SOP POLI GIGI : 1.
GANGREN PULPA
2.
GIGI TIRUAN LENGKAP
3.
GIGI TIRUAN SEBAGIAN
4.
GINGGIVITIS MARGINALIS AKUT KRONIS
5.
HIPEREMIA PULPA
6.
INFORMED CONSENT
7.
JACKET CROWN
8.
ODONTECTOMY
9.
TATALAKSANA ABSES GIGI
10. PERIODONTITIS AKUT KRONIS 11. PERSISTENSI 12. IRITASI PULPA 13. DENTO-ALVEOLAR ABSES 14. PENGOPERASIAN KOMPRESOR 15. STERILISATOR KERING 16. PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN DENTAL UNIT 17. PERSIAPAN PELAYANAN GIGI 18. PENCABUTAN GIGI GERAHAM ATAS 19. TAMBALAN AMALGAM 20. PENGGUNAAN ULTRA SCALLER 21. KRITERIA RUJUKAN TINDAKAN MEDIS GIGI 22. PULPITIS 23. MENERIMA PASIEN DI POLI GIGI 24. TUMPATAN LIGHT CURE
strategi mencapai prevalensi penyakit gigi mulut. Anak Indonesia sehat 2010 Standar Operating Prosedur (SOP) Pemeriksaan ,Tumpatan Gigi PENDAHULUAN < 12 th < 50%. Intensitas DMF-T = 1. OHIS < DEFINISI Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini yang lapisan permukaannya rusak. Karies yang sudah berkembang mencapai dentin. Karies yang umumnya terjadi pada individuStandar kompetensi : - drg umum - drg Sp.KG - Perawat gigi (karang gigi dan cabut sulung) 1. 2. 3. 4. Karies dini / lesi putih / karies email tanpa kavitas. Karies email dengan kavitas, karies dentin dengan kavitas, karies pada semen / karies akar gigi Karies terhenti /arrested caries. Perubahan warna eksterna. a. akibat logam dan senyawanya. b. akibat mengunyah pinang, tembakau, atau minuman. KASUS GIGI drg UMUM 5. Dentin hipersensitif. 6. Pulpitis reversibel / pulpitis awal / pulpitis hiperemi. 7. pulpitis irreversibel akut. 8. Nekrosis pulpa / gangren pulpa (akar tunggal dan tanpa komplikasi). 9. Fraktur korona / mahkota tanpa komplikasi. 10. Demineralisasi permukaan halus / approksimal. 11. Karies email gigi sulung. 12. Karies dentin gigi sulung. 13. Iritasi pulpa gigi tetap muda. 14. Hiperemia pulpa gigi tetap muda. PEMERIKSAAN GIGI KASUS GIGI drg Sp.KG = kasus drg umum + 2. 3. 4. 5. 6. 7. Atrisi, abrasi, erosi. Resorbsi eksternal dan internal. Perubahan warna interna (akibat perdarahan / antibiotik). Pulpitis / pulpitis reversibel. Abses periapeks akut dan kronis. Kelainan jaringan periodontal (granuloma, kelainan furkasi luas). 7. Kista radikuler. 8. Fraktur mahkota dengan komplikasi. 9. Fraktur meliputi korona akar dengan / tanpa komplikasi. 10. Fraktur A : - vertikal / horizontal. 11. Dislokasi gigi (luksasi, intrusi / ekstrusi, avulsi, dislokasi ke arah palatal). MACAM TUMPATAN GIGI DI PUSKESMAS Tumpatan amalgam. 2. Tumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) / ART. 3. Tumpatan composite light curing. 1. Tumpatan Amalgam Tumpatan GIC Tumpatan Komposit NAMA PENYAKIT / DIAGNOSIS : - KARIES EMAIL DENGAN KAVITAS - KARIES DENTIN DENGAN KAVITAS - KARIES AKAR GIGI Bekerja sesuai kompetensi, profesional Standar prasyarat pelaksanaan akreditasi untuk mengukur sejauh mana sarana pelayanan medis mampu memenuhi standar dalam melakukan tugasnya melayani masyarakat. BERMUTU = standar yang ditentukan dengan penentuan indikator yang dapat dipertanggungjawabkan secara legal Biaya mahal PERSYARATAN PELAYANAN MEDIS YANG BAIK : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tersedia, dapat diterima. Wajar Berkesinambungan. Dapat dicari. Terjangkau Efisien Bermutu Takut sakit dibur Datang bola-balik Ditambal malah