Mekanisme Kerja Jantung Felicia Ananda Baeha Waruwu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana B1 / 102011410
[email protected] Pendahuluan Jantung adalah salah satu bagian dalam tubuh manusia yang mempunyai funsi memompakan darah ke seluruh tubuh. Darah inilah yang akan membawa nutrisi, oksigen, dan karbondioksida dalam proses metabolisme tubuh kita. Jika jantung mengalami masalah, maka sistem sirkulasi dalam tubuh juga pastinya akan terganggu. Jantung manusia terbagi atas empat ruangan yaitu atrium kanan-kiri dan ventrikel kanan dan kiri. Selain itu juga ada banyak pembuluh vena dalam jantung manusia yang membawa atau mengembalikan darah yang beredar di seluruh tubuh manusia. Jantung akan teus berdetak dan tak akan pernah berhenti. Jika jantung berhenti, maka kehidupan pun juga akan berhenti. Darah tidak lagi mengalir di dalam tubuh kita. Karena itu, jika jantung kita mengalamui gangguan, maka sirkulasi dalam tubuh juga akan terganggu. Jantung harus dijaga agar tetap dalam keadaan baik. Tinjauan Pustaka 1. Histologi Sistem Jantung dan Darah Sistem sirkulasi terdiri atas sistem vaskular darah dan sistem limfatik. Sistem vaskular darah terdiri atas terdiri dari jantung, darah, kapiler, dan vena. Jantung adalah organ yang mempunyai peranan sebagai pemompa darah ke bagian tubuh yang lain. Arteri adalah serangkaian pembuluh aferen yang akan makin mengecil sewaktu bercabang. Arteri berfungsi untuk mengalirkan darah, oksigen, dan nutrisi ke jaringan. Kapiler adalah suatu pembuluh darah terkecil yang berupa suatu jalinan halus yang saling beranostomosis dan dindingnya merupakan tempat berlangsungnya pertukaran zat antara darah dan jaringan. Vena adalah pembuluh darah yang mempunyai ukura yang akan semakin membesar sewaktu pembuluh masuk mendekati jantung, sambil membawa darah ke jantung untuk dipompa keluar. Sistem sirkulasi biasanya dibagi juga atas mikrovaskular dan makrovaskular. Makrovaskular adalah pembuluh dengan diameter yang lebih dari 0,1 mm (arteriol besar, arteri muskular dan elastis,
vena muskular). Mikrovaskular adalah pembuluh darah yang hanya dapat dilihat oleh mikroskop. Mikrovaskular adalah tempat terjadinya pertukaran antara darah dan jaringan sekitar pada keadaan normal dan ketika terjadi suatu peradangan.1 Kapiler memiliki variasi struktural yang memungkinkan berbagai tingkat pertukaran metabolik antara darah dan jaringan sekitarnya. Kapiler disusun oleh selapis sel endotel yang tergulung untuk membentuk suatu saluran. Diameternya rata-rata 7-9 µm dengan panjang kurang lebih 50 µm. Total panjang kapiler tubuh manusia adalah 96.000 km. Di sejumlah tempat sepanjang kapiler dan venula pascakapiler, terdapat sel-sel yang berasal dari mesenkim dengan cabang-cabang sitoplasma panjang yang mengelilingi sebagian sel endotel. Sel-sel ini disebut sebagai sel perisit. Saat terjadi cedera jaringan, perisit akan berpoliferasi dan berdiferensiasi membentuk suatu pembuluh darah baru di sel-sel jaringan ikat sehingga akan ikut berpartisipasi dalam proses pemulihan. Kapiler terbagi atas empat macam, yaitu kapiler kontinu (somatik), kapiler berfenesta (viseral), kapiler yang ada di ginjal, dan kapiler sinusoid tak utuh.1 Kapiler kontinu ditemukan di semua jenis jaringan otot, jaringan ikat, kelenjar esokrin, dan jaringan saraf. Di beberapa tempat, yang tidak disusun saraf, banyak vesikel pinositotik terdapat pada kedua permukaan sel endotel. Vesikel penositotik juga dijumpai dalam sitoplasma sel secara terpisah. Gelembung-gelembung itu terjadi karena invaginasi membran sel selama proses minumnya sel yang dikenal sebagai pinositosis. Berfungsi untuk mentranspor makromolekul melintasi sitoplasma endotel dalam dua arah. Ciri-ciri lainnya adalah sitoplasma dari sel endotelnya tebal di daerah nukleus, tetapi menipis di daerah lain. Mengandung organel yang umum untuk banyak sel lainnya, serta sejumlah besar gelembung pinosit.
Gambar 1. Kapiler Kontinu2
Kapiler berfenestra ditandai dengan adanya fenestra berukuran besar di dinding sel endotel, ditutupi oleh diafragma yang lebih tipis dari membran sel. Diafragma ini tidak memiliki struktur trilaminar dari unit embran. Lamina basal di kapiler berfenestra bersifat kontinu. Banyak ditemui di jaringan tempat berlangsungnya pertukaran zat secara tepat antara jaringan dan darah, seperti di ginjal, usus, dan kelenjar endikrin. Pada suatu percobaan, makromolekul yang disuntikkan ke dalam aliran darah dapat menembus dinding kapiler melalui fenestra dan masuk ke celah-celah jaringan.
Gambar 2. Fenestra kapiler 3 Kapiler jenis ketiga secara khas dijumpai di glomerulus ginjal. Kapiler ini adalah kapiler yang berfenestra tanpa diafragma. Pada jenis ini kapiler darah dipisahkan dari jaringan hanya oleh sebuah lamina basal yang sangat tebal dan utuh, yang terletak dibawah fenestra. Kapiler sinusoid tak utuh memiliki ciri (1) kapiler berkelok-kelok dengan diameter yang besar (30-40 µm yang melambatkan aliran darah. (2) Sel endotel membentuk lapisan diskontinu dan dipisahkan satu sama lain oleh celah-celah lebar. (3) sitoplasma sel endotel memiliki banyak fenestra tanpa diafragma. (4) makrofag terdapat diantara atau diluar sel-sel endotel. (5) lamina basal yang tidak utuh. Kapiler sinusoid ini terutama dijumpai di dalam hati dan organ hematopoietik seperti sumsum tulang dan limpa. Pertukaran antara darah dan jaringan sangat dipermudah oleh struktur dinding kapiler.1,4
Gambar 3. Kapiler sinusoid5
Kapiler akan beranostomosis secara bebas, membentuk suatu jalinan luas yang menghubungkan arteri dan vena kecil. Arteriol akan bercabang menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang dikelilingi oleh lapisan otot polos yang tidak utuh, yakni metarteriol. Metateriol akan bercabang menjadi kapiler-kapiler. Konstriksi metarteriol akan membantu pengaturan aliran darah dalam kapiler bila aliran darah tidak diperlukan seluruhnya dalam jaringan tersebut di semua jaringan kapiler. Di jaringan tertentu terdapat anostomosis arteriovenosa yang memungkinkan arteriol mencurahkan isisnya langsung ke dalam venula. Hal ini adalah mekanisme tambahan yang ikut mengatur sirkulasi kapiler. Interkoneksi ini banyak terdapat di otot rangka, kulit tangan, dan kulit kaki. Bila pemmbuluh anostomosis arterovenosa berkontraksi, seluruh darah harus melewati jaringan kapiler. Bila pembuluh berelaksasi sebagian darah akan secara langsung mengalir ke dalam vena dan tidak perlu mengalir melalui kapiler. Aliran kapiler dikendalikan oleh stimulasi neural dan hormonal. Luasnya jaringan kapiler berhubungan dengan aktivitas metabolik jaringan tersebut. Jaringan dengan tingkat laju metabolisme tinggi (ginjal, hati, otot jantung, dan otot rangka) memiliki jalinan kapiler yang luas; kebalikannya berlaku bagi jaringan dengan laju metabolisme yang rendah (otot polos dan jaringan ikat padat). 1 Pembuluh darah umunya terdiri oleh tiga lapisan yaitu tunika intima, media, dan adventisia. Tunika intima terdiri atas satu lapis sel endotel yang ditopang oleh lapisan subendotel jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot polos. Pada arteri, intima akan dipisahkan dari tunika media oleh lamina elastika interna, yaitu komponen terluar intima. Lamina ini memiliki celah-celah (fenestra) yang memungkinkan terjadinya difusi zat untuk memberikan nutrisi ke sel-sel bagian dalam dinding pembuluh. Tunika media terdiri atas lapisan konsentris sel-sel otot polos yang tersusun secara berpilin. Diantara sel-sel otot polos ini terdapat serat dan lamela elastin, serat retikulin, proteoglikan, dan glikoprotein dalam jumlah yang bervariasi. Sel otot polos menjadi sumber sel dari matriks ekstrasel ini. Pada arteri, tunika ini memiliki lamina elastika eksterna yang lebih tipis, yang memisahkannya dari tunika adventisia. Tunika adventisia terdiri atas serat kolagen dan elastin. Kolagen dalam adventisia berasal dari tipe I. Lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat organ tempat pembuluh darah berada. 1,4
Gambar 4. Pembuluh darah 6
Pembuluh besar umumnya memiliki vasa vasorum yang berupa arteriol, kapiler atau venula, yang bercabang-cabang dalam adventisia dan tunika media bagian dari luar. Vasa vasorum akan membawa nutrisi ke tunika adventisia dan tunika media karena pada pembuluh darah besar, lapisannya terlalu tebal untuk mendapat makanan secara difusi dari darah yang mengalir di dalam lumennya. Vasa vasorum lebih banyak dijumpai di vena daripada arteri. Pada arteri berdiameter sedang dan besar, tunika intima dan tunika media bagian dalam tidak memiliki vasa vasorum. Lapisan-lapisan ini mendapat oksigen dan nutrien melalui difusi dari darah yang beredar di dalam lumen pembuluh tersebut.
