STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE SISTEM MANAJEMEN K3 POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Direview
Disusun
Ditetapkan Oleh
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Panduan ini dipakai sebagai acuan untuk metode Identifikasi Bahaya, Penilaian & Pengendalian Resiko dari pelaku, obyek kegiatan, produk, material dan peralatan yang optimal, terpadu
dan terarah pada lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan dan K3. 2. Ruang Lingkup -
Semua kegiatan Produk dan jasa perusahaan yang diidentifikasi sebagai aspek lingkungan & K3 pada lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Suraba ya.
B. DEFINISI
-
PHA Adalah singkatan dari preliminary dari preliminary Hazard Hazard Analysis yaitu suatu Alat untuk
identifikasi bahaya
-
H azar d atau Bahaya adalah sumber atau situasi yang potensial menyebabkan
kematian, cedera, sakit pada manusia, kerusakan pada property, lingkungan kerja atau kombinasinya.
-
I ncident atau Insiden adalah kejadian dimana sedikit saja berbeda dapat
menimbulkan kecelakaan, sering juga disebut dengan near miss ( hampir celaka ).
-
Accide Accident atau Kecelakaan adalah merupakan kombinasi dari kemungkinan
(probability) dan konsekuensi dari adanya adan ya bahaya yang terjadi.
-
Risk atau Resiko adalah Merupakan kombinasi dari kemungkinan (probability ) dan
Konsekuensi ( Consequences ) dari adanya bahaya yang terjadi.
C. REFERENSI -
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
-
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. P2K3 -
Membentuk Tim Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
-
Melakukan Dokumentasi Pelaksanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
-
Melakukan Pelaporan Hasil Identifikasi Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3 Kepada Direktur
Bersama Tim Identifikasi -
Menentukan Objek identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
-
Melakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
2. Kepala Bengkel/Lab -
Menyiapkan layout, data peralatan dan mesin serta system yang ada pada lokasi Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
-
Mengkondisikan kegiatan Produk dan jasa berjalan dengan normal
Bersama SHE Koordinator -
Melakukan Pembentukan Tim Identifikasi Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko K3
Bersama Tim Identifikasi -
Menentukan Objek identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko
-
Melakukan Identifikasi Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko Resiko
3. Tim Identifikasi Bahaya -
Menentukan ojek idenifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko
-
Menyiapkan form identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko
-
Melakukan identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Da n Pengendalian Resiko
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
E. ROSEDUR 1. Pembentukan tim identifikasi -
Tim identifikasi beranggotakan staff P2K3 dan staff pada bidang keilmuan yang berhubungan pada Lokasi/Department yang akan diidentifikasi
2. Menentukan obyek yang akan diidentifikasi -
Obyek dapat berupa suatu kegiatan atau peralatan yang menimbulkan dampak bahaya pada manusia maupun lingkungan pada kegiatan Produk dan jasa di Lokasi/Department yang akan diidentifikasi
3. Penyiapan Form identifikasi 4. Pelaksanaan Identifikasi -
Pelaksanaan Identifikasi dilakukan oleh Tim identifikasi didampingi oleh P2K3 dan Kepala Lab/Bengkel
5. Dokumenttasi 6. Pelaporan -
Pelaporan disusun oleh P2k3 dan dilaporkan kepada direktur
F. DIAGRAM PROSEDUR
Diagram F.1 Prosedur Inspeksi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
G. Lampiran 1. Form Identifikasi Bahaya 2. Instruksi Kerja Identifikasi Bahaya
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No.
Dokumen
Revisi Tanggal
: 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 07
No.
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
: FR.01/PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017 : 01
Lampiran 1. Form Identifikasi Bahaya Sistem: Subsistem: NO Hazard
Penyebab
Analisa No : Form Identifikasi Bahaya Dan Penillaian Tanggal : Resiko Efek Mode IMRI Tindakan Rekomenasi
FMRI
Comment
Status
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA Lampiran 2. Instruksi Kerja Identifikasi Bahaya
1. Menentukan sistem -
Menentukan ruang lingkup, batas sistem, Komponen – Komponen sitem, operasi Sistem dan desain sistem yang akan diidentifikasi
2. Merencanakan Identifikasi -
Menentukan tanggal dan waktu pelaksanaan identifikasi
3. Memulai dengan memasukan daftar Hazard -
Mengevualiasi Daftar Hazard secara sistematik berdasarkan sistem, subsistem juga sumber energi yang ada
4. Mengidentifikasi Hazard -
Identifikasi masing-masing Hazard mulai dari penyebab terjadinya Hazard , effek Hazard dan juga mode saat terjadinya Hazard
5. Mengevaluasi Resiko -
Mengevaluasi level resiko berdasarkan tabel keparahan Resiko Tabel Keparaha resiko Keoarahan
Probabilitas
1. Bencana
A. Sering Terjadi
2. Sangat Kritis
B. Mungkin terjadi
3. Bahaya Kecil
C. Sesekali terjadi
4. Dapat Diabaikan
D. Dapat Dikendalikan E. Tidak Mungkin terjadi
-
Memasukan Kode level resiko pada kolom Identification Mishapp risk index (IMRI) contoh “1A”
6. Mengevaluasi tindakan Rekomendasi -
Mengevaluasi tindakan rekomendasi untuk melakukan langkah tindakan pencegahan dari Hazard yag diidentifikasi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.01/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI BAHAYA
7.
Mengevaluasi keluaran akhir resiko -
Mengevaluasi level resiko berdasarkan tabel keparahan Resiko Setelah dilakukan tindakan pencegahan
-
Memasukan Kode level resiko pada kolom Final Mishapp risk index (FMRI) contoh “3D”
8. Menentukan Status Hazard -
“Open”
Untuk Status Hazard yang terbuka atau masih dapat menimbulkan resiko
-
“C lose”
Untuk Status Hazard yang tertutup atau sudah tidak menimbulkan resiko
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.02/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
01 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS STUDI BANDING
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menciptakan prosedur studi banding pada pihak kampus serta Direksi dalam melaksanakan studi banding den gan instansi lain yang menerapkan SMK3.
2. Ruang Lingkup Studi banding dilaksanakan sebagai upaya komparatif sekaligus evaluatif terhadap penanggung jawab dan penyelenggaraan SMK3 di PPNS. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan atau masukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu penyelenggaraan SMK3 di PPNS.Pelaksana studi banding adalah PJK3, Kajur, Kaprodi, dosen dan mahasiswa
B. DEFINISI Studi banding adalah kegiatan untuk meninjau dan melakukan evaluasi terhadap suatu program yang telah dilaksankan oleh instansi yang akan dibandingkan dengan instansi lain dengan tujuan meningkatan mutu agar lebih baik.
C. REFERENSI -
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. PJK3 -
Penanggung jawab utama dari semua kegiatan studi banding yang dilakukan
-
Mempersiapkan data dan sarana studi banding
-
Melaksanakan pengawasan selama studi banding dilaksanakan
2. P2K3 -
Mempersiapkan data dan sarana studi banding
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.02/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
02 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS STUDI BANDING
-
Melaksanakan pengawasan selama studi banding dilaksanakan
-
Menentukan peserta yang akan mengikuti studi banding
-
Pelaksana studi banding
-
Membuat laporan dan dokumentasi
3. Kajur dan Kaprodi -
Memberikan izin kepada mahasiswa untuk mengikuti studi banding
-
Mempersiapkan data yang digunakan untuk keperluan studi banding
5.Dosen -
Sebagai pelaksana studi banding
-
Sebagai pendamping studi banding
6. Mahasiswa -
Sebagai pelaksana studi banding
E. PROSEDUR 1. Mencari data perguruan tinggi sejenis atau perusahaan yang telah menerapkan SMK3 untuk kunjungan studi banding 2. Observasi ke bebrapa perguruan tinggi dan perusahaan 3. Pendataan peserta studi banding 4. Kunjungan ke perguruan tinggi dengan sasaran berbagai hal yang berkaitan dengan masukan yang diperlukan guna peningkatan atau perbaikan dalam penyelenggaraan SMK3 5. Pelaporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan studi banding
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.02/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
03 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS STUDI BANDING
F. DIAGRAM PROSEDUR
Diagram F.1 Prosedur Studi Banding
G. LAMPIRAN 1. Formulir Daftar Instansi Studi Banding 2. Formulir Daftar Peserta Studi Banding
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.02/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS STUDI BANDING
Lampiran 1. Formulir Daftar Instansi Studi Banding
Daftar Perguruan Tinggi / Perusahaan Pelaksana SMK3 No
Nama Perguruan Tinggi/Perusahaan
Waktu Penerapan SMK3
Tanggal Kunjungan
Hasil Kunjungan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.02/PR.02/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
Lampiran 2. Formulir Daftar Peserta Studi Banding dengan Instansi Sejenis yang Menerapk an SMK3
Daftar Peserta Studi Banding No
Nama Peserta
Jurusan/Prodi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 01 dari 16
: 20 / Mei /2017
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan prosedur medical checkup rutin mempunyai tujuan untuk menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usahan pencegahan, mengumpulkan data dasar kesehatan civitas akademika, serta mempertahankan derajat kesehatan civitas akademika. 2. Ruang Lingkup -
Berlaku untuk seluruh civitas akademika Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
B. DEFINISI -
Anamnesa adalah proses wawancara untuk memperoleh keterangan tentang kondisi
kesehatan dan riwayat sakit Pasien -
Dokter adalah Dokter yang ditunjuk dan memenuhi persyaratan sesuai peraturan Menteri
tenaga kerja Transmigrasi dan koperasi No.Per/Men/1976 dan syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Tenaga Kerja -
Pemeriksaan Fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan pada tubuh Pasien meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, bentuk tubuh, kondisi kulit, benjolan, reflek mata. -
Pemeriksaan Penunjang adalah pemeriksaan kesehatan yang meliputi kolesterol, gula
darah, asam urat. -
Pemeriksaan Kesehatan Rutin adalah evaluasi kesehatan berkala warga kampus
berdasarkan kurun waktu tertentu yang telah dilakukan atau berdasarkan pertimbangan resiko pekerjaan yang dilakukan oleh dokter -
Pasien adalah orang yang mengikuti medical check up
-
Poliklinik adalah penyedia jasa untuk pemeriksaan kesehatan berkala
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 02 dari 16
: 20 / Mei /2017
C. REFERENSI -
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. : Per.02/Men/1980 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
-
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. : Per.03/Men/1982 Pelayanan kesehatan kerja
-
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kepts. 333/men/1989 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 1993
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. P2K3 -
Memantau proses registrasi pasien berasama dokter
-
Menerima dan membagikan laporan medical check up
-
Mendokumentasikan MCU dan pengarsipan
2. PJM -
Bertanggung jawab untuk memantau SOP yang telah dibuat untuk melaksanakan medical check up
-
Memberikan rekomendasi jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai.