sakit /bengkak Tambalan mudah lepas 1,2 Persyaratan pelayanan medis baik MASALAH KELUHAN PASIEN KELUHAN PASIEN GIGI > TERAPI PROSEDUR TINDAKAN MEDIK : - penutupan medik tgt kdalaman DIAGNOSIS BANDING : pulpa hiperemi. GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN : sakit tajam sebentar bila kena rangsang termis / taktil. DENTIN HIPERSENSITIF DEFINISI : peningkatan sensitifitas akibat terbukanya dentin. INFORMED CONSENT : lisan. reparatif dentin. Perawatan endodontik, klinis -, radiografik, periapeks normal. KEBERHASILAN PERAWATAN. Pulp capping, klinis – foto rontgen PROGNOSIS : Baik MASA PEMULIHAN : - segera setelah dirawat. - pulp capping dan perawatan endo perlu pemeriksaan ulang periodik. LAMA PERAWATAN : 1 – 2x kunjungan. PERALATAN, BAHAN / OBAT Dental unit lengkap, alat pemeriksaan standar, bor preparasi, bahan pulp capping, bahan tumpat (amalgam, resin komposit, GIC, kompomir, fluor). INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Puskesmas gigi / Poliklinik swasta. Lapisi dentin dgn Ca (OH)2 3. Kedalaman kavitas (klasifikasi Billings): I. poles + ulas Fluor II. Recontouring, poles, ulas Fluor III. Tumpatan IV. Prwt endodontik + tumpatan 4. DHE + konsult diet TENAGA MEDIS : drg umum, drg Sp KG ekskavasi jaringan karies pulp capping indirect recountering poles, ulas fluor. 2. Dentin yang menutup pulpa tipis ditumpat. b. Tidak mengganggu TERAPI / PROSEDUR TINDAKAN MEDIK 1. Karies email : a. Mengganggu estetika memperkirakan kedalaman karies. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Foto rontgen 35 th disebabkan oleh resesi gingiva / terbukanya semen. PATOFISIOLOGI : tergantung pada keparahan proses kerusakan GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN : * akut + linu * kronis : linu – alat standar & pelapisan / restorasi. - pasta gigi khusus - ulas fluor penumpatan INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Puskesmas gigi / Poliklinik swasta. PERALATAN, BAHAN / OBAT Dental unit lengkap, alat pemeriksaan lengkap, kapas gulungcacatnya dentin & PERALATAN, BAHAN / OBAT Unit gigi lengkap, alat diagnosis, alat INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Puskesmas Poliklinik gigi / swasta. TERAPI / PROSEDUR TINDAKAN MEDIK : menghilangkan penyebab. Tumpatan tetap + basis semen GIC. Bila kavitas dalam diberi pelapis Ca(OH) / pulp capping indirek + ditumpat tetap. PEMERIKSAAN PENUNJANG : pemeriksaan vitalitas pulpa dan radiografik. DIAGNOSIS BANDING : pulpitis akut dan kronis DEFINISI : radang pulpa ringan sampai sedang akibat rangsang. Radang dapat sembuh setelah rangsang dihilangkan. PATOFISIOLOGI : pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma, tumpatan resin komposit / amalgam / ionomer gelas. Gambaran mikroskopis ditandai oleh lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, udem, sel radang kronis, kadang sel radang akut. GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN : nyeri tajam terjadi singkat tetapi tidak spontan, tidak terus menerus. Nyeri hilang setelah rangsangan hilang berupa panas / dingin, asam/manis. Rangsangan dingin lebih nyeri dari panas. LAMA PERAWATAN : bergantung keparahan sensitifitasnya MASA PEMULIHAN : segera setelah dilakukan perawatan PROGNOSIS : Baik. KEBERHASILAN PERAWATAN : keluhan hilang INFORMED CONSENT : lisan.
