127
Lampiran 1 Persyaratan Mutu Tepung Jagung (SNI 01-3727-1995) 01-3727-1995) Kriteria Uji
Satuan
Keadaan: – a. Bau b. Rasa – c. Warna – Benda-benda asing – Serangga dalam bentuk stadia – dan potongan-potongan potongan-potongan Jenis pati lain selain pati – jagung Kehalusan Lolos ayakan 80 mesh % Lolos ayakan 60 mesh % Air (b/b) % Abu (b/b) % Silikat (b/b) % Serat kasar (b/b) % Derajat asam ml N NaOH/100 g Cemaran logam: a. Timbal (Pb) mg/kg b. Tembaga (Cu) mg/kg c. Seng (Zn) mg/kg d. Raksa (Hg) mg/kg Cemaran arsen (As) mg/kg Cemaran mikroba: a. Angka lempeng total koloni/g b. E. coli APM/g c. Kapang koloni/g Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1995)
Persyaratan Normal Normal Normal Tidak boleh ada Tidak boleh ada Tidak boleh ada
Min. 70 Min. 99 Maks. 10 Maks. 1.5 Maks. 0.1 Maks. 1.5 Maks. 4.0 Maks. 1.0 Maks. 10.0 Maks. 40.0 Maks. 0.05 Maks. 0.5 Maks. 5 x 10 6 Maks. 10 4 Maks. 10
128
Lampiran 2 Persyaratan Mutu Tepung Terigu SNI No. 3751-2009 Kriteria Uji
Satuan
Keadaan: a. Bentuk b. Rasa c. Warna Benda-benda asing Serangga dalam semua bentuk bentuk stadia dan potongan potongannya potongannya yang tampak Kehalusan, lolos ayakan 212 % µm (mesh no.70)(b/b) Kadar Air (b/b) % Kadar Abu (b/b) % Kadar Protein (b/b) % Keasaman ml N NaOH/100g Falling number (atas dasar detik kadar air 14%) Besi (Fe) mg/kg Seng (Zn) mg/kg Vitamin B1 (thiamin) mg/kg Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Asam folat mg/kg Cemaran logam : a. Timbal (Pb) mg/kg b. Raksa (Hg) mg/kg c. Kadmium (Cd) mg/kg Cemaran Arsen mg/kg Cemaran mikroba: a. Angka lempeng total koloni/g b. E. coli APM/g c. Kapang koloni.g d. Bacillus cereus koloni/g Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009)
Persyaratan Serbuk Normal (bebas dr bau asing) Putih, khas terigu Tidak ada Tidak ada Min. 95 Maks. 14,5 Maks. 0,70 Min. 7,0 Maks. 50 Min. 300 Min. 50 Min. 30 Min. 2,5 Min. 4 Min. 2 Maks. 1,0 Maks. 0,05 Maks. 0,1 Maks. 0,5 Maks. 1 x 10 6 Maks. 10 Maks. 1 x 10 4 4 Maks. 1 x 10
128
Lampiran 2 Persyaratan Mutu Tepung Terigu SNI No. 3751-2009 Kriteria Uji
Satuan
Keadaan: a. Bentuk b. Rasa c. Warna Benda-benda asing Serangga dalam semua bentuk bentuk stadia dan potongan potongannya potongannya yang tampak Kehalusan, lolos ayakan 212 % µm (mesh no.70)(b/b) Kadar Air (b/b) % Kadar Abu (b/b) % Kadar Protein (b/b) % Keasaman ml N NaOH/100g Falling number (atas dasar detik kadar air 14%) Besi (Fe) mg/kg Seng (Zn) mg/kg Vitamin B1 (thiamin) mg/kg Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Asam folat mg/kg Cemaran logam : a. Timbal (Pb) mg/kg b. Raksa (Hg) mg/kg c. Kadmium (Cd) mg/kg Cemaran Arsen mg/kg Cemaran mikroba: a. Angka lempeng total koloni/g b. E. coli APM/g c. Kapang koloni.g d. Bacillus cereus koloni/g Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009)
Persyaratan Serbuk Normal (bebas dr bau asing) Putih, khas terigu Tidak ada Tidak ada Min. 95 Maks. 14,5 Maks. 0,70 Min. 7,0 Maks. 50 Min. 300 Min. 50 Min. 30 Min. 2,5 Min. 4 Min. 2 Maks. 1,0 Maks. 0,05 Maks. 0,1 Maks. 0,5 Maks. 1 x 10 6 Maks. 10 Maks. 1 x 10 4 4 Maks. 1 x 10
129
Lampiran 3 Persyaratan Mutu Tepung Beras SNI N0. 3549-2009
Kriteria Uji
Satuan
Keadaan: a. Bentuk b. Bau c. Warna Benda-benda asing Serangga dalam semua bentuk stadia dan potongannya yang tampak Jenis pati lain selain pati beras Kehalusan, lolos ayakan 80 mesh (b/b) % Kadar Air (b/b) % Kadar Abu (b/b) % Belerang dioksida (SO2) % Silikat (b/b) % pH Cemaran logam a. Cadmium (Cd) mg/kg b. Timbal (Pb) mg/kg c. Merkuri (Hg) mg/kg Cemaran Arsen mg/kg Cemaran mikroba a. Angka lempeng total koloni/g b. Escherichia coli APM/g c. Bacillus cereus koloni/g d. Kapang koloni/g Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009) ( 2009)
Persyaratan Serbuk halus Normal Putih, khas tepung beras Tidak boleh ada Tidak boleh ada Tidak boleh ada Min. 90 Maks. 13 Maks. 1,0 Tidak boleh ada Maks. 0,1 5-7 Maks. 0,4 Maks. 0,3 Maks. 0,05 Maks. 0,5 Maks. 1 x 10 Maks. 10 Maks. 1 x 10 Maks. 1 x 10
130
Lampiran 4 Prosedur Pelaksanaan Analisis Komponen Proksimat dan Aktivitas Papain a. Kadar Air, metode oven (SNI 01-2891-1992) Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan ditimbang menggunakan neraca analitik. Contoh sebanyak 1-2 g dimasukkan ke dalam cawan, kemudian cawan serta contoh ditimbang dengan neraca analitik. Cawan o berisi contoh dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam. Selanjutnya cawan berisi contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Setelah itu, cawan berisi contoh dikeringkan kembali dalam oven selama 15-30 menit, lalu ditimbang kembali. Pengeringan diulangi hingga diperoleh bobot konstan (selisih bobot 0.0003 g).
Perhitungan :
Keterangan : x = Bobot contoh awal (g) y = Bobot contoh dan cawan setelah dikeringkan a = Bobot cawan kosong b. Kadar Abu (Apriyantono et al , 1989 ) Cawan pengabuan dibakar dalam tanur, kemudian didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Contoh sebanyak 3-5 g ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian cawan yang berisi contoh dibakar sampai didapatkan abu berwarna abu-abu atau sampai bobotnya konstan. Pengabuan dilakukan dalam dua o o tahap, yaitu pertama pada suhu sekitar 400 C dan kedua pada suhu 550 C. Cawan yang berisi contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang dengan neraca analitik.
