BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teknologi dan Informasi yang berkembang pesat saat ini mempengaruhi
perilaku dan kebiasaan manusia. Komputer tidak lagi berfungsi sebagai alat
hitung saja, namun juga sebagai penganalisis dan mengambil kesimpulan dari
suatu informasi yang diinputkan oleh pengguna. Hal ini membuat pekerjaan
manusia menjadi semakin ringan dan mudah. Cabang ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat mesin (komputer) agar dapat mengerti bahasa manusia
adalah kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Sub disiplin ilmu dalam kecerdasan buatan adalah sistem pakar. Sistem
pakar adalah suatu sistem yang dirancang untuk dapat menirukan keahlian
seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah.
Sistem pakar akan memberikan pemecahan suatu masalah yang didapat dari
dialog dengan pengguna. Melalui bantuan sistem pakar, seorang yang bukan
ahli atau pakar dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah serta
mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar.
Salah satu implementasi yang dapat diterapkan dalam sistem pakar adalah
dalam bidang pendidikan. Pada zaman sekarang ini, telah banyak sarana
berbasis teknologi informasi yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran. Salah satunya adalah untuk membantu guru bimbingan konseling.
Hal yang utama dalam pengembangan pendidikan adalah kualitas pendidikan.
Kualitas akan menentukan sebaik apa cara siswa dalam belajar dan manfaat
apa yang akan mereka peroleh dari pendidikan. Untuk menentukan kualitas
tersebut, bimbingan konseling menjadi faktor penentunya. Guru bimbingan
konseling bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan siswa. Setiap harinya
guru menghadapi beragam karakter siswa yang berbeda-beda.
Bimbingan konseling merupakan mata pelajaran yang menunjang tujuan dan
proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan, mulai dari sekolah dasar
hingga ke sekolah menengah. Terutama siswa-siswi SMP yang memasuki fase
masa remaja tahap awal.
Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, banyak siswa yang merasa takut untuk
berkonsultasi karena ada kalanya guru BK harus bertindak tegas terhadap
siswa yang dibimbingnya sehingga bimbingan menjadi hal yang dihindari oleh
siswa. Guru lebih fokus kepada poin pelanggaran dan hukuman yang diberikan
karena siswa telah melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Selain itu, guru tidak bertanya secara detail mengenai lingkungan
keluarga dan pergaulan siswa sehari-hari.
Oleh karena itulah diperlukan sebuah sistem yang dapat membantu
mencarikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa di sekolah, serta
bagaimana solusinya agar siswa tersebut mampu mengatasi masalah yang
dihadapinya di masa yang akan datang.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yaitu :
a. Aktivitas bimbingan menjadi hal yang ditakuti dan dijauhi siswa, hal ini
disebabkan oleh pola pikir siswa pada saat guru bertindak tegas.
b. Dalam melakukan aktivitas bimbingan, guru tidak menanyakan secara detail
mengenai latar belakang keluarga siswa, bagaimana pergaulan siswa sehari-
hari dan bagaimana pola pikir siswa tersebut terhadap dirinya sendiri.
c. Solusi atas permasalahan juga perlu disarankan agar siswa tidak merasa
jenuh dengan hukuman yang diberikan sehingga siswa tidak mengulangi
kesalahan yang sama di kemudian hari.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu :
a. Bagaimana merancang sistem pakar yang dapat mengadaptasi metode guru
bimbingan konseling dalam membantu siswa mengatasi masalah psikologis
yang dihadapinya.
b. Bagaimana proses algoritma forward chaining yang merupakan mesin
inferensi dari sistem pakar untuk mengetahui penyebab dan menghasilkan
solusi permasalahan pada siswa di lingkungan sekolah.
4. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus dan terarah, maka dapat dibuat batasan
penelitian sebagai berikut :
a. Studi kasus perancangan sistem pakar ini dilakukan di SMP Islam YLPI
Pekanbaru.
b. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah PHP dengan framework Code Igniter
dan database MySQL. Metode yang digunakan dalam perancangan aplikasi
sistem pakar ini adalah metode Forward Chaining.
c. Sistem ini digunakan untuk membantu siswa sebagai user dan guru
bimbingan konseling sebagai administrator.
d. Input yang diberikan berupa pernyataan penyebab yang harus dijawab siswa
sesuai dengan penyebab permasalahan yang dihadapinya.
e. Hasil akhir (output) dari sistem pakar yang dibuat ini adalah
permasalahan ringan yang seringkali dilakukan atau dialami oleh siswa
dan bagaimana solusi untuk mengatasinya dari sudut pandang siswa.
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan "Penerapan Sistem Pakar
Bimbingan Konseling Pada Siswa SMP dengan Metode Forward Chaining" ini
adalah sebagai berikut :
a. Membangun sebuah sistem pakar yang membantu siswa mengetahui solusi yang
tepat bagi permasalahan yang dihadapinya.
b. Membantu guru untuk mengontrol dan membimbing siswa tersebut, bahkan
saat guru bimbingan konseling sedang tidak ada di tempat.
c. Membantu siswa menemukan solusi yang tepat untuk permasalahannya dan
menumbuhkan kesadaran pada pentingnya berperilaku yang baik.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kemudahan baik
bagi siswa maupun guru untuk mengetahui persoalan yang dihadapi siswa
selama belajar di sekolah serta membantu guru dalam mengontrol siswa dan
mencarikan solusinya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Studi Kepustakaan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Arip Munawir dari Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung berupa skripsi pada tahun 2010
dengan judul Sistem Pakar Konsultasi Siswa Bermasalah menjabarkan tingkat
kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa Madrasah Aliyah. Perangkat lunak
dirancang menggunakan metode Backward Chaining dan Depth First Search.
Skripsi tersebut membahas apakah siswa tersebut mengalami permasalahan
dalam poses pembelajaran di sekolah atau tidak. Siswa akan ditanyakan
seputar permasalahan yang dialaminya dan hasil yang diperoleh adalah
rekomendasi berupa pembinaan diri melalui pengetahuan dan ayat Al-Qur'an
atau hadis yang dapat dirujuk untuk membantu membina siswa lebih lanjut.
Sementara itu, Agnes Nurina, Juniawan, Raymond Bahana dan Sri
Mulyanti melalui jurnal elektro, Fakultas Teknik Elektro Unika Atmajaya
pada tahun 2008 dengan judul Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis Web
menjabarkan aplikasi bimbingan yang berupa fasilitas chatting yang telah
dijadwalkan sebelumnya. Pengguna dapat melakukan login ke sistem setelah
sebelumnya mendaftar terlebih dahulu di buku tamu. Setelah itu, barulah
pengguna dapat menggunakan fasilitas yang tersedia pada sistem.
Widodo Bintiharto melalui penelitian dalam bentuk skripsi
tahun 2010 dengan judul penelitian Sistem Pakar Konseling dan Psikoterapi
Masalah Perilaku Anak Berbasis Web Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer AMIKOM, Yogyakarta) mengemukakan perilaku anak saat mengalami
masalah perkembangan diri. Input dalam sistem ini adalah gejala yang
ditunjukkan anak mengindikasikan gangguan perkembangan perilaku pada anak
tersebut. Hasil dari sistem pakar ini adalah jenis gangguan perilaku yang
dialami oleh anak.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Bimbingan Konseling
2.2.1.1 Pengertian Bimbingan Konseling
Menurut M. Surya (1988) bimbingan adalah suatu proses pemberian
atau bantuan layanan yang terus menerus serta sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
individu baik anak-anak maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma yang berlaku (Prayitno, 2004). Sedangkan konseling dinyatakan sebagai
kontak antara dua orang (konselor dan konseli) untuk menangani masalah
konseli dalam suasana yang laras dan terintegrasi berdasarkan norma yang
berlaku dan berguna bagi konseli (Dewa Ketut Sukardi, 2008).
2.2.1.2 Permasalahan Siswa
Ada beragam permasalahan yang terjadi pada siswa sehingga
membutuhkan bimbingan, baik itu dari wali kelas maupun guru bimbingan
konseling. Permasalahan tersebut dikategorikan menurut tingkatannya, yaitu
masalah ringan, sedang dan berat. Permasalahan tersebut diantaranya adalah
:
a. Bolos
Membolos didefinisikan sebagai adanya ketidakhadiran tanpa perizinan
pada sebagian atau sepanjang hari dimana siswa wajib menerima pendidikan
( Eastman, Cooney, O' Connor & A.Small 2007). Membolos adalah perilaku
siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa
juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan siswa bolos. Salah satu faktor utamanya adalah
pergaulan. Pada usia remaja, siswa masih memerlukan bimbingan dan
perhatian yang lebih sehingga menyebabkan siswa tersebut mencari cara
agar diperhatikan. Selain itu, pengaruh pergaulan dan lingkungan sekitar
juga ikut berpengaruh karena sehari-harinya siswa berinteraksi dengan
teman-teman dan lingkungan sekitarnya.
b. Malas
Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya ia lakukan (Edy Zaqeus, 2008). Rasa malas
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah karena siswa
mengandalkan teman yang dirasakan memiliki kemampuan yang lebih daripada
dirinya. Selain itu, siswa merasa kurang suka pada mata pelajaran
tertentu sehingga menyebabkan rasa malas yang datang setiap kali siswa
tersebut mengikuti pelajaran.
c. Terlambat
Definisi terlambat adalah datang tidak tepat pada waktunya. Terlambat
erat kaitannya dengan pengaruh keluarga. Bila orangtua atau lingkungan
keluarga membiasakan siswa untuk bangun pagi, maka siswa tersebut tidak
akan merasa kesulitan untuk bangun pagi. Tidak hanya dari faktor
keluarga, namun juga dari faktor pergaulan atau lingkungan.
d. Kesulitan Belajar Ringan
Ada sebagian siswa yang sudah memiliki daya juang yang tinggi, namun
tetap mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat terjadi apabila
kurang optimalnya proses belajar-mengajar di sekolah sehingga siswa
merasa perlu untuk menambah jadwal belajarnya.
e. Kesulitan Belajar Sedang
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik
yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah atau disaat tidak
sesuai dengan standar kriteria yang telah ditetapkan. Kesulitan terjadi
pada siswa yang memiliki daya juang rendah. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan siswa agar tetap tangguh dalam kesulitan dan tantangan
yang terjadi terutama berkaitan dengan masalah akademik mereka.
