STRUKTUR BUNGA TANAMAN AUTOGAM
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Dasar Pemuliaan Tanaman pada Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember
Oleh: QURROTA A’YUN MAYSYAROH TPB golongan B A41140713
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara botanis bunga dianggap sebagai modifikasi batang dengan bagianbagian yang merupakan daun khusus, berfungsi sebagai alat reproduksi. Seperti pada batang atau cabang, umumnya bunga berasal dari poros daun. Pada tanaman berbunga terdapat banyak perbedaan bentuk bunga. Tetapi dengan sedikit perkecualian umumnya bunga tersebut dibentuk dengan bagian yang sama, hanya berbeda dalam jumlah, bentuk dan susunan bunga. Pada pemuliaan tanaman konvensional, varibilitas genetik tanaman didapatkan melalui reproduksi seksual. Bunga sebagai alat reproduksi seksual mempunyai peran yang sangat penting. Dua bagian penting dari bunga secara langsung dilibatkan pada reproduksi seksual adalah benang sari (stamen) dan putik (pistil). Benang sari terdiri dari kepala sari (anther) yang berisi serbuk sari (pollen grains) dan tangkai (fillamen). Putik terdiri dari kepala putik (stigma), tangkai putik (style) dan bakal buah (ovary). Stigma adalah sebagai penerima pollen, pollen akan berkecambah pada stigma dan masuk ke tangkai putik, akhirnya sampai ke ovary. Ovary mempunyai satu atau lebih bakal biji (ovule). Organ reproduksi ditutupi satu atau lebih kelopak bunga (callix) dan tajuk atau mahkota (corolla). Callix terdiri dari beberapa kelopak (sepal) dan corolla terdiri dari beberapa helai tajuk (petal). Morfologi bunga dari suatu spesies akan menentukan apakah bunga tersebut self atau cross pollinated. Kebanyakan tanaman mempunyai bunga perfect. Contoh, famili Leguminoceae, sorgum, padi dan lain-lain. Bunga imperferct hanya mempunyai stamen disebut staminate dan hanya mempunyai pistil disebut pistilate. Pada bunga castor dan padi liar, staminate terletak pada bagian atas atau ujung bunga dan pistilate terletak pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bunga mempunyai empat jenis bunga yaitu: 1. Bunga sempurna (perfect) yaitu bunga biseksual, stamen dan pistil terletak pada bunga yang sama.
1
2. Bunga tak sempurna (imperfect) yaitu bunga uniseksual, stamen dan pistil terdapat pada bunga yang berbeda atau terpisah 3. Bunga lengkap (complete), yang mempunyai keempat organ bunga yaitu sepal, petal, stamen dan pistil. Contohnya bunga kapas, kedelai, tembakau, anggur. 4. Bunga tak lengkap (incomplete), yang tidak mempunyai satu atau dua organ bunga. Contoh pada bunga jagung, padi, sorgum, famili rumput-rumputan. Monocious adalah tanaman yang staminate dan pistilatenya terletak pada tanaman yang sama. Untuk dapat menghasilkan biji atau buah tanaman biasanya terlebih dahulu melakukan penyerbukan. Penyerbukan yaitu jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Secara umum penyerbukan dibagi menjadi dua yaitu: penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anther ke stigma pada bunga yang sama atau pada bunga lain pada tanaman yang sama. Terjadinya self pollination karena adanya “kleistogamy” yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga belum mekar atau tidak terbuka. Penyerbukan diawali oleh pembungaan. Proses pembungaan disebut anthesis. Terjadinya penyerbukan sendiri disebabkan oleh: bunga tidak membuka, serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka atau mekar. Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bunga sesudah bunga terbuka. Stigma memanjang melalui tabung stigminal segera setelah anther terbuka.
1.2 Tujuan Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan dan menyebutkan bagian-bagian yang berbeda dari bunga autogam dan fungsinya. 2. Menyebutkan posisi putik dan benang sari pada bunga untuk masingmasing jenis tanaman yang diamati.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga biasanya batangnya terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah dan sebagian lagi mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru tadi. Dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorphosis daunnya tersusun amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya seakanakan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Bagian-bagian bunga Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian berikut: a. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun paralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peraliha dari daun biasa ke hiasan bunga. b. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian bunga duduk amat rapat satu sama lain, bahka biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran. c. Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atu uraturat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua
3
bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran: 1. Kelopak (kalyx), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pegaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan satu sama lain, dapat pula terpisahpisah. 2. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri dari sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak. Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirts L.), atau hiasan bunga tadi tidak dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan kata lain kelopak dan mahkotanya sama, baik bentuk maupun warnanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan: tenda bunga (perigonium), yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (telapa), misalnya pada kembang sungsang (Gloriosa superba L.), lilia gereja (Lilium longiflorum Thumb.). d. Alat-alat kelamin jantan (androecium): bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorphosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stema). Pada bunga benang- benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bahwasanya bagian ini pada bunga tasbih (Canna hybrid Hort.), yang benang sarinya yang mandul berbentuk lembaran– lembaran menyerupai daun-daun mahkota. e. Alat- alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pstillum), juga putik terdiri atas metamorphosis daun yang disebut dau buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau
4
beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah. Kalau ada beberapa daun buah, maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagia-bagia bunga terakhir. Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunganya tidak perhitungkan), maka bunga dapat dibedakan dalam: 1. Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus) yang dapat terdiri atas: 1 lingkaran daun–daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota , 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagian- bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan: bersifat tetrasiklik, dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam lima lingkaran : petasiklik. 2. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletes), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu disebut telanjang (nudus), jika hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (unisexualis). Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya seringkali dianggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula. Kelamin Bunga Bunga biasanya mempunyai dua macam alat kelamin, dan justru alat-alat itulah yang sesungguhnya merupakan bagian bunga yang terpenting, karena dengan
adanya
alat-alat
tersebut
dapat
kemudian
dihasilkan
alat-alat
perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru, Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, dibedakan: a. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus) yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya bunga terong (Solanum melongena L.)
