BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia agar dapat mengikuti serta tidak tertinggal oleh perkembangan dan perubahan zaman. UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 3, menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan rekayasa
merupakan salah satu instansi yang mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, sebab dapat mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang diperlukan dalam dunia kerja. Seperti yang sudah diatur dalam Permendikbud NO. 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK- MAK bahwa terdapat tiga kelompok mata pelajaran dalam pembelajaran di SMK- MAK yang diberikan kepada siswa SMK- MAK. Dalam Struktur Kurikulum SMK- MAK bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa dituliskan bahwa Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam merupakan mata pelajaran kelompok C3 yang termasuk mata pelajaran peminatan wajib bagi seluruh siswa SMK- MAK. Pendidikan menurut UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 1, ayat 1, yaitu sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sedangkan Menurut George F. Kneller (ed) dalam bukunya yang berjudul
Foundations of Education (1967: 63), yang dikutip oleh Dwi Siswoyo, dkk (2013: 47), pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam arti ini berlangsung terus (seumur hidup). Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses Di mana masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain),
dengan
sengaja
mentransformasikan
warisan
budayanya,
yaitu
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi. Suatu kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila kualitas mutu lulusan yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan atau banyaknya lulusan yang masuk ke dalam dunia kerja. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran agar didapatkan lulusan yang tinggi. Walaupun begitu, keberhasilan proses tersebut tidak hanya berdasarkan dari metode pembelajaran melainkan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang lain. Seorang guru sangat penting perannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa tetapi juga harus mampu memberikan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran yang benar dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga materi yang
2
disampaikan dapat dengan mudah dipahami dan diterapkan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendidikan yang berkembang saat ini, yaitu lebih mengedepankan siswa sebagai pusat belajar mengajar atau lebih dikenal dengan Student Center. Mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam (TKFL) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa kelas XII di Jurusan Teknik Fabrikasi Logam (TFL) SMK Negeri 1 Seyegan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Desember tahun 2016 lalu, pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran TKFL siswa kelas XII ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa, seperti: 1.
Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.
2.
Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh siswa.
3.
Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.
4.
Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.
5.
Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Jurusan dan Guru pengampu mata
pelajaran TKFL, siswa masih merasa kesulitan dalam mempelajari materi-materi yang diberikan oleh guru dikarenakan belum adanya
media atau modul
pembelajaran yang digunakan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan materimateri yang diberikan oleh guru dan mencatat apa yang dituliskan oleh guru di papan tulis.
3
Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ada di lapangan seperti yang telah dipaparkan di atas dapat di minimalisir dengan adanya bantuan media pembelajaran, yaitu dengan adanya modul pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri agar mampu memahami materi sepenuhnya. Dengan cara seperti ini siswa diharapkan dapat memahami secara keseluruhan apa yang sebenarnya dijelaskan oleh guru untuk lebih meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan modul pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TKFL dengan judul penelitian “Pengembangan Modul Pembelajaran pada Mata Pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat di identifikasi masalah yang ada adalah sebagai berikut: 1.
Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.
2.
Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh siswa.
3.
Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.
4.
Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.
5.
Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.
4
C. Batasan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, dengan belum tersedianya bahan ajar atau media maka perlu sekali dikembangkan modul TKFL, oleh sebab itu penelitian ini hanya dibatasi pada pemilihan materi TKFL yang sesuai dengan silabus yang tercantum dalam kurikulum 2013. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana produk modul pembelajaran TKFL yang sesuai dengan kebutuhan jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan?
2.
Bagaimana tingkat kelayakan Modul TKFL yang dihasilkan untuk kelas XII jurusan TFL di SMK Negeri 1 Seyegan?
E.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, makan
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menghasilkan produk yaitu suatu modul pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan jurusan TFL kelas XII di SMK Negeri 1 seyegan.
2.
Mengetahui kelayakan modul TKFL yang telah dikembangkan.
F.
Spesifikasi Produk Secara umum produk yang dikembangkan adalah modul TKFL yang dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam belajar mandiri. Secara khusus spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1.
Dalam bentuk bahan cetak.
5
2.
Kertas yang akan digunakan HVS 70% dengan ukuran kertas A5.
3.
Memenuhi
kriteria
kelayakan
isi,
penyajian
materi,
bahasa,
dan
gambar/kegrafisan. G. Manfaat Penelitian Sesuai dengan pembahasan yang telah di paparkan di atas, model bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bahan ajar yang sesuai bagi perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam dunia pendidikan.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah inovasi baru berupa bahan ajar yang dapat mengembangkan kompetensi sikap dan kompetensi sosial pada siswa.
2. Secara Praktis a.
Bagi siswa, sebagai sumber acuan dan rujukan belajar mandiri.
b.
Bagi guru, sebagai saran dan masukan agar dapat memilih bahan ajarnya sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai dengan tuntutan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.
c.
Bagi peneliti, sebagai bekal menjadi pendidik di masa mendatang, menambah pengetahuan, dan pengalaman penelitian serta mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh.
6
d.
Bagi sekolah, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran TKFL melalui bahan ajar yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan sistem pendidikan di Indonesia.
e.
Bagi universitas, dapat di gunakan sebagai referensi untuk mahasiswa apabila ingin mengambil penelitian tentang pengembangan.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Azhar Arsyad (2007: 1), Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 75), Pembelajaran merupakan serangkaian yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Sedangkan menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80), pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dari beberapa penjelasan pembelajaran yang telah di paparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu ruang lingkup pembelajaran. Untuk menghasilkan suatu interaksi yang efektif dan efisien seorang guru harus pandai dan teliti dalam memilih suatu metode atau cara yang cocok dengan lingkungan pembelajaran tersebut sehingga interaksi pembelajaran yang di hasilkan akan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
8
2. Media Pembelajaran a.
Pengertian media pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media
pembelajaran adalah perantara atau perantara pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Arief S Sadiman, dkk dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” (2010: 6-7), Adapun batasan tentang media. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media dalam koteks pendidikan menurut Heinich dalam Azhar Arsyad (2005: 3), menyebutkan bahwa media pembelajaran merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Sedangkan menurut Latuheru (1993) dalam Azhar
9
Arsyad (2005: 4), media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Sementara itu, menurut Gagne’ dan Briggs (1975) yang dikutip Azhar Arsyad (2005: 4), media pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau variabel, dengan kata lain media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan pesta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Dari beberapa uraian yang ada di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga penerima pesan atau informasi dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses pembelajaran akan terjadi. b. Fungsi media pembelajaran Fungsi media pembelajaran oleh Yudhi Munadi (2013: 37-48), membagi menjadi beberapa fungsi yaitu sebagai berikut: 1.
Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar. Maksudnya adalah media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber belajar yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain sebaginya.
10
2.
Fungsi
semantik.
Yakni
media
pembelajaran
mampu
menambah
pembendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar bisa dipahami anak didik. 3.
Fungsi manipulatif. Maksudnya adalah media pembelajaran mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu, kemudian juga mengatasi keterbatasan panca indera manusia.
4.
Fungsi psikologis. Fungsi psikologis terbagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut: a.
Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan.
b.
Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, serta tingkat penerimaan ataupun penolakan dari siswa terhadap materi yang diajarkan.
c.
Fungsi kognitif, yaitu mampu memberikan persepsi, mengingat, berpikir, kemudian mengembangkan gagasan dan tanggapan yang dituangkan dalam kata-kata.
d.
Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran harus bisa meningkatkan serta mengembangkan imajinasi yang dimiliki oleh siswa.
e.
Fungsi motivasi, yaitu melalui media pembelajaran guru dapat memberikan motivasi bagi siswa dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan agar aktif dalam proses pembelajaran.
5.
Fungsi sosio- kultural. Maksudnya adalah media pembelajaran harus bisa mengatasi masalah adat, budaya, keyakinan, dan lain-lain antara peserta
11
didik dengan cara memberikan rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan memberikan persepsi yang sama. Sedangkan menurut Levie dan Lentz (1982) yang dikutip Azhar Arsyad (2015: 20-21), mengutarakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: 1.
Fungsi atensi, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2.
Fungsi afektif, yakni media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa dalam belajar (membaca) teks yang bergambar.
3.
Fungsi kognitif, yakni media visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4.
Fungsi kompensatoris, yakni media pembelajaran berfungsi untuk mengakomondasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan dengan verbal. Dari uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa fungsi media
pembelajaran yaitu: dapat memudahkan, mengefisien dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar mandiri maupun di dalam kelas. c.
Manfaat media pembelajaran Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2007: 28), manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah:
12
1.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4.
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Sedangkan Arief S Sadiman, dkk. (2014: 17), menjelaskan beberapa
kegunaan dari media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3.
Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
4.