Indikator perilaku siswa dengan daya juang rendah, yakni: siswa tidak
memiliki penilaian positif akan dirinya, tidak tekun dan seringkali
memandang belajar sebagai suatu beban (Herawaty, 2013).
f. Menyontek
Menyontek adalah suatu usaha yang kebanyakan dilakukan oleh para
pelajar untuk melihat buku catatan, buku panduan, ataupun menyalin
pekerjaan teman secara sembunyi sembunyi guna mendapatkan jawaban dari
mata pelajaran yang diujikan.
Daya juang atau motivasi diri perlu ada didalam diri siswa untuk
menguasai suatu pelajaran yang belum dipahaminya. Namun, tidak semua
siswa memiliki daya juang atau motivasi yang sama, terutama bila didalam
kelas tersebut terdapat teman yang dirasa memiliki kemampuan lebih.
Menyontek akan menjadi kebiasaan apabila siswa tidak memiliki rasa
percaya diri terhadap kemampuan dirinya.
g. Bertengkar
Pertengkaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah percekcokan,
perdebatan namun apabila pertengkaran itu berlanjut menjadi perkelahian
yang bukan hanya percekcokan adu kata-kata tetapi sampai adu tenaga.
Perkelahian yang terjadi antara siswa termasuk salah satu jenis
kenakalan remaja (Willis, 2012: 91). Pada tahap remaja hal biasa jika
remaja sering terlibat perselisihan atau percekcokan dengan teman-teman
sebayanya, karena salah satu sifat khas mereka adalah masih memiliki
sisi egois yakni mau menang sendiri dan kurang peka dengan perasaan
orang lain. Siswa harus dilatih sikap tanggung jawab, empati, dan
kepedulian sosial mereka. Hal ini dapat diajarkan melalui pelajaran
olahraga yang melibatkan siswa, dimana penekanan dari pelajaran tersebut
bukan hanya terletak pada kekuatan fisik semata tetapi pada sportivitas.
2.2.1.3 Penyebab Permasalahan pada Siswa
Penyebab siswa mengalami permasalahan di sekolah sehingga
membutuhkan bimbingan konseling dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
faktor keluarga, lingkungan pergaulan dan faktor dari diri sendiri. Dibawah
ini adalah penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut :
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama (Slameto,
2003:61). Keluarga merupakan faktor utama yang membentuk karakter siswa.
Menurut Scott 2004 (dalam Herawaty, 2013), permasalahan yang dihadapi
siswa seperti kegagalan siswa dalam belajar serta prestasi belajar yang
rendah berhubungan dengan keberfungsian keluarga.
Sikap orangtua dapat menjadi faktor yang menyebabkan permasalahan pada
anak, contohnya malas belajar. Tidak hanya itu, banyak di kalangan
orangtua yang menginginkan anak meraih nilai tinggi dalam belajar dengan
mengesampingkan pentingnya moral yang baik dan tanggungjawab siswa
sebagai pelajar. Hal tersebut bila dibiarkan akan berdampak pada
kepribadian siswa.
2. Faktor pergaulan
Pengaruh lingkungan diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-
15 tahun, hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat
oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan,
saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama.
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal
ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta
keikut sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu
komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial
yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi (Santrock, 2003). Pada
masa remaja, mayoritas siswa lebih mempercayai apa yang disarankan oleh
rekan sebayanya dibandingkan dengan apa yang disarankan oleh orangtua.
Oleh karena itu, pergaulan juga turut berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian siswa di sekolah. Bila siswa terbawa arus pergaulan yang
salah, maka kemungkinan besar siswa tersebut akan ikut terlibat masalah.
3. Faktor diri sendiri
Faktor dari diri sendiri yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah
motivasi dan daya juang siswa. Faktor dominan yang berpengaruh pada diri
siswa adalah motivasi. Fungsi motivasi dalam proses belajar-mengajar
adalah sebagai pengarah dan pendorong timbulnya suatu perbuatan.
Motivasi juga berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah
laku seseorang. Besar atau kecilnya motivasi akan mempengaruhi suatu
pekerjaan.
2.2.1.4 Solusi Permasalahan Siswa
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan berbagai permasalahan yang
terjadi di sekolah serta solusinya dari sudut pandang siswa.
Tabel 2.1 Permasalahan Siswa dan Solusinya
"Permasalaha"Solusi "
"n " "
"Malas "Luruskan niat berangkat dari rumah ke sekolah "
" "dengan menjawab pertanyaan apakah kamu ke "
" "sekolah untuk mengejar prestasi atau hanya "
" "untuk mengusir kebosanan. "
" "Rajinlah membaca buku agar wawasan terbuka "
" "lebar sehingga masalah yang ditemukan menjadi "
" "pelajaran yang berharga. "
"Bolos "Mintalah guru untuk mengubah metode pelajaran "
" "yang selama ini diberikan. Permainan edukatif "
" "dapat dilakukan untuk menambah motivasi siswa. "
"Terlambat "Pergunakan alat bantu yang bisa membangunkan "
" "kita dari tidur lelap seperti alarm di "
" "handphone, jam beker, komputer, laptop, dan "
" "lain sebagainya. Walaupun kita menggunakan alat"
" "pembangun tidur, namun kita tetap bisa tidur "
" "terlelap kembali jika tidur terlalu malam. "
"Permasalahan "Solusi "
"Menyontek "Yakinkan diri dan jangan takut dalam "
" "menghadapi tes serta jangan merasa takut "
" "gagal. Bahkan jika nilaimu turun, hal itu "
" "adalah wajar dan jadikan itu sebagai "
" "motivasi agar belajar lebih tekun lagi. "
"Kesulitan "Pilih tempat yang tenang agar dapat belajar "
"Belajar "dengan rileks. Pilih satu waktu khusus untuk"
"Ringan "belajar setiap hari. Jangan ubah waktu "
" "belajar tersebut. "
" "Tentukan gaya belajar yang sesuai (visual, "
" "auditorial atau kinestetik). Bila lebih "
" "mudah mengingat apa yang dilihat, maka "
" "cobalah untuk lebih berkonsentrasi dan fokus"
" "pada yang dilihat. Begitu pula bila lebih "
" "mudah mendengar, maka gunakan sarana "
" "pendengaran untuk memahami pelajaran. "
"Permasalahan "Solusi "
"Kesulitan "Mintalah bantuan kepada teman yang agar "
"Belajar "dapat membantu mengajari dan mengatasi "
"Sedang "kesulitan belajar. "
" "Ikuti kegiatan tambahan belajar (bimbingan "
" "belajar). "
"Bertengkar "Beri waktu untuk menenangkan pikiran. Tegur "
" "teman terlebih dahulu serta jauhkan rasa "
" "ego. Jika teman menanggapi baik, ajak "
" "diskusi dan jangan lupa meminta maaf. "
" "Jangan libatkan orang lain karena hal itu "
" "akan membuat teman menjadi terpojok. "
2.2.2 Kecerdasan Buatan
2.2.2.1 Pengertian Kecerdasan Buatan
Selama bertahun-tahun para filsuf mempelajari kecerdasan yang
dimiliki manusia, dan dari pemikiran tersebut lahirlah kecerdasan buatan
sebagai ilmu yang berusaha mempelajari dan meniru kecerdasan manusia.
Kecerdasan buatan berasal dari bahasa Inggris " Artificial Intelligence"
atau disingkat AI, yaitu intelligent adalah kata sifat yang berarti cerdas,
sedangkan artificial artinya buatan. Kecerdasan buatan yang dimaksud
merujuk pada mesin yang mampu
berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan mampu mengambil
keputusan seperti yang dilakukan manusia.
Kecerdasan buatan juga didefinisikan sebagai kecerdasan yang
ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap
sebagai komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu mesin
(komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti apa yang dilakukan
manusia.
2.2.2.2 Kecerdasan Alami dan Kecerdasan Buatan
Jika dibandingkan dengan kecerdasan alami, kecerdasan buatan lebih
memilki keuntungan komersial, antara lain :
1. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen. Kecerdasan alami akan cepat
mengalami perubahan. Kemampuan kecerdasan buatan tidak akan pernah
berubah selama programnya tidak diubah oleh programmer. Berbeda dengan
kecerdasan alami karena sifat manusia yang subjektif dan mudah lupa
sehingga kemampuan berpikirnya berkurang seiring waktu, kemampuan
kecerdasan alami pun cenderung tidak permanen.
2. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan disebarkan.
3. Kecerdasan buatan dapat didokumentasi. Solusi dan keputusan yang dibuat
oleh kecerdasan buatan dapat didokumentasi dengan mudah karena disimpan
di dalam harddisk dan pencarian datanya relatif lebih mudah dilacak.
Sedangkan untuk kecerdasan alami, hal ini sulit dilakukan.
4. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dibanding
kecerdasan alami. Tentu saja karna kecepatan berpikir sebuah prosesor
jauh lebih cepat dibanding kecepatan berpikir otak manusia.
2.2.2.3 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional
Tabel dibawah ini menerangkan perbedaan antara komputasi kecerdasan
buatan dan komputasi pemrograman konvensional.
Tabel 2.2 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional
" Dimensi "Kecerdasan "Pemrograman Konvensional "
" "Buatan " "
"Pemrosesan "Mengandung "Algoritmik "
" "konsep simbolik " "
"Input "Bisa tidak "Harus lengkap "
" "lengkap " "
"Pencarian "Kebanyakan "Biasanya didasarkan pada "
" "bersifat "algoritma "
" "heuristik " "
"Keterangan "Disediakan "Biasanya tidak disediakan "
"Fokus "Pengetahuan "Data dan Informasi "
"Struktur "Kontrol "Kontrol terintegrasi "
" "dipisahkan dari "dengan data "
" "pengetahuan " "
"Sifat Output "Kuantitatif "Kualitatif "
(Sumber : T.Sutojo, Edy Mulyanto dan Vincent Suhartono,2011)
2.2.3 Sistem Pakar (Expert System)
2.2.3.1 Definisi Sistem Pakar
Sistem pakar adalah suatu sistem yang dirancang untuk dapat
menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan
masalah. Sistem pakar akan memeberikan pemecahan masalah yang didapat dari
dialog dengan pengguna. Melalui bantuan sebuah sistem pakar, seseorang yang
bukan ahli atau pakar dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah
serta mengambil keputusan yang biasanya dilakujkan oleh seorang sistem
pakar. Kepakaran merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan,
membaca, dan pengalaman. Kepakaran inilah yang memungkinkan para ahli dapat
mengambil keputusan lebih cepat dan lebih baik daripada seseorang yang
bukan pakar. Kepakaran itu sendiri meliputi pengetahuan tentang :
1. Fakta-fakta tentang bidang permasalahan tertentu.
2. Teori-teori tentang bidang permasalahan tertentu.
3. Aturan dan prosedur menurut bidang permasalahan pada umumnya.
4. Aturan heuristik yang harus dikerjakan dalam situasi tertentu.
5. Strategi global untuk memecahkan permasalahan.
6. Pengetahuan tentang pengetahuan (meta knowledge).
2.2.3.2 Manfaat Sistem Pakar
Sistem pakar menjadi popular karena banyak kemampuan dan manfaat
yang diberikannya, diantaranya :
1. Meningkatkan produktivitas, karena sistem pakar dapat bekerja lebih
cepat dibanding manusia.
2. Meningkatnya efisiensi dalam hal penghematan waktu dan tenaga.
3. Membuat masyarakat awam terbantu oleh keahlian pada bidang tertentu
tanpa kehadiran langsung seorang pakar.
4. Meningkatkan kualitas dengan mmeberi saran yang konsisten dan mengurangi
kesalahan.
5. Mampu menangkap pengetahuan kepakaran seseorang.
6. Handal, sistem pakar tidak pernah menjadi bosan atau sakit.
7. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer. Integrasi sistem pakar dengan
sistem komputer lain membuat sistem lebih efektif dan mencakup lebih
banyak aplikasi.
2.2.3.3 Kelemahan Sistem Pakar
Selain memiliki manfaat, sistem pakar juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya mahal.
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan
ketersediaan pakar di bidangnya.
3. Sistem pakar tidak selalu seratus persen bernilai benar.
2.2.3.4 Ciri-ciri dan Kategori Masalah Sistem Pakar
Sistem pakar merupakan program praktis yang menggunakan strategi
heuristik yang dikembangkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang spesifik (khusus), disebabkan oleh keheuristikannya dan
sifatnya yang berdasarkan pengetahuan sehingga umumnya sistem pakar
bersifat :
1. Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-langkah
maupun dalam menjawab pertanyaan serta proses penyelesaian
2. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus basis
pengetahuannya.
3. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan untuk mendapatkan
penyelesaiannya.
4. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
5. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.
2.2.3.5 Klasifikasi Sistem Pakar
Berdasarkan kegunaannya, sistem pakar diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Diagnosis
Sebuah sistem yang bertujuan untuk menangani masalah ketidakberesan pada
suatu hal. Sistem pakar diagnosis akan menyarankan suatu tindakan sebagai
solusi. Contohnya adalah diagnosis masalah, penyakit serta kerusakan mesin.
2. Pengajaran
Sistem pakar yang digunakan untuk mengajar siswa. Sistem akan
mendiagnosis permasalahan siswa dalam proses pembelajaran, kemudian
memberikan solusi untuk memperbaikinya.
3. Interpretasi
Sistem pakar yang digunakan untuk menganalisis data yang tidak lengkap,
tidak teratur dan kontradiktif. Sistem akan melakukan pemahaman akan
situasi pada beberapa informasi yang direkam. Misalnya pengambilan sensor
gambar dan suara kemudian dianalisis untuk dibuatkan rekomendasi
berdasarkan hasil rekaman tersebut.
4. Prediksi
Sistem ini digunakan untuk peramalan. Sistem akan memprediksi kejadian
yang dapat terjadi di masa mendatang. Sebagai contohnya adalah seorang ahli
meteorologi yang memprediksi cuaca keesokan hari berdasarkan data-data yang
diperoleh sebelumnya.
5. Perencanaan
Cakupan pada sistem pakar ini cukup luas. Keunggulan sistem pakar ini
terletak pada manajemen waktu, biaya dan material yang efisien. Contoh
penggunaan sistem ini misalnya sistem konfigurasi komputer.
6. Kontrol
Sistem kontrol ini digunakan pada industri-industri besar yang memiliki
teknologi tinggi.
2.2.3.6 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar tersusun atas dua komponen utama, yaitu : lingkungan
pengembangan dan lingkungan konsultasi (Muhammad Arhami, 2006). Lingkungan
pengembangan digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar dan lingkungan
konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar untuk memperoleh
pengetahuan pakar.
Komponen-komponen dalam sistem pakar dapat dilihat pada gambar struktur
dibawah ini :
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pakar (Muhammad Arhami, 2006)
Komponen-komponen penyusun sistem pakar tersebut antara lain sebagai
berikut :
A. Antarmuka pengguna (User Interface)
Antarmuka adalah suatu penghubung antara pengguna dengan sistem pakar
untuk berkomunikasi. Informasi yang diperoleh dari pengguna kemudian
diterjemahkan kedalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem.
B. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan ialah modul yang berisi pengetahuan dalam
menyelesaijkan masalah pada topik tertentu. Basis pengetahuan bersifat
dinamis dan dapat dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pengetahuan akan
selalu bertambah. Ada dua bentuk penalaran yang biasanya digunakan dalam
sistem berbasis pengetahuan, yaitu :
1. Penalaran Berbasis Aturan (Rule-Based Reasoning)
Pada penalaran jenis ini, pengetahuan direpresentasikan dengan
aturan if-then. Bentuk ini digunakan jika sistem memiliki sejumlah
pengetahuan tertentu yang diinputkan oleh pakar sehingga sistem dapat
menyelesaikan masalah secara berurutan. Selain itu, penalaran berbasis
aturan juga digunakan untuk menjelaskan langkah-langkah menemukan solusi.
2. Penalaran Berbasis Kasus (Case-Based Reasoning)
Pada penalaran jenis ini, basis pengetahuan berisi solusi yang telah
dicapai sebelumnya, untuk kemudian diberikan solusi berdasarkan fakta-fakta
yang ada (keadaan yang terjadi sekarang).
Dalam penalaran berbasis kasus pada sistem berbasis pengetahuan
terdapat beberapa karakteristik yang dibangun untuk membantu dalam
membentuk serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya. Prinsip tersebut
meliputi:
a. Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar
b. Pengetahuan sering tidak pasti dan tidak lengkap
c. Pengetahuan sering miskin spesifikasi
d. Amatir menjadi ahli secara bertahap
e. Sistem pakar harus fleksibel
f. Sistem pakar harus transparan
Menurut Dologite, terdapat 6 tahapan dalam menyusun sistem berbasis
pengetahuan yaitu sebagai berikut :
1. Membuat block diagram yang berfungsi untuk menganalisis prototype
sistem berbasis aturan. Block diagram tersebut menunjukkan faktor-faktor
utama yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah keputusan. Contoh block
diagram terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Block Diagram
2. Mengubah hasil akhir block diagram menjadi dependency diagram. Dalam
merancang dan membangun sistem pakar agar tidak mengakibatkan pengulangan
rule yang sama, diperlukan perancangan dependency diagram. Diagram ini
berfungsi untuk menunjukkan hubungan atau ketergantungan antara inputan
pertanyaan, aturan atau rule, nilai-nilai dan rekomendasi yang dibuat
oleh prototype sistem berbasis pengetahuan. Melalui perancangan
dependency diagram, hubungan antar aturan dapat terlihat jelas dan dari
diagram tersebut akan tercipta decision table yang menjadi acuan dalam
proses pembuatan rule. Contoh dependency diagram terlihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Contoh Dependency Diagram
3. Membuat decision table untuk semua segitiga yang terdapat pada
dependency diagram. Decision table adalah alat bantu yang digunakan
sebagai alat bantu dalam penyusunan logika dalam pembuatan sebuah
software. Decision table mendeskripsikan persoalan menjadi pertanyaan,
jawaban dari pertanyaan, dan solusi masalah dalam bentuk baris dan kolom.
