BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan kedua
setelah di keluarga dan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
usia 4-6 tahun. Pada lembaga ini anak yang masuk taman kanak-kanak
diperkenalkan dengan berbagai aktivitas sehingga memiliki kompetensi
belajar yang ditetapkan. Salah satu kompetensi yang diharapkan, anak dapat
mengembangkan kemampuan bahasanya, salah satunya anak dapat membaca.
Di taman kanak-kanak kemampuan untuk mengembangkan
bahasa pada anak dalam membaca dapat dilakukan melalui kegiatan bermain
sambil belajar dan belajar sambil bermain, yang mana pendidikan bertujuan
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dimana anak harus
mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk pemikiran belajar.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bab 2 Pasal 3 mengatakan Standar
Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan/pelaksanaan,
dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Pasal 4 menjelaskan Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan dapat
berlangsung dimana saja dan kapan saja baik yang dilakukan sendiri di
lingkungan keluarga, seperti interaksi yang terjadi di dalam keluarga,
dengan teman sebaya, dan dari hubungan dengan orang-orang yang mewakili
hubungan kedekatan yang lain. Karena stimulasi dari lingkungan sangat
diperlukan anak dalam meningkatkan kemampuan bahasanya dalam membaca, maka
upaya pendidikan dini sebagai bentuk stimulasi psikososial sedini dan
sebanyak mungkin kepada anak usia dini menjadi hal yang sangat penting.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
bagaimanapun akan membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi pencapaian
tujuan. Media pendidikan merupakan salah satu komponen yang tidak bisa
diabaikan dalam mengembangkan sistem pengajaran yang sukses. Bahan
pengajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran dapat
menjadikan anak lebih termotivasi untuk mengikuti proses belajar. Dengan
dipakainya suatu media dalam belajar akan lebih menyenangkan bagi anak dan
sudah tentu pengajaran akan menjadi bermakna dan akan lebih mudah untuk
diingat dan secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan anak.
Menurut Gagne dalam F.Praptono (1997: 6) menyatakan bahwa
media adalah sumber belajar dilingkungan anak yang dapat merangsang anak
untuk belajar. Media dalam dunia pendidikan disebut dengan media pendidikan
atau media pembelajaran. Media dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai
suatu perantara atau penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan. Media merupakan sarana komunikasi yang sangat penting dalam
pembelajaran karena mempermudah penyampaian materi.
Kemampuan dasar dalam bidang bahasa, yang harus
dikuasai anak taman kanak-kanak kelompok B ialah mengenal simbol-simbol
yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis. Tujuan belajar
yang diharapkan ialah anak memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan
dengan tulisan. Setelah selesai pendidikan taman kanak-kanak diharapkan
anak sudah memiliki bekal persiapan membaca walaupun masih sederhana
sehingga ketika masuk sekolah dasar tinggal memperlancar dalam belajar
membaca permulaan. Kondisi demikian juga sering terdengar dan menjadi
harapan kebanyakan orang tua dan guru-guru sekolah dasar. Orang tua akan
lebih senang jika anaknya sebelum masuk ke sekolah dasar sudah dapat
membaca.
Ada beberapa hal yang dapat peneliti ambil dari
pengalaman-pengalaman mengajar selama ini. Anak tidak cepat menangkap apa
yang disampaikan oleh guru dalam menyajikan pelajaran, hal ini dapat
dikarenakan media yang digunakan kurang menarik. Adapun media yang
digunakan oleh guru hanya papan tulis dan gambar-gambar. Konsentrasi anak
taman kanak-kanak tidak sama dengan anak yang sekolah lanjut, anak cepat
bosan dan ingin bergerak aktif.
Melihat permasalahan yang telah dikemukakan diatas,
peneliti tertarik untuk mengambil topik penelitian mengenai meningkatkan
kemampuan mengenal huruf pada anak menggunakan media papan flanel pada anak
di RA Lindung Bulan Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan
media papan flanel dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak di
RA Lindung Bulan Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak menggunakan media
papan flanel di RA Lindung Bulan Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dan masukan bagi guru dalam menggunakan media
pembelajaran di Taman Kanak - Kanak khususnya dalam peningkatan kemampuan
membaca anak dengan menggunaan media papan flanel.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
Bagi guru hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam memberikan
kegiatan pengenalan huruf dengan papan flanel untuk proses pembelajaran,
menambah pemahaman guru tentang manfaat media papan flanel untuk proses
pembelajaran, membantu guru dan orang tua dalam meningkatkan kemampuan
anak dalam merangkai kata dengan pengenalan huruf menggunakan papan
flanel dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pada anak.
2. Sekolah
Bagi sekolah dapat menjadi solusi memecahkan masalah dalam membantu
proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pada anak.
3. Anak
Dengan menggunakan media papan flanel anak akan lebih mudah pemahaman
huruf sebagai kemampuan anak dalam merangkai kata dalam upaya
meningkatkan kemampuan membaca untuk anak.
4. Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mendalami dan mengembangkan penelitian yang lebih
mendalam mengenai program pengembagan membaca pada anak.
1.5 Definisi Istilah
1. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan.
2. Papan Flanel adalah papan yang berlapis kain flanel, sehingga
gambar yang akan disajikan dapat dipasang, dilipat dan dilepas dengan
mudah dan dapat dipakai berkali-kali.
3. Kemampuan mengenal huruf adalah kegiatan yang melibatkan unsur
auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan mengenal huruf
dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau
membolak – balik buku.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Anak Usia Taman Kanak-Kanak
2.1.1 Anak Taman Kanak-Kanak
Terdapat beberapa pengertian mengenai anak taman kanak –
kanak. Ernawulan Syaodih (2005: 58) mengungkapkan bahwa anak taman
kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan, yaitu berkembangnya berbagai aspek kepribadian anak baik
fisik, intelektual, sosial, emosionalnya maupun bahasa. Berbagai aspek
perkembangan ini dapat berkembang normal manakala lingkungan juga turut
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan anak, tetapi kadang
dalam proses perkembangannya, anak mengalami hambatan atau kesulitan
yang mempengaruhi proses perkembangannya.
Helms & Turner (1983: 64) memandang periode usia 4-6 tahun
sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong
untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan
pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak
tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu
mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif
dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi
nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat
melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak
mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari
kesalahan. Roopnaire, J.L & Johnson, J.E. (1993: 56) berpendapat bahwa
masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan
merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and
malleable phase of human life). Oleh karenanya masa anak sering
dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan
pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi
perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang
sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.
Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu "taman" yang
dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan
berkembang secara wajar.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang
bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering
mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian,
dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis.
Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi
tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan
lain sebagainya
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak taman
kanak - kanak adalah anak yang berusia 4 - 6 tahun dimana di usia anak
taman kanak – kanak tersebut sedang pada masa pertumbuhan di selurus
aspek perkembangan anak.
2.2 Konsep Kemampuan Persiapan Membaca
2.2.1 Pengertian Membaca
Menurut Dwi Sunar (2008: 10) membaca merupakan serangkaian
kegiatan pikiran yang dilakukan dengan perhatian untuk memahami suatu
informasi melalui indra penglihatan dalam bentuk simbol-simbol yang
rumit, yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti dan makna.
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi
beberapa huruf dan kata.