Gambar 4. Pembuluh darah 6 Pembuluh darah terdiri atas dua macam, yaitu vena dan arteri. Arteri bisa dibagi lagi atas arteriol, arteri elastis dan arteri muskular. Arteri elastis adalah arteri yang mempunyai dinding dengan banyak lapisan elastin berfenestra pada tunika medianya. Pembuluh ini diregangkan terutama saat jantung berkontraksi (sistole). Penguncupan akibat kelenturan dindingnya selama diastoleberfungsi sebagai pompa tambahan untuk mempertahankan aliran agar tetap meskipun jantung berhenti berdenyut untuk sesaat. Tunika intimanya disusun oleh endotel, epitel gepeng, dipisahkan dari elastika interna oleh jaringan ikat longgar dengan sedikit fibroblas, kadang sel otot polos maupun serat kolagen halus. Endotel merupakan lapis pembatas halus bagi pembuluh dan sawar difusi selektif partial antara darah dan tunika luar dari dinding pembuluh. Sel endotel bertaut berdampingan saling melekat melalui taut kedap dan kadang taut rekah. Selnya mengandung susunan organel umum yang berkumpul dibagian sitoplasma. Tunika media arteri elastis terdiri atas banyak lamel elastis konsentris dengan fenestra yang berselang-seling dengan lapis tipis yang terdiri atas sel otot polos terorientasi melingkar, serat kolagen dan elastin dalam proteoglikan matriks ekstrasel. Lamel elastis dan unsur ekstrasel lain disekskresikan oleh sel otot polos. Elastika internanya juga tidak begitu
terlihat. Tunika adventisianya relatif tipis dan terdiri atas fibroblas, berkas memanjang serat kolagen, dan anyaman longgar serat elastin halus.7 Arteri muskular mencakup arteri bronkial, femoral, radial, dan poplitea dan cabangcabangnya. Tunika intima lebih tipis dibanding tunika intima pada arteri elastis. Di luar intima, pada potongan melintang, terdapat elastika interna jelas terlihat yang sering tampak berombak akibat kontraksi media pembuluh. Endotel akan menyesuaikan dirinya dengan elastika interna yang berombak dan menjulurkan tonjolan melalui tingkapnya untuk bertaut pada sel otot polos paling dalam dari media. Fenestra dari elastika interna diduga juga penting untuk nutrisi media yang avaskular serta memungkinkan difusi molekul kecil dari lumen. Taut rekah yang dibentuk oleh cabang-cabang sel yang menerobos fenestra bergungsi untuk mempertahankan hubungan metabolik endotel dengan otot polos media.Masing-masing sel media dibungkus oleh lamina basalis khas. Cabang-cabang pendek meluas melalui lubang-lubang pada lapisan ini untuk membentuk taut rekah dengna sel sebelah. Taut tahanan-rendah ini penting untuk membentuk taut rekah dengan sel sebelah. Taut tahananrendah penting untuk koordinasi kontraksi otot di tunika media. Dengan pewarnaan perak, sel-sel itu tampak dikelilingi oleh anyaman serat retikulan. Pada mikrograf elektron, tampak sebagai berkas-berkas serabut kolagen halus dalam ruang intersel sempit. Serabut yang lebih kecil dalam media dihasilkan oleh sel otot polos sedangkan yang lebih besar, dalam adventisia, dibentuk oleh fibroblas. Media juga mengandung serta elastin halus yang terutama terorientasi melingkar. Elastika eksterna sering tampak sebagai lamina utuh pada batas media dan adventisia. Pada permukaan luar terdapat fasikel kecil akson saraf tanpa mielin, ada yang mengandung akumulasi mitokondria dan banyak vesikel sinaps. Saraf itu tidak memasuki media namun agaknya berakhir pada elastika eksterna. Stimulasi saraf pada sel-sel otot polos sudah jelas tergantung pada difusi neurotransmiter melalui fenestra lapis elastin ini. Depolarisasi sel-sel otot polos perifer yang diakibatkan disebarkan ke seluruh media melalui taut rekah diantara sel. Tunika adventisia dari muskular dapat lebih tebal dari media. Terdiri dari obroblas, serat elastin dan kolagen, sebagian besar terorientasi memanjang. Ia menyatu dengan jaringan ikat sekitarnya tanpa batas yang jelas, susunannya yang longgar dan unsurnya yang terutama terorientasi memanjang tidak banyak menahan perubahan diameter pembuluh dalam vasokontriksi ataupun vasodilatasi. Arteriol merupakan segmen sirkulasi yang secara fisiologis merupakan unsur utama bagi tahanan perifer terhadap aliran yang mengatur tekanan darah. Tunika intima terdiri atas endotel utuh dan lapisan subendotel yang sangat tipis terdiri dari serat retikulin dan serat elastin. Pada arteriol yang lebih besar terdapat elastika interna yang lebih tipis. Pada arteriol yang lebih besar tunika media terdiri atas dua
lapis sel otot polos, namun pada arteriol yang lebih kecil hanya terdapat satu lapis otot polos dan sel itu masing-masing mengelilingi sel endotel. Serat kolagen dan sedikit fibroblas menyusun tunika adventisia yang sangat tipis. 7 Badan karotis yang terletak di dekat bifurkatio arteri karotis komunis adalah kemoreseptor yang sensitif terhadap konsentrasi karobondioksida dan oksigen dalam darah. Struktur ini mendapat banyak suplai darah dari jaringan kapiler berfenestra, yang mengelilingi sel tipe I dan sel tipe II. Sel tipe I mengandung banyak vesikel berinti padat yang menimbun dopamin, serotonin, dan adrenalin. Sel tipe II adalah sel penyokong. Kebanyakan saraf di badan karotis adalah serabut aferen. Badan karotis sensitif terhadap tekanan oksigen yang rendah, konsentrasi karbondioksida yang tinggi, pH darah arteri yang rendah. Sinus karotikus adalah pelebaran kecil di arteri karotis interna Sinus-sinus ini mengandung baroreseptor yang mendeteksi perubahan tekanan darah dan meneruskan informasi ke SSP. Tunika media arteri di sinus lebih tipis sehingga memnugkinkan sinus berespon terhadap perubahan tekanan darah. Tunika intima dan adventisia banyak mengandung ujung saraf. Impuls saraf aferen diproses di otak untuk mengendalikan vasokontriksi dan memperthankan tekanan darah.1 Venula pascakapiler dan kapiler akan berpartisipasi dalam proses pertukaran antara darah dan jaringan. Tunika intimanya terdiri atas endotel dan lapisan subendotel yang sangat tipis. Tunika media pada venula kecil mungkin hanya mengandung perisit kontraktil. Pembuluh-pembuluh ini disebut venula pascakapiler atau venula perisit. Kebanyakan venula mengandung otot dan venula sekurang-kurangnya memiliki beberapa otot polos dalam dindingnya. Venula pasca kapiler memiliki sejumlah ciri yang sama dengan kapiler, misalnya berpartisipasi dalam respon peradangan dan pertukaran sel dan molekul antara darah dan jaringan. Venula juga dapat memengaruhi aliran darah di dalam arteriol dengan menghasilkan dan menyekresi zat vasoaktif yang dapat berdifusi. Sebagian besar vena berukuran kecil atau sedang. Tunika intima umumnya memiliki lapisan subendotel tipis, bahkan kadang tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil serabut otot polos yang berbaur dengan serat retikulin dan jalinan halus serat elastin. Tunika adventisia dengan kolagennya berkembang dengan baik. Pembuluh vena besar dekat jantung adalah vena besar. Vena besar memiliki tunika intima yang berkembang baik, namun tunika medianya lebih tipis, dengan beberapa lapisan sel otot polos dan sejumlah besar jaringan ikat. Tunika adventisianya adalah lapisan yang paling tebal dan paling berkembang dari ketiga lapisan lainnya. Vena ini, terutama yang besar, dapat memiliki katup. Katup terdiri atas dua lipatan semilunar dari tunika intima, yang menonjol ke dalam lumen. Katup terdiri atas jaringan ikat dengan banyak serat elastin dan
