xi
xii
x
48
62
SISTEM INSTALASI LISTRIK
HOTEL AMARIS TEUKU UMAR
LAPORAN KERJA PRAKTEK
TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA
NIM. 1004405095
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL ………………..
JUDUL : SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR
NAMA : TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA
NIM : 1004405095
BIDANG STUDI : SISTEM TENAGA LISTRIK
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Agus Dharma, MT.
NIP. 196508011991031004
Mengetahui
Ketua Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Udayana
Ir. Nyoman Setiawan, MT.
NIP. 19631229 199103 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL ………………..
JUDUL : SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR
NAMA : TJOK GD VISNU SEMARA PUTRA
NIM : 1004405095
BIDANG STUDI : SISTEM TENAGA LISTRIK
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
Komang Wirawan, ST
KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah saya memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya laporan kerja praktek yang berjudul " SISTEM INSTALASI LISTRIK HOTEL AMARIS TEUKU UMAR " dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak memperoleh petunjuk
dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Redana,MA.Sc.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak Ir. I Nyoman Setiawan, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro TeknikUniversitas Udayana.
3. Bapak Ir. I Gede Dyana Arjana, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Kerja Praktek Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
4. Bapak Dr. Ir.Agus Dharma, MT sebagai pembimbing
5. Bapak Ir. Tri Hardono sebagai pimpinan CV. Hardian Solusi Engineering Bali
6. Bapak Komang Wirawan, ST sebagai pembimbing lapangan yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan kegiatan kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek.
7. Keluarga dan teman-teman yang memberikan bantuan dan dorongan semangat serta doa-doanya.
8. Semua pihak yang telah membantu, sehingga kegiatan kerja praktek ini dapat diselesaikan baik pengamatan di lapangan maupun penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itusegala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja praktek ini.
Denpasar.Oktober 2014
Penulis
Tjok Gd Visnu Semara Putra
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I 1
1.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Hardian Solusi Engineering (Proyek Hotel Amaris Teuku Umar Bali) 1
1.1.1 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek 2
1.1.2 Struktur Organisasi 3
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 6
BAB II 7
2.1 Persyaratan Instalasi Listrik 7
2.1.1 Grouping 8
2.1.2 Single Line Diagram 9
2.2 Komponen Instalasi Listrik 9
2.2.1 Panel Induk dan Panel Distribusi Tegangan Rendah 9
2.2.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan 10
2.2.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan 11
2.1.1.3 Penentuan Rating Arus Beban Lebih 12
2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat 13
2.2.2 Kabel 15
2.2.2.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan 17
2.2.2.2 Persyaratan Teknis Pemasangan 17
2.2.2.3 Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik 21
2.3 Sistem Instalasi Hotel Amaris 23
2.3.1 Sistem Instalasi Pencahayaan 23
2.3.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan 24
2.3.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan 27
2.3.2 Sistem Instalasi Audio Video 28
2.3.2.1 Elemen Perancangan CCTV 28
2.3.2.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi CCTV Hotel Amaris Teuku Umar 29
2.3.2.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan 30
2.3.2.4 Perancangan Sistem Suara 32
2.3.3 Sistem Instalasi Keamanan 34
2.3.3.1 Fire Alarm 34
2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris Teuku Umar 35
2.3.3.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan 36
2.3.3.4 Persyaratan Teknis Pemasangan 39
2.3.4 Sistem Sirkulasi Kolam Renang 41
2.3.4.1 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Sirkulasi Kolam Renang 42
2.3.4.2 Ketentuan Bahan dan Peralatan 43
2.3.4.3 Sistem Perpipaan Kolam Renang 44
2.4 Manajemen Audit Energi 44
BAB III 46
3.1 Analisa Pemutus Daya dan Kabel Instalasi 46
3.1.1 Power Panel Parking 46
3.1.2 Power Panel Engineering 64
3.1.3 Power Panel Pool Pump 65
3.1.4 Power Panel Lifting Pump 66
3.2 Analisa Perencanaan Instalasi Pencahayaan 67
3.3 Analisa Perencanaan Instalasi CCTV 68
3.4 Analisa Perencanaan Instalasi Sound System 71
3.5 Analisa Perencanaan Instalasi Fire Alarm 74
3.6 Analisa Perencanaan Sistem Sirkulasi Kolam Renang 78
BAB IV 82
4.1 Simpulan 82
4.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo CV. Hardian Solusi Engineering 1
Gambar 1.2 Struktur organisasi CV. Hardian Solusi Engineering 3
Gambar 2.1 Kabel NYFGbY("NYFGbY " Mulia Cable Power," n.d.) 19
Gambar 2.2 Kabel NYY("NYY " Mulia Cable Power," n.d.) 20
Gambar 2.3 Kabel NYM("NYM " Mulia Cable Power," n.d.) 21
Gambar 2.4 Skema pengaturan energi sistem pencahayaan("Instalasi Penerangan," 2008) 24
Gambar 2.5 Sistem CCTV dan kontrol(Waluyanti Sri, n.d.) 29
Gambar 2.6 Audio Mikropon(Lukmantara, 2014) 32
Gambar 2.7 Pesawat Radio Penerima(Lukmantara, 2014) 33
Gambar 2.8 Audio Mixer(Lukmantara, 2014) 33
Gambar 2.9 Power Amplifier(Lukmantara, 2014) 33
Gambar 2.10 Box Loudspeaker(Lukmantara, 2014) 34
Gambar 3.1 Single Line Diagram Hotel Amaris Secara Umum 47
Gambar 3.2 Denah Perencanaan Letak Lampu Pada Area Parkir Basement 67
Gambar 3.3 Denah Perencanaan Letak Lampu pada Ruangan di Basement 68
Gambar 3.4 Denah Perencanaan Letak CCTV pada Basement 69
Gambar 3.5 Single Line Diagram CCTV pada Hotel Amaris 70
Gambar 3.6 CCTV Pada Basement 71
Gambar 3.7 Denah Perencanaan Letak Speaker pada Basement 72
Gambar 3.8 Single Line Diagram Sound System pada Hotel Amaris 73
Gambar 3.9 Ceiling Speaker pada Basement 74
Gambar 3.10 Denah Perencanaan Letak Fire Alarm pada Basement 75
Gambar 3.11 Single Line Diagram Fire Alarm pada Hotel Amaris 76
Gambar 3.12 Smoke Detector dan Heat Detector pada Basement 77
Gambar 3.13 Detail Sistem Sirkulasi Kolam Renang 78
Gambar 3.14 Ruang Pompa pada Basement 79
Gambar 3.15 Balancing Tank 79
Gambar 3.16 Denah Perencanaan Letak Lampu Kolam Renang 80
Gambar 3.17 Single Line Diagram Sistem Sirkulasi Kolam Renang 81
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Data karakteristik kabel tembaga dari produk 4 produk besar("Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik," n.d.) 14
Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar("Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik," n.d.) 15
Tabel 2.3 Kuat Hantar Arus beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin, n.d.)……… 22
Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000) 22
Tabel 3.1 Data beban pada power panel parking 46
Tabel 3.2 Analisa pengaman dan kabel pada Group 1 51
Tabel 3.3 Analisa pengaman dan kabel pada Group 2 54
Tabel 3.4 Analisa pengaman dan kabel pada Group 3 57
Tabel 3.5 Analisa pengaman dan kabel pada Group 4 60
Tabel 3.6 Analisa pengaman dan kabel pada Group 5 63
Tabel 3.7 Analisa panel pada PP. parking 63
Tabel 3.8 Data beban pada power panel engineering 64
Tabel 3.9 Analisa panel pada PP. Engineering 64
Tabel 3.10 Data beban pada power panel pool pump 65
Tabel 3.11 Analisa Power Panel Pool Pump 65
Tabel 3.12 Data beban pada power panel liftingl pump 66
Tabel 3.13 Analisa Power Panel Lifting Pump 66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Hardian Solusi Engineering (Proyek Hotel Amaris Teuku Umar Bali)
CV. Hardian Solusi Engineering adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang desain perencanaan dan pengawasan Mechanical Electrical dan Plumbing (MEP). Perusahaan ini dirintis sejak tahun 1988 dengan melibatkan beberapa rekan kerja yang bergerak juga di jasa konstruksi MEP. Sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, perusahaan ini tidak lagi bergerak di bidang jasa konstruksi tapi berfokus pada bidang perencanaan dan pengawasan proyek, secara khusus dalam bidang MEP. Perusahaan ini bekerja sama dengan arsitek dalam dan luar negeri dengan melakukan pertukaran data dan Gambar melalui email. Perusahaan ini bekerja dengan menggunakan piranti lunak AutoCAD. CV. Hardian Solusi Engineering beralamat di Jl. Singosari No. 84 Denpasar. Logo CV. Hardian Solusi Engineering sesuai dengan Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Logo CV. Hardian Solusi Engineering
1.1.1 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek
Listrik adalah suatu bentuk energi yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam kebutuhan hidup rumah tangga, dalam perindustrian, maupun dalam bentuk usaha-usaha umum. Energi listrik kini dapat dengan mudah dibangkitkan, didistribusikan, dan dirubah ke dalam bentuk energi lainnya. Instalasi kelistrikan pada bangunan-bangunan, pendistribusian energi listrik, mesin-mesin listrik dan perlengkapannya digunakan untuk pembangkitan, konversi, distribusi, dan pemanfaatan energi listrik.Pada setiap bangunan memiliki struktur dasar instalasi listrik, yaitu sirkuit utama, sirkuit cabang, dan sirkuit akhir.
Proyek ini termasuk salah satu fasilitas yang memerlukan energi listrik yang besar, sehingga perlu dirancang suatu sistem instalasi listrik yang baik dan benar berdasarkan standar-standar yang ada di Indonesia. Selain rancangan yang baik, perlu juga diperhatikan pemasangannya agar sistem kelistrikan pada proyek ini terpasang dengan baik, karena pemasangan dan pemilihan bahan serta jenis sistem pengaman yang buruk bisa menurunkan tingkat keamanan dari sistem tersebut, sehingga perlu pengawasan dan perencanaan yang baik dalam pemasangannya. Dalam laporan ini akan memaparkan mengenai Sistem Instalasi Listrik Hotel Amaris Teuku Umar Bali.
1.1.2 Struktur Organisasi
DirekturTri Hardono Wahyu BrotoManajer LapanganI GST Putu Anom Darma PutraManajer StudioKomang WiryawanManajer AdministrasiGede Surya DharmaDrafterEric TimotiusElectrical PlannerRaditya PratamaElectrical PlannerAndrianto WahyuDrafterRaditya KusumaMechanical PlannerHengky SadewaDrafterI Gde Bayu KumaraDrafterIndrananto WahyuDrafterAgus Arya SDrafterMade Arimbawa
Direktur
Tri Hardono Wahyu Broto
Manajer Lapangan
I GST Putu Anom Darma Putra
Manajer Studio
Komang Wiryawan
Manajer Administrasi
Gede Surya Dharma
Drafter
Eric Timotius
Electrical Planner
Raditya Pratama
Electrical Planner
Andrianto Wahyu
Drafter
Raditya Kusuma
Mechanical Planner
Hengky Sadewa
Drafter
I Gde Bayu Kumara
Drafter
Indrananto Wahyu
Drafter
Agus Arya S
Drafter
Made Arimbawa
Gambar 1.2 Struktur organisasi CV. Hardian Solusi Engineering
Direktur merupakan seseorang yang ditunjuk untuk memimpin PT atau CV. Direktur dapat seseorang yang memiliki perusahaan tersebut atau seseorang yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin perusahaan tersebut. Di Indonesia peraturan terhadap direktur terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi. Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:
Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan
Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer)
Menyetujui anggaran tahunan perusahaan
Memberikan project Hotel Amaris Teuku Umar kepada kepala bagian (manajer)
Manajer administrasi merupakan seseorang yang memberikan informasi layanan bidang administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan memberi dampak kelancaran pada bidang lainnya. Pada umumnya manajer administrasi memiliki tugas antara lain:
Membuat rencana mingguan dan bulanan yang diturunkan dari direktur tentang project yang akan dilaksanakan
Menyiapkan laporan harian, laporan mingguan termasuk laporan bulanan tentang proyek Hotel Amaris Teuku Umar
Pemegang dan penanggung jawab terhadap kas perusahaan
Mengarsipkan dan menerima semua dokumen tagihan
Manajer studio merupakan seseorang yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap desain perencanaan mechanical electrical plumbing proyek Hotel Amaris Teuku Umar. Pada umumnya manajer studio memiliki tugas antara lain:
Bertanggung jawab terhadap perencanaan MEP Hotel Amaris Teuku Umar
Memberikan dan mengkoordinasi project Hotel Amaris Teuku Umar kepada mechanical planner dan electrical planner
Electrical planner merupakan seseorang yang bertugas mengerjakan dan merencanakan desain keseluruhan dari sistem instalasi listrik yang akan digunakan di Hotel Amaris Teuku Umar.