Membaca adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif
(pendengaran) dan visual (pengamatan). Pengembangan bahasa diarahkan
agar anak mampu menggunakan dan mengekspresikan pemikirannya dengan
menggunakan kata-kata. Membaca merupakan aktivitas belajar yang dominan
memerlukan indera visual dan juga melibatkan fungsi penginderaan lain
di otak.
Darmani dalam Hayati (2010: 8) membaca adalah keterampilan
pertama yang diajarkan guru kepada peserta didik dibangku sekolah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 85) mengatakan bahwa:
"Membaca adalah sebagai berikut: arti kata kerja (verb) baca atau
membaca adalah (1) melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis
(dengan melisankan atau hanya dalam hati), (2) mengeja atau melafalkan
apa yang ditulis, (3) mengucapkan, (4) mengetahui, meramalkan, (5)
menduga, memperhitungkan, memahami".
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari
sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang
menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum
untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat
termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Secara umum melalui kegiatan awal membaca diharapkan anak
dapat:
a. Membentuk perilaku membaca.
b. Mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan keterampilan
pemahaman.
c. Mengembangkan kesadaran huruf.
Jadi, dapat disimpulkan membaca adalah sebuah kemampuan
untuk merangkai huruf menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat
untuk mendapatkan informasi melalui media tulisan.
2.2.2 Proses Membaca
Membaca adalah sebuah kemampuan mendasar yang harus
dimiliki anak agar mampu mendapatka informasi demi keberlangsungan
hidup anak lebih lanjut. Farida Ramli (2007: 12) mengungkapkan bahwa :
Membaca merupakan proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan
mental. Proses membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu sensori,
perceptual, urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi,
sikap, dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual
yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui
indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan
kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier.
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang
memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih
luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dalam membaca.
Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan
perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca
yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian.
Dalam belajar membaca anak usia dini terdiri dari beberapa
komponen. Menurut Budihasti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi (2001:
37) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu sebagai berikut:
a. Pengenalan kata-kata
Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang
diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol.
b. Pengertian
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang
terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
c. Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.
e. Penggabungan
Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman
membaca dimasa lalu
Adapun perilaku yang dapat dilakukan oleh anak dalam awal
membaca menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 391) yaitu:
a. Mengekspresikan pendapat terhadap apa yang sudah dibaca.
b. Mendemonstrasikan cara yang benar dalam menggunakan sebuah buku.
c. Memahami bagian dasar yang digunakan dalam buku (misalnya:
sampul, judul, paparan dan halaman).
d. Menikmati membaca dengan orang dewasa dan mau membaca.
e. Mengenal tulisan sebaik mengenal gambar, membawa pesan
f. Menyadari nama anak sendiri.
g. Mengetahui kalau tulisan dibaca dari kiri ke kanan atau atas ke
bawah
h. Memahami bahwa kata yang diucapkan dapat direpresentasikan dalam
tulisan
i. Menyadari bahwa cerita mempunyai bagian awal, tengah dan akhir
Tahapan-tahapan pengembangan dalam membaca menurut Kurnia
(2010: 2) adalah:
a. Tahap Fantasi (Magical Stage).
Pada tahap ini anak belajar menggunakan buku, mulai
berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balikan
buku dan kadang-kadang membawa buku kesukannya. Pada tahap ini
orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukan model/contoh
tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak,
membicarakan buku pada anak.
b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage).
Pada tahap ini anak perpandangan bahwa dirinya sebagai
pembaca, mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, berpura-
pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman
sebelumnya dengan buku, dan dapat menggunakan bahasa buku meskipun
tidak cocok dengan tulisannya.
c. Tahap Membaca Gambar (Bridging reading Stage).
Anak sudah dapat mengenali dan menemukan kata pada
tulisan/cetakan yang tampak, menggungkapkan kata-kata yang
memiliki makna dengan dirinya, mengulang kembali cerita yang
tertulis dan dapat mengenal tulisan kata dari puisi atau lagu
serta sudah mengenal abjad. Pada tahap ini orang tua atau guru
membacakan sesuatu pada anak, mengenalkan kosa kata baik dari lagu
maupun puisi.
d. Tahap Pengenalan Bacaan (Take off Reader Stage).
Pada tahap keempat anak sudah mulai menggunakan tiga
sistem isyarat secara bersamaan yaitu graphonik, sematik dan
sintaksis, pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, mulai
mengingat cetakan tulisan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-
tanda pada lingkungan serta membaca berbagi tanda seperti pada
kotak susu, botol minuman ringan, bungkus makana dan lain-lain.
e. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage).
Pada tahap ke lima anak sudah dapat membaca berbagai jenis
buku yang berbeda secara bebas, menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan
bahan-bahan bacaan, bahan yang berhubungan secara langsung dengan
pengalaman akan mudah dibaca oleh anak.
Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap membacakan
berbagai jenis buku pada anak. Hal ini dapat mendorong anak agar
dapat memperbaiki bacaannya. Selain itu orang tua atau guru
membantu menyeleksi bacaan yang sesuai dan mengajarkan cerita yang
berstruktur.
Jadi, pengembangan membaca dapat melalui lima tahapan,
yaitu tahapan fantasi, tahap pembentukan konsep diri, tahap membaca
gambar, tahap pengenalan bacaan dan tahap membaca lancar.
Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar
kemampuan membaca perlu dikuasai anak terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan
membaca. Kemampuan kesiapan membaca yang perlu dikembangkan adalah
sebagai berikut (Dhieni, 2005: 20):
1. Kemampuan membedakan auditorial. Anak-anak harus memahami suara-
suara umum di lingkungan mereka. Meraka harus memahami suara yang
dihasilkan oleh konsonan atau vokal.
2. Kemampuan diskriminasi visual.
3. Kemampuan membuat hubungan suara-simbol.
4. Kemampuan perceptual motoris.
5. Kemampuan bahasa lisan.
6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman.
7. Interpretasi gambar.
8. Progesi dari kiri ke kanan.
9. Kemampuan merangkai.
10. Penggunaan bahasa mulut.
11. Pengenalan melihat kata.
12. Lateralisasi.
13. Koordinasi gerak.
Sabarti Akhadiah, dkk (1993: 11) yang mengungkapkan bahwa
pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan
kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf,
suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke
dalam bentuk lisan. Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa
tahap perkembangan.
Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 90) bahwa,
kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahap
perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan Pada tahap ini, anak
mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku ini
penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku kadang-kadang
anak membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya.
b) Tahap membaca gambar Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya
sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca,
pura-pura membaca buku, memberi makna gambar, membaca buku dengan
menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya.
Anak TK sudah menyadari bahwa buku sebuah buku memiliki
karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan
kalimat serta tanda baca walaupun anak belum faham semuanya.
c) Tahap pengenalan bacaan Pada tahap ini anak TK telah dapat
menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf),
semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat)
secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan
mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak mulai
mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.
d) Tahap membaca lancar Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca
secara lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan
yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa proses membaca melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap fantasi, tahap pembentukan konsep diri, tahap
membaca gambar, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca lancar.