5
b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam: 1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang ♂. 2. Bunga betina (flos femineus) yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dengan lambang ♀. c. Bunga mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat baik benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus annuus L.) Penelitian mengenai jenis kelamin bunga menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan, misalnya sebatang tumbuhan jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada ujung tumbuhan dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak-ketiak daunnya. Berhubungan dengan kelamin yang terdapat pada suatu tumbuhan, dibedakan tumbuhan yang: a. Berumah satu (monoecus) yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan), misalnya jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Raphanus communis L.) b. Berumah dua (dioecus) jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada induvidu yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada individu yang hanya mendukung bunga betina saja, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw) c. Poligam (polygamus) jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L.). Biasanya poligami dimaksud untuk menunjukkan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan berumah dua. Suatu contoh telah diberikan mengenai hal itu pada tumbuhan papaya. Disamping contoh tersebut masih ada
6
kemungkinan lain mengenai letak bunga pada tumbuhan yang dianggap bersifat poligam. Suatu jenis tumbuhan bersifat: -
Gynodiecus: jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada induvidu lain bunga banci. Gejala ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang berbunga berbibir (Labiatae)
-
Androdioecus jika pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedang pada yang lain terdapat bunga banci, misalnya pada Dryas octopetala
-
Monoeco-polygamus: jika pada satu individu terdapat bunga-bunga jantan, betina dan banci bersama-sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L.)
-
Gynomonoecus: jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama
-
Trioecus atau trioeco-polygamus: jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan.
Dasar Bunga (Receptaculum atau Torus) Telah dikemukakan bahwa bunga dapat dianggap sebagai tunas yang mengalami metamorphosis dan dasar bunga adalah tidak lain dari ujung batang yang terhenti pertumbuhannya, biasanya menebal atau melebar dan menjadi pendukung bagian-bagian bunga yang merupakan metamorphosis daun, yaitu kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik. Karena terhentinya pertumbuhan batang, ruas-ruasnya menjadi amat pendek, oleh sebab itu bagian-bagian bunga yang berasal dari daun lalu tersusun amat rapat satu sama lain, hanya pada beberapa macam bunga saja masih tampak beruas-ruas, misalnya pada bunga cempaka (Michelia champaka L.)
Kelopak (Calyx) Daun-daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut kelopak (calyx)
7
Kelopak itu berguna sebagai pelindung bunga, terutama waktu bunga masih kuncup (sebelum mekar). Jika bunga sudah mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak lalu runtuh, jarang sekali tetap sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian buah misalnya pada ciplukan (Physalis minima L.), terong (Solanum melongena L.) Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang berasal dari daun. Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu, seperti terdapat pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Compositae. Pada bunga daun putri (Mussaendra frondosa L.) salah satu daun kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik, seakan-akan supaya mendapat perhatian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan daun pemikat (“lokblad”). Daun pemikat terdapat pula pada bunga tumbuhan lain, hanya saja tidak selalu berasal dari daun kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.), yang pada setiap kelompok bunga selalu terdapat 3 bunga, masing-masing dengan satu pemikat yang berkumpul menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan warna daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai tumbuhan hias. Di sini daun pemikat adalah metamorphosis daun pelindung, bukan metamorphosis daun kelopak. Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae, seperti misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), di luar lingkungan kelopak bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak, yang pada kapas justru amat besar dan menyelubungi seluruh bunga, yang disebut kelopak tambahan (epicalyx) Tajuk Bunga atau Mahkota Bunga (Corolla) Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat di sebelah dalam kelopak, umumnya lebih besar dengan warna yang indah, menarik dengan bentuk susunan yang bagus, tidak jarang pula mempunyai bau
8
yang harum atau sedap (tetapi banyak pula yang sama sekali tidak berbau atau malahan mempunyai bau yang busuk seperti bangkai), dan dianggapnya bahwa warna yang indah atau baunya tadilah yang menyebabkan sehingga tertarik pada bunga (juga binatang-binatang lain, misalnya: burung dan kelelawar) yang seringkali dating mengunjungi bunga untuk mencari makanan. Tumbuhan memang memerlukan adanya kunjungan binatang-binatang tadi, karena mereka dapat menjadi perantara berlangsungnya penyerbukan. Jika penyerbukan sudah terlaksana, boleh dikatakan bahwa tugas tajuk bunga sudah selesai, oleh sebab itu biasanya tajuk bunga lalu tampak menjadi layu dan kemudian gugur. Gugurnya tajuk bunga biasanya disertai oleh gugurnya benang sari dan kelopaknya. Selain berfungsi sebagai alat yang mempunyai daya penarik tajuk bunga juga berungsi untuk melindungi alat-alat persarian (benang sari dan putik) sebelum persarian dapat berlangsung. Benang Sari (Stamen) Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Seperti halnya dengan bagian-bagian bunga yang diuraikan dahulu. Benang saripun merupakan suatu metamorphosis daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan. Benang sari merupakan metamorphosis daun masih dapat terlihat dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu, misalnya pada bunga tasbih (Canna indica L.). Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik, tetapi yang berwarna indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga. Pada benang sari dapat dibedakan 3 bagian berikut: 1. Tangkai sari (filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat 2. Kepala sari (anthera) yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya mempunyai 2 ruang sari (theca),
