PERBANDINGAN PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK CINA (Jatropha curcas li nn ) DENGAN POVIDONE IODINE 10% SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN vegicus (Rattus nor vegicus ) GALUR Wistar
Skripsi
Oleh BAGUS PERDANA KUSUMA ZAIN NPM: 08310040
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013
1
PERBANDINGAN PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK CINA (Jatropha curcas li nn ) DENGAN POVIDONE IODINE 10% SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattusnorvegicus ) GALUR Wistar
Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh BAGUS PERDANA KUSUMA ZAIN NPM: 08310040
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013 2
Judul Skripsi
:
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK CINA ( Jatropha curcas linn ) DENGAN POVIDONE
IODINE
10%
SECARA
TOPIKAL
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA vegicus PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN ( Rattus nor vegicus ) GALUR Wistar
Nama
:
Bagus Perdana Kusuma Zain
NPM
:
08310040
Program Studi
:
Pendidikan Dokter
Fakultas
:
Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
dr. Achmad Harly
dr. Astri Pinilih
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
dr. T. Marwan Nusri, MPH
3
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Pembimbing I
:dr. Achmad Harly
_______________ ________________ _
Pembimbing II
: dr. Astri Pinilih
_______________ ________________ _
Penguji
: dr. Resti Arania Sp. PA
_______________ ________________ _
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
dr. T. Marwan Nusri, MPH
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 28 Maret 2013 201 3
4
MOTTO
“Di dunia “Di dunia Ini Carilah Ridho Allah, Dan Ridho Allah Terdapat Pada Ridho Kedua Orang Tua Jadi Teruslah Maju Kedepan Karna Allah Tak Akan Menguji Lebih Dari Kemampuan Hambanya”
- Bagus Perdana Kusuma Zain -
5
PERSEMBAHAN
“Skripsi ini Ananda persembahkan untuk Ayahanda Zainuri SKM, dan Ibunda Mardiana Zain Amd Keb, kakakku, adik-adikku, saudaraku dan keluarga besarku serta orang-orang orang-orang yang aku cintai”
6
BIODATA
Nama
: Bagus perdana perdana Kusuma Kusuma Zain
NPM
: 08310040
Tempat Tanggal Lahir
: Kalianda 26 Januari 1990
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Bangun Rejo, Neglasari, Katibung, Lampung Selatan, Lampung
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyiyah Ujau, Rajabasa, Tahun 1993-1995. 2. SDN 2 Neglasari, Tahun 1995-2001. 3. MTS Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun 2001-2004. 4. MA Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun 2004-2007. 5. Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2008.
Bandar Lampung, 28 Maret 2013
Penulis
7
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI Skripsi, maret 2013 Bagus Perdana Kusuma Zain PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK CINA ( Jatropha Jatropha curcas curcas linn) linn) DENGAN POVIDONE IODINE 10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN ( Rattus Rattus norvegicus norvegicus)) GALUR Wistar xvi + 59 Halaman + 12 Gambar + 4 Tabel + Lampiran
ABSTRAK Luka adalah hilangnya kontinuitas suatu jaringan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Luka biasanya dirawat dengan antiseptik untuk mencegah timbulnya infeksi. Salah satu yang sering digunakan adalah povidone iodine atau yg biasa dikenal dengan merek dagang bethadine atau bisa juga dengan cara tradisional. tradisional. Salah satu tanaman tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam mempercepat penyembuhan luka adalah getah jarak cina ( Jatropha ( Jatropha curcas linn). linn). Getah jarak cina mengandung zat-zat yang berguna bagi penyembuhan luka, yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian getah jarak cina ( Jatropha curcas linn) linn ) dengan povidone iodine terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus tikus putih jantan jantan ( Rattus Rattus norvegicus norvegicus)) galur Wistar . Jenis penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan post test only group design. design. Tikus putih di lukai dengan kedalaman partial thickness, thickness, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan (masing-masing 11 ekor tikus), kelompok pertama luka dirawat dengan getah jarak cina, sedangkan kelompok kedua dengan povidone iodine. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas Malahayati pada bulan Januari 2013 sampai Maret 2013. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Dan untuk mengetahui perbandingan dari kedua kelompok, dilakukan independent sample t-test . Hasil yang dari rata-rata waktu yang diperlukan getah jarak cina untuk penyembuhan luka adalah 6,27 hari, sedangkan povidone iodine 10% memerlukan rata-rata waktu yang lebih panjang yaitu 7,36 hari. Uji T-test menunjukan perbedaan yang signifikan, antara kecepatan penyembuhan penyembuhan luka dengan jarak cina dan larutan povidone-iodine povidone-iodine 10% ,dibuktikan ,dibuktikan dengan p value = 0,032
Kata Kunci : Getah Jarak Cina, Povidone Iodine 10% , Penyembuhan Luka Insisi.
8
FACULTY OF MEDICAL UNIVERSITY OF MALAHAYATI
Thesis, march 2013 Bagus Perdana Kusuma Zain
COMPARATIVE EFFECTIVENESS OF GIVING JARAK CHINA SAP ( Jatropha Jatropha curcas curcas linn) linn) WITH POVIDONE IODINE 10% OF INCISION WOUND HEALING IN RATS SQUAD WHITE MALES ( Rattus Rattus norvegicus norvegicus)) Wistar STRAIN STRAIN xvi + 59 Pages + 12 Pictures + 4 Tables + Attachment
ABSTRAK Wound is a loss of continuity of a tissue that can be caused by various factors. Wounds are usually treated with an antiseptic to prevent infection. One of the commonly used povidone iodine or who are commonly known by the trademark bethadine or it could be the traditional. One of the plants that can be used in accelerating wound healing is the jarak china sap ( Jatropha Jatropha curcas linn). linn). Jarak China sap contains substances that are useful for wound healing, namely saponin, flavonoid, alkaloid and tannin. This study aimed to compare the effectiveness of the Jarak China sap ( Jatropha ( Jatropha curcas linn) linn) and povidone iodine 10% on wound healing incision in the back of white male rats ( Rattus ( Rattus norvegicus) norvegicus ) Wistar. This type of research uses experimental methods to study post-test only group design. Rats injured with deep partial thickness, then divided into 2 treatment groups (each 11 rats), The first group of wounds treated with the Jarak China sap, while the second group with povidone iodine. The experiment was conducted at the Laboratory of Farmacology Malahayati University in January 2013 until March 2013. Analyses were performed with univariate and bivariate methode. And to know the comparison of the two groups, conducted with independent sample t-test. The results of the average time it takes the jarak china sap for wound healing was 6,27 days, while povidone-iodine 10% require on average a longer time is 7,36 days. T test show significant differences between the speed of wound healing with Jrak china sap and povidone iodine 10%, as evidenced by p value = 0,32
Keywords: Jarak China Sap, Povidone Iodine, Incision Wound Healing.
9
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi denga n judul “Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina ( Jatropha ( Jatropha curcas linn) linn) Dengan Povidone Iodine
10%
Secara
Topikal Pada Punggung Tikus Putih Jantan ( Rattus ( Rattus norvegicus norvegicus)) Galur Wistar ” yang bertujuan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1 Pendidikan Dokter. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. T Marwan Nursi, M.PH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. 2. dr. Edy Ramdhani, selaku Wakil Dekan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. 3. dr. Achmad Harly, selaku Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, bantuan dan dan semangat semangat kepada penulis. 4. dr. Astri Pinilih, selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, bantuan dan semangat kepada penulis. 5. dr. Resti Arania Sp. PA, selaku Penguji atas masukan yang diberikan dan waktu yang diluangkan diluangkan untuk penulis. 6. dr. Ringgo Alfarisi, selaku pembimbing akademik atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis.