Setiap kolom secara umum memodelkan aturan (rule) yang akan dibangun
dalam sistem. Rule terdiri dari jawaban-jawaban dari pertanyaan yang
dapat dipenuhi oleh satu atau lebih solusi. Pertanyaan dan jawaban
menunjukkan sisi permasalahan yang selanjutnya dipecahkan dengan solusi
pada baris-baris berikutnya. Dalam beberapa literatur, masalah dan solusi
juga disebut sebagai "kondisi" dan "aksi". Dalam decision table,
inferensi diawali dengan mencocokkan kombinasi antara rule dengan fakta
yang ada. Selanjutnya, solusi didapatkan jika seluruh kondisi rule
terpenuhi. Tabel 2.3 dibawah ini menunjukkan proses perancangan decision
table.
Step 1 : Plan
Condition : Tes Attitude (ok, not-ok) = 2
Tes Minat (bagus, sedang, rendah) = 3
Kemampuan Finansial (ya, tidak) = 2
Row : 2 x 3 x 2 = 12
Step 2 : Completed Decision Table
Tabel 2.3 Decision Table
"Rule"Tes Attitude "Tes Minat "Kemampuan "Concluding "
" " " "Finansial "Recommendation "
" " " " "for Support "
" " " " "Level "
"A1 "Ok "Bagus "Ya "Programming "
"A2 "Ok "Bagus "Tidak "Ilmu Komputer "
"A3 "Ok "Sedang "Ya "Teknisi "
" " " " "Komputer "
"A4 "Ok "Sedang "Tidak "Ilmu Komputer "
"A5 "Ok "Rendah "Ya "Teknisi "
" " " " "Komputer "
"A6 "Ok "Rendah "Tidak "Ilmu Komputer "
"A7 "Not-Ok "Bagus "Ya "Bidang Lain "
"A8 "Not-Ok "Bagus "Tidak "Bidang Lain "
"A9 "Not-Ok "Sedang "Ya "Bidang Lain "
"A10 "Not-Ok "Sedang "Tidak "Bidang Lain "
"A11 "Not-Ok "Rendah "Ya "Bidang Lain "
"A12 "Not-Ok "Rendah "Tidak "Bidang Lain "
Pada tabel 2.2 tepatnya pada baris A3 dan A5 kasus yang dievaluasi
adalah peserta memiliki tes attitude yang baik dan memiliki kemampuan
finansial yang baik. Melalui pereduksian rule A2, A4 dan A6, A3 dan A5
serta A7 hingga A12, akan dihasilkan tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Reduksi Tabel Decision Table
"Rule"Tes Attitude "Tes Minat "Kemampuan "Concluding "
" " " "Finansial "Recommendation "
" " " " "for Support "
" " " " "Level "
"B1 "Ok "Bagus "Ya "Programming "
"B2 "Ok "- "Tidak "Ilmu Komputer "
"B3 "Ok "- "Ya "Teknisi Komputer"
"B4 "Not-Ok "- "- "Bidang Lain "
4. Langkah selanjutnya adalah mengubah reduksi decision table menjadi
bentuk if-then. Kemudian akan dibuat rule-rule yang akan digunakan, yaitu
:
R1 : IF Tes attitude ok AND Tes Minat bagus AND Kemampuan Finansial ya
THEN Support level programming
R2 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial tidak THEN Support level
Ilmu Komputer
R3 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial ya THEN Support level
Teknisi Komputer
R4 : IF Tes attitude not ok THEN Support level Bidang Lain
5. Membuat antarmuka pada sistem berbasis pengetahuan. Dalam hal ini
bertujuan agar pengguna sistem dapat melalui proses konsultasi yang
sedang berjalan untuk kemudian melihat hasilnya.
6. Mengetik beberapa unsur yang mendasari knowledge base kedalam file
komputer.
C. Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan adalah suatu transformasi keahlian dalam
menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke komputer. Terdapat
empat metode utama yang terdapat pada akuisisi pengetahuan, yaitu
wawancara, analisis protokol, observasi dan induksi aturan dari contoh.
D. Mesin Inferensi
Inferensi adalah suatu cara pelacakan masalah dalam kecerdasan buatan.
Mesin inferensi akan mencari solusi dari sekumpulan kemungkinan yang
tersedia. Ada dua macam mesin inferensi menurut Turban, yaitu:
1. Forward Chaining
Forward Chaining adalah teknik pencarian data yang dimulai dengan fakta
yang diketahui, kemudian mencocokkan fakta tersebut dengan bagian if-
then. Bila ada fakta yang cocok dengan if, maka aturan tersebut dapat
dieksekusi. Bila sebuah aturan dieksekusi, maka sebuah fakta baru
ditambahkan kedalam database. Setiap kali pencocokan dimulai dari
aturan teratas. Setiap aturan hanya boleh dieksekusi sekali saja. Proses
pencocokan akan berhenti bila tidak ada lagi aturan yang dieksekusi.
Dalam pelacakan ini, aturan diuji satu per satu dalam urutan tertentu.
Bila kondisi telah terpenuhi, maka aturan tersebutlah yang dijalankan
dan aturan berikutnya diuji. Bila kondisi tidak terpenuhi atau aturannya
tidak diketahui, maka aturan tersebut tidak dijalankan. Digram forward
chaining terlihat dalam gambar berikut.
Gambar 2.4 Diagram Forward Chaining
2. Backward Chaining
Backward Chaining adalah metode inferensi yang bekerja mundur kea rah
kondisi awal. Proses diawali dari tujuan, kemudian pencarian mulai
dijalankan untuk mencocokkan apakah fakta-fakta yang ada cocok dengan
premis if. Jika cocok, aturan dieksekusi dan hipotesis dibagian then
ditempatkan sebagai fakta baru. Jika tidak cocok, simpan premis if ke
dalam stack sebagai sub Goal. Proses berakhir jika goal (tujuan)
ditemukan atau tidak ada aturan yang bisa mmbuktikan kebenaran subGoal
atau goal.
Dalam pelacakan ini, akan dipilih sebuah aturan dari kesimpulan dan
menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah
terselesakan, akan dipilih sub masalah untuk dievaluasi yang selanjutnya
akan menjadi masalah baru. Diagram untuk backward chaining terlihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.5 Diagram Backward Chaining
Kedua metode inferensi tersebut dipengaruhi oleh tiga jenis
penelusuran, yaitu Depth First Search, Breadth First Search dan Best First
Search yang perbedaan diantara ketiganya dijelaskan sebagai berikut :
a. Depth first search, melakukan penelusuran secara mendalam. Node atau
simpul bergerak menurun ke tingkat terdalam secara berurutan dari atas
ke bawah dan kembali lagi atas. Hal ini terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2.6 Metode Penelusuran Depth First Search
b. Breadth first search, melakukan penelusuran pada simpul setiap tingkat.
Setiap simpul yang dimiliki akan diuji sebelum pindah ke tingkat
berikutnya, yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Metode penelusuran Best First Search
c. Best first search, yang merupakan penggabungan antara kedua metode
dalam penelusuran untuk menghasilkan hasil yang lebih akurat. Metode
ini terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2.8 Metode penelusuran Best First Search
E. Workplace
Workplace disebut juga sebagai sekumpulan aturan yang disimpan
didalam memori kerja yang digunakan untuk merekam hasil dan kesimpulan yang
akan dicapai. Contohnya adalah cara bagaimana menghadapi masalah dan aturan
apa yang harus dieksekusi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan fasilitas penjelasan adalah tambahan yang melengkapi
komponen sistem pakar berupa hasil penalaran dan penjelasan sistem terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pengguna.
F. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas Penjelasan merupakan komponen yang menggambarkan penalaran
sistem kepada pemakai. Fasilitas penjelasan dalam hal ini bersifat optional
(tambahan).
G. Perbaikan Pengetahuan
Sistem pakar memiliki pengetahuan yang dapat diperbaiki lagi dan
ditingkatkan lagi kinerjanya melalui pembaharuan data atau aturan. Dengan
demikian, pengetahuan dan kinerja program akan dapat ditingkatkan sesuai
kebutuhan.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan sebuah hipotesis
yaitu "Melalui pengaplikasian sistem pakar bimbingan konseling, diharapkan
siswa terbantu dalam pencarian penyebab permasalahan dan kesulitan yang
dialami serta diharapkan siswa akan menemukan solusi sesuai permasalahan
tersebut."