9
masing-masing ruang sari semula terdiri atas dua ruangan kecil (loculus atau loculumentum) Dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (pollen), yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk penyerbukan atau persarian. Ada kalanya serbuk sari tidak terbentuk atau serbuk sari yang ada tidak mampu untuk mengadakan penyerbukan. Benang sari yang demikian dinamakan benang sari yang mandul. 3. Penghubung ruang sari (connectivum). Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari) yang terdapat di kanan kiri penghubung ini. Suatu sifat bunga yang penting yang berhubungan dengan benang sari ialah jumlah benang sari pada bunga. Sifat ini dipandang demikian pentingnya sehingga dalam masa silam pernah dijadikan dasar dalam pengklasifikasian tumbuhan (LINNAEUS) dengan system klasifikasinya yang disebut systema sexual. Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan 3 golongan: a. Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari seperti terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae), misalnya jambu biji (Psidium guajava L.) b. Jumlah benang sari 2x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal yang demikian, benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran. Jadi ada lingkaran luar dan lingkaran dalam. Jika duduknya masing-masing benang sari kita teliti dengan seksama, maka mengenai duduknya benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan: 1. Diplostemon (diplostemonus) yaitu benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk berseling dengan daun-daun tajuk, misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sawrtz.) 2. Obdiplostemon (obdiplostemonus) jika keadaan sebaliknya, artinya benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang duduknya berseling
10
dengan daun-daun tajuknya, misalnya pada bunga geranium (Pelagonium odoratissimum Hort.) c. Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang yang dalam hal ini duduknya benang sari dapat: 1. Episepal (episepalus) artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, berarti pula berseling dengan daun-daun tajuk 2. Epipetal (epipetalus) artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, jadi berseling dengan daun-daun kelopak, Benang sari pada satu bunga dapat tidak sama panjang, jadi dalam satu bunga sebagian benang sarinya pendek, sedang bagian lain panjang. Putik (Pistillum) Putik merupakan bagian bunga yang paling dalam letaknya, dan kalau benang sari merupakan alat kelamin jantan bagi bunga, maka putik merupakan alat kelamin betinanya. Putik pun tersusun atas daun-daun yang telah mengalami metamorphosis. Daun-daun penyusun putik disebut daun buah (carpellum) dan daun-daun buah sebagai keseluruhannya yang menyusun putik itu dinamakan gynaecium. Bahwasannya putik pun merupakan metamorphosis daun sudah amat sukar untuk dibuktikan, tetapi pada tumbuhan yang berbiji telanjang, misalnya pada pakis haji (Cycas rumphii Miq.) hal itu masih kelihatan jelas. Putik merupakan alat kelamin betina, yang salah satu bagiannya mengandung sel telur yang setelah dibuahi oleh inti sperma yang berasal dari serbuk sari, akhirnya akan berkembang menjadi lembaga, dan lembaga itulah yang nantinya akan merupakan tumbuhan baru. Bagian putik yang mengandung sel telur itu namanya bakal biji (ovulum) yang akhirnya akan menjadi biji (semen) dan sementara bagian putik yang di dalamnya terdapat bakal biji tadi, yaitu bakal buahnya (ovarium), akan berubah menjadi buah (fructus) Pada setiap bunga lazimnya hanya terdapat satu putik saja, misalnya pada bunga kapas (Gossypium sp.) tetapi ada pula bunga yang mempunyai lebih dari satu putik, bahkan ada yang mempunyai banyak putik, misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.)
11
Bagian-bagian yang menyusun putik adalah daun-daun pula yang telah mengalami metamorphosis, yaitu: daun buah (carpellum). Daun-daun buah itulah yang akhirnya akan merupakan bagian buah yang paling pinggir (kulit buah) Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, putik dapat dibedakan dalam: a. Putik tunggal (simplex) yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja, misalnya terdapat pada semua tumbuhan yang berbuah polong: kacangkacangan dll (Leguminosae) b. Putik majemuk (compositus), jika putik terjadi dari dua daun buah atau lebih, seperti misalnya pada kapas (Gossypium sp.) Banyaknya daun buah yang menyusun putik seringkali masih dapat dilihat dengan nyata, walaupun sementara itu putik telah berubah menjadi buah, yaitu dengan melihat sudut-sudut atau rigi-rigi maupun alur-alur yang seringkali terlihat pada bagian luar kulit buah. Jika kita mengamati buah kelapa misalnya, dengan mudah kita tentukan, bahwa buah itu semula berasal dari putik yang tersusun atas tiga daun buah. Jika kita melakukan pemeriksaan bunga, maka untuk mengetahui jumlah daun buah yang menyusun putik, dapat kita buat irisan melintang putik melalui bakal buahnya. Jumlah daun buah seringkali sesuai dengan jumlah tembuni (placenta) atau jumlah ruang bakal buah tadi. Pada putik dapat dibedakan bagian-bagian berikut: 1. Bakal buah (ovarium) yaitu bagian putik yang lazimnya kelihatan membesar dan duduk pada dasar bunga 2. Tangkai kepala putik (stylus) bagian putik yang sempit dan terdapat di atas bakal buah, biasanya berbentuk benang 3. Kepala putik (stigma) ialah bagian putik yang paling atas, terletak pada ujung tangkai kepala putik tadi. Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertillisatio) Bunga merupakan organ tumbuhan yang nantinya akan menjadi buah dan di dalam buah nanti akan terjadi biji, dan di dalam bijilah terdapat calon tumbuhan baru, yaitu lembaga.