PULPITIS REVERSIBEL / AWAL / HIPEREMI butir, bahan pelapis Ca(OH)2, bahan tumpatan amalgam, resin komposit, GIC. & LAMA PERAWATAN : 1x kunjungan. PENYULIT : pada penentuan diagnosis meragukan, pulpitis awal yang mendekati pulpitis sedang. MASA PEMULIHAN : 1 – 4 minggu. PROGNOSIS : baik utk gigi dewasa muda. KEBERHASILAN PERAWATAN : gigi sehat, tidak ada keluhan spontan bahan penumpatan lengkap. & PATOFISIOLOGI : radang pulpa akut akibat proses karies yg brlnjt DEFINISI : radang pulpa lama ditandai nyeri akut spontan stlh trbntuknya mikroabses dalam pulpa. tidak sensitif thdp prubahan suhu INFORMED CONSENT : lisan. PULPITIS IREVERSIBEL AKUT & lama. Kerusakan pulpa menyebabkan gangguan mikrosirkulasi & tjd udem, mikroabses dalam pulpa. GEJALA KLINIS & PMERIKSAAN : nyeri tajam terus menerus menjalar ke belakang telinga. Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yg sakit. Kavitas terlihat dalam & anestesi, pulpotomi,perawatan saluran akar. * akar ganda TERAPI / PROSEDUR TINDAKAN MEDIS : * akar tunggal, PEMERIKSAAN PENUNJANG : radiografik. terttup sisa makanan / tumpatan. Pulpa terbuka, msh vital. & meredakan rasa sakit, pemberian egenolekstirpasi jaringan pulpa & - pada apeks lebaditumpat sementara. Jika memungkinkan, diteruskan dengan perawatan saluran akar. r, dilakukan pulpotomi darurat & GEJALA KLINIS PATOFISIOLOGI : kematian jaringan pulpa dengan / tanpa kehancuran jaringan pulpa. DEFINISI : kematian jaringan pulpa sebagian / seluruhnya, kelanjutan karies / trauma. INFORMED CONSENT : tertulis. NEKROSIS PULPA / GANGREN PULPA KEBERHASILAN PERAWATAN : klinis tidak ada keluhan spontan / rangsangan. Gambaran foto rontgenologik periapeks normal. PROGNOSIS : Baik. MASA PEMULIHAN : segera setelah pulpotomi darurat. Pada perawatan saluran akar : 1 minggu setelah pengisian diikuti evaluasi secara periodik. PENYULIT : letak gigi, pembukaan mulut pasien, kooperasi pasien, apeks yang terbuka LAMA PERAWATAN : 1x kunjungan pada pulpotomi darurat. 3 - 4x kunjungan utk perawatan saluran akar. INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Poliklinik gigi / swasta. pada kunjungan berikut dilakukan pulpotomi formokresol. & PEMERIKSAAN : tidak ada simptom sakit. Tanda yg srg ditemui adalah jaringan pulpa mati, perubahan warna gigi, translusensi gigi berkurang. - Pada nekrosis sebagian bereaksi thdp rangsangan panas. Pada nekrosis total keadaan jaringan periapeks normal / sdkt meradang shg pd tekanan / perkusi terkadang normal / peka. - Nekrosis koagulasi dulu disebut nekrosis steril, dtandai jaringan pulpa mengeras & tdk brbau. - Pd nekrosis liquefaksi / gangren pulpa, jaringan pulpa lisis & bau busuk. Pemeriksaan klinis vitalitas gigi & DEFINISI : patahnya korona krn trauma, tnp komplikasi ruang pulpa tertutup, dg komplikasi pulpa terbuka. PATOFISIOLOGI : tdk ada gejala jika dentin terbuka. GEJALA KLINIS KASUS I KASUS II FRAKTUR KORONA / MAHKOTA DENGAN / TANPA KOMPLIKASI INFORMED CONSENT : lisan. KEBERHASILAN PERAWATAN : scr klinis tdk ada gejala sakit. Gmbrn radiografik periapeks normal. Bila sebelum perawatan ada kelainan periapikal, kelainan tsb mengecil / menetap. Jika apeks terbuka, stlh prawatan akan mnutup oleh jaringan keras dg brbagai tipe penutupan. MASA PEMULIHAN : dimulai 1 minggu smp 6 bln stlh perawatan (brgntung kasus). Evaluasi stlh 6 bln,1 – 2 thn. PENYULIT : saluran akar sempit / bengkok(RUJUK)_ LAMA PERAWATAN : bergantung kasus terbuka-tidaknya apeks gigi / ada tdknya kelainan periapikal. INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Poliklinik gigi / swasta. TINDAKAN MEDIS : bila apeks gigi terbuka dilakukan perawatan apeksifikasi. Setelah preparasi selesai, saluran akar diisi dengan Ca(OH)2 sampai 1-2 mm dr ujung