-
Mengarsipkan data hasil medical check up
3. Dokter -
Melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan MCU
-
Memantau proses registrasi pasien berasama P2K3
-
Menyusun laporan medis
E. PROSEDUR 1. Pasien mendaftar MCU 2. Mengukur berat badan dan tinggi badan 3. Melakukan anamnesa oleh dokter 4. Melakukan pemeriksaan fisik oleh dokter 5. Melakukan pemeriksaan penunjang oleh dokter
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 03 dari 16
: 19 / Mei /2017
6. Menyusunan laporan medis hasil medical check up oleh dokter sesuai dengan format yang ditentukan dan tepat waktu seperti yang telah disepakati dengan mencakup : -
Waktu pemeriksaan
-
NIK/NRP
-
Nama
-
Jenis pemeriksaan
-
Hasil pemeriksaan
-
Keterangan apakah kondisi kesehatan normal atau tidak Dalam bentuk hard copy dan softcopy
7. Menerima Laporan hasil medical check up Individu sesuai dengan format yang ditentukan beserta Kesimpulan Status Kesehatan sebagai berikut : -
Status kesehatan baik
-
Status Kesehatan cukup dengan kelainan yang dapat di pulihkan/tidak menganggu
-
Status Kesehatan terbatas untuk pekerjaan tertentu
-
Status Kesehatan Kurang baik dan tidak aman untuk semua pekerjaan
8. Membagikan Laporan Individu kepada Pasien dan menyimpan salinannya di poliklinik dan kantor PJM sebagai dokumentasi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 04 dari 16
: 19 / Mei /2017
F. DIAGRAM PROSEDUR
Diagram F.1 Prosedur Pelaksanaan Medical Check Up
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 05 dari 16
G. LAMPIRAN 1. Formulir Pelaksanaan Medical Check Up 2. Formulir Pelaporan Medical Check Up 3. Instruksi Kerja Alat Stetoskop 4. Instruksi Kerja Alat Termometer Klinis 5. Instruksi Kerja Alat tensi 6. Instruksi Kerja Melakukan Anamnesa 7. Instruksi Kerja Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan 8. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Tes Gula Darah 9. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Tes Asam Urat 10. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Tes Kolesterol 11. Instruksi Kerja Memeriksa Ketajaman Mata
: 19 / Mei /2017
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
Lampiran 1. Formulir Pelaksanaan Medical Check Up
No. Dokumen
: FR.01/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 06 dari 16
: 19 / Mei /2017
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
Lampiran 2. Formulir Pelaporan Medical Check Up
No. Dokumen
: FR.02/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 07 dari 16
: 19 / Mei /2017
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.01/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 08 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 3. Instruksi Kerja
1. Memastikan peralatan stetoskop terpasang dengan baik dan tidak bocor. 2. Menyesuaikan alat pendengar stetoskop menghadap kedepan agar dapat terdengar bunyi. 3. Memeriksa tekanan alat pendengaran di stetoskop dengan tekan/rapatkan gagang alat pendengar secara lembut. Regangkan dengan lembut jika terlalu kencang. 4. Memilih schest piece/gendang stetoskop yang sesuai dengan ukuran untuk orang dewasa/anak-anak. 5. Mintalah pasien untuk mengenakan baju pasien atau melepas baju yang dikenakan agar kulit tidak tertutupi. 6. Meletakkan diafragma stetoskop di atas area jantung pasien dan dengarkan bunyi jantung selama satu menit. 7. Melakukan langkah 6 untuk mendengar pernafasan di atas area paru-paru, suara abdomen di atas area perut, dan diatas salah satu arteri karotis pasien.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.02/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 09 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 4. Instruksi Kerja Alat Termometer Klinis
1. Menyiapkan termometer, buka dari box pembungkus. 2. Memeriksa terlebih dahulu termometer menunjukan suhu dibawah 35˚C, jika belum kibaskibaskan sehingga menunjukan suhu dibawah 35˚C. 3. Memasang termometer dibawah ketiak atau lpatan tubuh. 4. Menunggu selama kira-kira 5 menit. 5. Mengambil termometer dari tubuh dan baca pada skala termometer. 6. Skala yang ditunjukan pada termometer menunjukan suhu tubuh pasien.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.03/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 10 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 5. Instruksi Kerja Alat tensi
1. Memastikan peralatan sfigmomanometer terpasang dengan baik dan siap pakai. 2. Mendudukan pada bangku dan minta pasien mengankat lengan setinggi jantung. 3. Mengikatkan manset disekeliling lengan bagian atas dan kerapatan sesuai. 4. Meletakkan diafragma stetoskop pada lengan pasien. 5. Menjepitkan meteran pada permukaan yang stabil 6. Mengambil pemompa karet da tutup klepnya, lalu pompa manset. 7. Membuka klep perlahan dan perhatikan tekanan darah sistolik-diastolik dengan mendengarkan pada stetoskop dan melihat pada meteran. 8. Mengulangi untuk memastikan hasi 9. Interpretasikan hasil.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.06/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 11 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 6. Instruksi Kerja Melakukan Anamnesa
1. Mempersilahkan pasien duduk 2. Memita pasien untuk jujur dalam menjawab pertanyaan yang diajukan 3. Pertanyaan yang disampaikan meliputi: a. Keluhan yang mengganggu saat ini b. Riwayat penyakit sekarang c. Riwayat penyakit terdahulu d. Riwayat penyakit keluarga yang dialami oleh orangtua/kakek/nenek e. Riwayat pekerjaan apakah bekerja dikantor atau lapangan f. Riwayat merokok g. Riwayat mengkonsumsi minuman alcohol h. Aktivitas olahraga dalam satu minggu i.
Perubahan berat badan dalam satu tahun
4. Mencatat semua jawaban pasien
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.07/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 12 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 7. Instruksi Kerja Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
1. Untuk mengukur berat badan pasien diposisikan berdiri diatas timbangan tanpa mengenakan sepatu, tidak membawa benda dan tidak bertumpu pada benda lain 2. Timbangan akan menunjukkan hasil pengukuran, tunggu hingga hasil pengukuran menunjukkan angka yang stabil 3. Mencatat nilai hasil pengukuran pada form 4. Untuk Mengukur Tinggi badan pasien diposisikan berdiri tegak lurus tanpa mengenakan sepatu atau topi 5. Mengatur alat pengukur ketinggian hingga posisinya sejajar dan menjentuh ujung kepala pasien 6. Mencatat nilai hasil pengukuran pada form
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.08/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 13 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 8. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Tes Gula Darah
1. Menyiapkan Alat beserta chip dan strip gula darah 2. Memasukkan chip gula darah dan strip gula darah 3. Pada layer akan muncul angka/kode sesuai pada botol stri dan muncu gambar tetes darah yang berkedip-kedip 4. Memasukkan jarum pada lancing/alat penembak berebtuk pen dan atur kedalaman jarum 5. Menggunakan tisu alcohol untuk membersikan jari yang akan ditembakkan jarum 6. Menembakkan jarum pada ujung jari dan tekan supaya darah keluar 7. Menyentuhkan darah pada strip dan bukan ditetes diatas strip 8. Menyentuhkan pada bagian garis yang ada tanda panah hingga darah meresap dan terdengar bunyi beep 9. Menunggu sebentar dan hasil akan terlihat pada layer 10. Mencabut jarum dari lancing juga stripnya dan membuangnya 11. Menyimpan sisa Chip gula pada botol 12. Menutup rapat kembali botol strip
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.09/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 14 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiraan 9. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Tes Asam Urat
1. Menyiapkan Alat beserta chip dan strip asam urat 2. Memasukkan chip asam urat dan strip asam urat 3. Pada layer akan muncul angka/kode sesuai pada botol stri dan muncu gambar tetes darah yang berkedip-kedip 4. Memasukkan jarum pada lancing/alat penembak berebtuk pen dan atur kedalaman jarum 5. Menggunakan tisu alcohol untuk membersikan jari yang akan ditembakkan jarum 6. Menembakkan jarum pada ujung jari dan tekan supaya darah keluar 7. Menyentuhkan darah pada strip dan bukan ditetes diatas strip 8. Menyentuhkan pada bagian garis yang ada tanda panah hingga darah meresap dan terdengar bunyi beep 9. Menunggu sebentar dan hasil akan terlihat pada layer 10. Mencabut jarum dari lancing juga stripnya dan membuangnya 11. Menyimpan sisa Chip asam urat pada botol 12. Menutup rapat kembali botol strip
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.10/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 15 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 10. Instruksi Kerja Menggunakan Alat Kolesterol
1. Menyiapkan Alat beserta chip dan strip kolesterol 2. Memasukkan chip kolesterol dan strip kolesterol 3. Pada layer akan muncul angka/kode sesuai pada botol stri dan muncu gambar tetes darah yang berkedip-kedip 4. Memasukkan jarum pada lancing/alat penembak berebtuk pen dan atur kedalaman jarum 5. Menggunakan tisu alcohol untuk membersikan jari yang akan ditembakkan jarum 6. Menembakkan jarum pada ujung jari dan tekan supaya darah keluar 7. Menyentuhkan darah pada strip dan bukan ditetes diatas strip 8. Menyentuhkan pada bagian garis yang ada tanda panah hingga darah meresap dan terdengar bunyi beep 9. Menunggu sebentar dan hasil akan terlihat pada layer 10. Mencabut jarum dari lancing juga stripnya dan membuangnya 11. Menyimpan sisa Chip kolesterol pada botol 12. Menutup rapat kembali botol strip
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PRAKTIS MEDICAL CHECK UP RUTIN
No. Dokumen
: IK.11/PR.03/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01
Halaman
: 16 dari 16
: 19 / Mei /2017
Lampiran 11. Instruksi Kerja Pemeriksaan ketajaman penglihatan
1. Menempatkan peserta sejauh 6 meter dengan posisi mata sejajar dari gantungan kartu Snellen atau kartu E 2. Saat memeriksa mata kanan, mata kiri ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan bola mata 3. Pasien disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan tiap baris kartu E 4. Untuk memeriksa mata kiri, mata kanan ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan bola mata 5. Pasien disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan tiap baris kartu E
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan prosedur ini ialah untuk memberi panduan mengenai tata cara penyelenggaraan pelatihan K3 di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya . 2. Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku di semua wilayah dan instansi yang berkaitan dengan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
B.
DEFINISI -
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
C.
REFERENSI -
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
-
Panduan (Manual) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB -
P2K3 wajib mengidentifikasi kebutuhan pelatihan karyawan berdasarkan struktur organisasi, bahaya dan resiko K3 serta kompetensi yang dibutuhkan.
-
E.
Direksi wajib memfasilitasi pelaksanaan Pelatihan K3 sebagaimana mestinya
PROSEDUR 1. Pembentukan panitia pelatihan K3 oleh P2K3 2. Rapat panitia pelatihan K3
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
Rapat panitia pelatihan K3 membahas mengenai Acara, narasumber , peserta, tempat, waktu, alat yang dibutuhkan dan hal yang sekiranya diperlukan. Serta penyusunan proposal pelatihan K3 Untuk penentuan tema pelatihan, panitia pelatihan K3 merumuskan tema dari hasil laporan investigasi dan identifikasi sebagai berikut :
Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko K3.
Hasil Investigasi Insiden/Kecelakaan Kerja.
Data-data lain yang relevan (hasil audit, pengukuran, ds b)
3. Pengajuan proposal pelatihan ke Wakil direktur 2 4. Peminjaman sarana dan prasarana ke BAUK 5. Pengajuan dana ke bagian keuangan PPNS 6. Pelaksanaan Pelatihan K3.