2.2.3 Manfaat Membaca
Menurut Sandjaja (2010: 65) ada beberapa manfaat yang
didapat dari membaca yakni:
a. Meningkatkan kinerja otak IQ, EQ, SQ.
b. Mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas yang kuat.
c. Membuka wawasan dunia yang luas dan kaya.
d. Menimba pengetahuan
e. Berbagai pengalaman hidup dengan tokoh cerita yang dibaca.
f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang praktis.
g. Menumbuhkan nilai etika dan moral sesama manusia.
h. Mengekspresikan emosi dan perasaan yang dimiliki.
i. Menajamkan daya ingat.
j. Mengasah intelektual.
k. Mempelajari estetika tulisan dan bahasa.
l. Menambah keterampilan berbahasa Indonesia yang baik.
Firmanawaty Sutan (2004: 13) memaparkan beberapa manfaat
yang diperoleh anak dari kegiatan membaca, yaitu:
a. Anak akan memperoleh pengetahuan.
b. Anak dapat mengidentifikasikan dirinya.
c. Anak menemukan nilai-nilai keutamaan untuk membina kepribadian.
d. Anak dapat berimajinasi dengan baik.
e. Anak terbantu untuk menyelesaikan problem yang harus dihadapi.
f. Anak dapat mengetahui pengalaman dan kebudayaan lain.
g. Memupuk rasa percaya diri anak.
Dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca adalah
Meningkatkan kinerja otak IQ, EQ, SQ, mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas yang kuat, menumbuhkan nilai etika dan moral sesama
manusia, menajamkan daya ingat, anak dapat mengetahui pengalaman dan
kebudayaan lain dan dapat memupuk rasa percaya diri anak.
2.2.4 Tujuan Membaca
Kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang tentu
memiliki tujuan tertentu. Namun pada dasarnya membaca memiliki dua
tujuan. Yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum membaca adalah
untuk mencari dan mendapatkan informasi dari sumber yang dibaca.
Kemampuan membaca adalah kemampuan orang memahami isi
bacaan yang diukur dengan tes yang disediakan. Kemampuan membaca harus
dituangkan dengan kemampuan menguasai kebahasaan seperti: kosa kata,
dan tata bahasa. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan yang
dikaitkan dengan membaca adalah kemampuan untuk merespon secara sadar
susunan tertulis yang dihadapinya atau yang disimulasikan. Respon yang
ditampilkan adalah respon aktif (Masri, 2008: 6)
Adapun tujuan membaca, menurut kesaksian dan pengalaman
beberapa tokoh lintas bangsa dan lintas waktu. Masing - masing
memberikan tekanan, betapa membaca menjadi keharusan untuk membangun
tidak saja habitus yang lebih beradap, tapi juga keunggulan bersaing
diberbagai bidang (Masri, 2008: 8-13)
a. Alvin Toffler
The illiterate of the future will not be the person who cannot read.
It will be a person who does not know how to learn. (Dimasa yang akan
datang, orang yang buta huruf bukan semata-mata orang tidak dapat
membaca. Yang paling celaka, dia akan menjadi orang yang tidak tahu
bagaimana cara belajar).
b. Cicero
A room without books is like a body without a soul. (sebuah ruangan
tanpa buku/ jika seseorang tidak membaca bagai badan tanpa jiwa).
c. David Shenk
Books are the opposite of television:they are slow, engaging,
inspiring, intellect-rousing, and creativity-spurring. (Buku/ membaca
adalah kebalikan dari menonton/televisi. Buku memang lambat, namun
menarik hati, menginspirasi, mengasah otak, dan menumbuhkan
kreativitas).
d. Harry Truman
Not every reader is a leader, but a leader must be a reader. (Tidak
setiap kutu buku adalah pemimpin, namun setiap pemimpin pasti kutu
buku).
e. Ralph Waldo Emerson
Books are for nothing but to inspire. (Manfaat buku tiada lain,
kecuali memberikan inspirasi).
f. Lacordaire
Only three are necessary to make life happy: the blessing of God,
books, and friend. (Hanya tiga perkara yang menjadikan hidup ini
bahagia:rahmat Tuhan, buka dan teman).
g. Cristopher Morley
The real purpose of books is to trap the mind into doing its own
thinking. (Tujuan sejati dari buku ialah mendorong otak kita untuk
melakukan apa yang dipikirkan).
h. Frans Kafka
One reads in order to ask questions. (Seseorang belajar agar dapat
bertanya).
i. Thomas'a Kempis
I have sought for happiness everywhere, but i have found it nowhere
except in a little corner with a little book. (Saya telah mencari
kebahagiaan dimana-mana, namun kini saya menemukannya di sudut sempit
dalam sebuah buku mungil)
j. William Ellery Channing
In the best of books, Great men talk to us, Give their most precious
thoughts,
And pour their souls into ours (dalam buku bermutu, Manusia luar
biasa mengatakan sesuatu pada kita, Memberikan pemikiran yang hebat,
Dan menuangkan jiwanya pada kita).
Secara khusus Tarigan (2008: 37) mengemukakan bahwa
membaca memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh para penemu. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts).
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik
yang baik atau menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for mains ideas).
3. Membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan
atau susunan (reading for sequence or organization).
4. Membaca untuk mengetahui serta menemukan mengapa para tokoh
merasakan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for inferensi).
5. Membaca untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak bisa
atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk mengelompokkan (reading for classify).
6. Membaca untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil atau
hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk menilai (reading tu evaluate).
7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. Membaca
seperti ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan
(reading for compare or contrasts).
Ciri khas perkembangan bahasa anak taman kanak-kanak yaitu
(Santrock 1992: 364):
a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.
Anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
b. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menangkap pembicaraan
tersebut .
c. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
d. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut, warna,
ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,
perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus).
e. Mampu menjadi teman yang baik.
f. Percakapan yang dilakukan telah menyangkut berbagai komentar
terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain,
serta apa yang dilihatnya.
g. Sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan
berpuisi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sebagai alat komunikasi
tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan dengan tanda/syarat tangan
atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri.
2.2.5 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik
membaca permasalahan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor
- faktor yang mempengaruhi menurut Lamb dan Arnol (Rahim Farida
2007: 6) adalah:
a. Faktor Fisiologis
Mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya
berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.
b. Faktor Intelektual
Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir
yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang
diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan
antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata
peningkatan remedial membaca. Tingkatan intelegensi membaca itu
sendiri pada hakikatnya proses berfikir dan memecahkan masalah. Dua
orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan
membacanya.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca
murid. Faktor lingkungan tersebut ialah latar belakang dan pengalaman
anak dirumah. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan
kemampuan bahasa anak. Kondisi dirumah mempengaruhi pribadi dan
penyesuain diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya
dapat membentuk anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar
membaca. Anak yang tinggal didalam rumah tangga yang harmonis, rumah
yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang berarti
dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak dirumah juga
penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan
suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak
memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
Jadi, dapat disimpulkan faktor – faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca terdiri dari 3 faktor yaitu, faktor fisiologis,
faktor intelektual dan faktor lingkungan.
2.3 Papan Flanel
2.3.1 Pengertian Papan Flanel
Papan flanel adalah papan yang berlapis kain flannel,
sehingga gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan
mudah dan dapat dipakai berkali-kali (Sukiman, 2012: 107).
Papan Flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk
menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula
dilepas.