Catatan : sebelum masuk tanur, contoh yang ada dalam cawan dibakar dulu pada pembakar sampai asapnya habis. Perhitungan : Kadar abu (%
c. Kadar Lemak, Metode Soxhlet (AOAC 1995) Labu lemak yang telah bebas lemak dikeringkan di dalam oven bersuhu o 105 C selama 15 menit kemudian ditimbang setelah dingin. Contoh sebanyak 5 g dibungkus dalam kertas saring kemudian ditutup kapas yang bebas lemak. Contoh dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian pasang kondensor dan labu pada ujung-ujungnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam alat lalu contoh direfluks selama 6 jam. Setelah itu pelarut didestilasi dan ditampung pada wadah o lain. Labu lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C sampai diperoleh
131
berat tetap. Kemudian labu lemak dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan dan ditimbang. Perhitungan : Kadar lemak (%b/b) = Keterangan :
W 2 x100% W 1
W1 = Bobot contoh (g) W2 = Bobot lemak (g)
d. Kandungan Protein Grits Analisis kandungan protein dilakukan menggunakan metoda Kjeldahl (AOAC 960.52) Analisis protein dilakukan terhadap contoh biji jagung dan grits jagung setelah diinkubasi dengan papain pada berbagai kondisi, sehingga dapat diketahui perubahan kandungan protein grits jagungnya. Terdapat 3 (tiga) tahapan pada analisis protein dengan metode tersebut, yaitu tahap penghancuran (digestion), tahap destilasi, dan tahap titrasi. Pada tahap Penghancuran, sejumlah 100 hingga 200 mg contoh ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Kemudian ditambahkan 1.0 + 0.1 g K 2SO4, 40 + 10 mg HGO dan 2 + 0.1 ml H 2SO4 pekat. Selanjutnya ditambahkan 2-3 butir batu didih dan dididihkan selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan menjadi jernih, dan terakhir didinginkan sebelum dilakukan destilasi. Pada tahap destilasi, ditambahkan sejumlah kecil air destilat secara perlahan lewat dinding labu kjeldahl dan digoyang pelan agar kristal yang terbentuk larut kembali. Kemudian, dipindahkan ke dalam alat destilasi, dan labu kjeldahl dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air destilat. Selanjutnya, air bilasan dipindahkan ke dalam labu destilasi dan ditanbahkan 8 – 10 ml larutan 60% NaOH dan 5% Na 2S2O3. Erlenmeyer 250 ml yang berisi 5 ml larutan H 3BO3 jenuh dan 2-4 tetes indikator metilen red-metilen blue diletakkan di bawah kondensor, dimana ujung kondensor harus terendam dalam larutan H3BO3 jenuh. Selanjutnya dilakukan destilasi hingga diperoleh sekitar 15 ml destilat. Pada tahap akhir, destilat yang diperoleh selanjutnya diencerkan dalam erlenmeyer hingga kira-kira 50 ml. Kemudian, titrasi dengan HCl 0.02 N ter standar sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Volume HCL 0.02 N terstandar yang diperlukan untuk titrasi dicatat. Selanjutnya dilakukan penetapan blangko dengan prosedur yang sama pada contoh, dilakukan analisis untuk blanko (tanpa contoh) dan dicatat volume HCL 0.02 N terstandar yang digunakan untuk titrasi blanko. Untuk standarisasi larutan HCl 0.02 N dilakukan dengan memasukkan 25 ml larutan HCl 0.02 N ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein 1%. Dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N yang telah distandarisasi hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Dilakukan pencatatan volume NaOH yang diperlukan. Normalitas HCl adalah sama dengan jumlah volume NaOH dikalikan dengan normalitas NaOH dan dibagi dengan volume HCl.
132
e. Kadar Serat Kasar (Apriyantono et al. 1989) Uji kadar serat kasar diawali dengan menggiling contoh sampai halus sehingga dapat melewati saringan berdiameter 1 mm. Sebanyak 2 g contoh diambil dan lemak yang terkandung di dalamnya diekstrak dengan menggunakan sokhlet dengan pelarut petroleum eter, kemudian contoh yang sudah bebas lemak tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam enlenmeyer 600 ml. Tambahkan 0,5 g asbes yang telah dipijarkan dan dua tetes zat anti buih. Setelah itu, ditambahkan ke dalam erlenmeyer 200 ml larutan H 2SO4 mendidih. Kemudian, erlenmeyer tersebut diletakkan ke dalam pendingan balik dalam keadaan yang tertutup dan dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit dan sesekali digoyang-goyangkan. Setelah selesai, suspensi tersebut disaring dan residu yang tertinggal dicuci dengan air mendidih. Pencucian dilakukan hingga air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus). Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali dengan menggunakan spatula. Pencucian sisa residu di kertas saring kembali dilakukan dengan menggunakan 200 ml larutan NaOH mendidih sampai samua residu masuk ke dalam erlenmeyer dan didihkan kembali contoh tersebut selama 30 menit dengan pendingin balik sambil sesekali digoyang-goyangkan. Kemudian dilakukan penyaringan kembali contoh tersebut dengan menggunakan kertas saring yang diketahui beratnya sambil dicuci dengan K 2SO4 10%. Lalu, residu di kertas saring dicuci kembali dengan air mendidih, kemudian dengan alkohol 95%. Setelah itu, kertas saring tersebut dikeringkan dalam oven 110oC sampai berat konstan (1-2 jam). Setelah didinginkan dalam desikator contoh ditimbang. Perhitungan : Kadar serat kasar (g/100g contoh) =
W 2 W 1 x100 W
Keterangan: W2 W1 W
= Bobot residu dan kertas saring yang telah dikeringkan (g) = Bobot kertas saring (g) = Bobot contoh yang dianalisis (g)
Kadar Karbohidrat By Di fference (AOAC 1995) Pengukuran kadar karbohidrat menggunakan dilakukan dengan cara : f.
metode
by
difference
Kadar karbohidrat (%b/b) = 100% - (kadar air + kadar protein + kadar lemak + kadar abu) g. Kadar Pati, Metode Luff Schoorl (Sudarmadji et al . 1997) Ditimbang 2,5-25 g contoh, dipindahkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan 20 ml akuades, bubur Al(OH) 3 dan larutan Pb asetat. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi, kemudian tambahkan air destilat sampai tanda tera dan disaring. Filtrat ditampung dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan Na 2CO3 anhidrat atau K/Na oksalat anhidrat atau Na fosfat secukupnya untuk
133
menghilangkan kelebihan Pb. Dilakukan pengambilan 50 ml filtrat bebas Pb, dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 25 ml air destilat dan 10 ml HCl 30%. Dilakukan pemanasan di atas penangas air pada suhu 67-70 oC o selama 10 menit lalu didinginkan secepatnya sampai suhu 20 C. Dilakukan penetralan dengan NaOH 45%, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml air mengandung 15-60 mg gula pereduksi. Sebanyak 25 ml larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schrool . Blanko dibuat dari 25 ml larutan Luff Schrool ditambah 25 ml akuades. Kemudian erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik lalu dididihkan (usahakan 2 menit sudah mendidih). Pendidihan dipertahankan 10 menit, kemudian didinginkan dan ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 26,5%. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N menggunakan indikator pati 2-3 ml. Penetapan berat glukosa dilakukan dengan membandingkan volume Na-thiosulfat yang diperlukan dengan tabel Luff Schrool Kadar Gula (%) = Bobot glukosa x FP x 100% Bobot contoh Kadar Pati (%) = kadar gula x 0.9 Tabel Luff Schrool Volume 0.1 N Na-thiosulfat (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bobot Glukosa, fruktosa, gula invert (mg) 2.4 4.8 7.2 9.7 12.2 14.7 17.2 19.8 22.4 25.0 27.6 30.3
Selisih Bobot Glukosa, fruktosa, gula invert (mg) 2.4 2.4 2.5 2.5 2.5 2.5 2.6 2.6 2.6 2.6 2.7 2.7
h. Kadar Amilosa (Apriyantono et al . 1989) Pembuatan Kurva Standar Ditimbang 40 mg amilosa murni, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Kemudian, dipanaskan dalam air mendidih selama lebih kurang 10 menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan. Dilakan pemindahan seluruh campuran ke dalam labu takar 100 ml, dan tambahkan sampai tanda tera dengan air destilat. Dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan di atas dan dimasukkan masing-masing
134
ke dalam labu takar 100 ml. Ke dalam masing-masing labu takar tersebut tambahkan asam asetat 1N masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml, kemudian tambahkan masing-masing 2 ml larutan Iod dan tambahkan air destilat pada masing-masing campuran dalam labu takar sampai tanda tera. Didiamkan selama 20 menit. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Setelah itu, dibuat kurva standar, konsentrasi amilosa vs absorbansi. Selanjutnya, ditimbang 100 mg contoh dalam bentuk tepung, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Dipanaskan dalam air mendidih selama lebih kurang 10 menit sampai terbentuk gel. Seluruh gel dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, dikocok, dan ditambahkan air destilat sampai tanda tera. 5 ml larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod. Ditambahkan air destilat sampai tanda tera, dikocok, didiamkan selama 20 menit. Dilakukan pengukuran intensitas warna yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Kadar amilosa dalam contoh dihitung dengan membuat kurva standar terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan rumus : Kadar amilosa (%) =
CxVxFPx100 W
Keterangan : C V FP
= Konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar (mg/ml) = Volume akhir contoh (ml) = Faktor pengenceran
i.
