : 50000 namun perbedaan sistem proyeksi dan datum yang digunakan dimungkinkan menjadi faktor adanya selisih garis batas tersebut Perbedaan datum yang digunakan. Peta Java & Madura dibuat pada tahun 1943 dimana peta ini di-copy dari peta Belanda Belanda yang dikeluarkan dikeluarkan pada tahun tahun 1925 yaitu Peta Java Java Resn Besoeki. Besoeki. Perlu diketahui bahwa dalam proses pemetaan yang dilakukan oleh Belanda pada saat itu menggunakan datum Bessel dengan sistem proyeksi Lambert Conical Orthomorphic. Sementara peta batas alternatif ini dibuat dengan menggunakan proyeksi Transverse Mercator dan datum WGS 1984. Perbedaan datum dan sistem proyeksi yang digunakan menyebabkan terjadinya distorsi dalam penarikan garis batas, hal ini juga dikarenakan setiap datum dan sistem proyeksi memiliki parameter yang berbeda – beda. – beda. Delineasi Garis Batas Garis batas pada peta konvensional topografi buatan Belanda ditenggarai tidak mencerminkan bagi penginformasian garis batas administrasi. Metode Survei dan Pemetaan Proses pengukuran pada peta Java & Madura dilakukan pada tahun 1920 – 1920 – 1922, dengan rentang waktu hampir satu abad, dimungkinkan terjadinya perubahan bentuk pada unsur alam sehingga mengakibatkan adanya perbedaan garis batas pada peta Java & Madura dengan peta alternatif garis batas. •
•
•
•
5.2.4 5.2.4
Kajian Kajian Aturan Aturan Hukum Hukum dan dan Teknis Teknis Mengenai Mengenai Penet Penetapan apan dan dan Penegasan Penegasan Batas Daerah
Dasar aturan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang – Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Permendagri No. 76 Tahun 2012 mengenai Pedoman Penegasan Batas Daerah. Pada UU No. 32 Tahun 2004 membawa implikasi pentingnya penegasan batas untuk otonomi daerah dimana pengelolaan suatu daerah dan aspek kewenangan suatu daerah sangat berkaitan dengan batas wilayah yang menjadi dasar pembentuk daerah tersebut karena ketidakjelasan garis batas pada suatu daerah dapat memicu adanya konflik batas daerah. Sementara berdasarkan Permendagri No. 76 Tahun 2012 penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu metode kartometrik dan survei lapangan. lapangan. Penarikan Penarikan garis garis batas diatas peta peta dengan menggunakan menggunakan metode metode kartometrik kartometrik Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
diharapkan dapat mempercepat proses penegasan batas daerah, dan metode kartometrik dapat menggunakan unsur – unsur – unsur alam yang dinyatakan sebagai batas alam seperti Danau/Kawah, Watersheed , dan Sungai. Penggunaan unsur alam sebagai batas daerah akan memudahkan dalam hal pelaksanaan penegasan batas. Alternatif 1 : Banyuwangi – Garis batas (berwarna merah) ditarik dari simpul batas antara Kabupaten Banyuwangi – – Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung, ditandai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.01 dengan koordinat 8˚07’31.97’’ 8˚07’31.97’’ LS dan 114˚02’46.407’ BT. Terletak pada puncak Gunung Raung antara Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso dengan Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi, selanjutnya menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung sampai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.04 dengan koordinat 8˚07’10.276’’ 8˚07’10.276’’ LS dan 114˚03’52.5’’ BT, kemudian turun dan mengarah mengarah ke punggungan punggungan bukit, pada TK. 35.10.11.06 35.10.11.06 dengan koordinat koordinat 8˚07’9.06’’ LS dan 114˚04’47.68’’ 114˚04’47.68’’ BT kemudian terus menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung, sampai kepada TK. 35.10.11.10 dengan koordinat 8˚07’2.47’’ LS dan 114˚05’21.01’’ BT, terletak pada Kecamatan Sempol, Desa Jampit – Kecamatan Glenmore, Desa Sumberarum, kembali turun menyusuri punggungan bukit yang mengarah menuju As Sungai, pada TK. 35.10.11.14 dengan koordinat 8˚07’2.495’’ 8˚07’2.495’’ LS dan 114˚07’4.67’’ BT, kembali naik menyusuri punggungan bukit yang mengarah pada Puncak Gunung Pendu yaitu TK. 35.10.11.17 dengan koordinat 8˚06’11.422’’ 8˚06’11.422’’ LS dan 114˚08’6.25’’ BT di antara Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso – Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, terus menyusuri punggungan bukit sampai menuju puncak Gunung Gempit pada titik TK. 35.10.11.19 dengan koordinat 8˚06’3.65’’ LS dan 114˚08’58.66’’ BT. Kemudian kembali turun menyusuri as sungai sampai kepada titik TK. 35.10.11.23 dengan koordinat 8˚06’26.81’’ 8˚06’26.81’’ LS dan 114˚10’18.08’’ BT terus menyusuri sungai di sekitar Kecamatan Sempol dan Kecamatan Songgon hingga ke titik TK. 35.10.11.27 dengan koordinat 8˚07’13.77’’ 8˚07’13.77’’ LS dan 114˚10’48.6’’ BT, berlanjut naik menyusuri punggungan bukit disekitar Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah yang mengarah ke puncak Gunung Ranti pada pada TK. TK. 35.10.11.33 35.10.11.33 dengan dengan koordina koordinatt 8˚05’54.57’’ LS dan ˚12’51.57’’ BT kembali menyusuri punggungan bukit, mengarah turun ke Kawah Ijen pada 114 TK. 35.10.11.43 berada diantara Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah pada koordinat 8˚04’11.33’’ LS dan 114˚13’52.25’’ BT, menuju ke Kawah Ijen pada Titik TK. 35.10.11.48 dengan koordinat 8˚03’43.5’’ 8˚03’43.5’’ LS dan 114˚14’21.35’’ BT kemudian membagi Kawah Ijen sampai bertemu TK. 35.10.11.49 dengan koordinat 8˚03’10.69’’ LS dan 114˚14’37.68’’ BT kemudian kembali menyusuri punggungan bukit yang mengarah pada simpul perbatasan Kabupaten Banyuwangi – Kabupaten Bondowoso – Kabupaten Situbondo, menyusuri pegunungan Kendeng. Alternatif 2 : Garis batas (berwarna biru) ditarik dari simpul batas antara Kabupaten Banyuwangi – Kabup Kabupat aten en Jemb Jember er – dan Kabupaten Bondowoso menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung, ditandai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.01 dengan koordinat 8˚07’31.97’’ 8˚07’31.97’’ ˚02’46.407’ BT. Terletak pada puncak Gunung Raung antara Kecamatan Tlogosari LS dan 114 Kabupaten Bondowoso dengan Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi, selanjutnya menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung sampai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.04 dengan koordinat 8˚07’10.276’’ 8˚07’10.276’’ LS dan 114˚03’52.5’’ BT, kemudian turun dan mengarah mengarah ke punggungan punggungan bukit, pada TK. 35.10.11.06 35.10.11.06 dengan dengan koordinat 8˚07’9.06’’ LS dan 114˚04’47.68’’ 114˚04’47.68’’ BT kemudian terus menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung, sampai kepada TK. 35.10.11.10 dengan koordinat 8˚07’2.47’’ LS dan 114˚05’21.01’’ BT, terletak terletak pada Kecamatan Kecamatan Sempol, Sempol, Desa Desa Jampit Jampit – Kecamatan Glenmore, Desa Sumberarum, kembali turun menyusuri punggungan bukit yang mengarah menuju As Sungai, pada TK. Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