Memberikan perangsangan, pengalaman, dan peresepsi yang sama. Dari berbagai uraian manfaat penggunaan media pembelajaran di atas,
dapat disimpulkan mengenai manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
13
1. Memperjelas penyajian materi yang dapat memudahkan siswa dalam belajar. 2. Menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 4. Memudahkan siswa untuk dapat belajar mandiri. d. Pemilihan media pembelajaran Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kondusif tidak akan lepas oleh seorang guru yang teliti dan benar dalam memilih suatu media pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam memilih media pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2015: 74-75), ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yaitu: 1.
Sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai.
2.
Tepat untuk mendukung isi pelajaran isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
3.
Praktis, luwes, dan bertahan.
4.
Guru terampil dalam menggunakannya.
5.
Pengelompokan sasaran.
6.
Mutu teknis. Sedangkan menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 69), ada
beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu sebagai berikut:
14
1.
Kesesuaian dengan tujuan.
2.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran.
3.
Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa.
4.
Kesesuaian dengan teori.
5.
Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.
6.
Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa
dalam memilih suatu media pembelajaran hendaknya: 1.
Sesuai dengan tujuan yang ingin diinginkan dalam pembelajaran.
2.
Dapat mendukung isi materi.
3.
Media yang digunakan mudah di dapat.
4.
Praktis dalam penggunaannya.
5.
Mudah dipahami dan diterima oleh siswa.
3. Media Bahan Cetak Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran (2008: 14-15), Media bahan cetak adalah media visual pembuatannya melalui proses pencetakan/Printing atau ofset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. a.
Jenis media bahan cetak Ada macam-macam bahan cetak di antaranya adalah sebagai berikut:
15
1.
Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesai sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.
3.
Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya.
b. Kelebihan media bahan cetak 1.
Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.
2.
Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing.
3.
Dapat dipelajari kapan dan Diana saja karena mudah dibawa.
4.
Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.
5.
Perbaikan atau revisi mudah dilakukan.
c.
Kelemahan media bahan cetak
1.
Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.
Bahan cetak yang mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membaca.
3.
Apabila jilid dan kertasnya jelek, bahan cetak akan mudah rusak dan sobek. Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2015: 40-41), adapun keterbatasan
media cetakan, yaitu: 1.
Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.
16
2.
Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampikan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.
3.
Proses percetakan media sering kali memakan waktu beberapa hari.
4.
Perbagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membosankan siswa.
5.
Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau hilang.
4. Modul a.
Pengertian modul Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh Peserta didik, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik. Andi Prastowo (2012: 106), Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar pesta didik dapat belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari pendidik, di dalam pembelajaran, pendidik hanya sebagai fasilitator. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Sukiman (2011: 131), yang menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagianbagian yang belum dipahami sampai paham.
17
Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 14), modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas terdapat hal-hal penting dalam mendefinisikan
modul
yaitu
bahan
belajar
mandiri,
membantu siswa
menguasai tujuan belajarnya, dan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sebagai bahan belajar mandiri untuk membantu siswa menguasai tujuan belajarnya, oleh karena itu siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. b. Karakteristik modul Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunaannya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan lima karakteristik sebuah modul yaitu self instruction, self contained, stand
alone, adaptif, dan userfriendly. 1.
Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh
18
dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya sederhana dan komunikatif; adanya rangkuman materi
pembelajaran;
adanya instrumen penilaian mandiri (sel assessment); adanya umpan balik atas penilaian siswa; dan adanya informasi tentang rujukan. 2.
Self Contained , seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam
modul
tersebut.
Karakteristik
ini
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas. 3.
Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.
4.
Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.
5.
User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan paparan informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan penggunaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk
user friendly. c.
Sistematika modul Menurut Surahman (2010: 2) yang dikutip oleh Andi Prastowo (2011: 113-
114), sistematika modul mempunya urutan sebagai berikut:
19
1.
Judul modul Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah tertentu.
2.
Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran, meliputi: a.
Kompetensi dasar.
b.
Pokok bahasan.
c.
Indikator pencapaian.
d.
Referensi (diisi petunjuk pendidik tentang buku-buku referensi yang dipergunakan).
e.
Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran).
f.
Lembar kegiatan pembelajaran.
g.
Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah dan materi pembelajaran.
h. 3.
Evaluasi
Materi modul Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang di ajarkan pada setiap pembelajaran.
4.
Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai materi pembelajaran yang diberikan.
20
Sedangkan menurut, Direktorat tenaga ke pendidikan (2008: 21-26), menjelaskan struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. 1.
Bagian pembuka. Bagian pembuka meliputi beberapa hal yaitu: a.
Judul modul menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas dan menggambarkan isi materi.
2.
b.
Daftar isi menyajikan topik-topik yang akan dibahas.
c.
Peta informasi berupa kaitan antara topik-topik yang dibahas.
d.
Daftar tujuan kompetensi.
e.
Tes awal.
Bagian inti. Bagian inti meliputi beberapa hal yaitu: a.
Pendahuluan/tinjauan umum materi.
b.
Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain.
c.
Uraian materi. Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi, penugasan,
dan
rangkuman.
sebagai berikut. 1) Kegiatan belajar 1 a)
Tujuan kompetensi
21
Adapun
sistematikanya
misalnya
b) Uraian materi c)
Tes formatif
d) Tugas e)
Rangkuman
2) Kegiatan Belajar 2 a)
Tujuan kompetensi
b) Uraian materi c)
Tes formatif
d) Tugas e)
3.
Rangkuman dst.
d.
Penugasan
e.
Rangkuman
Bagian Penutup: Bagian penutup mencakup beberapa hal di dalamnya yaitu: a.
Glossary atau daftar istilah Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.
b.
Tes Akhir Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes- akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu
22
modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes akhir harus dapat dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam. c.
Indeks Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan pembelajar akan mencarinya.
Mengacu pada dua pendapat di atas, maka modul yang akan dikembangkan oleh peneliti memiliki sistematika sebagai berikut: 1.
Bagian pembuka Bagian pembuka terdiri dari judul modul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, deskripsi singkat isi modul, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd), peta kedudukan modul, manfaat modul, tujuan pembelajaran, dan materi pokok.
2.
Bagian inti Bagian inti terdiri dari rencana belajar siswa, kegiatan pembelajaran 1, (tujuan pembelajaran, uraian materi, tugas latihan, rangkuman, latihan soal), kegiatan belajar 2, 3, 4, dst.
3.
Bagian penutup Bagian
penutup
terdiri
dari evaluasi,
petunjuk
glosarium, daftar pustaka, dan kunci jawaban.
23
penilaian, penutup,
d. Prosedur penulisan modul Prosedur penulisan modul merupakan proses pengembangan modul yang dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Depdiknas, 2008: 12-16): 1.
Analisis kebutuhan modul Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan dalam mencapai suatu kompetensi tertentu. Berikut ini langkah-langkah dalam menganalisis kebutuhan modul yaitu; a.
Menetapkan terlebih dahulu kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul.
b.
Mengidentifikasi
dan
menentukan
ruang
lingkup
unit
dan
kompetensi yang akan dicapai. c.
Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang disyaratkan.
d. 2.
Menentukan judul modul yang akan dikembangkan.
Penyusunan draf Penyusunan
draf
merupakan
proses
pengorganisasian
materi
pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi ke dalam satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draf ini dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut: a.
Menetapkan judul modul
24
b.
Menetapkan tujuan akhir yang akan dicapai siswa setelah selesai mempelajari modul.
c.
Menetapkan kemampuan yang spesifik yang menunjang tujuan akhir.
d.
Menetapkan outline (garis besar) modul.
e.
Mengembangkan materi pada garis-garis besar.
f.
Memeriksa ulang draf modul yang dihasilkan.
g.
Menghasilkan draf modul 1
Hasil akhir dari tahap ini adalah menghasilkan draf modul yang sekurangkurangnya mencangkup: judul modul, kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai, tujuan siswa mempelajari modul, materi, prosedur, soal-soal, evaluasi atau penilaian, dan kunci jawaban dari latihan soal. 3.
Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan pengesahan terhadap kelayakan modul. Validasi ini dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media, dan guru. Tujuan dilakukannya validasi adalah mengetahui kelayakan terhadap modul yang telah dibuat.
4.
Uji coba modul Uji coba modul dilakukan setelah draf modul selesai direvisi dengan masukan dari validator (dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru). Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh masukan dari siswa untuk menyempurnakan
modul.
Uji
coba
penggunaan
modul
dalam
pembelajaran ini dilakukan di SMK N 1 Seyegan dengan subjek uji coba siswa kelas XII Jurusan TFL.
25
5.
Revisi Revisi
atau
perbaikan
adalah
proses
perbaikan
modul
setelah
mendapat masukan dari ahli materi, ahli media, guru, dan siswa. Perbaikan modul
mencangkup
aspek
penting
penyusunan
modul
yaitu:
pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional, penggunaan bahasa dan pengorganisasian tata tulis. e.
Kriteria penilaian modul Modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian
rupa
sehingga
penyusunan
modul
memiliki
ketentuan. Menurut Azhar
Arsyad (1997: 85-87), modul sebagai bahan ajar memiliki enam elemen yang harus diperhatikan saat menyusunnya, yaitu: konsisteni, format organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. 1.