Kelebihan menggunakan papan flanel adalah:
1. Gambar-gambar dengan mudah ditempelkan.
2. Efisien waktu dan tenaga.
3. Menarik perhatian pembelajaran.
4. Memudahkan pengajar menjelaskan materi pelajaran.
Adapun kelemahan menggunakan papan flanel adalah:
1. Menggunakan papan flanel memerlukan waktu yang lama untuk
mempersiapkan materi.
2. Memerlukan biaya yang mahal untuk menyiapkannya, dan
3. Sukar menampilkan pada jarak yang jauh.
Pengertian lainnya, papan flanel adalah media grafis yang
efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu, papan berlapis kain
flanel ini dapat dilipat sehingga praktis dan gambar-gambar yang akan
disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat
dipakai berkali-kali (Aria Supriadi, 2012: 109).
Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran ini juga memilki nilai dan manfaat,
sebagaimana pendapat Zaman (2005: 4-9) berikut:
a. Memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak
b. Mencegah verbalistis pada anak.
c. Mendapatkan dan memperkaya pengetahuan.
d. Memberi motivasi positif.
e. Merangsang anak untuk berfikir
Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2011: 39) bahwa banyak
manfaat penggunaan media pembelajaran yakni,
a. Penyampaian pesan menjadi lebih baku karena setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang
sama.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik karena dapat membuat siswa terjaga
dan memperhatikan.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan/ isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila media
pembelajaran dapat mengkomunikasikan pengetahuan dengan cara yang
baik, spesifik, dan jelas.
f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diperlukan.
Papan flanel menurut peneliti sendiri adalah papan yang
terlapis kain flanel yang dapat di tempelkan bermacam alat peraga agar
mempermudah guru dalam proses pembelajaran.
2.3.2 Proses Pembuatan Media Papan Flanel
Untuk teknik pembuatan papan flanel dan penggunaan papan
flanel menurut Koyo K., dkk. (Sukiman, 2011: 108) adalah sebagai
berikut:
1. Bahan- bahannya meliputi: kain flanel/ kertas rempelas/laken,
papan atau triplek atau gabus, lem, gunting, paku, dan gambar atau
materi yang akan diajarkan.
2. Cara pembuatan papan flanel yaitu:
a) Siapkan papan atau triplek atau gabus;
b) Tempelkan kain flanel/kertas rempelas/laken pada papan;
c) Kumpulkan gambar yang sesuai dengan bahan yang akan
diajarkan;
d) Gambar yang akan digunakan bagian belakangnya ditempelkan
kain flanel/kertas rempelas/laken kemudian gambar tersebut
ditempelkan pada papan sehingga gambar tetap melekat pada papan
flanel.
3. Langkah – langkah dan cara penggunaan papan flanel dalam proses
pembelajaran yaitu :
a) Gambar yang telah diberikan kain flanel disiapkan terlebih
dahulu;
b) Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut
di depan kelas atau pada bagian yang mudah dilihat oleh
pembelajar;
c) Ketika guru akan menerangkan bahan pelajaran dengan
menggunakan gambar, maka gambar dapat ditempelkan pada papan
flanel yang telah dilapisi kain flanel.
Adapun langkah – langkah persiapan yang harus diperhatikan
dalam penggunaan papan flanel menurut Aria Supriadi (2012: 67) sebagai
berikut:
1. Persiapkan diri : tentukan pokok pembelajaran yang disesuaikan
dengan penggunaan flanelgraft.
2. Siapkan peralatan : siapkan gambar – gambar juga perekat yang
terdapat pada bagian belakang.
3. Siapkan tempat penyajian : papan harus ada di tengah – tengah
peserta didik dan dapat dilihat dari semua arah.
4. Siapkan peserta didik karena ukuran flanelgraft tidak terlalu
besar maka cocok untuk digunakan pada kelompok kecil.
Pembuatan papan flanel memerlukan bahan – bahan yang
meliputi kain flanel/ kertas rempelas/laken, papan atau triplek atau
gabus, lem, gunting, paku, dan gambar atau materi yang akan diajarkan.
2.4 Kemampuan Membaca Anak dan Papan Flanel
Membaca merupakan proses dalam memahami tulisan yang
bermakna. Kridalaksana (Dhieni et al, 2005: 5-3) mengemukakan bahwa membaca
adalah: 'Keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan
lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras'.
Penggunaaan media atau alat bantu disadari oleh banyak
praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di
dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar.
Banyak media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru kelas dalam
proses pembelajaran membaca. Salah satunya media papan flanel (flannel
board). Papan flanel adalah jenis media non proyeksi dua dimensi, yang
memiliki karakter sebagai media pembelajaran yang sangat menguntungkan.
Salah satu karakter flannel board adalah dapat dipakai untuk semua tingkat
sekolah (Munadhi, 2008: 106).
Papan flanel adalah media grafis yang efektif untuk
menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Media grafis
yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat
dipakai berkali-kali. Selain gambar, dikelas-kelas sekolah dasar atau taman
kanak-kanak papan flanel ini dipakai untuk menempelkan huruf dan angka
(Aria Supriadi 2012: 37).
Anak usia taman kanak – kanak cenderung menyukai warna dan
gambar yang mencolok. Penggunaan media papan flanel diharapkan dapat
merangsang anak untuk dapat fokus dan tertarik untuk belajar membaca.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari
Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan oleh
guru sebagai peneliti di kelas atau bersama-sama dengan orang lain dengan
jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipasi (Arikunto, 2009: 17). Penelitian ini dilaksanakan
berdasarkan siklus dimana tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Perencanaan
Dalam pelaksanaan guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
(1) membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH), Rancangan Kegiatan Mingguan
(RKM); (2) membuat media pengajaran; (3) mempersiapkan permainan,
menjelaskan cara bermain setelah itu anak diajak bermain
2. Implementasi/pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi/pelaksanaan dari semua
rencana yang telah dibuat. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas adalah
pelaksanaan dari teori pendidikan dan teknik mengajar yang sudah disiapkan
sebelumnya dan hasil diharapkan dapat meningkat efektifitas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dibagi 3 tahap yaitu:
1) Kegiatan pembuka
2) Kegiatan inti
3) Kegiatan penutup
3. Monitoring dan Evaluasi
Peneliti melaksanaan monitoring dan evaluasi akan
dilakukan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran. Monitoring dilakukan
oleh observasi dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri dan anggota
peneliti yang lain. observasi dilakukan dalam upaya pengumpulan data dengan
pengamat.
4. Refleksi
Pada tahap ini tahapan memproses data yang telah didapat
pada saat pengamatan (observasi). Dari hasil yang didapat ditafsirkan
kemudian dianalisis. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi.