12
Buah, biji dan lembaga hanya akan terjadi setelah terlebih dahulu pada bunga terjadi peristiwa penyerbukan (pollinatio) dan pembuahan (fertilisatio) yang dinamakan penyerbukan ialah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan yang berbiji telanjang), sedang yang dimaksud dengan pembuahan ialah: terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari. Bunga yang telah siap untuk melakukan (mengalami) peristiwa tersebut, kepala sarinya pecah atau membuka dan keluarlah serbuk sarinya. Oleh karena sesuatu hal, akhirnya ada serbuk sari yang sampai pada kepala putik (yang sementara itu sudah berperekat, sehingga serbuk sari tertangkap oleh kepala putik tadi), dan terjadilah penyerbukan. Jika serbuk sari jatuh pada kepala putik yang cocok, serbuk sari akan berkecambah, terjadilah buluh serbuk sari yang tumbuh menuju ke arah bakal biji. Selama pertumbuhan ini, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua, satu di bagian depan buluh yang menjadi penuntun gerak tumbuh buluh itu ke arah bakal biji (inti vegetatif) yang kedua (inti generatif) lalu membelah lagi menjadi dua inti sperma. Setelah sampai pada liang bakal biji, inti vegetatif binasa, dinding buluh di bagian itu terlarut dan kedua inti spermanya dapat menuju ke kandung lembaga. Sementara itu dalam kandung lembaga intinya membelah tiga kali secara berturutan sehingga terjadi 8 inti. Dari 8 inti tadi tiga menuju ke tempat yang berhadapan dengan liang bakal biji, dan dari ke 3 inti itu satu merupakan sel telur (ovum) dan yang dua di kanan kirinya merupakan pengarak atau pendamping (synergida) Tiga inti lainnya menuju ke bagian kandung lembaga yang berlawanan dengan liang kandung lembaga (berhadapan dengan bagian bakal biji yang disebut : chalaza) dan menjadi bagian yang dinamakan antipoda; yang 2 lagi menuju ke tengah kandung lembaga dan bersatu menjadi yang dinamakan : inti kandung lembaga sekunder. Dua inti generatif dari buluh serbuk sari tadi yang satu kawin dengan sel telur, dan hasil peleburan inilah yang nantinya akan menjadi lembaga, sedang inti generatif yang kedua akan kawin dengan inti kandung lembaga sekunder, yang nantinya akan membentuk
13
jaringan tempat penimbunan cadangan makanan bagi lembaga. Peristiwa perkawinan itulah yang dinamakan: pembuahan dan dalam hal seperti diuraikan itu terjadi yang disebut pembuahan ganda. Pembuahan ganda hanya terjadi pada golongan tumbuhan biji tertutup, sedang pada tumbuhan biji telanjang tidak ada inti kandung lembaga sekunder, jadi yang dapat mengadakan perkawinan hanya sel telur saja. Oleh sebab itu pada golongan tumbuhan biji telanjang dikatakan hanya ada pembuahan tunggal. Jika persarian yang diikuti oleh pembuahan itu telah berhasil, biasanya bakal buah akan tumbuh menjadi buah, bakal biji akan menjadi biji, sementara itu bagian-bagian bunga lainnya menjadi layu dan kemudian gugur. Hanya kadangkadang saja terdapat bagian bunga yang setelah terjadi persarian dan pembuahan tidak gugur dan ikut mengambil bagian dalam pembentukan buah. Pernyerbukan tidak selalu diikuti dengan pembuahan. Lazimnya penyerbukan hanya akan diikuti oleh pembuahan bila tumbuhan diserbuki oleh tumbuhan yang sama atau sejenis. Jika tidak, pembuahan tidak akan berlangsung. Hal itu disebabkan karena serbuk sari yang jatuh pada kepala putik bunga tumbuhan yang berbeda tidak dapat tumbuh menjadi buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari itu biasanya akan mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya sehingga tidak dapat mencapai bakal biji. Dalam bakal buah yang mengandung banyak bakal biji, agar semua baka bijinya dapat tumbuh menjadi biji, masing-masing bakal biji harus dibuahi, jadi pada kepala putik harus ada sekurang-kurangnya sejumlah serbuk yang sama dengan jumlah bakal biji dalam bakal buah. Dalam kenyataannya pada kepala putik jatuh jauh lebih banyak serbuk sari daripada jumlah bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah, jadi tentu ada sebagian serbuk sari yang tidak dapat mencapai tujuannya. Walaupun pada kepala putik jatuh lebih banyak serbuk sari daripada jumlah bakal biji, tetapi tidak berarti bahwa setiap bakal biji akan dapat dibuahi dan berkembang menjadi biji. Umumnya selalu ada saja satu atau beberapa bakal biji yang tidak dapat dicapai oleh buluh serbuk sari, sehingga tidak mengalami pembuahan. Bakal biji demikian, dalam perkembangan seterusnya terdesak oleh biji-biji yang lain, akhirnya hanya merupakan biji yang kecil,
14