Pelaksanaan Pelatihan K3 difasilitasi oleh direksi.
Sekretaris panitia pelatihan K3 mencatat semua peserta yang hadir dalam formulir daftar hadir peserta pelatihan K3
Pelaksanaan Pelatihan K3 didokumentasikan oleh panitia pelatihan K3.
7. Rapat evaluasi pelaksanaan pelatihan oleh panitia pelatihan K3 8. Pelaporan Pelatihan K3 kepada Wakil direktur 1 dan BAUK. 8.1. Panitia pelatihan K3 membuat laporan pelaksanaan pelatihan K3 dengan format isi sebagai berikut : a. Judul Laporan Pelatihan K3. b. Latar Belakang. c. Tujuan. d. Judul Pelatihan K3. e. Waktu dan Tempat Pelaksanaan. f. Penyelenggara. g. Peralatan dan Bahan. h. Peserta. i.
Rincian Anggaran.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
j.
Rundown Pelatihan K3.
k. Dokumentasi Pelatihan K3. l.
Kesimpulan.
m. Evaluasi pelaksanaan kegiatan n. Penutup. 9. Pembubaran panitia pelatihan K3
F.
DIAGRAM PROSEDUR Berikut adalah diagram prosedur penyelenggaraan pelatihan K3 seperti pada Diagram F.1 dibawah ini :
Diagram F.1 Prosedur Penyelenggaraan Pelatihan K3
G. LAMPIRAN 1. Formulir Identifikasi Kebutuhan Pelatihan 2. Formulir Perencanaan dan Pelaksanaan Pelatihan 3. Formulir Evaluasi Hasil Pelatihan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
Lampiran 1. Formulir Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Tanggal: No
Jenis kegiatan
Divisi: Rencana Pelatihan
Pembicara
Waktu Pelatihan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.02/PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
Lampiran 2. Formulir Perencanaan dan Pelaksanaan Pelatihan
No
Jenis kegiatan
Waktu pelaksanaan
Tempat pelaksanaan
Pembicara
Peserta
Materi/Tema
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.03/PR.04/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 06
PEDOMAN PRAKTIS PELATIHAN K3
Lampiran 3. Formulir Evaluasi Hasil Pelatihan
Tanggal: Divisi: No
Jenis Pelatihan
Efektif
Tidak Efektif
Supervisor
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan prosedur tanggap darurat medis mempunyai tujuan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan tanggap darurat medis dimana setiap karyawan dan/atau orang yang berada dalam lingkungan kerja dipastikan memiliki pengetahuan dasar dalam sistem tanggap darurat medis maupun tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan dan membuat laporan laporan singkat dari tindakan tanggap darurat medis tersebut. 2. Ruang Lingkup -
Berlaku untuk seluruh kegiatan di lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
B. DEFINISI -
Darurat Medis adalah suatu kondisi gawat darurat medis yang terjadi di tempat kerja,
sebagai akibat dari kecelakaan kerja atau kegawatan d ari penyakit yang sebelumnya telah diderita oleh pekerja -
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah pemberian pertolongan segera
kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar -
Saksi adalah orang yang pertama kali menemukan korban
-
Penolong Pertama (First Aider) adalah orang/pekerja lain yang terlatih untuk
memberikan pertolongan pertama kepada korban yang berada dalam keadaan darurat medis -
Evakuasi Medis adalah tindakan memindahkan/merujuk korban ke tempat pelayanan
medis yang lebih memadai
C. REFERENSI -
Buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Departemen Kesehatan RI, 2007
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Ketua investigasi (chairperson) -
Menghubungi penanggung jawab atau kepala bengkel dan/atau laboratorium PPNS setelah terjadinya kecelakaan
-
Menentukan sumber daya manusia yang akan digunakan un tuk membantu melakukan investigasi kecelakaan di PPNS
-
Meminta background informasi, meliputi sejarah, peta, dan denah lokasi kecelakaan kepada penanggung jawab atau kepala bengkel dan/atau laboratorium PPNS
2. P2K3 -
Melakukan verifikasi checklist inspeksi
-
Menindaklanjuti hasil inspeksi kepada Direktur
3. Advisor -
Memanajemen sistem dalam melakukan investigasi kecelakaan di PPNS
-
Merencanakan dan mengontrol kinerja anggota investigasi di lokasi/tempat kejadian kecelakaan di PPNS
4. Konsultan -
Memberikan arahan dalam menentukan metode penyelesaian analisa kecelakaan yang terjadi di PPNS
-
Memberikan saran dalam menentukan sumber daya yang akan digunakan untuk menganalisa kecelakaan di PPNS
5. Saksi -
Melaporkan kasus kecelakaan yang telah terjadi di PPNS, yang dibagi menjadi : a. Saksi prinsipal : saksi yang berada di lokasi kejad ian dan terlibat dalam terjadinya kecelakaan b. Saksi mata : saksi yang berada di sekitar lokasi k ejadian namun tidak terlibat dalam terjadinya kecelakaan c. Saksi general : saksi yang tidak berada di lokasi maupun di sekitar lokasi, tidak terlibat, namun masih terdapat hubungan dengan terjadinya kecelakaan
6. Penolong pertama ( first aid )
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
-
Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K ( first aid ) pada korban terjadinya kecelakaan
-
Membawa korban kecelakaan untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut
7. Petugas medis -
Memberikan perawatan lebih lanjut pada korban kecelakaan
-
Mencacat semua data dan kondisi kesehatan dari korban kecelakaan
-
Menulis laporan kecelakaan yang terjadi di PPNS
8. Pewawancara (interviewer ) -
Menyusun pertanyaan untuk para saksi korban kecelakaan
-
Menjadwal dilakukannya wawancara pada saksi korban kecelakaan
-
Melakukan wawancara pada saksi korban kecelakaan
-
Mencacat hasil jawaban dari para saksi korban kecelakaan
9. Fotografer -
Melakukan aktivitas dokumentasi bukti – bukti di tempat/ lokasi terjadinya kecelakaan
-
Mencetak dokumentasi tersebut menjadi bukti fisik yang akan digunakan untuk menganalisa terjadinya kecelakaan
10. Koordinator HSE -
Mengumpulkan bukti fisik dan hasil wawancara
-
Menyimpan bukti – bukti tersebut secara aman yang dijaga oleh seorang pengawas
-
Melakukan pembatasan akses bukti – bukti selain pihak yang berkepentingan
-
Menyusun bukti – bukti tersebut menjadi kronologi kejadian yang runtut
-
Menganalisis terjadinya kecelakaan dan membuat rekomendasi perbaikan sistem K3 yang telah diterapkan di PPNS
11. Anggota investigasi (board member ) -
Membantu kinerja koordinator HSE dalam menyusun bukti menjadi kronologi kejadian dan menganalisis terjadinya kecelakaan
-
Membantu kinerja koordinator HSE dalam membuat rekomendasi perbaikan sistem K3 yang telah diterapkan di PPNS
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
12. Keamanan ( security) -
Membantu mengamankan tempat/ lokasi terjadinya kecelakaan
-
Menjaga bukti – bukti agar tidak terekspose secara salah ke media
E. PROSEDUR 1. Persiapan
a. Menetapkan prosedur evakuasi b. Menetapkan standard kompetensi tim medis c. Menetapkan alat transportasi evakuasi medis d. Menetapkan sistem komunikasi darurat 2. Pelaksanaan Penanganan Dan Evakuasi Medis
A. Penanganan Awal korban a.
Menjauhkan korban dari bahaya di sekitarnya
b.
Melakukan pengecekan tingkat kesadaran dengan metode AVPU (Alert, Verbal, Painful, Unconscious)
c.
Melakukan first assessment pada korban diantaranya: C – Circulation A – Airway B – Breathing
d.
Melakukan pengecekan luka atau pendarahan
e.
Memberikan pertolongan pertama pada korban sesegera mungkin
f.
Mengevakuasi korban ke tempat pelayanan medis yang lebih memadai bersamaan dengan upaya pertolongan pertama*
B. Pelaporan a.
Melaporkan keadaan darurat medis kepada tim p3k/tim medis
C. Penanganan Lanjutan a.
Meminta bantuan lanjut sesuai sistem tanggap darurat medis
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
b.
Memberikan penanganan lanjutan di lokasi kejadian apabila keadaan lokasi memungkinkan atau di tempat pelayanan medis yang lebih memadai (poliklinik/rumah sakit)
D. Evakuasi Medis a. 3.
Melaksanakan evakuasi medis berdasarkan hasil penilaian keadaan korban
Dokumentasi a.
Mendokumentasikan laporan kasus darurat medis
*pertolongan pertama untuk beberapa kasus bisa dilihat pada lampiran
F. DIAGRAM PROSEDUR
Keadaan Darurat Medis
Penanganan Awal Korban
Pelaporan
Penanganan Lanjutan
Evakuasi Medis
Saksi
Saksi / Penolong Pertama
Security / Saksi
Dokter / Tim P3K
P2K3 / Tim P3K
Pemberian P elatihan Pada Penolong Pertama
Dokumentasi
P2K3 + Kemahasiswaan
P2K3 / Tim P3K
Diagram F.1 Prosedur Sistem Tanggap Darurat Medis K3
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
G. LAMPIRAN 1. Formulir Pelaporan Korban 2. Instruksi Kerja Berbagai Macam Tindakan Pertolongan Pertama
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.05/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
Lampiran 1. Formulir Pelaporan Korban
FORMULIR PELAPORAN KORBAN Nama
:
Umur
:
Riwayat Penderita
:
Obat yang diminum : Tanggal
:
Tipe Kasus
:
Perkiraan kejadian
:
Respon
:
a. Awas
:
b. Suara
:
c. Nyeri
:
d. Tidak Respon
:
Ciculation
:
Airway
:
Breathing
:
Nafas
:
Suhu Tubuh
:
Sistole
:
Diastole
:
Fisik
:
a. P
:
b. L
:
c. N
:
d. B
:
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
1. Instruksi Kerja
Primary Assessment 1. Penilaian Korban
jika keadaan tidak aman dan sewaktu waktu menjadi tidak aman, lebih baik tidak melakukan pertolongan.
