PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI KERAMBA “SEJAHTERA” BERBASIS SAK EMKM
SKRIPSI OLEH
DODDY PRIMAYUDIA NIM. B51112191
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TANJUNGPURA 0 PONTIANAK 2017
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI KERAMBA “SEJAHTERA” BERBASIS SAK EMKM
SKRIPSI OLEH
DODDY PRIMAYUDIA NIM. B51112191
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017 1
LEMBAR YURIDIS Penyusunan Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Nila Di Keramba “Sejahtera” Berbasis SAK EMKM Penanggung Jawab Yuridis Doddy Primayudia B51112191 Jurusan Program Studi Konsentrasi Tanggal Ujian Skripsi dan Komprehensif
: : : :
Akuntansi Akuntansi Akuntansi 27 Februari 2017
Majelis Penguji Pontianak, 2 Maret 2017 Pembimbing Khristina Yunita, SE, M.Si, Ak, CA NIP. 197906182002122003 Pontianak, 2 Maret 2017 Penguji I
Pontianak, 2 Maret 2017 Penguji II
M. Fahmi, SE, MM, Ak, CA NIP. 196806081999031003
Nina Febriana Dosinta, SE, M.Si NIP. 198002272006042001
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat dan Lulus Dalam Ujian Skripsi dan Komprehensif Pontianak, Ketua Program Studi Akuntansi Vitriyan Espa, SE, MSA, Ak, CHt, CA NIP. 197809062005011002
2
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: “PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI KERAMBA ‘SEJAHTERA’ BERBASIS SAK EMKM” yang diuji pada tanggal 27 Februari 2017 adalah hasil karya sendiri dan bukan plagiat, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya. Pendapat atau temuan lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan atau meniru dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.
Pontianak, 27 Februari 2017 Pembuat Pernyataan,
Doddy Primayudia B51112191
3
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA DI KERAMBA “SEJAHTERA’ BERBASIS SAK EMKM
Doddy Primayudia
ABSTRAK Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis dimulai dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan. Penelitian dilakukan pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” yang bergerak pada budidaya ikan nila dengan menggunakan jaring apung sebagai wadahnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi aset biologis serta penyajiannya pada laporan keuangan, dan bagaimana laporan keuangan disusun sesuai dengan SAK EMKM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aset biologis hewan ternak berupa ikan nila diakui sebagai persediaan dengan akun ikan nila dan diukur berdasarkan harga pasarnya serta disajikan pada laporan neraca. Hasil penyusunan laporan keuangan yang dilakukan antara lain laba rugi dan perubahan modal, laporan posisi keuangan atau neraca, arus kas, serta catatan atas laporan keuangan. Semua laporan keuangan yang disusun sudah berdasarkan SAK EMKM dan sesuai dengan siklus akuntansi.
Kata Kunci: Aset Biologis, Laporan Keuangan, SAK EMKM
4
FINANCIAL STATEMENTS OF NILE TILAPIA CULTIVATION ON “SEJAHTERA’S” FLOATING NET BASED ON SAK EMKM
Doddy Primayudia
ABSTRACT Biological assets is a plants and animals that passed biological transformation. Biological transformation started from growth process, degeneration, production, and procreation that caused animals and plants’s life to change qualitatively and quantitatively. The research took a place on “Sejahtera’s” floating net that it’s speciality to produce Nile Tilapia on floating net. The purposes of the experiment is to understand how we applicated the biological asset from the accounting side and how we make the financial statements that based on the SAK EMKM Descriptive method and sampling from interviewing the owner and observation on the location is used in this research. The result of this research shows that Nile Tilapia as “Sejahtera’s” biological asset is accrued as inventory named as Nile Tilapia and measured on market value as seen on balance sheet. The results on the financial statement research are income statement and changes on equity, balance sheet, cash flow, and notes to the financial statement. All of the financial statements on this research are based on SAK EMKM and following the accounting cycle. Keywords: Biological Assets, Financial Statements, SAK EMKM
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan penelitian ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata-1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Tanjungpura Pontianak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Penyusunan Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Nila Di Keramba ‘Sejahtera’ Berbasis SAK EMKM” ini banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orangtua penulis, Hendry Yanto dan Yuniarti yang selalu mendukung, membantu, dan memberikan semangat. 2. Bapak Prof. Dr. H. Eddy Suratman, SE, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak. 3. Bapak Vitriyan Espa, SE, MSA, Ak selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak. 4. Ibu Khristina Yunita, SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen pembimbing akademik sekaligus Ketua PPAPK Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak. 5. Bapak M. Fahmi, SE, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Penguji Utama yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam Sidang Skripsi/Komprehensif.
6
6. Ibu Nina Febriana Dosinta, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji Kedua yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam Sidang Skripsi/Komprehensif. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura (khususnya para Dosen Jurusan Akuntansi) yang telah banyak membagi ilmu dan pengetahuannya selama masa perkuliahan. 8. Para Staf Akademik, Tata Usaha, dan Staf Perpustakaan serta semua pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai. 9. Pemilik Keramba Ikan Nila “Sejahtera” yang telah bersedia memberikan datadata yang penulis perlukan dan bersedia meluangkan waktu hingga penulisan skripsi ini selesai. 10. Untuk teman-teman seperjuangan yang turut memberikan semangat, saran, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini (khususnya: Gema Fitria Sari, Muhammad Rizky, Egi Ramadhani, Ria Destriana, Ace Arintawiria, Hamdani, dan Ibnu Setyo Afrian) serta teman-teman Akuntansi Reguler B angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih banyak untuk kebersamaannya selama masa perkuliahan. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengakui keterbatasan tulisan ini dan menyadari pula bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta para akademisi.
Pontianak, 27 Februari 2017
7
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
8
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
ABSTRACT .....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................
5
1.5. Pembatasan Masalah ........................................................................
6
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan ...........................................................................
7
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan .................................................
7
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan .......................................................
7
2.1.3. Jenis Laporan Keuangan ..........................................................
9
2.2. Aset ..................................................................................................
10
2.2.1. Pengertian Aset ........................................................................
10
2.2.2. Pengakuan Aset ........................................................................
10
2.2.3. Pengukuran Aset ......................................................................
11
9
2.3. Aset Biologis ....................................................................................
12
2.3.1. Pengertian Aset Biologis ..........................................................
12
2.3.2. Pengakuan Aset Biologis .........................................................
12
2.3.3. Pengukuran Aset Biologis ........................................................
13
2.3.4. Jenis Aset Biologis ...................................................................
14
2.3.5. Pengklasifikasian Aset Biologis ...............................................
15
2.4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ................................
15
2.5. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) ..............................................
16
2.6. Kebijakan Akuntansi Menurut SAK EMKM ..................................
16
2.6.1. Pengakuan ................................................................................
16
2.6.2. Pengukuran ..............................................................................
17
2.6.3. Penyajian ..................................................................................
17
2.7. Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM .....................
18
2.7.1. Laporan Laba Rugi dan Perubahan Modal ..............................
18
2.7.2. Neraca Atau Laporan Posisi Keuangan ....................................
21
2.7.3. Laporan Arus Kas ....................................................................
22
2.7.4. Catatan Atas Laporan Keuangan .............................................
23
2.8. Penyajian Aset Biologis Berdasarkan SAK EMKM .......................
25
2.9. Karakteristik Usaha Industri Budidaya ...........................................
27
2.9.1. Gambaran Umum Aktivitas Industri Budidaya .....................
27
2.9.2. Risiko Industri Budidaya .......................................................
.27
2.9.3. Istilah Pada Industri Budidaya ..............................................
29
2.9.3.1. Perusahaan Budidaya ..................................................
29
2.9.3.2. Hewan Dalam Pertumbuhan ........................................
30
10
2.9.3.3. Hewan Telah Menghasilkan ........................................
30
2.9.3.4. Hewan Siap Dijual .......................................................
31
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian .................................................................................
32
3.2. Sumber Data .....................................................................................
32
3.3. Cara Pengumpulan Data ...................................................................
33
3.4. Cara Pengukuran Data ....................................................................
34
3.5. Lokasi Penelitian .............................................................................
34
3.6. Tahapan Penelitian ...........................................................................
34
3.7. Jadwal/Rencana Penelitian ...............................................................
35
3.8. Teknik Analisis Data .......................................................................
35
3.9. Kerangka Pemikiran .........................................................................
37
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................
38
4.2. Penerapan Akuntansi Aset Biologis Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” .......................................................................................
41
4.2.1. Pengakuan dan Pengukuran .....................................................
41
4.2.2. Pencatatan Transaksi yang Harus Dilakukan Keramba
Ikan Nila “Sejahtera” Terkait dengan Bisnis yang Dijalankan .................................................................................
44
4.2.3. Penyajian Aset Biologis dalam Laporan Keuangan .................
48
4.3. Penerapan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan PSAK
11
69 (Efektif 1 Januari 2016) ...............................................................
49
4.4. Penyusunan Laporan Keuangan Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” .......................................................................................
52
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .......................................................................................
70
5.2. Keterbatasan Penelitian ....................................................................
71
5.3. Saran .................................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1.1
Format Laporan Pencatatan Menurut UMKM ..................
3
Bagan 2.1
Bentuk Laporan Laba Rugi ................................................
20
12
Bagan 2.2
Bentuk Laporan Perubahan Modal ....................................
21
Bagan 2.3
Bentuk Laporan Neraca .....................................................
22
Bagan 2.4
Bentuk Laporan Arus Kas .................................................
23
Bagan 2.5
Catatan Atas Laporan Keuangan .......................................
24
Bagan 4.1
Daftar Nama Akun ............................................................
57
Bagan 4.2
Laporan Laba Rugi ............................................................
60
Bagan 4.3
Laporan Perubahan Modal ................................................
61
Bagan 4.4
Laporan Neraca .................................................................
62
Bagan 4.5
Laporan Arus Kas ..............................................................
63
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran ..........................................................
13
37
BAB 1 PENDAHULUAN
14
1.1. Latar Belakang Saat ini, kemajuan di bidang bisnis dan industri sangatlah pesat. Industriindustri ini seolah berlomba dalam meningkatkan entitasnya. Informasi akuntansi dibutuhkan untuk melihat perkembangan entitas tersebut. Selain dibutuhkan oleh industri atau pelaku entitas itu sendiri, informasi akuntansi juga dibutuhkan oleh pihak luar yang berhubungan dengan entitas. Laporan keuangan disajikan untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi entitas. Laporan keuangan ini adalah cara untuk menginformasikan kegiatan bisnisnya kepada pihak internal maupun eksternal. Pihak internal entitas seperti pemegang saham, manajer, serta pekerja, dan pihak eksternal seperti calon investor, pemerintah, dan kredit berhak mengetahui informasi keuangan ini. Menurut IAI (2016), laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pentingnya peran laporan keuangan didalam suatu sistem inilah
2
3
yang membuat laporan keuangan sangat dibutuhkan, tentunya dengan kualitas laporan keuangan yang baik. Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang dapat dipahami, andal, relevan, dan lengkap. Lima dasar laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi, laporan posisi kas, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan adalah hal utama dalam menentukan lengkap atau tidaknya suatu laporan keuangan. Penting bagi entitas untuk membuat laporan keuangan yang baik dan sesuai standar yang ditetapkan. Indonesia memiliki banyak pelaku ekonomi yang dapat dikatakan memiliki dominasi terhadap perekonomian negara, salah satunya adalah UMKM. UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh satu orang atau lebih dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. UMKM di Indonesia tidak hanya bergerak pada satu sektor saja, kondisi wilayah Indonesia yang cocok untuk sektor agrikultur adalah salah satu alasan banyak UMKM yang menjalani sektor ini. Keberadaan aset biologis bagi entitas bisnis yang bergerak pada bidang peternakan ini menjadi unik dan berbeda karena aset biologis berupa hewan dan tumbuhan merupakan komoditas utamanya. Aset biologis sendiri berarti suatu aset dari aktivitas agrikultur berupa tumbuhan seperti padi, jagung, cabai dan lainnya, serta hewan seperti ayam, sapi, domba, itik, dan ikan nila. Aktivitas utama entitas dalam pengelolaan aset biologis yang dimulai sejak pembibitan hingga masa panen yang kemudian akan menjadi sebuah produk atau output entitas. Salah satu UMKM yang bergerak pada sektor agribisnis di Pontianak adalah usaha budidaya ikan nila di keramba. Didukung dengan kondisi Pontianak yang
4
banyak memiliki sungai dengan volume air yang tidak pernah kering, membuat usaha di keramba ini dianggap sangat tepat. Usaha budidaya ikan di keramba merupakan usaha pemeliharaan ikan secara terkontrol di dalam suatu wadah berupa kurungan di dalam perairan. Salah satu UMKM yang menjalankan usaha budidaya ikan nila ini adalah UMKM Sejahtera. Sebagai salah satu UMKM, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak melakukan pencatatan biaya operasional, biaya keluar, dan biaya masuk dalam pengelolaan usahanya yang berstandar. UMKM hanya membuat pencatatan seadanya terhadap kas keluar dan masuk seperti berikut: Bagan 1.1Format laporan pencatatan menurut UMKM
Pembuatan kolam Membeli pakan 285 karung (@50 kg) Bibit nila 10.000 ekor (@ Rp. 385,-)
Rp. 100.000.000,Rp. 121.125.000,Rp. 15.400.000,-
(Selanjutnya dapat dilihat pada halaman lampiran) Selain itu, kurangnya pengetahuan UMKM Sejahteradalam pembuatan laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi, membuat laporan keuangan menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tidak hanya itu, tidak transparannya pencatatan keuangan hingga kurang akuratnya pencatatan seperti dengan menggunakan perkiraan dan ingatan pemilik usaha juga menjadi faktor pendukung dalam pembuatan laporan keuangan berstandar SAK EMKM ini. Oleh karena itu, peneliti akan membahas masalah ini agar bisa membantu UMKM bersangkutan (Keramba Ikan Nila “Sejahtera”) untuk dapat menyediakan
5
laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi yang berlaku, yaitu SAK EMKM. SAK EMKM baru akan mulai diterapkan pada tahun 2018, namun penerapan dini sudah dianjurkan. SAK EMKM digunakan karena UMKM Sejahtera adalah entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. Pada bab 3 poin 9, SAK EMKM menyebutkan bahwa UMKM membutuhkan tiga laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi, laporan posisi keuangan atau neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini nantinya dapat digunakan untuk kepentingan internal ataupun eksternal dan diharapkan mampu untuk menjadi acuan oleh pemilik UMKM dalam pembuatan laporan keuangan di periode-periode berikutnya.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang disebutkan sebelumnya, rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana penerapan akuntansi aset biologis pada usaha budidaya ikan nila di keramba “Sejahtera”? 2. Bagaimana penyusunan laporan keuangan aset biologis pada usaha budidaya ikan nila di keramba “Sejahtera” yang berbasis SAK EMKM? 1.3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, peneliti menentukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan akuntansi aset biologis pada usaha budidaya ikan nila di keramba “Sejahtera”. 2. Untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan aset biologis padausaha budidaya ikan nila di keramba “Sejahtera” yang berbasis SAK EMKM. 1.4. Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana penerapan akuntansi aset biologis serta pelaporan keuangannya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimanapenerapan aset biologisserta cara pelaporan keuangannya berdasarkan SAK EMKM. Serta sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura. b. Bagi UMKM Selain bagi penulis, penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat membantu UMKM dalam penyusunan laporan keuangan, serta dapat mempermudah pihak eksternal yang membutuhkan informasi keuangan Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. c. Bagi Pembaca Dapat dijadikan referensi mengenai bagaimana pembuatan laporan keuangan serta bagaimanaditerapkannya SAK EMKM pada aset biologis. 1.5. Pembatasan Masalah Agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu hanya pada aset biologis berupa ikan nila yang berada di keramba “Sejahtera”.