Apakah diperlukan tindakan selanjutnya. Apakah hasil didapat belum mencapai
hipotesis, tujuan maka dilakukan siklus berikutnya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Raudhatul Athfal
(RA) Lindung Bulan yang beralamatkan di Kampung Durian Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian semester genap tahun ajaran
2014 - 2015. Jadwal kegiatan penelitian ini berlangsung pada bulan
Februari 2015.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian adalah anak kelompok
B pada RA Lindung Bulan sebanyak 17 orang, yang terdiri dari anak laki-laki
6 orang dan anak perempuan berjumlah 11 orang.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 siklus yang tiap
siklus terdapat beberapa tahap atau langkah. Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Hopkins yaitu berbentuk bagan atau gambar
alur penelitian tindakan kelas dari siklus yang satu ke siklus berikutnya,
sebagai berikut:
Adapun tahap-tahap atau langkah tersebut yaitu:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan tindakan
c. Tahap pengamatan/observasi
d. Tahap analisis dan refleksi
Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini dibuat skenario yang merupakan penjabaran
dari tindakan, sehingga peneliti mudah melaksanakan tindakan atau
pembelajaran dengan harapan penggunaan media papan flanel dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada anak. Adapun tahap perencanaan tindakan
sebagai berikut:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
2. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan media papan flanel
3. Menyusun lembar observasi untuk mencatat situasi belajar mengajar
selama pembelajaran berlangsung
4. Membuat instrumen peneliti
5. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
6. Merencanakan analisa hasil tes
b. Implementasi Tindakan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai
dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran. Adapun
rencana implementasi tindakan adalah sebagai berikut:
1. Guru menciptakan kondisi belajar yang lebih baik
2. Guru menyampaikan dan menyajikan media yang akan digunakan
3. Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
c. Observasi dan Interpretasi
Selama pelaksanaan tindakan diadakan observasi, yang
diamati adalah aktivitas-aktivitas anak yang tampak selama proses belajar
mengajar, dan semuanya dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
Evaluasi hasil belajar dilakukan pada tiap akhir siklus. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Melihat kekurangan dalam proses belajar mengajar serta aktivitas anak
dalam belajar dengan menggunakan lembar observasi
2. Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
d. Analisis dan Refleksi
Analisis hasil penelitian dan refleksi dilakukan pada
akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil yang
diproleh dalam pemberian tindakan kelas pada suatu siklus, dan hasil dari
refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua ini urutannya sama dengan
pelaksanaan pada siklus pertama dan tindakan yang dilakukan pada siklus
kedua ini berdasarkan hasil dari analisis tes pada siklus pertama sehingga
dapat dilihat perbedaaan antara siklus pertama dan siklus kedua apakah ada
peningkatan pada penggunaan metode penelitian. Apabila siklus pertama belum
ada peningkatan tindakan maka akan dilanjutkan pada siklus kedua ataupun
siklus selanjutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, pengumpulan data merupakan bagian yang
terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi
seorang peneliti. Pada umumnya data yang digunakan dalam penelitian yaitu
data primer dan data skunder. Data Primer yaitu data yang diproleh secara
langsung atau data yang diproleh dari sumber pertama, sedangkan data
skunder yaitu data yang diproleh secara tidak langsung. Untuk mendapatkan
data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan
beberapa tehnik yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu tehnik pengumpulan data yang
digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak
dalam situasi tertentu. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menilai
atau mengukur kadar perilaku, baik kognitif, apektif, maupun psikomotorik.
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan
mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data atau
bukti-bukti penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian. Dokumen
digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari catatan yang ada
hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data. Dokumentasi dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk foto – foto kegiatan.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini datanya dianalisis
dengan kualitatif. Analisisnya dengan melihat kecenderungan umum, selain
itu juga digunakan teknik analisis kuantitatif yaitu dengan persentase yang
rumusannya sebagai berikut:
Keterangan
P = persentase
f = frekuensi (banyaknya anak yang bisa mengikuti kegiatan membaca)
N = banyaknya anak (responden) keseluruhan (Sudjana, 2008 : 131)
Setelah dihitung presentase yang ada, data ditafsirkan menjadi kalimat yang
bersifat deskriptif, yaitu:
0% - 20% = Sangat rendah
21% - 40% = Rendah
41% - 60% = Cukup
61% - 80% = Baik
81% - 100% = Sangat Baik (Riduan & Sunarto, 2009:23)
3.7 Indikator Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian
keberhasilan kemampuan membaca pada anak dinyatakan telah mencapai tujuan
pembelajaran jika total jumlah anak yang mampu membaca dengan menggunakan
media papan flanel diatas 75%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Umum RA Lindung Bulan
RA Lindung Bulan yang terletak di Kampung Durian
Kecamatan Rantau tunduk kepada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Aceh
Tamiang. RA Lindung Bulan didirikan pada tanggal 14 Juli 2004 di bawah
naungan Yayasan Pendidikan Islam Lindung Bulan, dengan SK Izin
Operasional Nomor 23 Tahun 2006.
Berdirinya lembaga pendidikan RA Lindung Bulan
dilatar belakangi oleh asumsi yang memandang bahwa anak merupakan
kebanggan sekaligus harapan bagi setiap orang tua. Harapan yang utama
adalah anak cerdas dalam kehidupannya. Dengan kesadaran akan tingginya
tuntutan yang dihadapi kelak, setiap orang tua tentu akan mencari
pendidikan yang terbaik sejak dini. Pada hakekatnya tujuan pendidikan
adalah untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan yang meliputi aspek
sosial, emosional, spiritual, bahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
Beranjak dari pemikiran di atas, RA Lindung Bulan
menawarkan konsep penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dikemas
dalam kurikulum yang sistematis dan aplikatif dari Dinas Pendidikan
Nasional. Pada umumnya lembaga pendidikan ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi kepemimpinan dalam diri anak serta mengacu pada
seluruh aspek kecerdasan sesuai dengan perkembangan anak.
Visi RA Lindung Bulan adalah meningkatkan mutu
pendidikan dan sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Misi RA Lindung Bulan adalah meningkatkan iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melahirkan siswa siswi yang
berkualitas, cerdas dan kreatif, membiasakan siswa siswi dengan budi
pekerti yang baik dan disiplin yang tinggi. Adapun tujuan RA Lindung
Bulan sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dan guru.
2. Mewujudkan masyarakat sekolah yang dinamis, bertanggungjawab dan
selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Adapun sasaran RA Lindung Bulan sebagai berikut:
1. Membentuk siswa – siswi yang berkepribadian Islami
2. Meningkatkan prestasi siswa – siswi dalam pengetahuan dan keagamaan
3. Mempersiapkan siswa – siswi yang mempunyai ketrampilan dasar di usia
dini.
Adapun sistem pendidikan, bentuk pengajaran dan
penyelenggaraan pendidikan RA Lindung Bulan menerapkan:
1. Sistem pendidikan yang berwawasan global berlandaskan diniyah dan
humaniora serta mengutamakan pada pengembangan aspek kecerdasan sesuai
dengan perkembangan, bakat dan minat anak.
2. Sistem belajaar yang diterapkan adalah sistem belajar area yang
dibagi dalam beberapa waktu sehingga anak didik tidak bosan berada
dalam kelas.
3. Bahasa pengantar menggunakan bahasa Indonesia.
4. Bimbingan pembelajaran secara menyeluruh menggunakan sistem guru
kelas.
5. Sistem pelaporan terhadap hasil belajar peserta didik oleh guru akan
diberikan laporan tertulis setiap akhir semester kepada orang tua.
Untuk kasus – kasus tertentu dapat melalui dialog
langsung kepada orang tua yang dipanggil oleh pihak sekolah untuk bersama
– sama mencari solusi mengenai kasus peserta didik yang sedang dihadapi.
Bentuk pengajaran yang diterapkan pada sekolah, yaitu:
1. Penyampaian materi di dalam kelas adalah dengan cara bermain dan
eksplorasi.