10
7. dr. Nurlis Mahmud MM (almarhum), yang telah banyak membantu selama menempuh perkuliahan dan dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini 8. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini. 9. Kedua orang tua tercinta yaitu Ibunda tercinta (Mardiana Zain, Amd Keb) dan Ayahanda tercinta (Zainuri SKM) atas segala kasih sayang, doa, nasihat, semangat dan perhatian serta pengertian kepada penulis. 10. Saudara kandungku tercinta yaitu Abang tercinta (Muchtar Nurwahid Zain, SH), dan Adik tercinta (Alfath Zain) yang ikut serta memberikan semangat, doa dan bimbingan serta saran saran untuk penulis. 11. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian (Nanda S, Dody F, Lutfi A, Herry, Eka, Grandis, dan Penghuni Lantai 4 gedung D 2008 serta anak kosan ocean yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 12. Seluruh teman – teman – teman teman angkatan 2008 FK Unimal. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, 28 Maret 2013 20 13
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................... ........................ Halaman Persetujuan ....................................................... Lembar Pengesahan ................................................ .................................. Motto ...................................................... .......................................................................................................... .................................................... Lembar Persembahan ....................................................... ............................................................................... ........................ Biodata ................................................... .................................................... Abstrak ................................................... .................................................... Kata Pengantar ......................................................................................... Daftar Isi ................................................ .................................................... .......................................................................................... .................................. Daftar Gambar ........................................................ Daftar Tabel ..................................................... ............................................................................................... .......................................... ....................................................................................... .................................. Daftar Lampiran .....................................................
iii iv v vi vii viii x xii xiv xv xvi
BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian .................................................. ............... 3 D. Manfaat Penelitian................................................ ............... 4 E. Ruang Lingkup Lingkup .................................................... ................................................................... ............... 5
BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Cina ( Jatropha Jatropha curcas linn)...................................... linn) ...................................... 1. Taksonomi Jarak Cina ................................................... 2. Deskripsi Deskripsi Tanaman Jarak Cina ....................................... 3. Kandungan Kimia Getah Jarak Cina ............................. B. Povidone Iodine Iodine .................................................... ................................................................... ............... 1. Manfaat Povidone Iodine ................................................ 2. Pemberian Povidone Iodine ............................................ B. Kulit ................................................... .................................. C. Luka Luka ................................................... .................................. 1. Jenis Luka ....................................................................... 2. Mekanisme Terjadinya Luka........................................... 3. Penyembuhan Luka ........................................................ ................................................. ....... 4. Komplikasi Penyembuhan Luka .................................... 5. Perawatan Luka ................................................ ...............
12
6 6 8 10 12 13 13 13 14 15 17 18 30 31
BAB III:
BAB IV:
D. Tikus Putih .................................................. ........................ 1. Taksonomi Tikus Putih .................................................. 2. Karakteristik Tikus Putih ............................................... F. Kerangka Teori ..................................................... .................................................................... ............... G. Kerangka Kerangka Konsep ................................................. ............... H. Hipotesis ...................................................... .............................................................................. ........................ METODOLOGI PENELITIAN
31 32 32 33 34 34
A. Jenis Penelitian .................................................... ............... B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. C. Rancangan Penelitian Penelitian ..................................................... .......................................................... ..... D. Subjek Penelitian .................................................. ............... E. Variabel Penelitian................................................ ............... 1. Variabel Independen ...................................................... 2. Variabel Dependen .................................................... ..... F. Definisi Operasional Varibel ............................................... G. Alat Ukur ..................................................... ............................................................................. ........................ H. Pengumpulan Data ........................................................ ............................................................. ..... I. Alat dan Bahan Penelitian................................................... 1. Alat ................................................................................. 2. Bahan ...................................................... .............................................................................. ........................ J. Prosedur Penelitian ............................................................. K. Skema Alur Penelitian.................................................... ......................................................... ..... L. Parameter Yang Diamati............................................... ....... L. Pengolahan Data ................................................... ............... M.Analisa Data .......................................................................
36 36 36 38 39 39 40 40 42 42 42 42 43 44 46 47 47 48
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. B. C. D. BAB V :
Hasil Penelitian Dan Analisa .............................................. Analisa Univariat ............................................................... Analisa Bivariat.................................................... ................................................................... ............... Pembahasan ................................................. ........................
50 50 52 53
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................. ........................ 58 B. Saran ................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Tanaman Jarak Cina ...................................................... ................................................................ ..........
7
Gambar 2.2.
Batang Jarak Cina ................................................ ....................
9
Gambar 2.3.
Buah Dan Biji Jarak Cina ...................................................... ........................................................ ..
9
Gambar 2.4.
Daun Jarak Cina ................................................... ....................
10
Gambar 2.5.
Getah Jarak Cina .................................................. ....................
10
Gambar 2.6.
Kulit Normal ....................................................... ........................................................................... ....................
14
Gambar 2.7.
Proses Dan Waktu Penyembuhan Luka ..................................
19
Gambar 2.8.
Proses Penyembuhan Luka .................................................... ...................................................... ..
22
Gambar 2.9.
Tikus Putih Jantan ............................................... ....................
32
Gambar 2.10. Kerangka Teori .................................................... ........................................................................ ....................
33
Gambar 2.11. Kerangka Konsep ................................................. ....................
34
Gambar 3.1.
46
Skema Alur Penelitian ................................................. ............
14
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1.
Definisi Oprasional............................................... ....................
41
Gambar 4.1.
Distribusi dan Frekuens dengan Povidone Iodine 10% ...........
50
Gambar 4.2
Distribusi dan Frekuens dengan Getah Jarak Cina ...................
51
Gambar 4.3.
Rata-rata Lama Penyembuhan Luka ........................................
52
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lembar Observasi
Lampiran II
Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS versi 16
Lampiran III
Dokumentasi
Lampiran IV
Surat Jalan Jalan Hewan Coba Dari Dari Dinas Dinas Pertanian Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Tanggerang Selatan
Lampiran V
Surat Balasan Izin Izin Penelitian dari Laboratorium Laboratorium Farmakologi Farmakologi Universitas Malahayati
16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang di bagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan 1
perupaan kembali. Jenis-jenis luka adalah luka mekanik dan fisik, salah satu dari jenis luka mekanik adalah luka insisi. Luka sembuh melalui reaksi radang, tujuan utamanya adalah membentuk jaringan parut yang keras, untuk 2,3
menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya.
Proses penyembuhan luka adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang baik dan terus4
menerus agar pemyembuhan dapat berlangsung dengan baik dan ideal.
Percepatan kesembuhan luka dapat dilakukan dengan cara mempertemukan kedua sisi luka, pemberian obat-obatan seperti salep antibiotik atau dibalut dengan teknik tertentu seperti menggunakan hidrogel. Selain cara diatas, 5
kesembuhan luka dapat pula ditunjang dengan menggunakan obat tradisional.
17
Para orang tua dan nenek moyang kita dengan pengetahuan dan peralatan yang sederhana telah mampu mengatasi problem kesehatan. Berbagai macam
penyakit
dan
keluhan
ringan
maupun
berat
diobati
dengan
memanfaatkan ramuan dari tumbuhan-tumbuhan tertentu yang mudah didapat disekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan. Kelebihan dari pengobatan dengan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut ialah tidak adanya efek sampingan yang di timbulkan seperti yang sering terjadi pada 6
pengobatan kimiawi.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah tanaman jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn). linn). Tanaman jarak cina, terutama pada getahnya banyak mengandung zat-zat yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Zat-zat tersebut adalah alkaloid, saponin, flavonoid, dan 7
tannin.
Dan povidone iodine 10% merupakan salah satu pengobatan luka secara kimiawi yang sering kali di gunakan dalam penyembuhan luka. Povidone iodine 10% memiliki efek anti mikroba, menciptakan lingkungan 8
lembab, dan dapat menginduksi angiogenesis.
Mengingat zat-zat yang terkandung dalam getah jarak cina Jatropha (Jatropha curcas linn) linn) sangat diperlukan dalam proses penyembuhan luka, maka hal ini mendorong peneliti untuk membandingkan efektifitas pemberian getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal
18
terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan Rattus (Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut : Adakah perbandingkan efektifitas pemberian getah jarak cina Jatropha (Jatropha curcas linn) linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Untuk membandingkan efektifitas pemberian getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn)
dengan
povidone
iodine
10%
secara
topikal
terhadap
penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan Rattus (Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar. 2. Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui rata-rata lama penyembuhan luka dengan pemberian getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn). linn).
b.
Untuk mengetahui rata-rata lama penyembuhan luka dengan pemberian povidone iodine 10%.
19
c. Untuk membandingkan rata-rata lama penyembuhan luka dengan pemberian getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn) dengan povidone iodine 10%.
D. Manfaat Penelitian
a.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Sebagai
bahan
masukan
dalam
menunjang
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang kesehatan. b.
Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbandingan efektifitas getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn) dengan povidone iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar
c.
Bagi institusi pendidikan Menunjang kualitas peserta didik dan menambah perbendaharaan di perpustakaan Universitas Malahayati, Bandar Lampung.
d.
Bagi peneliti Penelitian ini selain diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan wawasan keilmuwan peneliti, juga dibuat untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1 Pendidikan Dokter.
20
e.
Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian penelitian berikutnya atau yang serupa.
E. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah yang dilihat dari berbagai aspek, maka penulis ingin membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut : objek dalam penelitian ini sebagai variabel independent yaitu perawatan luka dengan menggunakan getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn) secara topikal dan perawatan luka dengan menggunakan larutan povidone iodine 10% secara topikal, dan sebagai variabel dependent adalah lama penyembuhan luka. Subjek dalam penelitian ini adalah tikus putih ( Rattus novergicus). novergicus).
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tanaman Jarak Cina Tanaman jarak cina (Jatropha curcas linn) adalah linn) adalah perdu atau pohon kecil, tinggi 2-5 m. Mempunyai getah berwarna putih agak keruh, kulit pohonnya licin dan batangnya mempunyai tonjolan-tonjolan bekas daun yang gugur. Daun tunggal pada setiap tangkainya, permukaan atas helai daun berwarna hijau dan permukaan bawah lebih pucat. Bentuknya bulat telur melebar dengan panjang helai daun 5-15 cm, lebar 6-16 cm, daunnya bersudut atau berlekuk 3-5, pangkal daun berbentuk jantung, ujung daun meruncing. Tulang daun utama menjari dengan 5-7 garis. Panjang tangkai daun 3,5-15 cm, bunga berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal, berumah satu. Baik bunga jantan maupun bunga betina masing-masing tersusun dalam rangkaian berupa cawan. Buahnya bulat, dengan diameter 3-4 cm, bila masak berwarna kuning yang terbagi dalam 3 ruangan, 9
masing-masing terdiri dari 1 biji berwarna hitam. Taksonomi tanaman jarak cina sebagai berikut:
22
Kingdom
: Plantae : Plantae..
Subkingdom : Tracheobionta. Tracheobionta. Superdivision : Spermatophyta. Spermatophyta. Division
: Magnoliophyta : Magnoliophyta..
Class
: Magnoliopsida : Magnoliopsida..
Subclass
: Rosidae : Rosidae..
Ordor
: Euphorbiales : Euphorbiales..
Family
: Euphorbiaceae : Euphorbiaceae..
Genus
: Jatropha : Jatropha linn.
Species
: Jatropha : Jatropha curcas linn. linn.
9
Gambar 2.1.Tanaman jarak cina (A. Pohon B. Daun C. Buah ). a. Nama daerah
Di indonesia tumbuhan jarak cina ini juga dikenal dengan nama, yaitu : 1) Jarak kusta (Sunda) 2) Jarak Cina (Jawa tengah) 3) Kalele (Madura)
23
4) Jarak Pager (Bali) 5) Kuman Nema (Alor) 6) Bintalo (Gorontalo) 7) Balacai Hisa (Ternate dan Tidore) 8) Tanggang-Tanggang Kali (Maksar) b. Deskripsi Tanaman Jarak Cina 1) Batang Batang jarak cina mengandung b-sitosterol dan b-D-glukosida, marmesin, propacin, curculathrine A dan B, diterpenoid jatropol, jatrophole A dan B, coumarin tomentin, dan coumarino jatrophin, batang jarak mengeluarkan getah bening dan tidak menggumpal. Getah
jarak
pagar
dapat
digunakan
untuk
mempercepat
penyembuhan luka yang sulit disembuhkan, infeksi pada gusi, dan 10
anti pendarahan pada luka yang terpotong atau tergores. Kulit batang juga diekstraksi menjadi tannin atau sekedar dijadikan 11
bahan bakar local untuk kemudian menghasilkan pupuk.
11
Gambar 2. 2.2. 2. Batang jarak cina.
24
2) Buah dan biji Buahnya berbentuk telur (ovoid), (ovoid), panjang 2,5-3,0 cm, berdaging dan beruang 3. Warna buah hijau ketika muda, kemudian berubah kuning menjelang/setelah matang dan akhirnya menjadi coklat kalau sudah kering. Didalam buah terdapat 3 biji yang masing12
masing menempati ruang terpisah.
12
Gambar 2. 2.3. 3. Buah dan biji jarak cina. 3) Daun
Daun jarak cina berwarna hijau kekuningan berukuran 6 x 15 cm dengan tepi berlekuk. Daun jarak cina mengandung flavanoid, 10
apigenin, vitexin, dan isovitexin.
10
Gambar 2. 2.4. 4. Daun jarak.
25
4) Getah Tanaman jarak cina, terutama pada getahnya banyak mengandung zat-zat yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Zat-zat 8
tersebut adalah alkaloid, saponin, flavonoid, dan tannin.
8
Gambar 2. 2.5. 5. getah jarak. a) Alkaloid
Alkaloid adalah suatu substansi yang mengandung nitrogen, terdapat pada berbagai jenis tanaman dan pada konsentrasi rendah
menyebabkan
berbagai
aksi
fisiologis
sebagai
stimulant. Contoh alkaloid adalah morfin, kokain, dan 13
sejenisnya yang memiliki fungsi sebagai analgetik. b) Saponin
Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba, menghambat jamur dan melindungi tanaman dari serangan 13
serangga.
Dalam proses penyembuhan luka, zat ini berperan dalam meningkatkan
pembentukan
26
pembuluh
darah
baru
(angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi 14
menjadi lebih optimal. Selain itu, saponin juga berfungsi sebagai antibiotik sehingga dapat mengurangi resiko luka 15
terkontaminasi oleh bakteri. c) Flavonoid
Flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayur. Biasanya, flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap tumbuhan biasanya menghasilkan flavonoid yang
berbeda.
Manfaat
flavonoid
salah
satunya
untuk
membentengi tubuh dari serangan kuman. Selain itu juga memiliki fungsi untuk memblokade terbentuknya prostaglandin penyebab
nyeri,
menstimulasi
sel
darah
putih,
serta
16
meningkatkan daya serang terhadap kuman. d) Tannin
Tannin dalam tumbuhan menyebabkan timbulnya rasa sepet selain itu juga tannin berperan dalam mencegah pertumbuhan 17
mikroba. Tannin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid
yang
berfungsi
sebagai
antioksidan
kuat,
antiperadangan, dan antikangker (anticarcinogenic). Tannin dikenal juga sebagai zat samak untuk pengawet kulit, yang merupakan
efek
tannin
27
yang
utama
adalah
sebagai
adstringensia yang banyak di gunakan sebagai pengencang 18
kulit dalam kosmetik.
2.
Povidone iodine Povidone iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna coklat gelap dan menimbulkan bau yang khas, dan dapat didefinisikan sebagai kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. Povidone iodine 10% merupakan agens antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik
pra maupun
pasca
oprasi, dapat
juga digunakan
dalam
penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan dan untuk mengurangi sepsis pada luka bakar. Dalam 10% povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit, kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. Povidone iodine pada umumnya dapat dijumpai dalam konsentrasi 1%, 10% bergantung dengan jenis penggunaan dan sifat dari mikroorganisme yang ingin didesinfeksikan. a. Manfaat povidone iodine 1)
Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak.
28
2)
Untuk melindungi luka-luka oprasi baik mayor atau minor terhadap kemungkinan timbulnya infeksi
3)
Untuk pencuci tangan sebelum oprasi.
b. Pemberian povidon-iodine Betadine anti septik solution sebagai produk yang mengandung povidone iodine 10% dapat digunakan beberapa kali dalam sehari, dan digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk untuk digunakan sebagai 19
oles maupun kompres pada luka.
3.
Kulit Normal Kulit normal memiliki tiga lapisan; epidermis, dermis dan jaringan subkutis. Epidermis mepunyai lapisan sel basal yang terus menerus membelah untuk mempertahankan lapisan epitel berlapis. Lapisan ini merupakan barier yang mencegah masuknya bakteri atau senyawa beracun, dan bersama dengan dermis melindungi struktur bagian dalam dari trauma. Dermis terdiri suatu lapisan kolagen yang padat. Kolagen merupakan dasar protein yang penting karena membentuk semua jaringan dan organ. Sedangkan subkutis terdiri jaringan ikat yang mengelilingi 3
globulus lemak.