dilapisi kedua sisinya oleh endotel. Katup ini mengarahkan aliran darah vena ke arah jantung. Daya dorongnya diperkuat oleh kontraksi otot-otot rangka yang mengelilingi vena ini.1 Jantung adalah organ berotot yang berkontraksi secara ritmik, yang memompa darah melalui sistem sirkulasi. Jantung juga berfungsi untuk menghasilkan sebuah hormon yang disebut faktor natriuretik atrium. Dindingnya terdiri atas tiga tunika yaitu endokardium, miokardium, dan perikardium. Endokardium bersifat homolog dengan intima pembuluh darah. Endokardium terdiri atas selapis sel endotel gepeng, yang berada di atas selapis tipis subendotel jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastin dan kolagen, selain sel otot polos. Yang menghubungkan miokardium pada lapisan subendotel adalah selapis jaringan ikat yang mengandung vena, saraf, dan cabang dari sistem penghantar-impuls jantung (sel purkinje). Miokardium adalah tunika yang paling tebal dari jantung dan terdiri atas sel otot jantung yang tersusun dalam lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung dalam pilinan yang rumit. Sejumlah lapisan besar ini akan berinsersi ke dalam skeleton fibrosa jantung. Susunan sel otot ini sangat bervariasi sehingga sediaan hsitologi dari sebagian kecil daerahnya, akan memperlihatkan sel-sel yang tersusun dalam berbagai arah. Bagian luar jantung dilapisi oleh epitel selapis gepeng yang ditopang oleh selapis tipis jaringan ikat yang membentuk epikardium. Epikardium dapat disetarakan dengan lapisan viseral perikardium, yaitu membran serosa tempat jantung berada. Diantara lapisan viseral dan lapisan parietal, terdapat sejumlah kecil cairan yang memudahkan pergrakan jantung. Katup jantung terdiri atas jaringan ikat fibrosa padat di pusat, yang dilapisi kedua sisinya oleh lapisan endotel. Dasar katup melekat pada anulus fibrosis di skeleton fibrosa.1,4
Gambar 5 Lapisan Jantung8 Jantung mempunyai sistem khusus untuk membangkitkan stimulus ritmik yang tersebar di seluruh miokardium. Sistem ini terdiri atas dua nodus yang terletak di atrium, yaitu nodus sinoatrial (SA) dan nodus atrioventrikular (AV), serta berkas atrioventrikular. Berkas atrioventrikular berasal dari nodus AV dan bercabang ke kedua ventrikel. Sel-sel dari sistem penghantar impuls secara fungsional disatukan oleh taut celah. Nodus SA merupakan
massa sel otot jantung yang termodifikasi, berbentuk fusiform, serta lebih kecil dari sel otot atrium. Nodus ini memiliki ebih sedikit miofibril. Sel-sel nodus AV serupa dengan sel nodus SA, namun juluran sitoplasmanya bercabang ke berbagai arah, dan membentuk jalinan. Berkas AV dibentuk oleh sel-sel yang serupa dengan nodus AV. Akan tetapi, ke arah distal, sel ini akan menjadi lebih besar dari sel otot jantung biasa dan memiliki tampilan tersendiri. Sel purkinje memiliki satu atau dua inti di pusat dan sitoplasmanya kaya akan mitokondria dan glikogen. Miofibrilnya jarang ditemui dan terutama terdapat pada di bagian tepi sitoplasma. Setelah menyusuri lapisan subendokardium, miofibril memasuki ventrikel dan membentuk lapisan intramiokardium. Susunan ini penting karena memungkinkan stimulus mencapai lapisan terdalam otot ventrikel.1
2. Anatomi Sistem Jantung dan Peredaran Darah Jantung adalah organ berongga dan berotot seukuran kepalan. Organ ini terletak di rongga toraks sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) di sebelah anterior dan vertebra (belakang) di posterior. Jantung memiliki dasar lebar di bagian atas dan meruncing membentuk titik di ujungnya (apeks) di bagian bawah. Jantung terletak menyudut di bawah sternum sedemikian sehingga dasarnya terutama terletak di kanan dan apeks di kiri sternum. Ketika jantung berdenyut kuat, apeks sebenarnya memukul bagian dalam dinding dada di sisi kiri. Jantung dilindungi oleh suatu lapisan yang disebut perikardium. Perikardium adalah kantong yang berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum, dan pleura yang membungkus paru. Lapisan pertama perikardium adalah lapisan fibrosa luar pada perikardium tersusun dari serabut kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk melindungi jantung. Pericardium fibrosa merupakan kantong berbentuk conus, ke superior menyempit dan melanjut sebagai lapisan luar pembuluh darah besar dan fascia pretrachealis, ke arah inferior melekat pada centrum tendineum dan pars muscularis diaphragma sinistra. Pericardium
fibrosa
melekat
pada
dataran
posterior
sternum
lewat
ligamentum
pericardiacosternalis superior yang berhubungan dengan ujung superior corpus sternum dan ligamentum pericardiacosternalis inferior yang berhubungan dengan ujung inferior corpus sterni. Pembuluh darah yang terbungkus oleh pericardium fibrosa adalah aorta, vena cava superior, arteri pulmonalis dextra dan sinistra serta keempat Vv. Pulmonales. Lapisan kedua adalah serosa dalam yang juga terdiri dari dua lapisan yaitu membran viseral (epikardium) yang menutup permukaan jantung dan membran parietal yang melapisi permukaan bagian
dalam fibrosa perikardium. Pericardium serosa merupakan kantung tertutup yang berhubungan dengan pericardium fibrosa dan invaginasi jantung sehingga terbentuk pars parietalis dan pars visceralis. Pars visceralis (epicardium) membungkus jantung dan pembuluh darah besar, dan pada pembuluh darah ini, pars visceralis mengadakan reflexi (pelipatan balik) menjadi pars parietalis yang berbatasan superior dengan pericardium fibrosa. Rongga perikardial adalah ruang antara membran viseral dan parietal. Ruang ini mengandung cairan perikardial yang disekresi lapisan serosa untuk meumasi membran dan mengurangi friksi. 9,10 Jantung terbagi atas paruh kanan dan kiri dengan empat buah rongga. Rongga-rongga tersebut adalah atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium akan menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke ventrikel yang memompa darah dari jantung. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh suatu septum. Septum adalah partisi kontinu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Septum jantung yang memisahkan atrium kanan dan kiri dinamakan septum intratial. Septum jantung yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri dinamakan septum interventrikular. Atrium mempunyai dinding yang relatif tipis. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru. Pada atrium kanan dapat ditemui beberapa bagian lubang yaitu ostium vena cafa inferior et superior, sinus koronarius, dan foramina venarum minimarum. Ostium vena cafa superior adalah muara dari vena cava superior pada bagian superior posterior dari sinus venarum, lubangnya menghadap ke inferior dan anterior sehingga darah tidak akan langsung menuju ke ostium atrioventricularis dextra. Ostium ini tidak mempunyai valvula (katup). Ostium vena cafa inferior adalah muara dari vena cava inferior pada bagian inferior sinus venarum dekat septum interatriorum. Ostium ini lebih besar dari yang superior dan menghadap ke superior posterior, yang berfungsi mengarahkan darah ke fossa ovalis(pada sirkulasi darah janin). Ostium ini mempunyai valvula yang disebut valvula vena cafa inferor (valvula Eustachii). Valvula ini terjadi dari peninggian lipatan endocardium yang melekat pada sisi ventral dan sinistra tepi ostium vena cava inferior. Tepi bebas valvula cekung dan ujungnya berakhir sebagai 2 cornu. Cornu yang sinistra melanjut pada tepi ventral limbus fossa ovalis, sedangkan cornu yang dextra meluas pada dinding atrium. Sinus coronarius bermuara pada atrium dextra di antara vena cava inferior dan foramen atrioventricularis dextra. Sinus ini berfungsi mengembalikan darah dari substansia otot jantung. Mempunyai katup yang disebut valvula sinus koronarius (valvula Thebessi). Valvula ini hanya satu, berbentuk semilunaris, merupakan lipatan lapisan
