19
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. N
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Enrekang
Tanggal Pemeriksaan : 02 Juli 2018
Nomor RM : 121695
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas dialami ± 2 minggu sebelum datang ke rumah sakit. Sebelumnya benjolan kecil menyerupai jerawat dan terasa mengganjal, benjolan semakin hari mulai membesar dan terasa nyeri. Keluhan lain air mata berlebih dan terasa sedikit gatal.
Keluhan pertamakalinya dialami pasien dan sudah pernah berobat atas keluhan tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan yang sama (-). Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Keluhan Yang Sama Dalam Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa.
Riwayat trauma :
Riwayat trauma, kontak dengan benda asing, dan bahan kimia pada mata disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK (Status Generalis)
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2º C
Frekuansi pernafasan : 20 x/menit
Kepala : Normocephal
Telinga, Hidung, Tenggorok : Dalam batas normal
Gigi gegili : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks dan abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan
OD
OS
Palpebra
Sekret (-), edemaa (+), Massa tumor (+) berdiameter 0,2 cm, hiperemis (+)
Sekret (-),edema (-), massa tumor (-), hiperemis (-)
Apparatus lakrimalis
Hiperlakrimasi (-)
Hiperlakrimasi (+)
Silia
Normal
Normal
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Bola Mata
Normal
Normal
Mekanisme muscular
Kornea
Jernih
Jernih
Bilik mata depan
Kesan normal
Kesan normal
Iris
Coklat
Coklat
Pupil
Bulat, diameter 0,3 cm
Bulat, diameter 0,3 cm
Lensa
Jernih
Jernih
Palpasi
Pemeriksaan
OD
OS
Tekanan Okular
T (N)
T (N)
Nyeri tekan
(+)
(-)
Massa Tumor
(+)
(-)
Glandula pre-aurikular
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
Visus
VOD : 20/20
VOS : 20/20
Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
OD
OS
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Jernih
BMD
Normal
Normal
Iris
Coklat, kripte (+)
Coklat, kripte (+)
Pupil
Bulat, isokor, RC (+)
Bulat, isokor, RC (+)
Lensa
Jernih
Jernih
Funduscopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
RESUME
Pasien datang ke RS Ibnu Sina dengan keluhan terdapat benjolan pada kel Pasien datang ke poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas dialami ± 2 minggu sebelum datang ke rumah sakit. Sebelumnya benjolan kecil menyerupai jerawat dan terasa mengganjal, benjolan semakin hari mulai membesar dan terasa nyeri. Keluhan lain air mata berlebih dan terasa sedikit gatal.
Keluhan pertamakalinya dialami pasien dan sudah pernah berobat atas keluhan tersebut.
Pada inspeksi kelopak mata kiri bawah ditemukan, massa tumor berdiameter 0,2 cm, hiperemis.
Pada palpasi kelopak mata kanan atas teraba massa tumor, konsistensi padat, dan nyeri tekan.
DIAGNOSA KERJA
Hordeolum Eksterna Oculi Dextra
DIAGNOSA BANDING
Calazion, blefaritis, dan CA glandula sebacea
PENATALAKASANAAN
Edukatif
Cuci tangan rutin dan tidak mengkucek mata yang sakit.
Kompres hangat.
Farmakoterapi
Asam Mefenamat tablet 500 mg/8 jam/oral
Amoxicilin 500 mg/8 jam/oral (selama 5 hari)
Cendolyters tetes mata/8 jam/gtt OS
PROGNOSIS
Dubia
PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(5)
Dari anamnesis informasi berupa adanya benjolan pada kelopak mata kanan atas. Sebelumnya benjolan kecil menyerupai jerawat dan terasa mengganjal,, benjolan semakin hari mulai membesar dan terasa nyeri. Keluhan lain air mata berlebih dan terasa sedikit gatal. Informasi ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan keluhan utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebra. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal.(1,6)
Hasil pemeriksaan didapatkan tanda peradangan berupa edema, hiperemis dan nyeri tekan. Gejala ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan peradangan umumnya disebabkan infeksi bakteri staphylococcus aureus pada kelenjar Zeis dan Moll.(1,3,5)
Pemilihan terapi didasarkan penyebab dan gejala yang dialami pasien. Pada pasien ini diberikan antibiotik sitemik yaitu amoxicillin sesuai yang dinyatakan pada kepustakaan, secara umum hordeolum disebabkan oleh infeksi bakteri stapyilococcus aureus, merupakan bakteri gram positif. Amoxicilin salahsatu antibiotik golongan beta laktam berspektrum sedang yang sensitif terhadap bakteri gram postif dan gram negatif.(3,5)
Terapi lain untuk mengatasi gejala diberikan NSAID Asam mefenamat untuk mengatasi gejala peradangan berupa nyeri dan edema..Artificial tear cendolyters untuk mengatasi mata kering. Bila tersedia boleh diberikan tetes mata antibiotik.