29
3
Gambar 2. 2.6. 6. Kulit normal. 3. Luka
20
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ 21
tubuh lain. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan 22
hewan.
a. Jenis-jenis luka Luka sering sering digambarkan berdasarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan 20
luka itu dan menunjukkan derajat luka. 1) Berdasarkan tingkat kontaminasi
30
a) Clean Wounds (Luka Wounds (Luka bersih) Luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%. b) Clean-contamined Wounds (Luka Wounds (Luka bersih terkontaminasi). Luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%. c) Contamined Wounds (Luka Wounds (Luka terkontaminasi) Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini juga termasuk insisi akut dan inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%. d) Dirty or Infected Wounds (Luka Wounds (Luka kotor atau infeksi) Luka lama, luka kotor yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. 2) Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
31
a) Stadium I Luka Superfisial ( Non-Blanching Non-Blanching Erithema) Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b) Stadium II Luka Partial Luka Partial Thickness : Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c) Stadium III Luka Full Thickness Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d) Stadium IV Luka Full Luka Full Thickness yang Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
32
3) Berdasarkan waktu penyembuhan luka a) Luka akut Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. b) Luka kronis Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
b. Mekanisme Terjadinya Luka 1) Luka insisi ( Incised wounds) wounds) Terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi) 2)
Luka memar (Contusion (Contusion Wound ) Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3)
Luka lecet ( Abraded Abraded Wound ) Terjadi akibat kulit bergesekkan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
33
4)
Luka tusuk ( Punctured Punctured Wound ) Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5)
Luka gores ( Lacerated Lacerated Wound ) Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6)
Luka tembus ( Penetrating Penetrating Wound) Luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7)
Luka bakar (Combustio (Combustio))
c. Penyembuhan Luka Tubuh mempunyai kemampuan alamiah untuk melindungi dan memulihkan dirinya sendiri. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing, serta perkembangan awal seluler adalah bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan 20
perawatan dapat mendukung proses penyembuhan.
Penyembuhan luka di definisikan oleh Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi. Berdasarkan WHS, suatu penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur,
34
fungsi, dan penampilan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka serta lingkungan ekstrinsik dan instrinsik. Penyembuhan luka dapat berlangsung cepat ataupun lambat. Pada luka bedah dapat diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya jembatan penyembuhan di bawah jahitan
yang menyatu. Jembatan
penyembuhan ini muncul pada hari kelima sampa ketujuh pasca 20
operasi.
20
Gambar 2. 2.7. 7. Proses dan waktu penyembuhan luka. 1)
Komponen dalam Penyembuhan Luka 20
Komponen penyembuhan luka. a)
Kolagen Kolagen secara normal menghubungakan jaringan, melintasi luka dengan berbagai macam sel mediator. Pada awalnya kolagen seperti gel tetapi dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan, kolagen akan membentuk garis yang akan
35
meningkatkan kekuatan luka. Beberapa substansi diperlukan untuk membentuk kolagen antara lain vitamin C, zinc C, zinc,, oksigen, dan zat besi. b)
Angiogenesis Perkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor dapat diidentifikasi selama pengkajian klinik. Awalnya tepi luka berwarna merah terang dan mudah berdarah. Selanjutn ya dalam beberapa
hari
berubah
menjadi
merah
gelap.
Secara
mikroskopis, angiogenesis dimulai beberapa jam setelah perlukaan. c)
Granulasi jaringan Sebuah matrik kolagen, kapilarisasi, dan sel mulai mengisi daerah luka dengan kolagen baru membentuk scar membentuk scar . Jaringan ini tumbuh di tepi luka ke dasar luka. Granulasi jaringan diisi dengan kapilarisasi baru yang memberi warna merah dan tidak rata. Luka dikelilingi oleh fibroblast dan makrofag. Makrofag melanjutkan merawat luka dengan merangsang fibroblast dan proses angiogenesis. Granulasi jaringan mulai dibentuk dan proses epitelisasi dimulai.
36
d)
Kontraksi luka Kontraksi luka adalah mekanisme saat tepi luka menyatu sebagai akibat kekuatan dalam luka. Kontraksi adalah kerja dari miofibroblast. Jembatan miofibroblast melintasi luka dan menarik tepi luka untuk menutup luka. Kontraksi tidak diharapkan pada beberapa luka karena perubahan bentuk kosmetik yang diakibatkan oleh kontraktur.
e)
Epitelisasi Epitelisasi adalah adalah migrasi sel dari sekeliling kulit. Epitelisasai juga melintasi folikel rambut pada dermis dari luka yang sembuh dengan secondary intention. intention. Besarnya luka atau kedalaman luka memerlukan skin graft, karena epidermal migrasi secara normal dibatasi kira-kira 3 cm. Epitelisasi dapat dilihat pada granulasi luka bersih. Epitelisasi sel terbagi dan akhirnya migrasi epitel bertemu dengan sel yang sama dari tepi luka yang lain dan migrasi berhenti. Pada saat ini epitel berdiferensiasi menjadi bermacam lapis epidermis. Epitelisasi dapat ditingkatkan jika luka pada kondisi lembab. Tanda scar yang dibentuk pada fase ini adalah merah terang, tipis dan rawan terhadap tekanan.
37
20,22
Gambar 2. 2.8. 8. Proses penyembuhan luka.
2)
Fase Penyembuhan Luka Ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase penyudahan yang merupakan perupaan 22
kembali (remodeling (remodeling ) jaringan. a)
Fase inflamasi Pada fase inflamasi pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusah menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan pembuluh darah yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang
38
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyembabkan edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yang berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), dan functio laesa laesa atau daya pergerakan menurun. b)
Fase proliferasi Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proliferasi fibroblast. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, merupakan
asam
bahan
aminoglisin,
dasar
kolagen
dan
protein
yang
serat
yang
akan
mempertautkan tepi luka. Pada fase ini, serat-serat s erat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Pada fase ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan
berwarna
kemerahan
dengan
permukaan
yang
berbenjol halus seperti jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel asal terlepas dari permukaan basalnya mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudiaan diisi sel baru yang
39
terbentuk dari proses mitosis. Proses ini akan berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. c)
Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.
3)
Klasifikasi Penyembuhan Luka Ada tiga klasifikasi penyembuhan luka, yaitu penyembuhan luka primer ( sanatio sanatio per primam intentionem), intentionem), penyembuhan luka sekunder ( sanatio sanatio per secundam intentionem), intentionem), dan penyembuhan 22
luka primer tertunda. a)
Penyembuhan primer ( sanatio sanatio per primam intentionem) intentionem) Jenis penyembuhan ini terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
b)
Penyembuhan sekunder ( sanatio sanatio per secundam intentionem) intentionem) Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar (alami). Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian tertutup dengan epitel. Cara ini biasanya memakan waktu lebih lama
40
dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama bila lukanya menganga lebar. c)
Penyembuhan primer tertunda Pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas tegas tidak dapat langsung dilakukan penjahitan luka. Luka yang
compang-camping
seperti
luka
tembak,
sering
meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan dapat menyebabkan infeksi bila langsung dijahit. Luka demikian seharusnya dibersihkan dan dieksisi (debridement (debridement ) dahulu baru kemudian dijahit dan akan sembuh secara primer. Pada manusia penyembuhan luka dengan cara reorganisasi dan regenerasi jaringan hanya terjadi pada epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuh alami tanpa meninggalkan bekas. Organ lain termasuk kulit, mengalami penyembuhan secara epimorfosis, epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak 22
sama dengan jaringan semula. 4)
Gangguan Penyembuhan luka Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh 22
sendiri (endogen) atau oleh penyebab pen yebab dari luar tubuh (eksogen).
41
a)
Penyebab endogen Penyebab endogen terpenting adalah gangguan koagulasi yang disebut koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan, dan kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik seluler maupun humoral terganggu, pembersihan kontaminan dan jaringan mati serta penahan infeksi tidak berjalan baik. Gangguan sistem imun dapat terjadi pada infeksi virus terutama HIV, keganasan tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberculosis, hipoksia setempat, seperti ditemukan pada arterosklerosis, diabetes melitus, morbus Raynaud, kelainan perdarahan (hemangioma, fistel arteriovena) atau fibrosis. Sistem imun juga
dipengaruhi
oleh
gizi
kurang
akibat
kelaparan,
malabsorpsi, juga kekurangan asam amino esensial, mineral, maupun vitamin, serta oleh gangguan dalam metabolisme makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu fungsi sistem imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada usia lanjut dan penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan Addison dan Addison..
42
b)
Penyebab eksogen Penyebab eksogen meliputi penyinaran ionisasi yang akan menganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik, obat penekan reaksi imun, misalnya setelah transplantasi organ, dan kortikosteroid juga akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat seperti infeksi, hematoma, benda asing, serta jaringan mati seperti
skuester
dan
nekrosis,
sangat
menghambat
penyembuhan luka. 5)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah 23,3
sebagai berikut. a)
:
Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Selain karena orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,
penurunan
fungsi
hati
pada
orang
tua
dapat
mengganggu sintesis faktor pembekuan darah. b) Nutrisi Tambahan nutrisi dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Pasien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, serta mineral seperti Fe dan Zn.