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan
1. Alat Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dan
meyakinkan, maka dilakukan teknik pengambilan data sebagai berikut :
A. Wawancara (interview)
Wawancara dilakukan secara langsung kepada pakar psikologi pendidikan
dan guru bimbingan konseling untuk memperoleh informasi tentang
permasalahan yang dialami siswa, penyebab yang merupakan alasan terjadinya
permasalahan tersebut beserta penanganan terhadap masalah siswa yang
terjadi di sekolah.
B. Dokumentasi
Dalam melakukan dokumentasi, dilakukan studi literatur dengan
membaca buku dan artikel yang berkaitan dengan perilaku siswa. Teknik ini
digunakan untuk mengetahui solusi yang sebaiknya diberikan terhadap siswa
tersebut.
2. Jenis Data
A. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung melalui wawancara
dengan pakar dan studi literatur pada tugas akhir pakar pada bidang
psikologi pendidikan. Data yang dikumpulkan meliputi pengaruh keberfungsian
keluarga, motivasi diri dan daya juang terhadap perilaku siswa.
B. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai artikel yang menjelaskan tentang
permasalahan yang dihadapi siswa beserta solusi bagi siswa itu sendiri agar
ia mampu menghadapi masalah dan permasalahan tersebut dapat dicegah.
3.1.3 Alat Penelitian
Aplikasi ini membutuhkan beberapa alat atau komponen untuk menunjang
proses pengerjaannya, yaitu antara lain:
1. Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras (hardware) yang digunakan adalah laptop dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1. Processor Intel Core 2 Duo
2. Harddisk 110 GB
3. RAM 3 GB
2. Spesifikasi Perangkat Lunak (Software)
Sementara itu, perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan
aplikasi ini adalah :
1. Sistem operasi Windows XP 32 bit.
2. PHP 5.3.1 yang digunakan sebagai bahasa pemrograman.
3. Database Management System menggunakan MySQL dengan tools bantuan XAMPP
1.7.3.
4. Code Igniter 2.1.3
5. DomPDF untuk mencetak laporan.
3.2 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
Sebelum sistem pakar untuk konsultasi bimbingan konseling bagi siswa
ini dirancang, secara manual sistem yang akan dirancang terlihat seperti
gambar 3.1
Gambar 3.1 Use Case Diagram Konsultasi Bimbingan Konseling Siswa
SMP Islam YLPI Pekanbaru
Pada gambar 3.1, terdapat tiga aktor yaitu : siswa, wali kelas dan
guru bimbingan konseling. Siswa yang bermasalah melakukan konsultasi kepada
wali kelas terlebih dahulu. Wali kelas kemudian memberi teguran kepada
siswa yang bersangkutan. Bila permasalahan tersebut masih belum tuntas,
maka siswa akan dipanggil oleh guru bimbingan konseling. Selanjutnya guru
bimbingan konseling akan mengambil tindakan apakah siswa tersebut diberi
sanksi, diberi surat panggilan ke orangtua atau dikeluarkan.
3. Pengembangan dan Perancangan Sistem
1. Gambaran Pengembangan Sistem
3.3.1.1 Desain Arsitektur
Elemen utama serta keterkaitannya dengan sistem dapat
digambarkan pada gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Desain Arsitektur Sistem pakar Bimbingan Konseling
Pada Siswa
A. User interface
User interface adalah penghubung antara pengguna (user) dengan
sistem untuk berkomunikasi. Pada sistem pakar ini, terdapat dua macam user
interface, yaitu :
a. Untuk pemakai (user), interface dirancang untuk memudahkan pengguna
yaitu siswa dalam melakukan konsultasi mengenai permasalahan yang
dihadapinya di sekolah.
b. Untuk pakar (expert), dalam hal ini adalah guru BK, interface dirancang
untuk menginputkan sejumlah aturan dan data-data yang diberikan hak
aksesnya kepada guru.
B. Verifikasi
Proses ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya rule yang menyalahi
aturan.
C. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan atas penyelesaian masalah dalam
bimbingan konseling siswa. Dibawah ini merupakan proses perancangan
aturan pada basis pengetahuan mulai dari block diagram, dependency
diagram, dan aturan decision table pada sistem pakar bimbingan konseling
siswa.
Gambar 3.3 Block Diagram Sistem Pakar Bimbingan Konseling
Gambar 3.4 Dependency Diagram
Dari dependency diagram yang tergambar pada gambar 3.4, set 1
menunjukkan kesimpulan masalah yang dialami siswa yang dikelompokkan
menjadi delapan masalah yaitu malas, bolos, terlambat, menyontek, kesulitan
belajar ringan, Kesulitan Belajar Sedang, bertengkar dan pencurian.
Data yang menjadi input dalam sistem pakar ini adalah data penyebab
serta data masalah yang dialami siswa yang didapatkan dari pakar. Data
tersebut digunakan untuk menentukan permasalahan yang kemungkinan dialami
siswa beserta solusinya dari sudut pandang guru maupun siswa.
Sementara itu, decision table untuk sistem pakar konsultasi
bimbingan konseling dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Keputusan Masalah Berdasarkan Penyebabnya
"No "Penyebab "Masalah "
" " "A "
" " "A "
" " "A "B "C "
"1 "Username "Varchar "10 "Username Siswa "
"2 "Password "Varchar "8 "Password Siswa "
"1 "Nisn "Varchar "10 "Nomor Induk Siswa Nasional "
" " " " "(Primary key) "
"2 "nama_siswa "Varchar "20 "Nama Siswa "
"3 "jenis_kelamin "Enum "2 "Jenis Kelamin "
"4 "Kelas "Varchar "5 "Kelas "
Tabel siswa ini merupakan tabel yang berfungsi untuk menyimpan data-
data siswa dengan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) sebagai primary key.
Setiap penambahan dan pengurangan data akan mempengaruhi tabel ini.
Tabel 3.3 Tabel Konsultasi
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_konsultasi "Integer "10 "ID Konsultasi (Primary key)"
"2 "Nisn "Varchar "10 "Nomor Induk Siswa Nasional "
"3 "tgl_konsul "Datetime " "Tanggal "
Atribut dari tabel konsultasi yang merupakan hubungan many to many
antara entitas siswa dengan entitas penyebab adalah id_konsultasi, nisn, id
penyebab dan tanggal konsultasi.
Tabel 3.4 Tabel Konsultasi Penyebab
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_konsultasi "Integer "10 "ID Konsultasi (Foreign Key) "
"2 "id_penyebab "Varchar "5 "ID Penyebab (Foreign Key) "
"3 "Jawaban "Enum "2 "Jawaban "
Tabel konsultasi penyebab berfungsi untuk menghubungkan antara tabel
konsultasi dengan tabel penyebab. Atribut dalam tabel ini terdiri dari id
konsultasi, id penyebab serta jawaban. Id konsultasi dan id penyebab
merupakan foreign key dari tabel konsultasi dan tabel penyebab.
Tabel 3.5 Tabel Penyebab
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_penyebab "Varchar "5 "ID Penyebab (Primary key) "
"2 "nama_penyebab "Varchar "100 "Nama Penyebab "
Tabel 3.5 merupakan tabel yang berfungsi untuk menyimpan penyebab
yang kemungkinan terjadi pada siswa, dengan primary key adalah id penyebab.
Tabel 3.6 Tabel Masalah
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_masalah "Varchar "5 "ID Penyebab(Primary key) "
"2 "nama_masalah "Varchar "30 "Penyebab "
Tabel masalah berfungsi sebagai penyimpan data-data masalah yang
menjadi output dari sistem pakar yang terdiri dari id masalah serta nama
masalah. Primary key pada tabel ini adalah id masalah.
Tabel 3.7 Tabel knowledge
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_knowledge "Integer "5 "ID Knowledge (Primary Key) "
"1 "id_masalah "Varchar "5 "ID Masalah (Foreign Key) "
"2 "id_penyebab "Varchar "100 "ID Penyebab "
Tabel knowledge adalah tabel yang berfungsi untuk menyimpan
pengetahuan sistem pakar yang terdiri dari id knowledge, id masalah dan
nama penyebab. Id knowledge menjadi primary key, sedangkan id masalah
serta id penyebab menjadi foreign key.
Tabel 3.8 Tabel solusi
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "id_solusi "Varchar "5 "ID Solusi (Primary Key) "
"2 "nama_solusi "Longtext " "Nama Solusi "
"3 "id_masalah "Varchar "5 "ID Masalah (Foreign Key) "
Tabel solusi berfungsi untuk menyimpan data-data solusi yang menjadi
output sistem pakar.
Tabel 3.9 Tabel pakar
"No "Field Name "Type "Size "Description "
"1 "Username "Varchar "5 "Username Pakar "
"2 "Password "Varchar "5 "Password Pakar "
1. Desain Antarmuka
Desain antarmuka pada sistem pakar untuk bimbingan konseling pada
siswa dijelaskan pada diagram dibawah ini.
Gambar 3.27 Struktur Menu Program
Dalam struktur menu program pada gambar 3.26, sistem pakar
ini terdiri dari menu pakar dan menu siswa. Menu yang dapat dilihat oleh
pakar berbeda dengan menu yang dapat dilihat oleh siswa. Pakar dapat
melihat menu file pakar dan laporan, sedangkan siswa hanya dapat mengakses
menu untuk siswa saja.