Mechanical planner merupakan seseorang yang bertugas mengerjakan dan merencanakan desain sistem mechanical, tata udara, dan plumbing yang akan digunakan di Hotel Amaris Teuku Umar.
Drafter merupakan seseorang yang bertugas untuk membantu pekerjaan desain MEP yang telah direncanakan sebelumnya oleh electrical dan mechanical planner.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan dibangun. Sedangkan rumusan masalah secara khususnya yaitu :
Bagaimana penerapan Gambar perencanaan dalam prosesnya menjadi bentuk fisik sarana kelistrikan bangunan di lapangan?
Bagaimana prosedur atau sistem pelaksanaan dan pengawasan suatu proyek?
Bagaimana sistem elektikal yang meliputi pencahayaan, CCTV, sistem suara, fire alarm, dan sistem sirkulasi kolam renang yang ada di lapangan?
1.3 Tujuan
Tujuan secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk memahami bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan dibangun. Sedangkan tujuan secara khususnya yaitu :
Mengetahui penerapan Gambar perencanaan dalam prosesnya menjadi bentuk fisik sarana kelistrikan bangunan di lapangan
Mengenal dan memahami prosedur atau sistem pelaksanaan dan pengawasan suatu proyek.
Mempelajari sistem elektikal yang meliputi pencahayaan, CCTV, sistem suara, fire alarm, dan sistem sirkulasi kolam renang yang ada di lapangan.
Memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Sistem Tenaga Listrik Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup uraian dan pembahasan pada laporan ini adalah berdasarkan hasil pengamatan dan perencanaan terhadap pelaksanaan proyek pembangunan. Hotel Amaris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Bali. Hal-hal yang dibahas meliputi sistem jaringan distribusi listrik, sistem instalasi pencahayaan, CCTV, sistem suara, fire alarm, dan sistem perencanaan sirkulasi pada kolam renang, serta perencanaan perhitungan pemutus daya dan kabel instalasi yang akan digunakan. Proses pelaksanaan proyek, meliputi pelaksanaan teknis maupun nonteknis. Pelaksanaan teknis meliputi pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, mulai dari penyediaan material, penempatan, pengolahan serta pemasangan sarana kelistrikannya. Sedangkan permasalahan non teknis meliputi hal-hal yang bersifat administrasi lapangan, hubungan kerja serta pengawasan proyek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persyaratan Instalasi Listrik
Syarat-syarat dan juga standarisasi bertujuan demi terciptanya keselarasan dalam bentuk barang maupun cara bekerja. Dewasa ini, rancangan bangunan dan konstruksinya semakin rumit, sehingga diperlukan syarat-syarat dan juga standarisasi yang baku tentang mutu barang dan konstruksi demi menghindari terjadinya kesalahan dan kecelakaan. Dengan adanya syarat-syarat dan juga standarisasi, maka mesin dan peralatan yang digunakan dapat dijalankan dengan baik dan benar sehingga pekerjaan menjadi lebih baik dan efisien. Ada dua organisasi yang khusus di bidang standarisasi, yaitu ''International Electrotechnical Comission'' (IEC) di bidang ketenagalistrikan dan ''International Organization for Standaryzation'' (ISO) untuk bidang-bidang lainnya.
Sistem ketenagalistrikan haruslah menaati peraturan-peraturan yang berlaku dalam perancangan dan pemasangannya.Hal ini bertujuan untuk pengamanan, baik barang maupun manusia, sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih aman dengan mutu barang yang berkualitas.Agar listrik dapat digunakan seaman mungkin, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, pemasangan instalasi pada proyek Hotel Amaris Teuku Umar ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut:
AVE
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
National Fire Protection Association (NFPA)
Petunjuk dari Pabrik Pembuatan Peralatan
Fire Office Comitte (FOC)
Peraturan Plumbing Indonesia
Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, PT TELKOM, dan Perusahaan Daerah Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan
Pekerjaan instalasi ini hanya boleh dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari instansi yang berwenang dan telah bisa mengerjakannya, atau bila tidak memilikinya, diperkenankan bekerjasama dengan perusahaan lain yang telah memiliki Sertifikat/ Surat Ijin Instalasi yang sesuai.
Pada pemasangan instalasi listrik dikenal pula adanya Faktor Keragaman (Diversity Factor), Faktor Keserempakan (Coincidence Factor), dan Faktor Kebutuhan (Demand Factor). Dimana Faktor Keragaman didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah beban maksimum dari masing-masing unit beban yang ada pada suatu sistem terhadap beban maksimum sistem secara keseluruhan.Faktor Keserempakan didefiniskan sebagai perbandingan antara beban maksimum dari suatu kumpulan beban dari sistem terhadap jumlah beban maksimum dari masing-masing unit beban.Sedangkan Demand Factor didefinisikan sebagai perbandingan antara beban puncak suatu sistem terhadap beban terpasang yang dilayani oleh sistem.
2.1.1 Grouping
Grouping merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam perencanaan instalasi listrik suatu bangunan. Pengelompokkan ini memiliki tujuan untuk memudahkan dalam pemeliharaan peralatan listrik maupun penanganan ketika terjadi gangguan pada peralatan listrik. Dalam pengelompokan beban penerangan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah posisi titik beban yang akan dikelompokkan dalam satu group sebisanya harus diusahakan berada dalam satu wilayah, satu wilayah dapat terdiri dari beberapa jenis lampu dan jumlah maksimum titik beban yang berada pada tiap sirkuit akhir paling banyak adalah 20 titik untuk pemutus daya atau pengaman lebur 10 A.
Pada pengelompokkan stop kontak, hal yang perlu diperhatikan adalah pengelompokkan stop kontak 3 fasa yang harus dikelompokkan dalam satu kelompok sendiri, sedangkan pengelompokan Air Conditioner (AC), mesin-mesin atau motor-motor dapat disatukan dalam kelompok tersendiri untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan ketika terjadi gangguan.
2.1.2 Single Line Diagram
Single Line Diagram adalah instalasi yang menggambarkan hubungan beban dengan catu daya dari PLN atau generator, lengkap dengan keterangan mengenai ukuran atau daya nominal tiap komponennya.Diagram ini juga menjelaskan tentang keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembagiannya, ukuran dan jenis hantarannya, ukuran dan jenis pengamanannya, dan sistem pentanahannya.
2.2 Komponen Instalasi Listrik
2.2.1 Panel Induk dan Panel Distribusi Tegangan Rendah
Panel adalah suatu kotak yang berfungsi untuk menempatkan peralatan proteksi listrik dan kelengkapannya seperti circuit breaker, real bicircuit breaker, busbar, current transformer, potential transformer, peralatan ukur tegangan dan arus, dan lain-lain. Peralatan-peralatan tersebut, khususnya circuit breaker bagi dengan baik menjadi petak-petak yang tersusun dengan baik yang tersusun mendatar dan tegak. Pada panel distribusi dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:
Main Distribution Panel (MDP)
Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari sumber tegangan dengan Sub Distribution Panel (SDP) dan disuplai langsung oleh transformator atau genset. Untuk tiap bagian busbarnya diberi pengaman Air Circuit Breaker (ACB).Sebelum masuk ke SDP juga diberi pengaman Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) atau ACB, tergantung berapa arus yang dilewatkan.
Sub Distribution Panel (SDP)
Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari MDP menuju satu area tertentu yang dapat terdiri atas beberapa group. Sebelum menuju ke group-group juga diberi pengaman yang biasanya berupa MCB atau MCCB, tergantung berapa arus yang dilewatkan.
2.2.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan bahan dan peralatan panel induk serta panel distribusi tegangan rendah, yaitu sebagai berikut:
Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
Panel-panel Utama dan Panel Bagi dalam bangunan jenis floor standing harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi tebal 3 mm, dan seluruh permukaannya harus bebas karat dan di cat dengan cat Powder Coating yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh pihak MK.
Panel-panel jenis pasangan dalam dinding tembok harus terbuat dari bahan Polyesther dan dilengkapi dengan master key dengan tingkat proteksi minimum IP 44.
Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.
Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar fasa R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih tinggi dari 650° C. Setiap busbar copper harus dibungkus dengan isolasi ciut panas dan diberi warna sesuai peraturan PUIL; dan pada titik sambung/pencabangan harus dilapisi dengan lapisan perak atau timah putih (tinned).
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta ada sertifikat lulus uji dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi Lapangan.
Komponen-komponen pengaman yang dapat dipakai adalah :
Molded Case Circuit Breaker (MCCB).
Miniatur Circuit Breaker (MCB).
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
Surge Arrester.
Auxiliary Relay.
9. Komponen-komponen pengukuran yang dapat dipakai :
Current Transformer.
Digital Power Meter.
Amperemeter.
Voltmeter.
Frequency Meter.
Power faktor / Cos phi meter.
2.2.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan
Persyaratan teknis pemasangan panel-panel berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:
Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata (horizontal). Tinggi pemasangan adalah rata atas 180 cm diatas finish floor untuk panel listrik pasangan dinding. Untuk panel listrik yang berdiri sendiri (self standing type) harus dipasang diatas pondasi setinggi minimal 10 cm diatas finish floor dan dibaut ke pondasi dengan dynabolt pada keempat sisinya.
Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
Semua bagian logam dari panel harus ditanahkan/diardekan.
2.1.1.3 Penentuan Rating Arus Beban Lebih
Menentukan kapasitas pengamanan MCB, MCCB, dan ACB, digunakan rumus kemampuan hantar arus (KHA). Persamaan 2.1 untuk beban 1 fasa dan persamaan 2.2 untuk beban 3 fasa yaitu sebagai berikut :
I = P / (VL-N×cosθ) (2.1)
I = P / ( 3×VL-L×cosθ) (2.2)
Keterangan :
I = Arus (A)
P = Daya beban (W)
V = Tegangan kerja (V)
Cosφ = Faktor daya sistem
Nilai yang didapat kemudian dicari dalam katalog pengaman MCB, MCCB, dan ACB lalu ditentukan berapa kapasitas pengaman dan jenis yang akan digunakan. Khusus pengaman yang mengamankan beban berupa motor perlu diketahui cara dari starting-nya, misalnya untuk starting direct online (DOL) maka arus start dikalikan 5-7 kali arus nominal.