2. Kunjungan lapangan ke suatu tempat untuk mendapatkan informasi atau
pengalaman langsung tentang suatu hal.
3. Pengajaran diberikan secara tematik.
Tenaga pendidik yang terdapat pada RA Lindung Bulan
berjumlah 6 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah dan 5 orang guru.
Berikut ini adalah keterangan tentang data tenaga pendidik yang
dicantumkan dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik RA Lindung Bulan
"No "Nama "Tempat/Tgl Lahir "Pendidikan "Jabata"
" " " " "n "
"1 "Tafsiroh, S. Ag "Gresik, 15-07-1973 "S1 Peradilan "Kepala"
" " " "Agama " "
"2 "Warsini "A. Tamiang, "SMA "Guru "
" " "10-07-1968 " " "
"3 "Dahlia, A, Ma "A. Tamiang, "DII PGTK "Guru "
" " "08-02-1985 " " "
"4 "Rahmawati, S.Pdi"A. Tamiang, "S1 Tarbiyah "Guru "
" " "03-04-1976 " " "
"5 "Masliyani, A,Ma "Pahlawan, 05-07-1987"DII PGTK "Guru "
"6 "Dewi masitah, "Lubuk Sidup, "S1 Tarbiyah "Guru "
" "S.Pdi "30-09-1983 " " "
Anak didik kelompok B berjumlah 17 orang, terdiri dari 6
orang laki – laki dan 11 orang anak perempuan. Berikut ini adalah data
anak didik kelompok B tahun 2014 – 2015, seperti yang tertera pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2. Data Anak Didik Kelompok B Tahun 2014 - 2015
"No. Responden "Jenis "
" "Kelamin "
"1 "P "
"2 "P "
"3 "P "
"4 "P "
"5 "P "
"6 "P "
"7 "P "
"8 "P "
"9 "P "
"10 "L "
"11 "L "
"12 "L "
"13 "L "
"14 "L "
"15 "L "
"16 "P "
"17 "P "
4.1.2 Deskripsi Data Sebelum Tindakan Kelas
Sebelum penelitian ini dilakukan belum
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan papan flanel pada anak RA
Lindung Bulan. Peneliti ingin menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
media papan flanel sebagai bahan pembelajaran pada anak RA Lindung Bulan,
sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan membaca pada
anak, anak tidak merasa bosan dan senang sehingga anak akan cepat
mengenal simbol-simbol huruf dengan bermain.
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan, hal-hal yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun skenario pembelajaran
2. Membuat rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian
(RKH)
3. Membuat lembar observasi guru dan anak
4. Pembelajaran menggunakan metode bermain dengan media papan flanel
5. Media yang digunakan adalah papan flanel, kepingan huruf, dan gambar.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian siklus I peneliti
berkolaborasi dengan guru. Berikut ini deskripsi proses pelaksanaan
tindakan siklus I:
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 2 Februari
2015. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan I
sebanyak 17 anak.
Pada tahap ini proses pembelajaran berlangsung berdasarkan
rencana kegiatan harian (RKH) yang telah ditetapkan. Pertemuan ke- 1
membahas tema pekerjaan dengan subtema pekerjaan orang tua. Guru
mengenalkan huruf-huruf yang ada pada kata "polisi" menggunakan kepingan
huruf, setelah anak mengenal huruf-huruf tersebut anak menyebutkan huruf-
huruf yang ada kata "polisi" kemudian anak menyusun huruf-huruf tersebut
pada papan flanel yang telah disediakan. Ada anak yang aktif mengikuti
permainan tersebut, sehingga dapat menyusun huruf-huruf tersebut menjadi
kata "polisi", namun masih ada juga anak yang bingung dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan dan anak tersebut masih harus dibimbing.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 3 Februari
2015 dengan tema pekerjaan dengan sub tema pekerjaan orang tua. Guru
mengkomunikasikan kepada anak kegiatan yang akan dilakukan hari ini
hampir sama dengan kegiatan hari Senin, yaitu belajar dengan menggunakan
media papan flanel. Penelitian menjelaskan apa saja pekerjaan dari orang
tua anak, salah satunya dokter, dan mengenalkan huruf apa saja yang yang
ada pada kata dokter.
Pada masing-masing pertemuan kegiatan diakhiri yaitu guru
mengajak anak untuk membaca kartu kata yang ditempel di papan flannel dan
guru memberi pujian (reward) kepada anak-anak yang sudah lancar membaca
dan memberi motivasi kepada anak-anak yang belum lancar.
c. Hasil Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti melakukan
penilaian kepada anak. Aspek partisipasi anak yang diamati selama proses
pembelajaran berlangsung meliputi:
1. Anak dapat mengenal huruf-huruf yang ada dalam kata "polisi" dan
"dokter".
2. Anak dapat menyebutkan huruf-huruf yang ada dalam kata "polisi" dan
"dokter".
3. Bermain merangkai huruf-huruf supaya tersusun menjadi kata "polisi"
dan "dokter".
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada
siklus 1 pertemuan ke 1 dan 2 ini 23,53% yang mendapatkan nilai baik,
anak masih dibimbing dalam bermain merangkai huruf, anak masih berteriak-
teriak dan selalu memanggil guru karena metode ini baru digunakan, dimana
hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan observasi anak Pada Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2
"No."Aspek "Kriteria "Pertemuan "Ketuntasan"
" " " "1 "2 " "
"1. "Mengenal Huruf "Sangat Baik "0 "0 " 4 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(23,53%) "
" " "Baik "4 "4 " "
" " "Cukup "5 "5 " "
" " "Kurang "5 "5 " "
" " "Sangat Kurang "3 "3 " "
"Jumlah "17 "17 " "
"2. "Menyebutkan Huruf"Sangat Baik "0 "0 " 4 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(23,53%) "
" " "Baik "4 "4 " "
" " "Cukup "4 "4 " "
" " "Kurang "4 "4 " "
" " "Sangat Kurang "5 "5 " "
"Jumlah "17 "17 " "
"3. "Bermain Merangkai"Sangat Baik "0 "0 " 3 orang "
" "Huruf " " " "anak "
" " " " " "(17,65%) "
" " "Baik "3 "3 " "
" " "Cukup "6 "6 " "
" " "Kurang "4 "4 " "
" " "Sangat Kurang "4 "4 " "
"Jumlah "17 "17 " "
Data ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca pada
anak dengan menggunakan media papan flanel pada siklus 1 pertemuan ke 1
dan 2 masih belum baik, ada anak yang kurang dalam mengenal huruf,
menyebutkan huruf dan merangkai huruf, ada juga yang sangat kurang karena
baru mengenal metode dan media ini.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus ini terdapat kelemahan-kelemahan atau
catatan-catatan penelitian sebagai berikut:
1. Anak baru menggunakan metode bermain dengan media papan flanel dalam
proses pembelajaran jadi anak belum terbiasa.
2. Alat perekat pada huruf hendaknya lebih baik lagi agar tidak mudah
lepas.