kadang-kadang keriput dan tidak pernah tumbuh menjadi tumbuhan barum karena dalam biji itu tidak terbentuk lembaga. Sebaliknya, meskipun tidak terjadi pembuahan, ada pula kalanya bakal biji dapat berkembang menjadi biji dengan di dalamnya terdapat pula lembaga, jadi sel telur dengan tidak dibuahi dapat tumbuh menjadi lembaga. Terjadinya lembaga dari sel telur tanpa pembuahan dinamakan partenogenesis. Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan peristiwa perkawinan antara sel telur dengan inti sperma, disebut : amfimiksis (amphimixis) sedang pembentukan lembaga (calon tumbuhan baru) tanpa adanya peristiwa perkawinan terlebih dahulu, sebagai lawan amfikmisis disebut apomiksis (apomixis) jadi partenogenesis adalah salah satu contoh peristiwa apomiksis. Disamping partenogenesis, masih ada peristiwa lain-lain lagi yang dapat digolongkan dalam apomiksis, antara lain: -
Apogami, yaitu terjadinya lembaga dari salah satu inti dalam kandung lembaga, tetapi bukan dari sel telur, dan juga tanpa perkawinan
-
Pembentukan lembaga yang liar (embrionil adventif) yaitu jika terbentuk lembaga dari salah satu sel pada bakal biji, di luar kandung lembaga, misalnya dari sel neselus atau sel integumentum. Jika dalam satu bakal biji, di samping lembaga yang berasal dari sel telur,
masig terjadi apogami atau embrioni adventif, maka biji yang terjadi nanti merupakan sebuah biji yang didalamnya terkandung lebih dariada satu lembaga, yang terkenal sebagai peristiwa poliembrioni. Peristiwa poliembrioni dapat kita lihat, jika dari satu biji yang berkecambah, kemudian muncul lebih dari satu tumbuhan baru, seperti sering terjadi pada biji jeruk (Citrus sp.), mangga (Mangifera sp.), duku (Lansium domesticum Coor), dll. Menurut penyelidikan, poliembrioni hanya terjadi pada bakal biji yang mengalami pembuahan, jadi dari beberapa keturunan baru itu lazimnya salah satu berasal dari lembaga yang terjadi sebagai akibat amfimiksis, sedang yang lain karena adanya apomiksis. Berdasar asal serbuk sarinya yang jatuh di kepala putik itu, penyerbukan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:
15
a. Penyerbukan sendiri (autogamy) yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri b. Penyerbukan tetangga (geitonogamy) jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga. c. Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy) jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama d. Penyerbukan bastar (hybridogamy) jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda. Sementara ahli tidak memisahkan penyerbukan tetangga sebagai suatu ragam penyerbukan yang tersendiri, tetapi karena serbuk sari berasal dari satu pohon saja, menganggap cara penyerbukan ini hanya sebagai suatu variasi penyerbukan tersendiri saja. Jika suatu tumbuhan dapat menghasilkan buah dan biji melalui penyerbukan sendiri, tumbuhan itu dikatakan bersifat subur sendiri, sebaliknya suatu tumbuhan yang hanya dapat membentuk buah dan biji karena adanya penyerbukan silang, tumbuhan itu dikatakan mempunyai sifat mandul sendiri. Tumbuhan
yang
mengadakan
penyerbukan
sendiri
seringkali
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan sifat-sifat yang lebih buruk daripada tumbuhan induknya. Misalnya buah kurang banyak dan mundur kualitasnya, lebih mudah terserang penyakit, dll. Gejala demikian dalam praktik pertanian terkenal sebagai gejala degenerasi, kemunduran atau kemerosotan (degeneratio). Jika penyerbukan sendiri menyebabkan timbulnya degenerasi, biasanya lalu diusahakan agar penyerbukan silang tidak menimbulkan gejala degenerasi itu. Walaupun demikian ada pula tumbuhan yang hanya berkembang biak dengan biji hasil perkawinan yang didahului oleh penyerbukan sendiri secara terus-menerus, tetapi tidak pernah memperlihatkan gejala kemunduran, seperti misalnya pada tumbuhan yang bunganya telah mengalami penyerbukan sewaktu bunga belum mekar. Penyerbukan sendiri yang berlangsung sebelum bunga mekar
16