7
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu catatan informasi keuangan dalam suatu organisasi pada periode akuntansi tertentu, yang menggambarkan kinerja perusahan tersebut (Muchid, 2015: 32). Sedangkan menurut IAI (2015) mendefinisikan bahwa Laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi lima komponen, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Dari beberapa pengertian diatas, laporan keuangan dapat diartikan sebagai suatu laporan yang memberikan informasi posisi keuangan suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu. 2.1.2.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2012: 11), laporan keuangan berguna sebagai: 1. Memberikan informasi mengenai jenis dan juga aktivaatau hartayang dimiliki suatu perusahaan pada saat atau periode ini. 8
9
2. Memberikan informasi mengenai jenis serta jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat atau periode ini. 3. Memberikan informasi mengenai jenis serta jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi mengenai jumlah biaya serta jenis biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan pada periode tertentu. 5. Memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada aktiva, pasiva, serta modal perusahaan. 6. Memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada aktiva, pasiva, serta modal perusahaan. 7. Memberikan informasi mengenai catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. 9.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 10. Dari 2 pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemakai laporan keuangan sangat membutuhkan informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan sebagai evaluasi dan perbandingan terhadap keputusan ekonomi yang diambilnya. 2. Informasi keuangan suatu organisasi juga dapat digunakan untuk meramal kondisi perusahaan dimasa mendatang, apakah akan menghasilkan keuntungan atau malah mengalami kerugian. 3. Laporan keuangan juga dapat digunakan untuk bahan dalam pengambilan keputusan dalam investasi. 2.1.3. Jenis Laporan Keuangan
10
11.
Laporan keuangan dari suatu entitas menggambarkan kondisi secara
ekonomi entitas itu sendiri. Biasanya terdapat tiga hal utama dan satu tambahan komponen karena perkembangan laporan keuangan didalam laporan keuangan, yaitu: 1. Neraca (Balance Sheet) 12. Adalah laporan atas jumlah kekayaan suatu perusahaan serta kewajibannya dalam satu periode. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) 13. Adalah laporan yang menampilkan kinnerja operasi perusahaan dalam satu periode. Laporan laba rugi juga menampilkan seberapa jauh kemampuan perusahaan untuk mengdapatkan keuntungan. 3. Laporan Atas Perubahan Modal (Statement Of Changes In Capital) 14. Laporan atas perubahan modal menunjukkan seberapa besar keuntungan ataupun kerugian yang didapatkan, yang kemudian seberapa besar pengaruh keuntungan atau kerugian ini terhadap modal awal perusahaan. 15. 16. 4. Laporan Arus Kas (Cash Flows) 17. Adalah laporan yang memberikan informasi mengenai arus kas bersih dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi. 18. 2.2. Aset 2.2.1. Pengertian Aset 19. Aset merupakan seluruh harta kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. aset memiliki manfaat ekonomi dimasa mendatang, aset juga timbul akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. Aset terdiri dari aset tetap dan aset tidak tetap atau tidak berwujud. 20. PSAK (2015) mengatakan, “aset adalaah sumber daya yang dikuasau oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi dimasa depan yang diharapkan diperoleh perusahaan”. 2.2.2. Pengakuan Aset
11
21.
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur secara andal. Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi. Implikasi dari transaksi tersebut bahwa tingkat kepastian dari manfaat-manfaat yang diterima perusahaan setelah periode akuntansi berjalan tidak mencukupi untuk membenarkan pengakuan aset (Abdullah, 2011: 13). 2.2.3. Pengukuran Aset 22. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut menurut Abdullah(2011: 15) adalah sebagai berikut: 1. Biaya Historis(Historical Cost) 23. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. 2. Biaya Kini (Current Cost) 24. Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. 3. Nilai Realisasi/Penyelesaian (Realizable/Settlement Value) 25. Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). 4. Nilai Sekarang (Present Value)
12
26.
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. 27. 28. 5. Nilai Wajar (Fair Value) 29. Nilai aset dan kewajiban yang dapat berubah sesuai kewajarannya pada pasar saat transaksi dilakukan atau harga di mana aset dapat dibeli atau dijual dalam transaksi kini antar pihak secara sukarela, yaitu bukan penjualan paksa atau likuidasi. Harga pasar di pasar aktif adalah bukti terbaik dari nilai wajar dan harus digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, jika tersedia. Jika harga pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar harus didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia dengan mempertimbangkan harga aset sejenis. 30. 2.3. Aset Biologis 2.3.1. Pengertian Aset Biologis 31. MenurutPSAK 69 (efektif per 1 Januari 2016) aset biologis merupakan hewan atau tanaman hidup, yang berarti aset biologis merupakan salah satu aset dari aktivitas agrikultural. Aset biologis didefinisikan sebagai tanaman hidup pertanian maupun perkebunan dan hewan ternak (budidaya ikan) yang diolah dan dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan agar perusahaan mendapatkan keuntungan. Apabila dikaitkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh aset, maka aset biologis dapat dijabarkan sebagai tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki oleh perusahaan yang diperoleh dari kegiatan masa lalu (Abdullah, 2011). 2.3.2. Pengakuan Aset Biologis 32. Dalam PSAK 69 (efektif per 1 Januari 2016), entitas dapat mengakui aset biologis jika dan hanya jika:
13
1. perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu 2. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang akan mengalir ke dalam perusahaan 3. mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal. 33. Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis tersebut. Aset biologis akan diakui sebagai aset lancar ketika masa manfaat atau masa transisinya kurang dari atau sampai satu tahun, jika masa manfaat atau masa transformasi aset biologisnya lebih dari satu tahun maka akan diakui sebagai aset tidak lancar. 2.3.3. Pengukuran Aset Biologis 34. Berdasarkan PSAK 69 (efektif per 1 Januari), aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara andal. Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis tersebut pada pasar aktif. Pasar aktif (active market) adalah pasar dimana item yang diperdagangkan homogen, setiap saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi normal dan dengan harga yang dapat dijangkau. 35.
Biaya penjualan terdiri atas komisi untuk perantara atau penyalur yang
ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini. Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan
14
dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan aset biologis tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis tersebut. 2.3.4. Jenis Aset Biologis 36. Aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 perbedaan berdasarkan ciricirinya, yaitu: 1. Aset Biologis Bawaan 37. Aset biologis bawaan menghasilkan produk yang sifatnya dapat dipanen kembali, misalnya wol pada domba, atau buah yang dapat dipanen kembali ketika musimnya tiba. 2. Aset Biologis Bahan Pokok 38. Aset ini menghasilkan bahan yang bersifat pokok, atau hanya dapat dipanen atau diambil satu kali seperti, daging sapi dan daging ayam, atau padi. 39. Sedangkan menurut jangka waktunya, aset biologis juga dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Jangka Pendek 40. Aset yang dapat bertranformasi atau dapat dipanen dalam waktu satu tahun atau kurang, seperti ayam, ikan, padi, jagung dan sebagainya. 2. Jangka Panjang 41. Aset biologis jangka panjang membutuhkan waktu paling tidak satu tahun dalam proses tranformasinya, contohnya jeruk, apel. Atau hewan ternak yang berumur panjang seperti sapi, kuda, unta dan lainnya. 2.3.5. Pengklasifikasian Aset Biologis 42. Berdasarkan jangka waktunya seperti yang dijelaskan diatas, aset biologis dapat dikategorikan sebagai aset lancar (current asset) ataupun aset tetap (fixed asset). Jika aset biologis bertranformasi atau dapat dipanen dalam waktu satu tahun atau kurang maka aset yang berkaitan akan dikategorikan kedalam aset lancer. Sedangkan jika tranformasi aset biologis dibutuhkan lebih dari satu tahun maka akan dikategorikan sebagai aset tetap. 43.
15
2.4.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 44. UMKM atau yang lebih lengkapnya Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah telah dijelaskan dalam UU nomor 20 tahun 2008. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha yang memiliki aset tidak lebih dari Rp. 50.000.000, dan omzetnya maksimal Rp. 300.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan). Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan dan/atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha kecil memiliki kriteria aset >Rp. 50.000.000 hingga Rp. 500.000.000. Serta omzetnya >Rp. 300.000.000 hingga Rp. 2.500.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan). 45. Lain lagi dengan Usaha Menengah, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan dan/atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah aset >Rp. 500.000.000 sampai Rp. 10.000.000.000. serta omzet >Rp. 2.500.000.000 hingga Rp. 50.000.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan). 46. 2.5. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) 47. SAK EMKM dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil, dan menengah. Dalam SAK EMKM bab 1 poin 2 mengatakan bahwa entitas mikro,
16
kecil, dan menengah tanpa adanya akuntabilitas publik yang signifikan, seperti yang ditetapkan didalam SAK EMKM, yang memenuhi definisi serta kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana yang diatur didalam perundang-undangan di Indonesia paling tidak selama dua tahun berturut-turut. 48. Kemudian, menurut SAK EMKM bab 1 poin 3 juga mengatakan bahwa entitas yang tidak memenuhi kriteria serta definisi dari bab 1 poin 2 diizinkan untuk menggunakan SAK EMKM jika otoritas yang terkait mengizinkan. 49. 2.6. Kebijakan Akuntansi Menurut SAK EMKM 2.6.1. Pengakuan 50. Dalam bab 2 poin 12, SAK EMKM menjelaskan bahwa pengakuan unsur laporan keuangan adalah proses pembentukan suatu akun dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur sebagaimana diuraikan dalam bab 2 poin 2 dan 2.8, dan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut dapat dipastikan akan mengalir ke dalam atau keluar dari entitas; dan 2. akun tersebut memiliki biaya yang dapat diukur dengan andal. 51. Menurut bab 2 poin 19 didalam SAK EMKM menjelaskan bahwa dasar akrual digunakan untuk penyusunan laporan keuangan entitas. Didalam dasar akrual, akun-akun diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk masing-masing akun-akun tersebut. 2.6.2. 52.
Pengukuran Menurut SAK EMKM bab 2 poin 15 menjelaskan pengukuran sebagai
proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban didalam laporan keuangan.
17
53.
Dasar pengukuran unsur laporan keuangan didalam SAK EMKM
adalah biaya historis, ini sesuai didalam bab 2 poin 16. Biaya historis suatu aset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal. 2.6.3. Penyajian 54. Bab 3 poin 2 didalam SAK EMKM menyatakan bahwa penyajian wajar mensyaratkan penyajian yang jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi serta kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan beban. Pengungkapan dibutuhkan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu didalam SAK EMKM tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lain, atas posisi dan kinerja keuangan entitas. 55.
Kemudian didalam bab 3 poin 3 menjelaskan tujuan penyajian wajar
laporan keuangan entitas adalah sebagai berikut: 1. Relevan: informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pemngambilan keputusan. 2. Representasi tepat: informasi disajikan secara tepat atau secara apa yang seharusnya disajikan dan bebas dari kesalahan material dan bias. 3. Keterbandingan: informasi dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Informasi dalam laporan keuangan entitas juga dapat dibandingkan antar entitas untuk mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan.
18
4. Keterpahaman: informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahian yang memadai serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. 56. 2.7. Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM 2.7.1. Laporan Laba Rugi dan Perubahan Modal 57. Menurut SAK EMKM, laporan laba rugi entitas dapat mencakup akun-akun berikut ini: 1. pendapatan; 2. beban keuangan; 3. beban pajak. 58. Kemudian pada bab 5 poin 4 SAK EMKM menyatakan bahwa laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain. SAK EMKM mengatur perlakuan atas dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian retrospektif terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan. 59. Sementara itu, laporan perubahan modal merupakan laporan yang memberikan informasi mengenai peningkatan atau penurunan aktiva atau kekayaan pada suatu perusahaan. 60. Berikut adalah format laporan laba rugi dan perubahan modal untuk Keramba Ikan Nila “Sejahtera”: 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. Bagan 2.1 Bentuk Laporan Laba Rugi
19
1.
Keramba Ikan Nila "Sejahtera" 3. Laporan Laba Rugi 4. 1 Januari – 31 Desember 2016
2.
5. 8. Penjualan 11. Beban Pokok Penjualan 14. 17. Laba Kotor 20. 23. Beban-Beban:
6.
24.
25.
9. xxx 12. (xxx) 15. 18. 21.
7. 10. 13. 16. 19. xxx
22.
27. Beban Gaji 30. Beban Listrik 33. Beban Lain-Lain 36. Beban Penyusutan
28. xxx 31. xxx 34. xxx
26. 29. 32. 35.
Keramba 39. Beban Penyusutan Peralatan 42. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan Nila
37. xxx
38.
40. xxx
41.
43. xxx
44. 47. (xxx) 50. xxx 53. xxx
45. 48. Pendapatan Lain-Lain 51. Laba Bersih
46. 49. 52.
69. 70.
Bentuk laporan laba rugi diatas akan menampilkan pendapatan dan
beban selama periode akuntansi berlangsung (dalam penelitian ini dimulai dari Januari 2016 hingga Desember 2016). Jumlah pendapatan akan dikurangi dengan jumlah beban yang kemudian akan menghasilkan laba ataupun rugi pada Keramba Ikan Nila. 71.
20
72. 73.
Bagan 2.2Bentuk Laporan Perubahan Modal 54. 56.
Modal Awal Laba Bersih Modal Akhir
58. 59. 60.
Keramba Ikan Nila “Sejahtera” 55. Perubahan Modal Untuk Bulan / Tahun yang Berakhir 57. 61. xxx 62.
x
xx
63. 64. 65. xxx
66. 74.
Bentuk laporan perubahan seperti diatas akan menampilkan informasi
jumlah yang akan menambah atau malah mengurangi modal awal pada Keramba Ikan Nila Sejahtera selama periode akuntansi berjalan. 2.7.2. Neraca Atau Laporan Posisi Keuangan 75. Laporan posisi keuangan menyajikan informasi mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada akhir periode pelaporan. Pada bab 4 poin 2, SAK EMKM menyatakan bahwa laporan posisi keuangan terdiri dari kas dan setara kas, piutang, persediaan, aset tetap, utang usaha, utang bank, dan ekuitas. 76.
Kemudian, SAK EMKM menyatakan pada bab 4 poin 4 bahwa
SAK EMKM tidak menentukan susunan atas akun-akun yang disajikan. Walaupun tidak ditentukan susunannya, entitas dapat menyajikan akun-akun
21
aset berdasarkan urutan likuiditas dan akun-akun liabilitas berdasarkan urutan jatuh tempo. 77.
Format laporan neraca Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah
sebagai berikut: 78. Bagan 2.3Bentuk Laporan Neraca 79. Keramba Ikan Nila "Sejahtera"
80. Laporan Neraca 81. 1 Januari – 31 Desember 2016 82. 84. Kewajiban dan 83. Aset Modal 89. Ke wa jib 87. Aset Lancar: 88. an: 90. 93. Ut an g Us ah 91. Kas 92. xxx a 94. xxx 95. Ikan Nila 96. (xxx) 97. 98. 100. (xx 101. 102. 99. Persediaan Pakan x) 103. Total Aset 105. 106. Lancar: 104. xxx 109. 110. 107. 108. 111. Aset Tidak 113. 114. Lancar: 112. 117. 118. 115. Keramba 116. xxx Modal xxx 119. Akumulasi Penyusutan 120. (xx 121. 122. Keramba x) 125. 126. 123. Peralatan 124. xxx
22
127. Akumulasi Penyusutan Peralatan 131. Total Aset Tidak Lancar: 135. 139.
128.
(xx
129.
130.
133.
134.
137.
138.
141.
142. xxx
x) 132.
xxx
136. Total Aset
144.
140. 143.
xxx
145.
146. 2.7.3. 147.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas sebenarnya tidak diwajibkan didalam SAK EMKM
dan hanya bersifat tambahan atau untuk melengkapi hasil penelitian dan untuk memudahkan pemilik UMKM dalam melihat aktivitas ekonomi usahanya. Laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan didalam perusahaan. 148. Berikut adalah format laporan arus kas Keramba Ikan Nila “Sejahtera”: 149.
Bagan 2.4 Bentuk Laporan Arus Kas
150. Keramba Ikan Nila Sejahtera 151. Laporan Arus Kas (Metode Langsung) 152. 1 Januari - 31 Desember 2016 153. 154. 155. 156. Arus Kas dari Aktivitas Operasi: 157. 158. 159. Kas diterima oleh pelanggan 160. 162. Dikurang : 163. 165. Pembelian pakan 166. xxx 168. Pembelian bibit 169. xxx
161. 164. 167. 170.