35.10.11.14 dengan koordinat 8˚07’2.495’’ 8˚07’2.495’’ LS dan 114˚07’4.67’’ BT, kembali naik menyusuri punggungan bukit yang mengarah pada Puncak Gunung Pendu yaitu TK. 35.10.11.17 dengan koordinat 8˚06’11.422’’ 8˚06’11.422’’ LS dan 114˚08’6.25’’ BT di antara Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso – Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, terus menyusuri punggungan bukit sampai sampai menuju menuju puncak Gunung Gempit Gempit pada titik TK. 35.10.11.19 35.10.11.19 dengan dengan koordinat 8˚06’3.65’’ LS dan 114˚08’58.66’’ BT. Kemudian kembali turun menyusuri as sungai sampai kepada titik TK. 35.10.11.23 dengan koordinat 8˚06’26.81’’ 8˚06’26.81’’ LS dan 114˚10’18.08’’ BT terus menyusuri sungai di sekitar Kecamatan Sempol dan Kecamatan Songgon hingga ke titik TK. 35.10.11.27 dengan koordinat 8˚07’13.77’’ 8˚07’13.77’’ LS dan 114˚10’48.6’’ BT, berlanjut naik menyusuri punggungan bukit disekitar Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah yang mengarah ke puncak Gunung Ranti pada TK. 35.10.11.33 dengan koordinat 8˚05’54.57’’ 8˚05’54.57’’ LS dan 114˚12’51.57’’ BT kembali menyusuri punggungan bukit, mengarah turun ke Kawah Ijen pada TK. 35.10.11.43 berada diantara Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah pada koordinat 8˚04’11.33’’ LS dan 114˚13’52.25’’ BT, menuju ke Kawah Ijen pada Titik TK. 35.10.11.48 dengan koordinat 8˚03’43.5’’ 8˚03’43.5’’ LS dan 114˚14’21.35’’ BT, kemudian menyusuri sekitar tepi Kawah Ijen dimulai dari TK. 35.10.11.66 dengan koordinat 8˚03’41.79’’ LS dan 114˚14’20.32’’ BT sampai mengarah kepada ujung tepi kawah di TK. 35.10.11.49 dengan koordinat 8˚03’10.69’’ LS dan 114˚14’37.68’’ BT kemudian kembali menyusuri punggungan bukit yang mengarah pada simpul perbatasan Kabupaten Banyuwangi – Kabupaten Bondowoso – Kabupaten Situbondo, menyusuri pegunungan Kendeng. Pada Permendagri no. 76 Tahun 2012 tentang Penegasan Batas Daerah, dijelaskan bahwa proses penarikan garis batas dengan metode kartometrik dapat dilakukan dengan menggunakan batas alam dengan menerapkan kaidah – kaidah – kaidah kaidah penarikan garis batas. Setelah melakukan kajian penelusuran dokumen batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, dilakukan proses penarikan garis batas alternatif pada segmen Kawah Ijen dengan menggunakan unsur alam. Adapun berdasarkan hasil dari analisis dapat diketahui bahwa : - Apabila dikehendaki membagi kawasan Kawah Ijen kedalam dua Kabupaten, maka garis batas alternatif satu adalah batas alternatif yang ditarik dengan menggunakan unsur alam dan sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas mengenai Danau/Kawah sebagai batas alam dijelaskan bahwa : “Jika garis batas memotong Danau atau Kawah maka garis batas pada danau atau kawah adalah garis khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang yang merupakan perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah.” - Apabila keseluruhan kawasan Kawah Ijen dikehendaki masuk kedalam Kabupaten Banyuwangi, maka garis batas alternatif dua yang ditarik dengan menggunakan unsur alam sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas mengenai Danau/Kawah sebagai batas alam dijelaskan bahwa : “Jika seluru h danau/kawah d anau/kawah masuk ke salah satu daerah, maka m aka tepi danau/kawah menjadi batas antara dua daerah.” daerah.” Hasil analisa dari penelitian ini adalah proses penarikan garis batas dengan menggunakan metode kartometrik menghasilkan dua garis batas alternatif. Penggunaan peta dasar yang dilengkapi dengan pembuatan model 3 dimensi dapat menampilkan kenampakan morfologi di sekitar lokasi penelitian sehingga dapat dijadikan sebuah alternatif yang cukup baik dalam penyelesaian masalah perselisihan batas.