43
c)
Infeksi Infeksi pada luka dapat menghambat penyembuhan. Bakteri merupakan organisme utama penyebab infeksi.
d)
Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Pada orang-orang dengan obesitas, penyembuhan luka menjadi lambat dan resiko infeksi menjadi lebih tinggi dikarenakan suplai darah yang kurang ke jaringan. Selain itu, aliran darah dan oksigenasi dapat terganggu pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi, diabetes mellitus, anemia dan gangguan pernapasan kronik. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya suplai oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e)
Hematoma Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh untuk kemudian masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut tentu memerlukan waktu yang lama untuk dapat
diabsorbsi,
sehingga
penyembuhan luka.
44
dapat
menghambat
proses
f)
Benda asing Benda
asing
seperti
pasir
atau
mikroorganisme
akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan leukosit yang membentuk suatu cairan kental yang disebut dengan nanah (Pus). g)
Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat obstruksi pada aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat pembalutan pada luka yang terlalu ketat ataupun faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
h)
Diabetes Melitus Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah yang menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal tersebut tentu akan mengganggu proses penyembuhan luka.
i)
Keadaan Luka Keadaan
khusus
dari
luka,
misalnya
lokasi,
dapat
mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
45
j)
Obat Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
d. Komplikasi Luka 1) Hematoma Hematoma timbul dini akibat
kegagalan pengendalian pembuluh
darah yang berdarah dan dapat timbul lanjut pada pasien pasien hipertensi atau cacat koagulasi. Biasanya hematoma dapat dibiarkan hilang spontan, tatapi hematoma yang meluas membutuhkan operasi ulang 3
dan pengendalian perdarahan. 2) Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dari tindakan operasi dan sering mengikuti hematoma luka. Pada 1867, Lister, dalam penelitiannya tentang antiseptik mengatakan bahwa gangrene rumah sakit ikut berperan pada jumlah kematian antara 20-100%. Dewasa ini, infeksi luka sering tidak fatal , tetapi dapat menimbulkan cacat. Dua faktor penting yang jelas dalam patogenesis adalah dosis 3
kontaminasi bakteri dan ketahanan pasien.
46
e. Perawatan Luka Pertama, dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi, dan berat ringannya luka. Kemudian bersihkan luka dengan cairan antiseptik atau dicuci dengan air sebelumnya, debrideman pada luka, luka , dan d an lakukan lakuk an penjahitan p enjahitan luka. Setelah itu luka ditutup dengan deng an bahan yang dapat mencegah lengketnya kassa, misalnya kassa yang mengandung vaselin, ditambah dengan kassa penyerap, dan dibalut 22
dengan pembalut elastis.
3.
Tikus Putih Jantan ( Rattus Rattus novergicus) novergicus) Galur Wistar Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai hewan percobaan, karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi 24
biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina. A. Klasifikasi Tikus Putih
24
Klasifikasi tikus putih jantan galur wistar adalah sebagai berikut. :
47
Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus : Rattus norvegicus
24
Gambar 2. 2.9. 9. Tikus putih jantan. B. Karakteristik Tikus Putih
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. bes ar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu sehingga dalam 25
penelitian tikus putih jantan lebih sering digunakan. digunak an. Di samping itu,
48
tikus putih mudah diperoleh dalam jumlah banyak, mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia dan harganya relatif murah. Tikus putih sangat jarang berkelahi dan dapat tinggal sendirian dalam kandang karena hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit. Oleh karena itu, dalam percobaan laboratorium tikus putih lebih menguntungkan daripada 26
mencit. C.
Kerangka Teori Getah Jarak
Saponin
Alkaloid
Flavonoid
Tanin
Penyembuhan Luka
Gambar 2. 2.10. 10. Kerangka Teori D.
Kerangka Konsep
Persiapan
Getah jarak cina
Insisi
Povidone iodine 10%
Gambar 2. 2.11. 11. Kerangka Konsep
49
Lama Penyembuhan Luka
E.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil 27
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian.
Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan rata-rata kecepatan penyembuhan luka dengan terapi menggunakan getah jarak cina Jatropha ( Curcas linn) linn) dibandingkan dengan terapi yang menggunakan larutan povidone iodine 10%.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Laboratory Experimental dengan metode post metode post test only group design. design. Metode ini juga merupakan eksperimen sungguhan, namun tidak diadakan pretest diadakan pretest oleh karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Dengan metode ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan 28
cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol. B.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Malahayati. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. C.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan post menggunakan post test group design untuk mencari pengaruh dari variabel dependen dan independent. Peneliti melakukan intervensi pada subjek dengan bahan getah jarak cina Jatropha (Jatropha curcas linn) dan larutan povidone iodine 10%.
51
Tikus putih ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar yang yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 ekor yang dipilih secara acak dengan jenis kelamin jantan. Sebanyak 11 ekor tikus Wistar diberikan perlakuan berupa pemberian getah jarak cina (Jatropha curcas linn) pada linn) pada luka insisi secara topikal dengan dosis dua kali sehari dengan dosis tiap kali pemberian adalah 0,5 cc, dan 11 ekor tikus Wistar sebagai kontrol positif diberikan betadine 2 x 0,5 cc/hari. Pemberian perlakuan pada tikus Wistar dilakukan hingga luka menutup sempurna. Pada penelitian ini ada 2 (dua) kelompok perlakuan, kelompok I (perawatan dengan getah jarak cina), kelompok II (perlakuan dengan larutan povidone iodine 10%). Sample dalam tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus Gomez (1995) : T (r-1) (r-1) ≥ 20 Ket : T
: Jumlah perlakuan
r
: Jumlah replikasi
2(r-1) 2(r-1) ≥ 20 2r - 2 ≥ 20 2r ≥ 22 r = 11 Maka besar pengulangan perkelompok 11 ekor tikus Wistar . Jadi, total tikus Wistar yang yang akan digunakan adalah sebanyak 22 ekor.
52
D.
Subjek Penelitian
1. Populasi 28
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. a.
Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar .
b.
Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar , umur 2-3 bulan, berat badan 150-200 gram, sehat, tidak ada kelainan anatomis, yang diperoleh dari dinas pertanian dan ketahanan pangan kota tanggerang selatan.
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penentuan kriteria sample sangat membantu untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi 31
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
53
a. Kriteria Inklusi 1) Tikus Wistar Jantan 2) Berat 150-200 gram 3) Usia 2-3 bulan 4) Kondisi sehat (aktif dan tidak cacat) 5) Tidak pernah digunakan untuk penelitian b. Kriteria Eksklusi 1) Terjadi kecacatan anatomis selama penelitian. 2) Mati selama masa aklimatisasi dan perlakuan berlangsung.
F.
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep 26
penelitian tertentu.
1. Variabel independent Variabel independent adalah suatu stimulus aktivitas yang dimanipulasi 31
oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.
Pada penelitian ini variabel independennya adalah perawatan luka dengan menggunakan getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) dan linn) dan larutan povidone iodine 10% yang diberikan secara topikal pada luka insisi dengan dosis yang telah ditentukan.
54
2. Variabel dependent Variabel dependent adalah variabel yang muncul sebagai akibat manipulasi dari
suatu
variabel
31
independent. Pada
penelitian
ini
variabel
dependentnya adalah penyembuhan luka. Variabel independent
Variabel dependent
Perawatan luka dengan getah jarak cina Lama Penyembuhan Luka Perawatan luka dengan povidone iodine 10% G.