Konsistensi a.
Konsistensi bentuk dan huruf dari awal hingga akhir.
b.
Konsistensi jarak spasi.
c.
Konsistensi tata letak dan pengetikan baik pola pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.
2.
Format a.
Format kolom dibuat tunggal atau multi disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan
b.
Format kertas vertikal/horizontal disesuaikan dengan tata letak dan format pengetikan.
26
c.
Tanda-tanda (icon) yang digunakan mudah dilihat dengan cepat yang bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus.
3.
Organisasi a.
Tampilan peta/bagian menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.
b.
Isi materi pembelajaran urut dan disusun secara sistematis.
c.
Naskah, gambar, dan ilustrasi disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti oleh siswa.
d.
Antar unit, antar paragraf, dan antar bab disusun dalam alur yang memudahkan siswa memahaminya.
e.
Antara judul, sub judul, dan uraian diorganisasikan agar mudah diikuti oleh siswa.
4.
Daya tarik a.
Sampul depan mengkombinasikan warna, gambar/ilustrasi, bentuk dan ukuran huruf yang sesuai.
b.
Isi
modul
menempatkan
rangsangan-rangsangan
berupa
gambar/ilustrasi, huruf tebal, miring, garis bawah atau warna. c. 5.
Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa.
Bentuk dan ukuran huruf. a.
Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum siswa.
b.
Perbandingan huruf proporsional antara judul, sub judul, dan isi naskah.
27
c.
Tidak menggunakan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.
6.
Penggunaan ruang/spasi kosong. a.
Batas tepi (margin).
b.
Spasi antar kolom.
c.
Pergantian antar paragraf.
d.
Pergantian antar bab atau bagian.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengembangan modul perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini bertujuan mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. Depdiknas (2008: 28), menyatakan komponen evaluasi terdiri dari: 1.
Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: kesesuaian dengan SK, KD;
kesesuaian
dengan
perkembangan
anak;
kesesuaian dengan
kebutuhan bahan ajar; kebenaran substansi materi pembelajaran; manfaat untuk penambahan wawasan; kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial. 2.
Komponen
kebahasaan
antara
lain
mencakup:
keterbacaan;
kejelasan informasi; kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar; pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat); 3.
Komponen penyajian antara lain mencakup: kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai; urutan sajian; pemberian motivasi, daya tarik; interaksi (pemberian stimulus dan respond); kelengkapan informasi.
28
4.
Komponen ke grafikan antara lain mencakup: penggunaan font; jenis dan ukuran; Lay out atau tata letak; ilustrasi, gambar, foto; desain tampilan.
Berdasarkan paparan beberapa teori di atas tentang pengembangan modul, maka modul yang akan peneliti buat menggunakan jenis pengembangan modifikasi modul kompilasi karena buku atau sumber belajar yang di kompilasi tidak difotokopi langsung, tetapi semua sumber-sumber materi ditulis ulang dan atau diterjemahkan (untuk sumber asing) kemudian disusun menjadi satu kesatuan modul. 5. Konstruksi Fabrikasi Logam Konstruksi atau susunan suatu bangunan, Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi dapat di definisi sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagi-bagian
struktur.
Semisal,
konstruksi
struktur
bangunan
adalah
bentuk/bangunan secara keseluruhan dari struktur bangunan. Contoh lainnya, konstruksi jembatan, konstruksi kapal, dan lain-lain. Sedangkan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
Konstruksi
didefinisikan sebagai suatu (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah dan lain sebaginya) walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Sedangkan kata fabrikasi logam merupakan kegiatan atau pekerjaan penyambungan maupun penggabungan dari beberapa bagian yang dilakukan
29
dengan cara memanaskan beda kerja (logam) dengan panas yang dihasilkan dari sumber listrik maupun gas oksigen, untuk menjadi satu kesatuan utuh atau benda yang dapat bernilai lebih. Jadi dari paparan di atas dapat kita gabungkan konstruksi fabrikasi logam merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan pembangunan dengan bahan dasar logam yang dilakukan pada suatu area atau tempat tertentu dengan cara menggabungkan beberapa bagian-bagian tersebut untuk menjadi suatu bangunan yang utuh dengan bantuan fabrikasi/ pengelasan, sehingga dapat menjadi suatu bangunan yang berdiri kokoh. 6. Silabus Mata Pelajaran TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, menjelaskan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL disajikan pada Tabel 1, 2, 3. di bawah ini:
30
Tabel 1. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL. Kompetensi Dasar Materi Pokok 1.1 Menyadari sempurnanya konsep Tuhan tentang benda-benda dengan fenomenanya untuk dipergunakan sebagai aturan dalam Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam 1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam 2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menerapkan aturan Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam 2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dan cara melakukan Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam. 2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam 3.1 Mengidentifikasi Komponen 1. Mendefinisikan dan menjelaskan lokasi Fabrikasi Kerangka Baja dan fungsi berbagai potongan kerangka besi. 3.1.1 Menjelaskan dan mengidentifikasi jenis dan Menjelaskan keuntungan dasar penggunaan Potongan tanpa dan yang menggunakan Kerangka Besi. rangka penguat. 3.1.2 Mengintrepetasikan sketsa Mendefinisikan sambungan dan gambar dan memberi menjelaskan berbagai metode label bagian-bagian dari untuk penyambungan. Potongan Baja Menerangkan arti dari penyambungan dengan cara pengelasan.
31
Tabel 2. Silabus mata pelajaran untuk TKFL Kompetensi Dasar 3.1.3 Menyebutkan penggunaan sudut, terusan, balok, tiang, dan pelapisan yang sesuai. 3.1.4 Menghitung panjang dan tinggi menggunakan teori Pythagoras 4.1 Membangun Komponen Fabrikasi Kerangka Baja 4.1.1 Melakukan pemotongan jenis dan penggunaan Potongan Kerangka Besi 4.1.2 Membaca sketsa gambar dan memberi label bagianbagian dari Potongan Baja. 4.1.3 Membuat penggunaan sudut, terusan, balok, tiang, dan pelapisan yang sesuai. 2. 4.1.4 Menghitung panjang dan tinggi menggunakan teori Pythagoras.
kelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan) Materi Pokok Definisi dari balok dan balok penopang menjelaskan pembuatan sketsa berbagai jenis balok dan bar penopang. Menerangkan keuntungan dari pengelasan balok. Menerangkan bagaimana untuk memperkokoh balok dan fungsi dari penguat. Buat sketsa metode penyambungan balok penopang dan satu metode sambungan pemanjangan (ekspansi). Menjelaskan cara Menandai, memotong, membentuk dan merangkai berbagai bagian sudut dan terusan. Menjelaskan cara membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut: Pemotongan dan pengeboran ± 1 mm Bengkokan ± 2 mm Semua sambungan pengelasan penuh hanya dilakukan pada salah satu sisi. Semua pemotongan permukaannya tidak perlu dikikir. 3. Menjelaskan cara menandai, memotong dan membuat berbagai sambungan standar dari balok dan tiang yang digunakan dalam Industri Fabrikasi Struktural. 4. Menjelaskan cara membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut: Pemotongan dan pelobangan ± 1 mm Pembengkokan ± 2 mm Pengelasan semua sambungan yang hanya dilakukan pada salah sisi
32
Tabel 3. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan) Kompetensi Dasar Materi Pokok 5. Membuat sketsa metode penyambungan balok penopang dan satu metode sambungan pemanjangan (ekspansi). 6. Menandai, memotong, membentuk dan merangkai berbagai bagian sudut dan terusan. 7. Membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut: Pemotongan dan pengeboran ± 1 mm Bengkokan ± 2 mm Semua sambungan pengelasan penuh hanya dilakukan pada salah satu sisi. Semua pemotongan permukaannya tidak perlu dikikir. 8. Menandai, memotong dan membuat berbagai sambungan standar dari balok dan tiang yang digunakan dalam Industri Fabrikasi Struktural. 9. Membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut: Pemotongan dan pelobangan ± 1 mm Pembengkokan ± 2 mm Pengelasan semua sambungan yang hanya dilakukan pada salah satu sisi B. Kajian Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian
Ahmad
Pembelajaran
Busyairi
Kontekstual
(2012)
berjudul
Berbantuan
Pengembangan
Komputer
untuk
Modul
Membantu
Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar. Jenis penelitiannya adalah penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D) yang mengacu pada pengembangan model Borg & Gall. Modul pembelajaran ini
33
divalidasi oleh 1 orang ahli bahan ajar, 3 orang ahli materi, kemudian diuji cobakan pada 22 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran kontekstual berbantuan komputer ini secara keseluruhan layak sebagai bahan ajar. Hal ini ditunjukkan oleh hasil validasi yang dilakukan oleh ahli bahan ajar, modul pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase rata-rata 90, 95%. Menurut ahli materi, modul pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase rata-rata 86, 25%. Berdasarkan analisis data hasil uji coba produk pada siswa untuk aspek kemudahan pengoperasian, keterbacaan, dan ke menarikan produk dapat diketahui bahwa, modul pembelajaran ini dikatakan baik dengan persentase rata-rata 84, 18%. 2.