5.2.5 5.2.5
Kajian Kajian Peno Penomo moran ran Tit Titik ik Kart Kartom omet etrik rik
Dalam lampiran Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, metode kartometrik dapat dijadikan sebagai salah satu upaya percepatan proses penegasan batas di Indonesia dan menghasilkan suatu titik titik koordinat yang disebut dengan titik kartometrik. Titik kartometrik yang terdapat di sepanjang segmen garis batas, memiliki informasi koordinat serta nama kecamatan/kelurahan/desa yang bersinggungan dengan titik kartometrik tersebut. Hasil Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
kajian dari penelitian ini adalah dua garis batas alternatif, dimana setiap garis batas mempunyai jumlah titik kartometrik yang berbeda. Pada garis batas alternatif 1 yang membagi Kawah Ijen kedalam kedua Kabupaten, memiliki 65 titik kartometrik, sementara garis batas alternatif dua yang memasukkan perairan Kawah Ijen Ijen kedalam Kabupaten Banyuwangi, memiliki 75 titik kartometrik. Sistem penomoran titik kartometrik sampai saat ini belum mempunyai aturan yang jelas. Adapun pada studi tugas akhir ini, menggunakan sistem penomoran dengan menggunakan kode wilayah wilayah yang diambil diambil dari buku induk kode dan data wilayah wilayah se – se – Indonesia, yang dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Daftar Kode Kode Wilayah Wilayah di Indonesia (Sumber : Buku Induk Kode Wilayah Kemdagri)
Ko d e
Wilayah
35
Povinsi Jawa Timur
10
Kabupaten Banyuwangi
11
Kabupaten Bondowoso
Adapun penomeran ini diawali dengan kode Provinsi kemudian Kode Kabupaten, dikarenakan segmen garis batas yang menjadi perselisihan pada penelitian ini adalah segmen garis batas Kabupaten. Sebagai contoh, salah satu titik kartometrik yang terdapat pada segmen garis batas ini : - TK. 35.10.11.01, dilengkapi dengan koordinat geografis, dan deskripsi lokasi titik. Dimana : TK : Titik Kartometrik o 35 : Kode Propinsi Jawa Timur o 10 : Kode Kabupaten Banyuwangi o 11 : Kode Kabupaten Bondowoso o Sistem penomoran titik kartometrik ini dirasa cukup efektif, namun jika segmen batas yang menjadi perselisihan adalah segmen batas kecamatan atau kelurahan, maka sistem penomoran titik kartometrik ini menjadi lebih kompleks dan rumit. Diharapkan adanya peraturan mengenai pembakuan sistem penomoran titik kartometrik
6. KESI ESIMPU MPULAN LAN Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Berdasarkan Berdasarkan kajian kajian peratur peraturan an menteri menteri dalam dalam negeri negeri nomor nomor 76 Tahun Tahun 2012 mengenai mengenai pedoman penegasan batas daerah, diperoleh dua garis batas alternatif sebagai rekomendasi penyelesaian perselisihan batas segmen Kawah Ijen. 2. Alternatif Alternatif 1 membagi membagi Kawah Kawah Ijen kedalam kedalam dua Kabupate Kabupaten, n, proses penarik penarikan an garis batas batas ini dilakukan dengan berpedoman pada Lampiran Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012 pada segmen penarikan batas dengan menggunakan unsur alam, yaitu Danau/Kawah yang berbunyi : “Jika garis batas memotong danau/kawah, m aka garis batas pada danau d anau adalah garis khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah.” 3. Alternatif Alternatif 2 memasukka memasukkan n seluruh perairan perairan Kawah Kawah Ijen kedalam kedalam Kabupate Kabupaten n Banyuwangi. Banyuwangi. Proses penarikan garis batas ini dilakukan dengan berpedoman pada Lampiran Menteri Dalam Negeri Negeri No. 76 Tahun 2012 pada segmen penarikan penarikan batas dengan dengan menggunakan menggunakan unsur alam, alam, yaitu Danau/Kawah Danau/Kawah yang berbunyi berbunyi : Jika seluruh seluruh danau/kawah danau/kawah masuk ke salah salah satu daerah, maka tepi danau/kawah menjadi batas antara dua daerah.” Dan juga berdasarkan kajian historis melalui dokumen batas. Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014
4.