X
23
171. Beban Gaji 174. Beban Listrik 177. Beban Lain-lain 180. 183. Arus Kas dari Aktivitas Operasi 186. 189. Arus Kas dari Aktivitas Investasi: 192. Pembuatan Keramba 195. Pembelian Peralatan 198. Arus Kas dari Aktivitas Investasi 201. 204. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan: 207. Modal 210. Total Arus Kas 213. 214. 2.7.4. 215.
172. 175. 178. 181.
xxx xxx xxx
173. 176. 179. 182.
184. 187.
185. 188.
190. 193. 196.
191. 194. 197.
xxx xxx
(x
X
199. 202.
200. 203.
(x X
205. 208. 211.
206. 209. 212.
X X
Catatan Atas Laporan Keuangan Pada bab 6 poin 2, SAK EMKM menyatakan catatan atas laporan
keuangan memuat: 1. suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM; 2. ikhtisar kebijakan akuntansi; 3. informasi tambahan dan rincian akun tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan. 216. Jenis informasi tambahan dan rincian yang disajikan bergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh entitas. Kemudian SAK EMKM menyatakan pada bab 6 poin 4 bahwa catatan atas lapora keuangan disajikan secara
24
sistematis sepanjang hal tersebut praktis. Tiap-tiap akun didalam laporan keuangan merujuk-silang ke informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. 217. Berikut adalah format catatan atas laporan keuangan Keramba Ikan Nila “Sejahtera”: 218.
Bagan 2.5Catatan Atas Laporan Keuangan 219.
Keramba Ikan Nila "Sejahtera" 220. Catatan Atas Laporan Keuangan 221. 222. Gambaran Umum Usaha 223. 224. Kebijakan Akuntansi 1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan 2. Kas dan Setara Kas 3. Ikan Nila 4. Pakan 5. Keramba 6. Peralatan 7. Utang Usaha 8. Modal 9. Beban Gaji 10. Beban Listrik 11. Beban Lain-lain 12. Beban Penyusutan Keramba 13. Akumulasi Penyusutan Peralatan 14. Penjualan 15. Beban Pokok Penjualan 16. Pendapatan Lain-lain 17. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan 225. 2.8. Penyajian Aset Biologis Berdasarkan SAK EMKM 226. Terdapat berbagai macam skala usaha yang dimiliki oleh entitas, salah satunya ada entitas yang berskala publik, dan ada entitas yang belum berskala public.
25
Penggunaan standar akuntansi keuangan sebagai dasar laporan keuangan menjadi perbedaan yang paling berpengaruh. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, kecil, dan Menengah atau yang disingkat SAK EMKM digunakan sebagai standar bagi entitas mikro, kecil, dan menengah. Biaya historis dan nilai wajar adalah ukuran dalam menentukan besar atau kecilnya suatu entitas. 227. Tidak adanya standar mengenai penyajian aset biologis pada entitas tertentu didalam SAK EMKM, membuat aset biologis dikelompokkan kedalam aset tetap. Pernyataan ini terdapat pada SAK EMKM yang berisi: 1. Entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika: kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset meliputi: harga beli, biayabiaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aaset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen, estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tangal pengakuan. 2. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK EMKM menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan didalam
26
penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan entitas. 3. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan, misalnya aset berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga mampu beroperasi sebagaimana maksud manajemen. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah disusutkan secara penuh. 228. 229. 230. 2.9. Karakteristik Usaha Industri Budidaya 2.9.1. Gambaran Umum Aktivitas Industri Budidaya 231. Proses transformasi biologis makhluk hidup
seperti
hewan,
menjadikan industri budidaya berbeda dari industri lainnya. Aktivitas industri budidaya biasanya digolongkan sebagai berikut: 1. Pembelian atau Pemijahan 232. Industri membeli bibit untuk langsung dijual kembali atau membeli benih yang kemudian akan dilakukan pemijahan agar menghasilkan bibit-bibit baru yang nantinya akan dijual. 2. Pemeliharaan 233. Hewan yang telah dibeli kemudian dipelihara hingga menjadi suatu produk yang siap untuk diproduksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kebutuhan pasar. 3. Pengambilan 234. Hewan yang telah siap jual atau yang menghasilkan produk untuk dijual kemudian diambil. 4. Pengolahan dan Pemasaran
27
235.
Produk langsung dijual secara mentah atau dilakukan langkah untuk
mengolah produk hingga siap dijual. 2.9.2. Risiko Industri Budidaya 236. Setiap usaha yang dijalani selalu ada risiko atau hambatan yang muncul, risiko itu antara lain: 1. Kualitas benih menurun setelah dipelihara 237. Benih yang telah dibeli untuk menjadi indukan agar menghasilkan bibit baru yang siap dijual, tidak sedikit yang mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas ini seperti misalnya banyak telur yang tidak menetas dan cacat. Hal ini biasanya disebabkan oleh benih yang sudah tua dan sakit. 2. Kematian atau kehilangan banyak benih ikan 238. Munculnya predator adalah faktor utama yang menyebabkan benih mati atau hilang. Selain itu, penebaran benih yang tidak seragam akan menimbulkan perebutan makanan oleh benih itu sendiri. 3. Pertumbuhan ikan lambat dalam mencapai bobot ideal 239. Kandungan gizi dalam makanan ikan masih
kurang
akan
menyebabkan ikan mengalami pertumbuhan yang lambat. Tidak hanya itu, jumlah pemberian makan yang kurang dan salah perhitungan dalam mengambil sampel akan berpengaruh dalam mencapai target bobot ideal untuk dapat diproduksi. 4. Harga pakan tinggi 240. Harga pakan yang tinggi akan membuat daya beli pakan oleh pelaku usaha berkurang dan kemudian akan susah untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. 5. Mewabahnya penyakit 241. Munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur merupakan salah satu risiko besar dalam industri ini. 242. 243.
28
6. Sumber air kering 244. Musim kemarau yang berkepanjangan akan membuat volume air berkurang dan menyebabkan aset banyak yang mati. 7. Banjir 245. Tibanya musim penghujan akan membuat air meninggi melebihi batas kolam atau jaring apung yang akan memudahkan ikan banyak yang lepas atau masuknya predator. 8. Perairan tercemar limbah 246. Budidaya yang dilakukan disungai akan lebih mudah terkena limbah dikarenakan masih banyaknya rumah tangga dan pabrik-pabrik yang masih membuang limbah mereka kesungai. 2.9.3. Istilah Pada Industri Budidaya 2.9.3.1. Perusahaan Budidaya 247. Merupakan perusahaan yang aktivitasnya mengelola transformasi biolohis hewan agar bisa menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi maupun dibutuhkan proses lanjutan.Perusahaan budidaya selanjutnya dapatdikategorikan kedalam dua jenis, yaitu: 1. BudidayaProduksi 248. Terdiri dari hewan dalam
pertumbuhan dan hewan yang telah
menghasilkan. 2. BudidayaKonsumsi 249. Terdiri dari hewan dalam pertumbuhan dan hewan siap untuk dijual. 250. 2.9.3.2. Hewan Dalam Pertumbuhan 251. Adalah hewan yang belum bisa memproduksi dan belum bisa memberikan pendapatan, hewan ini masih butuh proses lebih lanjut seperti pembesaran agar bisa siap untuk dijual. Terdapat beberapa hewan yang termasuk hewan dalam pertumbuhan, yaitu: 1. Hewan yang masih berada dikandungan atau masih membutuhkan proses pentasan, contohnya telur ikan yang akan kemudian menjadi anakan.
29
2. Hewan dalam proses pembesaran, contohnya anakan ikan nila yang akan dijadikan konsumsi. 3. Hewan dalam proses penggemukan, contohnya ikan yang sudah mencapai umur panen tepati masih kurang dari sisi berat ideal untuk panen akan dilakukan proses penggemukan. 2.9.3.3. Hewan Telah Menghasilkan 252. Adalah hewan yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi. Contohnya, benih ikan nila yang menghasilkan anakan yang kemudian akan dijual untuk menjadi bibit oleh perusahaan lain, sapi yang menghasilkan susu, dan lain-lain. Hewan telah menghasilkan selanjutnya dibagi menjadi: 1. Hewan menghasilkan berumur pendek, misalnya benih udang pada tempat penetasan memproduksi benur atau anakan udang. 2. Hewan menghasilkan berumur panjang, misalnya induk domba yang diperah susunya. 253. Selain dari dua poin diatas, hewan telah menghasilkan juga dapat dibagi berdasarkan umurnya, yaitu: 1. Induk 254. Adalah hewan yang dipelihara dan dibesarkan untuk menjadi indukan. Misalnya, indukan ikan nila unggul yang menghasilkan bibit nila yang kemudian dijual. Indukan biasanya dianggap sebagai aset tetap, sebab indukan dapat terus menghasilkan bibit hingga indukan tersebut mati. 2. Bibit 255. Adalah hewan yang dipelihara untuk diambil hasilnya. Misalnya, ayam, ikan nila, ikan lele, dan lain-lain. Bibit bersifat sebagai persediaan, sebab bibit akan dijual ketika sebelum umur panennya tiba atau tanpa melalui proses penggemukkan, dimana akan dijual kurang dari satu tahun. 2.9.3.4. Hewan Siap Dijual
30
256.
Adalah hewan yang dijual untuk siap dipotong atau konsumsi dan
dijual dalam kondisi hidup. Misalnya, ayam potong, ikan nila dan gurame, dan lainlain. Hewan siap dijual dianggap sebagai aset tetap ketika hewan tersebut dijadikan indukan yang akan terus-menerus menghasilkan bibitan untuk dijual seumur hidupnya. Contohnya indukan ayam, indukan ikan nila, dan lain-lain. 257. Kemudian, hewan siap dijual dapat pula dianggap sebagai persediaan ketika suatu entitas membeli bibit dari pemasok yang kemudian entitas tersebut akan melakukan proses penggemukkan hewan hingga siap panen yang biasanya akan dijual kurang dari satu tahun.
258. 259. 3
Jenis Penelitian 261. Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN 260.
kualitatif digunakan dalam melakukan penelitian ini.
Penelitian kualitatif adalah suatu metode pengolahan data tanpa melalui proses statistik. Selain itu, penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai pendekatan investigasi. Karena peneliti biasanya mengambil data dengan bertemu langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian. Untuk penyajian datanya, penelitian menggunakan pola deskriptif. Pola deskriptif adalah metode penelitian yang menjelaskan suatu objek tertentu berdasarkan fakta dan apa adanya. 262. Dari pengertian kualitatif dan deskriptif di atas, penelitian ini mencoba memberikan gambaran secara sistematis mengenai fakta dan karakter dari objek maupun subjek yang diteliti. 263. 3 Sumber Data 264. Data penelitian ini diperoleh melalui sumber primer. Sumber primer adalah sumber atau pemegang data memberikan data secara langsung melalui wawancara kepada peneliti dan melalui pengamatan.
31
32
3.3. Cara Pengumpulan Data 4.3. Dalam pengumpulan data serta keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara 5.3. Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab “sepihak” yang dimaksud untuk memperoleh data dalam memenuhi kebutuhan penelitian. Kata “sepihak” disini berarti pengumpul data yang aktif memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan, sementara pemegang data aktif dalam menjawab pertanyaan serta memberikan tanggapan. 6.3. Dari pengertian mengenai wawancara diatas, peneliti melakukan wawancara dengan pihak keramba ikan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai UMKM ini serta informasi atau data-data yang diperlukan untuk penelitian. 2. Dokumentasi 7.3. Dokumentasi merupakan catatan yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa juga diartikan sebagai pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan berbagai macam informasi dari gambar, kutipan, kliping dan bahan referensi lainnya. 8.3.
Dalam penelitian ini, seluruh dokumen meliputi dokumen-dokumen
mengenai aktivitas akuntansi yang dimiliki Keramba Ikan Nila Sejahtera digunakan untuk memenuhi penelitian. 9.3. 10.3. 3. Studi Pustaka 11.3. Studi pustaka dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan informasi dari penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian
33
yang sedang dilakukan, tanpa memperdulikan penggunaan data apa yang dipakai, dan dimana penelitian dilakukan. 12.3. 3.4. Cara Pengukuran Data 13.3. Data yang telah diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif, kemudian data yang sudah diperoleh akan disusun dalam bentuk laporan keuangan sesuai dengan standar SAK EMKM. 14.3. 3.5. Lokasi Penelitian 15.3. Penelitian akan dilakukan pada Keramba Ikan Nila Sejahtera, jalan Ya’ Sabran kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur. 16.3. 3.6. Tahapan Penelitian 17.3. Tahapan penelitian merupakan langkah-langkah dari awal hingga akhir secara berurutan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Langkah pertama dari penelitian ini adalah pembuatan dan pengajuan judul. Langkah kedua adalah penyusunan proposal penelitian. Ketiga adalah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian pada Keramba Ikan Nila Sejahtera setelah proposal pada langkah kedua tadi disetujui oleh pihak yang berkepentingan. Langkah berikutnya adalah dilakukannya pengumpulan data dengan cara wawancara dan dokumentasi. Kemudian, data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis. Langkah terakhir adalah penyusunan laporan penelitian, laporan yang telah diolah dan dianalisis akan disusun dalam bentuk skripsi. 18.3. 3.7. Jadwal/Rencana Penelitian 19.3. Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai dari bulan November 2016 sampai dengan Desember 2017. 20.3. 3.8. Teknik Analisis Data
34
21.3.
Analisis data adalah proses perincian data yang telah didapatkan
melalui wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya secara formal untuk dapat menentukan tema dan merumuskan hipotesis. 22.3. Agar dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan, maka digunakanlah metode analisis deksriptif kualitatif. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan seluruh data yang didapatkan dari Keramba Ikan Nila Sejahtera agar diperoleh gambaran secara detil mengenai pengakuan serta pengukuran aset biologis berupa ikan nila hingga menjadi laporan keuangan. 23.3.
Didalam penelitian ini, standar yang digunakan adalah PSAK
69 (efektif 1 Januari 2016). PSAK 69 (efektif 1 Januari 2016) ini menjelaskan tentang aturan serta perlakuan akuntansi, penyajian laporan keuangan dan lain-lainnya mengenai seluruh kegiatan agrikultur yang tidak terdapat didalam standar lain. Kegiatan agrikultur adalah pengelolaan aset biologis baik berupa hewan maupun tanaman milik entitas tertentu untuk kemudian dijual agar mendapatkan keuntungan, menjadi produk pertanian, ataupun menjadi aset biologis tambahan. PSAK 69 (efektif 1 Januari 2016) juga mengatur tentang pertumbuhan, degenerasi, produksi, prokereasi, dan pengukuran awal hasil pertanian saat titik panen tiba aset biologis sesuai standar akuntansi yang berlaku. Tetapi, segala hasil panen dari aset biologis tidak diatur didalam PSAK 69 (efektif 1 Januari 2016) ini. PSAK 14 mengenai Persediaan, PSAK 16 mengenai Aset Tetap, dan PSAK 23 mengenai Pendapatan juga terdapat
35
aturan mengenai aset biologis, namun tidak selengkap pada PSAK 69 (efektif 1 Januari 2016). 24.3.
Langkah berikutnya dari penelitian ini adalah disusunnya laporan
keuangan berstandar SAK EMKM yang terdiri dari laporan posisi keuangan atau neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan. Contoh bentuk laporan keuangan usaha budidaya ikan nila di keramba “Sejahtera” dapat dilihat pada halaman lampiran. 25.3. 26.3. 27.3.
36
3.9. Kerangka Pemikiran 28.3. 29.3. 30.3. 31.3. UMKM 32.3.
(Keramba Ikan Nila “Sejahtera”)
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
Penerapan Aset Biologis
33.3.
1.
34.3. 2.
35.3. 3. 4.
36.3. 37.3. 38.3. 39.3. 40.3. 41.3. 42.3. 43.3. 44.3. 45.3. 46.3.
Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM Laporan Laba Rugi dan Perubahan Modal Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Laporan Arus Kas Catatan Atas Laporan Keuangan
47.3. 48.3.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
49.3. 4
Gambaran Lokasi Penelitian 50.3. Keramba Ikan Nila “Sejahtera” yang beralamat dijalan Ya’ Sabran
kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, adalahumkm yang dimodali sendiri oleh pemiliknya. UMKM ini berupa bisnis keramba ikan nila yang menghasilkan ikan nila konsumsi. Pak Mawardi selaku pemilik sudah menjalankan bisnis ini sejak 2010 lalu, bisnis ini dimulai Pak Mawardi karena keinginannya untuk berwirausahadan menghasilkan pendapatandengan bisnis yang tidak menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi segala kegiatan usahanya. Selain itu, meningkatnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan nila serta menjamurnya rumah makan yang menyediakan olahan ikan nila sebagai menunya mendorong Pak Mawardi untuk membangun bisnis keramba ikan ini 51.3.
UMKMKeramba Ikan Nila “Sejahtera”dibangun didekat rumah Pak
Mawardi, Pak Mawardi memanfaatkan pinggiran Sungai Kapuas dekat rumahnya dengan membuatkolam-kolam menggunakan jaring apung sehingga memudahkan Pak Mawardidalam mengurusi bisnisnya. Awalnya Pak Mawardi sebagai pemilik keramba mengalami kesulitan dan kerugian dalam mengelola kerambanya. 37 Kurangnya pengalaman dalam berbisnis adalah salah satu faktor kerugian yang
38
52.3.
Dialami Pak Mawardi. Selain itu, sering terjadinya wabah-wabah
penyakit seperti jamur yang menginfeksi ikan kemudian menyebabkan ikan mati dalam jumlah yang besar juga mempengaruhi bisnis yang dijalankan Pak Mawardi. Belajar dari pengalaman yang dilaluinya, Pak Mawardi dapat mengelola usahanya dengan lancar serta menghadapi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi kerugian. Pengetahuan dan ketelitian, serta ketepatan dalam memilih dan memberikan pakan dapat menekan angka kerugian usaha keramba ini. 53.3.
Secara perlahan, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” yang dijalani Pak
Mawardi mulai berkembang.Pak Mawardisudah memiliki pasar tersendiri atau konsumen yang akan mendatangi kerambanya, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak perlu memikirkan kemana akan menjual ikan nila hasil produksinya ketika waktu panen tiba. Pelanggan tetap Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah pengepul ikan nila yang pada saat panen ikan tiba akan langsung mengambil ikan nila tersebut lalu dijual ke pasar-pasar dan rumah makan yang ada di Kota Pontianak dan sekitarnya. Pak Mawardi juga menjalin hubungan yang cukup baik bersama dengan pemasok pakan ikan agar bisa membayar pembelian pakan secara kredit. 54.3.
Keramba Ikan Nila “Sejahtera” masih dijalankan Pak Mawardi
bersama keluarganya,tidak ada karyawan tetap yang dipekerjakan Pak Mawardi untuk mengelolakeramba, dana, maupunpenyusunan laporan keuangan. Oleh sebab itu, diketahuilah bahwa Keramba Ikan Nila “Sejahtera” ini sama sekali tidak memiliki
39
pencatatan transaksi keluar dan masuk yang terjadi, yang berarti tidak ada laporan keuangan yang dapat menmberikan informasi kinerja keuangan keramba. Karena Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak memiliki karyawan tetap, Pak Mawardihanya dibantu oleh anggota keluarganya dalam mengelola kerambanya. Untuk urusan pemeliharaan ikan nila, Pak Mawardi sendiri yang turun langsung memberi pakan, sementara pada saat panen Pak Mawardi dibantu oleh anggota keluarganya atau tetangganya untuk memanen ikan nila dan kemudian akan diberi upah saat selesai panen. 55.3.
Awal proses pemeliharaan ikan nila dimulai ketika Pak Mawardi
membeli bibitan ikan nila dengan ukuran 8-12 sentimeter, kemudian dipeliharadalam waktu empat bulan agar bisa dipanen dan dijual. Bobot ikan nila yang dipanen sudah ditentukan oleh pengepul ikan nila, yang berkisar 250 gram per ekornya. Dalam satu tahun, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” melakukan panen sebanyak 2 kali atau 8 bulan dengan jarak interval 1 bulan untuk pembersihan keramba dan sterilisasi. Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak memelihara ikan pada bulan Oktober hingga Desember dikarenakan pada musim penghujan dapat menyebabkan suhu air turun serta membuat lumpur-lumpur endapan dasar sungai naik ke permukaan yang kemudian dapat meracuni ikan nila sehingga ikan nila akan mati. Terdapat 20 jaring apung yang terdapat pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dengan kapasitas tiap jaring 2000 ekor ikan nila.
40
56.3.
Tidak adanya pencatatan keluar masuk kas adalah kelemahan yang
dimiliki Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. Oleh sebab itu Keramba Ikan Nila “Sejahtera” seharusnya dapat menyusun laporan keuangan secara sederhana berskala UMKM yang berbasis SAK EMKM agar Pak Mawardi selaku pemilik mengetahui seluruh aset-aset yang dimilikinya, sehingga dapat diketahui segala macam aktivitasaktivitas keramba yang mempengaruhi bertambah atau berkurangnya nilai aset, kewajiban hingga modal yang dimilikinya. Adanya laporan keuangan berbasis SAK EMKM tersebut akansangat membantu Pak Mawardidalam mengelola bisnisnya dengan baik dan dapat mengelola aset-aset yang dimiliki sehingga Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dapat lebih maju dan berkembang dikemudian hari. 57.3. 4.2. Penerapan Akuntansi Aset Biologis Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” 4.2.1. Pengakuan dan Pengukuran 58.3.
Aset biologis yang dimiliki pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera”
adalah bibit ikan berupa ikan nila. Pengakuan aset biologis pada keramba ikan nila berupa bibit ikan diakui sebagai aktiva lancar, di mana nantinya akan diakui sebagai persediaan berupa ikan nila. Ikan nila diakui sebagai persediaan karena bibitan ikan nila adalah ikan nila yang baru menetas dari telur kemudian ikan nila tersebut akan dibeli dan dipelihara oleh pemilik keramba. Ikan nila dapat disebut sebagai bibit ikan dalam pertumbuhan (bibit ikan belum menghasilkan), artinya hewan tersebut sedang mengalami proses pertumbuhan, jadi bibit ikan dalam pertumbuhan adalah bibit
41
ikanyang masih dalam proses masa pembesaran atau penggemukan sampaiwaktu panen tiba atau siap dijual yang kemudian dapat menghasilkan manfaat atau pendapatan. 59.3.
Ketika kriteria yang telah ditentukan telah dicapai, barulah ikan nila
dapat dijual.Jadi, dari bibitan ikan nila yang pada awalnya dikatakan bibit ikan dalam proses pertumbuhan setelah masa panennya tiba maka ikan nila tersebut dapat dikatakan sebagai bibit ikan siap untuk dijual (bibit ikan menghasilkan), karena adanya hasil dari proses transformasi biologis yang dialami ikan nilatersebut. Bibit ikan siap untuk dijual tersebut merupakan hasil pembesaran atau penggemukan dari bibit ikan nila hingga menjadi bibit ikan siap jual. Jadi bibit ikan tersebut sudah menghasilkan barang konsumsi, artinya bibit ikan tersebut sudah dapat dijual kepada konsumen. Contoh lain dari bibit ikan menghasilkan adalah berupa ikan lele yang dijual hidup. Berikut ini adalah proses perkembangan bibit ikan berupa ikan nila dari bibit ikan dalam pertumbuhan hingga menjadi bibit ikan siap untuk dijual: 1. Bibit ikan Dalam Pertumbuhan: a Tahap awal proses budidaya adalah pengadaan bibit ikan nila. Proses ini dimulai ketika diperolehnya bibitan ikan nila. Ikan nila yang sudah diperoleh akan dimasukkan ke jaring apung yang telah disiapkan oleh Pak Mawardi di mana jaring apung tersebut nantinya akan disesuaikan dengan standar pemeliharaan ikan nila pada umumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan jumlah ikan nila yang dipasok yang diseusaikan dengan ukuran
42
kandang. Kemudian pemilihan produsen bibitan ikan nila tersebut didasarkan pada ketersediaan bibit ikan nila dan kemudahan dalam memperoleh bibit ikan nila tersebut. Kualitas bibit tersebut dapat menjadi faktor pemicu dari risiko produksi berupa penyakit. Biaya yang dikeluarkan pada proses ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bibit ikan nila termasuk b
didalamnya adalah ongkos angkut bibit tersebut agar sampai ke keramba. Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan, yaitu tahap penggemukan atau tahap pembesaran bibit ikan nila hingga siap dipanen. Dalam tahap ini Pak Mawardi akan memelihara ikan nila tersebut dengan memperhatikan pemberian pakan, dan faktor-faktor pemeliharaan lainnya. Pada tahap pemeliharaan ini merupakan tahap yang penting karena Pak Mawardi harus memiliki pengetahuan dan pemilihan pakan yang baik agar ikan nila bisa tumbuh sehat dan dapat dijual dengan harga yang bersaing, sehingga nantinya akan mendatangkan keuntungan bagi Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. Pak Mawardi juga harus mengetahui jenis pakan yang harus digunakan serta kandungan yang ada di pakan yang akan digunakan agar ikan nila bisa tumbuh dengan baik. Jika kesalahan dalam memilih jenis pakan sampai terjadi, ada kemungkinan ikan nila tidak akan berkembang dengan sehat atau malah akan mati, maka perusahaan akan kehilangan sumber pendapatannya. Namun disamping itu, Pak Mawardi juga harus mementingkan sisi ekonomi dari pakan yang akan digunakan. Jika membeli pakan yang sangat mahal, maka harga pokok produksi dari ikan nila juga akan meningkat. Dampak dari harga
43
pokok yang tinggi ini akan menyulitkan Keramba Ikan Nila “Sejahtera” untuk bersaing dengan pasar. 60.3. 2. Bibit Ikan Siap untuk Dijual: a. Proses panen adalah tahapan akhir dimana ikan nila yang telah dipelihara sejak dari bibit hingga ikan nila tersebut dapat memenuhi kriteria untuk dipanen. Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera”, ikan nila yang dipanen biasanya berbobot 250 gram. 61.3.
Pada saat pengukuran, Aset biologis pada Keramba Ikan Nila
“Sejahtera” berupa bibit ikan diukur berdasarkan market value. Jadi berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa Keramba Ikan Nila “Sejahtera” mengukur harga perolehan ternak menghasilkan atau menentukan harga jual ikan nila tersebut diukur berdasarkan harga pasar aktif untuk aktiva sejenis, artinya harga jual yang ditentukan oleh Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah berdasarkan harga ikan nila dengan bobot yang sama yang dijual dipasaran. 4.2.2.
Pencatatan Transaksi yang Harus Dilakukan Keramba Ikan Nila
“Sejahtera” Terkait dengan Bisnis yang Dijalankan 1. PencatatanTransaksi Pengakuan Bibit ikan Dalam Pertumbuhan 62.3. Bibitan ikan nila merupakan bibit ikan dalam masa pertumbuhan. Seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan saat dilakukannya perolehan bibit ikan nila tersebut termasuk biaya angkut bibit akan menentukan nilai perolehan bibit ikan nila. Sebagai contohKeramba Ikan Nila “Sejahtera” membeli 40.000 ekor bibit ikan nila
44
untuk mengisi 20 jaring apungnya dengan harga Rp.385-/ekor, maka pencatatan jurnal atas transaksi tersebut adalah sebagai berikut: 63.3.
Bibit ikan nila 64.3.
Rp.15.400.000,Kas/Utang Usaha
Rp.15.400.000,65.3.
Selain melakukan pembelian bibit ikan nila, Keramba Ikan Nila
“Sejahtera” juga membutuhkan pakan untuk ikan nila. Sebagai contoh, dibeli pakan ikan nila oleh Keramba Ikan Nila “Sejahtera” sebanyak 285karung @50 kg untuk 20 jaring apungnya dengan harga Rp.425.000,-/karung dengan total Rp.121.125.000,-, maka jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut: 66.3. 67.3.
Persediaan Pakan 68.3.
Rp.121.125.000,-
Kas/Utang Usaha
Rp.121.125.000,69.3.
Berdasarkan SAK EMKM, persediaan yang dialokasikan ke aset
diakui sebagai beban selama umur manfaat aset tersebut. Misalnya setelah pemeliharaan bibit ikan nila selama 10 hari, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” menghabiskan pakan sebesar Rp.10.500.000,- untuk 40.000 ekor ikan nilanya, maka pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut:
45
70.3.
Beban Persediaan 71.3.
Rp.10.093.750,-
Persediaan Pakan
Rp.10.093.750,72.3.
Berdasarkan jurnal di atas, transaksi yang terjadi secara langsung
mengurangi jumlah persediaan pakansebesar Rp.10.093.750,-. Maka jumlah persediaan
pakan
menjadi
Rp.111.031.250,-
(hasil
pengurangan
dari
Rp.121.125.000,- - Rp.10.093.750,-). Lalu pemakaian persediaan pakan ini akan mempengaruhi nilai aset ikan nila, karena dengan pemberian pakan tersebut nilai aset atau nilai biologis dariikan nila tersebut bertambah, jadi ikan nila tersebut mengalami transformasi biologis dari harga perolehan awalnya Rp.15.400.000,- sekarang menjadi Rp.25.493.750,- (didapat dari penjumlahan perolehan awal sebesar Rp.15.400.000,- ditambah penambahan nilai aset sebesar Rp.10.093.750,-). 73.3.
Nilai yang dimasukkan ke dalam jurnal di atas adalah nilai dari biaya
yang dibayarkan atau yang dikeluarkan oleh keramba untuk proses pemeliharaan ikan nila yang dikapitalisasi ke dalam bibit ikan dalam pertumbuhan. Penjurnalan ini dilakukan setiap kali terjadi transaksi yang dibayarkan untuk biaya yang dikapitalisasi ke dalam bibit ikan dalam pertumbuhan sampai dengan ikan nila tersebut telah memenuhi kriteria untuk direklasifikasi menjadi bibit ikan siap untuk dijual. 2. Pencatatan Transaksi Reklasifikasi Menjadi Ternak Siap untuk Dijual 74.3. Ketika bibit ikan dalam pertumbuhan bertransformasi menjadi bibit ikan siap untuk dijual, maka dilakukanlah pencatatan transaksi ini. Saatbibit ikan
46
dalam pertumbuhan telah memenuhi kriteria untuk diakui menjadi bibit ikan siap untuk dijual berdasarkan tingkat pertumbuhan biologis dan masa produktivitas ikan nila yang telah ditetapkan, maka bibit ikan pertumbuhan harus segera direklasifikasi ke dalam bibit ikan siap untuk dijual. Jadi pada tahap ini dilakukan pengakuan dari bibit ikan nila yang telah dipelihara untuk dibesarkan atau digemukkan hingga siap panen atau dikatakan sebagai bibit ikan siap untuk dijual. 75.3.
Misalnya, Pak Mawardi melakukan pengecekan terhadap bibitan ikan
nila yang masih dalam pertumbuhan. Setelah dilakukan pemeriksaan, Pak Mawardi memastikan ikan nila tersebut telah masuk dalam tahap siap dipanen atau siap dijual. Maka semua nilai dari ikan nila tersebut harus direklasifikasi menjadi bibit ikan telah menghasilkan. Jurnal reklasifikasi dari transaksi di atas adalah: 76.3.
Persediaan ikan nila 77.3.
78.3.
Ikan nila
Rp.136.525.000,Rp.136.525.000 ,-
Untuk dapat dijual, bibit ikan ini dinilai berdasarkan harga perolehan
awal bibitan ikan nila/bibit ikan dalam pertumbuhan yang direklasifikasi ditambah semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa transformasi biologis berlangsung. Proses kapitalisasi biaya-biaya akan disesuaikan jika ada kondisi lain yang mengharuskan dilakukan perubahan nilai tersebut, misalnya terjadi penghapusan ikan nila dengan alasan yang dapat diterima seperti ikan yang telah mati. 3. Pencatatan Deplesi Pada Bibit ikan
47
79.3.