Pengujian Aktivitas Papain Prinsip pengujian adalah mengukur besarnya aktivitas protease yang terdapat di dalam contoh. Besarnya aktivitas protease dinyatakan dalam satuan unit aktivitas yang didefinisikan sebagai jumlah enzim yang menghasilkan 1 (satu) mol tirosin per menit. Metode yang digunakan adalah kolorimetri menggunakan alat spektrofotometer (Walter 1984). Preparasi Contoh Dilakukan penimbangan contoh papain sebanyak 1 mg masukan ke dalam labu ukur 100 ml, selanjutnya ditambahkan 1 ml buffer pH 6 dan 25 ml air destilat. Larutan dikocok sampai sampai benar-benar larut, dan ditambahkan air destilat sampai tanda tera. Penetapan Aktivitas Enzim Dibuat tiga jenis larutan, yaitu larutan contoh, larutan standar, dan blangko. Penyiapan larutan contoh dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat hingga pada suhu optimum enzim (65 oC) dan ditambahkan 0,2 ml contoh papain, kemudian diinkubasi pada suhu optimumnya selama 10 menit. Larutan substrat adalah larutan substrat casein 2% dalam bufer fosfat 0,1 mol/L, pH 7,5. Larutan substrat dibuat dengan cara mensuspensikan 1 g casein dengan 5 ml H 2O, kemudian ditambahkan larutan NaOH 1mol/l dan 30 ml air dan dicampur dengan pengaduk magnet hingga casein terlarut sempurna. Setelah itu, ditambahkan 5 ml
135
buffer fosfat 1 mol/l, diatur pH nya sampai 7,5 dengan larutan HCl 1 mol/l dan diencerkan sampai 50 ml dengan air destilat. Larutan substrat telah siap digunakan. Setelah diinkubasi selama 10 menit, selanjutnya ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml HCl 0,05M. Campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm. Penyiapan larutan standar dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat dan 0,2 ml 5 mmol/l larutan standar tirosin hingga pada suhu optimum o enzim (65 C). Larutan kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu optimum enzim, kemudian ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml contoh papain. Setelah itu, campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm. Adapun penyiapan blanko dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat dan 0,2 ml HCl 0,05M hingga pada suhu optimum enzim (65 oC). Larutan kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu optimum enzim, kemudian ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml contoh papain. Setelah itu, campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm. Setelah ketiga larutan telah siap dibuat, selanjutnya dilakukan reaksi pewarnaan dengan menambahkan masing-masing 2,5 ml supernatan, 5 ml NaOH 0,5M, dan 1,5 ml reagen folin-ciocalteu phenol. Setelah penambahan pewarna, larutan contoh, standar dan blanko didiamkan selama 15 menit dan dilakukan pengukuran absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm menggunakan cuvvette yang sama. Besarnya aktivitas papain dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Aktivitas protease (U/ml) = {(Asmp-A blk )/(Astd-A blk )}*(F/t) Keterangan : Asmp A blk Astd F t j.
: Absorbansi contoh (contoh) : Absorbansi blanko : Absorbansi standar : Faktor pengenceran : Waktu inkubasi
Pengukuran Densitas Kamba Biji dan Grits Jagung
Pengukuran densitas kamba biji dan grits jagung dilakukan dengan memasukkan sejumlah tertentu biji atau grits jagung ke dalam labu ukur 100 ml sampai batas tera 100 ml. Selanjutnya biji atau grits jagung tersebut ditimbang bobotnya dengan timbangan elektrik. Bobot biji atau grits jagung yang diperoleh per satuan volume, yaitu g/100 ml yang selanjutnya dikonversi ke dalam g/cm3 adalah densitas kamba untuk biji maupun grits jagung. Pengukuran dilakukan masing-masing 3 (tiga) kali. Sebelum dilakukan pengukuran densitas kamba, masing-masing biji atau grits jagung diukur terlebih dahulu kadar airnya. k. Pengukuran Dimensi Biji Jagung
Pengukuran dimensi biji jagung kedua varietas dilakukan dengan menggunakan mistar (penggaris). Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) bagian biji
136
jagung, yaitu panjang (tinggi), lebar, dan ketebalan biji. Pengukuran dilakukan secara acak terhadap masing-masing 20 contoh biji jagung untuk kedua varietas. Hasil pengukuran kemudian ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya untuk 20 contoh yang diukur. l.
Pengukuran Kekerasan Biji dan Grits Jagung
Pengukuran kekerasan biji maupun grits jagung dilakukan dengan menggunakan texture analysis dengan merujuk pada pengukuran yang dilakukan oleh Martinez et al . (2006). Pengukuran dilakukan pada terhadap 6 (enam) contoh biji atau grits jagung kedua varietas yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan untuk setiap contoh. Pengukuran dilakukan pada rentang beban : 1 – 100 N dan rentang jarak : 0,1 – 1000 mm dengan kecepatan probe disetting pada : 50 mm/min. Beban yang digunakan disetting sebesar 50 N dan jarak deformasi disetting hingga 0,5 mm. Hasil dari masing-masing pengukuran selanjutnya ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya.
137
Lampiran 5 Prosedur Analisis Menggunakan CPI (Composite Performance Index) Pengertian CPI Merupakan indeks gabungan (Composite Index) yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI Aij
= Xij (min) x 100 / X ij (min)
A(i + 1.j) = (X(I + 1.j) )/ Xij (min) x 100 Iij
= Aij x P j n
Ii
Keterangan: Aij Xij (min) A(i + 1.j) X(i + 1.j) P j Iij Ii i j
= (Iij) j =1
= nilai alternatif ke-i pada kriteria ke – j = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke – j = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke – j = bobot kepentingan kriteria ke – j = indeks alternatif ke-i = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke – i = 1, 2, 3,…, n = 1, 2, 3,…, m
Prosedur analisis CPI • Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilaianya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik) • Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi secara proporsional lebih tinggi. • Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi secara proporsional lebih rendah. a. Perhitungan CPI untuk pemilihan jenis peralatan degerminator Kriteria : 1. Kandungan lemak grits, semakin rendah kandungan lemak semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3. 2. Kebersihan grits, semakin bersih semakin baik. Dihitung berdasarkan persentase produk samping (ampok dan kulit ari). Semakin rendah
138
persentase produk samping setelah pengayakan ulang maka semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3. 3. Rendemen grits, semakin tinggi nilai rendemen semakin baik (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,2. 4. Losses selama proses degerminasi, semakin rendah persentase losses semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1. 5. Persentase grits kasar (tidak lolos ayakan 5 mesh), semakin besar persentase grits kasar semakin baik karena dapat mengurangi risiko pada tahap selanjutnya (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1. Data nilai kriteria : Tabel L.1 Nilai kriteria untuk pemilihan jenis peralata n degerminator Grits Rendemen Produk Kadar Losses Tipe Varietas Awal Samping* Kasar** Lemak Peralatan (%) (%) (%) (%) (%) A 65,45 26,47 8,08 14,65 3,30 Lokal B 73,1 22,44 4,46 60,87 1,44 Kodok C 63,08 31,84 5,08 19,34 0,97 A 70,55 24,44 5,01 30,11 5,96 Hibrida B 72,54 25,56 1,9 68,42 5,48 P21 C 61,65 34,62 3,73 48.54 0,75 * Persentase produk samping dihitung sebagai parameter kebersihan grits ** Grits kasar adalah grits yang tidak lolos ayakan ukuran 5 mesh (+5 mesh) Berdasarkan data pada Tabel L.1, selanjutnya dilakukan transformasi nilai dari masing-masing kriteria dalam matriks perbandingan indeks kinerja (CPI) berdasarkan formula di atas. Matriks transformasi disajikan pada Tabel 4.7 untuk jagung lokal Kodok dan Tabel 4.8 untuk jagung hibrida P21. Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa peralatan tipe C mendapat peringkat tertinggi, yaitu peringkat pertama untuk kedua varietas jagung yang digunakan. Dengan demikian, peralatan tipe C dipilih sebagai peralatan yang memberikan hasil terbaik. b. Perhitungan CPI untuk penentuan lama waktu perendaman awal Kriteria : 1. Kandungan lemak grits, semakin rendah kandungan lemak semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,4. 2. Rendemen grits, semakin tinggi nilai rendemen semakin baik (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3. 3. Losses selama proses degerminasi, semakin rendah persentase losses semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan 0,2. 4. Persentase grits kasar (tidak lolos ayakan 5 mesh), semakin besar persentase grits kasar semakin baik karena dapat mengurangi risiko pada tahap selanjutnya (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1.
