STRUKTUR DAN TEKSTUR TANAH DI BEBERAPA WILAYAH KABUPATEN JEMBER
Oleh: BERNET AGUNG SAPUTRA (051510101046)
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2007
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan suatu sistem yang sangat kompleks yang dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu fisik, kimiawi dan biologis. Tanah yang dengan istilah lain disebut pedosfera yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan hasil perpaduan dari beberapa bagian penyusun kerak bumi, yaitu litosfera, biosfera, hidrosfera dan atmosfera. Apabila diperhatikan lebih seksama, tanah bukanlah terdiri dari benda padat yang pejal melainkan ternyata tersusun dari empat bagian penyusun tanah, yaitu bahan mineral (anorganik), bahan-bahan organik atau sisa tanaman dan hewan, air tanah dan udara tanah. Keempat bagian penyusun tanah tersebut bergabung satu sama lain membentuk suatu sistem yang kompleks, yaitu tanah, yang merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman, sebagai gudang unsur hara dan sanggup menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan macam bahan penyusun tanah tersebut dapat bervariasi dari satu tempat ketempat lain di permukaan bumi ini sehingga dapat dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya. Hal inilah yang merupakan dasar dari klasifikasi tanah. Membedakan sifat tanah yang berbeda-beda, misalnya ada yang berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya merupakan cara yang sangat sederhana untuk melakukan klasifikasi tanah. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Pengklasifikasian tanah secara sederhana pun dapat dilakukan dengan memilah-milah tanah subur, dan tanah kurang subur (tanah marginal). Tanah yang subur, umumnya adalah tanah-tanah yang berasal dari gunung berapi atau bahan alluvial baru sedangkan tanah marginal adalah tanahtanah yang kurang baik dan belum diusahakan. Tanaman pada umumnya mempunyai batas-batas toleransi terhadap masalah-masalah kesuburan tanah secara spesifik. Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Macam dan
jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman pada dasarnya harus berada dalam keadaan yang cukup dan seimbang agar tingkat produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dengan demikian maka pengertian kesuburan tanah disini adalah suatu keadaan tanah di mana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia sesuai dengan tuntutan tanaman. Pengolahan tanah yang baik dan teratur dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah tersebut sedangkan pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar, sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif kecil.
TINJAUAN PUSTAKA Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Tanah mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata tersebut. Tanah memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman (Abidin, 1984). Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05-0.002 mm dan liat dengan ukuran <0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Tekstur dapat didefinisikan sebagai perbandinga relatif jumlah fraks pasir, debu dan liat dalam masa tanah. Dalam tanah terdapat perbandingan ketiga fraksi tersebut dikenal 12 macam tekstur dari kasar sampai halus yaitu: pasir, berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu dan liat. Tekstur merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang penting, karena variasi tekstur dapat digunakan untuk menduga sejarah geogenesis dan pedogenesis (Foth, 1991). Tanah yang mempunyai tekstur halus mempunyai luas permukaan besar dibanding dengan tanah yang bertekstur kasar. Oleh karena itu, tanah yang demkian ini cepat melapuk. Beberapa sifat tanah yang lain, seperti kandungan bahan organik, unsur hara, aerasi dan lain-lain, seperti kandungan bahan organik