Amati tindakan pencegahan universal
Jika korban terjaga atau dapat berbicara, identifikasi diri sendiri apakah mampu membantu
Jika korban tidk sadarkan diri,lemah, sakit parah dan tidak responsif hubungi pihak yang berwenang segera
2. Siaga EMS Hubungi 1-1-8 atau 1-1-9 atau lakukan tindakan darurat 3. Penanganan Korban A. Airway Membuka jalan udara, jika tidak sadar miringkan kepala atau angkat dagu B. Breathing Lihak pernafasannya selama 5 detik jika tidak bernafas lakukan RPJ dan jika bernafas tempatkan ke posisi aman. C. Circulation
Lihat adakan pendarahan dengan tekanan langsung atau tidak
Awasi warna dan suhu tubuh
Jika memungkinkan berikan oxygen.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.02/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 08 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Syok 1. Mengobati setiap pendarahan yang ditemukan 2. Membuat korban relax dan meyakinkan korban 3. Menjaga suhu tubuh korban dengan menggunakan selimut 4. Jika korban tidak sadar, baringkan korban, posiskan kaki terangkat dan wajah menghadap ke atas 5. Jika korban sadar, bantu melakukan posisi pemulihan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.03/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 09 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Pingsan 1. Jika tidak terdapat tanda-tanda luka di kaki korban, menaikkan kaki korban setinggi 6-10 inch atau dinaikkan ke atas kursi 2. Jika korban mengeluh tidak nyaman saat sadar, maka bantu korban melakukan recovery position 3. Jika korban mengeluh/merasa akan pingsan, maka bantu korban untuk duduk atau berbaring dengan nyaman agar mencegahnya dari pingsan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.04/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 10 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Tersedak 1. Penyelamat harus bertanya kepada pasien: “apakah anda tersedak?”. Jika masih dapat berbicara, bernapas atau batuk, maka harus dilakukan: (1) Menjaga pasien tetap batuk (2) jangan melakukan lebih dari hal ini (3) Dampingi pasien hingga bernapas normal 2. Jika tidak dapat bernapas, berbicara atau batuk maka lanjutkan dengan memberi 5 kali tepukan pada punggung. Setiap selesai melakukan tepukan, periksa untuk melihat apakah objek yang menyumbat jalan napas telah keluar. Jika objek telah keluar, berhenti melakukan tepukan. 3. Melakukan 5 kali tekanan pada perut jika langkah diatas tidak berhasil. 4. Jika tidak berhasil, kombinasikan 5 tepukan punggung dan 5 tekanan pada perut 5. Jika korban kehilangan kesadaran, ia harus diletakkan di tanah dengan hati-hati. Resusitasi harus dimulai dengan 30 kali kompresi dada. 6. Memberi dua kali napas bantuan, jika dada pasien tidak mengembang setelah napas bantuan diberikan, lakukan pengecekan jalan napas pasien 7. Lanjutkan resusitasi hingga: (1) bantuan dating dan mengambil alih RJP (2) pasien kembali bernapas secara normal (3) penyelamat mulai kelelahan.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.05/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 11 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Kejang 1. Miringkan tubuh korban 2. Gunakan handuk, pakaian atau selimut agar lidah tidak tergigit 3. Perkirakan waktu kejangnya, jika lebih dari 5 menit kejang, segera panggil dokter atau bawa ke rumah sakit 4. Ketika kejang berhenti, membantu korban melakukan recovery position 5. Setelah kejang berhenti kompresi dengan air hangat di dahi, sela-sela ketiak dan selakangan korban.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.06/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 12 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Luka bakar 1. Jika kulit tidak terbakar parah, maka basuh dengan air mengalir selama 20 menit, namun jangan menggunakan es. 2. Menutup luka korban dengan perban steril atau kain yang bersih 3. Plastik wrap dapat digunakan untuk menutup luka korban 4. Jangan gunakan salep, bubuk atau krim 5. Melepaskan pakaian korban yang belum menempel dengan kulit korban 6. Melepaskan pakaian dan perhiasan 7. Jangan melepas kulit korban yang melepuh 8. Basuh bahan kimia yang dpat menyebabkan luka bakar
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.07/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 13 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Patah Tulang Terbuka 1. Hentikan setiap pendarahan external dengan membalut dengan perban sekencang mungkin diatas tulang yang patah. 2. Immobilisasi area luka 3. Memonitor korban 4. Jangan memberi makan atau minum a. Memanggil bantuan medis
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.08/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 14 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Patah Tulang Tertutup 1. Pertolongan pertama untuk patah tulang yang paling utama adalah semua tentang immobilising (membatasi gerakan) daerah luka. Penyangga atau bidai dapat digunakan untuk patah tulang ini. 2. Kontrol perdarahan eksternal 3. Pastika korban masih tetap terjaga – tidak memindahkannya kecuali ada bahaya langsung, terutama jika terdapat fraktur yang dicurigai terjadi pada tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, panggul atau kaki bagian atas 4. Menghentikan pendarahan dengan menekan kuat pada daerah yang terluka dengan pembalut bersih. Jika terdapat tulang yang menonjol, beri tekanan di sekitar tepi luka 5. Jika terjadi pendarahan, merawat luka yang terjadi dengan cara ditutup menggunakan perban bersih 6. Jangan pernah mencoba untuk meluruskan tulang patah 7. Untuk fraktur tungkai, beri alas seperti bantal di bawah kaki bagian bawah atau lengan bawah. Namun, pastikan tidak menyebabkan rasa sakit lebih lanjut atau gerakan yang tidak perlu dari patah tulang 8. Terapkan penyangga untuk mendukung tulang rusuk. Penyangga seperti papan kayu dan majalah yang dilipat dapat digunakan untuk beberapa patah tulang. Selanjutnya harus dilakukan imobilisasi anggota badan atas dan bawah patah tulang 9. Gunakan selempang untuk mendukung lengan atau tulang selangka yang mengalami fraktur 10. Mengangkat daerah patah tulang jika mungkin dan menerapkan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.09/PR.05/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 16 dari 16
PEDOMAN PRAKTIS SISTEM TANGGAP DARURAT MEDIS K3
Serangan Jantung 1.
Tempatkan korban pada posisi yang nyaman dan berikan oxygen
2.
Periksa bagian vital atau tanda vital korban
3.
Segera larikan ke rumah sakit apabila :
Tidak ada riwayat penyakit jantung
Memiliki riwayat penyakit jantung tetapi tidak tersedia nitrogliserin
Tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Panduan ini memberikan acuan implementasi pengelolaan bahan kimia cair yang sesuai sesuai dengan safety data sheet (SDS) dan bertujuan untuk menciptakan pekerjaan yang aman, terhindar dari bahaya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan, dan atau bahaya kesehatan manusia serta mahkluk hidup lainnya. 2. Ruang Lingkup -
Panduan ini berlaku untuk seluruh kegiatan di lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
B. DEFINISI -
Bahan Kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu yang diperoleh secara
alami termasuk bahan aditif yang diperlukan untuk menjaga stabilitas produk -
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (daftar material B3 dapat dilihat pada Lampiran I/PP No. 101 tahun 2014). -
Cair adalah bersifat seperti air, tidak padat dan tidak berupa gas
-
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3 -
Pro-analysist adalah bahan kimia dengan tingkat kemurnian sangat tinggi
C. REFERENSI -
Federal Emergency Management Agency, U.S. Department of Transportation and U.S. Environmental Protection Agency. 1989. Handbook of Chemical Hazard Analysis Procedure
-
IUPAC. 1997. Compedium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the “Gold Book”)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
-
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
-
United Nations. 2015. Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals (GHS) Sixth Revised Edition
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Kepala Laboratorium -
Mengidentifikasi bahaya bahan kimia cair berdasarkan SDS dari produsen
-
Melakukan penanganan limbah bahan kimia cair sesuai SDS
-
Melakukan
tindakan
kontrol
terhadap
tumpahan
bahan
kimia
cair
di
laboratorium/bengkel -
Menerima laporan penyimpanan, penggunaan, penanganan limbah dan tindakan kontrol bahan kimia cair di laboratorium/bengkel
2. Teknisi -
Mengidentifikasi bahaya bahan kimia cair berdasarkan SDS dari produsen
-
Melakukan penyimpanan bahan kimia cair sesuai persyaratan SDS
-
Menggunakan bahan kimia cair sesuai dengan standar di laboratorium/bengkel
-
Melakukan penanganan limbah bahan kimia cair sesuai SDS
-
Melakukan
tindakan
kontrol
tehadap
tumpahan
bahan
kimia
cair
di
laboratorium/bengkel -
Melaporkan penyimpanan, penggunaan, penanganan limbah dan tindakan kontrol bahan kimia cair di laboratorium/bengkel
3. Dosen Pengajar -
Melakukan penyimpanan bahan kimia cair sesuai persyaratan SDS
-
Menggunakan bahan kimia cair sesuai dengan standar di laboratorium/bengkel
-
Melakukan
tindakan
laboratorium/bengkel
kontrol
terhadap
tumpahan
bahan
kimia
cair
di
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 034
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
4. Mahasiswa -
Menggunakan bahan kimia cair sesuai dengan standar di laboratorium/bengkel
-
Melakukan
tindakan
kontrol
terhadap
tumpahan
bahan
kimia
cair
di
laboratorium/bengkel
E. PROSEDUR 1. Identifikasi Bahaya Bahan Kimia Cair 1.1. Mengetahui dan memahami piktogram/simbol bahaya pada kemasan atau SDS bahan kimia cair merujuk pada GHS rev.06 1.2. Mengetahui dan memahami bahaya (hazard identification statement) bahan kimia cair berdasarkan SDS merujuk pada GHS rev.06 1.3. Mengetahui dan memahami tindakan penanganan (precautionary statement statement) bahan kimia cair berdasarkan SDS merujuk pada GHS rev.06 1.4. Mengetahui dan memahami sifat fisika dan kimia bahan kimia cair berdasarkan SDS 2. Penyimpanan Bahan Kimia Cair 2.1. Mengetahui dan memahami petunjuk penyimpanan (handling and storage) berdasarkan SDS 2.2. Menyimpan bahan kimia cair berdasarkan metode “Compatibility Chart” 3. Penggunaan Bahan Kimia Cair 3.1. Menggunakan APD sesuai dengan petunjuk ( precautionary statement) pada SDS merujuk pada GHS rev.06 4. Penanganan Limbah Bahan Kimia Cair 4.1. Mengetahui dan memahami petunjuk penanganan limbah bahan kimia cair (disposal consideration) berdasarkan SDS merujuk pada GHS rev.06 5. Tindakan Kontrol Terhadap Tumpahan Bahan Kimia Cair 5.1. Mengetahui dan memahami tindakan kontrol terhadap tumpahan (accidental release measure) menurut SDS bahan kimia cair 6. Pelaporan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Melaporkan seluruh kegiatan pengelolaan bahan kimia mulai dari penyimpanan, penggunaan, penanganan limbah serta kontrol terhadap tumpahan bahan ki mia cair
F. DIAGRAM PROSEDUR Identifikasi bahaya bahan kimia berdasarkan SDS
Penyimpanan bahan kimia
Penggunaan bahan kimia
Penanganan limbah kimia
Tindakan Kontrol terhadap Paparan atau Tumpahan Bahan Kimia
Teknisi, Kepala Lab/Bengkel
Dosen Pengajar, Teknisi
Mahasiswa, Dosen Pengajar, Teknisi
Teknisi, Kepala Lab/Bengkel
Mahasiswa, Dosen Pengajar, Teknisi, Kepala Lab/Bengkel
Pelaporan
Teknisi, Kepala Lab/Bengkel
Diagram F.1 Prosedur Pengelolaan Bahan Kimia Cair
G. LAMPIRAN 1. Formulir Penggunaan Alat dan Bahan Kimia 2. Formulir Penanganan Limbah Bahan Kimia Cair 3. Instruksi Kerja Penyimpanan Bahan Kimia Cair Menurut Kaidah Compatibility Chart 4. Penggunaan Bahan Kimia Cair 5. Pengelolaan Limbah Bahan Kimia Cair 6. Penanganan Ceceran/Tumpahan Bahan B3 dan Limbah B3
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Lampiran 1. Formulir Penggunaan Alat Dan Bahan Kimia
Nama NRP/NIP Judul Praktikum NO. 1
: : :
JENIS BAHAN
IDENTITAS SDS
JUMLAH
PARAF
JUMLAH
PARAF
2 3 4 5
NO. 1. 2.