139
Data nilai kriteria : Tabel L.2 Nilai kriteria lama waktu perendaman awal biji jagung Varietas
Lokal Kodok
Hibrida P21
Waktu Rendemen Kadar Lemak (menit) (%) (%) 0,9970 10 65,76 20 30 40 50 10 20 30 40 50
65,54 60,72 58,70 55,22 61,86 61,66 58,24 57,50 58,10
0,9653 1,0206 1,0154 1,5602 0,7530 0,7472 0,7648 0,7724 0,7730
Grits Kasar* (%)
Losses (%)
30,66
6,28
28,41 19,53 13,36 11,41 47,95 48,85 44,99 46,26 40,31
3,82 4,38 4,62 4,16 4,60 3,72 4,92 5,32 4,50
* Grits kasar adalah grits yang tidak lolos ayakan 5 mesh (+5 mesh) Berdasarkan data pada Tabel L.2, selanjutnya dilakukan transformasi nilai dari masing-masing kriteria dalam matriks perbandingan indeks kinerja (CPI) berdasarkan formula di atas. Matriks transformasi disajikan pad a Tabel 4.10 untuk jagung lokal Kodok dan Tabel 4.11 untuk jagung hibrida P21. Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa perendaman selama 20 menit untuk kedua varietas jagung mempunyai peringkat tertinggi, yaitu peringkat pertama. Dengan demikian, perendaman selama 20 menit dipilih sebagai waktu perendaman awal biji jagung yang memberikan hasil terbaik sebelum proses degerminasi.
140
Lampiran 6 Data Pengukuran pH selama Inkubasi Grits Jagung a. Rata-Rata pH Selama Inkubasi Grits Jagung Lokal Kodok Inkubasi (Jam) 3
6
12
24
Perlakuan
Jam ke0
1,5
3
4,5
6
9
12
Blanko
6
5,9
5,4
0,1
4,2
3,8
4,5
0,5 1,0
4,4 4,6
3,9 4,6
4,9 5,5
Blanko 0,1 0,5
5,9 4,7 4,8
5,8 3,7 4,5
5,9 4,9 5,1
6,4 5,7 5,9
7 6,3 6,5
1,0
4,8
4,8
5,4
6,1
6,3
Blanko 0,1
5,6 4,7
5,4 4
5,9 5
6,5 5,9
0,5 1,0
4,5 4,7
4,7 4,9
5,2 5,4
Blanko
5,9
5,4
0,1 0,5
4,2 4,4
1,0
4,7
16
24
7,1 6,3
7 6,5
6,6 6
5,9 6,1
6,4 6,5
6,2 6,4
6,2 6,2
6
6,5
7,2
6,9
6,6
4,4
4,7
3,8 4,5
4,9 5,2
5,8 5,9
6,1 6,4
6,1 6,1
5,8 6
4,8 4,8
4,8 5,2
4,7
5,4
6
6,6
6,5
6,1
5
5,1
9
12
16
24
b. Rata-Rata pH Selama Inkubasi Grits Jagung Hibrida P21 Inkubasi
Perlakuan
(Jam) 3
6
12
24
Jam ke0
1,5
3
4,5
6
Blanko
6
5,9
5,4
0,1
4,2
3,8
4,5
0,5 1,0
4,4 4,6
3,9 4,6
4,9 5,5
Blanko
5,9
5,8
5,9
6,4
7
0,1 0,5
4,7 4,8
3,7 4,5
4,9 5,1
5,7 5,9
6,3 6,5
1,0
4,8
4,8
5,4
6,1
6,3
Blanko 0,1 0,5
5,6 4,7 4,5
5,4 4 4,7
5,9 5 5,2
6,5 5,9 5,9
7,1 6,3 6,4
7 6,5 6,2
6,6 6 6,2
1,0 Blanko
4,7 5,9
4,9 5,4
5,4 6
6,1 6,5
6,5 7,2
6,4 6,9
6,2 6,6
4,4
4,7
0,1 0,5
4,2 4,4
3,8 4,5
4,9 5,2
5,8 5,9
6,1 6,4
6,1 6,1
5,8 6
4,8 4,8
4,8 5,2
1,0
4,7
4,7
5,4
6
6,6
6,5
6,1
5
5,1
141
Lampiran 7 Data Hasil Pengukuran Kekerasan Biji dan Grits Jagung a. Grits Jagung Lokal Kodok Waktu
Konsentrasi
Jam 0 3 3 3 3 6 6 6 6 12 12 12 12 24 24 24 24
% 0,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0
Kekerasan pada Jarak Deformasi 0.5 mm N 78,30 68,93 58,63 57,73 45,07 66,15 55,21 55,33 41,88 64,82 50,78 44,38 31,17 63,16 49,85 43,08 25,07
Penurunan Kekerasan N 0,00 9,37 19,67 20,57 33,23 12,15 23,10 22,97 36,43 13,48 27,52 33,92 47,13 15,14 28,45 35,22 53,23
b. Grits Jagung Hibrida P21 Waktu
Konsentrasi
Jam 0 3 3 3 3 6 6 6 6 12 12 12 12 24 24 24 24
% 0,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0
Kekerasan pada Jarak Deformasi 0.5 mm N 83,61 78,32 74,40 67,55 58,43 74,22 72,30 71,40 53,55 71,13 69,22 65,93 51,88 65,15 64,52 58,54 37,68
Penurunan Kekerasan N 0,00 5,29 9,21 16,06 25,19 9,39 11,31 12,21 30,06 12,48 14,39 17,68 31,73 18,46 19,09 25,07 45,94
142
Lampiran 8 Grafik distribusi ukuran partikel tepung jagung a. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 3, 6, 12, dan 24 Jam Waktu
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Bobot Hasil uji
Selisih Bobot
Jam 3 3 3 3 6 6 6 6 12 12 12 12 24 24 24 24
% 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0
g 15,1750 15,1590 15,0774 15,0064 15,1157 15,0544 15,0471 15,1042 14,0605 15,0534 15,0238 15,0930 15,0554 15,0356 15,0437 15,0790
g 14,5319 14,3923 14,6903 14,7655 14,4811 14,7465 14,4915 14,4126 13,7044 14,7019 14,6539 14,4301 14,5210 14,6371 14,5464 14,5031
g 0,6431 0,7668 0,3871 0,2409 0,6346 0,3079 0,5556 0,6916 0,3562 0,3516 0,3700 0,6629 0,5345 0,3985 0,4974 0,5759
Tidak Lolos 60 mesh g 6,3443 6,3781 5,8469 3,9711 6,1945 7,1594 4,4892 2,1743 5,6146 6,1669 3,2598 0,9558 6,7585 5,0043 2,1081 0,6610
% 43,65 44,31 39,80 26,89 42,80 48,55 30,97 15,10 40,74 41,95 22,25 6,63 46,60 34,18 14,48 4,56
Lolos 60 mesh tidak lolos 80 mesh g % 2,1844 15,03 1,4098 9,80 1,2846 8,75 1,3205 8,94 2,1446 14,83 1,3566 9,20 0,9870 6,81 0,8983 6,23 1,6290 12,03 1,7550 11,94 1,0275 7,01 0,4802 3,32 1,9783 13,58 1,5874 10,83 0,8345 5,73 0,4668 3,22
Lolos 80 mesh tidak lolos 100 mesh g % 0,9805 6,75 0,5274 3,66 0,3498 2,38 0,4399 2,98 0,8857 6,17 0,3694 2,51 0,3184 2,20 0,7470 5,21 0,4507 3,33 0,4066 2,77 0,3075 2,10 0,2316 1,60 0,4801 3,29 0,4398 3,00 0,2952 2,03 0,2150 1,48
Lolos 100 mesh g 5,0227 6,0770 7,2090 9,0340 5,2563 5,8611 8,6969 10,5931 6,0102 6,3735 10,0592 12,7625 5,3042 7,6057 11,3086 13,1604
% 34,57 42,23 49,08 61,19 36,20 39,75 60,02 73,46 43,91 43,35 68,64 88,44 36,53 51,99 77,77 90,74
143
b. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Pada Waktu Inkubasi Selama 3, 6, 12, dan 24 Jam Waktu
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Bobot Hasil uji
Selisih Bobot
Jam 3 3 3 3 6 6 6 6 12 12 12 12 24 24 24 24
% 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0
g 15,0569 15,0730 15,0481 15,0120 15,0262 15,0976 15,0288 15,0230 15,0949 14,8833 15,0067 15,0858 15,0813 15,0617 15,0364 15,0406
g 14,7447 14,8845 14,8079 14,7194 14,7791 14,9187 14,7651 14,6849 14,8357 14,6783 14,6549 14,6093 14,8755 14,8954 14,7041 14,5337
g 0,3122 0,1886 0,2402 0,2925 0,2470 0,1789 0,2637 0,3381 0,2593 0,2050 0,3518 0,4766 0,2058 0,1663 0,3324 0,5069
Tidak Lolos 60 mesh g 6,7621 6,3783 6,2585 5,1592 7,3564 7,2949 6,1031 3,6686 7,2119 5,6968 3,9314 1,3048 7,8651 7,0629 3,4319 0,7772