mempunyai hubungan yang erat dengan tekstur tanah. Penentuan tekstur tanah di laboratorium dilakukan dengan cara analisis mekanis. Partikel-partikel tanah diaduk dalam air dan diberi bahan-bahan yang menghilangkan perekat-perekat dalam tanah. Partikel liat yang mempunyai luas permukaan relatif besar dalam satu-satuan volume tertentu akan mengendap dalam waktu yang lama, sedangkan partikel-partikel pasir lebih cepat mengendap karena luas permukaannya relatif kecil (Buckman dan Brady, 1982). Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan Kim, 1995). Efek komponen-komponen terhadap warna campuran secara langsung proporsional terhadap permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah, yang bermakna materi kolodial mempunyai dampak terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi-hidroksida secara jelas menentukan wana tanah. Besi-oksida berwarna merah, coklat-karatan atau kuning tergantung derajat jidrasinya, besitereduksi berwarna biru-hijau, kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, atau kadang kala olive-hijau, dan feldspar mempunyai banyak warna tetapi dominan merah. Liat berwarna kelabu, putih atau merah. Tanah basah atau lembab terlihat lebih gelap daripada tanah kering, karena terkait dengan perbedaan nyata dari sifat refraktif (aksi pembiasan cahaya) komponen padatan tanah dan udara, sehingga warna tanah kering akan banyak direfleksikan (Notohadiprawiro, 2000). Warna merupakan indikator kondisi iklim tempat tanah berkembang atau asal bahan induknya, tetapi pada kondisi tertentu warna sering pula digunakan sebagai indikator kesuburan atau kapasitas produksi lahan, secara umum
dikatakan bahwa makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya. Yang merupakan resultante dari hal-hal berikut: kadar bahan organik uang berwarna gelap, makin tinggi makin gelap, intensitas plindian unsur-unsur hara pada tanah tersebut, makin intensif makin terang, dan warna terang mencerminkan dominan kuarsa, yaitu mineral yang tanpa nilai nutrisional sama sekali, sehingga makin dominan makin terang dan makin miskin. Pada tanah-tanah muda, warna merupakan indikator jenis bahan induknya, sedangkan pada tanah-tanah tua merupakan indikator iklim tempat perkembangannya, baik iklim makro maupun iklim tanah. Warna juga memepengaruhi kondisi tanah lainnya melalui efeknya terhadap energi radiant (Hillel, 1998).
METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan dilaksanakan di Desa Bintoro Kec. Patrang, Desa Krasak Kec. Ajung dan Desa Sabrang Kec. Ambulu Kabupaten Jember-Jawa Timur. Alat dan Bahan -
Alat tulis
-
Cetok
-
Plastik
-
Kamera
-
Contoh tanah
Cara Kerja 1. Mengambil sampel tanah yang berbentuk bongkahan dengan cetok. 2. Melihat sampel tanah, apakah kasar dan berpasir. 3. Menggosokkan jari pada sampel, apakah meninggalkan bekas atau tidak. 4. Membentuk sampel tanah menjadi bola, apakah sukar atau tidak. 5. Meremas sampel tanah, apakah terasa lembut seperti sutra. 6. Membentuk tanah menjadi pasta, apakah mudah putus atau tidak.
PEMBAHASAN Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran dan transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah bertujuan mencapai pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan tanah dan peranan tanah pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling berkaitan seperti pertukaran energi bumi dan siklus air dan transportasi bahan-bahan di lapangan. Pada sisi lain, penerapan fisika tanah bertujuan untuk pengelolaan yang tepat pada tanah dengan cara irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah, aerasi, dan pengaturan suhu tanah serta kegunaan bahan tanah. Fisika tanah dipandang sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan dengan cakupan yang sangat luas. Sebagian besar berkaitan juga dengan cabang lain ilmu tanah dan juga saling berkaitan dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi, mikriklimatologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah. Tekstur tanah mungkin merupakan sifat tanah yang lebih permanen dan terpenting. Tekstur dan ukuran butir tanah tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Istilah tekstur menjelaskan hal yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. Seorang ahli fisika tanah yang berpengalaman bisa menjelaskan tekstur dengan menekan atau menggosok tanah yang lembab diantara jari-jari tangannya, apakah suatu tanah bertekstur kasar atau halus, juga mampu secara semi kuantitatif menentukan kelas-kelas tekstur sedang suatu tanah. Sedangkan dalam arti yang lebih kuantitatif, istilah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah. Metode tradisional pencirian ukuran partikel tanah adalah membagi susunan ukuran partikel menjadi tiga kisaran bahan tunggal yaitu pasir, debu dan liat. Pemisahan
tanah biasanya dikelompokkan menjadi partikel-partikel mineral dengan ukuran yang lebih kecil. Untuk mengetahui perbedaan fraksi penyusun tanah secara langsung di lapang, telah dilakukan tinjauan lapang secara langsung pada tiga tempat yang berbeda di Kabupaten Jember, yaitu Desa Bintoro Kecamatan Patrang (Jember Utara), Desa Krasak Kecamatan Ajung (Jember Tengah), dan Desa Sabrang Kecamatan Ambulu (Jember Selatan). Dari tiga tempat yang berbeda tersebut dapat diketahui jenis tanah yang berbeda dari masing-masing lokasi. Lokasi
Topografi
Jenis Tanah
Desa Bintoro
Berbukit/dataran tinggi
Sandy Loam
Desa Krasak
Dataran rendah
Sandy Silt Loam
Desa Sabrang
Dataran rendah
Silty Loam
Vegetasi Ketela pohon, Pisang Kelapa Sengon Kedelai Kacang tanah Pisang Cabai Jagung Kacang panjang
Dalam menentukan jenis tanah dimasing-masing lokasi dilakukan secara langsung di lapang dengan merasakan setiap fraksi penyusun tanah dengan telapak tangan dan jari dengan metode dan langkah sebagai berikut:
Metode Lapang Penentuan Jenis Tanah Apakah kasar dan berpasir?
Apakah sukar dibentuk bola & halus seperti sutra?
Apakah meninggalkan bekas di jari?
Sand
Apakah sukar dibentuk bola?
Apakah lembut seperti sutra?
Silt Loam
Loamy Sand Clay Loam
Sandy Loam
Apakah bola kuat, licin dan mengkilap?
Sandy Clay
Silty Clay Loam
Sandy Silt Loam
Clay
Apakah sangat elastis?
Sandy Clay
Silty Clay
Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan pada setiap lokasi, seperti Desa Bintoro Kec. Patrang memiliki warna tanah yang berwarna merah agak kecoklatan, agak lengket, mudah di bentuk bola, dan bila di bentuk pasta tidak mudah putus yang mana menandakan bahwa tanah di daerah dataran tinggi tersebut memiliki elastisitas yang tinggi dan tanah di daerah tersebut di duga mengandung tanah liat yang bercampur dengan pasir yang mana di golongkan dalam tekstur tanah Sandy Loam.
Vegetasi tanaman yang hidup di daerah tersebut pada umumnya merupakan tanaman tahunan atau tanaman keras seperti kelapa, sengon, pisang, dan tanaman semusim yang terdapat di daerah tersebut adalah tanaman ketela pohon. Namun di lihat dari keadaan tanamannya tanah tersebut kurang subur hal ini dapat kita lihat dari tanaman ketala pohon yang tumbuh disana yang mana tanamannya kurus dan kerdil. Sedangkan tanaman rumput-rumputan yang tumbuh disana di dominasi oleh rumput gajah dan alang-alang, sedangkan rumput-rumput kecil lainnya sedikit sekali. Tanah di dataran rendah atau sedang seperti di Desa Krasak Kec. Ajung memiliki tekstur tanah yang bertipe Sandy Silt Loam, hal ini dikarenakan tanah ini bila di remas dan di rasakan akan terasa lembut seperti sutra, apabila di bentuk bola akan mudah sekali rusak, di bentuk pasta juga mudah sekali putus, dan tanahnya juga remah. Warna tanah di daerah ini berwarna hitam agak kelabu yang manandakan bahwa tanah di daerah ini subur dan banyak mengandung bahan organik.