2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat
Hubung singkat merupakan bahaya terbesar terhadap kesinambungan pelayanan. Karena peralatan pelindung dan pensakelaran harus mampu mengisolasi ataupun mengatasi pengaruh hubung singkat. Arus hubung singkat (short circuit current) pada umumnya mempunyai nilai yang beberapa kali lipat jauh lebih besar dari arus rata-rata atau arus normalnya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan dan berbahaya pada manusia. Maka perlu untuk tujuan keamanan dilakukan suatu evaluasi beban atau analisa hubung singkat agar diketahui kondisi hubung singkat yang akan terjadi. Nilai dari arus hubung singkat juga harus diketahui. Tujuan analisa hubung singkat antara lain adalah :
Menentukan arus dan tegangan maksimum dan minimum pada bagian-bagian atau titik-titik tertentu dari suatu sistem tenaga listrik
Dapat ditentukan setingan relay dan koordinasi pengaman untuk mengamankan sistem dari keadaan abnormal dalam waktu yang seminimal mungkin.
Menentukan daya hubung singkat (MVA) pada setiap bus dan juga daya hubung singkat yang mengalir pada saluran yang terhubung pada bustersebut sehingga dapat ditentukan kapasitas alat pemutus daya.
Cara menentukan besarnya arus hubung singkat adalah dengan persamaan 2.3 berikut (Saadat, 1998):
ISC = V / Z (2.3)
dimana :
V= VL-N (2.4)
Keterangan :
ISC = arus hubung singkat (A)
Z = Impedansi trafo, genset, atau saluran (Ω)
I = arus nominal (A)
VL-N = tegangan line to netral (V)
Untuk nilai impedansi saluran (Z) didapat dari memperhitungkan besar resistansi (R) dan reaktansi (X) kabel persatuan jarak lalu dikalikan sesuai dengan jarak antara titik gangguan hingga sumber listrik. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung besar Z (Mismail, Budiono, 1995) :
Z=R2+X2 (2.5)
Dan berikut nilai resistansi dan reaktansi beberapa luas penampang penghantar dari data beberapa kabel produk.
Tabel 2.1Data karakteristik kabel tembaga dari produk 4 produk besar("Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik," n.d.)
Ukuran kabel tembaga
RDC
20°C
RAC
90°C
XAC
50 Hz
Tegangan jatuh susunan kabel trefoil di udara
Rating Amp maks pada 30°C kabel trefoil di udara
Tegangan jatuh L=100 m I=80% rating kabel trefoil di udara
Tegangan jatuh = 1.732*R*I*cos phi + 1.732*X*I*sin phi
mm2
Ohm/km
Ohm/km
Ohm/km
mV/Amp/m
Amp
Volt
Volt
Multicore 380 VAC, 3-fase 50 Hz
1.5
11.9
15.232
0.012
27
18
39
30
2.5
7.14
9.139
0.099
16
25
32
25.5
4
4.47
5.722
0.093
10
34
27
21.8
6
2.97
3.802
0.088
6.8
44
24
18.9
10
1.77
2.266
0.084
4
60
19
15.5
16
1.13
1.446
0.081
2.5
80
16
13.4
25
0.712
0.911
0.081
1.6
105
13
11.3
35
0.514
0.658
0.078
1.15
130
12
10.3
Singlecore 380 VAC, 3-fase 50 Hz
50
0.379
0.485
0.094
0.87
215
15
13.2
70
0.262
0.335
0.09
0.61
270
13
12.1
95
0.189
0.242
0.087
0.45
335
12
11.4
120
0.15
0.192
0.084
0.37
390
11.5
11
150
0.122
0.157
0.084
0.31
445
11
10.9
185
0.097
0.126
0.084
0.26
510
10.6
10.7
240
0.074
0.097
0.081
0.22
606
10.7
10.6
300
0.059
0.078
0.08
0.195
701
10.9
10.7
400
0.046
0.063
0.079
0.175
820
11.5
11.1
500
0.037
0.051
0.078
0.16
936
12
11.3
Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar("Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik," n.d.)
Ukuran kabel aluminium
RDC
20°C
RAC
50°C
XAC
50 Hz
Tegangan jatuh susunan kabel trefoil di udara
Rating Amp maks pada 30°C kabel trefoil di udara
Tegangan jatuh L=100 m I=80% rating kabel trefoil di udara
Tegangan jatuh = 1.732*R*I*cos phi + 1.732*X*I*sin phi
mm2
Ohm/km
Ohm/km
Ohm/km
mV/Amp/m
Amp
Volt
Volt
Singlecore 380 VAC, 3-fase 50 Hz
50
0.641
0.718
0.106
166
14.7
70
0.443
0.497
0.103
210
9.4
95
0.32
0.359
0.098
258
8.8
120
0.253
0.284
0.097
300
8.5
150
0.206
0.232
0.097
344
8.4
185
0.164
0.185
0.096
398
8.3
240
0.125
0.142
0.092
476
8.3
300
0.1
0.114
0.09
551
8.4
400
0.078
0.09
0.09
645
8.7
500
0.061
0.071
0.089
752
9.1
2.2.2 Kabel
Kabel merupakan salah satu sarana dalam instalasi listrik karena kabel menghantarkan arus ke beban yang terpasang, maka perlu diketahui secara pasti berapa besar beban yang terpasang agar kapasitas kabel memadai. Pemikiran kabel mempertimbangkan beberapa hal:
Electrical, meliputi ukuran konduktor, tipe dan tebal isolasi. Bahan yang tepat untuk desain tegangan menengah dan rendah, mempertimbangkan kekuatan listrik, bahan isolasi, konstanta dielektrik, dan faktor daya.
Suhu, menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan kondisi kelebihan beban, pengembangan dan tahanan thermal.
Mechanical, meliputi kekerasan dan fleksibilitas serta mempertimbangkan terhadap kehancuran, abrasi, dan kelembaban.
Kimiawi, stabilitas dan bahan terhadap bahan kimia, cahaya matahari.
Kuat arus listrik merupakan objek yang menjadi pokok permasalahan dalam perancangan kabel instalasi listrik. Menghitung kuat arus listrik yang melewati kabel, perlu dibedakan instalasi 1 fasa sesuai dengan persamaan 2.7 dan 3 fasa sesuai dengan persamaan 2.6:
Arus bolak-balik 3 fasa:
I=P3Ecosθ (2.6)
Dimana
I = arus (ampere) E = tegangan antar fasa (volt)
P = daya/beban (watt) Cos θ = faktor daya
- Arus bolak-balik 1 fasa:
I=PEcosθ (2.7)
- Arus Hubung Singkat:
ISC= U3ZSC (2.8)
Pada persamaan di atas didapat arus nominal yang tinggal dikalikan dengan safety factor dan hasilnya disesuaikan dengan Tabel dari jenis kabel yang digunakan maka akan diketahui luas penampang dari kabel yang dipakai.
2.2.2.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan kabel tegangan rendah yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6 kV.
Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah : Jenis NYFGby dan NYY, untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYM, NYFGby dan NYY.
Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu pada MK.
Penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 6 mm2 untuk kabel catu daya dan 2,5 mm2 untuk kabel instalasi penerangan dan kotak kontak.
2.2.2.2 Persyaratan Teknis Pemasangan
Persyaratan teknis pemasangan kabel berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:
Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
Setiap kabel daya pada kedua ujung pengupasan harus diterminasi dengan terminal ciut panas atau dengan calico band dan dilak serta diberi selongsong karet berwarna untuk mengidentifikasikan fasa-nya sesuai dengan PUIL.
Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable ladder), diklem atau diikat dengan cable ties dan disusun yang rapi.
Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan (one broken length), kecuali pada kabel penerangan; dimana penyambungannya harus dalam Junction Box.
Kabel dengan luas penampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya. Apabila harus dilakukan penyambungan kabel, maka alat sambung yang digunakan harus penyambung kabel tembaga (Cu Joint Sleeve) dan dilindungi dengan isolasi dari jenis panas ciut (heat shringkage) atau selongsong plastik dengan isian resin 3M.
Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 16 mm2 atau lebih harus mempergunakan alat pres hidrolik yang kemudian disolder dengan timah patri.
Semua kabel yang ditanam dalam tanah harus pada kedalaman 60 cm minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata kualitas baik sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
Kabel feeder yang dipasang di dalam trench harus mempergunakan kabel support, minimum setiap 50 cm.
Pada route kabel setiap 25 cm dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.
Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu trunking kabel.
Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm.
Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.
Penyusunan konduit di atas trunking kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.
Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak penyambungan dan memakai alat penyambung berupa end cap (last dop) merk Legrand atau 3M.
Kabel NYFGbY
Kabel jenis ini biasanya digunakan untuk sirkuit power distribution, baik pada lokasi kering ataupun basah/lembab. Dengan adanya pelindung kawat dan pita baja yang digalvanisasi, kabel ini memungkinkan ditanam langsung dalam tanah tanpa pelindung tambahan.Isolasi dibuat tanpa warna dan tiga urat dibedakan dengan non strip, strip 1 dan strip 2. Kabel ini mempunyai selubung PVC warna merah dengan penampang luar mencapai 57 mm.
Gambar 2.1 Kabel NYFGbY("NYFGbY " Mulia Cable Power," n.d.)
Keterangan Gambar :
Penghantar
Isolasi
Lapisan Pembungkus Perisai
Kawat Baja Berlapis Spiral
Pita Baja Berlapis Seng
Selubung PVC
Kabel NYY
Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap dalam tanah yang harus diberikan pelindung khusus (misalnya: duct, pipa baja PVC atau besi baja). Instalasi ini bias ditempatkan di luar atau di dalam bangunan baik pada kondisi basah ataupun kering. Kabel jenis ini mempunyai selubung PVC warna hitam, terdiri dari 1-4 urat dengan penampang luar mencapai 56 mm.
Gambar 2.2 Kabel NYY("NYY " Mulia Cable Power," n.d.)
Keterangan Gambar :
Penghantar Tembaga
Isolasi PVC
Lapisan Pembungkus Inti
Selubung PVC
Kabel NYM
Kabel ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam bangunan yang penempatannya bias di dalam atau di luar plester tembok ataupun dalam pipa pada ruangan kering atau lembab. Kabel ini tidak diijinkan untuk dipasang di luar rumah yang langsung terkena panas dan hujan ataupun ditanam langsung dalam tanah.
Gambar 2.3 Kabel NYM("NYM " Mulia Cable Power," n.d.)
Keterangan Gambar :
Penghantar Tembaga
Isolasi PVC
Lapisan Pembungkus Inti
Selubung PVC
2.2.2.3 Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik
PUIL tahun 2000 telah mengatur satuan ukuran nominal kabel dalam mm2, seperti 1.5 mm2, 2,5mm2 dan seterusnya. Kemudian, pengertian ukuran nominal adalah luas penampang dari penghantar inti kabel. Untuk kabel jenis NYM atau NYY yang mempunyai 2 inti atau lebih, ukuran 2.5 mm2 menyatakan ukuran masing-masing inti kabel. Berikutnya adalah tegangan pengenal pada kabel.
Mengacu pada PUIL, kabel tegangan rendah mempunyai tegangan pengenal sebagai berikut : 230 / 400 (300)V, 300 / 500 (400) V, 400 / 690 (600) V, 450 / 750 (490) V, 0.6 / 1kV (1.2kV). Nilai tegangan dalam kurung adalah nilai tegangan tertinggi untuk perlengkapan listrik yang diperbolehkan jika menggunakan kabel tersebut. Listrik PLN untuk perumahan mempunyai tegangan 220V, jadi cukup menggunakan kabel dengan tegangan pengenal minimal 230 / 400 V(Badan Standarisasi Nasional, 2000).