% 45,86 42,87 42,26 35,05 49,77 48,90 41,32 24,96 48,62 38,76 26,81 8,93 52,88 47,40 23,34 5,35
Lolos 60 mesh tidak lolos 80 mesh g % 2,0601 13,97 2,2699 15,24 1,8308 12,37 1,7125 11,64 2,0414 13,82 2,1157 14,18 1,9373 13,13 1,4203 9,68 2,1156 14,25 1,8767 12,82 1,3351 9,12 0,6571 4,50 1,9523 13,12 1,8087 12,15 1,3729 9,34 0,5706 3,93
Lolos 80 mesh tidak lolos 100 mesh g % 0,5668 3,84 0,5945 3,99 0,4627 3,13 0,4449 3,02 0,5673 3,84 0,5280 3,54 0,4352 2,95 0,4080 2,78 0,5287 3,56 0,5924 4,04 0,3705 2,53 0,2494 1,71 0,4510 3,03 0,4732 3,18 0,3688 2,51 0,2760 1,90
Lolos 100 mesh g 5,3557 5,6419 6,2560 7,4029 4,8141 4,9801 6,2895 9,1880 4,9796 6,5125 9,0180 12,3981 4,6072 5,5506 9,5306 12,9099
% 36,32 37,91 42,24 50,29 32,57 33,38 42,59 62,58 33,57 44,39 61,54 84,86 30,97 37,27 64,81 88,83
143
b. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Pada Waktu Inkubasi Selama 3, 6, 12, dan 24 Jam Waktu
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Bobot Hasil uji
Selisih Bobot
Jam 3 3 3 3 6 6 6 6 12 12 12 12 24 24 24 24
% 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0 0,0 0,1 0,5 1,0
g 15,0569 15,0730 15,0481 15,0120 15,0262 15,0976 15,0288 15,0230 15,0949 14,8833 15,0067 15,0858 15,0813 15,0617 15,0364 15,0406
g 14,7447 14,8845 14,8079 14,7194 14,7791 14,9187 14,7651 14,6849 14,8357 14,6783 14,6549 14,6093 14,8755 14,8954 14,7041 14,5337
g 0,3122 0,1886 0,2402 0,2925 0,2470 0,1789 0,2637 0,3381 0,2593 0,2050 0,3518 0,4766 0,2058 0,1663 0,3324 0,5069
Tidak Lolos 60 mesh g 6,7621 6,3783 6,2585 5,1592 7,3564 7,2949 6,1031 3,6686 7,2119 5,6968 3,9314 1,3048 7,8651 7,0629 3,4319 0,7772
% 45,86 42,87 42,26 35,05 49,77 48,90 41,32 24,96 48,62 38,76 26,81 8,93 52,88 47,40 23,34 5,35
Lolos 60 mesh tidak lolos 80 mesh g % 2,0601 13,97 2,2699 15,24 1,8308 12,37 1,7125 11,64 2,0414 13,82 2,1157 14,18 1,9373 13,13 1,4203 9,68 2,1156 14,25 1,8767 12,82 1,3351 9,12 0,6571 4,50 1,9523 13,12 1,8087 12,15 1,3729 9,34 0,5706 3,93
Lolos 80 mesh tidak lolos 100 mesh g % 0,5668 3,84 0,5945 3,99 0,4627 3,13 0,4449 3,02 0,5673 3,84 0,5280 3,54 0,4352 2,95 0,4080 2,78 0,5287 3,56 0,5924 4,04 0,3705 2,53 0,2494 1,71 0,4510 3,03 0,4732 3,18 0,3688 2,51 0,2760 1,90
Lolos 100 mesh g 5,3557 5,6419 6,2560 7,4029 4,8141 4,9801 6,2895 9,1880 4,9796 6,5125 9,0180 12,3981 4,6072 5,5506 9,5306 12,9099
% 36,32 37,91 42,24 50,29 32,57 33,38 42,59 62,58 33,57 44,39 61,54 84,86 30,97 37,27 64,81 88,83
144
c. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Jam 15 15 15 15 15 18 18 18 18 18 21 21 21 21 21 24 24 24 24 24
% 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
g 15,0060 15,0069 15,0082 11,5670 15,0060 14,1413 15,0074 15,0070 11,8732 15,0050 15,0061 15,0057 15,0062 15,0058 15,0061 15,0076 15,0068 15,0054 14,5576 15,0790
Bobot Hasil uji g 14,8409 14,7013 14,7439 11,2943 14,6694 13,9347 14,6720 14,7298 11,5173 14,6057 14,7303 14,4961 14,7397 14,7951 14,8278 14,7246 14,6476 14,7273 14,2229 14,5031
Selisih Bobot g 0,1651 0,3056 0,2644 0,2727 0,3367 0,2066 0,3354 0,2772 0,3560 0,3994 0,2758 0,5096 0,2666 0,2107 0,1783 0,2830 0,3592 0,2782 0,3348 0,5759
Tidak Lolos 60 mesh g 2,3779 2,3530 1,6710 0,3795 0,2337 2,2821 2,2531 1,2748 0,4740 0,5203 2,4040 1,4909 1,0197 0,7868 0,2913 0,7947 0,5941 1,0849 0,4866 0,6610
% 16,02 16,00 11,33 3,15 1,59 16,33 15,35 8,65 3,92 3,56 16,32 10,27 6,92 5,32 1,96 5,39 4,05 7,37 3,41 4,56
Lolos 60, tidak lolos 80 mesh g 1,6556 1,5566 0,4793 0,4898 0,4757 1,3896 1,5625 0,4944 0,6419 0,5610 1,5955 0,6450 0,6009 0,5457 0,4361 0,5705 0,6101 0,5855 0,5212 0,4668
% 11,15 10,59 3,25 4,50 1,86 9,92 10,64 3,36 5,82 3,84 10,82 4,45 4,08 3,69 2,94 3,87 4,16 3,98 3,67 3,22
Lolos 80, tidak lolos 100 mesh g 0,6830 0,5277 0,2226 0,2519 0,2725 0,4916 0,4635 0,1821 0,3742 0,4575 0,3712 0,1331 0,0840 0,1331 0,1103 0,3500 0,1577 0,1457 0,1583 0,2150
% 4,60 3,59 1,51 2,33 1,86 3,54 3,16 1,23 3,30 3,13 2,52 0,93 0,57 0,90 0,74 2,37 1,08 0,99 1,14 1,48
Lolos 100 mesh g 10,1245 10,2641 12,3711 10,1733 13,4812 9,7715 10,3929 12,7785 10,0273 13,0637 10,3597 12,2271 13,0351 13,3296 13,8429 13,0095 13,2857 12,9113 13,0568 13,1604
% 68,23 69,83 83,91 90,02 91,90 70,22 70,85 86,75 86,96 89,44 70,34 84,35 88,44 90,09 93,36 88,36 90,70 87,67 91,78 90,74
144
c. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Jam 15 15 15 15 15 18 18 18 18 18 21 21 21 21 21 24 24 24 24 24
% 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
g 15,0060 15,0069 15,0082 11,5670 15,0060 14,1413 15,0074 15,0070 11,8732 15,0050 15,0061 15,0057 15,0062 15,0058 15,0061 15,0076 15,0068 15,0054 14,5576 15,0790
Bobot Hasil uji g 14,8409 14,7013 14,7439 11,2943 14,6694 13,9347 14,6720 14,7298 11,5173 14,6057 14,7303 14,4961 14,7397 14,7951 14,8278 14,7246 14,6476 14,7273 14,2229 14,5031
Selisih Bobot g 0,1651 0,3056 0,2644 0,2727 0,3367 0,2066 0,3354 0,2772 0,3560 0,3994 0,2758 0,5096 0,2666 0,2107 0,1783 0,2830 0,3592 0,2782 0,3348 0,5759
Tidak Lolos 60 mesh g 2,3779 2,3530 1,6710 0,3795 0,2337 2,2821 2,2531 1,2748 0,4740 0,5203 2,4040 1,4909 1,0197 0,7868 0,2913 0,7947 0,5941 1,0849 0,4866 0,6610
% 16,02 16,00 11,33 3,15 1,59 16,33 15,35 8,65 3,92 3,56 16,32 10,27 6,92 5,32 1,96 5,39 4,05 7,37 3,41 4,56
Lolos 60, tidak lolos 80 mesh g 1,6556 1,5566 0,4793 0,4898 0,4757 1,3896 1,5625 0,4944 0,6419 0,5610 1,5955 0,6450 0,6009 0,5457 0,4361 0,5705 0,6101 0,5855 0,5212 0,4668
% 11,15 10,59 3,25 4,50 1,86 9,92 10,64 3,36 5,82 3,84 10,82 4,45 4,08 3,69 2,94 3,87 4,16 3,98 3,67 3,22
Lolos 80, tidak lolos 100 mesh g 0,6830 0,5277 0,2226 0,2519 0,2725 0,4916 0,4635 0,1821 0,3742 0,4575 0,3712 0,1331 0,0840 0,1331 0,1103 0,3500 0,1577 0,1457 0,1583 0,2150