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah batasan yang digunakan untuk membatasi ruang 26
lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
55
Variabel
Definisi Cara Opersional Ukur Getah jarak Getah yang diambil Getah yang di cina dari tangkai daun ambil dari tanaman jarak cina tangkai daun sebanyak 11 cc tanaman yang nantinya akan jarak cina digunakan pada 11 lalu di ekor tikus dalam 2 tampung kali pemberian jadi pada botol 2 x 0,5 cc / hari yang nantinya akan diambil dan diukur menggunakan spuit sebanyak 0,5 cc / harinya untuk setiap ekor tikus putih jantan Larutan Produk larutan Produk povidone povidone iodine larutan iodine 10% 10% yang povidone digunakan adalah iodine 10% betadine sebanyak yang 11 cc yang nantinya digunakan akan digunakan dalam pada 11 ekor tikus penelitian ini dalam 2 kali adalah pemberian jadi 2 x betadine yang 0,5 cc / hari nantinya akan diambil dan diukur menggunakan spuit sebanyak 0,5 cc / harinya untuk setiap ekor tikus putih jantan Waktu Luka menutup Observasi penyembuhan sempurna, dalam yang luka artian pada luka dilakukan sudah tidak terlihat setiap harinya lagi tanda-tanda pada pukul peradangan, dan 19.00 untuk kedua sisi luka telah selanjutnya di menyatu catat pada lembar observasi
56
Alat Ukur Spuit dan lembar Observasi
Hasil Ukur Getah jarak sebanyak 0,5 cc / harinya yang diberikan pada punggung tikus putih jantan dan diamatai penyembuhan luka insisi nya yang berdasarakan pada luka menutup sempurna
Spuit dan Larutan lembar povidone Observasi iodine 10% sebanyak 0,5 cc / harinya yang diberikan pada punggung tikus putih jantan dan diamatai penyembuhan luka insisi nya yang berdasarakan pada luka menutup sempurna
Lembar Observasi
Skala Ukur Ratio
Ratio
Penyembuhan Nominal luka insisi pada penelitian ini dinilai dari lama rata-rata hari yang diperlukan sampai luka menutup
sampai luka.menutup sempurna
H.
sempurna, dalam artian pada luka sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, kedua sisi luka telah menyatu dan keseluruhan krusta telah terlepas.
Alat Ukur
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, yang diisi berdasarkan lama hari penyembuhan luka pada tikus putih ( Rattus Rattus novergicus). novergicus).
I.
Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi eksperimen.
J.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alat a.
Kandang tikus beserta kelengkapannya (sekam, tempat makanan dan minuman)
b.
Spidol (untuk menandai tikus)
57
c.
Timbangan
d.
Gunting
e.
Pisau cukur
f.
Kapas
g.
Spuit
h.
Alat untuk melakukan insisi (scalpel dan pisau)
i.
Penggaris
j.
Botol
k.
Handscoon/sarung tangan
l.
Kassa steril
m. Plester n.
Jam
o.
Lembar observasi
2. Bahan a.
Getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn)
b.
Larutan povidone iodine 10%
c.
Lidokain
d.
Alkohol 70%
e.
Aquadest
f.
Tikus putih jantan ( Rattus Rattus norvegicus) norvegicus) galur Wistar
g.
Makanan (pellet dan jagung) dan minuman tikus Wistar
58
K.
Prosedur Penelitian
1.
Tikus terlebih dahulu diadaptasikan terhadap kondisi lingkungan tempat penelitian selama 7 hari. Termasuk diberikan nutrisi dengan pakan standar berupa pellet dan jagung juga menjaga kebersihan kandang.
2.
Tikus dibagi dalam dua kelompok perlakuan yang dibagi secara acak masing-masing kelompok terdiri dari 11 (sebelas) ekor tikus, yaitu : a.
Kelompok I : luka insisi diberi perlakuan dengan den gan getah g etah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn). linn).
b.
Kelompok II: luka insisi diberi perlakuan dengan larutan povidone iodine 10%.
3.
Setelah diadaptasikan selama 7 hari dan dibagi dalam 2 kelompok, pada hari ke 8 lakukan persiapan insisi pada tikus, yaitu dengan mencukur rambut tikus pada punggung tikus yang akan di insisi.
4.
Sebelum diinsisi, pada punggung tikus putih jantan disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70%, lalu lakukan anastesi punggung tikus putih jantan dengan lidokain menggunakan spuit disposable, agar tidak menyakiti tikus pada saat diinsisisi.
5.
Kemudian dibuat luka insisi partial insisi partial thickness atau thickness atau luka stadium II yaitu luka yang mengenai seluruh epidermis dan bagian atas dermis sepanjang 1 cm dengan kedalaman 1 mm (diukur dengan penggaris) menggunakan pisau scalpel.
59
6.
Lakukan pembersihan darah dengan NaCl 0,9 % sampai perdarahan berhenti.
7.
Pada kelompok I diberikan getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) dengan dosis 2 x 0,5/hari cc pada jam 07.00 dan 19.00 sampai luka menutup dengan sempurna. Demikian juga pada kelompok yang ke II, diberikan larutan povidone iodine 10% dengan dosis 2 x 0,5 cc/hari pada jam 07.00 dan 19.00 sampai luka menutup dengan sempurna.
8.
Catat pada lembar observasi sampai hari keberapa luka menutup sempurna pada tiap tikus.
60
Pembuatan proposal
Pemesanan tikus dan persiapan kandang
Persiapan getah jarak cina, povidone iodine 10% serta alat dan bahan lainnya Persiapan
Pencukuran rambut pada punggung tikus Wistar pada pada hari ke 8
Pembuatan luka insisi pada punggung tikus putih jantan sepanjang 1 cm dengan kedalaman 1 mm
Perlakuan I, pada luka
Pemberian perlakuan
diberikan getah jarak cina secara topikal dengan dosis 2 x 0,5 cc/hari
Pengamatan hasil Perlakuan II, pada luka
diberikan povidone iodine 10% secara topikal dengan dosis 2 x 0,5 cc/hari
Analisa data
Laporan
Gambar 3.1, Skema Alur Penelitian
61
L.
Parameter yang Diamati
Hasil akhir yang dinilai dalam penelitian ini adalah lama waktu yang dibutuhkan sampai luka menutup sempurna, dalam artian pada luka sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, kedua sisi luka telah menyatu dan keseluruhan krusta telah terlepas. terlepas. Sedangkan parameter yang diamati selama observasi proses penyembuhan luka adalah kondisi luka secara makroskopis, misalnya tanda-tanda peradangan (misalnya rubor dan tumor), krusta dan penutupan luka. M.
Pengolahan data
Beberapa
tahapan
yang
harus
dilakukan
terlebih
dahulu
guna
mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapatkan kendala. Tahapan tersebut terdiri dari : 1. Editing Memeriksa data-data yang dikumpulkan apakah terdapat kekurangan yang mungkin menyulitkan dalam langkah analisis berikutnya. 2. Scoring Tahapan ini dilakukan guna memberikan skor pada setiap hasil di lembar observasi. Tidak ada pedoman baku untuk skoring namun skoring harus konsisten.
62
3. Coding Tahapan memberikan kode pada hasil observasi untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada saat meng-entry meng-entry data data.. 4. Entering Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah di skor kedalam komputer. 5. Processing Yaitu langkah yang dilakukan untuk mengolah atau menganalisis data dengan program komputer.
M.
Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian, untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen dan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis digunakan untuk distribusi dari variabel independent perawatan luka dengan getah jarak cina Jatropha (Jatropha curcas linn) dan larutan povidone-iodine 10% dan variabel dependennya adalah penyembuhan luka. Analilis menggunakan program SPSS 16.
63
2. Analisis Bivariat Analisis bivariant digunakan untuk melihat pengaruh/hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Pada penelitian ini analisis digunakan untuk mengetahui perbandingan lama penyembuhan luka dengan menggunakan getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas cu rcas linn) dan larutan povidone iodine.
Selanjutnya
membandingkan
kelompok
dengan
intervensi
menggunakan bahan A (getah jarak cina) dan kelompok intervensi dengan menggunakan bahan B (larutan povidone iodine 10%). Dalam analisis ini digunakan uji independent t-test independent t-test dalam dalam program SPSS 16.
64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisa
Hasil penelitian ini menyajikan data tentang karakteristik subjek penelitian, hasil analisa univariat dan analisa bivariat. Pada analisa univariat akan disajikan frekuensi dan distribusi lama penyembuhan luka pada masingmasing kelompok perlakuan dan pada analisa bivariat akan disajikan perbandingan antara rata-rata lama penyembuhan luka dengan terapi menggunakan getah jarak cina dengan povidone iodine 10%.
B.