Gambar 3.28 Antarmuka Menu Sistem Pakar Bimbingan Konseling
Untuk memulai pertama kalinya, siswa mengklik menu siswa. Kemudian
bagi yang belum mendaftar, dapat mendaftar terlebih dahulu untuk mulai
menggunakan sistem dengan mengklik tombol 'Daftar' melengkapi form dibawah
ini. Field seluruhnya harus diisi dan tidak boleh ada yang kosong. Bila
masih ada yang kosong, sistem akan meminta siswa kembali melengkapi data
dirinya seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.29 Form Pendaftaran Siswa
Bila siswa sudah mendaftar, siswa dapat memasuki sistem dan mulai
melakukan konsultasi. Kemudian, siswa akan diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sistem dengan menekan tombol 'Ya' atau
'Tidak'. Siswa diminta untuk menjawab pilihan yang sesuai.
Gambar 3.30 Form Konsultasi Siswa
Gambar 3.31 Hasil Konsultasi Siswa
Menu bantuan diberikan kepada siswa yang ingin menjadi anggota dan
ingin memperoleh informasi mengenai tata cara penggunaan sistem.
Gambar 3.32 Form Menu Bantuan
Antarmuka untuk guru sebagai pakar dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 3.33 Antarmuka Pakar
Guru sebagai pakar dapat melakukan pembaruan data serta mencetak
laporan dengan melakukan login terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 3.33.
Gambar 3.34 Menu login Pakar (Guru)
Guru dapat melakukan penambahan dan pembaruan data penyebab dengan
mengklik menu input penyebab. Pada menu ini akan ditampilkan id penyebab,
nama penyebab serta link menuju form tambah penyebab atau edit penyebab.
Bila guru akan menghapus data, guru mengklik tombol hapus yang ada pada
bagian 'Pilihan'.
Gambar 3.35 Form Data Penyebab
Form ini hanya dapat digunakan oleh pakar. Setiap penambahan dan
pengurangan data knowledge akan mempengaruhi database. Pada sistem pakar
ini, knowledge adalah penghubung antara penyebab dengan masalah. Guru
dapat melakukan pembaruan atau penambahan data pada menu ini seperti
terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.36 Form Data Knowledge
Permasalahan yang dialami siswa beragam dan oleh karena itu,
guru dapat melakukan pembaruan data permasalahan di sekolah seperti
terlihat pada menu 'Data Masalah' dibawah ini.
Gambar 3.37 Form Data Masalah
Guru dapat pula menambahkan solusi dari permasalahan yang ada dengan
mengklik menu 'Tambah Solusi'.
Setiap permasalahan akan diberikan solusi. Solusi diberikan langsung
oleh guru bimbingan konseling atau psikolog pendidikan. Guru dapat menambah
serta memperbarui data pada menu ini.
Gambar 3.38 Form Data Solusi
Untuk menu laporan, terdapat beberapa menu, yaitu laporan seluruh
data siswa yang melakukan konsultasi, laporan hasil konsultasi berdasarkan
harian siswa, laporan hasil konsultasi berdasarkan bulanan serta laporan
hasil konsultasi berdasarkan jenis kelamin siswa.
Gambar 3.39 Form Laporan Seluruh Data Siswa
Gambar 3.39 diatas adalah form laporan seluruh data siswa yang
melakukan konsultasi. Untuk menampilkannya, pakar mengklik menu laporan dan
memilih menu 'Data Siswa', kemudian data-data seluruh siswa yang melakukan
konsultasi beserta tanggal terakhir dan hasil terakhir konsultasi akan
muncul. Klik link 'Cetak Laporan' untuk mencetak laporan dan laporan akan
ditampilkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.40 Laporan Seluruh Data Siswa
Selain data seluruh siswa, pakar juga dapat melihat dan mencetak
laporan konsultasi harian seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.41 Form Laporan Data Konsultasi Harian Siswa
Gambar 3.41 merupakan antarmuka laporan data hasil konsultasi harian
siswa. Untuk menampilkannya, pakar memilih menu laporan dan menginputkan
tanggal, bulan dan tahun kemudian klik 'submit' dan sistem akan mengurutkan
hasilnya berdasarkan tanggal konsultasi yang dipilih. Untuk mencetaknya,
pakar dapat mengklik link 'Cetak Laporan' dan laporan akan ditampilkan
dalam bentuk file pdf seperti terlihat pada gambar 3.41 dibawah ini.
Gambar 3.42 Laporan Hasil Konsultasi Harian Siswa
Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi bulanan, pilih bulan
dan tahun yang ingin ditampilkan. kemudian klik submit dan link 'Cetak
Laporan'. Kemudian, laporan akan ditampilkan dalam bentu file pdf seperti
dibawah ini.
Gambar 3.43 Form Laporan Data Bulanan Siswa
Gambar 3.44 Laporan Hasil Konsultasi Bulanan Siswa
Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi berdasarkan jenis
kelamin siswa, pakar dapat memilih menu laporan dan sub menu'Data
Konsultasi Jenis Kelamin'. Kemudian, sistem akan menampilkan form laporan
hasil konsultasi siswa. Pakar diminta untuk menginputkan jenis kelamin dan
mengklik tombol 'submit'. Setelah itu, pakar dapat mencetaknya dengan
mengklik link 'Cetak Laporan' seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.45 Form Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
Gambar 3.46 Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
2. Desain Logika Program
Gambaran mengenai alur logika sistem pakar bimbingan konseling siswa
ini dapat dideskripsikan melalui flowchart-flowchart dibawah ini.
1. Program Flowchart Menu Utama
Gambar 3.47 Program Flowchart Menu Utama
Pertama kali sistem akan menampilkan menu utama yang terdiri dari menu
pakar dan menu siswa. Bila yang menggunakan sistem adalah pakar, maka dapat
mengklik pakar dan sistem akan mengarahkan ke form login pakar. Bila yang
menggunakan sistem adalah siswa, maka dapat mengklik menu siswa untuk
kemudian siswa dapat melakukan pendaftaran dan konsultasi permasalahan.
2. Program Flowchart Menu Pakar
Gambar 3.48 Program Flowchart Menu Pakar
Gambar 3.49 Program Flowchart Menu File Pakar
Pakar dapat menginputkan data-data apabila telah melakukan login
sistem. Apabila pakar mengklik sub menu file pakar, maka sistem akan
menampilkan form data penyebab, data knowledge, data masalah serta data
solusi dari masing-masing masalah.
3. Pogram Flowchart Sub Menu Data Penyebab
Gambar 3.50 Program Flowchart Sub Menu Data Penyebab
Pada program flowchart gambar 3.50, guru bimbingan konseling dapat
melakukan penginputan dan pembaruan penyebab. Bila guru akan menambah data,
sistem akan menuju ke form tambah data penyebab. Bila akan mengedit data,
sistem akan menuju ke form edit data penyebab setelah sebelumnya menentukan
data yang akan diedit. Bila akan menghapus data, pakar cukup memilih data
yang akan dihapus dan mengklik tombol hapus serta mengklik tombol
konfirmasi untuk memastikan data akan dihapus. Setelah itu, data secara
otomatis akan dihapus.
4. Program Flowchart Sub Menu Data Knowledge
Gambar 3.51 Program Flowchart Knowledge
Pada gambar 3.51, akan ditampilkan menu untuk menambah serta
memperbarui data knowledge. Bila guru hendak menambahkan data permasalahan,
dapat dengan mengklik link yang tersedia menuju form tambah data masalah.
Proses edit jika guru ingin mengedit data yang ada. Proses delete dipilih
jika ingin menghapus data. Jika tombol 'Batal' yang dipilih, maka akan
langsung diarahkan kembali ke menu data knowledge.
5. Program Flowchart Sub Menu Data Masalah
Gambar 3.52 Program Flowchart Menu Data Masalah
Pada gambar 3.52, akan ditampilkan menu untuk menambah serta
memperbarui data masalah. Bila guru hendak menambahkan data permasalahan,
dapat denagn mengklik link yang tersedia menuju form tambah data masalah.
Proses edit jika guru ingin mengedit data permasalahan yang ada. Proses
delete dipilih jika ingin menghapus data. Jika tombol 'Batal' yang dipilih,
maka akan langsung diarahkan kembali ke form data masalah.
6. Program Flowchart Sub Menu Data Solusi
Gambar 3.53 Program Flowchart Solusi
Pada gambar 3.53, akan ditampilkan menu untuk menambah serta
memperbarui data solusi. Bila guru hendak menambahkan data permasalahan,
dapat dengan mengklik link yang tersedia menuju form tambah data masalah.
Proses edit jika guru ingin mengedit data yang ada. Proses delete dipilih
jika ingin menghapus data. Jika tombol 'Batal' yang dipilih, maka akan
langsung diarahkan kembali ke menu data solusi.
7. Program Flowchart Menu Laporan
Gambar 3.54 Flowchart Laporan
Laporan pada sistem pakar ini terdiri dari empat laporan, yaitu
laporan seluruh data siswa, laporan berdasarkan harian, laporan berdasarkan
bulanan, serta laporan berdasarkan jenis kelamin.