Luas penampang kabel mempengaruhi Kuat Hantar Arus (KHA) dari kabel tersebut, sehingga penentuan luas penampang kabel diseuaikan dengan arus yang mengalir akibat adanya beban yang terpasang pada kabel tersebut. Untuk menghitung besar arus yang mengalir dapat menggunakan persamaan 2.9 (Setiawan, E., Harten, P.V., 1986):
IN= P / (VL-N) (2.9)
KHA mempunyai nilai actual 100% bila kabel tersebut dipasang pada temperatur kelilingnya maksimal 30° C0. Namun jika lebih dari suhu tersebut akan terjadi penurunan nilai aktual KHA-nya. Dalam PUIL penurunan nilai ini diatur dalam Faktor Koreksi. Berikut Tabel KHA dari beberapa luas penghantar dalam beberapa kondisi pemasangan dan faktor koreksi yang ada dalam PUIL 2000.
Tabel 2.3 KHA beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin, n.d.)
Konduktor
Kuat Hantar Arus (KHA)
(mm2)
Tertanam dalam plester
Dalam konduit
Di jepit di permukaan
Terpasang bebas
1
11
13
15
17
1,5
14
16,5
19,5
22
2,5
18,5
23
27
30
4
25
30
36
40
6
32
38
46
51
10
43
52
63
70
Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000)
Suhu keliling 0C
Faktor Koreksi
Bahan isolasi karet
Bahan isolasi PVC
1
2
3
t < 30°C
0,98
1,00
30°C < t < 35°C
0,90
0,94
35°C < t < 40°C
0,80
0,87
40°C < t < 45°C
0,69
0,80
45°C < t < 50°C
0,56
0,71
50°C < t < 55°C
0,40
0,62
Sehingga KHA luas penampang kabel yang didapat sesuai perhitungan arus beban akan dikalikan dengan faktor koreksi sesuai kondisi pemasangan kabel, dan hasil perhitungan akan dibandingkan dengan arus beban nominal. Kondisi layak terpenuhi ketika besar arus setelah koreksi lebih besar dari beban nominal.
2.3 Sistem Instalasi Hotel Amaris
2.3.1 Sistem Instalasi Pencahayaan
Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan, selain itu perlu juga memperhatikan aspek efisiensi konsumsi energi dengan memanfaatkan cahaya alam untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Penggunaan energi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan. Langkah-langkah dalam mencapai efisiensi yaitu pemasangan alat kontrol pada lampu, pengelompokan titik-titik lampu terhadap sakelar, penggunaan luminer yang sesuai, pemanfaatan cahaya alam, pengoperasian dan perawatan sistem pencahayaan. Kualitas dan kuantitas iluminasi ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio iluminasi ruangan.
PencahayaanKarakteristik & Ukuran Ruangan Pencahayaan Alam Pencahayaan Buatan Luminer Peralatan Kontrol Pengoperasian & Perawatan
Pencahayaan
Karakteristik & Ukuran Ruangan
Pencahayaan Alam
Pencahayaan Buatan
Luminer
Peralatan Kontrol
Pengoperasian & Perawatan
Gambar 2.4 Skema pengaturan energi sistem pencahayaan("Instalasi Penerangan" 2008)
2.3.1.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan lighting fixture yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
Lighting fixture untuk Lampu TLD
Tebal plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm.
Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu TL harus dapat memberikan koreksi factor total minimal 0,85.
Tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis Incandescent light (warm white).
Fitting lampu dari type yang tidak menggunakan mur baut.
Lighting fixtures harus dicat dengan cat bakar bebas dari karat dan lecet-lecet, harus dengan ICI acrylic paint warna putih, contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi Lapangan.
Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan effisiensi penerangan yang maksimal, rapih, kuat, serta sedemikian rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pkerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan.
Lighting fixtures harus dibuatkan mur dan baut sebagai tempat terminal pentanahan (grounding).
Lampu Tabung (Down Light)
Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflektor aluminium.
Lampu holder menggunakan standard E-27.
Diameter dari kap lampu sesuai standart pabrik pembuat, dan cukup lebar untuk kemudahan penggantian lampu.
Lampu yang dipakai dari jenis lampu LED dan/atau PLC atau sesuai Gambar, contoh harus disetujui oleh Direksi/manajemen Konstruksi.
Lampu Sorot (Spot Light)
Lighting fixtures dari bahan aluminium dan berbentuk silinder atau sesuai Gambar.
Lampu housing dari die-cast aluminium atau steel stoved enamel finished dan dilengkapi dengan anodized aluminium reflector.
Mounting base harus diperlengkapi sehingga dapat terpasang dengan baik.
Lampu housing harus tahan cuaca dari aluminium IP-44.
Lampu yang dipakai dari jenis metal Halide.
Contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen.
Lampu Sorot Luar (Flood Light)
lampu sorot luar dimaksudkan untuk menyorot bangunan seperti yang ditunjukkan di dalam Gambar.
Lampu Holder menggunakan standard E-27.
Lighting fixtures akan dipasang outbouw pada duct plafon.
lampu yang dipakai dari jenis lampu Halogen atau PAR/Produk Philips jenis reflektif.
Contoh harus disetujui Direksi/Manajemen.
Lampu Emergency, Exit dan Orientasi
Lampu emergency yang digunakan jenis flourescent, lengkap dengan baterai dan chargernya.
Pada saat listrik PLN/Genset menyala charger akan mengisi baterai dan lampu harus dapat dioperasionalkan dari listrik PLN/Genset melalui rangkaian terpisah (satu buah lampu) dan dapat dihidupmatikan dengan switch. Bila PLN/Genset mati, lampu tetap menyala (tanpa terputus) dan dioperasikan oleh sumber daya baterai (lampu yang lain). Bila PLN/Genset hidup, baterai harus diisi kembali dan semua operasi tersebut di atas harus dapat bekerja secara otomatis.
Baterai yang dipakai jenis dry cell Nickel Cadmium dan harus sanggup menampung operasi selama minimal 2 jam, kapasitas baterai disesuaikan dengan TLD yang dipasang.
Tegangan input adalah 220 V, ± 10 % 50 Hz, 1 fasa, diperlengkapi dengan indikator LED dan peralatan push to check battery.
Charger harus dapat mengisi batteray pada kapasitas penuh selama 1 x 24 jam
Inverternya harus tidak bekerja bila lampu dinyalakan dari sumber PLN/Genset
Untuk lampu Orientasi dipakai jenis flourescent 10 W maintained lengkap dengan baterai dan chargernya.
Untuk lampu exit dipakai jenis flourescent 10 W maintained lengkap dengan baterai dan chargernya.
Contoh lampu exit harus disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi.
Lighting Fixtures Type Outdoor
Lighting fixtures yang dapat digunakan, kapnya ex-lokal dengan menggunakan bahan kaca (glass) bening.
Tipe lampu yang dipakai adalah mercury.
Komponen-komponennya harus menggunakan kondensor yang dapat memberikan koreksi faktor minimal 0,85 dipasang seri.
Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan efisiensi penerangan yang maksimal, rapi, kuat, serta sedemikian rupa hingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan, contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen konstruksi.
2.3.1.2 Persyaratan Teknis Pemasangan
Persyaratan teknis pemasangan lampu pencahayaan berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:
Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari arsitek dan disetujui oleh MK Direksi/Manajemen Konstruksi.
Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium.
Penerangan lampu harus dilengkapi dengan feksibel konduit.
Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
2.3.2 Sistem Instalasi Audio Video
2.3.2.1 Elemen Perancangan CCTV
CCTV (Closed Circuit Television) adalah penggunaan kamera video untuk mentransmisikan sinyal video ke tempat spesifik, dalam beberapa monitor. Berbeda dengan siaran televisi, sinyal CCTV tidak secara terbuka ditransmisikan. CCTV paling banyak digunakan untuk pengawasan pada area yang memerlukan monitoring seperti bank, gudang, tempat umum, dan rumah yang ditinggal pemiliknya. Sistem CCTV biasanya terdiri dari komunikasi fixed (dedicated) antara kamera dan monitor. Teknologi CCTV modern terdiri dari sistem terkoneksi dengan kamera yang bisa digerakkan (diputar, ditekuk, dan dizoom), dapat dioperasikan jarak jauh lewat ruang kontrol, dan dapat dihubungkan dengan suatu jaringan baik LAN, wireless-LAN maupun internet.
Perancangan sistem CCTV membutuhkan seorang perancang untuk memadukan sejumlah peralatan penting. Secara individu, peralatan rumit, namun bagaimana masing-masing berinteraksi satu sama lain sangat penting. Beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan bila digunakan dalam perancangan CCTV meliputi:
Pengambilan Gambar lingkungan
Lensa kamera
Media transmisi
Monitor
Manajemen sinyal video dan peralatan pengendali
Gambar 2.5 Sistem CCTV dan kontrol(Waluyanti Sri, n.d.)
Selain digunakan sebagai pengawasan pada area yang membutuhkan monitoring, CCTV dimanfaatkan untuk meninjau ulang peristiwa pada area pengawasan tersebut yaitu area yang diamati beserta lingkungannya, yang meliputi pencahayaan, cuaca, keamanan dari peralatan CCTV dan detail yang diinginkan dari Gambar yang diperagakan oleh monitor. Lensa pada CCTV merupakan komponen optikal dari sistem yang menggambarkan gambar layar meliputi ukuran, bentuk dan fokus.
2.3.2.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi CCTV Hotel Amaris Teuku Umar
Sebagaimana tertera dalam Gambar-Gambar rencana, pada pedoman rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar, pekerjaan instalasi Kabel data ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.
Garis besar scope pekerjaan Instalasi System IP Camera yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pengadaan, pemasangan dan pengujian Camera Server / recorder.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel data dari system Server hingga ke tiap Camera.
Melakukan testing dan commisioning.
Melatih petugas yang ditunjuk untuk pengoperasian dan perawatan system.
2.3.2.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan CCTV yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
Server komputer / recorder
Sebuah Client PC Workstation dalam ruang control harus terkoneksi dengan jaringan kamera untuk melihat system CCTV. Client PC Workstation harus mempunyai spesifikasi teknis sebagaimana tertera dibawah untuk mendapatkan performa maksimal dari video data rates:
PC with a 3.6 GHz Intel® Pentium® 4.
2 GB RAM and 150 MB hard drive space for installation.
ATI Radeon® X600, X750, X800, X850, X1800 graphics card. » Displaying into 4 monitors
Graphics card
NVIDIA GeForce 6600, 6800 GT, 7800. o NVIDIA Quadro FX 1400, 4400.
Data rates were 1024 KBits/s for CIF resolution, 3072 KBits/s for 4CIF resolution.
100 Mbps network adapter.
Operating System: Windows XP Home, XP Professional.
DirectX 9.0c software.
Screen resolution: 1280 x 1024 pixels.
Sound card recommended.
Switching Hub
Jumlah koneksi : 8, 16 Port atau lebih.
Operating Voltage : 220 VAC
Transfer data speed : 100 Mbps
Camera
Type : Day and Night Camera
Pixel (H x V) : CCIR = 512 x 582
EIA = 512 x 492
Scanning System : CCIR, EIA
Horizontal resolution : 480 TV Lines
AGC : Auto
S/N Ratio : More than 58 dB
Video Output : 1.0 Vpp / 75 Ohms
Konektor dan soket outlet
Konektor dan soket outlet yang dipakai adalah jenis RJ 45 dan dipress / crimp dengan peralatan yang sesuai.
Kabel
Untuk instalasi data yang dipakai adalah jenis Coaxial atau Un Twisted Pair (UTP) Cat. 5e yang dilindungi dengan conduit seperti Gambar rencana.
Konduit
Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Clipsal) dengan diameter dalam minimum 20 mm.