membran atrium dan melekat pada labium inferior dan dextra dari sinus coronarius. Bentuk valvula ini dapat juga berbentuk cribriformis atau ganda. Valvula ini akan menutup pada waktu atrium dextra berkontraksi sehingga darah tidak dapat masuk ke dalam sinus coronarius. Foramina venarum minimarum ini merupakan muara dari vv. Cordis minimae (vena Thebessi) yang langsung bermuara ke dalam atrium dextra. Satu lubang muara yang besar biasanya dapat dilihat pada dinding septum.10 Pada bagian ventrikulus dextra terdapat ostium atrioventricularis dextra, ostium truncus pumonalis, dan trabacula carnae. Ostium atrioventricularis dextra merupakan apertura berbentuk oval dengan diameter 4 cm, dikelilingi oleh cincin fibrosa yang kuat dan padanya melekat valvula tricuspidalis. Valvula tricuspidalis (valvula atrioventricularis dextra) mengelilingi ostium dengan lembaran tipis seperti daun yang mengarah ke ventrikel. Valvula tricuspidalis terdiri dari 3 daun yang disebut cuspis. Cuspis anterior (cuspis ventralis/ cuspis infundibulum) melekat pada dinding anterior conus arteiosus, Cuspis posterior (cuspis dorsalis/cuspis marginalis) dan cuspis medialis (cuspis septalis) melekat pada dinding septum ventrikel. Permukaan atricel dari cuspis licin, ditutupi endocardium dari atrium, sedang permukaan vetriculairnya ireguler, tepi bebasnya bergerigi dan dilekati oleh chorda tendinae. Chorda ini berfungsi untuk mencegah tekanan balik dan regurgitasi darah ke dalam atrium selama fase sistolik. Chorda ini melekat pada apex dan bagian tepi facies ventricularis dari cuspis, sedang ujung lain melekat pada dinding muscularis. Chorda ini umumnya melekat pada trabekula yang dikenal sebagai m. papillaris. Ostium truncus pumonalis merupakan lubang bulat terdapat pada puncak conus arteriosus. Ostium ini terletak di sebelah superior dan sinistra dari ostium atrioventricularis dextra dan menutupi septum interventricularis. Pada ostium ini terdapat valvula pulmonalis yang terdiri dari 3 cuspis semilunaris yang dibentuk oleh duplicatuut endocardium dan diperkuat oleh jaringan ikat fibrosa. Cuspis melekat pada dinding pembuluh darah yang mempunyai tepi yang bebas dan cekung. Di posterior cuspis terdapat runag seperti kantung disebut sinus dan tempat perlekatan antara cuspis disebut commissura. Masing-masing cuspis pada bagian tepi bebasnya terdapat penonjolan kecil disebut nodulus/corpus Arantii, sedangkan bagian dari tepi bebas cuspis disebut lunula. Trabacula carnae merupakan kumpulan otot yang ireguler yang membentuk permukaan dalam ventricel, kecuali pada daerah conus arteriosus. Trabecula ada 3 macam, yaitu : rigi sepanjang dinding ventricel, emnyilangi rongga ventricel dalam jarak pendek serta dilapisi endocardium serta sebagai m. papillaris. Permukaan dalam conus arteriosus licin dan dipersuperiori oleh rigi yang disebut crista supraventricularis. Crista ini dimulai dari dinding
dorsal berjalan ke anterior menuju ke truncus pulmonalis pada perlekatan cuspis anterior valvula tricuspidalis. Trabecula juga dibagi atas trabecula septomarginalis dan M. Papillaris. Moderator band (trabecula septomarginalis) adalah pita lengkung otot pada ventrikel kanan yang memanjang ke arah transversal dari dari septum interventrikular menuju otot papilaris anterior. Otot ini akan membantu dalam transmisi penghantaran impuls. Otot papilaris adalah penonjolan dari trabecula yang ke perlekatan kordae tendinae katup jantung.10-12 Atrium sinistra terdiri menjadi 2 bagian, yaitu (1) atrium propium (cavum principalis) yang menjadi muara 4 vv. Pulmonales, pada masing-masing sisi bermuara 2 vena. Muara vv. Pulmonales ini tidak mempunyai katup. Umumnya vv. Pulmonales bermuara pada 1 lubang. Ostium atrioventricularis sinistra ukurannya lebih kecil dibanding yang dextra dan dilekati oleh valvula mitralis. Permukaan bagian dalam atrium propium adalah halus. Pada septum interatriorum terdapat cekungan yang tepinya dibatasi oleh peninggian yang mengelilingi valvula foramen ovalis sisa dari septum primum yang bersatu menutupi lubang foramen ovale pada waktu bayi lahir. (2) Auricula sinistra yang berbentuk panjang, sempit dan lebih melengkung dibanding yang dextra. Lengkungan yang sebelah ventral mengelilingi basis truncus pulmonalis dan hanya bagian ini yang dapat terlihat pada facies sternocostalis jantung. Permukaan dalam auricula sinistra juga terdapat rigi muscular yang disebut mm. pectinati.10-12 Ventriculus sinistra ikut membentuk sebagian kecil facies sternocostalis dan separuh facies diaphragmatica. Puncaknya membentuk apex cordis. Ventriculus sinistra ini lebih panjang, lebih conus dan dindingnya tiga kali lebih tebal daripada yang dextra. Pada permukaan dalam ventriculus sinistra dapat dijumpai 2 lubang, yaitu ostium atrioventricularis sinistra dan ostium aorticus. Ostium atrioventricularis berukuran lebih kecil dibanding yang dextra dan dikelilingi oleh cincin fibrosa. Pada ostium ini melekat valvula bicuspidalis (valvula mitralis) yang terdiri dari dua cuspis degan ukuran yang tidak sama besar. Cuspis yang besar terletak di sebelah ventral dan dextra berbatasan dengan ostium aorticum disebut cuspis ventralis (cuspis anterior/cuspis aorticus). Cuspis yang kecil terletak di sebelah dorsal disebut cuspis posterior (cuspis dorsalis). Kadang-kadang dijumpai 2 cuspis kecil pada sudut pertemuan cuspis anterior dan posterior. Pada cuspis melekat chorda tendinae tetapi berjumlah lebih sedikit dibanding dextra. Trabecula carnae sama dengan yang dextra tetapi berjumlah lebih banyak dan tebal terutama di daerah apex dan dinding dorsal jantung. Mempunyai 2 mm. papilares, yaitu m. papillaris anterior yang melekat pada dinding ventral jantung dan mm. papillaris posterior melekat di sebelah dorsal. Pada ujung m. papillaris melekat m. chorda tendinae dan dari masing-masing m. papillaris chorda tendinaenya menuju
