SCREENING PADA KELOMPOK KHUSUS DI MASYARAKAT
A.
PENGERTIAN
A.1. Screening adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasikan
dan
memisahkan
orang
yang
tampaknya
sehat,
tetapi
kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.
Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
A.2. Kelompok khusus Adalah sekelompok masyarakat atau individu oleh karena keadaan fisik, mental , social, budaya dan ekonomi ekonomi perlu mendapatkan bantuan, bimbingan bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mer eka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.
A.2.1.Pelayanan Kelompok Khusus di Institusi
1. Pelayanan terhadap lembaga – lembaga social kemasyarakatan yang menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu : · Panti wreda · Panti asuhan · Pusat Rehabilitasi Anak cacat · Penitipan Balita Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi adalah meliputi : · Penghuni panti · Petugas panti · Lingkungan panti
2. Pelayanan Kelompok Khusus di masyarakat Dilakukan melalui kelompok – kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat Klasifikasi Akibat pertumbuhan dan perkembangannya · Kelompok ibu hamil · Kelompok ibu bersalin · Kelompok ibu nifas · Kelompok bayi dan anak balita · Kelompok anak usia sekolah · Kelompok usia lanjut
A.2.2.Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
Adapaun yang termasuk kelompok khusus ini diantaranya adalah : 1. Penderita penyakit menular · Kelompok penderita penyakit kusta · Kelompok penderita penyakit TBC
· Kelompok penderita Aids · Kelompok penderita Penyakit kelamin ( GO, Sypilis )
2. Penderita penyakit tidak menular · Kelompok Penderita Penyakit DM · Kelompok Penderita penyakit Jantung · Kelompok penderita penyakit stroke
3. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi · Kelompok cacat fisik · Kelompok cacat mental · Kelompok cacat sosial
4. Kelompok khusus yang mempunyai resiko terserang penyakit · Kelompok wanita tuna susila · Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika · Kelompok kelompok pekerja tertentu.
B.
DASAR PEMIKIRAN ADANYA SKRINING
1.
Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.
2.
Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.
3.
Biasanya penderita datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.
4.
C.
Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
TUJUAN
1.
Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada
orang yang tampak sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)
2.
Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya
maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
D.
3.
Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperoleh pengobatan.
4.
Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin
SASARAN
Sasaran utama Uji tapis atau Skrining adalah
Penderita penyakit kronis dan
Kelompok khusus: 1. Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dll) 2. Infeksi Virus ( hepatitis ) 3. Penyakit non infeksi : a.
Hipertensi
b.
Diabetus miletus
c.
Penyakit jantung
d.
Karsinoma serviks
e.
Prostate
f.
glaukoma
4. Aids
E.
PRINSIP PELAKSANAAN
Proses Uji tapis terdiri dari dua tahap : 1.
Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
2.
Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau radiologist misalnya : 1.
Pemeriksan gula darah
2.
Pemeriksaan radiology untuk uji tapis TBC
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan : 1.
Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut
2.
Tidak mahal
3.
Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4.
Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
F.
MACAM SCREENING
1.
Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan. Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita 2.
Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan pada saat yang sama. Contoh: skrining pada penyakit aids 3.
Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang spesifik. Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal. 4.
Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatan Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
G.
KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING
1.
Sifat Penyakit
-
Serius
-
Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
-
Periode yg panjang diantara tanda – tanda pertama sampai timbulnya penyakit
2.
Uji Diagnostik
-
Sensitif dan Spesifik
-
Sederhana dan Murah
-
Aman dan Dapat Diterima
-
Reliable
-
Fasilitas adekwat
3.
Diagnosis dan Pengobatan
-
Efektif dan dapat diterima
-
Pengobatan g aman telah tersedia.
H.
LOKASI SCREENING
Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat pelayanan khusus dll : 1.
Lapangan : Uji skrining TBC
2.
RSU
: Pap smear
3.
RSK
: Uji tapis glaukoma di RS mata
4.
RS. Khusus
I.
VALIDITAS TES UJI SKRINING
: RS jantung, RS kanker
Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan menggunakan Sensitivitas & Spesifitas;
a.
SENSITIVITAS
Adalah Proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit yang ada di dalam populasi yang disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.
b.
SPESIFISITAS
Adalah proporsi dari orang – orang yang benar – benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.
J.
KRITERIA EVALUASI
Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu, kegiatan screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif. Dengan demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat.
Validitas tes ditunjukkan melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang
semestinya diukur. Jika ini adalah tes screening kolesterol, pertanyaannya adalah: dapatkah tes itu memberikan informasi yang cukup akurat sehingga individu dapat mengetahui tinggi atau rendahnya kadar kolesterolnya sekarang? Validitas ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas uji.
Reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itu — dalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dapatkah uji memberikan hasil yang dapat dipercaya setiap kali digunakan dan dalam lokasi atau populasi yang berbeda?
Yield (hasil) merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes
screening. Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode waktu — jumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan, tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi dan berdampak pada responden dan temuan tes.
a.
Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg
benar sakit dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan spesifitas b.
Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang
konsisten. c.
Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji
tapis.
K.
PERTIMBANGAN SCREENING
1.
Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama
2.
Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg terungkap saat proses skrining dilakukan (obat yang potensial).
3.
Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
4.
Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya yang dapat diidentifikasi.
5.
Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
6.
Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
7.
Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
8.
Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan .diagnosis dan t indakan lebih lanjut.
9.
Proses
harus
cukup
sederhana
sehingga
sebagian
besar
kelompok
mau
berpartisipasi. 10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses yang teratur dan berkelanjutan. 11. alat yg digunakan 12. waktu 13. mendapat pengobatan 14. alat untuk diagnosis
L.
CARA TES SCREENING
Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi medis apa yang akan dicari pada skrining.
Contoh uji Skrining : Pap smear yaitu tes screening kanker serviks
Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.
Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium. Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.