% 4,60 3,59 1,51 2,33 1,86 3,54 3,16 1,23 3,30 3,13 2,52 0,93 0,57 0,90 0,74 2,37 1,08 0,99 1,14 1,48
Lolos 100 mesh g 10,1245 10,2641 12,3711 10,1733 13,4812 9,7715 10,3929 12,7785 10,0273 13,0637 10,3597 12,2271 13,0351 13,3296 13,8429 13,0095 13,2857 12,9113 13,0568 13,1604
% 68,23 69,83 83,91 90,02 91,90 70,22 70,85 86,75 86,96 89,44 70,34 84,35 88,44 90,09 93,36 88,36 90,70 87,67 91,78 90,74
145
Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Jam 15 15 15 15 15 18 18 18 18 18 21 21 21 21 21 24 24 24 24 24
% 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
g 15,0081 15,0069 15,0110 15,0063 15,0061 15,0065 15,0062 15,0085 15,0079 15,0054 15,0082 15,0066 15,0082 15,0068 15,0078 15,0072 15,0085 15,0065 15,0078 15,0406
Bobot Hasil uji g 14,4918 14,6630 14,5309 14,6502 14,6326 14,5296 14,6491 14,6822 14,7354 14,6600 14,6779 14,5017 14,6079 14,5677 14,5722 14,5964 14,6861 14,6628 14,5885 14,5337
Selisih Bobot g 0,5163 0,3440 0,4802 0,3561 0,3736 0,4770 0,3571 0,3263 0,2725 0,3455 0,3304 0,5049 0,4003 0,4391 0,4356 0,4107 0,3224 0,3437 0,4193 0,5069
Tidak Lolos 60 mesh g 2,6506 2,1701 2,7366 1,1278 0,6067 1,4551 1,4676 2,0998 1,0478 0,7217 1,9270 2,0344 1,4393 0,9961 0,6005 2,2280 2,0584 1,3470 1,1647 0,7772
% 18,30 14,80 18,84 7,69 4,14 10,02 10,02 14,30 7,10 4,92 13,11 14,03 9,85 6,84 4,12 15,26 14,02 9,19 7,98 5,35
Lolos 60, tidak lolos 80 mesh g 1,1767 0,9104 0,9443 0,7687 0,7516 0,8588 0,6810 0,7589 0,8070 0,5970 0,8599 0,8469 0,6944 0,6187 0,5372 0,9311 0,8807 0,6372 0,6745 0,5706
% 8,11 6,21 6,51 5,25 5,14 5,91 4,65 5,17 5,48 4,07 5,87 5,84 4,75 4,25 3,69 6,38 6,00 4,35 4,62 3,93
Lolos 80, tidak lolos 100 mesh g 0,3500 0,2756 0,2680 0,2970 0,2796 0,3352 0,3157 0,2431 0,3299 0,3172 0,2955 0,2650 0,2513 0,2696 0,2460 0,2685 0,2959 0,2448 0,2989 0,2760
% 2,41 1,88 1,84 2,03 1,91 2,31 2,16 1,66 2,24 2,16 2,01 1,83 1,72 1,85 1,69 1,84 2,01 1,67 2,05 1,90
Lolos 100 mesh g 10,3146 11,3069 10,5820 12,4568 12,9623 11,8805 12,1850 11,5805 12,5508 13,0324 11,5955 11,3554 12,2229 12,6834 13,0419 11,1689 11,4512 12,4338 12,4505 12,9099
% 71,17 77,11 72,80 85,03 88,59 81,77 83,18 78,87 85,19 88,90 79,01 78,30 83,67 87,06 89,50 76,52 77,97 84,80 85,34 88,83
145
Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi
Konsentrasi Papain
Bobot Contoh
Jam 15 15 15 15 15 18 18 18 18 18 21 21 21 21 21 24 24 24 24 24
% 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
g 15,0081 15,0069 15,0110 15,0063 15,0061 15,0065 15,0062 15,0085 15,0079 15,0054 15,0082 15,0066 15,0082 15,0068 15,0078 15,0072 15,0085 15,0065 15,0078 15,0406
Bobot Hasil uji g 14,4918 14,6630 14,5309 14,6502 14,6326 14,5296 14,6491 14,6822 14,7354 14,6600 14,6779 14,5017 14,6079 14,5677 14,5722 14,5964 14,6861 14,6628 14,5885 14,5337
Selisih Bobot g 0,5163 0,3440 0,4802 0,3561 0,3736 0,4770 0,3571 0,3263 0,2725 0,3455 0,3304 0,5049 0,4003 0,4391 0,4356 0,4107 0,3224 0,3437 0,4193 0,5069
Tidak Lolos 60 mesh g 2,6506 2,1701 2,7366 1,1278 0,6067 1,4551 1,4676 2,0998 1,0478 0,7217 1,9270 2,0344 1,4393 0,9961 0,6005 2,2280 2,0584 1,3470 1,1647 0,7772
% 18,30 14,80 18,84 7,69 4,14 10,02 10,02 14,30 7,10 4,92 13,11 14,03 9,85 6,84 4,12 15,26 14,02 9,19 7,98 5,35
Lolos 60, tidak lolos 80 mesh g 1,1767 0,9104 0,9443 0,7687 0,7516 0,8588 0,6810 0,7589 0,8070 0,5970 0,8599 0,8469 0,6944 0,6187 0,5372 0,9311 0,8807 0,6372 0,6745 0,5706
% 8,11 6,21 6,51 5,25 5,14 5,91 4,65 5,17 5,48 4,07 5,87 5,84 4,75 4,25 3,69 6,38 6,00 4,35 4,62 3,93
Lolos 80, tidak lolos 100 mesh g 0,3500 0,2756 0,2680 0,2970 0,2796 0,3352 0,3157 0,2431 0,3299 0,3172 0,2955 0,2650 0,2513 0,2696 0,2460 0,2685 0,2959 0,2448 0,2989 0,2760
% 2,41 1,88 1,84 2,03 1,91 2,31 2,16 1,66 2,24 2,16 2,01 1,83 1,72 1,85 1,69 1,84 2,01 1,67 2,05 1,90
Lolos 100 mesh g 10,3146 11,3069 10,5820 12,4568 12,9623 11,8805 12,1850 11,5805 12,5508 13,0324 11,5955 11,3554 12,2229 12,6834 13,0419 11,1689 11,4512 12,4338 12,4505 12,9099
146
Lampiran 9 Hasil Analisis statistik menggunakan software Minitab 16 a. Hubungan antara konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi dengan kekerasan grits jagung hibrida P21 Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.995 P-Value = 0.005
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.923 P-Value = 0.077
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.968 P-Value = 0.032
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.965 P-Value = 0.035
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.982
% 71,17 77,11 72,80 85,03 88,59 81,77 83,18 78,87 85,19 88,90 79,01 78,30 83,67 87,06 89,50 76,52 77,97 84,80 85,34 88,83
146
Lampiran 9 Hasil Analisis statistik menggunakan software Minitab 16 a. Hubungan antara konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi dengan kekerasan grits jagung hibrida P21 Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.995 P-Value = 0.005
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.923 P-Value = 0.077
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.968 P-Value = 0.032
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.965 P-Value = 0.035
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.982 P-Value = 0.018
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.994 P-Value = 0.006
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.908 P-Value = 0.092
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.982 P-Value = 0.018
b. Hubungan antara konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi dengan kekerasan grits jagung lokal Kodok Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,926 P-Value = 0,074