dan melekat pada kedua cuspis. Ostium aorticum merupakan lubang bulat di sebelah ventral dan dextra dari ostium atrioventicularis sinistra, mempunyai valvula semilunaris. Bagian dari ventricel yang letaknya di inferior ostium aorticum disebut vestibulum aorticum. Valvula aorticus terdiri dari 3 cuspis semilunaris yag serupa dengan valvula pulmonalis tetapi mempunyai ukuran lebih besar, lebih tebal dan kuat. Lanulanya lebih tegas serta nodulus (corpora Arantii) lebih tebal dan menonjol. Di antara cuspis dan dinding aorta terdapat pelebaran berupa kantung disebut sinus aorticus (sinus valsavae). Dari kedua sinus terdapat lubang arteri coronaria cordis. Nama cuspis berdasarkan posisi jantung di dalam tubuh, diantaranya valvula anterior, valvula posterodextra (terdapat ostium a. coronaria cordis dextra), valvula posterosinistra (terdapat a. coronaria cordis sinistra).10-12 Jantung manusia juga mempunyai dua macam katup yaitu katup trikuspid dan bikuspidalis. Katup trikuspidalis adalah katup yang terletak di atrium dan ventrikel kanan. Katup ini mempunyai tiga buah daun katup jaringan ikat fibrosa iregular yang dilapisi endokardium. Katup bikuspidalis ada diantara atrium dan ventrikel kiri. Katup ini mempunyai dua buah daun katup. Katup bikuspidalis juga sering disebut katup mitral. Katup ini melekat pada chorda tendinae dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi katup tricuspid. Katup semilunar aorta dan pulmonar terletak di luar jalur keluar ventricular hantung sampai ke aorta dan trunkus pulmonar. Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan sabit, yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh darah. Tepi bebasnya memanjang ke dalam lumen pembuluh.9 Jantung mendapat persarafan dari R. cardiacus N. vagus dan truncus sympaticus. Kedua saraf ini bergabung menjadi plexus cardiacus dan cabang-cabangnya, plexus coronarius yang berjalan bersama a. coronaria. Saraf simpatis merupakan serabut postganglionik dari medula spinalis segmen cervical dan thoracal bagian superior. Saraf parasimpatis (N. vagus) merupakan serabut preganglionik di mana ganglionnya terletak di jaringan ikat pericardium dari atrium dan di septum interatriorum). Pengaruh saraf parasimpatis yaitu nodus sinoatrialis (memperlambat frekuensi ritme nodus), myocardium (memperlemah kontraksi), fasciculus atrioventricularis (memperlambat penghantaran impuls) dan coronaria(vasokonstriksi). Pengaruh saraf simpatis yaitu nodus sinoatrialis (mempercepat frekuensi ritme nodus), myocardium (memperkuat kontraksi), fasciculus atrioventricularis (mempercepat penghantaran impuls) dan coronaria(vasosuperiori).10-12 Jantung mendapat pendarahan dari a. coronaria cordis yang merupakan cabang dari aorta ascendens. A. coronaria cordis terbagi menjai dua, yaitu a. coronaria dextra dan a.
coronaria sinistra. A. coronaria dextra timbul dari sinus aorticus anterior, mula-mula berjalan ke anterior dextra untuk muncul di antara truncus pulmonalis dan auricula dextra, kemudia berjalan inferior dextra pada sulcus atrioventricularis menuju pertemuan margo dextra dan inferior cordis, untuk kemudian berputar ke sinistra sepanjang bagian posterior jantung sampai sulcus interventricularis posterior, di mana ia beranastomosis dengan a. coronaria sinistra. Cabang-cabang a. coronaria dextra adalah (1) R. interventricularis posterior (R. descendens posterior) yang berjalan ke inferior di dalam sulcus interventricularis posterior menuju ke apex dan memberi pendarahan untuk kedua ventricel. (2) R. marginalis yang timbul pada margo dextra dan berjalan mengikuti margo acutus. Ujungnya berakhir di dekat apex pada facies posterior ventriculus dextra. Arteri ini mendarahi facies anterior dari posterior ventriculus dextra dan memberi cabang kecil ke atrium dextra, salah satu cabangnya melintas di antara atrium dextra dan vena cava superior untuk mendarahi nodus sinuatrialis (R. nodi sinuatrialis). A. coronaria sinistra timbul dari sinus aorticus posterior sinistra, berjalan ke anterior di antara truncus pulmonalis dan auricularis sinistra kemudian membelok ke sinistra menuju sulcus atrioventricularis anterior sebagai a. atrioventricularis anterior, kemudian berjalan ke posterior mengelilingi margo sinistra untuk berjalan bersama sinus coronarius sampai sejauh sulcus interventricularis posterior sbagai a. interventricularis posterior di mana ia akan bernastomosis dengan yang dextra. Cabang-cabang a. coronaria sinistra adalah (1) R. interventricularis anterior yang dipercabangkan pada saat a. coronaria sinistra akan berbelok ke sinistra. Ia berjalan ke inferior di dalam sulcus interventricularis anterior menuju incisura apex cordis dan memberi pendarahan kedua ventricel dan beranastomosis dengan R. interventricularis posterior (cabang a. coronaria dextra). (2) R. Circumflexa akan mengikuti bagian sinistra dari sulcus coronarius, mula-mula ia berjalan ke sinistra kemudian ke dextra sampai di dekat sulcus interventricularis posterior dan mendarahi atrium dan ventriculus sinistra.10-12 Kebanyakan vena dari jantung akan bermuara ke dalam sinus coronarius. Sinus ini merupakan saluran vena dengan panjang 2,25 cm, terletak di bagian posterior sulcus coronarius dan tertutup oleh stratum musculare atrium sinistra. Sinus coronarius berakhir di atrium dextra, di antara muara vena cava inferior dan ostium atrioventricularis. Pada lubang muaranya terdapat valvula semilunaris disebut valvula semilunaris Thebesii. Pembuluh darah balik yang tidak bermuara ke dalam sinus coronarius , diantaranya vena cardiaca superior dan vena cardiaca minimi. Vena-vena yang bermuara pada sinus coronarius adalah vena cordis magna (vena coronaria sinistra) yang dimulai dari apex jantung dan berjalan ascendens
sepanjang sulcus longitudinalis anterior menuju basis ventriculi kemudian melengkung ke sinistra di dalam sinus coronarius untuk mencapai bagian posterior jantung dan bermuara pada ujung sinistra sinus coronarius. Vena ini menerima cabang-cabang vena dari atrium sinistra dan kedua vemtricel. Salah satu vena yaitu vena marginalis sinistra yang berjalan ascendens sepanjang margo sinistra jantung bermuara padanya. Kedua adalah vena cordis parva (vena coronaria dextra) yang berjalan di dalam sulcus coronarius di antara atrium dextra dan ventricel. Vena ini bermuara pada ujung dextra sinus coronarius dan menerima darah balik dari bagian posterior atrium dextra dan ventricel. Vena marginalis dextra yang berjalan ascendens sepanjang margo dextra jantung akan bersatu dengan vena cordis parva di sulcus coronarius atau bermuara langsung di atrium dextra. Ketiga adalah vena cordis media yang dimulai dari apex cordis berjalan ascenderen di sulcus longitudinalis posterior berakhir di dekat ujung dextra sinus coronarius. Keempat adalah vena ventricularis sinistra posterior yang berjalan di facies diaphragmatica ventriculus sinistra menuju sinus coronarius, tetapi kadang-kadang bermuara di vena cordis magna. Kelima adalah vena obliqua atrii sinistra Marshalli yang merupakan vena kecil yang descenderen secara oblique di bagian posterior atrium sinistra dan berakhir di ujung sinistra sinus coronarius. Ke arah superior vena ini melanjut sebagai ligamentum vena cava sinistra dan bangunan yang berasal dari ductus Cuvieri.10-12 Arteri axillaris dibagi atas tiga bagian yaitu bagian pertama antara sisi lateralis iga 1 sampai batas kranial