Vegetasi tanaman yang banyak di budidayakan di daerah ini umumnya tanaman semusim yang di dominasi dengan tanaman jenis legum seperti kacang tanah dan kedelai, sedangkan untuk tanaman tahunan yang banyak di budidayakan disini pada umumnya pisang. Rumput-rumput pun yang tumbuh di daerah ini juga banyak dan di dominasi oleh rumput-rumputan pendek yang cukup tebal dan tumbuh dengan baik. Hal ini menandakan bahwa tanah di daerah tersebut sangat baik dan subur utamanya untuk melakukan budidaya tanaman semusim jenis palawija. Dan tanah di daerah ini di nilai memiliki kesuburan yang lebih baik di bandingkan dengan di Desa Bintoro yang nota bene merupakan dataran tinggi. Tanah di dataran yang lebih rendah seperti di Desa Sabrang Kec. Ambulu memiliki warna tanah yang lebih gelap, lebih remah, lebih subur, dan lebih banyak mengandung bahan organik di bandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini dapat di buktikan dari keadaan fisik tanah yang mana apabila di remas akan terasa halus seperti sutra dan bila di bentuk bola akan mudah sekali rusak. Hal ini di karenakan tanah di daerah ini mengandung debu, sehingga apabila diraba terasa lembut.
Vegetasi tanaman yang banyak di budidayakan di daerah ini pada umumnya tanaman palawija semusim seperti jagung, kacang panjang, dan cabai yang mana tanaman disini tumbuh dengan baik dan subur dengan hasil produksi yang cukup tinggi. Sedangkan elastisitas tanah di daerah ini sangat rendah sehingga tanah banyak memiliki pori-pori yang cukup besar yang dapat mendukung perakaran tanaman untuk menyebar ke daerah-daerah risosfer dengan bebas. Rumputrumput di daerah ini pun tumbuh dengan subur dan cukup tebal, hal ini menandakan bahwa tanah tanah di daerah ini cukup subur. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tanah di daerah dataran tinggi sedikit mangandung bahan organik dan memiliki tanah yang kurang subur bila di bandingkan dengan tanah-tanah di daerah dataran rendah. Sedangkan pada tanah dataran rendah sangatlah subur di karenakan banyak mengandung bahan organik dan tekstur tanah di dataran rendah lebih remah bila di bandingkan dengan tanah-tanah yang terdapat di dataran tinggi. Dan tanaman yang di budidayakan di taran tinggi dan dataran rendah juga memiliki perbedaan yang sangat mencolok yang mana tanaman yang terdapat di daerah dataran rendah tumbuh lebih baik dan lebih subur bila di bandingkan dengan tanaman yang terdapat di daerah dataran tinggi.
PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran dan transportasi energi dalam tanah. 2. Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah. 3. Tekstur menyatakan rasa dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. 4. Tinjauan lapang tiga tempat yang berbeda di Kabupaten Jember, yaitu Desa Bintoro Kecamatan Patrang (Jember Utara), Desa Krasak Kecamatan Ajung (Jember Tengah), dan Desa Sabrang Kecamatan Ambulu (Jember Selatan). 5. Desa Bintoro Kec. Patrang memiliki warna tanah yang berwarna merah agak kecoklatan, agak lengket, mudah di bentuk bola, dan bila di bentuk pasta tidak mudah putus. 6. Desa Krasak Kec. Ajung memiliki tekstur tanah yang bertipe Sandy Silt Loam, bila di remas dan di rasakan akan terasa lembut seperti sutra, apabila di bentuk bola akan mudah sekali rusak, di bentuk pasta juga mudah sekali putus, dan tanahnya juga remah. 7. Desa Sabrang Kec. Ambulu memiliki warna tanah yang lebih gelap, lebih remah, lebih subur, dan lebih banyak mengandung bahan organik di bandingkan dengan daerah lainnya. 8. Tanah dataran tinggi kurang subur bila di bandingkan dengan tanah-tanah di daerah dataran rendah. Sedangkan pada tanah dataran rendah sangatlah subur di karenakan banyak mengandung bahan organik dan tekstur tanah di dataran rendah lebih remah bila di bandingkan dengan tanah-tanah yang terdapat di dataran tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu tanaman. PT. Angkasa. Bandung. Buckman, H.O. dan N.C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan oleh Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan oleh Endang D.W. dkk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hillel, D. 1998. Pengantar Fisika Tanah. Terjemahan oleh Robiyanti H.S. dan Rahmad H.P. Mitra Gama Widya. Yogyakarta. Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan UGM. Yogyakarta. Tan, Kim H. 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gajahmada University Press.