JENIS ALAT
3. 4. 5. 6.
1.
JENIS APD YANG WAJIB DIGUNAKAN SESUAI SDS 2. 3. 4.
Surabaya, ............................20...... Pemohon
Mengetahui, Koordinator/Dosen Pengampu
(.....................................)
(.....................................)
Menyetujui, Teknisi/Kepala Laboratorium/Bengkel
(.....................................)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.02/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Lampiran 2. Formulir Penanganan Limbah Bahan Kimia
Nama NRP/NIM Judul Praktikum
: : : JENIS
NO.
KOMPOSISI CAMPURAN B3
NON B3
JENIS IDENTITAS KEMASAN KEMASAN
1 2 3 4 5 6 7 8 Catatan: Jenis kemasan Identitas kemasan
: Drum/Tong _ Volume : Merujuk pada kode/label yang tertulis pada kemasan
Surabaya, ............................20...... Pemohon
Mengetahui, Koordinator/Dosen Pengampu
(.....................................)
(.....................................)
Menyetujui, Teknisi/Kepala Laboratorium/Bengkel
(.....................................)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Lampiran 3. Instruksi Kerja Penyimpanan Bahan Kimia Cair Menurut Kaidah Compatibility Chart
1. Melakukan inventarisir seluruh bahan kimia cair yang ada di lokasi 2. Berdasarkan pengetahuan terhadap jenis bahan kimia cair, langkah selanjutnya menentukan nilai RGN (Reactivity Group Number) untuk tiap dua zat/substansi kimia yang akan disimpan bersamaan di Tabel 1. Jika tidak ditemukan, cari satu zat/substansi kimia yang memiliki karakteristik serupa dan masih satu grup molekul 3. Mencari nilai RGN di kolom pertama Compatibility Chart (Grafik 1) untuk bahan kimia yang pertama 4. Mencari nilai RGN bahan kimia kedua di baris bagian bawah Compatibility Chart 5. Selanjutnya mencari lokasi perpotongan kedua RGN pada Compatibility Chart 6. Jika tidak ditemukan kode reaksi atau catatan apapun (perpotongan berupa kolom kosong); maka kedua bahan tersebut dapat disimpan bersamaan dengan aman 7. Melakukan langkah-langkah nomor 2 s/d 6 untuk seluruh bahan kimia yang diinventarisir 8. Menentukan jumlah kelompok penyimpanan bahan kimia minimum yang terbentuk seseuai Compatibility Chart 9. Melakukan penyimpanan bahan kimia
pada kemasan/botol/kontainer aslinya
dan
memberi label/simbol pada kemasan bahan kimia cair tersebut 10. Mengkondisikan gudang/tempat penyimpanan dingin, memiliki ventilasi cukup, bersih serta terhindar dari sinar matahari 11. Memperhatikan persyaratan khusus penyimpanan (disposal) menurut SDS bahan kimia
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 08 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 09 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 10 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 11 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 12 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 13 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 14 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 15 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 16 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 17 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 18 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 19 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 20 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 21 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 22 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 23 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 24 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 25 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Tabel 1. RGN beberapa bahan kimia cair (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 26 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Grafik 1. Compatibility Chart
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL IK.0 1/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 27 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Grafik 1. Compatibility Chart (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.06/MANUAL IK.0 1/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 28 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR Grafik 1. Compatibility Chart (lanjutan)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.02/PR.06/MANUAL IK.0 2/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 29 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Lampiran 4. Instruksi Kerja Penggunaan Bahan Kimia Cair
1. Melengkapi dan mengajukan form penggunaan alat dan bahan kimia 2. Menyiapkan, memahami dan melampirkan SDS seluruh jenis bahan kimia cair yang akan digunakan dalam praktikum 3. Memahami jenis bahaya bahan kimia yang digunakan selama praktikum sesuai dengan hazard pictogram sesuai pictogram sesuai SDS bahan kimia mengacu pada GHS rev. 06. Beberapa simbol bahaya tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Hazard Pictogram
4. Mempersiapkan alat dan bahan sesuai jenis praktikum 5. Menggunakan APD sesuai dengan precautionary dengan precautionary pictogram SDS pictogram SDS bahan kimia mengacu pada GHS rev.06. Beberapa simbol tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.02/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 30 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Gambar 2. Precautionary Pictogram
6. Menggunakan peralatan dengan skala ukur (misalnya: pipet volume dan filler), corong ( funnel) serta kertas saring untuk memindahkan bahan kimia cair dari kemasan asli ke kemasan sementara 7. Kemasan sementara bahan kimia cair dapat berupa gelas beker atau gelas erlenmeyer. Kecuali untuk bahan kimia cair yang bersifat volatile, maka sebaiknya disimpan sementara dalam gelas erlenmeyer 8. Mencampurkan/mereaksikan
bahan
kimia
cair
dengan
hati-hati
dan
perlahan.
Pencampuran sebaiknya dilakukan dengan posisi sedang teraduk menggunakan stirrer untuk menghindari pelepasan panas atau uap bahan kimia 9. Mengambil/mereaksikan bahan kimia cair pro analysist atau pekat pada lemari asam 10. Membersihkan dan mencuci seluruh peralatan setiap selesai digunakan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.03/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 31 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Lampiran 5. Instruksi Kerja Pengelolaan Limbah Bahan Kimia Cair
1. Mengenali jenis sisa bahan kimia sebagai limbah B3 atau non B3 2. Identifikasi limbah tersebut ditulis dalam form penanganan limbah bahan kimia 3. Mengumpulkan atau membuang sisa bahan kimia non B3 atau larutan yang mengandung campuran bahan kimia non B3 dalam kemasan yang tersegel/tertutup rapat dan saat terisi penuh diberi label sebagai “Limbah non B3” 4. Limbah B3 harus dipisahkan dari limbah non B3, disimpan dalam kemasan yang tersegel/tertutup rapat dan saat terisi penuh diberi label sebagai “Limbah B3”. 5. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran dan tidak bereaksi dengan bahan B3. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter. Kriteria kemasan limbah B3 atau non B3 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
Gambar 3. (A) kemasan penyimpanan limbah B3 cair (B) kemasan penyimpanan limbah
B3 padat atau sludge 6. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan 7. Pengisan kemasan limbah mempertimbangkan kemungkinan terbentuknya gas atau kenaikan tekanan oleh limbah 8. Mengangkut kemasan limbah menuju gudang penyimpanan yang telah disediakan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.03/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 32 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
9. Menyusun kemasan limbah secara terpisah antara limbah B3 dan non B3 dalam gudang penyimpanan dengan memenuhi kriteria berikut: a. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok dimana tiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan (Gambar 4) b. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan untuk lalu lintas manusia yaitu minimal 60 cm (Gambar 4) c. Penumpukan kemasan limbah harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak (Gambar 5) d. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter (Gambar 5)
e. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain 10. Memperhatikan persyaratan khusus penanganan limbah (disposal ) merujuk pada SDS bahan kimia cair
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.03/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 33 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Gambar 4. Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar
blok
Gambar 5. Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan menggunakan rak
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.04/PR.06/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 34 dari 34
PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN BAHAN KIMIA CAIR
Lampiran 6. Instruksi Kerja Pengendalian Ceceran dan Tumpahan Bahan Kimia Cair B3 atau
Limbah B3
1. Mengenali jenis bahan B3 atau limbah B3 yang bocor (jenis/skalanya) 2. Jika dalam hal terjadi ceceran/tumpahan/kebocoran dalam skala besar, segera menghubungi Kepala Laboratorium dan P2K3 3. Mempergunakan APD yang sesuai 4. Melakukan sterilisasi area segera setelah ceceran/tumpahan/kebocoran terjadi 5. Menutup kebocoran yang terjadi dengan menggunakan seal tape atau material perekat tahan zat cair lainnya atau posisikan kemasan penyimpanan bahan/limbah B3 sedemikian sehingga tidak terjadi kebocoran/menghentikan tumpahan 6. Melokalisir area ceceran/tumpahan/kebocoran dengan menggunakan majun/absorben lainnya 7. Menutup akses aliran tumpahan yang menuju ke tanah terbuka atau badan air 8. Menaburi
ceceran/tumpahan/kebocoran
dengan
menggunakan
serbuk
kayu/pasir,
didiamkan sesaat agar cairan terserap sempurna 9. Memeperhatikan persyaratan khusus penanganan bahan kimia (accident measure) menurut SDS bahan kimia 10. Selanjutnya, mengamankan pasir/serbuk kayu/majun/absorben lainnya dalam satu drum dengan label “Barang Terkontaminasi B3” 11. Melaporkan kejadian pada P2K3 Catatan:
Untuk bahan kimia cair atau limbah non B3, cukup mengimplementasikan langkah no.1 s/d no.8 instruksi kerja ini
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan prosedur inspeksi mempunyai tujuan untuk melakukan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi lingkungan kerja maupun alat ukur serta memastikan teridentifikasinya potensi bahaya yang dapat timbul dari kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja, peralatan dan bahan serta tindakan karyawan termasuk mempersiapkan kebutuhan akibat adanya bahaya tersebut dan membuat laporan-laporan dari hasil inspeksi tersebut. 2. Ruang Lingkup -
Berlaku untuk seluruh kegiatan di lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
B. DEFINISI -
Inspeksi adalah pemeriksaan secara langsung tentang pelaksanaan peraturan, tugas, dan
sebagainya.. -
I nspector adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang pengecekan dan pemeriksaan terhadap alat ukur lingkungan kerja.
-
Lingkungan kerja adalah ruangan atau lahan, baik yang tertutup maupun terbuka dan
lingkungan sekitarnya dimana para karyawan bekerja. -
Faktor fisik dari faktor-faktor kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan bahaya
fisik, seperti: kebisingan, penerangan, panas, vibrasi dan lain -lain. -
Faktor kimia adalah faktor-faktor kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan
bahaya kimiawi seperti bahan kimia berbahaya, bahan yang mudah meledak, agen iritasi dan lain-lain. -
Faktor biologi adalah faktor-faktor kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan
bahaya biologi seperti binatang, tumbuhan, jamur, bakteri dan lain-lain.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI
C. REFERENSI -
Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
-
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Inspector -
Memastikan penggunaan alat ukur sesuai dengan tujuan pemakaiannya
-
Membuat checklist tentang kondisi lingkungan kerja
-
Melakukan inspeksi terhadap lingkungan kerja
-
Memberikan rekomendasi terhadap hasil inspeksi
-
Membuat laporan hasil inspeksi lingkungan kerja
2. P2K3 -
Melakukan verifikasi checklist inspeksi
-
Menindaklanjuti hasil inspeksi kepada Direktur
E. PROSEDUR 1. Menentukan obyek yang akan diinspeksi -
Obyek dapat berupa bengkel, laboratorium maupun peralatan (APAR, Hydrant)
2. Melakukan pembentukan tim inspeksi 3. Menetukan standar yang digunakan -
Standar yang digunakan adalah Permenkertrans 13 MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
4. Membuat checklist inspeksi -
Checklist yang dibuat harus sesuai dengan regulasi yang dianut dalam hal ini Permenkertrans 13 MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI
-
Checklist yang dibuat setidaknya harus memuat nama inspector, tanggal inspeksi, lokasi inspeksi, tanda tangan dan kesimpulan singkat dari hasil inspeksi.