Bibit ikan siap untuk dijual dapat memberikan manfaat berupa
keuntungan bagi perusahaan karena bibit ikan tersebut tersebut sudah dapat dijual. Tetapi, karena bibit ikan ini adalah makhluk hidup yang sewaktu-waktu dalam masa pertumbuhannya dapat mati, Keramba Nila “Sejahtera” perlu melakukan penyesuaian atas masa manfaat atau melakukan penyesuaian nilai dari ikan nila dalam pertumbuhan tersebut hingga didapat nilai yang dapat di andalkan untuk bibit ikan siap untuk dijual. Untuk itu, ikan nila yang mati dan cacat tidak dapat dijual sehingga keramba perlu melakukan penghapusan nilai dari ikan nila yang mati ataupun cacat dan dapat mencatat kerugian atas pemeliharaan ikan 80.3. Untuk deplesi ikan nila, kematian atau kehilangan ikan akan mempengaruhi harga pokok ikan tersebut. Misalnya, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” memperoleh bibitan ikan nila sebanyak 40.000 ekor dengan harga satuan Rp.385/ekor. Setelah dipelihara selama 120 hari terdapat mortalitas sebesar 20% atau terdapat kematian sebanyak 8.000 ekor ikan nila dan pada masa pemeliharaan selama 120 hari tersebut, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” menghabiskan pakan dan sebesar Rp.121.125.000, maka perhitungan harga pokok untuk ikan nila tersebut adalah sebagai berikut: 81.3. 82.3. 83.3. 84.3. 4.2.3.
HargaPokok = (Rp. 385 × 40.000) + Rp. 121.125.000 40.000 ekor – 8000 = Rp. 4.266/ekor
Penyajian Aset Biologis dalam Laporan Keuangan
48
85.3.
Aset biologis berupa bibit ikan memiliki transfomasi biologis kurang
dari satu tahun, oleh karena itu ikan nila yang merupakan aset biologis pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” akan disajikan pada laporan neraca yang kemudian akan dicatat pada aktiva lancar sebagai persediaan dengan akun bibit ikan nila dari bibit ikan dalam pertumbuhan hingga bibit ikan tersebut mengalami transformasi biologis menjadi bibit ikan siap untuk dijual, karena bibit ikan siap untuk dijual tersebut akan langsung dijual dari peternak ke konsumen tanpa pengolahan lebih lanjut. 86.3. 4.3. Penerapan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) 87.3. IAI baru saja memasukkanaturanmengenai pengukuran aset biologis yang terdapat dalam PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016). Aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar (PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016). Aset biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara andal. Nilai wajar aset biologis ini diperoleh dari harga aset biologis tersebut didalam pasar aktif. Pasar aktif (active market)merupakan suatu pasar yang barangnya homogen, sewaktu-waktu aktivitas jual belidapat terjadi dan dalam kondisi normal serta dengan harga yang terjangkau. Biaya penjualan terdiri atas komisi untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang serta kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk
49
memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini. Selain dengan menggunakan nilai wajar, aset biologis juga dapat diukur dengan menghitung semua pengeluaran untuk memperoleh aset biologis tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis tersebut. 88.3. PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) menjelaskan bahwa untuk menentukan nilai yang dianggap paling wajar dari aset biologis adalah berdasarkan nilai wajar setelah dikurangi dengan estimasi biaya penjualan. Pengukuran aset biologis dilakukan pada saat pengakuan awal dan pada tanggal neraca. Pada saat pengakuan awal selisih antara nilai wajar dengan harga perolehan diakui sebaga laba (gain) atau rugi (losses) atas penilaian aset biologis. 89.3. Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” harga perolehan dari aset biologis diperoleh dari biaya-biaya yang dikapitalisasi ke dalam aset biologis. Dalam penerapan PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) biaya-biaya tersebut langsung diakui sebagai beban pada periode berjalan, kecuali harga perolehan dari aset biologis. Pengukuran aset biologis berdasarkan PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) adalah berdasarkan fair value dari aset biologis tersebut. Misalkan, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” membeli bibit ikan nila sebanyak 40.000 ekor dengan harga Rp.385,-/ekor, maka pencatatan berdasarkan PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) dapat dicatat sebagai berikut: 90.3. 91.3.
Aset Biologis Belum Dewasa
Rp.15.400.000,-
50
92.3.
Kas/Utang
Rp.15.400.000,93.3.
(jurnal di atas dicatat ketika harga perolehan dari aset biologis sama
besar dengan nilai wajarnya). 94.3.
Dalam PSAK 69 (Efektif 1 Januari 2016) aset biologis dikelompokkan
ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu aset biologis dewasa (mature biological assets) dan aset biologis belum dewasa (immature biological asssets) untuk membedakan aset biologis tersebut adalah dengan berdasarkan kemampuan dari aset biologis tersebut untuk menghasilkan produk agrikultur. Aset biologis belum dewasa yang telah memenuhi syarat untuk dapat diakui menjadi aset biologis dewasa, direklasifikasi ke dalam aset biologis dewasa. Pengelompokan aset biologis berdasarkan kemampuan dari aset biologis tersebut untuk dapat menghasilkan produk agrikultur. 95.3.
Misalkan, diperoleh informasi bahwa terdapat ternak belum dewasa
yang telah memenuhi syarat untuk digolongkan menjadi ternak dewasa sebesar Rp.136.525.000,- untuk itu harus dilakukan pencatatan atas reklasifikasi nilai ternak belum dewasa ke ternak dewasa, maka jurnal dari kejadian tersebut adalah: 96.3. 97.3. 98.3.
Aset Biologis Dewasa 99.3.
Aset Biologis Belum Dewasa
Rp.136.525.000,-
Rp.136.525.000,-
51
100.3. 101.3.
Pengakuan dan pengukuran aset biologis berdasarkan PSAK 69
(Efektif 1 Januari 2016) mampu memberikan informasi yang relevan tentang aset biologis karena aset biologis telah diukur berdasarkan nilai wajarnya, akan tetapi dasar dari pengukuran nilai wajar lebih banyak menggunakan estimasi atau perkiraan yang sulit untuk diukur keandalannya. Hal ini merupakan kelemahan dari pengukuran aset berdasarkan nilai wajar, oleh karena itu untuk mendapatkan keandalan dari informasi dari nilai wajar, para pengguna laporan keuangan menggunakan jasa penilai aset untuk mendapatkan keyakinan akan keandalan atas informasi yang dihasilkan. 102.3. 4.4. Penyusunan Laporan Keuangan Pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” 103.3. Penelitian ini memberikan laporan keuangan yang sesuai dengan standar-standar SAK EMKMyang dapat digunakan oleh pemilik keramba untuk membuat laporan keuangan sendiri pada periode berikutnya. Adapun untuk merancang laporan keuangan yang sesuai dengan karakterisik dan kondisi UMKM diperlukan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Dilakukannya observasi tentang bisnis yang dijalankan Keramba Ikan Nila “Sejahtera” sebelum peneliti menyusun laporan keuangan, observasi itu antara lain: a. Modal usaha yang dimiliki Keramba Ikan Nila “Sejahtera” murni merupakan milik pribadi tanpa adanya investor. b. Dilakukannya kerja sama dengan pihakpemasok dan konsumen.
52
c. Keramba Ikan Nila “Sejahtera” menjalankan bisnis keramba ikan nilanya dengan fokus pada setiap periode panen. Dalam satu tahun Keramba Ikan Nila “Sejahtera” melakukan 2 kali periode panen, dimana dalam 1 kali periode panen dilaksanakan kurang lebih sekitar 4 bulan. d. Kapasitas pemeliharaan ikan nila pada satu jaring apung yang dimiliki Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah sebanyak 2000 ekor. e. Konsumen yang dimiliki Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah para pengepul ikan nila, pengepul adalah pihak yang akan menjualkan ikan nila tersebut ke pasar. Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak melakukan penjualan ikan ke pasar secara langsung, melainkan hanya menjual kepada para pengumpul ataupun konsumen lain yang langsung mendatangi kerambanya untuk membeli ikan. 2. Mengenali transaksi-transaksi yang terjadi a. Transaksi pembelian pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” meliputi pembelian secara tunai dan kredit. Melalui data yang diperoleh, pembelian tunai dilakukan jika transaksi pembelian yang terjadi dalam jumlah sedikit dan pembelian kredit dilakukan jika transaksi pembelian yang terjadi dalam jumlah besar, sehingga memunculkan akun utang usaha pada laporan neraca. Pembelian yang terjadi secara kredit adalahtransaksi pembelian dalam hal persediaan pakan karena jumlahnya yang tidak sedikit. b. Untuk transaksi penjualan, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” melayani penjualan dengan cara kedit. Tetapi karena modal pembelian pakan dan bibit tidaklah sedikit, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” lebih menekankan untuk melakukan pembelian dengan cara tunai. 3. Menentukan nama akun dan pos dalam laporan keuangan.
53
4. Perancangan laporan keuangan untuk UMKM Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. Format laporan keuangan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dan mengacu berdasarakan SAK EMKM adalah sebagai berikut: a. Neraca 104.3. Neracamenyajikanaset,kewajibandanekuitasentitas pada suatu saat tertentu.Entitas harusmenyajikanpos tambahan,juduldansubtotaldalam neraca jika penyajian seperti itu relevan dalamrangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK EMKM tidak menentukan format atau urutanterhadap pos-pos yang disajikan. b. Laba Rugi 105.3. Laporan laba rugi dan saldo laba ini dibuat untuk menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama suatu periode yaitu dengan menyajikan penghasilan yang didapat dan beban-beban yang dikeluarkan perusahaan. Beban-beban pada laporan laba-rugi ini dikelompokkan berdasarkan fusngsinya sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan analisis beban tersebut. c. Laporan Arus Kas 106.3. Laporan arus kas sebenarnya tidak diwajibkan didalam SAK EMKM dan hanya bersifat tambahan atau untuk melengkapi hasil penelitian dan untuk memudahkan pemilik UMKM dalam melihat aktivitas ekonomi usahanya. Laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan didalam perusahaan. d. Catatan Atas Laporan Keuangan
54
107.3. Catatan atas laporan keuanganmemberikan informasi tambahan mengenai akun yang bermanfaat terutama bagi pengguna non-akuntansi untuk memahami laporan keuangan. 108.3.
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh peneliti dari Keramba Ikan
Nila “Sejahtera”, untuk tahap selanjutnya adalah pembuatan atau penyusunan laporan keuangan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan periode laporan keuangan yang disusun 109.3. Dalam menjalankan kegiatan usahanya Keramba Ikan Nila “Sejahtera” memfokuskan pada satu periode panen, di mana satu periode panen yang dilaksanakan pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” kurang lebih sekitar 4 bulan. Dikatakan 4 bulan karena pada proses pemeliharaan yang dilakukan pada bibitan ikan nila dibutuhkan hingga120hari untuk menghasilkan bobot ikan nilasekitar 250 gramagar siap untuk dijual. Panen pertama dimulai pada bulan Januari hingga April, dan panen kedua dilanjutkan pada bulan Juni hingga September (panen kedua tidak dilakukan dari bulan Mei karena Keramba Ikan Nila “Sejahtera” akan melakukan sterilisasi pada kerambanya). Data dari dua kali panen tersebut kemudian diolah menjadi satu laporan keuangan dalam rentang waktu atau periode satu tahun, yaitu dari bulan Januari hingga Desember. Tetapi Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak melakukan aktivitas pada bulan Oktober hingga Desember dikarenakan pada bulan tersebut curah hujan akan meningkat yang akan menyebabkan endapan lumpur yang ada didasar sungai akan naik ke
55
permukaan air dan kemudian akan meracuni ikan nila yang menyebabkan ikan banyak yang mati. Ikan yang mati tersebut akan menyebabkan kerugian yang cukup besar. Pak Mawardi mengatakan, jika melakukan pemeliharaan selama musim penghujan maka persentase ikan nila yang mati bisa mencapai 85% atau bahkan lebih. b. Membuat daftar nama akun 110.3. Di tahap ini wawancara dilakukan peneliti kepada pemilik keramba ikan nila mengenai transaksi-transaksi keuangan apa saja yang telah terjadi untuk memperkirakan saldo masing-masing akun yang akan dibuat. Pemilik keramba sama sekali tidak melakukan pencatatan keluar dan masuk sehingga peneliti harus meneliti terlebih dahulu transaksi yang terjadi pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera”, kemudian peneliti akan membuatkan jurnal yang harus dicatat pada saat transaksi yang terjadi berkaitan dengan usaha keramba ikan nila. Berdasarkan data yang diperoleh dan beberapa transaksi yang telah diteliti oleh peneliti, maka peneliti membuat daftar nama akun sesuai dengan kegiatan transaksi keuangan yang sering dilakukan oleh UMKM tersebut. Berikut ini adalah akun-akun yang digunakanberdasarkan transaksi-transaksi yang terjadi kemudian disusunlah daftar nama akun untuk Keramba Ikan Nila “Sejahtera” sebagai berikut: 111.3.
Bagan 4.1 Daftar Nama Akun
112.3. Aset : 113.3. Aset lancar 114.3. Kas 115.3. Piutang
123.3. 124.3.
Kewajiban: Utang Usaha 125.3. 126.3. Modal:
56
Usaha 116.3. Ikan Nila 117.3. Persedi aan Pakan 118.3. 119.3. Aset tetap 120.3. Keramb a 121.3. Peralata n 122.3.
127.3. Modal Pemilik 128.3. 129.3. 130.3. Pendapatan: 131.3. Penjualan 132.3. Pendapatan lain-lain 133.3. 134.3. BebanBeban: 135.3. Beban Gaji 136.3. Beban Listrik & Air 137.3. Beban Penyusutan Keramba 138.3. Beban Penyusutan Peralatan 139.3.
c. Membuat Jurnal 140.3. Sebelum laporan keuangan disusun, tahapan yang dilakukan adalah membuat jurnal. Jurnal adalah suatu alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis dengan menunjukkan akun yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Seluruh transaksi yang terjadi didalam perusahaan, harus dicatat dalam jurnal baru kemudian dibukukan ke buku besar, dengan menggunakan jurnal maka setiap transaksi dicatat secara utuh pada suatu tempat. Oleh sebab itu proses penjurnalan yang dilakukan ini adalah untuk menuliskan seluruh transaksi keuangan yang terjadi pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. Dua atau lebih akun yang ada dibagian debet dan kredit akan terpengaruhi oleh transaksi ini. Adapun untuk membuat jurnal umum data
57
yang dibutuhkan adalah transaksi yang sering dilakukan oleh keramba yang mengakibatkan adanya aktivitas kas masuk dan keluar. Transaksi yang peneliti dapat tersebut nantinya akan diteliti terlebih dahulu. Adapun jurnal umum Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dapat dilihat pada halaman lampiran. d. Memposting ke Buku Besar 141.3. Buku besar disusun untuk mempermudah melihat transaksi secara rinci untuk masing-masing akun sesuai dengan penjurnalan yang dilakukan. Proses memindahkan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat dalam buku besar disebut posting, yaitu memindahkan angka yang tercantum dalam kolom debet jurnal ke dalam sisi debet suatu akun dan memindahkan angka yang tercantum dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit akun yang lain. Nama akun yang di posting ke buku besar harus sesuai dengan nama akun yang tertulis di dalam jurnal. Adapun data yang diperlukan dalam membuat buku besar adalah saldo debet ataupun kredit berdasarkan jurnal umum yang telah dibuat. Adapun buku besar Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dapat dilihat pada halaman lampiran. e. Membuat Neraca Saldo 142.3. Tahap selanjutnya adalah membuat neraca saldo. Setelah semua ayat jurnal yang dibuat selama periode diposting ke buku besar, maka pada akhir periode perlu disusun neraca saldo. Neraca saldo adalah suatu buku yang memiliki isi berupa daftar yang memaparkan kumpulan saldo berasal dari data yang dimiliki oleh setiap rekening dari pihak terkait. Neraca saldo biasanya memiliki beberapa kolom utama yang digunakan dalam melakukan sautu pendataan. Kolom yang dimaksud tersebut antara lain kolom neraca itu sendiri, kolom harga pokok produksi, kolom perkiraan besar kecilnya keuntungan atau
58
kerugian dari suatu transaksi dan kolom pembelian serta penjualan. Adapun manfaat dan tujuan utama penyusunan neraca saldo adalah untuk menguji bahwa setelah semua posting dilakukan, jumlah debet sama dengan jumlah kredit. Adapun laporan neraca saldo untuk Keramba Ikan Nila “Sejahtera”dapat dilihat pada halaman lampiran. f. Menyusun Laporan Keuangan a. Menyusun Laporan Laba Rugi 143.3. Kinerja keuangan suatu entitas atau perusahaan pada suatu periode dapat dilihat pada laporan laba rugi pada periode tersebut. Menurut SAK EMKM (2016) bab 5 paragraf 4 “laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain”. Kemudian pada bab 5 paragraf 2 SAK EMKM menyatakan bahwa laporan laba rugi entitas terdiri dari: 1) Pendapatan; 2) Beban keuangan; 3) Beban pajak 144.3. Berikut ini adalah Laporan Laba Rugi yang telah disusun menggunakan data yang diperoleh dariKeramba Ikan Nila “Sejahtera”selama satu periode dari Januari hingga Desember 2016: 145.3. 146.3.
