1. LATAR BELAKANG
Satyam Computer Services Ltd., merupakan sebuah perusahaan outsourcing India ternama yang melayani lebih dari sepertiga perusahaan-
perusahaan dalam Fortune 500. Satyam menduduki peringkat keempat sesudah Infosys, TCS dan Wipro, dengan pangsa pasar mencapai 9% dan memiliki pegawai sebanyak 53.000. Jasa yang ditawarkan Satyam Computer Services adalah berupa layanan teknologi informasi berupa pengembangan perangkat lunak, pengelolaan layanan teknologi informasi, desain, pengembangan data warehouse atau website dan memberikan system integrasi dalam tegnologi informasi di suatu perusahaan.Satyam melayani pasar seperti manufaktur, ritel, jasa keuangan, transportasi transportasi dan telekomunikasi. telekomunikasi. Gambar 1.1 Bidang Jasa yang Ditawarkan Satyam Computer Service
Satyam
Computer
Services
juga
melakukan
ekspansi
dengan
menjangkau 66 negara. Dalam laporan keuangannya dimana sebesar 75,9 % dari total sales revenue didapatkan dari jasa yang dilakukan oleh Satyam Group yang berada di Negara-negara lain. Referensi yang dijadikan acuan dalam kasus Satyam Computer Services adalah dokumen U.S SEC tanggal 5 April 2011, dan dapat diunduh dari situs WEB SEC. Dokumen ini berisi hasil investigasi SEC mengenai : a. Kesalahan dan sanksi terhadap pimpinan Satyam Computer Services Ltd.; b. Kesalahan dan sanksi terhadap auditor Satyam, PwC India dan partnernya.
2. Skema Satyam dalam Melakukan Fraud
Gambar 2.1 Skema Skandal Satyam
2.1 It was Like Riding a Tiger,….
Ramalinga Raju meletakkan jabatannya sebagai Chairman sesudah membuat pengakuan bahwa : •
Saldo bank sebesar 50,4 miliar rupees, atau setara dengan $1,04 miliar sebenarnya fiktif (nonexistent ). ). Angka ini dilaporkan sebagai bagian dari saldo sebesar 53,6 miliar rupees dalam kuartal kedua yang berakhir 30 September.
•
Pendapatan untuk kuartal tersebut sebenarnya 20% lebih rendah dari 27 miliar rupees yang dilaporkan. Sedangkan operating margin hanyalah bagian yang sangat kecil dari jumlah yang
dilaporkan. •
Raju melaporkan bahwa Satyam mempunyai 53.000 karyawan dengan operasi di 66 negara dan alasan awal Satyam melakukan
manipulasi itu diakui karena keinginan untuk melakukan ekspansi di sejumlah Negara dan untuk mengelabui pihak pasar modal agar dapat persetujuan untuk melakukan ekspansi.
Berikut ini terjemahan sebagian dari isi surat pengakuan B. Ramalinga Raju, Chairman, Satyam Computer Services Ltd. Tanggal 7 Januari 2009.
Yang terhormat Anggota Dewan Pimpinan, Dengan perasaan menyesal yang mendalam, dan dengan beban yang teramat berat yang saya say a tanggung, saya menyampaikan menyampaika n fakta-fakta fakta-fak ta berikut kehadapan keha dapan anda : Neraca pada p ada tanggal 30 September S eptember 2008 20 08 menunjukkan : Saldo kas dan bank ( cash and bank ) fiktif sebesar Rs 50,40 miliar ($1,04 miliar), dibandingkan dengan Rs 53,61 miliar yang ditunjukkan dalam pembukuan. Piutang bunga ( accured interest ) fiktif sebesar Rs 3,76 miliar. Utang yang dinyatakan kerendahan ( understated liability ) sebesar Rs 12,3 miliar untuk dana-dana yang saya atur. Piutang yang dinyatakan terlalu tinggi ( overstated debtors position ) sebesar Rs 4,90 miliar (dibandingkan dengan Rs 26,51 miliar yang ditunjukkan dalam pembukuan). Untuk kuartal September (Q2) kami melaporkan pendapatan pendapatan ( revenue) sebesar RS 27 miliar dan margin usaha ( operating margin ) sebesar Rs6,49 miliar (24% dari pendapatan); pendapatan seharusnya ( actual revenues ) Rs21,12 milliar dan margin usaha (operating margin ) seharusnya Rs610 juta (3% dari pendapatan). Ini mengakibatkan saldo cash and bank fiktif meningkat sebesar Rs5,88 miliar dalam Q2 saja. Tanda terbesar terlihat dalam neraca yang disebabkan semata-mata oleh laba palsu ( infated profits ) selama beberapa tahun terakhir.Laba palsu ini hanya dilaporkan oleh Satyam, sedangkan anak-anak perusahaan menunjukkan kinerja sebenarnya. Yang semula merupakan kesenjangan kecil ( marginal gap ) antara laba usaha sebenarnya ( actual operating profit ) dan angka pembukuan, berlangsung selama beberapa tahun. Sampai mencapai jumlah yang tidak terkendali lagi, ketika perusahaan tumbuh secara signifikan (pendapatan (pendapata n tahun mencapai Rs112,76 miliar dalam kuartal September 2008, dan laba ditahan sebesar Rs83,92 miliar). Perbedaan antara laba sebenarnya dan laba yang ada dalam pembukuan menjadi lebih menonjol lagi karena perusahaan harus “menambah” resources (sumber daya) dan aset untuk mendukung tingkat usaha yang lebih tinggi lagi dan ini tercermin dalam kenaikan biata dan beban secara signifikan. Setiap upaya menutup kesenjangan ini, selalu berujung kegagalan. Karena para promotor memegang sejumlah saham ( equity ), timbul kekhawatiran bahwa kinerja yang buruk akan berdampak dengan pengalihan saham atau kepemilikan ( takeover ), ), yang selanjutnya akan mengungkapkan kesenjangan ini. •
• •
•
It was like riding a tiger, not knowing how to get off without being eaten . (Seperti menunggang harimau, tak tahu harus kapan turun tanpa dimangsa si macan itu). Sumber : Reuters, 7 Januari 2009. Angka-angka dalam crores dan lakh (Indian numerical system), oleh Reuters disajikan dalam system angka Barat (Western system).