5. Melakukan verifikasi checklist inspeksi -
Verifikasi hasil inspeksi dilakukan oleh P2K3 untuk menguji kesesuaian checklist terhadap standar yang dianut.
6. Melakukan proses inspeksi pada tempat yang telah ditentukan -
Proses inspeksi dilakukan oleh inspector dan tim-nya.
-
Proses inspeksi harus dilakukan oleh tim yang kompeten di bidangnya.
7. Membuat laporan hasil inspeksi -
Laporan hasil inspeksi dibuat sesuai dengan keadaan saat proses inspeksi
-
Laporan harus disertai bukti dokumentasi selama proses inspeksi
-
Laporan ditandangani oleh inspector
8. Menindaklanjuti hasil inspeksi -
P2K3 melakukan tinjauan terhadap hasil inspeksi.
-
P2K3 menyampaikan hasil tinjauan kepada direktur untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut.
F. DIAGRAM PROSEDUR
Diagram F.1 Prosedur Inspeksi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI
G. LAMPIRAN 1. Kompetensi Inspector 2. Formulir Inspeksi Housekeeping 3. Formulir Inspeksi Penerangan 4. Formulir Inspeksi Listrik 5. Formulir Inspeksi Kebisingan 6. Formulir Inspeksi Iklim Kerja 7. Instruksi Kerja Alat Ukur Penerangan 8. Instruksi Kerja Alat Ukur Kebisingan 9. Instruksi Kerja Alat Ukur Iklim Kerja
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI
Lampiran 1. Kompetensi I nspector
1. Menguasai disiplin ilmu dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Mampu melakukan penilaian tentang lingkungan kerja. 3. Memahami regulasi Permenkertrans 13 MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. 4. Berpengalaman di bidang K3 selama 2 tahun.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI Lampiran 2. Formulir Inspeksi Housekeeping Checklist Housekeeping No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Uraian
Pilihan Ya
Keterangan
Tidak
Memberikan label pada barang yang tidak digunakan Mesin dan peralatan berada di tempat yang aman Penyediaan tempat khusus untuk barang yang tidak digunakan Peralatan yang ditumpuk berada pada landasan yang datar Pengelompokkan barang sesuai kegunaan Terdapat label pada setiap peralatan sesuai dengan wadah penyimpaannya Tidak ada item yang tidak perlu di area kerja Tidak ada item yang ditempatkan di sekitar peralatan darurat (misalnya, APAR, Kotak P3K) Warning sign terpasang di area kerja Tersedianya sarana kebersihan (sapu, kemoceng, pengki) Tempat kerja dalam keadaan bersih (tangga dan lorong) Ketersediaan sarana kebersihan yang memadai Sarana kebersihan dalam keadaan baik Tidak ada makanan dan minuman di area kerja. Lantai dalam kondisi kering dan bebas debu, pecahan kaca, kebocoran atau tumpahan Area penyimpanan peralatan dalam kondisi bersih, rapi dan teratur Tersedianya SOP tata cara penggunaan peralatan Tersedia daftar inventaris peralatan Lantai (misalnya, keramik, ubin, papan) berada dalam kondisi baik Peralatan dalam kondisi baik di lokasi penyimpanannya Lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Kakus terpisah antara laki-laki dan perempuan Jumlah kakus sesuai yang dipersyaratkan
Menyetujui, Teknisi/Kalab Bengkel
Inspector
(……………………..)
(……………………..) Mengetahui Ketua P2K3
(……………………….)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.02/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI Lampiran 3. Formulir Inspeksi Penerangan Checklist Penerangan
No
Pilihan
Uraian
Ya
Keterangan
Tidak
1.
Distribusi cahaya didalam ruangan cukup merata dan/atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu 2. Pekerja dapat beraktivitas normal dengan penerangan yang tersedia 3. Armartur dalam kondisi baik dan bersih 4. Armatur dipasang dengan jarak yang teratur 5. Keseluruhan lampu yang tersedia dapat menyala 6. Jenis lampu sesuai dengan jenis ruangan 7. Insulasi pada komponen penerangan berada dalam kondisi aman 8. Jendela-jendela, lobang-lobang yang dimaksudkan untuk memasukkan cahaya harus selalu bersih 9. Jendela-jendela, lobang-lobang harus dibuat sedemikian rupa, sehingga memberikan penyebaran cahaya yang merata 10. Tidak terdapat penyinaran matahari langsung yang menimpa pekerja 11. Terdapat sumber penerangan yang menimbulkan asap / gas 12. Sumber penerangan tidak berkedip-kedip
Menyetujui, Teknisi/Kalab Bengkel
Inspector
(……………………..)
(……………………..) Mengetahui Ketua P2K3
(……………………….)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.03/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 08 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI Lampiran 4. Formulir Inspeksi Listrik Checklist Listrik
No
Penyataan
1
Ada konduktor dan bagian circuit yang terbuka
2 3 4
Komponen listrik ber-SNI Terdapat warning sign Terdapat APD untuk listrik
5
Dosen dan Karyawan pada Lab terkualifikasi (K2 Listrik)
6
Pengkabelan telah sesuai kondisi dan kebutuhan
7
Pada kabel yang terletak diluar tembok terdapat selungkup yang dapat melindungi dari kerusakan akibat faktor biofisika
8
Peralatan listrik telah sesuai
9
Terdapat area basah yang dapat mengekspose panel dan peralatan listrik
10
Panel box terlindungi (Ground, Kunci, WD, Enclosure)
11
Terdapat pembebanan berlebihan
12
Dilakukan Lock and Tag dan pengecekan 3 titik saat reparasi alat
13
Tangga portable dan peralatan metal berisolator
14
Jarak antar mesin < 1 meter terbonding
15
Lab atau bengkel memiliki instalasi penyalur petir
Option Ya
Tidak
Keterangan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.04/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 09 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI Lampiran 5. Formulir Inspeksi Kebisingan Checklist Kebisingan
No 1
Penyataan
Option Ya
Keterangan
Tidak
Terdapat mesin yang menghasilkan suara keras
Mahasiswa mengalami kontak langsung dengan mesin 3 Kesulitan berkomunikasi saat mesin beroperasi 4 Telinga mendengung saat di dekat mesin 5 Mahasiswa merasa pusing di dekat mesin 6 Mahasiswa merasa tidak nyaman 7 Mahasiswa sulit berkonsentrasi 8 Terdapat peredam kebisingan Mahasiswa diwajibkan menggunakan earplug/ear 9 muff 10 Terdapat tanda peringatan kebisingan Nilai intensitas kebisingan tidak melebihi NAB 11 Permenkertrans 13/MEN/X/2011 2
Menyetujui, Teknisi/Kalab Bengkel
Inspector
(……………………..)
(……………………..) Mengetahui Ketua P2K3
(……………………….)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.05/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 10 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS INSPEKSI Lampiran 6. Formulir Inspeksi Iklim Kerja Checklist Iklim Kerja
No 1
Penyataan
Option Ya
Keterangan
Tidak
Terdapat ventilasi (jendela)
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ventilasi dibuka saat ada aktivitas Terdapat mesin pendingin atau kipas Mahasiswa merasa cepat lelah Banyak mahasiswa berkeringat Mahasiswa sering minum saat di bengkel Mahasiswa diwajibkan memakai apron Mahasiswa diwajibkan memakai masker Mahasiswa diwajibkan memakai googles Mahasiswa sering merasa pusing Nilai ISBB tidak melebihi NAB Permenkertrans 11 13/MEN/X/2011
Menyetujui, Teknisi/Kalab Bengkel
Inspector
(……………………..)
(……………………..) Mengetahui Ketua P2K3
(……………………….)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.01/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 11 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN Lampiran 7. Instruksi Kerja Alat Ukur Penerangan
1. Memasang baterei pada Lux Meter 2. Menggeser tombol “off/on” kearah On. 3. Memilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux ) pada tombol range. 4. Mengarahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya. 5. Melihat hasil pengukuran pada layar panel.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.02/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 12 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN Lampiran 8. Instruksi Kerja Alat Ukur Kebisingan
1. Mengaktifkan (on) alat ukur sound level meter yang akan digunakan. 2. Memilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau berkelanjutan atau selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang terputus-putus 3. Memilih selektor range intensitas kebisingan 4. Memlih mode (peak, SPL) sesuai dengan kebisingan yang akan diukur. 5. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6 kali pembacaan. 6. Menekan tombol hold untuk menahan hasil pembacaan. 7. Membaca hasil pengukuran yang terdapat pada monitor.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: IK.03/PR.07/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 13 dari 13
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN Lampiran 9. Instruksi Kerja Alat Ukur Iklim Kerja
1. Memastikan sumbu bola basah dalam keadaan bersih. Mengisi reservoir dengan air suling. 2. Menempatkan QUESTemp pada area kerja yang aman dengan jarak sekitar 3.5 meter dari tanah. 3. Memutar tombol ON . Jika tegangan baterai yang ditampilkan saat power-on urutan kurang dari atau sama dengan 6,4 volt, kemudian mengganti atau mengisi ulang baterai pada alat tersebut. 4. Menggunakan tombol panah untuk mengatur tampilan pada item yang diinginkan. 5. Membiarkan alat tersebut selama 10 menit agar sensor dapat stabil dengan lingkungan sebelum hasilnya diperoleh.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.08/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 04
PEDOMAN PRAKTIS KALIBRASI ALAT UKUR
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan prosedur kalibrasi mempunyai tujuan untuk menjelaskan tata cara kalibrasi yaitu membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu 2. Ruang Lingkup -
Berlaku untuk seluruh kegiatan di lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang menggunakan alat ukur lingkungan kerja (sound level meter, WBGT meter, luxmeter dan lain-lain).
B. DEFINISI -
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan
alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang mampu telusur (tracable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional.
-
Ahli kalibrasi adalah seseorang yang bertugas melakukan pekerjaan kalibrasi
-
Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
menggunakan skala tertentu, untuk mengetahui nilai ukuran suatu benda.
C. REFERENSI -
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian
-
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Ahli kalibrasi - Melakukan kalibrasi terhadap alat ukur lingkungan kerja
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.08/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 04
PEDOMAN PRAKTIS KALIBRASI ALAT UKUR
-
Menjamin kesesuaian peralatan ukur dengan standar yang dianut
-
Memastikan akurasi dan presisi dari alat ukur lingkungan k erja
2. P2K3 -
Melakukan verifikasi kesepakatan uji kalibrasi kepada pihak ketiga
-
Menerima hasil laporan kalibrasi alat ukur
-
Mengeluarkan instruksi kerja terkait kalibrasi
3. Kalab bengkel/laboratorium -
Mengetahui dan mengesahkan laporan jumlah dan jenis alat ukur di tempat kerja yang dipimpinnya.