4.1.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu tanggal 9
dan 10 Februari 2015. Rencana kegiatan harian (RKH) yang digunakan adalah
untuk pertemuan 1 dan 2 menggunakan tema pekerjaan dengan subtema
pekerjaan di laut dan di darat. Dengan kriteria keberhasilan anak dapat
mengenal huruf, dapat menyebutkan huruf dan dapat bermain merangkai huruf
sama seperti yang ditetapkan pada siklus pertama. Tindakan yang dilakukan
pada siklus kedua ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama
yaitu:
1. Media yang digunakan berwarna.
2. Kartu yang lebih melekat.
b. Pelaksanaan
Siklus ke II ini dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu
pada tanggal 9 dan 10 Februari 2015 yang merupakan pertemuan ke 1dan ke
2. Pada siklus ini proses pembelajaran berlangsung berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan, yakni menggunakan
tema pekerjaan dengan subtema pekerjaan di laut dan di darat. Peneliti
memasang media di papan flanel yang ada gambar nelayan, ini kata-kata
pada pertemuan ke 1. Pada pertemuan ke 2 peneliti menggunakan gambar
guru.
c. Hasil Observasi
Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung
dilakukan oleh peneliti dan guru. Instrumen yang digunakan berupa lembar
observasi yang disediakan seperti siklus pertama. Aspek yang diamati
selama proses pembelajaran berlangsung sama dengan siklus yang pertama,
yaitu mengenal huruf, menyebutkan huruf, dan bermain merangkai huruf,
selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan guru melakukan
penilaian proses. Data hasil pengamatan terhadap pengamatan proses
pembelajaran pada siklus ke 2 dapat kita lihat dibawah ini, dimana pada
siklus ke 2 sudah ada kemajuan, tetapi kemajuannya paling tampak pada
siklus ke 2 pertemuan ke 2. Hasil pengamatan observasi anak pada siklus 2
pertemuan ke-1 dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan observasi anak Pada Siklus II Pertemuan ke-1
"No."Aspek "Kriteria "Hasil "Ketuntasan"
" " " "Orang "% " "
"1. "Mengenal Huruf "Sangat Baik "0 "0 " 5 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(29,41%) "
" " "Baik "5 "29,41" "
" " "Cukup "8 "47,06" "
" " "Kurang "4 "23,53" "
" " "Sangat Kurang "0 "0 " "
"Jumlah "17 "100 " "
"2. "Menyebutkan Huruf"Sangat Baik "0 "0 " 5 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(29,41%) "
" " "Baik "5 "29,41" "
" " "Cukup "8 "47,06" "
" " "Kurang "4 "23,53" "
" " "Sangat Kurang "0 "0 " "
"Jumlah "17 "100 " "
"3. "Bermain Merangkai"Sangat Baik "0 "0 " 7 orang "
" "Huruf " " " "anak "
" " " " " "(41,18%) "
" " "Baik "7 "41,18" "
" " "Cukup "7 "41,18" "
" " "Kurang "2 "11,76" "
" " "Sangat Kurang "1 "5,88 " "
"Jumlah "17 "100 " "
Pada siklus ke II pertemuan ke 1 ini anak sudah cukup
baik, anak yang mendapat nilai baik untuk mengenal huruf sebanyak 29,41%,
untuk menyebutkan huruf 29,41% dan bermain merangkai huruf sebanyak
41,18%.
Hasil pengamatan observasi anak pada siklus II pertemuan ke-2.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Observasi Anak Pada Siklus II Pertemuan ke-2
"No."Aspek "Kriteria "Hasil "Ketuntasan"
" " " "Orang "% " "
"1. "Mengenal Huruf "Sangat Baik "13 "76,47" 16 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(94,12%) "
" " "Baik "3 "17,65" "
" " "Cukup "1 "5,88 " "
" " "Kurang "0 "0 " "
" " "Sangat Kurang "0 "0 " "
"Jumlah "17 "100 " "
"2. "Menyebutkan Huruf"Sangat Baik "13 "76,47"16 orang "
" " " " " "anak "
" " " " " "(94,12%) "
" " "Baik "3 "17,65" "
" " "Cukup "1 "5,88 " "
" " "Kurang "0 "0 " "
" " "Sangat Kurang "0 "0 " "
"Jumlah "17 "100 " "
"3. "Bermain Merangkai"Sangat Baik "11 "64,71" 16 orang "
" "Huruf " " " "anak "
" " " " " "(94,12%) "
" " "Baik "5 "29,41" "
" " "Cukup "1 "5,88 " "
" " "Kurang "0 "0 " "
" " "Sangat Kurang "0 "0 " "
"Jumlah "17 "100 " "
Pada pertemuan ke 2 tingkat kemampuan membaca pada anak
dengan menggunakan media papan flanel mengalami kemajuan yang sangat baik,
hampir semua anak dapat merangkai huruf dan bersemangat, tetapi masih ada
satu anak yang masih lambat, anak tersebut masih lambat berbicara dan usia
masih terbilang kecil. Data tersebut diatas menunjukkan tingkat kemampuan
membaca pada anak dengan menggunakan media papan flanel untuk siklus ke 2.
Pada aspek mengenal huruf terdapat 5,88% untuk nilai cukup, baik 17,65%,
dan sangat baik 76,47%. Aspek menyebutkan huruf 5,88% mendapat nilai cukup,
17,65% baik, dan 76,47% sangat baik. Pada aspek bermain merangkai huruf
anak yang mendapat nilai cukup sebanyak 5,88%, baik 29,41%, dan sangat baik
64,71%. Adapun hasil keseluruhan data pengamatan pada siklus 1 dan 2
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Siklus I dan II
"No. "Siklus "Aspek Yang Diamati "
" " "Mengenal "Menyebutkan "Bermain Merangkai "
" " "Huruf "Huruf "Huruf "
"1. "Siklus I "23,53% "23,53% "17,65% "
"2. "Siklus II"61,77% "61,77% "67,65% "
"Jumlah "61,77% "61,77% "67,65% "
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan dari siklus pertama. Dengan demikian peningkatan kemampuan
membaca pada anak dengan menggunakan media papan flanel dalam pembelajaran
berhasil.
Berdasarkan kenyataan dan bukti di atas, data yang diperoleh selama
penelitian berlangsung kemampuan membaca anak benar-benar meningkat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media papan flanel dapat
meningkatkan kemampuan membaca anak. Dengan didapatkannya hasil ini maka
peneliti menghentikan penelitian ini hanya sampai pada siklus II karena
pada siklus dua dianggap sudah sesuai dengan hipoteses tindakan yang
dilakukan.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus ini, terdapat temuan-temuan sebagai berikut
:
1. Anak lebih cepat mengenal huruf dengan menggunakan media papan
flanel.
2. Anak sangat senang bermain dan anak aktif dalam mencari huruf yang
diinginkan anak, menyebut huruf yang dicari dan merangkaikan kata yang
ditempelkan pada papan flanel.
Selama proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir, anak melakukan berbagai kegiatan
pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan observasi pada
siklus II, peneliti mengamati proses belajar membaca dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Anak mendengarkan penjelasan guru Pada pelaksanaan siklus II
disetiap pertemuaan mengalami peningkatan anak mendengarkan perintah dan
penjelasan guru sehingga anak bisa melaksanakan kegiatan dengan tepat.
2. Keaktifan anak dalam pembelajaran membaca pada pelaksanaan siklus II
disetiap pertemuan anak sudah lebih jelas dibandingkan siklus I sehingga
anak lebih aktif dalam kegiatan membaca.