Pada menu tampilkan seluruh laporan data siswa, sistem akan
menampilkan seluruh data siswa yang telah mendaftar menjadi anggota. Pada
menu tampilkan laporan berdasarkan harian, sistem akan menampilkan laporan
data berdasarkan harian. Pada menu tampilkan laporan berdasarkan bulanan,
maka sistem akan menampilkan laporan yang disusun berdasarkan bulan yang
dipilih, begitu pula pada menu tampilkan laporan data berdasarkan jenis
kelamin.
8. Program Flowchart Menu Siswa
Gambar 3.55 Program Flowchart Menu Siswa
Pada gambar 3.53, bila siswa akan menggunakan sistem maka diharuskan
melakukan verifikasi data login terlebih dahulu. Bila siswa masih belum
terdaftar sebagai anggota, siswa dapat memilih menu daftar dan akan
langsung menuju form pendaftaran siswa.
Setelah diarahkan ke form pendaftaran, selanjutnya siswa akan
diminta untuk mengisi seluruh field yang ada dan kemudian mengklik tombol
'Daftar'. Setelah itu, siswa akan diarahkan kembali menuju menu utama untuk
mengklik menu login. Bila siswa ingin membatalkan proses yang terjadi,
dapat mengklik tombol 'Kembali' sehingga data yang telah diisi akan dihapus
kembali.
9. Program Flowchart Konsultasi Siswa
Gambar 3.56 Program Flowchart Konsultasi Siswa
Pada program flowchart konsultasi pada gambar 3.56 diatas, proses yang
pertama kali terjadi adalah siswa diminta untuk menginputkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan seputar penyebab yang muncul. Jawaban tersebut berupa
'ya' dan 'tidak'. Selanjutnya, sistem akan menyimpan seluruh jawaban siswa.
Jawaban yang dijawab 'ya' oleh siswa akan menjadi penyebab permasalahan
untuk kemudian dicari kesesuaian antara penyebab dengan masalah di tabel
knowledge. Pengambilan keputusan masalah yang dihasilkan didapat dari
persentase antara penghitungan jumlah penyebab yang dijawab siswa dan
penghitungan knowledge. Setelah itu, sistem akan menampilkan hasil
kemungkinan masalah yang dihadapi beserta solusinya. Hasil konsultasi
kemudian akan disimpan ke dalam database.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui kesamaan output berupa
kemungkinan permasalahan yang dialami siswa menurut pakar dengan
kemungkinan permasalahan yang dialami siswa menurut sistem.
Untuk mengetahui hasil output dari sistem, siswa sebagai pengguna
harus melakukan konsultasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh sistem. Setelah proses konsultasi selesai, maka akan muncul
halaman lihat hasil yang akan menampilkan kemungkinan permasalahan yang
dialami siswa beserta solusinya. Pengujian yang dilakukan diantaranya :
1. Satu penyebab pada satu masalah
2. Satu penyebab pada beberapa jenis masalah
3. Beberapa penyebab pada beberapa jenis masalah
4.1.1 Pengujian Satu Penyebab dengan Satu Masalah
Pada pengujian satu penyebab dengan satu masalah, sistem akan mencoba
menguji menggunakan contoh siswa yang menginputkan satu gejala saja yaitu
"Orangtua saya sering memberikan apapun yang saya inginkan". Menurut pakar
psikologi pendidikan dan guru bimbingan konseling, hal ini mengindikasikan
bahwa siswa tersebut mengalami masalah Malas.
Jika menggunakan sistem pakar, langkah pertama yang harus dilakukan
setelah login adalah memilih menu Konsultasi. Setelah form Konsultasi
muncul, siswa diminta untuk menginputkan satu atau sejumlah penyebab yang
sesuai dengan dirinya, kemudian klik tombol Proses. Untuk lebih jelasnya
dapat terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Satu Masalah
Setelah siswa menjawab seluruh pernyataan yang diajukan oleh sistem,
siswa kemudian mengklik tombol 'Proses'. Sistem kemudian akan menyimpan
seluruh jawaban siswa di tabel konsul penyebab. Hasil jawaban siswa yang
dijawab 'Ya' akan dicocokkan dengan tabel penyebab dan dicari data
masalahnya pada tabel knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan
persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang dijawab 'Ya' oleh siswa
dengan jumlah knowledge pada masing-masing masalah. Nilai hasil persentase
yang paling besar kemudian akan menjadi kesimpulan kemungkinan masalah yang
dihadapi. Dibawah ini adalah tabel view konsul untuk melihat kesesuaian
antara inputan penyebab dengan masalah yang dihasilkan.
Gambar 4.2 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian Satu Penyebab pada Satu
Masalah
Setelah tombol Proses diklik, maka sistem akan menampilkan hasil
konsultasi seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.3 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Satu Masalah
4.1.2 Pengujian Satu Penyebab dengan Beberapa Masalah
Pada pengujian satu penyebab dengan yang memiliki beberapa jenis
masalah, pengujian menggunakan contoh seorang siswa yang menginputkan
penyebab 'Saya boleh pulang hingga larut malam' yang menurut hasil pakar
merupakan penyebab dari masalah malas, bolos, terlambat, menyontek dan
kesulitan belajar ringan dan kesulitan belajar sedang
Melalui penggunaan sistem pakar, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memilih menu konsultasi dan menjawab pertanyaan seperti
dibawah ini.
Gambar 4.4 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Banyak Masalah
Gambar 4.5 Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Beberapa Masalah (Lanjutan)
Dibawah ini adalah tabel view_konsul untuk melihat kesesuaian antara
penyebab dengan masalah yang ditimbulkan.
Gambar 4.6 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian Satu Penyebab pada
Beberapa Masalah
Setelah tombol proses diklik, maka akan memunculkan hasil seperti
dibawah ini.
Gambar 4.7 Hasil Konsultasi Satu Penyebab pada Beberapa Masalah
4.1.3 Pengujian Beberapa Penyebab dengan Beberapa Masalah
Pengujian pada beberapa penyebab yang menghasilkan beberapa jenis
masalah menggunakan contoh seorang siswa yang menginputkan data penyebab
yang menurut pakar merupakan penyebab dari masalah malas, kesulitan belajar
ringan dan kesulitan belajar sedang. Melalui penggunaan sistem pakar,
langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memilih menu konsultasi dan
menjawab pertanyaan seperti dibawah ini.
Gambar 4.8 Konsultasi Siswa Beberapa Penyebab pada Beberapa Masalah
Setelah siswa menginputkan jawaban berdasarkan pernyataan-pernyataan
yang ada, siswa lalu mengklik tombol 'Proses' dan sistem kemudian akan
menyimpan jawaban siswa pada tabel konsul_penyebab. Hasil jawaban siswa
yang dijawab 'Ya' akan dicocokkan dengan tabel penyebab dan dicari data
masalahnya pada tabel knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan
persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang dijawab 'Ya' oleh siswa
dengan jumlah knowledge pada masing-masing masalah.
Sementara itu, tabel query yang menunjukkan hubungan antara penyebab
dan masalah yang ditimbulkan terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.9 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian Beberapa Penyebab pada
Beberapa Masalah
Pada tabel query yang diberi nama 'view_konsul' dalam gambar 4.9,
muncul kesesuaian antara beberapa penyebab dengan masalah yang kemungkinan
dialami yang didapat dari tabel knowledge.
Setelah tombol 'Proses' di klik, akan tampil hasil konsultasi
seperti terlihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hasil Konsultasi Siswa Beberapa Penyebab pada
Beberapa Masalah
4.2 Perbandingan Hasil Pengujian
Perbandingan hasil pengujian bertujuan untuk membandingkan hasil
konsultasi menurut pakar dengan hasil pengujian sistem pakar bimbingan
konseling pada siswa.