m.pectoralis minor. Bagian tengah terletak di posterior m. pectoralis major. Bagian ketiga terletak antara batas distalis m.pectoralis minor sampai batas distalis m.pectoralis major. Bagian pertama akan mempercabangkan a.thoracalis suprema menuju ke bagian kranial dari m.deltoideus. Bagian tengah akan mempercabangkan a.thoracoacromialis yang akan bercabang lagi menjadi ramus pectorales, ramus deltoideus, dan ramus acromialis. Bagian ketiga yang mempercabangkan a. Subscapularis yang bercabang menjadi a.thoracodorsalis dan a. Circumflexa scapulae. Selain a. Subscapularis ada juga cabang dari a. Circumflexa humeri anterior dan a.circumflexa humeri posterior. Pembuluh balik yang ada pada v. Axilaris adalah vena cephalica yang berjaland dari sulcus bicipitalis lateralis lalu akan melewati sulcus deltodeopectoralis dan menembus fascia pectoralis superficialis dan fascia clavipectoralis untuk bermuara ke v.axilaris. Vena basilica yang kadang bermuara ke v.brachialis, kadang juga bermuara lebih proximal ke v.axilaris. Cabang dari a.brachialis a.profunda brachii, a.collateralis ulnaris suoerior, dan a.colateralis ulnaris inferior. Pembuluh balik dangkal pada lengan atas dapat digolongkan menjadi v. Basilica dan v. Cephalica. Sedangkan pada pembuluh balik dalam adalah vv.brachialis yang akan bersatu menjadi v. Axilaris. Tangan dapat dibedakan menjadi vola manus dan dorsum manus. A. Radialis dan a. Ulnaris di vola
manus membentuk arcus superficial dan arcus volaris profundus. arcus superficial dibentuk oleh ramus volaris superficial a.radialis dan a.ulnaris. Arcus volaris profundus dibentuk oleh ramus profundus a.ulnaris dan a.radialis. Venae pada umumnya mengikuti pembuluh-pembuluh nadi. Di dorsum manus terdapat rete venosum dorsale manus yang menampung darah dati vv.metacarpae dorsales dan menyalurkan darahnya melewati v.cephalica dan v.basilica.10-12
A.femoralis mempeercabangkan cabang superficial dan cabang profunda. Cabang superficial adalah A.epigastrica superficialis, a. Circumflexa ilium superficialis, dan aa. Pudendae externae. Cabang profunda adalah a.profunda femoris yang cabang-cabang kecilnya jug adalah a.circumflexa femoris medialis, a.circumflexa femoris lateralis, dan aa. Perforantes. Selain itu cabang profunda juga adalah a. Genus suprema. A.poplitea mempercabangkan a.genus superior medialis, a.genus superior lateralis, a.genus supertior media, aa.surales, a.genus inferior medialis, dan a. Genus inferior lateralis. Pembuluh tersebut bercabang menjadi dua yaitu a. Tibialis anterior dan a. Tibialis posterior. Cabang dari a. Tibialis anterior adalah a. Recurrens tibialis anterior, a.recurrens tibialis posterior, a. Malleolaris medialis anterior, a.maleolaris lateralis anterior. A.tibialis posterior dicabangkan a. Malleolaris medialis posterior, ramus calcaneus medialis posterior, a. Peronea. Berjalan juga 2 vena dangkal yakni a. Saphena magna dan v. Saphena magna.10-12 3. Fisiologi Jantung Darah mengalir melewati suatu sirkuit dalam tubuh kita. Darah yang berasal dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua vena besar, yaitu vena kava superior et inferior yang membawa darah dari bagian tubuh atas dan bawah. Setelah itu darah yang miskin oksigen akan masuk ke atrium kanan lalu berlanjut ke ventrikel kanan. Setelah itu darah akan keluar dari jantung dan berjalan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Di paru, darah akan kembali mengandung oksigen dan bergerak menuju jantung melalui vena pulmonalis yang akan masuk ke atrium kiri. Darah ini akan melanjutkan perjalanannya menuju ventrikel kiri yang nantinya akan mengalir ke seluruh tubuh lewat aorta.
Gambar 6. Aliran darah5
Sirkulasi paru memiliki tekanan yang rendah dan resistensi rendah , sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem bertekanan tinggi dan resistensi tinggi. Walaupun kanan dan kiri jantung memompa darah dalam volume yang sama tapi kerja yang dilakukan berbeda. Sisi kiri jantung melakukan kerja yang lebih keras karena dia harus memompakan darah ke pada bagian yang bertekanan lebih tinggi di sistem yang lebih panjang dengan resistensi tinggi. Katup jantung yang ada dalam jantung akan membuat darah mengalir dalam satu arah dan tidak kembali ke bagian sebelumnya. Katup dapat membuka dan menutup secara pasif oleh karena perbedaan gradien tekanan. Gradien tekanan ke arah depan memaksa katup terbuka, sementara garedien tekanan yang mengarah ke belakang akan membuat katup tertutup.9 Jantung berkontraksi secara ritmis oleh akibat potensial aksi yang dihasilkan sendiri. Pada jantung terdapat dua jenis khusu sel otot jantung. Sel kontraktil membentuk 99% dari sel-sel otot jantung yang melakukan kerja mekanis memompa darah. Sel ini tidak bisa membentuk sendiri potensial aksinya. Sisanya sel otot jantung adalah sel otoritmik, sel otot yang tidak berkontraksi tetapi khusus memulai dan menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel jantung kontraktil. Potensial pemacu disebabkan oleh adanya interaksi kompleks bberapa mekanisme ionik yang berbeda. Perubahan terpenting dalam perpindahan ion yang menimbulkan potensial pemacu adalah (1) penurunan arus K+ keluar disertai oleh Na+ yang masuk konstan dan (2) peningkatan arus Ca2+ masuk. Fase awal depolarisasi lambat ke ambang disebabkan oleh penurunan siklis fluks pasif K+ keluar disertai kebocoran Na+ ke dalam yang berlangsung lambat dan konstan. Di sel otoritmik jantung, permeabilitas K+ tidak tetap di antara potensial aksi seperti di sel saraf ataupun sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ akan menurun diantara dua potensial aksi karena K+ secara perlahan menutup pada potensial negatif. Penutupan lambat ini secara bertahap mengurangi aliran keluar ion positif kalium mengikuti penurunan gradien konsentrasinya. Sel otoritmik jantung tidak memiliki saluran Na+ berpintu voltase. Sel ini memiliki saluran yang selalu terbuka dan permeabel terhadap Na+ pada potensial nehatif. Akibatnya, terjadi influks pasif Na+ dalam jumlah kecil dan konstan pada saat yang sama ketika kecepatan efluks K+ secara perlahan akan berkurang. Pada paruh kedua potensial pemacu, suatu saluran Ca+2 transien, salah satu dari dua jenis saluran Ca+2 berpintu voltase, membuka. Sewaktu depolarisasi lambat berlanjut, saluran ini akan terbuka sebelum membran mencapai ambang. Influks singkat Ca+2 yang terjadi semakin mendepolarisasi membran, membawanya ke ambang. Jika ambang telah tercapai, terbentuk fase naik potensial aksi sebagai respon pengaktifkan saluran Ca+2 berpintu voltase yang berlangsung lebih lama dan diikuti oleh influks Ca+2 dalam jumlah besar. Fase naik yang diinduksi CA+2 pada sel
pemacu jantung ini berbeda dari yang terjadi di sel saraf dan sel otot rangka, yaitu influks Na+ dan bukan influks Ca+2 yang mengubah potensial ke arah positif. Fase turun disebabkan oleh efluksi yang terjadi saat permeabilitas K+ meningkat akibat pengaktifan saluran K+ berpintu voltase. Setelah potensial aksi selesai, terjadi depolarisasi lambat berikutnya menuju ambang akibat penutupan saluran K+ secara perlahan.