akar, ditumpat tetap. Evaluasi berkala 3-6 bln smp tjd pnutupan apeks (pmriksaan radiografik). PEMERIKSAAN PENUNJANG : Vitalitester, eksplorer, radiografik. foto rontgen penting dilakukan. DIAGNOSIS BANDING : degenerasi pulpa. & TINDAKAN MEDIS : tgt hilangnya jaringan keras - email saja : diasah / ditumpat resin komposit - sampai dentin : diberi pelapis PEMERIKSAAN radiologik PEMERIKSAAN : visual, vitalitas pulpa, radiografik. DIAGNOSIS BANDING : pulpa hiperemi / pulpitis. & ditumpat resin komposit - pulpa terbuka : bergntung bsar & lma keterpaparannya & usia gigi, bs pulp capping / pulpektomi perawatan saluran akar, dilanjutkan restorasi yang sesuai. PENUNJANG : INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Poliklinik gigi / swasta. PERALATAN & BAHAN : peralatan lengkap (dental unit, alat diagnosis, penumpatan, dan endodontik), bahan utk pelapis, pulp capping, tumpatan bahan utk perawatan saluran akar. LAMA PERAWATAN : brgntung keparahan & komplikasi, 1 – 4x kunjungan. PENYULIT : kooperasi pasien karena faktor umur & shade guide 4. Proteksi pulpa - karies dalam detin dekat pulpa waterspray - keringkan dengan semprotan udara 3. Pemilihan warna bila daya kunyah besar 2. Cleaning - bersihkan permukaan dengan rubber cup + pumice - semprot kavitas waterspray - cuci enamel dentin keadaan umum pasien. MASA PEMULIHAN : bergantung perawtan yg dilakukan,1 – 4 minggu PROGNOSIS : bergantung besrnya trauma, prwatan yg dilakukan, usia gigi. KEBERHASILAN PERAWATAN : pasien puas, gigi utuh lagi, pulpa tetap vital (pulp capping), jaringan periapeks tdk ada kelainan. INFORMED CONSENT : lisan TUMPATAN GLASS IONOMER 1. Preparasi kavitas minimal - Hilangkan jaringan karies - Margin jangan dibevel - retensi mekanis < moist surface 6. Siapkan mixing bahan. Powder : liquid = 1 : 1. 7. Mixing dibagi 2 bagian - bagian I : 5 detik / cuci, keringkan 15 detik oles CaOH2 5. Surface conditioning - liquid sebagai cleanser 1mm < Mencocokkan
warna Pembersihan seluruh gigi Cek oklusi Anestesi (bila perlu) Rubber dam Reparasi (prinsip mempertahankan enamel ekstensi ke dentin) 7. Liner, sealant, base. 8. Etsa asam. 9. Cuci finishing bur disk /stripes 12. Olesi varnish / vaseline 13. Bila perlu light cure 10 detik. ESTETIK TAHAPAN KLINIS - bagian II : 10 detik - total mix 20 detik 8. Waktu kerja - sendok kecil : 1,5 mnt - sendok besar : 2 mnt dari mulai mencampur 9. Placement hindari kontaminasi saliva - bila perlu matrix - tunggu setting 10. Setting time : 5 - 7 mnt 11. Finishing - bersihkan kelebihan & keringkan (water airspray 10 sec). Bila kurang putih, ulangi etsa. 10. Oleskan dentin enamel bonding. 11. Aplikasikan bhn resin komp (layering technic) 12. Bentuk anatomi 13. Finishing dan polishing. 14. Sealant & PEMERIKSAAN ALAT DAN BAHAN SUBYEKTIF ANAMNESA APD PERSIAPAN LOKET post curing
PERAWATAN PULPCAPPING, PULPEKTOMI (ENDO INTRAKANAL) procedure. TUMPATAN KOMPOSIT GIGI POSTERIOR
PENDAHULUAN Perawatan endodontic adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya seorang klinisi (Dokter Gigi), harus mengtahui prinsip-prinsip ilmu endodontic secara benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam soketnya, sehingga dapat memperlambat resorpsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah dapat mempertahankan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan. Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut. Secara mendasar pulpa memeberi rangsangan bqakteri, kemis, toksin, dan termis serta hal lain, dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran diobturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali. Adapun salah satu perawatan yang akan kita bahas adalah perawatan Pulcaping, Pulpektomi (Endodontik Intakanal)..