Penelitian
yang
dilakukan
Bambang
Setiyo
H.P.
(2008)
berjudul
Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A Sebagai Media Pembelajaran Mata
Kuliah
Pemesinan
NC.
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
pengembangan. Obyek penelitian ini adalah rekayasa software CNC Virtual dengan program aplikasi Visual Bsic 6. Subyek penelitian adalah ahli dan pengajar CNC, ahli teknologi pembelajaran, ahli media pendidikan, ahli multimedia, dan pengguna program (dosen CNC, guru CNC, mahasiswa, dan siswa
SMK).
Data
penelitian
dikumpulkan
dengan
observasi
yang
dikembangkan peneliti, dan masukan dari teman sejawat pengampu mata kuliah Proses Pemesinan NC. Analisis data dilakukan dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) prototype Simulasi Visual Lintasan Pahat mesin CNC TU-3A yang dikembangkan berhasil diwujudkan, dibuat dengan spesifikasi atau perencanaan awal pengembangan yang diinginkan, baik dari segi tampilan program, kontrol panel, dan animasi, (2)
34
beberapa perintah pemrograman CNC sudah dapat dijalankan oleh media yang dikembangkan dengan baik, akan tetapi masih terdapat Bug pada kodekode tertentu, sehingga masih memerlukan revisi dan pengembangan lebih lanjut, (3) media mampu menampilkan simulasi gerakan pahat meskipun sebatas pada kode program tertentu. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Imam Musthlliq MS, dkk, (2007) tentang Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia Pada Mata Kuliah Dasar Listrik, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, desain, penerjemahan modul hasil desain ke dalam bentuk aplikasi, pengujian terhadap perangkap lunak yang dihasilkan, pengaplikasian produk kepada pengguna dan perbaikan. Pengujian terhadap unjuk kerja hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata pelajaran kuliah Dasar Listrik dilakukan dengan meminta penilaian unjuk kerja media pembelajaran tersebut kepada ahli materi, ahli media, dan mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain komputer multimedia dengan perangkat pendukung antara lain kamera video, kamera digital, scanner, sprinter dan CD writer, perangkat lunak yang digunakan antara lain sistem orasi Microsoft Windows XP, pengolah gambar Adobe Photoshop 6.0, pengolah animasi Macromedia Flash 5.0, Freehand, pengolah suara Cool Edit 2000, pengolah video Ulead Vidio Studio 7.0 dan pembuat program interaktif Authoware. Hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata kuliah Dasar Listrik mempunyai unjuk kerja yang baik, yang ditunjukan skor rata-rata penilaian
35
yang diberikan oleh ahli media, ahli materi, dan mahasiswa terhadap unjuk kerja hasil pengembangan media pembelajaran interaktif tersebut adalah 3,18 atau secara presentasi sebesar 79,71 %. C. Kerangka Pikir Mata pelajaran TKFL merupakan mata pelajaran produktif di jurusan TFL khususnya
untuk
kelas
XII,
Tuntutan
terhadap
output/
lulusan
yang
mengedepankan keterampilan, kreativitas didukung kemampuan memecahkan masalah, maka perlu adanya penerapan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Pembelajaran didukung dengan bahan ajar yang mengandung materi pemecahan masalah, salah satunya adalah modul pembelajaran. Modul pembelajaran digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran yang belum tersedia di sekolah. Penggunaan modul ini bisa merangsang kreativitas siswa
dan
memaksimalkan
potensi
kemampuan
dan
pengetahuannya.
Penyampaian materi dari modul ini diarahkan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Modul yang dihasilkan harus melewati validasi dan uji coba sehingga bisa dinyatakan layak untuk digunakan. Uji coba dilakukan untuk memberikan koreksi terhadap kekurangan modul. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan. Sedangkan validator produk adalah guru dan dosen ahli di bidang materi dan media. D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang didapat oleh peneliti dari uraian dan observasi yang telah dilakukan, yaitu:
36
1.
Bagaimanakah produk modul yang tepat untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran TKFL di SMK Negeri 1 Seyegan?
2.
Bagaimanakah kelayakan modul TKFL yang telah dibuat untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan?
37
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Pengembangan Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and
Development) yang bertujuan untuk 1) mengembangkan modul pembelajaran pada mata pelajaran TKFL kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan, 2) menghasilkan modul pembelajaran TKFL kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. Adapun menurut Sugiyono (2015: 297), metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)
adalah sebuah metode penelitian yang produk dari hasil
penelitiannya apabila digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan maka pekerjaannya akan semakin produktif, efektif dan efisien. Adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode penelitian dan pengembangan oleh Sugiyono (2015: 298), di tunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan. B. Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan pada penelitian ini mengacu pada langkahlangkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono (2015: 298-311). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan modul TKFL
38
yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan, (10) produk masal. 1. Identifikasi Masalah Identifikasi
masalah
dilakukan
untuk
mengetahui
permasalahan-
permasalahan yang ada ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, khususnya pada mata pelajaran TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan. Kegiatan identifikasi ini digunakan sebagai acuan untuk menemukan gagasan dalam memecahkan masalah. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dalam proses pembelajaran di kelas XII program studi TFL Kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. Observasi dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada pendidik pengampu mata pelajaran TKFL. Memperhatikan data-data yang berkaitan dengan pembelajaran pada mata pelajaran TKFL yang ada disekolah (silabus, kompetensi dasar, dan materi TKFL, memperhatikan prosedur pembuatan modul yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan desain modul, mencari sumbersumber materi yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk modul pembelajaran dari beberapa referensi 3. Desain Produk Desain produk, pada kegiatan ini dalam mendesain modul pembelajaran TKFL, langkah-langkah yang digunkan antaralain: (1) menentukan sampul modul, (2) kompetensi dan isi materi pada modul sesuai dengan silabus yang digunakan, dan (3) ukuran dan jenis dari modul.
39
4. Validasi Desain Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan produk yang telah di desain. Pada kegiatan ini validasi modul dilakukan oleh beberapa ahli materi yaitu dosen dan guru pengampu pada mata pelajaran TKFL untuk menialai muatan isi pada modul serta kesesuaian isi modul dengan pembelajran di sekolah, dan ahli media yaitu dosen untuk menilai desain penyaian pada modul. Validasi desain yang dilakukan ini dengan menggunakan instrument penelitian. 5.
Revisi Desain Setelah dilakukan validasi desain oleh para ahli maka langkah selanjutnya
yiatu melakukan revisi desain pada modul. Kegiatan revisi ini merupakan kegiatan untuk memerbaiki desain modul sesuai dengan masukan dan saran yang disampaikan oleh beberapa ahli setelah melakukan validasi desain. Dengan dilakukannya perbaikan ini diharapkan modul yang akan dibuat lebih sesuai dengan modul yang dibutuhkan. 6.
Uji Coba Produk Kegiatan uji coba produk terbatas ini dilakukan untuk menemukan
kekurangan-kekurangan dari produk yang telah dikembangkan. Uji coba terbatas dilakukan pada kelompok kecil dengan jumlah siswa 3-6 orang. 7.
Revisi Produk 1 Setelah dilakukannya uji coba terbatas pada beberapa siswa, maka
didapatkan saran-saran dan masukan. Berdasarkan saran dan masukan tersebut dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Sehingga modul yang dikembangkan sudah merupakan desain model oprasional yang siap untuk dilakukan uji coba keterbacaan secara luas.
40
8.
Uji Coba Pemakaian Uji coba pemakaian dilakukan pada kelompok yang lebih besar. Kegiatan
uji coba pemakaian dilakukan di salah satu kelas XII jurusan TFL 1 di SMK Negeri 1 Seyegan dengan jumlah siswa 25 orang. Uji coba ini untuk meihat kelayakan modul TKFL yang telah dikembangkan. 9.