dinamakan penyerbukan tertutup atau kleistogami (cleistogamy) yang terdapat misalnya pada bunga ceplikan (Ruellia tuberosa L.) Penyerbukan bastar dapat terjadi dengan sendirinya dalam alam, tetapi seringkali dilakukan pula oleh manusia dengan sengaja dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan baru dengan sifat-sifat tertentu. Pekerjaan yang dilakukan dengan sengaja inilah yang dinamakan pembastaran (hybridisatio). Dalam pekerjaan ini harus selalu diingat, bahwa kita menggunakan dua individu tumbuhan yang berlainan jenis atau sifatnya. Dari individu yang satu diambil serbuk sarinya, sedang yang kedua yang menerima serbuk sari itu (yang diserbuki). Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami, dapat dibedakan: 1. Protandri atau proterandri (protandry, proterandry) jika dalam satu bunga yang masak lebih dulu adalah kepala sarinya, baru kemudian kepala putiknya 2. Protogini atau proterogini (protogyny, proterogyny) jika yang masak lebih dulu putiknya, baru belakangan kepala sarinya. 3. Adanya herkogami (hercogamy), yaitu jika pada bunga yang sempurna, duduknya kepala sari dan kepala putik amat berjauhan satu sama lain, seperti misalnya terdapat pada bunga tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (Papilionaceae) dan anggrek (Orchidaceae) 4. Adanya heterostili (heterostyly) yaitu suatu variasi herkogami bila pada beberapa individu tumbuhan sejenis (species) terdapat bunga-bunga dengan benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali panjangnya, sehingga dengan demikian penyerbukan sendiri tak mungkin dapat terjadi. Heterostili dapat dibedakan lagi menjadi: a. Heterodistili (heterodistyly) jika pada satu jenis (species) tumbuhan ditemukan induvidu-individu dengan dua bentuk (dimorfisme) bunga yaitu: -
Individu dengan bunga yang bertangkai putik panjang dan benang sari yang pendek
17
-
Individu dengan bunga yang bertangkai putik pendek dan benang sari yang panjang
b. Heterotristili (heterotristyly) jika dalam satu jenis (species) ada individuindividu yang -
Mempunyai bunga dengan tangkai putik pendek dengan benang sari yang sedang atau panjang
-
Mempunyai bunga dengan tangkai putik sedang dan benang sari yang pendek atau panjang
-
Mempunyai bunga dengan tangkai putik yang panjang dan benang sari pendek atau sedang
5. Adanya peristiwa kemandulan (sterilitas). Bunga yang mempunyai sifat ini walaupun diserbuki, tetapi penyerbukan tidak diikuti oleh pembuahan, bahkan mungkin penyerbukan itu justru menyebabkan gugurnya putik dan bunganya. Jika yang menyebabkan keguguran putik (abortus) itu serbuk sari dari bunga itu sendiri, dikatakan bahwa tumbuhan itu mempunyai sifat kemandulan sendiri. Kemandulan sendiri sering terlihat pada anggrek, oleh sebab itu untuk mendapatkan biji anggrek perlu diadakan penyerbukan silang.
18
BAB III METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Struktur Bunga Tanaman Autogam dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Selasa, 22 Maret 2016
Waktu
: 15.00 s/d 17.00 WIB
Tempat
: Laboratorium
Teknologi
Benih
dan
Lahan
Praktik
Politeknik Negeri Jember. 3.2 Alat dan Bahan Adapun Alat dan Bahan yang dibutuhkan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bunga timun Bunga cabai Bunga kacang panjang Bunga padi Bunga kedelai Bunga tomat 12.
7. Bunga buncis 8. Bunga terong 9. Pinset 10. Lup 11. ATK
3.3 Cara Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Mengamati bagian-bagian bunga yang telah disediakan Menggambar bagian-bagian bunga tersebut Membuat laporan sementara untuk di Acc Membersihkan tempat dan peralatan praktikum Membuat laporan praktikum
13.
19
15.
14. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16. 17.
4.1 Hasil 18. N
19. Gambar
20. Hasil Deskripsi
21. 1
22. Padi (Oryza sativa) 23.
24. Warna bunga hijau muda 25. Letak bunga tangkai malai 26. Jenis bunga tidak lengkap 27. Posisi benang sari lebih tinggi daripada putik 28. Waktu masak putik bersamaan dengan benang sari 29. Jumlah putik 2 30. Jumlah benang sari 6
31. 2
32. Timun (Cucumis sativus) 33.
35. Warna bunga kuning 36. Letak bunga diantara ketiak daun dan batang 37. Jenis bunga tunggal, tidak lengkap 38. Posisi benang sari terpisah dengan putik (bunga jantan dan betina terpisah) 39. Jumlah putik 3 40. Jumlah benang sari 8
34.
41. 3
42. Cabai (Capsicum sp.) 43.
44. Warna bunga putih 45. Letak bunga percabangan (ketiak daun) 46. Jenis bunga tunggal, lengkap 47. Posisi benang sari lebih rendah
20
(Vigna
daripada putik 48. Waktu masak putik bersamaan dengan benang sari 49. Jumlah putik 1 50. Jumlah benang sari 6 54. Warna bunga putih kehijauan 55. Letak bunga ketiak daun 56. Jenis bunga majemuk, lengkap 57. Posisi benang sari sejajar dengan putik 58. Jumlah putik 1 59. Jumlah benang sari 9
51. 4
52. Kacang Panjang sinensis) 53.
60. 5
61. Kedelai (Glycine max) 62.
63. Warna bunga putih 64. Letak bunga ruas-ruas batang/ ketiak daun 65. Jenis bunga lengkap 66. Posisi benang sari sejajar dengan putik 67. Jumlah putik 1 68. Jumlah benang sari 10