Bagan 4.2 Laporan Laba Rugi
Keramba Ikan Nila "Sejahtera" 147.3. Laporan Laba Rugi 148.3. 1 Januari – 31 Desember 2016 149.3. 150.3. 151.3. 153.3. Rp 152.3. Penjualan 581,685,000 154.3. 155.3. Beban Pokok 156.3. Rp Penjualan 264,710,000 157.3.
59
158.3.
159.3.
161.3. 164.3. 167.3. 168.3.
Laba Kotor
171.3.
Beban Gaji
174.3.
Beban Listrik
162.3. 165.3.
Beban-Beban:
177.3. Beban Lain-Lain 180.3. Beban Penyusutan Keramba 183.3. Beban Penyusutan Peralatan 186.3. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan Nila
169.3. 172.3. Rp 1,000,000 175.3. Rp 100,000 178.3. Rp 300,000 181.3. Rp 10,000,000 184.3. Rp 100,000 187.3. Rp 6,340,000
189.3.
190.3.
192.3. Lain
160.3. 163.3. R p316,9 75,000 166.3.
Pendapatan Lain193.3.
170.3. 173.3. 176.3. 179.3. 182.3. 185.3. 188.3. 191.3. R p17,840 ,000 194.3. Rp 150,000 197.3. R p299,2 85,000
195.3. Laba Bersih 196.3. 198.3. 199.3. 200.3. b. Laporan Perubahan Modal 201.3. PSAK (2015) menyatakan bahwa perubahan ekuitas atau perubahan modak antara awal dan akhir periode laporan menggambarkan naik turunnya aset neto selama periode berjalan. Berikut ini adalah laporan perubahan ekuitas atau perubahan modal Keramba Ikan Nila “Sejahtera” selama tahun 2016: 202.3.
60
203.3.
Bagan 4.3 Laporan Perubahan Modal
204.3. Keramba Ikan Nila "Sejahtera" 205.3. Laporan Perubahan Modal 206.3. 1 Januari – 31 Desember 2016 207.3. 208.3. 209.3. Modal Awal 210.3. Rp200,000,000 211.3. Laba Bersih 212.3. Rp299,285,000 213.3. 214.3. Modal Akhir 215.3. Rp499,285,000 216.3. 217.3. c. Laporan Posisi Keuangan Atau Neraca 218.3. Neraca menyajikan informasi tentang aset, kewajiban dan ekuitas yang dimiliki oleh Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. Menurut SAK EMKM, laporan posisi keuangan atau neraca terdiri dari: 1) Kas dan setara kas; 2) Piutang; 3) Persediaan; 4) Aset tetap; 5) Utang usaha; 6) Utang bank; 7) Ekuitas; 219.3. SAK EMKM tidak menentukan urutan atau format terhadap laporan posisi keuangan, tetapi entitas dapat menyajikan aset-aset berdasarkan urutan likuiditasnya. Laporan posisi keuangan Keramba Ikan Nila “Sejahtera” adalah sebagai berikut: 220.3.
Bagan 4.4 Laporan Neraca
61
221.3.
223.3. 225.3.
229.3.
Aset Lancar:
233.3.
Kas
237.3.
Ikan Nila
241.3. Persediaan Pakan 245.3. Total Aset Lancar:
Keramba Ikan Nila "Sejahtera"
222.3. Laporan Neraca 1 Januari – 31 Desember 2016 224.3. 226.3. Aset
230.3. 234.3. Rp 409,185,000 238.3. Rp 242.3. Rp 246.3. Rp 409,185,000
231.3. Kewajiba n: 235.3. Utang Usah a 239.3.
Kewajiban dan Modal 232.3. 236.3. Rp 240.3.
243.3. 244.3. 247.3. 248.3. 251.3.
249.3. 253.3. Aset Tidak Lancar:
250.3. 254.3.
265.3. Peralatan 269.3. Akumulasi Penyusutan Peralatan 273.3. Total Aset Tidak Lancar:
258.3. Rp 100,000,000 262.3. Rp (10,000,000) 266.3. Rp 200,000 270.3. Rp (100,000) 274.3. Rp 90,100,000
277.3.
278.3.
281.3.
282.3. Rp 499,285,000
257.3. Keramba 261.3. Akumulasi Penyusutan Keramba
252.3. 255.3.
259.3. Modal 263.3.
256.3. 260.3. Rp 499,285, 000 264.3.
267.3. 268.3. 271.3. 272.3. 275.3. 276.3. 279.3.
Total Aset 285.3.
283.3.
280.3. 284.3. Rp 499,285, 000
62
d. Laporan Arus Kas 286.3. SAK EMKM hanya menggunakan tiga laporan keuangan antara lain neraca, laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan. Tetapi laporan arus kas disajikan agar Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dapat melihat informasi keuangannya dengan lebih lengkap. Berikut laporan arus kas Keramba Ikan Nila “Sejahtera”: 287.3. 288.3. 289.3. 290.3.
Bagan 4.5 Laporan Arus Kas
Keramba Ikan Nila Sejahtera Laporan Arus Kas (Metode Langsung) 1 Januari - 31 Desember 2016 291.3. 292.3. 293.3. 294.3. Arus Kas dari Aktivitas Operasi: 295.3. 296.3. 297.3. Kas diterima oleh 299.3. Rp pelanggan 298.3. 583,835,000 300.3. Dikurang : 301.3. 302.3. 304.3. Rp 303.3. Pembelian pakan 242,250,000 305.3. 307.3. Rp 306.3. Pembelian bibit 30,800,000 308.3. 310.3. Rp 309.3. Beban Gaji 1,000,000 311.3. 313.3. Rp 312.3. Beban Listrik 100,000 314.3. 316.3. Rp 315.3. Beban Lain-lain 300,000 317.3. 320.3. (Rp 318.3. 319.3. 274,450,000) 321.3. Arus Kas dari Aktivitas 323.3. Rp Operasi 322.3. 309,385,000 324.3. 325.3. 326.3. 327.3. Arus Kas dari Aktivitas Investasi: 328.3. 329.3. 330.3. Pembuatan Keramba 331.3. Rp 332.3.
63
100,000,000 334.3. Rp 200,000
333.3. Pembelian Peralatan 336.3. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
337.3.
339.3. 342.3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan:
340.3.
345.3.
Modal
346.3.
348.3.
Total Arus Kas
343.3.
349.3. 351.3.
335.3. 338.3. (Rp 100,200,000) 341.3. Rp 209,185,000 344.3. 347.3. Rp 200,000,000 350.3. Rp 409,185,000
e. Catatan Atas Laporan Keuangan 352.3. Catatan atas laporan keuangan memberikan informasi tambahan mengenai akun yang bermanfaat bagi pengguna non-akuntansi untuk memahami laporan keuangan. Berikut adalah catatan atas laporan keuangan untuk Keramba Ikan Nila “Sejahtera”: 353.3. 354.3. 355.3. 356.3.
Keramba Ikan Nila "Sejahtera" Catatan Atas Laporan Keuangan 1 Januari – 31 Desember 2016
357.3. 358.3. 359.3.
GambaranUmum Usaha Keramba Ikan Nila “Sejahtera” yang beralamat dijalan Ya’ Sabran
kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, adalah bisnis keramba ikan nila yang menghasilkan ikan nila konsumsi. Pak Mawardi selaku pemilik sudah menjalankan bisnis ini sejak 2010 lalu, bisnis ini dimulai Pak Mawardi karena
64
keinginannya untuk berwirausahadan menghasilkan pendapatandengan bisnis yang tidak menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi segala kegiatan usahanya. 360.3.
Kebijakan Akuntansi
1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan 361.3. Laporan keuangan disusun berdasarkan SAK EMKM dan disusun dengan menggunakan dasar akrual. Dasar akrual adalah di mana penerimaan dan pengeluaran diakui atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi tersebut diterima atau dibayarkan. Seluruh aset yang diperoleh dicatat dengan menggunakan nilai pasar atau market value. Nilai pasar adalah harga barang atau surat berharga yang diindikasikan oleh penawaranpasar. Mata uang yang digunakan didalam laporan keuangan ini adalah rupiah, begitu juga dengan seluruh transaksi yang terjadi didalam penyusunan laporan keuangan ini menggunakan rupiah. Seluruh angka yang menggunakan pecahan desimal telah dibulatkan ke angka terdekat. 2. Kas dan Setara Kas 362.3. Kas atau setara kas menurut PSAK (2015) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, yang dengan cepat dapat segera dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Total kas akhir Keramba Ikan Nila “Sejahtera” setelah dua kali panen dalam setahun adalah sebesar Rp 409,185,000,-. 3. Ikan Nila
65
363.3.
Ikan nila pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dianggap sebagai
persediaan karena bibit ikan nila diperoleh dengan cara dibeli kemudian akan dipelihara oleh Keramba Ikan Nila “Sejahtera” hingga bobot untuk dipanen tercapai, yaitu sekitar 250 gram. Waktu yang dibutuhkan dari masa pemeliharaan hingga masa panen tiba sekitar empat bulan. Ikan nila pada aktiva lancar sebesar Rp 0,- atau tidak tersisa, dengan perincian sebegai berikut: a. Pembelian bibit ikan nila sebesar Rp 15.400.000,- (40.000 ekor ikan × 385) Pemberian pakan ikan nila selama proses pemeliharaan hingga panen sebesar Rp 242.250.000,-. b. Total penyesuaian secara kredit atas transaksi yang berhubungan dengan ikan nila sebesar Rp 273.050.000,-. Diperoleh dari: a) Penyesuaian atas transaksi penjualan ikan nila dengan akun beban pokok penjualan untuk dua kali panen sebesar Rp 264.710.000, (Rp 132.355.000 × 2) b) Kerugian atas pemeliharaan ikan nila dikarenakan faktor mortalitas untuk dua kali panen sebesar Rp 5.400.000, (Rp 2.700.000 × 2) c) Menjual ikan nila dengan harga lebih rendah untuk dua kali panen sebesar Rp 2.940.000, (Rp 1.470.000 × 2) 4. Persediaan Pakan 364.3. Persediaan pakan pada aktiva lancar yang tersisa adalah Rp 0,-. 5. Keramba 365.3. Keramba atau jaring apung untuk wadah pemeliharaan ikan dengan masa penggunaan 10 tahun senilai Rp 100.000.000,6. Peralatan 366.3. Peralatan untuk membantu pekerjaan
Pak
Mawardi
dalam
menjalankan bisnisnya seperti jaring, kayu, timba, dan lain-lainnya dengan masa penggunaan 2 tahun sebesar Rp 200.000,-. 367.3.
66
7. Utang Usaha 368.3. Utang usaha pada aktiva lancar adalah Rp 0,-. Pada awalnya utang usaha timbul akibat adanya pembelian kredit 50 persen untuk persediaan pakan dua kali panen sebesar Rp 121.125.000 (Rp 242.250.000 / 2). Namun Pak Mawardi telah membayarnya ketika panen kedua telah selesai. Pembelian pakan dapat dilakukan secara kredit dikarenakan Pak Mawardi memiliki hubungan baik dengan pemasok pakan. 8. Modal 369.3. Modal awal Pak Mawardi yang disetor untuk menjalankan bisnisnya Keramba Ikan Nila “Sejahtera” sebesar Rp 200.000.000,-. Modal awal Pak Mawardi menggunakan seluruh uang milik pribadinya tanpa ada pinjaman bank maupun investasi oleh pihak luar. 9. Beban Gaji 370.3. Beban gaji dikeluarkan untuk pihak yang membantu Pak Mawardi dalam menjalankan usahanya dan ketika panen tiba untuk dua kali panen sebesar Rp 1.000.000 (Rp 500.000 × 2). 10. Beban Listrik 371.3. Beban listrik dikeluarkan untuk membantu penerangan saat malam hari di Keramba Ikan Nila “Sejahtera” untuk dua kali panen sebesar Rp 100.000 (Rp 50.000 × 2). 372.3. 373.3. 11. Beban Lain-lain 374.3. Beban lain-lain yang muncul pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera” dalam menjalankan usahanya untuk dua kali panen Rp 300.000 (Rp 150.000 × 2). 12. Beban Penyusutan Keramba
67
375.3.
Beban penyusutan keramba untuk satu periode atau satu tahun sebesar
Rp 10.000.000 (Rp 100.000.000 / 10 tahun). 13. Akumulasi Penyusutan Peralatan 376.3. Akumulasi penyusutan peralatan untuk satu periode atau satu tahun sebesar Rp 100.000 (Rp 200.000 / 2). 14. Penjualan 377.3. Penjualan untuk satu periode atau dua kali panen sebesar Rp 581.685.000. Diperoleh melalui penjualan 38.779 ekor ikan dengan total berat 9.694,75 kilogram, dan harga jual ikan nila Rp. 30.000.- per kilogramnya. Didapatlah hasil Rp 290.842.500,- kemudian dikalikan 2 karena terjadi dua kali panen. 15. Beban Pokok Penjualan 378.3. Beban pokok penjualan untuk dua kali panen atau satu tahun periode sebesar Rp 264.710.000 (Rp 132.355.000 / 2). 16. Pendapatan Lain-lain 379.3. Pendapatan lain-lain sebesar Rp 150.000,- muncul akibat Keramba Ikan Nila “Sejahtera” melakukan penjualan 300 karung bekas pakan ikan nilanya sebesar Rp 500, @karung. 380.3. 17. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan 381.3. Kerugian atas pemeliharaan ikan terjadi dikarenakan faktor mortalitas saat proses pemeliharaan hingga panen tiba sebesar Rp 6.340.000, (jumlah tersebut berlaku untuk dua kali panen atau periode satu tahun). 382.3. 383.3. 384.3. 385.3.
68
386.3. 387.3. 388.3. 389.3. 390.3. 391.3. 392.3. 393.3. 394.3. 395.3. 396.3. 397.3. 398.3. 399.3.