Revisi Produk 2 Setelah dilakukannya kegiatan uji coba pemakaian pada siswa, maka
didapatkannya saran dan masukan. Dari saran dan masukan yang diberikan oleh siswa tersebut maka dilakukan perbaikan pada baian-bagian yang memerlukan perbaikan berdasarkan berdasarkan saran dan masukan yang ada. 10. Produk Masal Produk yang telah direvisi sesuai dengan saran dan masukan pada saat kegiatan uji coba keterbacaan maka produk tersebut siap digunakan dalam kegiatan pembelajran yang seesungguhnya dan sebagai sarana belajar mandiri bagi siswa kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pengembangan modul pembelajaran TKFL yaitu pada: Nama Sekolah
: SMK Negeri 1 Seyegan
Alamat Sekolah
: Jln. Kebonagung Km. 08, Seyegan
Waktu Penelitian
: Januari- Maret
D. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu ahli materi, ahli media pembelajaran, pendidik mata pelajaran dan peserta didik kelas XII Jurusan TFL
41
SMK Negeri 1 Seyegan. Ahli materi diambil dari dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang menguasai bidang TKFL dan dari guru mata pelajaran TKFL di SMK Negeri 1 Seyegan, sedangkan untuk ahli media pembelajaran diambil dari dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang ahli dengan media pembelajaran. Pada uji coba produk pemakaian adalah siswa sebanyak 25 (dua puluh lima) dan 5 (lima) siswa kelas XII untuk uji coba produk terbatas. Penentuan sampel menggunakan teknik bertahap pola purposive sampling (bertujuan dengan pertimbangan tertentu). Setiap tahap uji coba menggunakan sampel yang berbeda-beda. Sampel uji coba produk terbatas dilakukan pada kelompok kecil dan pada uji coba pemakaian menggunakan kelompok besar atau satu kelas. Penggunaan pola
purposive sampling
adalah peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil
karena ada pertimbangan tertentu. Sampel mewakili semua tingkat kemampuan siswa yaitu siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini bertujuan agar hasil final produk dapat diterima oleh semua siswa dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda. 2. Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modul yang digunakan dalam pembelajaran TKFL pada kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. E.
Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang didapatkan pada penelitian ini digunakan untuk menilai
kualitas modul pembelajaran TKFL yang dihasilkan agar layak digunakan. Data yang diperoleh terdiri dari dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data pokok yang didapatkan dari para ahli dan siswa tentang penilaian modul pembelajaran TKFL. Data kualitatif berupa saran dan
42
masukan untuk perbaikan modul pembelajaran TKFL yang didapatkan ketika validasi kepada ahli materi maupun ahli media, dan juga dari siswa pada saat uji coba terbatas dan uji coba keterbacaan. F.
Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen nontes yang berupa angket. Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2015: 33), “Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna”. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup menggunakan skala pengukuran
Linkert dengan empat pilihan jawaban: (sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik). Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang digunakan: 1. Instrumen untuk Ahli Materi Pembelajaran Instrumen untuk ahli materi pembelajaran berupa angket tanggapan/ penilaian ahli materi terhadap materi yang terdapat di dalam modul pembelajaran TKFL. Instrumen untuk ahli materi ini berisikan aspek-aspek dalam modul yang meliputi: Self Intruction, Self Contained, Stand Alone, Adaptif, User Friendly, Clarity
of Massage, Representasi Isi dan Klasikal/ Individual. Hasil dari uji materi tersebut dijadikan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan materi modul. Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi pembelajaran disajikan pada Tabel 4. di bawah ini:
43
Tabel 4. Kisi-kisi untuk Ahli Materi Pembelajaran. No. Aspek Indikator 1 Self Tujuan pembelajaran tersajikan Instructional secara jelas Materi di masukan pada unit terkecil Contoh dan gambar ilustrasi memperjelas materi Soal latihan dapat mengukur kemampuan siswa Materi berkaitan dengan lingkungan siswa Tata bahasa sederhana dan komunikatif Rangkuman materi Terdapat kunci jawaban soal latihan siswa Daftar referensi dapat mendukung pembelajaran 2 Self Contained Modul berisi materi pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Silabus yang digunakan 3
Stand Alone
4
Adaptive
5
User Friendly
6
Clarity of Message
7
Representasi Isi
Modul tidak harus tergantung pada media yang lain. Beradaptasi dengan Ilmu pengetahuan dan Teknologi Instruksi dan informasi dapat membantu siswa dalam mengolah informasi Bersahabat dengan pembaca Materi pembelajaran disampaikan dengan jelas
Materi pembelajaran yang terdapat pada modul sesuai dengan kebutuhan pembelajaran 8 Klasikal/ Dapat digunakan secara klasikal/ Individual individual Jumlah butir 2. Instrumen untuk Ahli Media Pembelajaran
No. Butir 1, 2 3, 4 5, 6, 7 8, 9, 10 11, 12 13, 14 15, 16, 17 18, 19 20, 21 22, 23, 24
25, 26 27, 28 29, 30, 31 32, 33, 34 35, 36 37, 38 39, 40 40
Instrumen untuk ahli media pembelajaran berisikan aspek-aspek yang berhubungan dengan media pembelajaran,meliputi:
format, organisasi, daya
tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), konsistensi dan penyajian
44
kelengkapan modul. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media pembelajaran disajikan pada Tabel 5. di bawah ini: Tabel 5. Kisi-kisi untuk Ahli Media Pembelajaran. No. Aspek Indikator 1 Format Format kolom sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas Format kertas sesuai tata letak dan format pengetikan Tanda-tanda (icon) untuk menekankan hal penting atau khusus 2 Organisasi Cakupan materi dalam modul Materi diurutkan sistematis Naskah, gambar, ilustrasi mudah dimengerti Urutan antar bab, unit, dan paragraf mudah dipahami Judul, subjudul, dan uraian mudah diikuti oleh peserta didik 3 Daya Tarik Kombinasi warna, gambar, bentuk huruf pada sampul depan Terdapat rangsangan berupa gambar dan huruf tebal Tugas dan latihan dikemas secara menarik 4 Bentuk dan Ukuran huruf mudah dibaca Ukuran Huruf Perbandingan huruf proporsional antara judul, subjudul, dan naskah Seluruh teks tidak menggunakan huruf kapital 5 Ruang (spasi Spasi kosong memberikan kosong) kesempatan jeda 6 Konsistensi Bentuk dan ukuran huruf konsisten setiap halaman Jarak spasi yang digunakan Tata letak atau pola pengetikan 7
Penyajian gambar
Ukuran display yang sesuai Penyajian gambar yang baik dan jelas Pemilihan background Penggunaan kombinasi warna Penyajian ilustrasi Jumlah butir
45
No. Butir 1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9,10 11, 12 13, 14 15, 16 17, 18 19, 20 21, 22 23, 24, 25 26, 27 28, 29 30, 31, 32, 33 34, 35 36, 37 38, 39 40, 41 42, 43 44, 45, 46, 47, 48 49, 50 50
3. Instrumen untuk Siswa Instrumen untuk siswa berupa angket tanggapan/penilaian siswa terhadap modul pembelajaran yang sedang dikembangkan. Instrumen untuk siswa ini berisi aspek-aspek: kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian modul. Kisi-kisi instrumen untuk siswa disajikan pada Tabel 6. di bawah ini: Tabel 6. Kisi-kisi untuk Siswa. No. Aspek Indikator 1 Kemudahan Kemudahan memahami materi Dimengerti Bahasa mudah dipahami Ukuran huruf mudah dibaca Kejelasan gambar Kecocokan antara materi modul dengan Kejelasan ilustrasi Soal latihan Kunci jawaban 2 Kemudahan Informasi menambah Pemakaian pengetahuan siswa Proses pemahaman terbantu dengan modul Referensi menambah pengetahuan siswa Modul dapat memfokuskan perhatian Kepraktisan modul Semangat dan termotivasi belajar menggunakan modul Jumlah butir G. Teknik Analisis Data
No. Butir 1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8 9, 10, 11 12, 13, 14, 15 16, 17 18, 19 20, 21 22, 23 24, 25 26 27, 28 29, 30 30
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran TKFL. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan empat pilihan jawaban: Sangat Baik (skor 4), Baik (skor 3), Tidak Baik (skor 2), dan Sangat Tidak Baik (skor 1). Untuk menentukan jarak interval antara Sangat Baik sampai Sangat Tidak Baik digunakan rumus dari S. Eko Putro Widoyoko (2015: 110), yaitu sebagai berikut:
46
Sekor Tinggi − Sekor Terendah Jumlah Kelas Interval Skor tertinggi yaitu 4 pada kelas sangat baik, skor terendah yaitu 1 pada Jarak Interval =
kelas sangat tidak baik serta jumlah kelas interval adalah 4, maka jarak intervalnya adalah: 4−1 = 0,75 4 Jarak interval tersebut kemudian dibuatkan tabel klasifikasi produk untuk Jarak Interval =
menilai modul yang dihasilkan seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Klasifikasi Produk. No. Rerata Skor Klasifikasi Produk 1 >3,25 s/d 4,00 Sangat Baik 2 >2,50 s/d 3,25 Baik 3 >1,75 s/d 2,50 Tidak Baik 4 1,00 s/d 1,75 Sangat Tidak Baik Nilai rerata skor dari setiap aspek yang telah ditentukan dihitung dengan rumus: Jumlah total sekor setiap aspek Jumlah responden X Jumlah butir instrumen Rerata skor pada setiap aspek tersebut kemudian di rata-rata lagi untuk Rerata Sekor Aspek =
setiap instrumen validasi. Hasil rerata tersebut kemudian di cocokan pada Tabel 7. Modul pembelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam akan dinilai layak untuk siswa kelas XII jika mempunyai rerata keseluruhan dari setiap aspek pada instrumen adalah > 2,5 atau minimal berada pada kategori baik.