69. 6
70. Tomat esculentum) 71.
(Lycopersicon
72. Warna bunga kuning 73. Letak bunga batang/cabang yang masih muda 74. Jenis bunga lengkap 75. Posisi benang sari 76. Waktu masak putik 77. Waktu masak benang sari 78. Jumlah putik 1 79. Jumlah benang sari 6
80. 7
81. Terong melongenae) 82.
(Solanum
83. Warna bunga putih 84. Letak bunga ketiak daun 85. Jenis bunga tunggal, lengkap 86. Posisi benang sari lebih rendah daripada putik
21
89. 8
90. Buncis (Phaseolus vulgaris) 91.
87. Jumlah putik 1 88. Jumlah benang sari 5 92. Warna bunga putih 93. Letak bunga cabang muda atau pucuk muda 94. Jenis bunga lengkap, majemuk 95. Posisi benang sari lebih rendah daripada putik 96. Jumlah putik 1 97. Jumlah benang sari 4
98. 4.2 Pembahasan 99.
Penyerbukan sendiri adalah penyatuan sel telur dengan sel sperma
yang berasal dari satu tanaman. Jika persentase penyerbukan sendiri lebih dari 95% maka tanaman tersebut dikelompokkan sebagai tanaman menyerbuk sendiri. Dengan penyerbukan ini akan dapat dipertahankan homozigositas tanaman yang sudah homozigot atau dapat diperoleh proporsi homozigot yang makin tinggi bila dilakukan penyerbukan sendiri terus-menerus dari tanaman heterozigot. Tujuan akhir pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri umumnya untuk memperoleh tanaman homozigot yang unggul berupa varietas galur murni. 100. Penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetic dari susunan morfologi bunga. Sifat genetic yang dimaksud adalah kemampuan sel kelamin tanaman untuk dapat bergabung sendiri. Susunan morfologi bunga dikaitkan dengan susunan bunga tertentu sehingga dapat menghalangi masuknya tepung sari tanaman lain ke sel telur. Beberapa mekanisme yang dapat menghalangi tepung sari lain, antara lain bunga tidak membuka, butir tepung sari luruh sebelum bunga membuka, benang sari dan putik ditutup oleh bagian bunga sesudah bunga membuka, serta putik memanjang segera setelah tepung sari masak. Contohnya pada sorgum, sekam bagian luar tetap tertutup sampai anthesis selesai. Pada tanaman kedelai, mahkota tetap tertutup sampai anthesis selesai. Pada tomat, tangkai putik tersembunyi dan dikelilingi benang sari. Contoh bunga tanaman yang menyerbuk sendiri adalah padi, sorgum, gandum, kacang tanah, kacang panjang, kacang kapri, buncis, kecipir, kedelai, terong, cabai dan tomat.
22
1. Bunga Padi 101. Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga padi, bunga padi merupakan bunga yang tidak lengkap karena tidak memiliki calix dan corolla. Bunga padi adalah bunga terminal yang berbentuk malai terdiri dari bunga-bunga tunggal. Tiap bunga tunggal terdiri dari 2 lemma steril, lemma (sekam besar), palea (sekam kecil), 6 buah benang sari yang masing-masing memiliki 2 kotak sari dan sebuah putik. Kepala putik berjumlah 2 buah dengan bulu-bulu halus. Posisi benang sari lebih tinggi dibandingkan putiknya, sehingga tanaman ini termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri dengan persentase penyerbukan silang kurang dari 5% (Syukur, 2015). 102. Pada dasar bunga terdapat lodikula yang berperan terhadap mekarnya bunga. Bunga mekar diikuti dengan pecahnya kotak sari serta menutupnya kembali lemma dan palea yang memungkinkan tepung sari menempel pada kepala putik pada bunga yang sama. Mekarnya bunga dimulai dari spikelet bagian atas lalu berlanjut ke awah bawah, dan mencapai tingkat yang tertinggi pada pukul 08.00 – 11.00. Pada saat yang sama, tepung sari telah matang dan viabel. Emaskulasi sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mempertahankan reseptivitas kepala putik karena dipengaruhi kelembaban dan temperatur. Reseptivitas kepala putik yang terbaik dicapai setelah tiga hari spikelet membuka, lalu berangsur menurun menjelang hari ke-7. Pembuahan terjadi tiga jam setelah penyerbukan. 2. Bunga Timun 103. Bunga mentimun berbentuk seperti terompet dan berwarna kuning. Tanaman ini termasuk jenis tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan bunga betina terpisah dalam satu pohon/individu. Bunga betina memiliki calon buah yang berbentuk lonjong dan membengkok, sedangkan pada bunga jantan tidak mempunyai calon buah yang membengkok. 104. Letak calon buah mentimun terdapat di bawah mahkota bunga betina. Tanaman mentimun memiliki jumlah bunga jantan lebih banyak daripada bunga betina. Penyerbukan bunga mentimun adalah penyerbukan silang. 3. Bunga Cabai 105. Bunga cabai tergolong bunga lengkap karena terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik. Kelopak bunga berjumlah enam
23