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,912 P-Value = 0,088
147
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,945 P-Value = 0,055
Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,965 P-Value = 0,035
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,913 P-Value = 0,087
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,879 P-Value = 0,121
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,885 P-Value = 0,115
Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,960 P-Value = 0,040
c. Hubungan konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi terhadap kandungan protein grits jagung hibrida P21 Hasil untuk : Protein Hibrida 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.722 P-Value = 0.278
Hasil untuk : Protein Hibrida 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.306 P-Value = 0.694
Hasil untuk : Protein Hibrida 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.915 P-Value = 0.085
Hasil untuk : Protein Hibrida 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.949 P-Value = 0.051
Hasil untuk : Protein Hibrida 0%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.926 P-Value = 0.074
148
Hasil untuk : Protein Hibrida 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.938 P-Value = 0.062
Hasil untuk : Protein Hibrida 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.889 P-Value = 0.111
Hasil untuk : Protein Hibrida 1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.984 P-Value = 0.016
d. Hubungan konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi terhadap kandungan protein grits jagung lokal Kodok Hasil untuk : Protein Kodok 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.997 P-Value = 0.003
Hasil untuk : Protein Kodok 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.909 P-Value = 0.091
Hasil untuk : Protein Kodok 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.898 P-Value = 0.102
Hasil untuk : Protein Kodok 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.898 P-Value = 0.102
Hasil untuk : Protein Kodok 0%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = 0.347 P-Value = 0.653
Hasil untuk : Protein Kodok 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.708 P-Value = 0.292
Hasil untuk : Protein Kodok 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.982 P-Value = 0.018
Hasil untuk : Protein Kodok 1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.983 P-Value = 0.017
149
e. Uji beda pengaruh inkubasi terhadap penurunan kandungan protein antara jagung lokal Kodok (L) dengan jagung hibrida P21 (H)
Protein g ri ts pada Konsentrasi 0.0 % Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H
L H
N 10 10
Mean 7.130 7.267
StDev 0.572 0.517
SE Mean 0.18 0.16
Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -0.137 Perbedaan pada CI 95%: (-0.651, 0.377) Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -0.56
P-Value = 0.581
DF = 17
P-Value = 0.340
DF = 12
P-Value = 0.079
DF = 10
P-Value = 0.030
DF = 13
Protein g ri ts pada Konsentrasi 0.1 % Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H
L H
N 8 8
Mean 6.28 7.12
StDev 1.90 1.42
SE Mean 0.67 0.50
Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -0.835 Perbedaan pada CI 95%: (-2.667, 0.996) Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -0.99
Protein g ri ts pada Konsentrasi 0.5 % Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H
L H
N 8 8
Mean 5.279 6.49
StDev 0.834 1.53
SE Mean 0.30 0.54
Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -1.207 Perbedaan pada CI 95%: (-2.581, 0.167) Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -1.96
Protein g ri ts pada Konsentrasi 1.0 % Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H
L H
N 8 8
Mean 4.781 6.14
StDev 0.998 1.21
SE Mean 0.35 0.43
Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -1.356 Perbedaan pada CI 95%: (-2.556, -0.155) Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -2.44
150
f. Hasil analisis optimasi proses inkubasi grits jagung lokal Kodok Hasil untuk : RSM Kodok Optimasi.MTW Regresi R espons e Surface : Kekerasan Grits terhadap Konsentrasi Enzim dan Waktu Inkubasi Estimasi Koefisien Regresi untuk Kekerasan Term Konstanta Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam) Konsentrasi Enzim (%)* Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam)* Waktu Inkubasi (Jam) Konsentrasi Enzim (%)* Waktu Inkubasi (Jam) S = 2.20702 R-Sq = 86.74%
Coef 57.6079 -18.3427 -0.326828 -35.9524
Grits (N)
SE Coef 0.9859 0.6979 0.6621 1.1797
30.112 -8.079 -4.265 -1.219
0.000 0.000 0.001 0.243
-0.0578611
1.1104
-1.055
0.309
2.44478
0.9364
2.350
0.034
PRESS = 148.751 R-Sq(pred) = 71.08%
T
P
R-Sq(adj) = 82.01%
Analisis Varian untuk Kekerasan Grits (N) Source Regresi Linear Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam) Square Konsentrasi Enzim (%)*Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) Interaction Konsentrasi Enzim (%)*Waktu Inkubasi (Jam) Residual Error Total
DF 5 2 1 1 2 1 1 1 1 14 19
Seq SS 446.124 406.566 317.946 88.620 12.662 7.238 5.424 26.896 26.896 68.193 514.317
Source Regresi Linear Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam) Square Konsentrasi Enzim (%)*Konsentrasi Enzim (%) Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) Interaction Konsentrasi Enzim (%)*Waktu Inkubasi (Jam) Residual Error Total
F 18.32 41.73 65.27 18.19 1.30 1.49 1.11 5.52 5.52
P 0.000 0.000 0.000 0.001 0.304 0.243 0.309 0.034 0.034
Optimasi Respon Parameter
Kekerasan Grits Titik awal Konsentrasi = Waktu Inkubasi =
Goal Target
0.6 15
Lower 23.02
Target 31.34
Upper 37.13
Weight 1
Import 1
Adj SS 446.124 406.566 317.946 88.620 12.662 7.238 5.424 26.896 26.896 68.193