3. Ketertarikan anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media papan
flanel, dengan adanya media papan flanel yang digunakan dalam pembelajaran
anak menjadi lebih antusias saat belajar membaca.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan membaca anak dengan menggunakan media papan flanel.
Kurang berkembangnya kemampuan membaca anak disebabkan karena beberapa hal:
1. Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang menarik sehingga
anak kurang termotivasi untuk belajar membaca.
2. Metode yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung monoton sehingga
anak cepat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru.
3. Suasana dikelas kurang kondusif, sehingga anak belajar kurang nyaman.
Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I apabila
dibandingkan terlihat belum ada peningkatan dan belum mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan peneliti, sehingga perlu diadakan siklus II.
Hal ini disebabkan pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang
dihadapi pada saat pelaksanaan siklus I, sehingga perlu diadakan suatu
perbaikan dalam siklus II agar indikator keberhasilan yang diharapkan dapat
tercapai. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I adalah
pertama, pembelajaran klasikal kurang efektif karena anak hanya ikut-ikutan
saja membuat keaktifan anak kurang terlihat, kedua kurangnya waktu dalam
pelaksanaan tindakan terutama saat anak melakukan kegiatan membaca dengan
menggunakan media papan flanel, sehingga sebagian anak kurang diberikan
kesempatan yang masih ingin mencoba merangkai kata, serta yang ketiga media
kartu kata yang digunakan guru untuk contoh kurang merekat.
Hasil penelitian berdasarkan hasil belajar anak dari
siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa data pada siklus 1 pertemuan ke-1
dan ke-2 aspek mengenal huruf masih 0%, pada siklus 2 pertemuan ke-1
terdapat 29,41% anak, dan pada siklus 2 pertemuan ke-2 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 94,12%. Aspek menyebutkan huruf pada siklus 1
pertemuan ke-1 dan ke-2 juga masih 0%, pada siklus 2 pertemuan ke-1
terdapat peningkatan yaitu 29,41%, dan peningkatan juga terjadi pada siklus
2 pertemuan ke-2 menjadi 94,12%. Sedangkan pada aspek bermain merangkai
huruf pada siklus 1 pertemuan ke-1 dan ke -2 sebesar 0%, terjadi
peningkatan pada siklus 2 pertemuan ke-1 terdapat 41,18%, dan pada siklus 2
pertemuan ke-2 terjadi peningkatan lagi menjadi 94,12%.
Data tersebut diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
masing-masing siklus. Perbandingan tingkat ketercapaian kemampuan membaca
pada anak dengan kriteria ideal yang ditetapkan telah tercapai yaitu lebih
dari 75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa persiapan kemampuan membaca dalam
proses pembelajaran mengenal huruf, menyebutkan huruf dan bermain merangkai
huruf telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Proses yang dialami dalam
membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan
dimulai dari mengenal huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana
serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya.
Menurut Dwi Sunar dalam Darmani (2009: 11) membaca
merupakan serangkaian kegiatan pikiran yang dilakukan dengan perhatian
untuk memahami suatu informasi melalui indera penglihatan dalam bentuk
simbol-simbol yang rumit, yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai
arti dan makna. Begitu juga halnya dengan bermain menurut Patmonodewo dalam
Hayati (2005: 5) bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi
anak-anak usia muda, bermain merupakan cara atau jalan bagi anak untuk
mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara anak untuk menjelajahi
dunia lingkungannya, bermain juga membentuk anak dalam menjalin hubungan
sosial antar teman.
Ditambahkan oleh Dr. Sukiman (2012: 108) media papan
flanel dapat digunakan untuk mengajarkan membedakan warna, pengembangan
perbendaharaan kata-kata, dramatisasi, mengembangkan konsep memberi pesan
tentang pokok-pokok cerita, membuat diagram, grafik dan sejenisnya yang
membantu meningkatkan kemampuan membaca anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap data hasil penelitian
kelompok B ini, dapat disimpulkan melalui penerapan media papan flanel
dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak kelompok B RA Lindung
Bulan tahun pelajaran 2014/2015 semester genap dengan peningkatan 52,94%.
Peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak dalam proses pembelajaran
ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut, yaitu anak yang dapat mengenal
huruf pada siklus 1 pertemuan ke-1 dan ke-2 masih 23,53% (4 anak), pada
siklus 2 pertemuan ke-1 terdapat 29,41% (5 anak), dan pada siklus 2
pertemuan ke-2 mengalami peningkatan menjadi sebesar 94,12% (16 anak).
Perbandingan tingkat ketercapaian kemampuan membaca pada
anak dengan kriteria ideal yang ditetapkan telah tercapai yaitu lebih dari
75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa persiapan kemampuan membaca dalam
proses pembelajaran mengenal huruf, menyebutkan huruf dan bermain merangkai
huruf telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Proses yang dialami dalam
membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan
dimulai dari mengenal huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana
serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui
metode bermain huruf dengan menggunakan media papan flanel dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada anak di kelompok B RA Lindung Bulan
Kecamatan Rantau, dalam aspek mengenal huruf, menyebutkan huruf, dan
bermain merangkai huruf. Hal ini dibuktikan pada peningkatan di siklus 2
pada penjelasan di atas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti
laksanakan dapat dikemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak dapat dilakukan
melalui metode menggunakan media papan flanel.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka guru
hendaknya selalu aktif dalam melibatkan anak selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
3. Hendaknya sekolah menyediakan media papan flanel dan media lainnya
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Aria Supriadi. 2012. Media Grafis Papan Flanel Dan Papan Buletin.
http://arya-spd.blogspot.com/2012/12/media-grafis-papan-flanel-dan-
papan.html. Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-
3. Jakarta: Balai Pustaka.
Dhieni N et al. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia.
Dwi Sunar, Prasetyono. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak
Sejak Dini. Yogyakarata: Diva Press
Ernawulan Syaodih. 2005. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:Dikti
Depdiknas
Farida Ramli. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Firmanawaty, Sutan. 2004. 3 Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak
Membaca. Jakarta: Puspa Swara.
F. Praptono. 1997. Media Pengajaran. Yogyakarta : IkIP Yogyakarta
Helms, D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York :
Holt Rinehartand Winston.
Jasni Herlani, 2008. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Seni Lukis Anak di
TK Bumi Limas. Skripsi PGTK UPI Bandung.
Kurnia. 2010. Meningkatkan Membaca. http://jendelapendidikan.html Dikases
tanggal 16 Juli 2014.
Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: INDEKS.
Munadi, Yudhi. 2008. Media pembelajaran. Jakarta. Gaung Prasada Press.
Reni Akbar Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak : Mengenal Sifat,
Bakat dan Kemampuan Anak. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Riduan, Sunarto. 2009. Pengantar Statistak Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Roopnaire, J.L & Johnson J.E. 1993. Approaches to Early Childhood
Education. Charles E Merril Publisshing, co, New York.
Sabarti Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Sandjaja, Soejanto. 2010. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat
Membaca Anak Ditinjau Dari Pendekatan Stres Lingkungan. [Jurnal].
(http://Jakarta.ac.id).
Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque,
IA, Wm, C.Brown.
Sukiman, Arif.2011. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
-----------------------
1
6
26
33
48