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan modul pembelajaran pada mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan ini menggunakan prosedur pengembangan sesuai dengan gambar 1 pada halaman 36 yang diadaptasi dari model pengembangan Sugiyono. Adapun langkah-langkahnya adalah: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan, (10) produk masal. Berikut ini adalah penjelasan dari langkah-langkah yang dilakukan peneliti: 1. Identifikasi Masalah Hasil identifikasi masalah yang dilakukan dengan menggunkan metode observasi dan wawancara kepada guru mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam dan didapatkan data sebagai berikut: a.
Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.
b.
Metode yang diterapkan guru pada saat mengajar di kelas yaitu ceramah.
c.
Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh siswa.
d.
Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.
e.
Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.
f.
Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.
48
g.
Kondisi kelas kurang kondusif, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru, sibuk dengan kegiatannya sendiri (mainan HP dan bercanda dengan teman sebangku).
2. Pengumpulan Informasi Pengumpulan informasi yang dilakukan oleh peneliti antaranya yaitu: a.
Mencari silabus pelajaran TKFL kelas XII SMK Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa.
b.
Wawancara dengan guru pengampu TKFL kelas XII Jurusan TFL di SMK Negeri 1 Seyegan. Dari hasil wawancara mengemukakan apabila dalam pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah saja siswa kurang memperhatikan dan pada saat menjelaskan materi yang harus ada gambaran ilustrasinya guru kesulitan karena harus menggambarkannya dipapan tulis. dengan adanya modul TKFL diharapkan siswa bisa belajar mandiri di waktu luang sehingga siswa bisa lebih memahami materi.
c.
Referensi untuk pembuatan modul pembelajaran TKFL didapatkan dari beberapa sumber diantaranya: 1) Ambiyar, dkk. (2008). Teknik Pembuatan Pelat. Dit. PSMK Depdiknas 2) Buku Gambar Teknik Kelas X Semester 1. Dit. PSMK Depdiknas (2013) 3) Charles G. Salamon. Struktur Baja, Desain dan Perilaku. 4) Hantoro, Sirod, & Pardjono. (2005). Menggambar Mesin. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. 5) Sato G. Takeshi & Hartanto N. Sugiarto. (2005). Menggambar Mesin
Menurut Standar Iso. Jakata: PT. Pradnya Paramita.
49
6) http://bangunandasar.blogspot.co.id/2015/05/macammacam-profil-bajastruktural-dan.html 7) http://gentabaja.blogspot.co.id/p/istilah-dalam-konstruksibaja.html 3. Desain Produk Langkah yang dilakukan dalam mendesain produk yaitu: a.
mengumpulakan garis besar materi modul sesuai dengan silabus yang digunkan pada SMK Negeri 1 Seyegan.
b.
menentukan isi modul yang akan dibuat.
c.
Menentukan urutan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajran yang ingin dicapai sesuai dengan silabus yang digunakan. Urutan materi yang disajikan adalah sebagai berikut, (baja, alat potong, komponen-komponen konstruksi, gambar sketsa, penyambungan komponen konstruksi, dan pelapisan tau pengecatan)
d.
Menulis materi is modul yang akan dibuat.
e.
Isi modul dibagi menjadi 4 bab yaitu: (pendahuluan, pembelajaran, evaluasi, dan penutup).
4. Validasi Desain Validasi desain modul pembelajaran TKFL divalidasi dari 2 aspek yaitu materi dan media. Sedangkan untuk validasi materi dilakukan oleh 2 orang ahli materi yang menguasai bidang Teknik Konstruksi yaitu: (1) Drs. Soeprapto R. S. Dosen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (2) Drs. Totok Nugraha U P. Guru pengampu TKFL di SMK Negeri 1 Seyegan. Dan untuk validasi media dilakukan oleh 1 orang ahli yang menguasai bidang media
50
pembelajaran yaitu: (1) Yatin Ngadiyono, M. Pd. Dosen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Adapun hasil validasi desain modul pembelajaran TKFL kelas XII, sebagai berikut: a.
Data hasil validasi ahli materi Ahli media menilai pada 8 aspek yaitu: Self instructional, self contained,
stand alon, adaptive, user friendly, clarity of massage, repersentasi isi, dan klasikal/ individual. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. pada halaman 47 untuk menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil validasi ahli media yang telah dirangkum disajian pada Tabel 8 dan 9. Tabel 8. Ahli Materi 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Penilaian
Rerata 3. 33 3 3 3 2. 83 2. 5 3 3 2. 95
Self Instructional Self Contained Stand Alone Adaptive User Friendly Clarity Of Message Representasi Isi Klasikal/ Individual Total
Klasifikasi Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Materi 1 secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 104. Tabel 9. Ahli Materi 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Penilaian
Rerata 3. 43 3. 66 3 3 2. 83 3. 5 3 3 3. 18
Self Instructional Self Contained Stand Alone Adaptive User Friendly Clarity Of Message Representasi Isi Klasikal/ Individual Total
51
Klasifikasi Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Materi 1 secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 104 Dari hasil validasi kedua ahli materi maka didapatkan Nilai Rerata (3. 07), dan dapat diklasifasikan (Baik). Rerata dan klasifikasi pada Tabel 8 dan 9 menunjukan bahwa modul pembelaaran TKFL yang dikembangkan sudah layak dari sisi materi, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2. 50 atau berada pada klasifikasi “Baik”. b. Data hasil validasi ahli media Ahli media menilai pada 7 aspek yaitu: format, organisasi, daya Tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), konsistensi, dan penyaian gambar. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. pada halaman 47 untuk menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil validasi ahli media yang telah dirangkum disajian pada Tabel 10. Tabel No. 1 2 3 4 5 6 7
10. Ahli Media Aspek Penilaian Rerata Klasifikasi Format 3. 17 Baik Organisasi 3. 2 Baik Daya Tarik 3 Baik Bentuk dan Ukuran Huruf 3. 43 Sangat Baik Ruang (Spasi Kosong) 3 Baik Konsistensi 3. 17 Baik Penyajian Gambar 3. 10 Baik Total 3. 15 Baik Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Media secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 103. Dari hasil validasi ahli media maka didapatkan Nilai Rerata (3. 15), dan dapat diklasifasikan (Baik). Rerata dan klasifikasi pada Tabel 10 menunjukan bahwa modul pembelaaran TKFL yang dikembangkan sudah layak dasi sisi
52
media, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2. 50 atau berada pada klasifikasi “Baik”. 5. Revisi Desain Setelah melakukan validasi dengan ahli materi dan ahli media, maka didapatkan data-data penilaian sesuai pernyataan diangket dan saran. Data butir pertanyaan dapat dilihat pada lampiran 7 di halaman 82, lampiran 8 halaman 88, lampran 9 halaman 84. Sedangkan saran dari ahli materi dan ahli media dipergunakan untuk melakukan perbaikan sebelum dilakukannya uji coba kepada siswa. Adapun perbaikan yang dilakukan ditampilkan pada Tabel 11, dan Tabel 12. Tabel 11. Revisi Desai dari Ahli Materi Pembelajaran No. Saran Revisi Sebelum Revisi
1.
Contoh soal seerhana untuk memperjelas rumus
(belum ada)
53
Sesudah Revisi
Table 12. Revisi Desain dari Ahli Media Pembelajaran Saran No. Sebelum Revisi Revisi
1.
Penambah an peta konsep pada tiap awal materinya
2.
Perbaikan pada tabel yang kurang jelas
3.
Perbaikan pada gambar yang kabur
(belum ada)
54
Sesudah Revisi
6. Uji Coba Produk Terbatas Uji coba terbatas dilakukan untuk mencari kekurangan awal dari modul pembelajaran yang telah dibuat. Uji coba produk terbatas dilakukan pada hari Kamis pada tanggal 23 Februari 2017 di Ruang TFL 2 Lante 2 SMK Negeri 1 Seyegan pada pukul 07:30-08:30 WIB. Uji coba ini di lakukan kepada siswa kelas XII TFL 1 sejumlah 5 orang siswa. Peralatan yang dibutuhkan adalah: modul, angket, daftar hadir uji coba produk terbatas, proyektor dan leptop. Uji coba terbatas dilakukan dengan langkah-langkah: mengumpulkan siswa di ruangan yang telah ditentukan, perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian, membagikan modul, meminta siswa untuk mengamati dan memahami keseluruhan modul, menayangkan modul pada power point dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada yang bertanya, membagiakan angket penilaian modul kepada siswa untuk mengisinya, mengumpulkan angket penilaian modul yang telah di isi oleh siswa beserta modulnya, menyampaikan ucapan terima kasih atas kesediaan mengikuti uji coba produk terbatas. Penilaian uji coba produk terbatas didasarkan pada 2 aspek yiatu: kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. halaman 47 untuk menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil uji coba terbatas yang telah dirangkum disajian pada Tabel 13. Tabel. 13 Hasil Analisis Data Uji Coba Produk Terbatas No Aspek Rerata Klasifikasi 1 Kemudahan Dimengerti 3. 37 Sangat Baik 2 Kemudahan Pemakaian 3. 35 Sangat Baik Total 3. 36 Sangat Baik Keterangan: Hasil analisis uji coba lapangan awal dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 105.