Gambar 7. Grafik Potensial Aksi Jantung9 Kecepatan konduksi sinyal potensial aksi eksitatorik sepanjang serabut otot atrium dan ventrikel kira-kira sebesar 0,3-0,5 m/sec. Kecepatan konduksi pada sistem konduksi jantung khusus adalah sebesar 4m/sec yang memungkinkan konduksi sinyal eksitatorik yang relatif cepat ke beberapa bagian jantung.9 Periode refrakter jantung hanya terjadi sebentar-sebentar adalah kira-kira 0,25-0,30 detik. Sealin itu juga ada masa refrakter relatif yang kira-kira adalah 0,05 detik, yaitu ketika otot tersebut lebih sulit tereksitasi dibandingkan keadaan normal.13 Jantung pada keadaan normalnya berdetak dalam keadaan tertentu, yaitu ketika kontraksi dari atrium sistol dan diikuti oleh kontraksi ventrikel, juga selama tahap diastole dari empat ruang jantung (istirahat). Struktur yang menlakukan hal tersebut adalah sinoatrial node (SA node), internodal atrial pathway, atrioventricular node (AV node), berkas His, dan sistem purkinye. Nodus SA terletak pada pintu masuk vena kava superior pada atrium kanan. Nodus AV terletak di bagian dasar atrium kanan dekat septum. Ada tiga berkas dari seratserat atrium yang mengandung serat purkinya yang menghubungkan nodus SA dan nodus AV. Tiga berkas tersebut adalah anterior internodal tract of Bachman, middle internodal tract of Wenckebach, dan posterior internodal of Thorel. Nodus AV akan berlanjut ke berkas His yang terbagi atas dua arah yaitu ke kanan dan kiri. Serat purkinje adalah serat halus yang menjulur dari berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel.14
Gambar 8. Nodus Jantung14
Sel-sel jantung dengan kecepatan inisiasi potensial aksi tertinggi terletaka pada nodus SA. Nodus SA pada keadaan normalnya memiliki laju orotmisitas 70-80 denyut per menit. Hal inilah yang akan mengendalikan bagian otot jantung lainnya pada tingkat kecepatan ini dan karenanya dikenal sebagai pemacu jantung. Yaitu, seluruh otot jantung tereksitasi, memicu sel-sel kontraktil berkontraksi dan jantung berdenyut dengan kecepatan atau frekuensi yang telah ditetapkan oleh orotmisitas nodus SA. Jaringan lainnya tidak dapat menghasilkan irama alaminya yang lebih lambat, karena jaringan ini telah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum dapat mencapai ambang dengan irama lainnya yang lebih lambat. Jika terjadi hambatan pada hantaran impuls atrium akan tetap berdenyut dengan kecepatan 70 denyut per menit, ventrikel karena tidak dijalankan oleh nodus SA yang frekuensinya lebih cepat akan mengambil iramanya sendiri yang lebih lambat. Blok jantung komplit ini terjadi jika jaringan penghantar antara atrium dan ventrikel rusak, seperti saat serangan jantung. Jika seorang memiliki denyut jantung yang terlalu lambat, maka dapat digunakan pemacu jantung buatan yang bisa menghasilkan impuls yang akan menyebar ke seluruh jantung. Kadang suatuy bagian jantung dapat menjadi sangat peka rangsang dan akan mengalami depolarisasi lebih cepat dari SA. Daerah yang terksitasi abnormal ini, suatu fokus ektopik akan memicu potensial aksi prematur yang menyebar ke seluruh jantung, sebelum nodus SA dapat memulai potensial aksi normalnya. Agar jantung dapat bekerja efisien dalam penyenaran eksitasinya, maka harus memenuhi tiga kriteria yaitu (1) Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai, (2) eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa setiap bilik jantung berkontraksi sebagai satukesatuan untuk menghasilkan daya pompa yang efisien, dan (3) pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional harus terkoordinasi, sehingga kedua anggota pasangan tersebut berkontraksi secara simultan.9
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung sampai permulaan denyut jantung berikutnya yang disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam nodus sinus. Nodus ini terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superir, dan potensial aksi menjalar dari sini dengan kecepatan tinggi melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas A-V ke ventrikel. Karena terdapat pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari atrium ke ventrikel, ditemukan suatu keterlambatan selama 0,1 detik ketika impuls jantung dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan atrium berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi kuat. Jadi atrium itu bekerja sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel, dan ventrikel akan menyediakan sumber kekuatan utama untuk memompakan darah ke sistem oembuluh darah tubuh. Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi (diastol) dan satu periode pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi (sistolik).9 Arus listrik yang dihasilkan otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh. Sebagian kecil dari aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas tersebut dapat dideteksi dengan memakai elektroda perekam. Rekaman yang dihasilkan adalah suatu elektrokardiogram (EKG). EKG memiliki hasil rekaman yang terdiri dari 12 sistem elektroda konvensional atau sadapa. Ketika sebuah mesin EKG dihubungkan elektroda-elektroda perekam di sua titik tubuh maka susunan spesifik dari masing-masing koneksi disebut sadapan. EKG normal memiliki tiga bentuk gelombang yang jelas yaitu gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T. Gelombang P menggambarkan depolarisasi atrium, kompleks QRS menggambarkan depolarisasi ventrikel, dan gelombang T menggambarkan repolarisasi ventrikel.
Gambar 9. Gelombang EKG14
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis pada gangguan pola listrik biasanya disertai oleh gangguan aktivitas kontraktil jantung. EKG dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai situasi jantung. Penyimpangan utam dari keadaan normal yang dapat ditemukan melalui EKG adalah kelainan kecepatan denyut jantung, kelainan irama, dan miopati jantung. Kelainan kecepatan jantung ada dua macam yaitu takikardia dan brakikardia. Kelainan irama jantung yang biasa terdeteksi adalah flutter atrium, fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel, dan blok jantung.9,14 Jantung dipersyarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terbagi atas sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Rincian dari kerja sistem saraf otonom akan disajikan dalam grafik dibawah ini : Tabel 1. Efek Sistem Saraf Otonom pada Jantung9 Darah yang terkena
Efek stimulasi parasimpatis
Nodus SA
Mengurangi depolarisasi
Efek stimulasi simpatis
kecepatan Meningkatkan ke
ambang; depolarisasi
kecepatan ke
mengurangi kecepatan denyut meningkatkan jantung. Nodus AV
Jalur hantaran ventrikel
Meningkatkan
ambang; kecepatan
denyut jantung. penundaan Mengurangi
nodus AV.
nodus AV.
Tidak ada efek.
Mempercepat
penundaan
hantaran
melelui berkas His dan serat purkinje. Otot ventrikel
Tidak ada efek.
Meningkatkan kontraktilitas dan memperkuat kontraksi.
Kelenjar endokrin (medulla Tidak ada efek.