Adj MS 89.225 203.283 317.946 88.620 6.331 7.238 5.424 26.896 26.896 4.871
151
Titik Optimum Konsentrasi = Waktu Inkubasi =
0.647939 21.1477
Prediksi Nilai Respon Kekerasan Grits
=
31.3400
,
desirability =
1.000000
Composite Desirability = 1.000000
g. Hasil analisis optimasi proses inkubasi grits jagung hibrida P21 Hasil untuk : RSM Hibrida Optimasi.MTW Regresi R espons e Surface : Kekerasan Grits terhadap Konsentrasi Enzim dan Waktu Inkubasi Estimasi Koefisien Regresi untuk Kekerasan Term Konstanta Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam) Konsentrasi Papain (%)* Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam)* Waktu Inkubasi (Jam) Konsentrasi Papain (%)* Waktu Inkubasi (Jam)
S = 2.95782 R-Sq = 78.73%
Coef 79.2401 -16.0485 -1.02529 5.61905
Grits (N)
SE Coef T 1.3213 34.344 0.9353 -6.619 0.8873 -2.634 1.5810 0.142
0.000 0.000 0.020 0.889
0.0381111
1.4881
0.519
0.612
-1.22544
1.2549
-0.879
0.394
PRESS = 232.600 R-Sq(pred) = 59.60%
P
R-Sq(adj) = 71.13%
Analisis Varian untuk Kekerasan Grits (N) Source Regresi Linear Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam) Square Konsentrasi Papain (%)*Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) Interaction Konsentrasi Papain (%)*Waktu Inkubasi (Jam) Residual Error Total
DF 5 2 1 1 2 1 1 1 1 14 19
Seq SS 453.231 443.943 383.264 60.679 2.530 0.177 2.353 6.758 6.758 122.482 575.713
Source Regresi Linear Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam) Square Konsentrasi Papain (%)*Konsentrasi Papain (%) Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) Interaction Konsentrasi Papain (%)*Waktu Inkubasi (Jam) Residual Error Total
Adj MS 90.646 221.972 383.264 60.679 1.265 0.177 2.353 6.758 6.758 8.749
Adj SS 453.231 443.943 383.264 60.679 2.530 0.177 2.353 6.758 6.758 122.482
F 10.36 25.37 43.81 6.94 0.14 0.02 0.27 0.77 0.77
P 0.000 0.000 0.000 0.020 0.867 0.889 0.612 0.394 0.394
152
Pengamatan yang menyimpang untuk Kekerasan
Obs 2
StdOrder 2
Kekerasan Grits (N) 44.475
Fit 51.088
SE Fit 1.559
Grits (N)
Residual -6.613
St Resid -2.63 R
Hasil untuk : RSM Hibrida Optimasi.MTW Optimasi Respon Parameter
Kekerasan Gr
Goal Target
Lower 39.44
Target 44.4
Upper 55.37
Weight 1
Import 1
Titik awal Konsentrasi = Waktu Inkubasi =
0.6 15
Titik Optimum Konsentrasi = Waktu Inkubasi =
0.939394 15.6364
Prediksi Nilai Respon Kekerasan Grits = 44.4089
,
Composite Desirability = 0.999190
desirability =
0.999190
153
Lampiran 10 Foto permukaan grits jagung hasil pengamatan dengan SEM a. Foto SEM Grits Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
Waktu inkubasi 24 jam
154
b. Foto SEM Grits Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
154
b. Foto SEM Grits Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
155
c. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
WaktuiInkubasi 24 jam
155
c. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
WaktuiInkubasi 24 jam
156
d. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
156
d. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
157
Lampiran 11 Foto granula pati tepung jagung hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi a. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
Waktu inkubasi 24 jam
157
Lampiran 11 Foto granula pati tepung jagung hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi a. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
Waktu inkubasi 24 jam
158
b. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
158
b. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
159
C. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
Waktu inkubasi 24 jam
159
C. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%
Waktu inkubasi 3 jam
Waktu inkubasi 6 jam
Waktu inkubasi 12 jam
Waktu inkubasi 24 jam
160
d. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
160
d. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam
Konsentrasi papain 0%
Konsentrasi papain 0,1%
Konsentrasi papain 0,5%
Konsentrasi papain 1%
161
Lampiran 12 Foto peralatan produksi tepung jagung di UPT Pengolahan Jagung Terpadu di Grobogan, Jawa Tengah
Pneumatic conveyor
Degerminator
Disk mill
Hammer mill Cyclone Siever * Pabrik beroperasi dua batch per hari, sehingga kapasitas pabrik adalah 500 kg/hari.
Tangki Perendaman
161
Lampiran 12 Foto peralatan produksi tepung jagung di UPT Pengolahan Jagung Terpadu di Grobogan, Jawa Tengah
Pneumatic conveyor
Degerminator
Disk mill
Hammer mill Cyclone Siever * Pabrik beroperasi dua batch per hari, sehingga kapasitas pabrik adalah 500 kg/hari.
Tangki Perendaman
162
Lampiran 13 Perincian biaya investasi produksi tepung jagung a. Perincian Biaya Investasi Produksi Tepung Jagung Secara Konvensional Kapasitas 500 Kg/Hari (2 Batch) Uraian
Jumlah
Satuan
1
Paket
1. Bangunan Kantor
1
Paket
2. Bangunan Pabrik
1
Paket
1
Unit
Total Nilai (RP.)
Indeks Harga (%)
Modal Tetap A. Penyiapan lahan
25.000.000
8,61%
100.000.000
34,42%
145.500.000
50,09%
1. Pembebasan lahan 2. Pematangan tanah B. Bangunan dan Pekerjaan sipil
C. Mesin dan Peralatan 1. Pneumatic conveyor
10.000.000
2. Sortasi ( siever )
1
Unit
5.000.000
3. Mixing tank
1
Unit
20.000.000
4. Degerminator
1
Unit
20.000.000
5. Hammer mill
1
unit
35.000.000
6. Disk mill
1
unit
10.000.000
7. Cyclone (2 unit)
1
paket
30.000.000
8. Panel control
1
paket
10.000.000
9. Pedal sealer
1
unit
1.500.000
10. Pompa air
1
unit
1.500.000
11. Timbangan, alat ukur kadar air, dll
1
paket
2.500.000
D. Kegiatan Pembangunan
20.000.000
1. Pengiriman Alat dan Mesin
1
Paket
5.000.000
2. Pendirian/installation peralatan
1
Paket
5.000.000
3. Ujicoba dan pelatihan
1
Paket
Jumlah Investasi
6,88%
10.000.000
290.500.000
100%