55
Rerata dan klasifikasi kelayakan modul pada uji coba produk terbatas sudah layak, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2. 5 atau berada pada klasifikasi “Baik”. 7. Revisi Produk 1 Setelah melakukan uji coba produk terbatas, maka didapatkan data-data penilaian dan pendapat sesuai dengan pernyataan dan saran pada angket. Data butir dapat dilihat pada lampiran 6 di halaman 96 saran dari siswa digunakan untuk melakukan perbaikan sebelum dilakukannya uji coba pemakaian. Beberapa saran yang diberikan oleh siswa disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Produk Terbatas Saran No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi Revisi
1
Rincian daftar isi
56
Tabel 15. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Produk Terbatas (lanjutan) Saran No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi Revisi
57
8. Uji Coba Pemakaian Uji coba Pemakaian dilakukan untuk mencari kekurangan setelah revisi produk 1
dari modul pembelajaran yang telah dibuat. Uji coba pemakaian
dilakukan pada hari Kamis pada tanggal 27 Februari 2017 di Ruang TFL 2 Lante 2 SMK Negeri 1 Seyegan pada pukul 07:30-08:30 WIB. Uji coba ini di lakukan kepada siswa kelas XII TFL 2 sejumlah 25 orang siswa. Peralatan yang dibutuhkan adalah: modul, angket, daftar hadir uji coba terbatas, proyektor dan leptop. Uji coba pemakaian dilakukan dengan langkah-langkah: mengumpulkan siswa di ruangan yang telah ditentukan, perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian, membagikan modul, meminta siswa untuk mengamati dan memahami keseluruhan modul, menayangkan modul pada power point dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada yang bertanya, membagiakan angket penilaian modul kepada siswa untuk mengisinya, mengumpulkan angket penilaian modul yang telah di isi oleh siswa beserta modulnya, menyampaikan ucapan terima kasih atas kesediaan mengikuti uji coba pemakaian. Penilaian uji coba pemakaian didasarkan pada 2 aspek yiatu: kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. halaman 47 untuk menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil uji coba pemakaian yang telah dirangkum disajikan pada Tabel 16. Tabel. 16 Hasil Analisis Data Uji Coba Pemakaian No Aspek Rerata Klasifikasi 1 Kemudahan Dimengerti 3. 49 Sangat Baik 2 Kemudahan Pemakaian 3. 26 Sangat Baik Total 3.375 Sangat Baik Keterangan: Hasil analisis uji coba lapangan awal dapat dilihat pada lampiran 17. halaman 106.
58
Rerata dan klasifikasi kelayakan modul pada uji coba lapangan awal sudah layak, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2. 5 atau berada pada klasifikasi “Baik:. 9. Revisi Produk 2 Pada kegiatn revisi produk ke 2 ini yaitu melakukan perbaikan pada produk dengan saran dan masukan yang diberikan oleh siswa-siswa pada uji coba produk pemakaian. Data butir dapat dilihat pada lampiran 6 di halaman 91 saran dari siswa digunakan untuk melakukan perbaikan sebelum dilakukannya produksi masal. Beberapa saran yang diberikan oleh siswa disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Pemakaian No. 1 Saran Logo SMK pada sampul dihapus sehingga modul dapat digunkan Revisi oleh SMK mana saja.
Sebelum Revisi
59
Tabel 18. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Pemakaian (lanjutan)
Sesuda h Revisi
10. Produk Masal Setelah modul TKFL selesai divalidasi oleh ahli materi, ahli media dan telah di uji cobakan kepada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. Maka modul TKFL siap untuk diproduksi masal dan diguanakn dalam proses pembelajaran TKFL di kelas atau sebagai buku pegangan bagi siswa untuk beajar mandiri. Modul TKFL dibuatkan dalam bentuk buku cetak dengan ukuran kertas A5 dan jenis kertas HVS 80% berwarna. Produk modul TKFL yang dihasilkan ini secara garis besar terdiri dari beberapa bagian, seperti: 1) bagian awal modul, 2) bagian isi modul, dan 3) bagian penutup modul. Adapun penjelasan dari bagain-bagain tersebut adalah sebagai berikut: a.
Bagian awal modul Pada bagian awal modul TKFL adalah: 1) Sampul modul
60
Halaman sampul terdiri dari judul, gambar penyusunan dan institusi penyusunan. Tata letak dari halaman sampul disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian siswa sehingga dengan melihat sampul yang menarik maka siswa akan merasa termotivasi untuk mempelajari modul ini. Berikut adalah sampul TKFL:
Gambar 2. Sampul modul 2) Kata pengantar Kata pengantar merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih yang ditunjukan kepada sang pencipta alam semesta dan pihak-pihak yang membantu untuk terselesaikannya modul TKFL ini. 3) Daftar isi Daftar isi ini berisikan tentang daftar seluruh isi dari modul yang dibuat. Di dalam isi tercantum halaman dari setiap bagian modul sehingga akan mempermudah penggunaan modul dalam mencari materi yang diinginkan.
61
4) Daftar gambar Daftar gambar ini berisikan tentang daftar seluruh gambar dari modul yang dibuat. Yang di dalamnya tercantum halaman dari setiap gambar pada modul sehingga akan mempermudah penggunaan modul dalam mencarinya. 5) Daftar table Daftar tabel sebenarnya sama dengan daftra isi dan daftar gambar. Namun pada daftar tabel ini memberikan informasi kepada pengguna modul halaman dari tiap-tiap tabel yang ada pada modul. b. Bagian isi modul Pada bagian isi modul ini terdiri dari 3 bab adapun rincian dari susunan isi pada modul ini yaitu: 1) Bab 1 pendahuluan Deskripsi modul memberikan gambaran tentang isi modul kepada siswa, petunjuk penggunaan modul memberikan informasi kepada siswa dalam penggunaan modul sehingga lebih mudah dalam mempelajarinya, tujuan akhir memberikan informasi kepada siswa apa tujan dalam pembelajaran pada modul ini, kompetensi inti dan kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran TKFL, dan manfaat modul memberikan informasi kepada siswa dan guru tentang adanya modul TKFL dalam proses pembelajaran.
62
2) Bab 2 pembelajaran Rencana belajar siswa, kegiatan pembelajaran 1 (baja, alat potong, komponen-komponen konstruksi), kegiatan pembelajaran 2 (gambar sketsa,
penyambungan
komponen
konstruksi,
pelapisan
atau
pengecatan), kegiatan pembelajaran 3 (tugas praktik membuat rak sepatu), kegiatan pembelajaran 4 (tugas praktik membuat kursi taman), kegiatan pembelajaran 5 (tugas praktik membuat meja lipat) 3) Bab 3 evaluasi Ujian tes tertulis yaitu kegiatan dimana siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal yang ada sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menguasa materi, dan prosedur penilaian memberikan informasi kepada guru dan siswa aspek apa saja yang masuk dalam kriteria penilaian. c.
Bagian penutup modul Pada bagian isi modul ini terdiri dari 1 bab adapun rincian dari susunan isi
pada modul ini yaitu: 1) Bab 4 penutup Glosarium memberikan informasi kepada peserta didik tentang katakata asing yang tidak mudah dipahami siswa, daftar pustaka memberikan informasi kepada siswa sumber-sumber rujukan atau referensi dari pembuatan modul ini, dan kunci jawaban.