Mendorong sekresi epinefrin
Adrenal)
medula adrenal, jormon yang memperkuat efek sistem saraf simpatis jantung/
Vena
Meningkatkan aliran balik vena. Mekanisme saraf untuk mengatur tekanan arteri yang paling diketahui adalah refleks
baroresptor. Pada dasarnya refleks ini dimulai oleh reseptor regang, yang disebut baroreseptor, yang terletak di titik spesifik pada dinding beberapa arteri sistemik besar. Peningkatan tekanan arteri akan meregangkan baroreseptor dan menyebabkan menjalarnya sinyal menuju SSP. Sinyal umpan balik akan duikirim kembali melalui SSO ke sirkulasi untuk mengurangi tekanan arteri kembali ke nilai normal. Baroreseptor adalah ujung saraf tipe pemancar yang terletak di dinding arteri. Baroreseptor sangat berlimpah dalam dinding setiap arteri karotikus interna yang terletak dalam sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Baroresptor akan memberi respon yang sanagt cepat terhadap perubahan tekanan arteri. Sinyal baroresptor yang memasuki traktus solitarius medula, sinyal sekunder akan menghambat pusat vasokontriksi di medula dan merangsang pusat parasimpatis vagus. Efek akhirnya adalah (1) vasodilatasi vena dan arteriol di seluruh sistem perifer dan (2) berkurangnya frekuensi denytut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. Oleh karena itu perengasangan baroreseptor akibat tekanan tinggi di dalam arteri secara refleks menyebabkan penurunan tekanan arteri akibat penurunan tahanan perifer dana penurunan curah jantung. Baroreseptor sangat penting pada waktu seseorang bangkit berdiri setelah ia berbaring. Segera sesudah orang tersebut berdiri, tekanan arteri di kepala dan tubuh bagian atas cenderung menurun, dan berkurangnya tekanan yang nyata ini dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Namun, penurunan tekanan pada baroreseptor akan menghasilkan refleks yang menimbulkan rangsangan simpatis kuat di seluruh tubuh, dan hal ini akan memperkecil penurunan tekanan di kepala bagian tubuh atas.13 Selain refleks baroreseptor ada juga beberapa refleks dan respon lain yang mempengaruhi sistem kardiovaskuler mesikpun mereka terutama mengatur fungsi tubuh lain. Faktor-faktor ini adalah (1) reseptor volume atrium kiri dan osmoreseptor hipotalamus terutama penting dalam keseimbangan air dan garam tubuh ; karena itu keduanya mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan darah dengan mengontrol volume plasma tubuh. (2) kemoreseptor yang berada di arteri karotis dan aorta, berkaitan erat dengan tetapi berbeda dari baroreseptor, peka terhadap kadar oksigen yang rendah atau asam yang tinggi dalam darah. Fungsi utama ini untuk meningkatkan secara refleks aktivitas pernafasan untuk membawa masuk lebih banyak oksigen atau mengeluarkan lebih banyak karbondioksida pembentuk asam, tetapi kemoreseptor tersebut secara refleks meningkatkan tekanan darah
dengan mengirim impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskuler. (3) Respon kardiovaskuler yang berkaitan dengan perilaku dan emosi tertentu diperantarai melalui jalur korteks serebri. Respon ini mencakup perubahan luas dalam aktivitas kardiovaskuler yang menyertai respon generalisita simpatis lawan atau lari, peningkatan kecepatan jantung dan tekanan darah pada orgasme seksual, dan vasodilatasi kulit lokal yang berkaitan dengan blushing (rasa malu).9 Kerusakan miokardium dikenali keberadaanya antara lain dengan menggunakan test enzim jantung, seperti: kreatin-kinase (CK), kreatin-kinase MB (CKMB) dan laktat dehidrogenase (LDH). Berbagai penelitian penggunaan test kadar serum Troponin T (cTnT) dalam mengenali kerusakan miokardium akhir-akhir ini telah dipublikasikan. cTnT adalah struktur protein serabut otot serat melintang yang merupakan subunit troponin yang penting, terdiri dari dua miofilamen. Yaitu filamen tebal terdiri dari miosin, dan filamen tipis terdiri dari aktin, tropomiosin dan troponin. Kompleks troponin yang terdiri atas: troponin T, troponin I, dan troponin C. Enzim cTnT merupakan fragmen ikatan tropomiosin. cTnT ditemukan di otot jantung dan otot skelet, kadar serum protein ini meningkat di penderita IMA segera setelah 3 sampai 4 jam mulai serangan nyeri dada dan menetap sampai 1 sampai 2 minggu. Enzim jantung antara lain CK dan CK-MB biasanya mulai meningkat 6 sampai 10 jam setelah kerusakan sel miokardium. Puncaknya 14 sampai 36 jam dan kembali normal setelah 48 sampai 72 jam. Di samping CK, CK-MB, aktivitas LDH muncul dan turun lebih lambat melampaui kadar normal dalam 36 sampai 48 jam setelah serangan IMA, yang mencapai puncaknya 4 sampai 7 hari dan kembali normal 8–14 hari setelah infark. Pengidentifikasian penderita nyeri dada yang diduga IMA atau minor myocardial damage (MMD) masih merupakan masalah sehari-hari. Perbedaan antara MMD dan sindroma non kardio juga masih merupakan masalah yang tentunya berdampak pada siasat pengobatan untuk masing-masing penderita.15 Macam-macam enzim jantung adalah (1) CK MB, (2) myoglobin, (3) pro bNP. Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan di dalam otot jantung dan dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung. Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung dan menetap selama 36-48 jam. Kadar enzim ini biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit dan setiap 6-8 jam selama 24 jam berikutnya.Pemeriksaan mioglobin digunakan pada saat terjadi dugaan serangan jantung dan untuk perkiraan reperfusi koroner pasca trombolisis. Merupakan protein otot yang dikeluarkan pada saat adanya kerusakan oleh sel otot jantung dan oto rangka. Secara imunologi, tidak ada perbedaan antara protein dari otot jantung dan otot rangka. Myoglobin
tidak seperti Troponin T, karena kurang spesifik. Tetapi tetap penting untuk memeriksa Myoglobin juga akan bervariasi berdasarkan latar belakang penyakit dari pasien yang dapat ditemui pada pemeriksaan jantung lainnya.Bila dilihat bila tidak ada kerusakan otot rangka atau factor kerusakan ginjal hampir tidak ada, maka dapat dipastikan adanya kerusakan otot jantung. Myokard infark dapat diabaikan bila hasil pemeriksaan mioglobin selama 6 sampai 10 jam setelah kejadian. Myoglobin mulai dikeluarkan dalam darah setelah 2 sampai 3 jam setelah adanya kerusakan otot jantung. Pembacaan yang dapat dilakaukan oleh Cardiac M adalah mulai 2 sampai 12 jam. proBNP digunakan sebagaii alat bantu diagnosa pasien yang diduga mengalami gagal jantung kongestif, pada monitoring pasien dengan difungsi ventrikel kiri terkompensasi, serta untuk stratifikasi risiko pasien dengan ssindrom koroner akut.15 Kesimpulan Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu atrium kanan-kiri dan ventrikel kanan-kiri. Jantung manusia juga dilapisi oleh suatu selaput perikardium yang berfungsi untuk melindungi jantung. Jantung manusia juga mempunyai lubang-lubang sebagai bagian dari muara pembuluh darah yang membawa atau yang mengembalikan darah. Jantung juga disusun oleh sel-sel. Jantung mempunyai tiga lapisan yaitu epikardum, miokardium, dan perikardium. Jantung manusia bisa berdenyut karena pengaruh dari kerja SSO yang terbagi atas simpatis dan parasimpatis. Keduanya bekerja saling berlawanan agar keadaan jantung tetap stabil. Selain itu penghantaran simpul juga dilakukan oleh suatu sistem penghantar khusus yang terdiri atas nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serat-serat purkinye. Kerja jantung dapat kita lihat dan ukur lewat pemeriksaan EKG. Dimana aliran listrik dari alat akan mengalir ke seuruh bagian jantung yang nantinya akan menghasilkan gambaran suatu gelombang. Pemeriksaan EKG akan menghasilkan 12 segmen kerja jantung dari beberapa sadapan. Selain itu jantng juga mempunyai enzim-enzim untuk proses kerja jantungnya. Daftar Pustaka 1. Junquiera LC, Carneiro J. Basic histology : text & atlas. 10th ed. United State : Mc Graw-Hill Companies, Inc ; 2003. 2. Wagner RC, Hossler FE. University of delaware : histology. Diunduh dari http://www.udel.edu/biology/Wags/histopage/vascularmodelingpage/circsystempage/ capillaries/capillaries.html, 5 Juni 2012.
3. Columbia
University.
Diunduh
dari
http://www.columbia.edu/itc/hs/medical/sbpm_histology_old/lab/lab07_micrograph.h tml, 5 Juni 2012. 4. Berman I. Color atlas of basic histology. 3rd ed. United State : Mc-Graw Hill Companies, Inc ; 2003. 5. Virginia
Maryland.
Diunduh
dari
http://www.vetmed.vt.edu/education/curriculum/vm8054/labs/lab20/lab20.htm, 5 Juni 2012. 6. Diunduh dari http://www4.ocn.ne.jp/~clinic/kouzou2.html, 5 Juni 2012. 7. Hartanto H, editor. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2002.h.203-34. 8. Diunduh dari http://fhakimi.blogspot.com/, 8 Juni 2012. 9. Sherwood L. Human physiology : from cells to systems. 6th ed. Singapore : Cengage Learning Asia Pte Ltd ; 2007.p.327-415. 10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h.218-44. 11. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta : Erlangga; 2004. h.14-21. 12. Winami W, Kindangen K, Listiawati E. Buku ajar anatomi sistem kardiovaskuler. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana ; 2010. 13. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiologi. 11th ed. Singapore : Elsevier Pte Ltd ; 2008.p.107-291. 14. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong's review of medical physiology. 23th ed. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc ; 2010. 15. Colburn WA. Optimizing the use of biomarkers, surrogate endpoints, and clinical endpoints for more efficient drug development. J Clin Pharmacol ; 2000.p.1419–27.