E. PROSEDUR 1. Membuat permohonan kalibrasi kepada pihak ketiga (ahli kalibrasi) 2. Pihak ketiga (ahli kalibrasi) melakukan verifikasi terhadap hasil permohonan kalibrasi 3. Mengeluarkan instruksi kerja 4. Melakukan kalibrasi alat 5. Membuat laporan hasil kalibrasi 6. Menerima hasil laporan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.08/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03dari 04
PEDOMAN PRAKTIS KALIBRASI ALAT UKUR
F. DIAGRAM PROSEDUR ℎ
ℎ
Tidak
ℎ
ℎ
Diagram F.1 Baik
ℎ
Diagram F.1 Prosedur Kalibrasi
G. LAMPIRAN -
Formulir sertifikat kalibrasi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.08/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 04
PEDOMAN PRAKTIS KALIBRASI ALAT UKUR Lampiran 1. Formulir Sertifikat Kalibrasi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.09/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEMELIHARAAN ALAT
A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan prosedur pemeliharaan mempunyai tujuan untuk memelihara keberadaan peralatan untuk siap pakai dalam kurun waktu tertentu (availability), menjaga kesalahan dalam peralatan untuk melakukan fungsinya dalam kondisi dan waktu tertentu (reliability), menyempurnakan bagian peralatan untuk mudah dipelihara dalam kondisi yang spesifik dan jangka waktu tertentu (maintainability).
2. Ruang Lingkup -
Berlaku untuk seluruh kegiatan di lingkungan kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
B. DEFINISI -
Pemeliharaan adalah proses untuk menjaga dan merawat dengan baik-baik.
-
Teknisi adalah seseorang yang bertugas di laboratorium atau bengkel dan memiliki
keahlian dalam mengoperasikan dan melakukan perawatan terhadap alat ukur lingkungan kerja.
C. REFERENSI -
PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Teknisi -
Melakukan perawatan terhadap alat ukur lingkungan kerja setiap sebulan sekali.
-
Menjamin setiap alat ukur disimpan pada tempat yang layak.
-
Melakukan perbaikan terhadap alat ukur yang mengalami kerusakan.
-
Menulis laporan kerusakan alat ukur lingkungan kerja
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.09/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEMELIHARAAN ALAT
2. P2K3 -
Melakukan pembentukan tim maintenance (teknisi)
-
Menindaklanjuti laporan hasil maintenance.
3. Direktur PPNS -
Menentukan obyek yang akan dilakukan pemeliharaan.
-
Menerima hasil tinjauan dari maintenance alat.
E. PROSEDUR 1. Menentukan obyek yang akan dilakukan pemeliharaan oleh Direktur PPNS. -
Obyek tersebut dapat berupa bengkel, laboratorium maupun peralatan (APAR, Hydrant)
2. Pembentukan tim maintenance (teknisi) oleh P2K3. 3. Membuat form pemeriksaan oleh teknisi. -
Form yang dibuat setidaknya harus memuat nama inspektor, tanggal inspeksi, lokasi inspeksi, tanda tangan dan kesimpulan singkat dari hasil inspeksi.
4. Melakukan maintenance sesuai jadwal oleh teknisi. 5. Melakukan proses maintenance pada tempat yang telah ditentukan -
Proses maintenance dilakukan oleh teknisi.
-
Proses maintenance harus dilakukan oleh tim yang kompeten di bidangnya.
6. Membuat laporan hasil maintenance oleh tim -
Laporan hasil maintenance dibuat sesuai dengan keadaan saat proses maintenance.
-
Laporan harus disertai bukti dokumentasi selama proses maintenance.
-
Laporan ditandangani oleh P2K3.
7. Menindaklanjuti hasil maintenance oleh P2K3. -
P2K3 melakukan tinjauan terhadap hasil maintenance.
-
P2K3 menyampaikan hasil tinjauan kepada direktur PPNS untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.09/MANUAL P R.09/MANUAL SMK3/PPNS/201 7
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEMELIHARAAN ALAT
F. DIAGRAM PROSEDUR
Diagram F.1 Prosedur Maintenance Prosedur Maintenance Peralatan di PPNS G. LAMPIRAN 1. Kompetensi teknisi 2. Formulir maintenance alat maintenance alat
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.09/MANUAL P R.09/MANUAL SMK3/PPNS/201 7
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEMELIHARAAN ALAT
Lampiran 1. Kompetensi Teknisi
1. Menguasai disiplin ilmu tentang mechanical (elemen mesin, fungsi komponen-komponen mesin, perbaikan mendasar pada mesin). 2. Mampu melakukan penilaian kerusakan pada alat. 3. Menguasai ilmu tentang alat ukur dan tindakan perbaikan. 4. Berpengalaman di bidang mechanical minimal 2 tahun.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.09/MANUAL FR.0 1/PR.09/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 05
PEDOMAN PRAKTIS PEMELIHARAAN ALAT
Formulir Maintenance Alat Lampiran 2. Formulir Maintenance
MAINTENANCE FORM Kondisi
T
a
n
g
g
a
l
Jenis Peralatan
k
Kelainan yang ditemukan
ki
ki
B T
B
di
a a
a
t
n a
y
ki R
e
a a a
Tindakan Perbaikan br
wi
Paraf
P
Penanggung Jawab
Teknisi
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
01 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
A. PENDAHULUAN 1.
Tujuan Panduan ini dipakai sebagai acuan untuk tercapainya tindakan yang optimal dan terarah yang ditujukan untuk mahasiswa maupun seluruh warga kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, yang dimaksudkan agar seluruh warga kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya terhindar dari kematian atau cacat permanen, mendapatkan pertolongan medis dengan cepat dan mencegah kecelakaan serupa terjadi kembali khususnya di bengkel/ laboratorium PPNS.
2.
Ruang lingkup Berlaku untuk seluruh kegiatan dan warga kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
B. DEFINISI
Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja yang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 disebut penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah pemberian pertolongan segera
kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.
Saksi adalah orang yang pertama kali menemukan korban.
Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan.
Evakuasi Korban adalah tindakan memindahkan/ merujuk korban kecelakaan atau
menderita penyakit akibat kerja (PAK) ke tempat pelayanan medis yang lebih memadai.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
02 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
C. REFERENSI -
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Ketenagakerjaan
-
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamtan dan Kesehatan Kerja
-
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
-
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
-
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
-
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1.
Saksi
-
Melaporkan keadaan darurat kepada kepala bengkel atau kepala laboratorium (KaLab) terkait adanya kecelakaan atau penanggung jawab yang sedang berada di bengkel atau laboratorium pada saat terjadi kecelakaan.
-
Bila tidak menemukan seorangpun di sekitar area terjadinya kecelakaan, melaporkan keadaan darurat langsung kepada petugas medis yang berada di poliklinik PPNS.
2. Kepala Bengkel/ Kepala Laboratorium (KaLab) -
Menerima laporan saksi terkait adanya keadaan darurat akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang terjadi di bengkel/ laboratorium.
-
Melaporkan kepada petugas medis PPNS secara lisan dan tertulis (dalam waktu 1 x 24 jam).
-
Melaporkan kepada P2K3 PPNS secara tertulis (dengan menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam).
-
Melaporkan kepada Kepala Jurusan dan Kepala Prodi secara tertulis (dengan menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam).
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
03 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
3. Kepala Jurusan dan Kepala Prodi -
Menerima laporan dari kepala bengkel/ kepala laboratorium terkait terjadinya kecelakaan.
-
Melaporkan kejadian kecelakaan kepada pihak direksi PPNS secara tertulis (dengan menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam).
4. Petugas Medis Poliklinik PPNS -
Memberikan pertolongan pertama sekaligus penanganan lebih lanjut kepada korban sesuai dengan pelaporan saksi atau kepala bengkel/ kepala laboratorium.
-
Melakukan penilaian awal untuk mengevakuasi korban.
-
Mendampingi korban selama proses evakuasi menuju poliklinik PPNS.
-
Melakukan rujukan bila korban memerlukan penanganan serius menuju rumah sakit terdekat.
5. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) -
Membantu proses evakuasi korban dengan petugas medis terkait laporan dari kepala bengkel/ kepala laboratorium menuju poliklinik PPNS.
-
Melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada pihak direksi dan manajemen K3.
-
Melakukan analisis kecelakaan di tempat kejadian (dalam waktu tidak lebih dari 24 jam).
-
Mengamankan tempat kejadian guna menghimpun bukti-bukti terkait penyebab terjadinya kecelakaan.
-
Menentukan langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
04 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
E. PROSEDUR 1.
Apabila terjadi kecelakaan kerja (pada bengkel/ laboratorium) maka seorang saksi bertugas menjaga korban sedangkan saksi yang lainnya segera melaporkan keadaan darurat tersebut kepada penanggung jawab atau siapapun yang sedang piket pada bengkel/ laboratorium tersebut.
2.
Apabila saksi tidak dapat menemukan penanggung jawab bengkel/ laboratorium, maka secara langsung melaporkan kepada petugas medis di poliklinik PPNS.
3.
Kepala bengkel/ kepala laboratorium (KaLab) melaporkan secara lisan terlebih dahulu kepada P2K3 PPNS.
4.
Setelah pihak medis dan P2K3 mengetahui adanya kecelakaan, semua pihak yang bertanggung jawab segera mendatangi korban di lokasi kecelakaan.
5.
Petugas medis segera melakukan penilaian awal untuk mengevakuasi korban menuju poliklinik PPNS.
6.
P2K3 membantu mengevakuasi korban menuju poliklinik PPNS dan mengamankan lokasi kejadian kecelakaan.
7.
Kepala bengkel/ kepala laboratorium/ penanggung jawab lokasi kecelakaan melaporkan secara tertulis dengan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam setelah terjadinya kecelakaan kepada P2K3 dan Kepala Jurusan serta Kepala Prodi.
8.
P2K3 mengumpulkan bukti-bukti terkait penyebab terjadinya kecelakaan, melakukan analisis kecelakaan, serta memberikan langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali.
9.