63
B. Pembahasan Penelitian dilakukan untuk menghasilkan suatu modul pembelajaran TKFL dan mengetahui tingkat kelayakannya. Modul pembelajaran yang dihasilkan melalui 10 langkah pengembanga, yaitu: : (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan, (10) produk masal. Berdasarkan hasil penelitian, dengan prosedur pengembangan diatas telah dihasilkan modul pembelajaran yang didalamnya terkandung karakteristikkarakteristik seperti self instructional, self contained, stand alone, adaptive, user
friendly, clarity of massage, representasi isi dan klasikal/ individual. Sehingga modul yang dihasilkan bisa digunakan oleh siswa secara mandiri tanpa memerlukan banyak bantuan guru. Disamping itu juga modul TKFL ini sudah memeuhi aspek-aspek yang berhubungan dengan media pembelajaran, seperti: format, organisasi, daya Tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (sepasi kosong), konsistensi dan penyajian gambar. Modul TKFL ini juga sudah memuat aspek terkait kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian. Berdasarkan hasil penjabaran dari produk diatas yang berupa modul TKFL, bahwa modul tersebut sudah memenuhi tuntutan atau kebutuhan produk yang diperlukan sebagai bahan ajar atau referensi dalam proses pembelajaran dikelas. Siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran di kelas dan mandiri dalam menyelsaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
64
Tingkat kelayakan dari modul TKFL yang dihasilkan ini ditentukan oleh 4 kegiatan penilaian yaitu: 1) validasi ahli materi, 2) validasi ahli media, 3) uji coba produk terbatas, dan 4) uji coba pemakaian. Pada kegiatan penilaian ini peneliti menggunakan angket untuk mendapatkan nilainya, angket tersebut berisikan pernyataan-pernyataan untuk menilai produk yang dibuat kemudian dianalisis untuk menentukan tingkat kelayakan. Ahli materi menyatakan bahwa rerata dari aspek self instructional sebanyak 3. 38 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek self contained sebanyak 3. 33 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek stand alone sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek adaptive sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek user friendly sebanyak 2. 83 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek clarity of message sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek representasi isi sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek klasikal/ individual sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, dan untuk rerata keseluruhan dari segi isi materi pada modul TKFL ini adalah 3. 07 dan berada pada klasifikasi “baik”. Ahli media menyatakan bahwa rerata dari aspek format sebanyak 3. 17 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek organisasi sebanyak 3. 20 dan berada pada klasifikasi “baik”, aspek daya Tarik sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek bentuk dan ukuran huruf sebanyak 3. 43 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek ruang (sepasi kosong) sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek konsistensi sebanyak 3. 17 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek penyajian gambar sebanyak 3. 10 dan berada
65
pada klasifikasi “baik” dan untuk rerata keseluruhan dari sisi media adalah 3. 15 dan berada pada klasifikasi “baik”. Hasil uji coba produk terbatas menyatakan bahwa rerata untuk aspek kemudahan dimengerti sebanyak 3. 37 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, aspek kemudahan pemakaian sebanyak 3. 35 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, dan untuk rerata keseluruhan aspek pada kegiatan uji coba produk terbatas sebanyak 3. 36 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”. Hasil uji coba pemakaian menyatakan bahwa rerata untuk aspek kemudahan dimengerti sebanyak 3. 49 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, aspek kemudahan pemakaian sebanyak 3. 26 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, dan untuk rerata keseluruhan aspek pada kegiatan uji coba pemakaian sebanyak 3. 375 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”. Berdasarkan dari hasil semua rerata dan klasifikasi yang didapatkan oleh modul TKFL ini. Jika diambil reratanya lagi dari keseluruhan yaitu sebanyak 3. 24 dan berada pada klasifikasi “baik”, dari hasil rerata dan klasifikasi tersebut menunjukan bahwa modul TKFL yang dikembangkan sudah layak dugunakan untuk bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan. Karena untuk mendapatkan suatu produk yang layak untuk kegiatan pembelajaran itu harus mempunyai rerata >2. 50 atau berada pada klasifikasi “baik”. Data hasil penilaian kelayakan modul TKFL disajiakan pada Tabel 19. dan Gambar 3.
66
Tabel 19. Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL
No. 1 2 3 4
Aspek penilaian Ahli materi Ahli media Uji coba produk terbatas Uji coba pemakaian Total
Rerata 3.07 3.15 3.36 3.37 3.24
Klasifikasi Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik
Rerata Sekor
Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL 3.4 3.35 3.3 3.25 3.2 3.15 3.1 3.05 3 2.95 2.9
Rerata Sekor
Ahli Media
Ahli Materi
3.15
3.07
Uji Coba Produk Terbatas 3.36
Gambar 3. Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL
67
Uji Coba Pemakaian 3.37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN PENELITI A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Modul pembelajaran TKFL untuk kelas XII Jurusan TFL SMK N 1 Seyegan. telah selesai dibuat dengan 10 langkah pengembangan yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) desai modul pembelajaran, (4) validasi desain modul, (5) revisi desain modul, (6) uji coba terbatas, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2, (10) produk siap digunakan. Setelah melalui semua langkah pengembangan, maka modul TKFL layak untuk digunkaan sebagai sarana belajar mandiri siswa dan media pembelajaran di kelas.
2.
Tingkat kelayakan modul pembelajaran TKFL yang dihasilkan ditentukan dari 4 kegiatan penilaian produk, yaitu: (1) validasi ahli materi, (2) validasi ahli media, (3) uji coba produk terbatas dan, (4) uji coba pemakaian. Hasil validasi ahli materi berdasarkan 8 aspek penilaian didapatkan nilai rata-rata 3. 07 dan berada pada klasifikasi “Baik”, hasil validasi ahli media berdasarkan 7 aspek penilaian didapat nilai rata-rata 3. 15 dan berada pada klasifikasi “Baik” hasil uji coba produk terbatas berdasarkan 2 aspek penilaian didapatkan nilai ratarata 3. 36 berada pada klasifikasi “Sangat Baik”, dan hasil dari uji coba pemakaian berdasarkan 2 aspek penilaian didapatkan nilai rata-rata 3. 375 berada pada klasifikasi “Sangat Baik”.
68
B. Keterbatasan Produk Penelitian pengembangan modul TKFL ini dilakukan berdasarkan prosedur yang baik namun tetap memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. 1.
Modul pembelajaran TKFL dari sisi materi, kurang lebih banyak materi yang dibahas secara mendalam dalam perhitungannya. Hal ini dikarenakan sulit dalam mencari referensi yang cocok dengan tingkat kemampuan siswa SMK.
2.
Penilaian modul pembelajaran TKFL baru sebatas tingkat kelayakan, belum sampai dengan pengaruh-pengaruh pada saat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas atau membandingkan dengan media pembelajaran yang lain.
C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi guru sebaiknya selalu melakukan pengembangan materi pembelajaran, menyajikan materi tersebut secara jelas dan menarik sehingga mudah dipahami siswa.
2.
Bagi siswa diharapkan selalu belajar dan memahami materi-materi yang disampaikan oleh guru dan selalu melatih kemampuan praktik sehingga mempunyai sekil praktik yang baik.
3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa melanjutkan penelitian modul pembelajaran TKFL untuk mencari pengaruhnya terhadap pembelajaran ataupun membandingkan dengan media pembelajaran lainnya.
69
DAFTAR PUSTAKA
. ( 2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Sistem Pendidikan Nasional. . (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. . (2008). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Arief S. Sadiman, dkk. (2010). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press. Azhar Arsyad. (2015). Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pres. Bambang Setiyo H.P. (2008). Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemesinan NC. JPTK, Vol. 17, No. 1, Mei 2008. Depdiknasl. (2008). Penulisan Modul. Download dari situs: http://gurupembeharu.com/home/wpcontent/uploads/downloads/2001/02/26-05-A2-B-Penulisan-Modul.doc. Pada tanggal 09 Desember 2016 pukul 08:10 WIB. Dwe Siswoyo, dkk. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Imam Mustholiq MS, Sukir dan Ariadie Chandra N. (2007). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Pada Mata Kuliah Dasar Listrik. JPTK, Vol. 16, No. 1, Mei 2007. Jamil Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: AR-Ruzz Media. Muhamad Munir. (2013). Analisis Pengembangan Media Pembelajaran Pengolahan Angka (Spreasheet) Berbasis Video Screencast. JPTK, Vol. 21, No. 4, Oktober 2013. Rudi
Susilana & Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
S. Eko Putro Widoyoko. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajara. S. Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
70
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir Skripsi. Yogyakarta: UNY Press. Yudi Munadi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Referensi.
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Surat Izin Observasy dari KPLT
73
Lampiran 2. Surat Validasi Instrumen
74
Lampiran 2. Surat Validasi Instrumen (lanjutan)
75
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media
76
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)
77
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)
78
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)
79
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)
80
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi
81
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)
82
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)
83
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)
84
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)
85
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi
86
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)
87
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)
88
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)
89
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)
90
Lampiran 6. Angket untu Siswa
91
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)
92
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)
93
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)
94
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)
95
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari KPLT
96
Lampiran 8. Surat Permohonan Penelitian ke Kesbangpol Sleman
97
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol Sleman
98
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari BPPD Sleman
99
Lampiran 11. Daftar Hadir Uji Coba Produk Terbatas
100
Lampiran 12. Daftar Hadir Uji Coba Pemakaian
101
Lampiran 13. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMK
102
Lampiran 14. Perhitungan Data Validasi dari Ahli Media
103
Lampiran 15. Perhitungan Data Validasi dari Ahli Materi
104
Lampiran 16. Perhitungan Data Hasil Uji Coba Produk Terbatas
105
Lampiran 17. Perhitungan Data Hasil Uji Coba Pemakaian
106
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian
107
Lampiran 19. Kartu Bimbingan Skripsi
108
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII
109
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
110
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
111
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
112
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
113
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
114
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
115
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)
116