Dalam mendukung penetapan dan penegasan batas dengan metode kartometrik, penggunaan data DEM SRTM resolusi tinggi dapat menggambarkan kenampakan morfologi daerah sekitar lokasi penelitian sehingga membantu dalam proses penarikan garis batas dengan menggunakan menggunakan unsur alam
DAFTAR PUSTAKA [1] Adler, R., 1995, Positioning and Mapping International Land Boundaries, IBRU Boundary [2]
[3]
[4] [5]
[6]
& Territory Briefing, Vol.2, No.1, ISBN 1-897643-19-5, Durham, UK . Kementrian Dalam Negeri. 2011. Rapat Koordinasi Pra Grand Design Survei Dasar dan Sumber Daya Alam (Pemetaan Tematik Nasional) : slide Presentasi Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri. Laporan Tim PPBD Kabupaten Bondowoso. 2011. Identifikasi Batas Daerah antara Kabupaten Bondowoso & Kabupaten Banyuwangi di Kawasan Kawah Ijen : Arsip Bappeda Kabupaten Kabupaten Bondowoso. Bondowoso. Tidak dipublikasikan. dipublikasikan. Kementrian Kementrian Dalam Negeri. Negeri. 2012. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.Jakarta. Anonim. 2011. Identifikasi Batas Daerah antara Kabupaten Bondowoso & Kabupaten Arsip Bappeda Bappeda Kabupat Kabupaten en Bondow Bondowoso oso : Lapora Laporan n Banyuwangi di Kawasan Kawah Ijen : Arsip Tim PPBD Kabupaten Bondowoso. Anonim. 2009. Penega Penegasan san Batas Batas Wilaya Wilayah h Kabupate Kabupaten n Banyuwa Banyuwangi ngi – Kabupaten Bondowoso. Arsip Dokumen Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi : Studi Dokumen Batas.
BIOGRAFI SINGKAT 1. Reni Renita ta Purw Purwan anti ti Penuli Penuliss pertam pertamaa bernam bernamaa Renita Renita Purwan Purwanti, ti, dilahi dilahirka rkan n di Jakart Jakartaa pada pada tangg tanggal al 10 Januari 1993. Penulis menempuh pendidikan formal antara antara lain di TK 02 Menteng Jakarta, Jakarta, SD Bani Saleh Saleh 6 Bekasi, SMP Bani Saleh Saleh 2 Bekasi, Bekasi, SMA SMA Negeri Negeri 3 Bekasi. Bekasi. Setelah Setelah lulus dari SMA pada pada tahun 2010, penulis penulis melanjutkan melanjutkan pendidik pendidikan an ke perguruan perguruan tinggi tinggi di Teknik Teknik Geomatika FTSP-ITS. FTSP-ITS. Prestasi Prestasi selama masa kuliah kuliah adalah Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Informasi Geospasial Pesisir. 2. Yant Yanto o Budi Budisu susa sant nto o 3. Tegu Teguh h Fay Fayakun akun Ali Alif f
Conference on Geospatial Information Science and Engineering Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial Yogyakarta, 20 September 2014