PEMBAHASAN
I. PULPCAPPING (Kaping Pulpa Indirek) Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Teknik Pulp Capping ada dua: · Indirect Pulp Capping Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya
dipakai adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).
· Direct Pulp Capping Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi. Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan. Langkah-Langkah Pulp Capping: 1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril. 2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan. 3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal. 4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping. 5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa) Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula Indikasi: 1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital. 2. 3.
Saluran akar dapat dimasuki instrument. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.
4. 5.
Ruang pulpa kering endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil
6. 7.
Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang penyangga Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian bukal
Kontra Indikasi 1. 2.
Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
3. 4.
Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
5. 6.
Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak mungkin dilakukan
Pulpektomi Vital Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan : 1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. 2. 3.
Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva.
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril. 5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. 6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit. 7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file. 8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. 9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan ,menggunakan jarum lentulo. 10. 11.
Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian . kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat.
12.
Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
B. Pulpektomi Devital Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior. Pulpektomi devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan bahan devitalisasi paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi. C. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal) Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari satu. Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau nekrosis. Indikasi:
Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).
Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan. Kontra indikasi:
Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical.
Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui sukar dilakukan tindak bedah endodonti. Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital : Kunjungan pertama : 1. 2.
Lakukan foto rontgen. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. 4.
Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi kavitas. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. 6.
Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
7. 8.
Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9.
Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian. Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi. 4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa. 5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian. Kunjungan ketiga : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagaistopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks. 4. Letakkan semen zinc fosfat. 5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen. Teknik Pulpektomi I. 1. 2.
Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi Karies dibersihkan
3. 4.
Outline form diperbaiki Atap pulpa dibuka sepenuhnya
5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran akar, dan kira-kira mencapai k-file nomor 35 6. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar dari saluran , lalu kemudian dikeringkan. 7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM, CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan tmpatan sementara II. 8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir (pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran akar atau tidak 9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali dengan tumpatan sementara. III. 10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian saluran akar dengan bahan ZnOE. 11. Isolasi terlebih dahulu. 12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.
13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental. 14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar. Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan pinset agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut penuh. 15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian orifice dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm. IV. 16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka bisa dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun selayaknya gigi sehat. 17. Cek oklusi. 18. Restorasi bila perlu. Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan Faktor Patologis Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah : 1. Keadaan patologis jaringan pulpa. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal. 2. Keadaan patologis periapikal Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan. 3. Keadaan periodontal Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi. 4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis. Faktor Penderita Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut : 1. Motivasi Penderita Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi. 2. Usia Penderita Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya. 3. Keadaan kesehatan umum Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis. Faktor Perawatan Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : 1. Perbedaan operator Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif. 2. Teknik-teknik perawatan Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula. 3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar. Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan
yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh. Faktor Anatomi Gigi Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan : 1. Bentuk saluran akar Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis. 2. Kelompok gigi Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigigigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior. 3. Saluran lateral atau saluran tambahan Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal. Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir. Kecelakaan Prosedural Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya : 1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral. Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran . Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok. Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai. 2. Instrumen patah Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan
instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi. 3. Fraktur akar vertikal Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa perawatan endodontik(pulpcapping,pulpektomi,endo intrakanal) sangat penting dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut dan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan .Selain itu usaha perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut.
PROFESION AL POLI SPESIALIS KG SENYUM itu SEHAT PEMERIKSAAN GIGI & OBYEKTIF (EO & KONTROL / EVALUASI PERIODIK REFERENSI 1. 2. 3. 4. PDGI. 1999. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia. Jakarta Depkes RI. 1990. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 4, Jakarta. Ismiyatin, Kun : Restorasi Semen Silikat dan Semen Glass Ionomer FKG Unair, Sby Lunardhi, Cecilia G.J. : Esthetic PosteroAnterior Composite Resin Restoration BAYAR DHE PENJELASAN PASCA PERAWATAN TINDAKAN TERAPI INFORMED CONSENT PENJELASAN PASIEN RENCANA TERAPI DIAGNOSA IO)
Recommended