2.3.2.4 Perancangan Sistem Suara
Tata suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rekaman dan lain-lain. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar keras tanpa mengabaikan kualitas suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikrofon, kabel, prosesor, dan efek suara, serta pengaturan konsul mixer, juga audio power amplifier, dan speaker. Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi pemasangan peralatan sentral yang terdiri dari unit sinyal suara (program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier) yang ditempatkan pada rak peralatan sentral sistem tata suara. Sebuah sistem audio terdiri dari 5 komponen utama yaitu:
Input (masukan) yang terdiri dari:
Mikropon yaitu suatu alat yang dapat mengubah getaran suara menjadi getaran listrik. Karena sangat peka dalam menerima getaran suara, peletakan mikropon memerlukan pengaturan yang khusus agar suara-suara yang tidak diperlukan tidak ikut masuk menggetarkan membrane mikropon.
Gambar 2.6 Audio Mikropon(Lukmantara, 2014)
Radio Penerima AM/FM yaitu salah satu pesawat input audio. Radio AM maupun FM mempunyai fungsi yang sama yaitu menerima informasi dari pemancarnya.
Gambar 2.7 Pesawat Radio Penerima(Lukmantara, 2014)
Proses yang terdiri dari:
Mixer yaitu sebuah perangkat audio yang berfungsi untuk mencampur segala suara yang masuk, kemudian diseimbangkan menjadi dua kanal (L-R) untuk stereo, dan satu untuk mono.
Gambar 2.8 Audio Mixer(Lukmantara, 2014)
Amplifikasi (penguatan) terdiri dari:
Amplifier atau power amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal audio stelah mengalami proses. Sinyal yang diterima akan dikuatkan untuk kemudian diumpankan ke loud speaker.
Gambar 2.9 Power Amplifier(Lukmantara, 2014)
Output (speaker) terdiri dari:
Loudspeaker berfungsi mengubah sinyal elektrik menjadi mekanis sehingga dapat menimbulkan suara. Dalam sistem audio, penggunaan loudspeaker sudah terintegrasi ke dalam box sesuai dengan karakteristriknya masing-masing.
Gambar 2.10 Box Loudspeaker(Lukmantara, 2014)
Pengkabelan
2.3.3 Sistem Instalasi Keamanan
2.3.3.1 Fire Alarm
Instalasi keamanan pada gedung, tidak hanya sistem CCTV sebagai monitoring / pengawasan, yaitu dapat berupa fire alarm/alarm kebakaran. Fire alarm dikenal meimiliki 2 sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
Sistem konvensional yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke detector dan ke panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1,5 mm atau NYMHY 2x1,5 mm yang ditarik di dalam pipa conduit. Sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 loop atau zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, atau bahkan lebih.
2. Sistem Addressable.
Sistem addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi alarm kebakaran di gedung bertingkat semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal Address (alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran mudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana.
2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris Teuku Umar
Sebagaimana tertera dalam gambar-gambar rencana, pada pedoman rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar, pemborong pekerjaan instalasi Fire Alarm ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis besar scope pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pengadaan, pemasangan dan pengujian Panel Kontrol MCPFA, Annunciator dan system catu daya.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian semua jenis Detector, Manual Station, Indicator Lamp, Alarm Bell dan Sistem Fire Intercome.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian Junction Box disetiap lantai.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan monitor dan kontrol.
Mengurus dan menyelesaikan perizinan Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
Melakukan testing dan commisioning.
Melakukan trainning.
2.3.3.3 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan fire alarm yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
Detector Asap Tipe Ionisasi (Ionized Type Smoke Detector)
Operating Voltage : 15 - 32 Vdc
Stand by current : 40 uA max
Alarm Current : 100 mA max
Operating Temperature : -10 - 50 °C
Relative Humidity : 95 % max
Sensitivity : 2% - 3% obscuration (adjustable)
Detector Panas Tipe Temperatur Tetap (Fixed Temperature Heat Detector)
Operating Voltage : 16 - 26 Vdc
Operating Temprature : 57 °C
Detektor Panas Tipe Kombinasi (Combination of Rate of Rise and Fixed Temperature Heat Detector)
Operating Voltage : 16 - 30 Vdc
Operating Temperature (Fixed) : 57 °C
Temperature Rate of Rise : 10 °C/menit
Manual Station
Type : Jenis yang dipakai merupakan surface mounted dan dilengkapi dengan break glass
Warna : Merah
Alarm Bell
Type : Surface mounting, 6" (inch) anti karat
Operating Voltage : 20 - 24 Vdc
Current Consumption : 15 mA max
Power Consumption : 2 vA max
Sound Level : 10 db min./1 M
Warna : Merah
Panel Kontrol
Panel kontrol ini terdiri dari Power Module, Control Module, Alarm Signal Modul (continues & intermittent), Zone Module. Panel kontrol harus mempunyai pintu dengan jendela penyekat.
Panel kontrol harus mempunyai kapasitas minimum 20 zone yang dilengkapi dengan perlengkapan sebagai berikut :
Lampu-lampu.
Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) untuk setiap zone pada zone module.
Lampu power - ON yang menyatakan sistem mendapat suplai daya listrik yang sesuai.
Lampu AC power failure yang menyatakan adanya gangguan dari jala-jala listrik yang ada.
Lampu low baterai yang menyatakan bahwa tegangan back-up baterai sudah berada pada level dc yang rendah.
Lampu bell circuit trouble yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian bell.
Lampu common alarm yang menyatakan terjadinya alarm sistem tersebut.
Lampu common trouble yang menyatakn terjadinya gangguan padasistem tersebut.
Tombol-tombol (switch).
Reset switch yang berfungsi untuk menormalkan sistem setelah terjadi trouble atau alarm.
Silence switch yang berfungsi untuk menghentikan Buzzer bila buzzer itu berbunyi.
Alarm Lamp Test Switch yang berfungsi untuk pengecekan apakah lampu-lampu indikator alarm masih berfungsi baik.
Telepon autodial melalui key telepon ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat (bila diperlukan).
Menghidupkan sirene generator pada sistem tata suara dan meng-overide sistem tata suara untuk keperluan program evakuasi.
Fasilitas Fire Intercom.
Materi Fire Intercome terintegrasi dengan panel kontrol fire alarm. Slave fire intercom dan jumlah fire handset intercom.
Battery Charger.
Sistem harus dilengkapi battery charger (pengisi baterai) yang dengan otomatis mengisi baterai setelah terpakai dan mempertahankan tegangan baterai bilamana baterai tidak terpakai. Besarnya arus pengisian disesuaikan dengan nilai rating baterai yang digunakan.
Baterai.
Baterai harus disediakan sebagai sumber tenaga cadangan agar bila sewaktu-waktu sumber utama (PLN) mati, sistem alarm masih berfungsi dengan baik. Jenis yang digunakan harus jenis dry cell rechargable type Ni-Cd battery (24 Vdc). Baterai ini harus bertegangan normal sesuai tegangan sistem (24 V) dengan kapasitas kebutuhan (ampere-hour) yang disesuaikan, sehingga baterai ini sanggup memberikan suplai secara normal dan terus-menerus kepada sistem selama 24 jam dalam keadaan stand by dan 30 menit dalam keadaan general alarm pada akhir periode.
Kabel
Fire Alarm jenis full addressable, kabel feeder yang dipakai adalah jenis 2 pair Twisted Shielded AWG 18 dengan jumlah dan ukuran kawat. Fire Alarm jenis Conventional Zoning, kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis NYYHY dengan ukuran 2 x 1,5 mm2 dipasang dalam pipa konduit. Kabel untuk annunciator dan fire intercom menggunakan 1 pair twisted shielded AWG 18 dengan jumlah kawat serta memakai pipa konduit jenis high impact.
Konduit.
Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Gelflex, Clipsal) dengan diameter dalam minimum 1 1/2 kali diameter kabel.
Panel Indikator Remote/Annunciator Panel (apabila diperlukan).
Berisi lampu indikator alarm setiap zone dan dilengkapi dengan buzzer, lamp dan buzzer test, berkapasitas minimum 8 zone. Panel Indikator Remote/Announciator. Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi sumber kebakaran (zone area) dan indikasi gangguan dari instalasi dengan indikator audio berupa buzzer, dan indikator visual berupa alarm. Pada panel yang dilengkapi fasility button yang berfungsi sebagai silence alarm/ Acknowledge. Unit ini dilengkapi dengan tombol test untuk lampu (lampu test) dan tombol test untuk buzzer test.
Surge Arrestor yang terdiri dari 2 (dua) unit.
Surge Arrestor untuk power line MCPFA.
Surge Arrestor untuk incoming line terminal dan outgoing line terminal cable. Surge Arrestor ini ditanahkan pada sistem arde yang memiliki tahanan tanah maksimum 1 ohm yang letak batang ardenya sejauh minimal 10 meter dari arde penyalur petir.
2.3.3.4 Persyaratan Teknis Pemasangan
Persyaratan teknis pemasangan fire alarm berdasarkan rencana kerja dan syarat teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:
Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual push button dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di luar hydrant box, maka dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai. Alarm bell dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di luar hydrant box, maka dipasang pada jarak ± 0,5 m di bawah plafond atau disesuaikan dengan keadaan lapangan. Disekitar detektor harus ada ruang bebas dengan radius minimal 0,75 m dari detektor. Peralatan sistem fire alarm ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan maksimum 1 ohm. Suplai listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok Emergency Load dari genset.
Kabel & Konduit
Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking kabel/tray dan instalasinya memakai pipa konduit.
Semua kabel yang dipasang dishaft secara vertikal harus dipasang pada tangga kabel dan diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem.
Pemakaian konduit di dalam gedung atau instalasinya menggunakan PVC konduit (EGA, Gilflex, Clipsal).
Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai flexible conduit. Isolasi antara urat-urat kabel terhadap tanah minimum 20 m. ohm.
Kabel Trunking (kabel tray) dan tangga kabel
Trunking kabel harus terbuat dari pelat baja galvanised hot deep dengan lebar 20 cm atau sesuai Gambar rencana; penyangga dari bahan besi setrip setiap 40 cm, atau dinyatakan lain pada Gambar atau produk. Trunking kabel ini dipakai untuk instalasi sistem elektronik (telephone dan fire alarm).
Cara pemasangan kabel trunking harus digantung pada dak beton dengan besi bundar berulir (iron rod diameter 10 mm) yang digalvanis hot dip.
Pada setiap belokan atau pencabangan, bentuk trunking harus dibuat sedemikian rupa sehingga belokan kabel sesuai dengan bending yang diperkenankan.
Kabel yang dipasag di atas trunking dan pada cable ladder harus diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie) anti ultra violet, merk LEGRAND atau setaraf.
Sebelum pemasangan kabel trunking harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan instalasi lainnya (AC, Plumbing dan listrik).
Jarak minimm antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 300 mm.
Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah dynabolt berukuran 1x2 cm pada jarak 75 cm.
Trunking kabel digantung di lantai bangunan dengan dynabolt berukuran 1x2 cm.