Analisis Univariat
Analisis univariat ini digunakan untuk melihat frekuensi dan distribusi lama penyembuhan luka pada masing-masing kelompok perlakuan Tabel 4.2 Distribusi dan Frekuensi Lama Hari Penyembuhan Luka dengan Getah Jarak Cina Lama Hari Penyembuhan Luka 5
Frekuensi
Presentase (%)
3
27.3
6
5
45.5
7
2
9.1
8
2
18.2
Total
11
100.0
65
Dari tabel diatas diperoleh sample dengan lama penyembuhan luka hari ke 5 berjumlah 3 sampel (27,3%), hari ke 6 berjumlah 4 sampel (36,4%), hari ke 7 berjumlah 2 sampel (18,2%), dan pada hari ke 8 berjumlah 2 sampel (18,2%). Maka didapatkan lama waktu penyembuhan paling cepat terjadi pada hari ke 5 yang berjumlah 3 sampel, sedangkan paling lama terjadi pada hari ke 8 yang berjumlah 2 sample, dan penyembuhan paling banyak terjadi pada hari ke 6 yang berjumlah 4 sampel. Tabel 4.1 Distribusi dan Frekuensi Lama Hari Penyembuhan Luka dengan Povidone Iodine 10% Lama Hari Penyembuhan Luka
Frekuensi
Presentase (%)
6
3
27,3
7
3
27,3
8
3
27,3
9
2
18.2
Total
11
100.0
Dari tabel diatas diperoleh sample dengan lama penyembuhan luka hari ke 6 berjumlah 3 sampel (27,3%), hari ke 7 berjumlah 3 sampel (27,3%), hari ke 8 berjumlah 3 sampel (27,3%), dan pada hari ke 9 berjumlah 2 sampel (18,2%). Maka didapatkan lama waktu penyembuhan paling cepat dan paling banyak terjadi pada hari ke 6, 7, dan 8 yang berjumlah 3 sampel, sedangkan paling lama terjadi pada hari ke 9 yang berjumlah 2 sampel.
66
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membandingan rata-rata lama penyembuhan luka dengan menggunakan getah jarak cina dan povidone iodine 10% pada subjek yang diteliti. Tabel 4.3 Rata-rata Lama Penyembuhan Luka dengan Getah Jarak Cina dan Povidone iodine 10%
Perlakuan Getah jarak cina Povidone iodine 10%
Jumlah sample
Rata – Rata – rata rata waktu penyembuhan (dalam hari)
11
6,27
11
7,36
Nilai P - Value
0,032
Dari tabel 4.3 menjelaskan bahwa penyembuhan luka pada subjek yang dirawat dengan Povidone iodine 10% rata-rata membutuhkan 7,36 hari hingga luka menutup dan kekuatan jaringan mencapai normal, sedangkan luka yang dirawat dengan getah jarak cina rata-rata membutuhkan waktu lebih singkat yaitu 6,27 hari dengan jarak 1,09 hari. hari. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test didapatkan p value = 0,032 lebih kecil dari dari
nilai α ≤ (0,05). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari rata-rata kecepatan penyembuhan luka sayat yang dirawat dengan menggunakan getah jarak j arak cina dan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10%. Dengan demikian hipotesa dapat diterima.
67
D. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian “perbandingan efektifitas efektifitas pemberian getah jarak cina ( Jatropha Jatropha curcas linn) linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal terhadap penyambuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan Rattus (Rattus novergicus) novergicus) galur Wistar ”. ”. Berdasarkan hasil observasi proses penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan galur Wistar , rata-rata lama penyembuhan luka yang dirawat dengan getah jarak cina adalah 6,27 hari, lebih pendek dibandingkan penyembuhan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10% yang memerlukan waktu rata-rata 7,36 hari dengan jarak 1,09 hari. Perbedaan yang signifikan tersebut didukung dengan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test . Dari uji tersebut didapatkan nilai p value = 0,032 yang lebih kecil dari nilai α ≤ (0,05). Hasil tersebut berarti bahwa ada perbedaan p erbedaan 1,09 hari antara rata-rata lama penyembuhan luka yang dirawat dengan getah jarak cina dibandingkan dengan rata-rata lama penyembuhan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10%. Penyembuhan luka di definisikan oleh Wound Healing Society (WHS) Society (WHS) sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi. Menurut WHS, suatu penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur, fungsi, dan penampilan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka serta
68
lingkungan ekstrinsik dan instrinsik. Penyembuhan luka dapat berlangsung 20
cepat ataupun lambat.
Sebagai sebuah proses yang terkoordinasi, proses penyembuhan luka melibatkan komponen seluler dan ekstraseluler yang pada akhirnya terjadi penyusunan kembali jaringan yang cedera. Diawali dari serangkaian proses penting yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi dan migrasi sel, angiogenesis, 32
sintesis matriks, remodelling dan dan kontraksi luka.
Luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, dengan berbagai etiologi merupakan masalah yang sering ditemukan dalam berbagai disiplin ilmu kedokteran. Kejadian ini merupakan salah satu sumber utama morbiditas, meningkatkan angka mortalitas, penyebab kerusakan psikologis bagi para penderita, meningkatkan anggaran biaya pengobatan pen gobatan dan kehilangan jam kerja pada penderita dalam usia produktif. Oleh karena itu harus dilakukan upaya agar proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan cepat dan ideal 33
sehingga berbagai dampak buruk tidak terjadi.
Dalam penelitian ini telah dilakukan upaya untuk menemukan solusi agar proses penyembuhan luka dapat berjalan secara cepat dan ideal. Penelitian ini telah membuktikan bahwa pemberian getah jarak cina secara topikal pada luka dapat mempercepat proses penyembuhan, bahkan lebih efektif jika dibandingkan dengan povidone iodine 10%. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan, karna kandungan-kandungan yang terdapat dalam getah jarak cina yang membuat efek penyembuhan lukanya begitu signifikan.
69
Didalam getah jarak cina terkandung zat-zat aktif yang sangat dibutuhkan 8
dalam proses penyembuhan luka yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin.
Alkaloid adalah suatu substansi yang mengandung nitrogen, terdapat pada berbagai jenis tanaman dan pada konsentrasi rendah menyebabkan berbagai aksi fisiologis sebagai stimulant. Contoh alkaloid adalah morfin, 13
kokain, dan sejenisnya yang memiliki fungsi sebagai analgetik.
Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba, menghambat jamur dan melindungi tanaman dari serangan serangga. Dalam proses penyembuhan luka, zat ini berperan dalam meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi menjadi lebih optimal. Selain itu, saponin juga berfungsi sebagai antibiotik sehingga dapat mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh 13,14,15
bakteri.
Flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayur. Biasanya, flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap tumbuhan biasanya menghasilkan flavonoid yang berbeda. Manfaat flavonoid salah satunya untuk membentengi tubuh dari serangan kuman. Selain itu juga memiliki fungsi untuk memblokade terbentuknya prostaglandin penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih, serta meningkatkan daya serang terhadap 16
kuman.
70
Tannin dalam tumbuhan menyebabkan timbulnya rasa sepet selain itu 17
juga tannin berperan dalam mencegah pertumbuhan mikroba. Tannin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, antiperadangan, dan antikangker (anticarcinogenic). Tannin dikenal juga sebagai zat samak untuk pengawet kulit, yang merupakan efek tannin yang utama adalah sebagai adstringensia yang banyak di gunakan 18
sebagai pengencang kulit dalam kosmetik.
Sedangkan povidone iodine merupakan agens antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra maupun pasca oprasi, dapat juga digunakan dalam penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada p ada pasien rawat jalan dan untuk mengurangi sepsis pada luka bakar. Dalam 10% povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit, kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. Povidone iodine pada umumnya dapat dijumpai dalam konsentrasi 1%, 10% bergantung dengan jenis penggunaan dan sifat dari mikroorganisme yang 19
ingin didesinfeksikan.
Povidone-iodine, suatu antiseptik yang terdiri dari iodine kompleks, komponen bakterisidal, dengan polyvinylpyrolidone (povidone) suatu polimer sintetik, memiliki efek antiseptik dan antibakteri yang baik. tetapi dengan 34
konsentrasi yang tinggi povidone-iodine memiliki efek toksik bagi jaringan.
71
Mengingat harga obat-obatan modern yang semakin mahal dan berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penyembuhan luka dalam waktu yang lama, maka perlu dilakukan upaya untuk mempercepat penyembuhan luka salah satunya adalah dengan menggunakan
obat
tradisional yaitu getah jarak cina. Hal ini dikarenakan zat-zat aktif yang terkandung dalam getah jarak cina yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin terbukti dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk penyembuhan luka dengan terapi getah jarak cina adalah 6,27 hari. 2. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk penyembuhan luka dengan terapi povidone iodine 10% adalah 7,36 hari. 3. Ada perbedaan signifikan antara kecepatan penyembuhan luka sayat yang dirawat dengan menggunakan getah jarak cina dibandingkan dengan perawatan luka menggunakan povidone iodine 10% sebanyak 1,09 hari, dengan p value = 0,032 B.
Saran
1. Untuk Masyarakat Penelitian telah dilakukan pada hewan coba dan getah jarak cina memberikan hasil yang baik, untuk itu kepada masyarakat disarankan agar penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih bahan untuk perawatan luka dan untuk menambah khasanah pengobatan herbal alami.