a. Kasus I, seorang siswa berkonsultasi dengan pernyataan penyebab yang
dijawab sama dengan 'Ya' yaitu :
- Orangtua saya selalu memberikan apapun yang saya inginkan
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pengujian Satu Penyebab
dengan Satu Masalah
" "Kemungkinan Masalah"Menurut Hasil "Menurut "
"No "yang Dihadapi "Pakar "Hasil Sistem"
" " " "Pakar "
"1 "Malas "Malas "Malas[4,5%] "
b. Kasus II, dengan inputan pernyataan penyebab yang dijawab sama dengan
'Ya'sebagai berikut :
- Saya boleh pulang hingga larut malam
Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Pengujian Satu Penyebab dengan
Beberapa Masalah
" "Kemungkinan Masalah "Menurut Hasil "Menurut "
"No "yang Dihadapi "Pakar "Hasil Sistem"
" " " "Pakar "
"1 "Malas "Malas " "
" " " " "
" " " "Terlambat "
" " " "[7%] "
"2 "Bolos "Bolos " "
"3 "Terlambat "Terlambat " "
"4 "Menyontek "Menyontek " "
"5 "Kesulitan Belajar "Kesulitan " "
" "Ringan "Belajar Ringan" "
"6 "Kesulitan Belajar "Kesulitan " "
" "Sedang "Belajar Sedang" "
c. Kasus III dengan inputan pernyataan penyebab sama dengan 'Ya' adalah :
-Saya kurang bisa mengungkapkan hal yang kurang menyenangkan
-Terkadang saya tidak bisa memahami mata pelajaran yang sulit
-Saya merasa belum memiliki kemampuan apa-apa
-Konsentrasi saya mudah buyar
Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Pengujian Beberapa Penyebab dengan Beberapa
Masalah
" "Kemungkinan Masalah "Menurut Hasil Pakar "Menurut Hasil"
"No "yang Dihadapi " "Sistem Pakar "
"1 "Malas "Malas " "
" " " "Kesulitan "
" " " "Belajar "
" " " "Ringan [57%] "
"2 "Bolos "Bolos " "
"3 "Terlambat "Terlambat " "
"4 "Menyontek "Menyontek " "
"5 "Kesulitan Belajar "Kesulitan Belajar " "
" "Ringan "Ringan " "
"6 "Kesulitan Belajar "Kesulitan Belajar " "
" "Sedang "Sedang " "
4.3 Kesimpulan Hasil Pengujian
Berdasarkan seluruh hasil perbandingan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik hasil kesimpulan seperti pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Kesimpulan Pengujian
"Kasus "Hasil Pakar "Hasil Sistem "Error "
" " "Pakar "Ratio "
"Kasus I "Malas "Malas "0 "
"Kasus II"Malas, Bolos, "Terlambat "0 "
" "Terlambat, " " "
" "Menyontek, " " "
" "Kesulitan Belajar " " "
"Kasus "Malas, Bolos, "Terlambat "0 "
"III "Terlambat, " " "
" "Menyontek, " " "
" "Kesulitan Belajar " " "
4.4 Implementasi Sistem
Sistem pakar ini telah melalui serangkaian uji coba yaitu dengan
menjalankan aplikasi yang diujikan kepada 20 orang siswa. Pada pengujian
sistem, siswa diberikan kuesioner mengenai komposisi warna dan tulisan
aplikasi, tata bahasa yang digunakan sistem, solusi yang dihasilkan,
kemudahan penggunaan sistem dan tampilan aplikasi secara keseluruhan. Hal
ini terlihat pada diagram berikut.
1. Komposisi Warna dan Tulisan Aplikasi
Siswa yang memberikan penilaian terhadap komposisi warna dan tulisan
aplikasi sistem pakar ini 50% menyatakan sangat bagus, 30% siswa menyatakan
bagus dan 20% siswa menyatakan cukup bagus seperti terlihat pada diagram
dibawah ini.
Gambar 4.11 Diagram Persentase Komposisi Warna dan Tulisan Aplikasi
2. Bahasa yang Digunakan Sistem
Siswa yang memberikan penilaian terhadap tata bahasa yang digunakan yaitu
70% menyatakan sangat baik seperti terlihat pada diagram berikut.
Gambar 4.12 Diagram Persentase Bahasa yang Digunakan
3. Solusi yang Dihasilkan
Siswa memberikan penilaian terhadap solusi yang dihasilkan 50% menyatakan
sangat baik seperti terlihat pada diagram berikut.
Gambar 4.13 Diagram Solusi yang Dihasilkan Sistem
4. Kemudahan Penggunaan Sistem
Siswa menilai kemudahan dalam penggunaan sistem ini yaitu 80%
menyatakan sangat mudah. Adapun diagram persentase penilaian siswa
terhadap penggunaan sistem terlihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14 Diagram Kemudahan Penggunaan Sistem
5. Tampilan Keseluruhan
Siswa memberi penilaian terhadap tampilan aplikasi secara keseluruhan
90% diantaranya menilai sangat baik. Adapun grafik tampilan sistem
secara keseluruhan terlihat pada gambar 4.15 dibawah ini.
Gambar 4.15 Diagram Tampilan Aplikasi Secara Keseluruhan
Dengan demikian, performa sistem pakar bimbingan konseling ini
berdasarkan total persentase kuesioner siswa yang memilih jawaban terbaik
adalah (50%+70%+50%+80%+90%) = 68%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, perancangan serta implementasi terhadap
Sistem Pakar Bimbingan Konseling Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pakar ini dapat menganalisis jenis masalah yang dialami siswa
berdasarkan penyebab yang berasal dari faktor keberfungsian keluarga,
lingkungan pergaulan maupun siswa itu sendiri berdasarkan faktor
motivasi dan daya juang siswa.
2. Sistem ini dapat memberikan solusi untuk mencegah siswa melakukan
kesalahan yang sama di kemudian hari.
3. Guru dapat mengetahui penyebab siswa yang bermasalah.
4. Sistem pakar ini dapat diperbarui informasinya (up-to-date).
5.2 Saran
Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan sistem ini
lebih lanjut yaitu :
1. Sistem ini dapat dikembangkan lagi menjadi sistem pakar case based
reasoning.
2. Perlu dipertimbangkan untuk membuat penyajian pilihan penyebab dari
berbagai faktor, karena semakin lengkap dan kompleks, maka hasil yang
didapat akan semakin akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Apdian, Alfred, 2013, Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Obesitas pada
Anak Menggunakan Metode Backward Chaining, Skripsi, Universitas Islam
Riau, Pekanbaru
Bintiharto, Widodo, 2010, Sistem Pakar Konseling dan Psikoterapi Masalah
Perilaku Anak Berbasis Web, Naskah Publikasi, Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta
Desiani, Anita dan Muhammad Arhami, 2006, Konsep Kecerdasan Buatan, Andi
Offset, Yogyakarta
Dina Mayadiana Suwarna, 2009, Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan
Berpikir Kritis Matematika, Cakrawala Maha Karya, Jakarta
Eastman, Gay. Cooney, Siobhan M. O'Connor, Callin & Stephen A.Small 2007,
Finding Effective Solutions to Truancy, What Works, Wisconsin-
Research To Practice Series, Vol 5 : 1-25
Herawaty, Yulia, 2013, Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga dan Daya
Juang dengan Belajar Berdasar Regulasi Diri Pada Remaja, Thesis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Juniawan. Nurina, Agnes. Bahana, Raymond & Sri Mulyanti, 2008, Aplikasi
Bimbingan Konseling Berbasis Web, Jurnal Elektro Voi 1 : 49-60
Makmun, Abin Syamsuddin, 2007, Psikologi Kependidikan, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Munawir, Arip, 2010, Sistem Pakar Konsultasi Siswa Bermasalah, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung
Muldani, Asep, 2013, Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Saluran Pernafasan Pada
Anak, Skripsi, Universitas Islam Riau, Pekanbaru
Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka
Cipta, Jakarta
Santrock, John W, 2003, Adolescence : Perkembangan Remaja, Erlangga,
Jakarta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Bandung
Sofyan, Willis, 2012, Remaja dan Masalahnya, Alfabeta, Bandung
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Nila Kusumawati, 2008, Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, 2008, Rineka Cipta, Jakarta
Sutojo, T., Edi Mulyanto dan Vincent Suhartono, 2011, Kecerdasan Buatan,
Andi Offset, Yogyakarta
http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/24/0841316/Sulit.Belajar.Ini.Solusiny
a (diakses 10 September 2013)
http://psikologi.umk.ac.id/2012/02/mengatasi-sulit-konsentrasi-belajar.html
(diakses 10 September 2013)
http://www.kabar24.com/inspirasi/read/20120627/27/49652/cara-berbaikan-
dengan-teman-setelah-bertengkar (diakses 10 September 2013)
-----------------------
Level 1
"Orangtua memberi apapun yang diinginkan " "
"Kesulitan mencari angkutan umum " "
"Orangtua terlalu sibuk bekerja " "
"Membantu orangtua mencari nafkah sehari-hari " "
"Merasa kakak-adik lebih disayang " "
"Sering bersikap cuek " "
"Jarang berkumpul dengan keluarga " "
"Boleh pulang hingga larut malam " "
"Tidak ada anggota keluarga yang membantu ketika" "
"ada PR " "
"Keluarga jarang menghibur saat sedih " "
"Tidak ada yang memberi solusi saat ada masalah " "
"Sering tidak nyambung berbicara dengan keluarga" "
"Tidak bermusyawarah sebelum mengambil keputusan" "
"Tidak bisa mengungkapkan hal yang tidak " "
"menyenangkan " "
"Jarang meminta maaf ketika tersakiti " "
"Ayah dan Ibu membiarkan ketika ada masalah " "
"Tidak seberuntung teman-teman lain " "
"Teman-teman seringkali mencela " "
"Mudah tersinggung " "
"Senang menghabiskan waktu dengan teman " "
"Suka mengganggu teman " "
"Belajar merupakan hal yang membosankan " "
"Sering putus asa bila menemui kegagalan " "
"Tidak bisa memahami mata pelajaran yang sulit " "
"Merasa belum memiliki kemampuan apa-apa " "
"Tidak mungkin sukses " "
"Suka menunda pekerjaan " "
"Konsentrasi mudah buyar jika ada masalah " "
"Kesempatan untuk maju sudah tidak ada lagi " "
"Jarang membaca buku " "
"Suka menonton televisi " "
"Suka mengganggu teman " "
"Tidak suka mengerjakan PR sendirian " "
Level 0
-Malas
-Bolos
-Terlambat
-Menyontek
-Kesulitan Belajar Ringan
-Kesulitan Belajar Sedang
-Bertengkar
Permasalahan yang Dihadapi Siswa
Permasalahan yang dihadapi siswa dan solusinya