400.3. 401.3.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
402.3. 5
Kesimpulan 403.3. Setelah dilakukan penelitian pada Keramba Ikan Nila “Sejahtera”
dapat ditarik kesimpulan berupa: 1 Ikan nila yang merupakan aset biologis Keramba Ikan Nila “Sejahtera” diakui sebagai persediaan dengan akun akuntansinya “bibit ikan nila”, kemudian pengukuran aset biologis ini berdasarkan nilai pasar atau market value. Aset biologis berupa ikan nila ini akan disajikan pada pos aktiva lancar sebagai 2
persediaan, dan akun “bibit ikan nila” pada laporan neraca. Awal mulanya, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” sama sekali belum memiliki laporan keuangan. Seluruh laporan keuangan yang telah disusun sudah berdasarkan ketentuan-ketentuan SAK EMKM. SAK EMKM menentukan tiga laporan yang harus ada pada laporan keuangan suatu UMKM, yaitu laporan laba rugi, laporan posisi keuangan atau neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Disusunnya laporan keuangan ini guna mengetahui penyajian aset biologis berupa ikan nila serta untuk mengetahui keadaan ekonomi Keramba Ikan Nila “Sejahtera”, sehingga laporan keuangan yang sudah disusun tersebut nantinya
69
70
3
dapat membantu pemilik keramba dalam mengambil keputusan ekonomi dan dapat digunakan untuk memperoleh pinjaman oleh bank ataupun modal bagi 404.3. investor yang ingin menginvestasikan modalnya di Keramba Ikan Nila “Sejahtera”. 405.3. 5.2. Keterbatasan Penelitian 406.3. Terdapat keterbatasan didalam penelitian ini yang nantinya dapat
menjadi pertimbangan bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema atau judul yang sama dengan penelitian ini agar mendapatkan hasil yang optimal. Keterbatasan itu antara lain: 1. Tidak maksimalnya data yang diperoleh peneliti dikarenakan Keramba Ikan Nila “Sejahtera” tidak melakukan pencatatan atas transaksi yang telah terjadi. 2. Kurangnya penelitian bertema aset biologis din Indonesia membuat referensi sulit untuk diperoleh. 407.3. 5.3. Saran 408.3. Setelah dilakukannya penelitian serta ditariknya beberapa kesimpulan dan keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini, saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: 1. Bagi Keramba Ikan Nila “Sejahtera” 409.3. Setelah dilakukannya penelitian ini, Keramba Ikan Nila “Sejahtera” diharapkan untuk mampu menerapkan akuntansi aset biologis khususnya dibidang budidaya ikan nila. Selain itu, setelah disusunnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM ini dapat membuat Keramba Ikan Nila “Sejahtera” untuk mencatat seluruh transaksi keuangan usahanya agar dapat menyusun laporan keuangan di periode-periode berikutnya dengan mudah. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
71
410.3.
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, penelitian ini hanya mampu
memberikan gambaran mengenai proses pemeliharaan ikan nila dimulai saat pembelian bibit hingga menghasilkan hewan ternak siap jual. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengambil tema yang sama, disarankan untuk memberikan gambaran mengenai ikan nila pembibit atau ikan nila indukan yang akan menghasilkan bibit, sehingga dapat melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian ini. 411.3. 412.3. 413.3. 414.3. 415.3. 416.3. 417.3. 418.3. 419.3. 420.3.
421.3. DAFTAR PUSTAKA 422.3. 423.3. 424.3. 425.3. Abdullah, Achmad. Ridwan. 2011. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT Perkebunan Nusantara XIV Makassar (Persero). Makassar: Universitas Hasanuddin. 426.3. 427.3. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 428.3. 429.3. Creswell, John.W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 430.3. 431.3. Fahmi, I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. 432.3. 433.3. Format dan Konsep Dasar Menyusun Proposal Penelitian. Diunduh dari http://karyatulisilmiah.com/format-dan-konsep-dasar-menyusunproposal-penelitian/. 434.3. 435.3. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2014). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (per efektif 1 Januari 2015). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 436.3. 437.3. -----. (2015). Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (per efektif 1 Januari 2016). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 438.3. 439.3. -----. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 440.3. 441.3. Inilah Contoh Proposal Penelitian Kualitatif Yang Benar Agar Cepat di ACC. Diunduh darihttp://penulispro.com/inilah-contoh-proposalpenelitian-kualitatif-yang-benar-agar-cepat-di-acc/25607/. 442.3. 443.3. International Accounting Standards. Diunduh dari http://www.iasplus.com.
444.3. Ismawati, Esti. (2012). Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Ombak. 445.3. Jusup, A.H. (2011). Dasar-dasar Akuntansi Jilid 1. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN. 446.3. Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 447.3. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif. Diunduh darihttp://smartstudentlia.blogspot.co.id/2015/09/menyusun-proposalpenelitian-kualitatif.html. 448.3. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty 449.3. Muchid, A. 2015. Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada UD. Mebel Novel Di Banyuwangi. Jember: Universitas Jember. 450.3. Putri, N. Indah. (n.d). Cara Mmembuat Proposal Penelitian Yang
Benar. Diunduh dari http://www.pintarmenulis.com/cara-membuatproposal-penelitian-yang-benar.html. 451.3. Reeve, James M, Carl S Warren, Jonathan E Duchac, Novrys Suhardianto, Devi Sulistyo Kalanjati, Amir Abadi Jusuf, Chaerul D Djakman. (2011). Indonesia Adaptation Principles Of Accounting 2nd Edition Volume 2. Jakarta: Salemba Empat. 452.3. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 453.3. 454.3. 455.3. 456.3. 457.3. 458.3. 459.3.
460.3. 461.3. 462.3. 463.3. 464.3. 465.3.
466.3. 467.3. 468.3. 469.3. LAMPIRAN 470.3. (Penyusunan Laporan Keuangan) 471.3. 472.3. 473.3. 474.3. 475.3. 476.3. 477.3.
478.3. 479.3.
Tahapan Laporan Keuangan Keramba Ikan Nila “Sejahtera”
1) Jurnal Umum a. Modal awal Keramba Ikan Nila "Sejahtera" adalah Rp. 200.000.000,-. b. Biaya pembuatan kolam jaring apung sebesar Rp. 100.000.000 ,- (@Rp. 5.000.000,- tiap kolamnya). c. Pembelian peralatan sebesar Rp. 200.000,-. d. Pembelian bibit ikan nila sebanyak 40.000 ekor untuk periode 4 bulan atau satu kali panen Rp. 15.400.000,- (Rp. 385,- per ekornya). e. Pembelian pakan ikan nila sebanyak 285 karung untuk satu kali panen, tiap karungnya berbobot 50 kilogram seharga Rp. 121.125.000,-. Dibayar tunai 50% atau seharga Rp. 60.562.500,- sisanya dibayar pada akhir tahun. f. Membayar upah pekerja untuk satu kali panen sebesar Rp. 500.000,-. g. Membayar tagihan listrik untuk satu kali panen sebesar Rp. 50.000,-. h. Beban lain-lain untuk satu kali panen Rp. 150.000,-. 480.3. Jurnalnya dapat dilihat sebagai berikut: 481.3. 482.3. 483.3. 484.3. 485.3. 486.3. 487.3. Tan g g a l 492.3. 1 498.3.
489.3. R 488.3. 493.3. Kas 499.3.
Nama Akun 494.3. 500.3.
490.3. D ebet 496.3. R 495.3. p 1 200,000,0 00 501.3. 502.3.
491.3. K redit
497.3. 503.3.
R
p 200,000,0 00
3 Modal 506.3.
504.3.
507.3.
505.3. 510.3. 2
511.3. Keramba
516.3. 517.3. 522.3.
512.3.
518.3. Kas 524.3.
523.3. 528.3. 3
529.3. Peralatan
534.3. 535.3. 540.3.
546.3. 4
541.3. 547.3. Bibit (Ikan Nila)
552.3. 553.3. 558.3.
530.3. 536.3. Kas 542.3.
548.3.
554.3. Kas 560.3.
559.3. 564.3. 5
565.3. Persediaan Pakan
570.3. 576.3.
571.3. 577.3.
566.3.
572.3. Kas 578.3.
513.3. 1
508.3. 514.3.
509.3. R
p 100,000,0 00
519.3. 1 520.3.
515.3. 521.3.
R
p 100,000,0 00
525.3. 526.3. 531.3. 532.3. R 1 p 200,000 537.3. 1 538.3. 543.3. 544.3. 550.3. R 549.3. p 1 15,400,00 0 555.3. 1 556.3.
527.3. 533.3. 539.3.
R p 200,000
545.3.
551.3. 557.3.
R
p 15,400,00 0
561.3. 562.3. 568.3. 567.3. Rp 1 121,125,0 00 573.3. 1 574.3. 579.3. 580.3.
563.3.
569.3. 575.3.
R p 60,562,50 0 581.3. R
Utang Usah a 584.3.
582.3. 588.3. 6
583.3. 589.3. Beban Gaji
594.3. 595.3. 600.3. 606.3. 7
601.3. 607.3. Beban Listrik
612.3. 613.3. 618.3. 624.3. 8
619.3. 625.3. Beban Lain-Lain
630.3. 631.3. 636.3. 637.3. 642.3. 643.3. 644.3. 645.3. 1) Buku Besar
590.3. 596.3. Kas 602.3. 608.3. 614.3. Kas 620.3. 626.3. 632.3. Kas 638.3.
2
p 60,562,50 0
585.3. 586.3. 591.3. 592.3. R 5 p 500,000 597.3. 1 598.3. 603.3. 604.3. 609.3. 610.3. R 5 p 50,000 615.3. 1 616.3. 621.3. 622.3. 627.3. 628.3. R 5 p 150,000 633.3. 1 634.3. 639.3. 640.3.
587.3. 593.3. 599.3.
R p 500,000
605.3. 611.3. 617.3.
R
p 50,000 623.3. 629.3. 635.3.
R p 150,000
641.3.
646.3.648.3. Nama 647.3. Akun: Kas
649.3.
650.3.
652.3. Nomo r Akun: 101
651.3.
653.3.
654.3. 655.3. T
667.3. 1 668.3.
Keteranga n
Modal Awal
674.3.675.3. Pembuatan 2 Keramba
656.3.
D ebit
669.3. Rp200,0 00,000
676.3.
657.3. K redit
670.3. 677.3. Rp 100,000, 000
681.3.682.3. Pembelian 3 Peralatan
683.3.
688.3.689.3. Pembelian 4 Bibit (Ikan Nila)
690.3.
695.3.696.3. Pembelian 5 Persediaan Pakan
697.3.
684.3. Rp 200,000 691.3. Rp 15,400,0 00 698.3. Rp 60,562,5 00
704.3.
705.3. Rp 500,000
711.3.
712.3. Rp 50,000
718.3.
719.3. Rp 150,000
726.3.
727.3.
702.3.703.3. Pembayara 6 n Beban Gaji 709.3.710.3. Pembayara 7 n Beban Listrik 716.3.717.3. Pembayara 8 n Beban Lain-lain 724.3. 723.3.725.3.
732.3. Nama Akun: Bibit (Ikan 731.3. Nila) 737.3. 739.3. Keteranga 740.3.
733.3. 741.3.
658.3. 659.3. R 665.3. De bit 672.3. Rp 671.3. 200,000,0 00 679.3. Rp 678.3. 100,000,0 00 686.3. Rp 685.3. 99,800,00 0 693.3. Rp 692.3. 84,400,00 0 700.3. Rp 699.3. 23,837,50 0 707.3. Rp 706.3. 23,337,50 0 714.3. Rp 713.3. 23,287,50 0 721.3. Rp 720.3. 23,137,50 0 728.3.729.3. 735.3. Nomor Akun: 734.3. 102 742.3. 744.3.
Saldo 666.3. K redit
673.3.
680.3.
687.3.
694.3.
701.3.
708.3.
715.3.
722.3. 730.3.
736.3. Saldo
T n
738.3.
Debit
Kredit
743.3. 750.3.
De bit
752.3. 4 753.3.
Saldo
754.3. Rp 15,400,0 00
755.3.
759.3. 760.3. 761.3. 767.3. 766.3.768.3. 769.3. 775.3. Nama Akun: Persediaan Pakan
762.3.
774.3. 780.3. T
776.3. 782.3.
781.3.
795.3. 5 796.3. 802.3. 803.3.
770.3.
Keteranga n
783.3. Debit
784.3. Kredit
Saldo
797.3. Rp 121,125, 000
798.3.
804.3.
805.3.
812.3.
813.3.
824.3.
825.3.
832.3. D ebit
833.3. K redit
810.3. 809.3.811.3. 823.3. Nama 822.3. Akun: Keramba 829.3. T 831.3. Keteranga n 830.3.
756.3.757.3. Rp 15,400,00 0 763.3. 764.3. 771.3.772.3. 778.3. Nomor Akun: 777.3. 103 785.3. 787.3. 786.3.793.3. Debit 800.3. Rp 799.3. 121,125,0 00 806.3. 807.3.
814.3.815.3. 827.3. No mor Akun: 826.3. 121 834.3. 836.3. R 835.3.842.3. bit
De
751.3. K redit
758.3. 765.3. 773.3.
779.3. Saldo 794.3. Kredit
801.3. 808.3. 816.3. 817.3. 818.3. 819.3. 820.3. 821.3.
828.3. Saldo 843.3. K redit
844.3. 2 845.3. Saldo 851.3. 852.3. 858.3. 859.3.861.3. Nama 860.3. Akun: Peralatan 867.3. T 869.3. Keteranga n 868.3. 870.3.
846.3. Rp 100,000, 000 853.3. 862.3.
871.3. Debit 872.3.
847.3. 854.3. 863.3.
873.3. K redit 874.3.
849.3. Rp 848.3. 100,000,0 00 855.3. 856.3. 864.3.865.3. Nomor Akun: 122 875.3. 877.3. R 876.3. 883.3.
De bit
885.3. 3 886.3. 892.3. 893.3. 899.3.900.3.
906.3.907.3. 912.3. 913.3. T
925.3. 5 926.3. 932.3. 933.3. 939.3.940.3.
Saldo
887.3. Rp 200,00 0
888.3.
894.3. 901.3.
895.3. 902.3.
Nama Akun: Utang Usaha
908.3.
Keteranga n
914.3. Debit
915.3. K redit
927.3.
928.3. Rp 60,562,50 0
934.3. 941.3.
935.3. 942.3.
948.3.
949.3.
955.3. Debit
956.3. K redit
Saldo
947.3. Nama 946.3. Akun: Modal 953.3. 954.3. Keteranga T n
890.3. 889.3. Rp 200,000 896.3. 897.3. 903.3.904.3. 910.3. Nomor Akun: 909.3. 201 916.3. 917.3. 923.3. De bit 929.3. 930.3. 936.3. 937.3. 943.3.944.3. 951.3. Nomor Akun: 950.3. 301 957.3. 958.3. 964.3. De bit
850.3. 857.3. 866.3. Saldo 884.3. K redit
891.3. 898.3. 905.3.
911.3. Saldo 924.3. K redit 931.3. Rp60,5 62,500 938.3. 945.3.
952.3. Saldo 965.3. K redit
966.3. 1 967.3. 973.3.974.3.
Saldo
980.3.981.3. 988.3. Nama 987.3. Akun: Beban Gaji 994.3. 995.3. Keteranga T n
1007.3. 6 1008.3. 1014.3.1015.3.
Saldo
1021.3. 1022.3. 1023.3. 1024.3. 1025.3.1026.3. 1032.3.1033.3. 1038.3. 1039.3. T 1051.3. 7 1052.3. 1058.3. 1059.3.
968.3. 975.3.
969.3. Rp 200,000,0 00 976.3.
982.3.
983.3.
989.3.
990.3.
996.3. Debit
997.3. K redit
1009.3. Rp 500,00 0 1016.3.
1010.3. 1017.3.
1027.3.
1028.3.
970.3. 971.3. 977.3.978.3. 984.3.985.3. 992.3. Nomor Akun: 991.3. 501 998.3. 999.3. 1005.3. Debi t 1011.3.1012.3. Rp 500,000 1018.3. 1019.3.
972.3. R p200,0 00,000 979.3. 986.3.
993.3. Saldo 1006.3. Kredit 1013.3. 1020.3.
1031.3.
Nama Akun: Beban Listrik
1034.3.
Keteranga n
1040.3. Debit
1041.3. K redit
Saldo
1053.3. Rp 50,000
1055.3. 1056.3. Rp 50,000 1062.3. 1063.3.
1054.3.
1060.3.
1029.3. 1030.3. 1036.3. Nomor 1035.3. Akun: 502 1042.3. 1043.3. 1049.3. Debi t
1061.3.
1037.3.
Saldo 1050.3. Kredit 1057.3. 1064.3. 1071.3.
1065.3.1066.3. 1073.3. Nama Akun: Beban 1072.3. Lain-lain 1079.3.1080.3. Keteranga
1067.3.
1068.3.
1074.3. 1081.3.
1075.3. 1082.3.
D
Kr
1069.3. 1070.3. 1077.3. Nom or Akun: 1078.3. 1076.3. 503 1083.3. 1084.3. Saldo
T
1092.3. 8 1093.3. 1099.3. 1100.3.
n
Saldo
ebit
edit
1094.3. Rp 150,00 0
1095.3.
1101.3.
1102.3.
R
Debi t
1096.3. 1097.3. Rp 150,000 1103.3. 1104.3.