Tindakan opertif belum dilakukan sesuai kepustakaan menyatakan tindakan operatif dilakukan apabila tatalaksana farmakoterapi tidak efektif atau keluhan yang dialami berulang.(5)
Sebagai langkah pencegahan, dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit, mencuci tangan rutin dan menjaga kebersihan daerah mata.(4,5)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.(1)
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti hordeolum, ektropion, entropion dan blepharoptosis. Kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.(1,2)
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. (2,4)
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan kesehatan yang kurang baik. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun. (3)
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Streptococcus dan Staphylococcus, terutama Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.(1,2)
Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. (2,3)
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan klinis yang mucul pada pasien dan pemeriksaan mata yang sederhana. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(5)
Penatalaksanaan yang dilakukan pada hordeolum yaitu pada stadium infiltrate dilakukan kompres hangat, diberikan salep mata antibiotika (seperti: polimiksin, kloramfenikol, dan gentamisisn), diberikan oral antibiotika (seperti: amoksisilin, cephalosporin, dan eritromisin), dan analgetika (seperti asam mefenamat, paracetamol). Stadium supuratif dilakukan insisi jika sudah ada fluktuasi atau sudah 2 minggu tidak membaik. (6)
Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.(5)
II. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi. (2,7)
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.(1,2)
Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).(2)
Konjungtiva palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). (1,2)
Gambar1. Anatomi Kelopak Mata
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (2,7)
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior, septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.(2,8)
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.(2)
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah A. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (2)
Gambar 2. Potongan Sagital Palpebra Superior
III. DEFENISI
Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.(1,2,9)
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll. Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). (2,4)
Gambar 3. Hordeolum Interna Gambar 4. Hordeolum Eksterna
IV. ETIOLOGI
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Streptoccocus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.(3,9)
V. PATOFISIOLOGI
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva. (2)
VI. GAMBARAN KLINIS
Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis yang menahun. (1,2,4)
Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu: stadium infiltrat yang ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran. Stadium supuratif yang ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus (core). (1,6)
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(3)
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, selulitis preseptal, tumor palpebra. Kalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Kalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat hiperemi palpebra dan nyeri tekan. (1,6)
Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal dengan hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai dengan adanya demam yang diikuti oleh pembengkakan. (5)
Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan biopsy. (5)
IX. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari. Penatalaksaan pada hordeolum dilakukan dengan terapi medikamentosa pada stadium infiltrate dan pembedahan untuk fase supuratif atau tidak sembuh dengan menggunakan terapi medikamentosa.(2,10)
Untuk terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase, kemudian bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. menghindari menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.(2,10)
Terapi dengan menggunakan antibiotik topikal diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular, pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacillin 500 mg (dewasa) per oral 4 kali sehari selama 7 hari, <40kg : 12,5-25 mg/kg/BB pada infeksi berat : 50-100 mg/kg/BB/ per oral selama 6 hari, >40 kg: 125-500 mg per oral selama 6 hari (anak). Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Analgetika seperti asam mefenamat atau paracetamol dapat juga diberikan. (4)
Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon dengan baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.(9,10)
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra. (2,4,10)
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis palpebral yang merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan septum orbita, serta abses palpebral. (2)
Lesi yang luas dari kelopak mata atas dilaporkan dapat menurunkan penglihatan secara sekunder hingga mampu menyebabkan astigmatisma ataupun hyperopia yang disebabkan mendatarnya kornea sentral. Jaringan bergranulasi terkadang dapat ditemui setelah hordeolum yang mulai pulih.(11)
XI. PROGNOSIS
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar. (2,4)
DAFTAR PUSTAKA
Bessette M. Hordeolum and Stye.2010. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview.
Vaughan, D.G. 2015. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Khurana AK. 2011. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New Delhi. New Age International Publishers.
Sidarta, I. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
Sidarta, I, dkk. 2008. Penuntun Sari Ilmu Penyakit Mata. edisi III. Jakarta. Balai Penerbit FK UI
Marinopaulus, S. Spyridon. 2014. "John hopkins ABX guide : Hordeolum (stye)/ chalazion" .Available from : http://www.prod.hopkinsabxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_chalazion.html
Olver J, Cassisy L.2005. Ophtalmology at a Glance. First published. England. Blackwell Science. Garsington Road, Oxford
Raftery AT., Lim, Eric., 2010. Churchill's Pocketbook of Differential Diagnosis. Elsevier's.
Yanoff, M., Duker, J. 2010. Textbook Of Ophtalmology. Moaby Elsevier's
Bessette M. 2010. "Hordeolum and Stye: Treatment & Medication". Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798940-treatment
Michael P. 2017. Hordeolum Differential Diagnoses. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1213080-differential