2.3.4 Sistem Sirkulasi Kolam Renang
Sistem Sirkulasi Kolam Renang adalah meliputi sistem instalasi mekanikal, elektrikal, dan pemipaan pada kolam renang. Sebelum membangun kolam renang, selain merancang Struktur, Finishing, Arsitektur, atau desain kolam renangnya, yang sangat fital adalah merancang sistemnya agar pada perawatan air nya nanti tidak hanya tergantung pada Chemycal (obat-obatan) saja. Sistem sirkulasi kolam renang terbagi dalam dua macam sistem, yaitu:
Kolam Renang Sistem Overflow
Kolam renang sistem overflow yaitu sistem dengan air yang melimpah, baik itu pada salah satu sisi maupun keseluruhannya. Air kolam yang melimpah tersebut tumpah kedalam saluran yang berada di sisi luar kolam, atau yang biasa disebut Gutter Overflow. Dalam Sistem Overflow diperlukan adanya Balancing Tank. Jadi, air kolam yang melimpah masuk kedalam Balancing Tank melalui pipa dari Gutter Overflow, kemudian air dari Balancing Tank dihisap masuk ke Pompa lalu masuk kedalam Sand Filter dan air balik lagi masuk kedalam kolam melalui Inlet Fitting, begitu seterusnya. Apabila hujan maka air kolam dan Balancing Tank melimpah, sehingga diperlukan adanya pipa saluran pelimpahan yang menuju saluran pembuangan, posisi saluran pembuangan haruslah lebih rendah dari posisi pipa perluapan Balancing Tank.
Kolam Renang Sistem Skimmer
Kolam renang sistem skimmer yaitu sistem dengan air yang tidak melimpah. Jadi, dinding kolam renang harus di desain lebih tinggi dari elevasi air. Pada kolam renang System Skimmer tidak diperlukan Balancing Tank namun memakai Box Skimmer. Box Skimmer berfungsi agar kotoran-kotoran yang mengambang di air masuk kedalam keranjang yang terdapat pada Box Skimmer sehingga air yang terhisap ke pompa tidak terdapat kotoran, dan bisa juga sebagai tempat menaruh Kaporit Tablet. Box Skimmer berfungsi sebagai penyeimbang elevasi air kolam renang. Box Skimmer juga berfungsi sebagai tempat untuk menghubungkan selang Vacuum pada saat pembersihan atau perawatan air kolam renang.
2.3.4.1 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Sirkulasi Kolam Renang
Sebagaimana tertera dalam gambar-gambar rencana, pada pedoman rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar, pekerjaan instalasi sirkulasi kolam renang ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Adapun uraian singkat lingkup pekerjaan sistem sirkulasi kolam renang adalah sebagai berikut:
Tangki balancing (balancing tank).
Pompa Sirkulasi Kolam Renang.
Sand Filter
Salt Chlorinator
Pompa injeksi chlorine dan Acid secara otomatis (automatic PH controller).
Panel kontrol otomatis pompa dengan sistem timer.
Perpipaan dari sistem pompa dan filter hingga ke peralatan inlet ke kolam.
Instalasi lampu bawah air dan trafo tahan air (waterproof).
2.3.4.2 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar, menjabarkan mengenai ketentuan bahan yang digunakan pada sistem sirkulasi kolam renang, yaitu sebagai berikut:
Pompa Sirkulasi kolam
Jenis Pompa : Total enclusure high rate Pump with hair catcher basket.
Total Head : 15 meter
Electrik motor : 380 V – 3 Phs – 1.500 RPM
Sand Filter
Jenis : Wire wound fibreglass reinforced tank.
Kapasitas alir/debit : sesuai laju aliran pompa
Tekanan kerja : 2 bar
Sistem valve : Multiport valve
Media filter : Pasir kwarsa 0,3 ~ 0,5 mm.
Salt Chlorinator
Jenis : Self Cleaning Cell Salt Chloorinator.
Elektrik : 80 Watt, 220 V
Pada setiap pompa, harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
Isolating Valve pada sisi pipa tekan
Non return valve pada sisi pipa tekan
Automatic Air Release Valve ½
2.3.4.3 Sistem Perpipaan Kolam Renang
Rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar menjabarkan tentang sistem perpipaan kolam renang yaitu Pipa sirkulasi air kolam renang dan pond dari sistem pompa dan filter hingga ke semua titik peralatan kolam dan pond menggunakan jenis pipa PVC kelas AW. Seluruh pipa yang tertanam dibawah beton srtuktur kolam harus dicor menjadi satu kesatuan dengan beton kolam; dan terbungkus beton dengan tebal minimal 15 cm sekeliling diameter pipa. Pipa yang menembus dinding kolam harus diberi puddle flange dengan lebar minimal 50 mm sekeliling luar pipa dengan bahan sejenis dan di las dengan semburan udara panas (PVC Hot air welding).
Penyambungan pipa dengan fitting dan perlatan lainnya harus menggunakan sistem solvent joint setelah kedua ujung yang akan disambung telah dibersihkan dari segala kotoran. Sebelum pengecoran dilaksanakan, maka bagian pipa yang akan tertutup beton harus diuji tekan sebesar minimum 5 bar. Dan selama proses pengecoran; pipa selalu dalam keadaan terisi air bertekanan, dan telah pula disiapkan peralatan / fitting pipa selama proses pengecoran; sehingga apabila terjadi kebocoran dapat segera diperbaiki.Tidak digunakan, tidak ada kolam renang maupun pond pada proyek ini.
2.4 Manajemen Audit Energi
Pengertian manajemen audit energi yaitu proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada suatu perusahaan. Sedangkan arti kata audit sendiri yaitu dalam arti yang luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit energi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
Audit Energi Awal (AEA) yaitu dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih kompleks dibutuhkan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari 2 bagian yaitu:
Survei Manajemen Energi
Surveyor (auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan criteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.
Survei Energi Teknis
Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi.
Audit Energi Terinci (AET) yaitu biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji efisiensi pembakaran, pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di dalam spesifikasi.
Tujuan audit energi setelah mendapatkan hasil uji yaitu auditor energi menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada misalnya Tabel dan bagan, kemudian hasil uji tersebut digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya instalasi bangunan seluruhnya. Pada neraca energi dapat ditentukan efisiensi peraltan dan ada tidaknya peluang penghematan biaya energy, setelah itu dilakukan pengujian lebih rinci terhadap setiap peluang perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan atas data yang diperoleh dari dokumen perencanaan kelistrikan hotel khususnya pada perencanaan instalasi listrik yang ada di Hotel Amaris. Pembahasan dilakukan khususnya pada instalasi listrik, audio video, fire alarm, dan sistem pencahayaan di basement, untuk mengetahui apakah sistem penerangan sudah sesuai dengan standar yang ada dan apakah rating peralatan instalasi listrik dan pengamannya sudah sesuai dengan perhitungan serta membahas sistem kolam renang yang ada pada Hotel Amaris. Adapun single line diagram pada Hotel Amaris secara Global digambarkan pada Gambar 3.1.
3.1 Analisa Pemutus Daya dan Kabel Instalasi
3.1.1 Power Panel Parking
Perhitungan dilakukan pada objek Power Panel Parking (PP. Parking).Objek perhitungan untuk PP. Parking terletak pada basement yang disuplai oleh SDP Basement, dimana SDP Basement ini disuplai langsung dari MDP-1. Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban-beban listrik pada PP.Parking dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data beban pada PP. Parking
Pembagian Beban
Beban Listrik
Jumlah
Beban Setiap Group (VA)
Group 1
Flourescent Light HL 36W/220V
11
495
Group 2
Flourescent Light HL 36W/220V
8
382,8
Flourescent Light HL 18W/220V
1
Group 3
Flourescent Light HL 36W/220V
8
484
Single GPO 100VA
1
Group 4
Pump
1
932,8
Group 5
Pump
1
932,8
Total Beban
3227,4
Gambar 3.1 Single Line Diagram Hotel Amaris Secara Umum
Group 1
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
IN = PVL-N
= 495220
= 2,25 A
Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :
ZMDP-SDPBasement
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :
R =1,446ohmkm=1,446×10-3ohmm
X =0,081ohmkm=0,081×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini :
ZMDP-SDPBasement=panjangsaluran×R2+X2
=17×1,446×10-32+0,081×10-32
=17×1,448 ×10-3
=0,024616 ohm
=24,616 mΩ
ZSDP Basement –PP.Parking
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=3,802ohmkm=3,802×10-3ohmm
X =0,088 ohmkm=0,088×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZSDPBasement-PP.Parking=panjangsaluran×R2+X2
=24×3,802×10-32+0,088×10-32
=24×3,803×10-3
=0,091272 ohm
=91,272 mΩ
ZPP.Parking–Load
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3×2,5 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=9,139 ohmkm=9,139×10-3ohmm
X =0,099 ohmkm=0,099×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZPP.Parking-Load=panjangsaluran×R2+X2
=2×9,139×10-32+0,099×10-32
=2×9,139×10-3
=0,018278 ohm
=18,278 mΩ
Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :
Zsaluran=ZMDP-SDPBasement+ZSDPBasement-PP.Parking+ ZPP. Parking-Load
=0,024616+0,091272+0,018278
=0,134166 ohm
=134,166 mΩ
Pengaman Pemutus Daya
Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 2,25 A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya nilai arus rating terdekat adalah 4 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka untuk keamanan masih memungkinkan menggunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.
b. Kuat Hantar Arus Penghantar
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=2,25 A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
KHAefisienkabel =KHAKabel×faktorkoreksi
=18,5 A×0,87
=16,095 A
dimana,
KHAefisienkabel>IN
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Tabel 3.2 Analisa pengaman dan kabel pada Group 1
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
1
495
2,25
6
2,5
Group 2
Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
IN = PVL-N
= 382,8220
= 1,74 A
Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :
ZMDP-SDPBasement
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :
R =1,446ohmkm=1,446×10-3ohmm
X =0,081ohmkm=0,081×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini :
ZMDP-SDPBasement=panjangsaluran×R2+X2
=17×1,446×10-32+0,081×10-32
=17×1,448 ×10-3
=0,024616 ohm
=24,616 mΩ
ZSDP Basement –PP.Parking
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=3,802ohmkm=3,802×10-3ohmm
X =0,088 ohmkm=0,088×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZSDPBasement-PP.Parking=panjangsaluran×R2+X2
=24×3,802×10-32+0,088×10-32
=24×3,803×10-3
=0,091272 ohm
=91,272 mΩ
ZPP.Parking–Load
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3×2,5 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=9,139 ohmkm=9,139×10-3ohmm
X =0,099 ohmkm=0,099×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZPP.Parking-Load=panjangsaluran×R2+X2
=2×9,139×10-32+0,099×10-32
=2×9,139×10-3
=0,018278 ohm
=18,278 mΩ
Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :
Zsaluran=ZMDP-SDPBasement+ZSDPBasement-PP.Parking+ ZPP. Parking-Load
=0,024616+0,091272+0,018278
=0,134166 ohm
=134,166 mΩ
Pengaman Pemutus Daya
Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 1,74A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya, nilai arus rating terdekat adalah 2 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka untuk keamanan masih memungkinkan menggunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.
b. Kuat Hantar Arus Penghantar
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=1,74 A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
KHAefisienkabel=KHAKabel×faktorkoreksi
=18,5 A×0,87
=16,095 A
dimana,
KHAefisienkabel>IN
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Tabel 3.3 Analisa pengaman dan kabel pada Group 2
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
2
382,8
1,74
6
2,5
Group 3
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
IN = PVL-N
= 484220
= 2,2 A
Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :
ZMDP-SDPBasement
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :
R =1,446ohmkm=1,446×10-3ohmm
X =0,081ohmkm=0,081×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini :
ZMDP-SDPBasement=panjangsaluran×R2+X2
=17×1,446×10-32+0,081×10-32
=17×1,448 ×10-3
=0,024616 ohm
=24,616 mΩ
ZSDP Basement –PP.Parking
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=3,802ohmkm=3,802×10-3ohmm
X =0,088 ohmkm=0,088×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZSDPBasement-PP.Parking=panjangsaluran×R2+X2
=24×3,802×10-32+0,088×10-32
=24×3,803×10-3
=0,091272 ohm
=91,272 mΩ
ZPP.Parking–Load
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3×2,5 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=9,139 ohmkm=9,139×10-3ohmm
X =0,099 ohmkm=0,099×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZPP.Parking-Load=panjangsaluran×R2+X2
=4×9,139×10-32+0,099×10-32
=4×9,139×10-3
=0,036556 ohm
=36,556 mΩ
Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :
Zsaluran=ZMDP-SDPBasement+ZSDPBasement-PP.Parking+ ZPP. Parking-Load
=0,024616+0,091272+0,036556
=0,152444 ohm
=152,444 mΩ
Pengaman Pemutus Daya
Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 2,2 A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya, nilai arus rating terdekat adalah 4 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka untuk keamanan masih memungkinkan menggunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.
