PENJARINGAN SUSPEK TB
SOP
No. Dokumen
:
No. Revisi
:
/SOP/PKM-SKM/I/2017
Tanggal Terbit : Halaman
:
H.Atik Rahmat, M.Kes. NIP. 196710101988031004
UPT PUSKESMAS SUKAMULYA
Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB Paru dengan serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan suspek, diagnosa, penentuan
1. Pengertian
klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Mendapatkan/menemukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan sehingga segera dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakit
2. Tujuan
kepada orang lain. Keputusan kepala puskesmas tentang jenis jenis pelayanan
3. Kebijakan
Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kementrian 4. Referensi
Kesehatan. 2014 1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang BP 2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak. 3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di Indonesia Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi: -
Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
-
Diberikan dalam dosis yang tepat
-
Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan.
5.
Prosedur/Langkahlangkah
-
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
-
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
Pasien TB paru terdiagnosis klinis
Pasien TB ekstra paru
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
Halaman 1/ 6
-
Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
-
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR)
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya. Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1 Berat badan
Tahap intensif tiap
Tahap lanjutan 3 kali
hari selama 56 hari
seminggu selama 16 minggu
30-37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2 KDT
38-54 kg
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
55-70 kg
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
≥71 kg
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2: Berat
Tahap insentif tiap hari
badan
Tahap lanjutan 3 kali seminggu
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
30-37
2 tab 4 KDT +
kg
500 mg injeksi
2 tab 4 KDT
2 tab 2 KDT + 2 tab Etambutol
Streptomisin 38-54
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
3 tab 4 KDT +
3 tab 4 KDT
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
3 tab 2 KDT + 3
Halaman 2/ 6
kg
750 mg injeksi
tab Etambutol
Streptomisin 55-70
4 tab 4 KDT +
kg
1000 mg injeksi
4 tab 4 KDT
4 tab 2 KDT + 4 tab Etambutol
Streptomisin ≥71 kg
5 tab 4 KDT +
5 tab 4 KDT
5 tab 2 KDT + 5
1000mg injeksi
tab Etambutol
Streptomisin
Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan:
System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian, cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu dilasanakan pasien
Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan
dengan
pemeriksaan
ulang
dahak
secara
mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi). Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan. Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan hasil pengobatan: 1) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif : -
Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan dosis pengobatan tahap lanjutan
-
Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
Halaman 3/ 6
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif : Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) : -
Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur. Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT sisipan). Lakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan satu bulan. Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat.
-
Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan paduanOAT kategori 2): -
Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
-
Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR
-
Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR
-
Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis OAT tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
3) Pada bulan ke 5 atau lebih : -
Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan selesai diberikan
-
Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR .
-
Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR
-
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1), pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari awal.
-
Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 2), pengobatan dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal mungkin agar bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pussat Rujukan TB MDR. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
Halaman 4/ 6
atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan penjelasan, pengetahuan dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
4. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria rujukan
TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk ke layanan sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
Suspek TB-MDR harus dirujuk ke layanan sekunder
5. Melakukan pencatatan mengenai
Semua pengobatan yang telah diberikan
Respon hasil mikrobiologi
Kondisi fisik pasien
Efek samping obat
1. Balai pengobatan (BP) 6. Unit Terkait
2. P2M (pemberantasan penyakit menular)
7. Dokumen Terkait
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
_
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
Halaman 5/ 6
Menegakkan diagnosis TB
Pasien kambuh, gagal pengobatan OAT kategori 1, atau pasien putus obat
Pasien TB baru BTA (+), pasien TB paru terdiagnosis klinis, atau TB ekstra paru
Pemberian OAT katerogi 2 Pemberian OAT kategori I
Pemeriksaan dahak seletah pengobatan OAT tahap awal
8. Bagan Alir
Pemeriksaan dahak setelah pengobatan OAT tahap awal
BTA (-)
BTA (+)
Mulai pengobatan tahap lanjutan
suspek TBMDR
Mulai pengobatan tahap lanjutan baik hasil BTA (-) maupaun BTA (+)
Pemeriksaan dahak pada akhir bulan ke-5
pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk
Pemeriksaan dahak pada akhir bulan ke-5
BTA (-)
BTA (+)
lanjutkan pengobatan
suspek TB MDR -> cek uji kepekaan obat atau Rujuk
BTA (+)
BTA (-)
gagal
Lanjutkan pengobatan sampai selesai
cek uji kepekaan obat, rujuk atau mulai OAT kategori 2
Rekaman Historis 9. Perubahan
No. Dokumen
/SOP-
/I/2017
No
Yang diubah
Isi perubahan
PENYULUHAN SECARA INDIVIDU/KELUARGA
Tgl. Mulai Perubahan
Halaman 6/ 6