1106.3. 1107.3. 1108.3. 1109.3. 1110.3. 1111.3. 1112.3. 1113.3. 1114.3. 1115.3. 1116.3. 1117.3. 1118.3. 1119.3. 1120.3. 1121.3. 1122.3. 1123.3. 1124.3. 1125.3. 1126.3. 1127.3. 1128.3. 1129.3. 1130.3. 1131.3. 1132.3. 1133.3. 1134.3. 3) Neraca Saldo 1135.3. 1136.3.
1090.3.
Keramba Ikan Nila "Sejahtera" 1137.3. Neraca Saldo
1091.3. Kredit 1098.3. 1105.3.
1138.3. 1140.3. Na ma Akun 1146.3. Kas 1149.3. Bibi t (Ikan Nila) 1152.3. Pers ediaan Pakan 1155.3. Kera mba 1158.3. Pera latan 1161.3. Utan g Usaha 1164.3. Mod al 1167.3. Beb an Gaji 1170.3. Beb an Listrik 1173.3. Beb an LainLain 1176.3. Tota l
1 Januari - 31 Desember 2016 1139.3. 1141.3. Saldo 1143.3. 1145.3. Kre 1144.3. Debet dit 1147.3. Rp 23,137,500 1148.3. 1150.3. Rp 15,400,000 1151.3. 1153.3. Rp 121,125,000 1156.3. Rp 100,000,000 1159.3. Rp 200,000 1162.3. 1165.3. 1168.3. Rp 500,000 1171.3. Rp 50,000 1174.3. Rp 150,000 1177.3. Rp 260,562,500 1179.3. 1180.3. 1181.3.
1182.3.
1154.3. 1157.3. 1160.3. 1163.3. Rp 60,562,500 1166.3. Rp 200,000,000 1169.3. 1172.3. 1175.3. 1178.3. Rp 260,562,500
4) Jurnal Penyesuaian a. Nilai ekonomis keramba 10 tahun, dengan nilai penyusutan Rp. 10.000.000,per tahun untuk 20 kerambanya. b. Nilai ekonomis peralatan 2 tahun, dengan biaya penyusutan Rp. 100,000,- per tahun. c. Pak Mawardi menjual 38.779 ekor ikan nilanya pada saat panen dengan total berat 9.694,75 kilogram, dengan harga jual ikan nila Rp. 30.000.- per kilogramnya. Beban pokok penjualan sebesar Rp. 132.355.000,-. d. Dari 40.000 ekor ikan nila yang dibeli, 791 ekor ikan nila mengalami kematian pada saat proses penggemukkan. e. Menjual sisa 430 ekor ikan nila dengan harga yang lebih murah dan mencatat kerugian atas pemeliharaan ikan nila. f. Pembelian kembali bibit ikan nila sebanyak 40.000 ekor untuk periode 4 bulan atau satu kali panen Rp15,400,000- (Rp385 per ekornya). g. Pembelian kembali pakan ikan nila sebanyak 285 karung, tiap karungnya berbobot 50 kilogram seharga Rp121,125,000 Dibayar tunai 50% atau seharga Rp. 60.562.500,- sisanya dibayar kredit. h. Dalam periode dua kali panen selama proses pemeliharan atau pembesaran ikan nila hingga panen, Pak Mawardi menghabiskan 28500 kilogram pakan atau seharga Rp242.250.000. i. Pak Mawardi menjual 38.779 ekor ikan nilanya pada saat panen dengan total berat 9.694,75 kilogram, dengan harga jual ikan nila Rp. 30.000.- per kilogramnya. Beban pokok penjualan sebesar Rp. 132.355.000,-. j. Dari 40.000 ekor ikan nila yang dibeli, 791 ekor ikan nila mengalami kematian pada saat proses pemeliharaan hingga panen tiba k. Menjual sisa 430 ekor bibit ikan nila dengan harga yang lebih murah dan mencatat kerugian atas pemeliharaan ikan nila. l. Menjual karung bekas pakan ikan nila 300 karung seharga Rp150,000.
m. Membayar utang usaha berupa pakan ikan nila untuk panen ini dan sebelumnya, senilai Rp121,125,000. n. Membayar upah pekerja untuk panen berikutnya sebesar Rp. 500.000,-. o. Membayar tagihan listrik untuk panen berikutnya panen sebesar Rp. 50.000,-. p. Beban lain-lain untuk panen berikutnya panen Rp. 150.000,-. 1183.3.
Jurnal penyesuaiannya dapat dilihat sebagai berikut: 1184.3. 1185.3.
1186.3. 1187.3. 1188.3. 1189.3. T 1190.3.
Nama Akun
1193.3.1194.3. Beban 1 Penyusutan Keramba
1195.3.
1198.3.1199.3. 1203.3.1204.3.
1200.3. Akumulasi Penyusutan Keramba 1205.3.
1208.3.1209.3. Beban 2 Penyusutan Peralatan 1213.3.1214.3.
1210.3. 1215.3. Akumulasi Penyusutan Peralatan
1191.3. De bet 1196.3. Rp 10,000,00 0
1201.3. 1206.3. 1211.3. Rp 100,000 1216.3.
1192.3. K redit
1197.3. 1202.3. Rp 10,000,0 00 1207.3. 1212.3. 1217.3. Rp 100,000
1218.3.1219.3. 1223.3. 3 1224.3.
1220.3.
Kas
1225.3.
1228.3.1229.3. 1233.3.1234.3.
1230.3. 1235.3.
1239.3. Beban Pokok 1238.3. Penjualan
1240.3.
1243.3.1244.3. 1248.3.1249.3. 1254.3. Kerugian Atas 1253.3. Pemeliharaan Ikan 4 Nila
1258.3.1259.3. 1263.3.1264.3. 1268.3. 5 1269.3. Kas 1274.3. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan 1273.3. Nila
1221.3. 1226.3. Rp 290,842,5 00
1245.3. 1250.3.
Penjualan
Ikan Nila
1255.3. 1260.3. Ikan Nila Dalam Proses Penggemukkan (Ikan Nila) 1265.3. 1270.3. 1275.3.
1278.3.1279.3. 1283.3.1284.3.
1280.3. 1285.3.
1288.3.1289.3. Bibit (Ikan 6 Nila)
1290.3.
Ikan Nila
1231.3. 1236.3. 1241.3. Rp 132,355,0 00
1246.3. 1251.3. 1256.3. Rp 2,700,000
1261.3. 1266.3. 1271.3. Rp 1,000,000 1276.3. Rp 470,000
1281.3. 1286.3. 1291.3. Rp 15,400,00 0
1222.3.
1227.3. 1232.3. Rp 290,842, 500 1237.3.
1242.3. 1247.3. Rp 132,355, 000 1252.3. 1257.3. 1262.3. Rp 2,700,00 0 1267.3. 1272.3. 1277.3. 1282.3. Rp 1,470,00 0 1287.3.
1292.3.
1293.3.1294.3. 1298.3.1299.3.
1295.3. 1300.3.
Kas
1303.3.1304.3. Persediaan 7 Pakan
1305.3.
1296.3. 1301.3. 1306.3. Rp 121,125,0 00
1308.3.1309.3.
1310.3. Utang Usaha
1311.3.
1313.3.1314.3.
1315.3.
1316.3.
Kas 1318.3. 1319.3.
1320.3.
1297.3. Rp 15,400,0 00 1302.3.
1307.3. 1312.3. Rp 60,562,5 00 1317.3. Rp 60,562,5 00
1324.3. Rp 242,250,0 00
1321.3.1322.3. Beban 8 Persediaan (Ikan Nila)
1323.3.
1326.3.1327.3. 1331.3.1332.3.
1328.3. Persediaan Pakan 1333.3.
1336.3. 9 1337.3.
Kas
1338.3.
1341.3.1342.3. 1346.3.1347.3.
1343.3. 1348.3.
1352.3. Beban Pokok 1351.3. Penjualan
1353.3.
1356.3.1357.3. 1361.3.1362.3. 1366.3.1367.3. Kerugian Atas 1 Pemeliharaan Ikan Nila
1371.3.1372.3. 1376.3.1377.3. 1381.3. 1 1382.3. Kas 1387.3. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan 1386.3. Nila
1358.3. 1363.3.
Penjualan
Ikan Nila
1368.3. 1373.3. Ikan Nila Dalam Proses Penggemukkan (Ikan Nila) 1378.3.
1383.3. 1388.3.
1329.3. 1334.3. 1339.3. Rp 290,842,5 00
1344.3. 1349.3. 1354.3. Rp 132,355,0 00
1359.3. 1364.3. 1369.3. Rp 2,700,000
1374.3. 1379.3. 1384.3. Rp. 1.000.000, 1389.3. Rp. 470.000,-
1325.3. 1330.3. Rp 242,250, 000 1335.3.
1340.3. 1345.3. Rp 290,842, 500 1350.3.
1355.3. 1360.3. Rp 132,355, 000 1365.3. 1370.3. 1375.3. Rp 2,700,00 0 1380.3.
1385.3. 1390.3.
1391.3.1392.3. 1396.3.1397.3. 1401.3. 1 1402.3.
1393.3. 1398.3. Kas
1421.3.1422.3. 1426.3.1427.3. 1431.3. 1 1432.3. 1436.3.1437.3. 1441.3.1442.3. 1446.3. 1 1447.3. 1451.3.1452.3. 1456.3.1457.3. 1461.3. 1 1462.3. lain 1466.3.1467.3. 1471.3.
1403.3. 1408.3. Pendapatan Lain-lain 1413.3.
1406.3.1407.3. 1411.3.1412.3. 1416.3. 1 1417.3.
Ikan Nila
Utang Usaha
1418.3.
1423.3. 1428.3. Beban Gaji
1433.3. 1438.3. 1443.3.
Beban Listrik
Kas
Kas
1448.3. 1453.3. 1458.3.
Kas
Beban Lain1463.3. 1468.3.
Kas
1394.3. 1399.3. 1404.3. Rp 150,000 1409.3. 1414.3. 1419.3. Rp 121,125,0 00
1424.3. 1429.3. 1434.3. Rp 500,000 1439.3. 1444.3. 1449.3. Rp 50,000 1454.3. 1459.3. 1464.3. Rp 150,000 1469.3.
1395.3. Rp. 1.470.00 0,1400.3. 1405.3. 1410.3. Rp 150,000 1415.3.
1420.3. 1425.3. Rp 121,125, 000 1430.3. 1435.3. 1440.3. Rp 500,000 1445.3. 1450.3. 1455.3. Rp 50,000 1460.3. 1465.3. 1470.3. Rp 150,000
1472.3. 1473.3. 1474.3.
Nama Akun
1475.3. 1479.3.
Neraca Saldo 1480.3. Kr Debet edit
1476.3. 1481.3.
Penyesu 148
Debet
14 1485.3.
Kas
1486.3. Rp 23,137,500
Ikan Nila
1493.3. Rp 15,400,000
1487.3.
1488.3. Rp 583,835,000
1494.3.
1495.3. Rp 257,650,000
14 1492.3.
15 1499.3. Persediaa n Pakan 1506.3.
Keramba
1513.3.
Peralatan
1520.3. Utang Usaha
1527.3. Modal 1534.3. Beban Gaji 1541.3. Beban Listrik 1548.3. Beban Lain-lain 1555.3. 1562.3. 1569.3. Beban Penyusutan
1500.3. Rp 121,125,000 1507.3. Rp 100,000,000 1514.3. Rp 200,000 1521.3.
1528.3. 1535.3. Rp 500,000 1542.3. Rp 50,000 1549.3. Rp 150,000 1556.3. Rp 260,562,500 1563.3. 1570.3.
1501.3.
1502.3. Rp 121,125,000
1508.3.
1509.3.
1515.3. 1522.3. Rp 60,562,50 0
1516.3.
1529.3. Rp 200,000,0 00 1536.3. 1543.3. 1550.3. 1557.3. Rp 260,562,5 00 1564.3. 1571.3.
1523.3. Rp 121,125,500
1530.3. 1537.3. Rp 500,000 1544.3. Rp 50,000 1551.3. Rp 150,000 1558.3. 1565.3. 1572.3. Rp 10,000,000
15
Keramba 1576.3. Akumulas i Penyusutan Keramba 1583.3. Beban Penyusutan Peralatan 1590.3. Akumulas i Penyusutan Peralatan
15 1577.3.
1578.3.
1579.3.
1584.3.
1585.3.
1586.3. Rp 100,000
15 1591.3.
1592.3.
1593.3.
16 1598.3. Penjualan 1605.3. Beban Pokok Penjualan 1612.3. Pendapata n Lain-lain 1619.3. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan Nila
1626.3.
1599.3.
1600.3.
1606.3.
1607.3.
1601.3. 1608.3. Rp 264,710,000
1613.3.
1614.3.
1615.3.
1620.3.
1621.3.
1622.3. Rp 6,340,000
1628.3.
1629.3. Rp 1,365,585,50 0
16
1627.3.
16
5) Kertas Kerja
1633.3. 1635.3. 1634.3.
Laba Rugi
Nama Akun
1640.3. 1638.3.
Debet
1639.3.
Kredit
1642.3. 1647.3. 1652.3.
Kas Bibit Ikan Nila Persediaan Pakan
1643.3. 1648.3. 1653.3.
1644.3. 1649.3. 1654.3.
1657.3.
Keramba
1658.3.
1659.3.
1662.3.
Peralatan
1663.3.
1664.3.
t 1645.3. 409,18 1650.3. 1655.3. 1660.3. 100,00 1665.3. 20
1667.3.
Utang Usaha
1672.3.
Modal
1677.3.
Beban Gaji
1682.3.
Beban Listrik
1687.3. Beban Lain-lain 1692.3. 1697.3. 1702.3. Beban Penyusutan Keramba 1707.3. Akumulasi Penyusutan Keramba 1712.3. Beban Penyusutan Peralatan 1717.3. Akumulasi Penyusutan Peralatan 1722.3.
Penjualan
1727.3.
Beban Pokok Penjualan
1732.3. Pendapatan Lain-lain 1737.3. Kerugian Atas Pemeliharaan Ikan Nila 1742.3. 1747.3. 1752.3. 1757.3. 1758.3.
1668.3.
1669.3.
1670
1673.3. 1678.3. Rp 1,000,000 1683.3. Rp 100,000 1688.3. Rp 300,000 1693.3. 1698.3. 1703.3. Rp 10,000,000
1674.3.
1675
1679.3.
1680
1684.3.
1685
1689.3. 1694.3. 1699.3.
1690 1695 1700
1704.3.
1705
1708.3. 1713.3. Rp 100,000
1709.3.
1710
1714.3.
1715
1718.3.
1719.3. 1724.3. Rp 581,685,000
1720
1729.3. 1734.3. Rp 150,000
1730
1739.3. 1744.3. Rp 581,835,000
1740 1745.3. 509,38
1723.3. 1728.3. Rp 264,710,000 1733.3. 1738.3. Rp 6,340,000 1743.3. Rp 282,550,000 1748.3. Rp 299,285,000 1753.3. Rp 581,835,000
1725
1735
1749.3.
1750
1754.3.
1755
1759.3.
BIODATA PENULIS 1760.3.
1761.3.
Nama Lengkap
: Doddy Primayudia
1762.3.
No. Induk Mahasiswa
: B51112191
1763.3. 1
Alamat
: Jl. Tabrani Ahmad, Komplek Pondok Mulya, No.
1764.3.
No. Hp
: 0895356592398
1765.3.
Tempat, Tanggal Lahir
: Pontianak, 21 November 1994
1766.3.
Umur
: 22 Tahun
1767.3.
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
1768.3.
Status Sipil
: Belum Menikah
1769.3.
Agama
: Islam
1770.3.
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
1771.3.
Jurusan Prodi
: Akuntansi
1772.3.
Kualifikasi Pendidikan
: 1. SD Min Teladan Pontianak
1773.3.
2. SMP Negeri 1 Pontianak
1774.3.
3. SMA Negeri 7 Pontianak
1775.3.
Terdaftar di Untan Tahun
: 2012
1776.3.
Pekerjaan
: Mahasiswa
1777.3.
Judul Skripsi : Penyusunan Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Nila Di Keramba “Sejahtera” Berbasis SAK EMKM
1778.3. 1779.3. 1780.3.