b. Kuat Hantar Arus Penghantar
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=2,2 A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
KHAefisienkabel=KHAKabel×faktorkoreksi
=18,5 A×0,87
=16,095 A
dimana,
KHAefisienkabel>IN
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Tabel 3.4 Analisa pengaman dan kabel pada Group 3
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
3
484
2,2
6
2,5
Group 4
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
IN = PVL-N
= 932,8220
= 4,24 A
Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :
ZMDP-SDPBasement
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :
R =1,446ohmkm=1,446×10-3ohmm
X =0,081ohmkm=0,081×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini :
ZMDP-SDPBasement=panjangsaluran×R2+X2
=17×1,446×10-32+0,081×10-32
=17×1,448 ×10-3
=0,024616 ohm
=24,616 mΩ
ZSDP Basement –PP.Parking
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=3,802ohmkm=3,802×10-3ohmm
X =0,088 ohmkm=0,088×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZSDPBasement-PP.Parking=panjangsaluran×R2+X2
=24×3,802×10-32+0,088×10-32
=24×3,803×10-3
=0,091272 ohm
=91,272 mΩ
ZPP.Parking–Load
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 3×2,5 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=9,139 ohmkm=9,139×10-3ohmm
X =0,099 ohmkm=0,099×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZPP.Parking-Load=panjangsaluran×R2+X2
=2×9,139×10-32+0,099×10-32
=2×9,139×10-3
=0,018278 ohm
=18,278 mΩ
Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :
Zsaluran=ZMDP-SDPBasement+ZSDPBasement-PP.Parking+ ZPP. Parking-Load
=0,024616+0,091272+0,018278
=0,134166 ohm
=134,166 mΩ
Pengaman Pemutus Daya
Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 4,24 A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya, nilai arus rating terdekat adalah 6 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka digunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.
b. Kuat Hantar Arus Penghantar
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=4,24 A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
KHAefisienkabel=KHAKabel×faktorkoreksi
=18,5 A×0,87
=16,095 A
dimana,
KHAefisienkabel>IN
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Tabel 3.5 Analisa pengaman dan kabel pada Group 4
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
4
932,8
4,24
6
2,5
Group 5
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
IN = PVL-N
= 932,8220
= 4,24 A
Dengan besar impedansi penghantar sebagai berikut :
ZMDP-SDPBasement
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 . Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut :
R =1,446ohmkm=1,446×10-3ohmm
X =0,081ohmkm=0,081×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini :
ZMDP-SDP Basement=panjang saluran×R2+X2
=17×1,446×10-32+0,081×10-32
=17×1,448 ×10-3
=0.024616 ohm
=24,616 mΩ
ZSDP Basement –PP.Parking
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4×6 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=3,802ohmkm=3,802×10-3ohmm
X =0,088 ohmkm=0,088×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZSDP Basement-PP.Parking=panjang saluran×R2+X2
=24×3,802×10-32+0,088×10-32
=24×3,803×10-3
=0,091272 ohm
=91,272 mΩ
ZPP.Parking –Load
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 3×2,5 mm2. Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi kabel tersebut:
R=9,139 ohmkm=9,139×10-3ohmm
X=0,099 ohmkm=0,099×10-3ohmm
Sehingga besar impedansi pada saluran ini:
ZPP.Parking-Load=panjang saluran×R2+X2
=2×9,139×10-32+0,099×10-32
=2×9,139×10-3
=0,018278 ohm
=18,278 mΩ
Dan besar impedansi saluran dari MDP hingga ke beban :
Zsaluran=ZMDP-SDPBasement+ZSDPBasement-PP.Parking+ ZPP. Parking-Load
=0,024616+0,091272+0,018278
=0,134166 ohm
=134,166 mΩ
Pengaman Pemutus Daya
Menurut analisa dan perhitungan pengaman, didapat arus nominal sebesar 4,24 A setelah dikonversikan pada katalog pemutus daya, nilai arus rating terdekat adalah 6 A, namun dengan penghantar standar PUIL minimal 2,5 mm2 maka untuk keamanan digunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan pertimbangan harga yang lebih murah.
b. Kuat Hantar Arus Penghantar
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan IN=4,24 A sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2 dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
KHAefisienkabel=KHAKabel×faktorkoreksi
=18,5 A×0,87
=16,095A
dimana,
KHAefisienkabel>IN
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Tabel 3.6 Analisa pengaman dan kabel pada Group 5
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
5
932,8
4,24
6
2,5
Maka, hasil perhitungan pengaman pemutus daya, dan penghantar yang terpasang di Amaris Hotel khususnya di PP. Parking dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 3.7 Analisa panel pada PP. Parking
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
1
495
2,25
6
2,5
2
382,8
1,74
6
2,5
3
484
2,2
6
2,5
4
932,8
4,24
6
2,5
5
932,8
4,24
6
2,5
6
SPARE
7
8
9
3.1.2 Power Panel Engineering
Perhitungan dilakukan pada objek power panel engineering (PP. Engineering).Objek perhitungan untuk PP. Engineering terletak pada basement yang disuplai oleh SDP Basement, dimana SDP Basement ini disuplai langsung dari MDP-1.
Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban-beban listrik pada PP.Engineering dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.8 Data beban pada PP. Engineering
Pembagian Beban
Beban Listrik
Jumlah
Beban Setiap Group (VA)
Group 1
Flourescent 18 W 220 V
3
74.8
Group 2
Single GPO 100 VA
3
299,2
Group 3
Single GPO 100 VA
1
99
Group 4
GPO For AC
1
943,8
Group 5
GPO For AC
1
943,8
Group 6
GPO For AC
1
943,8
Total Beban
3304,4
Maka, sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya tentang pengaman pemutus daya, dan penghantar yang terpasang di Hotel Amaris khususnya di PP. Engineering dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.9 Analisa panel pada PP. Engineering
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
1
74,8
0,34
6
2,5
2
299,2
1,36
6
2,5
3
99
0,45
6
2,5
4
943,8
4,29
6
2,5
5
943,8
4,29
6
2,5
6
943,8
4,29
6
2,5
7
SPARE
8
9
3.1.3 Power Panel Pool Pump
Perhitungan dilakukan pada objek PP.Pool Pump yang terdekat yang terletak pada lantai Basement yang di suplai oleh PP.Pool Pump dengan penghantar NYM 3 x 2,5 mm2 dan NYY 3 x 4 mm2 dimana PP.Pool Pump ini di suplai dari SDP Basement dengan penghantar NYY 4 x 6 mm2, dan SDP Basement ini di suplai dari MDP dengan penghantar NYY 4 x 16 mm2.
Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban – beban listrik yang berada di kamar tipe PP. Pool Pump dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.10 Data beban pada PP. Pool Pump
Pembagian Beban
Beban Listrik
Jumlah
Beban Setiap Group (VA)
Group 1
Flourescent 18 W 220 V
1
81,4
Exhaust Fan 30 W 220 V
1
Group 2
Single GPO 100 VA
2
200,2
Group 3
Pump
1
1119.8
Group 4
Pump
1
1119,8
Group 5
Salt Chlorinator 200 W
2
499,4
Group 6
Waterproof Transformer 300 W
1
376,2
Group 7
Waterproof Transformer 300 W
1
376,2
Total Beban
3773
Berikut adalah Tabel analisa panel listrik untuk mengetahui rating pemutus daya dan kapasitas kabel daya menurut berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas dan sesuai dengan Tabel 2.3, dan Tabel 2.4.
Tabel 3.11 Analisa PP. Pool Pump
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
1
81,4
0,37
6
2,5
2
200,2
0,91
6
2,5
3
1119,8
5,09
6-10
2,5
4
1119,8
5,09
6-10
2,5
5
499,4
2,27
6
2,5
6
376,2
1,71
6
2,5
7
376,2
1,71
6
2,5
8
SPARE
9
3.1.4 Power Panel Lifting Pump
Perhitungan dilakukan pada objek PP.Lifting Pump yang terdekat yang terletak pada lantai Basement yang di suplai oleh PP.Lifting Pump dengan penghantar NYY 4 x 4 mm2, dimana PP.Lifting Pump ini disuplai dari SDP Basement dengan penghantar NYY 4 x 4 mm2, dan SDP Basement ini di supply dari MDP dengan penghantar NYY 4 x 16 mm2.
Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban – beban listrik yang berada di kamar tipe PP. LiftingPump dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.12 Data beban pada PP. Lifting Pump
Pembagian Beban
Beban Listrik
Jumlah
Beban Setiap Group (VA)
Group 1
Automatic Grinder Pump 1,4 Kw 380 V
1
1749
Group 2
Automatic Grinder Pump 1,4 Kw 380 V
1
1749
Total Beban
3498
Berikut adalah Tabel analisa panel listrik untuk mengetahui rating pemutus daya dan kapasitas kabel daya menurut berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas dan sesuai dengan Tabel 2.3,dan Tabel 2.4.
Tabel 3.13 Analisa Power Panel Lifting Pump
Group
Daya Beban (VA)
Arus Nominal (A)
MCB (A)
Kabel Penghantar (mm2)
1
1749
7,95
10
2,5
2
1749
7,95
10
2,5
3
SPARE
4
3.2 Analisa Perencanaan Instalasi Pencahayaan
Perencanaan instalasi khususnya pencahayaan pada basement menggunakan lampu jenis Florescent Lamp tipe Philips berdaya 36W. Sesuai dengan prinsip pencahayaan bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik, maka digunakanlah Florescent Lamp 36W karena cahaya yang dikeluarkan cukup terang serta cocok diletakkan di basement yang dapat dikategorikan gelap. Berikut ini adalah denah peletakkan titik lampu pada basement di Hotel Amaris.
Gambar 3.2 Denah Perencanaan Letak Lampu Pada Area Parkir Basement
Berdasarkan Gambar perencanaan pada area parkir dibagi menjadi 3 group. Pada Group 1 sebanyak 11 titik lampu, pada Group 2 sebanyak 8 titik, dan pada Group 3 sebanyak 8 titik lampu.Sedangkan pada ruang genset sebanyak 4 titik lampu, serta ruangan lainnya yang dibagi menjadi 4 group. Pada koridor menuju ruangan genset sebanyak 6 titik, ruang engineering sebanyak 3 titik, ruang loker sebanyak 9 titik, ruang arsip sebanyk 2 titik, ruang accounting sebanyak 4 titik, ruang penyimpanan sebanyak 5 titik, ruang office sebanyak 3 titik, ruang HRD sebanyak 3 titik seerta koridor menuju ruang HRD sebanyak 5 titik. Pada ruangan-ruangan tersebut, lampu yang digunakan adalah florescent lamp 18W hal ini berdasarkan dengan luas bidang kerja yang tidak terlalu besar.
Gambar 3.3 Denah Perencanaan Letak Lampu pada Ruangan di Basement
3.3 Analisa Perencanaan Instalasi CCTV
Perencanaan instalasi audio video khususnya CCTV pada basement dilakukan guna mengetahui segala aktivitas yg berada di Basement dan guna menunjang keamanan pada Hotel Amaris. Berikut adalah Single Line Diagram instalasi CCTV pada Hotel Amaris.