Petugas medis menuliskan laporan kondisi korban sebelum dan sesudah kecelakaan sebagai data kecelakaan kepada P2K3.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
05 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
F. DIAGRAM PROSEDUR Kecelakaan
Lapor ke Penanggung jawab Ben gkel
Saksi
Lapor ke P2K3 dan Petugas Medis
Ka Lab
Petugas datang ke TKP
P2K3 dan Petugas Medis
Melakukan Penilaian Awal
Mengevakuasi korban ke poliklinik
P2K3
Petugas Medis
Diagram P.1 Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja bagian 1
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
PR.10/MANUAL SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: :
01 19 / Mei / 2017
Halaman
:
06 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN
Mengumpulkan bukti dan melaporkan hasil investigasi aw al
Melaporkan kondisi korban setelah perawatan
P2K3
Petugas Medis
Menerima laporan dari petug as medis dan P2K3
Ka Lab
Menyampaikan laporan ke D ireksi
Ka Lab
Selesai
Diagram P.2 Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja bagian 2
G. LAMPIRAN 1.
Formulir Laporan Kecelakaan Kerja
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.10/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 07
PEDOMAN PRAKTIS PEDOMAN PELAPORAN KECELAKAAN KERJA
Formulir Laporan Kecelakaan Kerja A. Insiden Kronologi
Tanggal: Waktu: Pekerjaan: Lokasi: Area: Plant: Peralatan Kerja
Mesin
Kerugian Aset/Material Material
B. Korban No
Kerugian Lingkungan
Alat Berat
Nama
L/P
Usia
NIK
Jabatan
Bagian
Cedera
Penanganan
Biaya
LT
Kategori
*LT: Jumlah Hari Hilang (lebih dari 1x24 ja m) | Kategori: Ringan ( Cedera Ringan, Tidak Ada LT, Dapat Segera Bekerja Kembali); Sedang (Memerlukan Pertolongan Medis/P3K, Tidak Ada LT); Berat (Memerlukan Rujukan Medis, Cacat Sementara, Terdapat LT); Fatal (Cacat Permanen, Kematian) C. Investigasi Kecelakaan Penyebab Langsung Penyebab Tidak Langsung Penyebab Dasar Kondisi Bahaya Tindakan Bahaya Pribadi Pekerjaan Kurang Prosedur Kurang Sarana Kurang Taat
D. Perbaikan dan Pencegahan No Jenis Tindakan
Rencana Tindakan
Target
Wewenang
*Isi Jenis Saksi
Nama: Tanggal: *Dokumentasi dan catatan
Disususn Pengawas K3
Nama: Tanggal:
Diperiksa Kepala Pengawas K3
Nama: Tanggal:
Mengetahui Top Management
Nama: Tanggal:
*Detail laporan dilampirkan *Semua Rencana Tindakan Perbaikan dan Pencegahan dilaporkan dan dipantau dalam laporan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan K3
Ditinjau
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.11/MANUAL/SMK3 PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 01 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
A. PENDAHULUAN 1.
Tujuan Prosedur ini dibuat sebagai panduan dalam penyelenggaraan audit internal untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen Terpadu diterapkan dan dipelihara secara efektif, disamping untuk mencari peluang perbaikan sistem manajemen secara berkelanjutan dapat dilaksanakan secara baik dan terencana.
2.
Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup semua tahapan audit internal mulai dari penyusunan program audit, penetapan auditor, pelaksanaan audit dan pembuatan laporan serta pemantauan tindak lanjut hasil temuan audit.
B. DEFINISI 1.
Audit Internal Proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik, mandiri dan terdokumentasi untuk melihat kesesuaian penerapan sistem manajemen terpadu terhadap kebijakan direksi, prosedur dan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
2.
Program Audit Internal Penjelasan tentang rencana audit internal untuk jangka waktu tert entu dan tujuan tertentu.
3.
Rencana Audit Uraian tentang kegiatan audit yang mencakup jadwal audit, l ingkup audit, lokasi audit dan tim audit.
4.
Auditor Pihak yang berwenang dan bertanggungjawab untuk melaksanakan audit yang telah mendapatkan pelatihan Audit Internal dengan acuan ISO 19011.
5.
Auditee Pihak yang mewakili suatu area atau aktifitas untuk diaudit.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.11/MANUAL/SMK3 PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 02 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
6.
Temuan Audit Hasil dari audit yang menunjukkan kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap persyaratan serta saran untuk peningkatan/ perbaikan.
7.
Ketidaksesuaian Hasil audit yang menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan persyaratan/prosedur yang berlaku.
C. REFERENSI 1.
Persyaratan SMM ISO 9001:2008, Klausul 8.2.2 Audit Internal.
2.
Persyaratan SML ISO 14001:2004, Klausul 4.5.5 Audit Internal. Internal.
3.
Persyaratan SMK3 PP No. 50 Tahun 2012, Elemen Ele men 11.1 Audit Internal SMK3.
4.
Persyaratan PAS 99:2012, Klausul 9.2 Audit Internal.
D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1.
Direksi a. Supervisi Program Audit Internal b. Menerima Laporan Pelaksanaan Audit Internal
2.
Direktur a. Mengesahkan Program Audit Internal
3.
Tim Auditor a. Membuat Program Audit Internal b. Tidak berasal dari unit kerja yang akan diaudit c. Mempertimbangkan status dan kepentingan proses yang diaudit serta hasil audit internal dan eksternal sebelumnya d. Menyusun rencana pada Formulir Jadwal Audit Internal e. Menyiapkan daftar pertanyaan menggunakan Formulir Checklist Audit Internal dan peralatan audit lain yang diperlukan f. Mengikuti pertemuan pembuka dan penutup g. Menyepakati jadwal Audit bersama Auditee
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.11/MANUAL/SMK3 PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 03 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
h. Menjelaskan hasil temuan audit yang ditemukan kepada Auditee i. Memantau pelaksanaan hingga tindaklanjut temuan j. Verifikasi dan menyatakan perbaikan temuan Audit selesai/tertutup k. Memutakhirkan data dengan menggunakan Rekaman Formulir Pemantauan Tindakanlanjut Permasalahan atau Ketidaksesuaian 4.
Auditee a. Menunjuk personil yang memiliki tugas dan tanggungjawab di dalam pelaksanaan kegiatan yang akan diaudit untuk mendampingi tim audit selama pelaksanaan audit b. Mengikuti pertemuan pembuka dan penutup c. Menerima Laporan Pelaksanaan Audit Internal d. Melaksanakan rekomedasi perbaikan dari temuan Audit e. Secara proaktif melaporkan perkembangan tindakan perbaikan yang dilakukannya kepada Tim Auditor f. Bila tindakan perbaikan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, maka unit kerja yang bertanggung jawab melaksanakan tindakan perbaikan harus segera membuat rencana tindakan perbaikan dan pencegahan yang baru dan disampaikan kepada Tim Auditor
E. PROSEDUR 1.
Pembuatan Program Audit Internal a. Program Audit Internal dibuat setiap tahun menggunakan Formulir Program Audit Internal. b. Program Audit Internal menguraikan unit kerja yang akan diaudit dan waktu pelaksanaan. c. Lingkup audit disesuaikan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit kerja dalam penerapan Sistem Manajemen Terpadu.
2.
Persiapan Pelaksanaan Audit Internal a. Rencana pada Formulir Jadwal Audit Internal disampaikan ke auditee paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.11/MANUAL/SMK3 PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 04 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
b. Apabila tenaga ahli pendamping diperlukan, harus disampaikan kepada unit kerja yang akan diaudit bersamaan dengan penyampaian rencana pelaksanaan audit internal. 3.
Pelaksanaan Audit Internal a. Audit diawali dengan mengadakan pertemuan pembuka ( Opening Meeting ), untuk menjelaskan maksud, tujuan dan memastikan jadwal
audit. Kegiatan audit dilaksanakan berdasarkan jadwal audit, meliputi kegiatan pemeriksaan dokumen-dokumen terkait, wawancara dengan auditee atau pekerja dan observasi di lapangan. b. Temuan audit dan rencana perbaikan dikonfirmasi pada saat pelaksanaan audit dan dicatat dalam Formulir Temuan Audit Internal dan Formulir Permintaan Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan. 4.
Penyusunan dan penerbitan Laporan Pelaksanaan Audit Internal a. Laporan Pelaksanaan Audit Internal disusun paling lambat 3 (t iga) hari setelah audit berakhir, dilengkapi dengan Formulir Temuan Audit Internal Dan Salinan Dari Formulir Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan yang dirangkum pada Formulir Pemantauan Tindaklanjut Permasalahan atau Ketidaksesuaian. b. Laporan disampaikan sebagai bahan untuk tinjauan manajemen. c. rekaman Permintaan Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan yang dibuat oleh auditor, disimpan dan dipelihara oleh sekretariat.
5.
Pemantauan Tindakan Perbaikan a. Pemantauan meliputi pengawasan dan verifikasi temuan Audit. b. Hasil verifikasi dicatat dalam formulir Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan Yang Relevan dan Pada Rekaman Formulir Pemantauan Tindakanlanjut tertutup/selesai.
Permasalahan
atau
Ketidaksesuaian
dinyatakan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: PR.11/MANUAL/SMK3 PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 05 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
F. DIAGRAM ROSEDUR
Pembuatan Program Audit Internal
Menyusun rencana Audit
Menyusun daftar pertanyaan
Direksi dan Direktur
Auditor
Auditor
Menerima Laporan Audit
Penyusunan Laporan Audit
Pelaksanaan Audit
Direksi dan Auditee
Auditor
Tindakan Perbaikan
Pemantauan
Auditee
Auditor
Auditor dan Auditee
Diagram F.1 Prosedur Audit Internal
G. LAMPIRAN 1. Formulir Program Audit Internal 2. Formulir Jadwal Audit Internal 3. Formulir Checklist Audit Internal 4. Formulir Laporan Pelaksanaan Audit Internal 5. Formulir Pemantauan Tindak Lanjut Audit Internal 6. Formulir Temuan Audit Internal
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.01/PR.11/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 06 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
Lampiran 1. Formulir Program Audit Internal
TAHUN No.
LOKASI AUDIT
Bulan I
II
KETERANGAN
Bulan II
I
I
II
II
I
KETERANGAN : = RENCANA AUDIT
= TINJAUAN MANAJEMEN
= TINDAKAN PERBAIKAN DILAKSANAKAN
= CLOSE OUT
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh
Diperiksa Oleh
Tanggal
Tanggal
Tanggal
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.02/PR.11/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 07 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL Lampiran 2. Formulir Jadwal Audit Internal Hari / Tanggal
No.
Bidang
Auditee
Auditor Internal
Lokasi
Waktu
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.03/PR.11/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 08 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL Lampiran 3. Formulir Checklist Audit Internal Tanggal : No.
Lokasi : Item Cek/ Verifikasi
Catatan : *) beri tanda : No Conformity Obs : Observation
Ref
Auditee
Hasil *
Ket
√ bila Sesuai dan NC/Obs bila Tidak Sesuai NC Auditor
(
)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.04/PR.11/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 09 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
Lampiran 4. Formulir Laporan Pelaksanaan Audit Internal
1.
Tanggal Pelaksanaan Audit
:
2.
Susunan Tim Auditor
:
3.
Hasil Audit
s/d
Saran untuk Perbaikan
:
Anggota
:
Anggota
:
: Klausul *) / Dok Ref.
Aktivitas yang diaudit
4.
Ketua
Hasil Audit Tidak Sesuai Sesuai
Keterangan
:
Dibuat oleh,
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen
: FR.05/PR.11/MANUAL/SMK3/PPNS/2017
No. Revisi Tanggal
: 01 : 19 / Mei / 2017
Halaman
: 10 dari 11
PEDOMAN PRAKTIS AUDIT INTERNAL
Lampiran 5. Formulir Pemantauan Tindaklanjut Permasalahan/Ketidaksesuaian Status per tanggal :
No.
Uraian Ketidaksesuaian /Permasalahan
Sumber* : ....................................
Rencana Tindaklanjut
*): diisi dengan Tinjauan Manajemen/Audit Internal/lainnya
Target Waktu Selesai
Penanggung Jawab
Status
Dibuat oleh, ..................
Keterangan