73
2. Untuk Peneliti Selanjutnya Peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
mengembangkan
penelitian
sebelumnya tentang manfaat getah jarak cina untuk perawatan luka dengan mencoba jenis luka kotor yang terkontaminasi, dengan mencoba jenis jarak lain, jenis luka lain dengan luka yang lebih dalam daripada partial daripada partial thickness, thickness, dan juga subjek percobaan lain. Dan juga untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan kelompok kontrol, agar hasil penelitian lebih baik.
74
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim & Sjamsuhidajat R (Ed), Buku (Ed), Buku Ajar Ilmu Bedah, Bedah, Edisi 2, EGC, 2004 2. Jan Tambayong, Patofisiologi Tambayong, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000 3. Sabiston DC, Buku DC, Buku Ajar Bedah, Bedah, EGC, Jakarta, 1995 4. Haris RA, Efektifitas RA, Efektifitas Penggunaan Iodine 10%, Iodine 70%, Iodine 80%, Dan NaCl Dalam Percepatan Proses Penyembuhan Luka Pada Punggung Tikus Jantan Sparague Dawley, Dawley, Skripsi, FIK-UMS, Surakarta, 2009 5. Suwiti NK, Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca Pemberian Daun Mengkudu (Morinda citrifolia linn.), linn.), Buletin Veteriner Udayana, Bali, 2010 6. Thomas A.N.S, Tanaman Obat Tradisional 2, 2, Kanisius, Yogyakarta, 1992 7. Sulaiman, Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha Multifida L) Terhadap Penyembuhan Luka, Luka, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Lampung, 2012 8. Atik N, J Iwan, Perbedaan Efek Pemberian Topikal Gel Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dengan Solusio Povidone Iodine Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Kulit Mencit (Mus musculus), Artikel Penelitian, Bagian Histologi, FKUNPAD, Bandung, 2009 9. Poncojari Wahyono, Tumbuhan Untuk Pengobatan 87 Jenis Penyakit Dengan Penanganan Herbal , PT Grasindo, jakrta 2010
75
10. Andi Nur Alam Syah, Biodiesel Jarak Pagar , PT Agromedia Pustaka, Tanggerang, 2006 11. Adi Nugroho, Biologi Tungau Merah Pada Tanaman Jarak Pagar, Pagar, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, 2012 12. Made Sri Prana, Budi Daya Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Sumber Biodiesel Menunjang Ketahanan Energi Nasional , LIPI Press, Jakarta, 2006 13. Djarir Makfoeld, Kamus Istilah Pangan Dan Nutrisi Penerbit Kanisius, Kanisius, Kanisius, 2002 14. Rosanto YB, NF Sari, HN Wity, R Ningsih & S Putri, 2010, http://nasional. vivanews.com/news/read/170761-getah- pohon- pisang- terbukti- obat- luka
15. Priosoeryanto, 2010, Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit , Jurnal Veteriner, Juni, Vol.2 No.2 16. Suranto Adji, Terapi Madu. Madu. Penebar Plus+, Jakarta, 2007
17. Setijo Pitojo, Hesti Nira Puspita, Seri Budidaya Kesemek ,
Kanisius,
Yogyakarta, 2007 18. Nurheti 18. Nurheti Yulianti, A Yulianti, A To Z Food Supplement, Yogyakarta, 2009. 19. Marimin, 2011, Efektifitas perawatan luka meggunakan Povidone- Iodine 10%
dalam
proses
penyembuhan
Luka
Post
Operasi
Apendisitis
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4456. Diakses 12 Desember 2012 pukul 08.02 PM WIB.
76
20. Umi Zahrok, Perbandingan Efektivitas Terapi Madu dengan Rivanol Terhadap Penyembuhan Luka Dekubitus Grade II-IV di RSUD Dr.H Abdul Muluk Provinsi Lampung , KTI-FK Unimal, Lampung, 2009. 21. Ismail, ed. Luka ed. Luka dan Perawatanny Perawatannya a, KTI, 2008. 22. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Bedah, EGC, Jakarta, 2005
23. Rulam, Penyembuhan
Luka
(Wound
Healing), Healing),
http://www.infodiknas
.com/penyembuhan-luka-wound-healing, 2011 24. Barnett, S.A, The Rat: A Study in Behaviour , transaction Publisher, 2007 25. Mangkoewidjojo, Pemeliharaan, Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Penggunaan Hewan Percobaan Percobaan di Daerah Tropis Tropis,, UI Press, 1988
26. Willis OSA & Flint J, 2006, Dasar Genetik Prilaku Emosional Pada Tikus, Tikus, UIUC, J Hum Genet 27. Notoatmodjo 27. Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta 28. Notoatmodjo 28. Notoatmodjo S, 2010, Metode Penelitian Kesehatan (Cetakan VI), VI), PT. Rineka Cipta, Jakarta 29. Wasis NS, Pedoman NS, Pedoman Riset Riset Praktis Praktis untuk Profesi Perawat Perawat , EGC, Jakarta, 2006 30. Gomez, K.A, Aanum, Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian, Pertanian, UI press, Jakarta, 1995 31. Nursalam, Konsep Nursalam, Konsep dan Penerapan Penerapan Metodologi Metodologi Penelitian Penelitian Ilmu Keperawatan Keperawatan,, Jakarta: Salemba Medika, 2008
77
32. Robbins SL, RS Cotran & V Kumar, 2007, Buku 2007, Buku Ajar Patologi Robbins, Robbins, Edisi 7, Volume 1, EGC, Jakarta, Hal : 80-82 33. Grandis, Pengaruh Grandis, Pengaruh Pemberian Getah Pisang Raja (Musa Paradisiaca l. Var Sapientum) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar, Bandar lampung 2012 34. Burks RI, Povidone-iodine Solutuion in Wound Treatment, Physycal Theraphy. Theraphy. Vol 78:212-218, 1998
78
LEMBAR OBSERVASI Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina ( Jatropha ( Jatropha curcas curcas linn) linn) Dengan Povidone Iodine 10% Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan (R attus attus norvegicus) norvegicus) Galur Wistar
Observer : Pada Tikus Kelompok I (Perawatan Luka Dengan Getah Jarak) Lama Hari
Ket
NO 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan
:
√ = Luka menutup sempurna, dalam artian pada luka sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, dan kedua sisi luka telah menyatu
79
LEMBAR OBSERVASI Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina ( Jatropha ( Jatropha curcas curcas linn) linn) Dengan Povidone Iodine 10% Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan (R attus attus norvegicus) norvegicus) Galur Wistar
Observer : Pada Tikus Kelompok I (Perawatan Luka Dengan Povidone Iodine 10%) Lama Hari
Ket
NO 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan
:
√ = Luka menutup sempurna, dalam artian pada luka sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, dan kedua sisi luka telah menyatu
80
Lampiran II. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS versi 16
TEST NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
LamaHariGetahJarak LamaHariGetahJarak
.234
11
.094
.878
11
.097
LamahHariPovidone
.173
11
.200*
.889
11
.135
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
ANALISA UNIVARIAT
Frekuensi
Statistics
N
LamaHariPov
LamaHariGetah
Valid
11
11
Missing
0
0
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
81
Lama Hari Sembuh Getah
Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
5
3
27.3
27.3
27.3
6
4
36.4
36.4
63.6
7
2
18.2
18.2
81.8
8
2
18.2
18.2
100.0
11
100.0
100.0
Total
Lama Hari Sembuh Povidone
Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
6
3
27.3
27.3
27.3
7
3
27.3
27.3
54.5
8
3
27.3
27.3
81.8
9
2
18.2
18.2
100.0
11
100.0
100.0
Total
82
ANALISA BIVARIAT
T-Test
Group Statistics
Perlakuan
HariSembuh
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
povidone
11
7.36
1.120
.338
getah
11
6.27
1.104
.333
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F
Hari
Equal variances
Sembu assumed
Sig.
.044
t
.837
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
2.301
20
.032
1.091
.474
.102
2.080
2.301
19.996
.032
1.091
.474
.102
2.080
h Equal variances not assumed
83
LAMPIRAN III. DOKUMENTASI
Pengumpulan Getah Jarak
Povidone iodine
Anastesi Lokal Lidocaine
Alat dan Bahan
84
Pengukuran Panjang Luka
Pencukuran Bulu Tikus
Luka Menutup Sempurna
Pemberian Getah Jarak
Tikus Dipisahkan Saat Perlakuan 85