helai berwarna kehijauan. Mahkota bunga terdiri atas 5-7 petal berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Posisi bunga menggantung, tangkai putik berwarna putih. Kepala putik berwarna kekuning-kuningan. Tangkai sari berwarna putih dan kepala sari yang belum matang berwarna biru atau ungu. Dalam satu bunga terdapat satu putik dan 5-7 benang sari. Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali spesies tertentu). Bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi penyerbukan silang secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah dengan persentase persilangan berkisar 7,6 – 36,8% (Greenleaf, 1986). Bunga pertama terbentuk pada umur 23 – 31 hari setelah tanam (HST). 4. Bunga Kacang Panjang 106. Kacang panjang merupakan tanaman menyerbuk sendiri dengan persentase penyerbukan silang kurang dari 5%. Berdasarkan bunga kacang panjang yang telah diamati, bunga kacang panjang merupakan bunga majemuk yang tumbuh pada ketiak daun. Bunga kacang panjang yang diamati masih kuncup sehingga bentuknya belum teridentifikasi dengan pasti. Menurut literatur yang ada, bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Warna mahkota bunga yang diamati adalah putih, namun sebenarnya bunga kacang panjang memiliki bunga yang bervariasi mulai dari putih, kuning, biru dan ungu. Sebelum mekar bunga berwarna hijau atau kehijauan, sedikit demi sedikit warnanya memudar sejalan dengan penuaan umur bunga dan menjelang mekar berwarna kuning atau putih kekuningan. Bunga tumbuh menyebar sepanjang ibu tulang bunga dan tumbuh pada tiap-tiap ketiak tangkai daun (inflorecencia axilaris). Kacang panjang memiliki bunga sempurna, bunga mekar setelah terjadi pembuahan. 5. Bunga Kedelai 107. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betina. Tanaman kedelai di Indonesia mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30°C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu. Bunga kedelai memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera, 2 helai sayap dan 2 helai tunas. Terdapat 10 buah benang sari, 9
24
buah diantaranya bersatu pada bagian pangkal membentuk seludang yang mengelilingi putik. Bunga tumbuh di ketiak daun membentuk rangkaian bunga terdiri atas 3-15 buah bunga pada tiap tangkainya. 108. 109. 6. Bunga Tomat 110. Bunga tomat berukuran relatif kecil, berdiameter 2 cm dan memiliki warna kuning. Bunga tomat termasuk bunga sempurna karena alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu bunga yang sama. Mahkota bunga tomat berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. bunga tomat memiliki 6 tepung sari dengan kepala putik berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang (cabang yang masih muda). Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. 7. Bunga Terong 111. Bunga terung berbentuk bintang, berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang atau menyerbuk sendiri (Rukmana, 2003). Perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota buga, dan tangkai bunga. Pada saat mekar, diameter bunga rata-rata 2,5-3 cm, letaknya menggantung. Mahkota bunga berjumlah 5-8 buah dan akan gugur sewaktu buah berkembang. Benang sari berjumlah 5-6 buah. Kedudukan putik umumnya lebih tinggi dari pada benang sari, walaupun ada yang tingginya sama (Imdad dan Nawangsih, 1995). Bunga terung termasuk ke dalam bunga banci atau bunga berkelamin dua karena dalam satu bunga terdapat benang sari dan putik (Soetasad et al., 2003). Menurut Samadi (2001), bunga terung akan muncul pertama kali setelah berumur sekitar 28 HST. 8. Bunga Buncis 112. Bunga buncis merupakan bunga sempurna, yaitu berkelamin ganda (hermaprodit). Ukuran bunga buncis ini kecil, yaitu sekitar kurang lebih 1 cm, berbentuk bulat panjang atau silindris dan tumbuh di cabang yang masih muda atau pucuk-pucuk muda. Bunga buncis memiliki 4 buah benang sari dan 1 buah putik.
25
113.
26
114. BAB V 115. PENUTUP 116. 5.1 Kesimpulan 1. Bunga lengkap memiliki semua bagian dari bunga, yaitu kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistil), sedangkan bunga tidak lengkap tidak memiliki salah satu atau beberapa dari bagian bunga tersebut. 2. Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga, disebut juga berkelamin dua (hermaphrodite) dan bunga tidak sempurna hanya mempunyai salah satu saja (putik atau benang sari saja) dalam satu bunga. 3. Kelopak berfungsi sebagai pelindung bunga, terutama saat bunga masih kuncup. Mahkota berfungsi sebagai perhiasan bunga dan daya tarik terhadap serangga yang menjadi pollinator bunga. Putik sebagai alat kelamin betina dan benang sari sebagai alat kelamin jantan. 4. Terjadinya penyerbukan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yaitu bunga tidak membuka, butir tepung sari luruh sebelum bunga membuka, benang sari dan putik ditutup oleh bagian bunga sesudah bunga membuka, serta putik memanjang segera setelah tepung sari masak. 5. Tanaman yang termasuk kelompok tanaman menyerbuk sendiri antara lain padi, kacang panjang, buncis, tomat, cabai, terong dan kedelai. 117.
118.
27
119. DAFTAR PUSTAKA 121.
120. http://dokumen.tips/documents/morfologi-tomat.html diakses tanggal 27
122.
Maret 2016 http://www.kajianpustaka.com/2015/02/botani-tanaman-terung.html
123.
diakses tanggal 27 Maret 2016 http://www.tanijogonegoro.com/2013/01/mengenal-tanaman-cabai.html
124. 125.
diakses tanggal 27 Maret 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai diakses tanggal 27 Maret 2016 Tim Dosen. 2016. BKPM Dasar Pemuliaan Tanaman. Politeknik Negeri
126.
Jember. Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
28