Berdasarkan Gambar perencanaan instalasi CCTV, CCTV diletakkan pada 5 titik area di basement, yang nantinya akan dimonitoring lewat LCD monitor sebanyak 2 buah. Adapun 5 titik area tersebut yaitu di area parkir basement sebanyak 3 buah, di dekat ruang penyimpanan sebanyak 1 buah, dan di dekat ruang genset sebanyak 1 buah. Berikut ini adalah denah perencanaan letak CCTV pada basement.
Gambar 3.4 Denah Perencanaan Letak CCTV pada Basement
Gambar 3.5 Single Line Diagram CCTV pada Hotel Amaris
CCTV yang diletakan di dekat ruang genset dan ruang penyimpanan berfungsi untuk memantau segala aktifitas yang terjadi termasuk memantau petugas yang akan melakukan pengecekan di kedua ruangan tersebut. Sedangkan CCTV yang diletakkan pada parkir basement berfungsi untuk menjaga dan memantau kendaraan yang diparkirkan.
Gambar 3.6 CCTV Pada Basement
3.4 Analisa Perencanaan Instalasi Sound System
Perencanaan instalasi sound system pada basement dilakukan guna memberikan informasi baik kepada pengunjung dan petugas yang berada di Basement pada Hotel Amaris. Sound System berupa Ceiling Speaker diletakkan pada 20 titik area di basement. Berdasarkan Gambar perencanaan instalasi sound system, adapun 20 titik area tersebut yaitu di area koridor basement sebanyak 3 buah, di area parkir basement sebanyak 8 buah, di ruang HRD sebanyak 1 buah, ruang accounting sebanyak 1 buah, office serta locker masing-masing 1 buah. Dan sisanya terdapat di koridor menuju ruang HRD sebanyak 2 buah. Kabel yang digunakan pada instalasi sound system ini yaitu kabel NYMHY 2x1.5 mm2. Berikut ini adalah Single Line Diagram dan denah perencanaan letak sound system pada basement.
Gambar 3.7 Denah Perencanaan Letak Speaker pada Basement
Gambar 3.8 Single Line Diagram Sound System pada Hotel Amaris
Peletakkan Ceiling Speaker pada Basement hanya bertujuan untuk memberikan segala macam informasi suara kepada pengunjung ataupun petugas yang berada di basement. Informasi suara diberikan melalui mikrofon yg nantinya akan diseimbangkan terlebih dahulu melalui audio mixer dan kemudian dikirim menuju power amplifier yang berfungsi untuk menguatkan sinyal audio setelah mengalami proses mixing. Sinyal yang diterima akan dikuatkan untuk kemudian diumpankan ke speaker melalui Electronic Distribution Panel.
Gambar 3.9 Ceiling Speaker pada Basement
3.5 Analisa Perencanaan Instalasi Fire Alarm
Perencanaan instalasi fire alarm pada basement dilakukan guna memberikan sinyal atau indikasi jika terjadi kebakaran di Basement pada Hotel Amaris. Fire alarm pada basement berupa Heat Detector, Smoke Detector, dan Alarm Bell yang berfungsi untuk memberikan tanda berupa suara jika terjadi kebakaran. Smoke detector dan heat detector diletakkan di beberapa titik area di basement. Heat detector atau pendeteksi panas diletakkan pada ruangan yang sering atau berpotensi mengalami kenaikan temperatur secara cepat sedangkan smoke detector atau pendeteksi asap diletakkan pada ruangan yang sangat rentan terjadi kebakaran.
Berdasarkan Gambar perencanaan, adapun titik-titik area yang dimaksud yaitu di ruangan genset terdapat 1 buah heat detector, di koridor menuju ruang genset dan ruang pompa terdapat 2 buah smoke detector, di ruang pompa terdapat 1 buah heat detector, di ruang engineer terdapat 1 buah heat detector, di koridor dan ruang HRD terdapat 4 buah smoke detector, di ruang accounting, arsip, office, ruang mushola, ruang gas, dan loker masing-masing terdapat 1 buah smoke detector, sedangkan pada parkir basement terdapat 15 heat detector. Kabel yang digunakan pada instalasi fire alarm ini yaitu kabel NYYHY 2x1.5 mm2. Berikut ini adalah Single Line Diagram dan denah perencanaan letak fire alarm pada basement.
Gambar 3.10 Denah Perencanaan Letak Fire Alarm pada Basement
Gambar 3.11 Single Line Diagram Fire Alarm pada Hotel Amaris
Pada ruang genset dan ruang pompa terdapat 1 buah heat detector, ini karena ruang genset dan ruang pompa rentan terhadap kenaikan suhu dan temperatur yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Kenaikan suhu yang drastis tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran. Sedangkan pada parkir basement terdapat beberapa heat detector guna mendeteksi kenaikan suhu dari kendaraan yang diparkirkan. Smoke detector yang diletakkan di beberapa ruangan seperti ruang HRD, office, arsip, dan ruang accounting berfungsi untuk mendeteksi jika ada asap yang masuk ke dalam ruangan tersebut sehingga dapat memberikan tanda atau sinyal kepada petugas yang sedang berada di dalam ruang tersebut, selain itu karena ruangan-ruangan tersebut sangat rentan sehingga perlu dipasang smoke detector yang lebih sensitif dibanding dengan heat detector yang hanya memberikan tanda jika terjadi kenaikan suhu yang terjadi secara tiba-tiba.
Gambar 3.12 Smoke Detector dan Heat Detector pada basement
3.6 Analisa Perencanaan Sistem Sirkulasi Kolam Renang
Perencanaan sistem sirkulasi kolam renang pada Hotel Amaris mencakup perencanaan sistem perpipaan dan sistem pencahayaannya. Kolam renang di Hotel Amaris terletak pada lantai satu.
Sistem Sirkulasi Kolam Renang
Sistem sirkulasi kolam renang menggunakan sistem overflow atau dengan sistem air yang melimpah dimana air kolam yang melimpah tersebut tumpah kedalam saluran yang berada di sisi luar kolam yang disebut gutter overflow. Dalam Sistem Overflow diperlukan adanya Balancing Tank. Yang berfungsi menyaring air yang tumpah tersebut untuk disalurkan kembali ke kolam renang. Pipa Gutter Overflow dan Balancing tank diletakkan terpisah dari kolem renang yaitu pada ruang pompa ground floor Hotel Amaris. Berikut adalah detail dari ruang pompa pada Hotel Amaris.
Gambar 3.13 Detail Sistem Sirkulasi Kolam Renang
Dari Gambar di atas dapat dijelaskan mengenai sistem sirkulasi kolam renang yaitu air dari Balancing Tank dihisap masuk ke Pompa yang kemudian masuk kedalam Sand Filter dan air yang kembali lagi masuk kedalam kolam melalui Inlet Fitting, begitu seterusnya. Berikut ini adalah single line diagram sistem kolam renang..
Gambar 3.14 Ruang Pompa pada Basement
Gambar 3.15 Balancing Tank
Sistem Pencahayaan Kolam Renang
Sistem pencahayaan kolam renang menggunakan lampu kolam renang dengan tipe Lumascape berdaya 50 W 12 V sedangkan kabel penghantar yang digunakan yaitu NYYHY 2x6 mm2 dan NYYHY 2x4 mm2. Fungsi lampu pada kolam renang selain sebagai pencahayaan juga berfungsi untuk memberikan unsur keindahan. Berdasarkan Gambar perencanaan pada kolam renang anak-anak terdapat 3 titik lampu sedangkan pada kolam renang dewasa terdapat 8 titik lampu. Berikut adalah denah letak lampu pada kolam renang.
Gambar 3.16 Denah Perencanaan Letak Lampu Kolam Renang
Gambar 3.17 Single Line Diagram Sistem Sirkulasi Kolam Renang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil oleh penulis setelah melakukan studianalisa perencanaan instalasi listrik di Hotel Amaris Teuku Umar Bali adalah :
Penerapan bentuk fisik sarana kelistrikan bangunan di Hotel Amaris telah sesuai dengan Gambar perencanaan yang telah disetujui.
Prosedur atau sistem pelaksanaan dan pengawasan proyek Hotel Amaris telah berjalan dengan baik serta sesuai dengan perencanaan.
Sistem kelistrikan pada Hotel Amaris setelah melalui analisa dan perhitungan, didapat hasil yaitu sebagai berikut:
Rating circuit breaker yang dapat digunakan pada fuse box pada tiap panel pada basement setelah dilakukan perhitungan yaitu sebesar 6-10 A.
Kabel daya yang dapat digunakan untuk beban pada setiap panel setelah dilakukan perhitungan dan analisa sesuai dengan kebiijakan atau standar KONSUIL yaitu 2,5 mm2.
Perencanaan instalasi CCTV pada basement diletakkan pada 5 titik area, yang nantinya akan dimonitoring lewat LCD monitor sebanyak 2 buah.
Perencanaan instalasi Sound System pada basement berupa Ceiling Speaker yang diletakkan pada 20 titik area di basement.
Perencanaan instalasi Fire Alarm pada basement yang digunakan yaitu Heat Detector yang diletakkan di beberapa area seperti ruang genset, pompa, dan parkir. Sedangkan smoke detector diletakkan di beberapa area seperti office, loker, ruang arsip, dan accounting.
Perencanaan instalasi khususnya pencahayaan pada basement menggunakan lampu jenis Florescent Lamp tipe Philips berdaya 36W dan dibagi menjadi 3 Group.
Sistem sisrkulasi kolam renang pada Hotel Amaris menggunakan sistem Overflow. Sedangkan pencahayaan pada kolam renang menggunakan lampu tipe Lumascape berdaya 50W 12V.
4.2 Saran
Sebaiknya dilakukan perencanaan, perhitungan, dan pemeliharaan kabel yang matang dan secara berkala guna mengantisipasi arus berlebih diluar kemampuan hantar arus dari penghantar akibat penambahan beban listrik, guna mencegah kerusakan isolasi penghantar oleh panas yang timbul ketika penghantar dialiri arus diluar KHA dari kabel. Sangat pentingnya dilakukan perencanaan instalasi keamanan dan audio video yang tepat sebelum dilakukan pemasangan suatu instalasi listrik, guna meningkatkan kenyamanan dan mencegah hal yang tidak diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Yayasan PUIL.
baqin, n.d. Metode Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik. Menyatukan Yang Berserakan.
Instalasi Penerangan: Teori Dasar Pencahayaan, 2008. . Instal. Penerangan.
Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik [WWW Document], n.d. URL http://www.geocities.ws/kelistrikan/powercable.htm (accessed 10.1.14).
Lukmantara, A., 2014. Contruction, Mechanical and Electrical Engineering: SISTEM TATA SUARA (SOUND SYSTEM). Contruction Mech. Electr. Eng.
Mismail, Budiono, 1995. Rangkaian Listrik. ITB, Bandung.
NYFGbY " Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL http://www.kabellistrik.com/product/nyfgby-2/ (accessed 10.23.14).
NYM " Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL http://www.kabellistrik.com/product/nym-2/ (accessed 10.23.14).
NYY " Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL http://www.kabellistrik.com/product/nyy-2/ (accessed 10.23.14).
Saadat, H., 1998. Power System Analysis, Har/Dsk Su edition. ed. Mcgraw-Hill College, Boston.
Setiawan, E., Harten, P.V., 1986. Instalasi Listrik Arus Kuat. Binacipta, Jakarta.
Waluyanti Sri, n.d. INSTALASI SISTEM AUDIO VIDEO.