2.2 Who is Responsible for Satyam Scandal? What is The function of External Auditor and Internal Auditor in Satyam Computer Services?
Dalam perjalanan memanipulasi laporan keuangan Satyam, ternyata bukan hanya terkait dari pihak chairman yang sengaja berniat untuk melakukan manipulasi keuangan, namun juga di dukung oleh kinerja internal auditor Satyam yang tidak melakukan pekerjaannya dengan benar. Berikut ini adalah beberapa hal yang dilakukan oleh internal auditor Satyam dalam menjalankan pekerjaannya : !
Auditor internal tidak melakukan pengujian, meneliti atas verifikasi setiap transaksinya mulai dari awal mulai terjadinya transaksi di setiap tahun hingga berakhirnya tahun pelaporan.
!
Tidak pernah memverifikasi atau memeriksa dengan benar cash and bank balance .
!
Sengaja diabaikannya faktur-faktur palsu yang terdapat dalam transaksi-transaksi yang dijalankan Satyam.
!
Tidak pernah melaporkan hasil pekerjaan auditnya kepada komite audit.
!
Di dalam perencanaan auditnya lebih memprioritaskan atas dasar-dasar permintaan chairman.
!
Sejumlah bukti-bukti temuan serius yang ditemukan oleh tim audit, secara disengaja diabaikan oleh ketua tim audit.
Dengan tidak bekerjanya fungsi auditor internal di dalam pengendalian internal Satyam tersebut, maka terlihat sangat jelas beberapa manipulasi dalam hal tidak di periksa dengan benar atas invoice yang ada di dalam Satyam. Oleh karena itu tercermin atas laporan keuangan Satyam kuartal 1 tahun 2004 hingga kuartal 2 tahun 2009.
Gambar 2.2. Published Revenue of Financial Statement Satyam
Setelah kinerja auditor internal yang buruk, ternyata diperburuk dengan keadaan bahwa adanya indikasi bahwa dua auditor eksternal yang saat itu di tunjuk dari PricewaterhouseCoopers’ (yang bernama S. Gopalakrishnan dan Srinivas Talluri) bersekongkol dengan Satyam. Hal tersebut terungkap ketika tersiar berita tentang fraud yang massif dan sistematis seperti yang dialami Enron, dan kalimat yang sering diserukan oleh komunitas pasar modal Wall Street yaitu :Where were the auditors? Where were the watchdogs? Why didn’t
the watchdog bark?.Kaliamat pernyataan ini sering diikuti dengan adanya
spekkulasi mengenai hubungan istimewa antara auditor dan kliennya. Beberapa isu yang menjadi sorotan berbagai pakar, mengenai hubungan Satyam dan auditornya. Yang menjadi sorotan awalnya adalah masalah fee untuk audit yang dilakukan PwC dan potensi benturan kepentingan sehubungan dengan kerja sama Satyam-PwC dalam proyek IT. Gambar 2.3 Tabel perbandingan audit fee
Setelah melihat perbandingan audit fee tersebut, maka perlu juga melihat dari berita yang diangkat oleh Financial Chronicle mengenai benturan kepentingan antara Satyam dan PwC berdasarkan Laporan Gartner. Berikut ini adalah terjemahan bebas atas berita yang bersumber : Ritwik Mukherjee,”Satyam, PwC had business links”, Financial Chronicle, 26 Mei 2009.
( http://wrd.mydigitalfc.com/companiessatyam-pwc-had-business-links-
report-252 ).
Dalam kancah fraud Satyam, sebuahperusahaan raksasa di bidang penelitian IT mengkapkan secara terinci persekongkolan antara PricewaterhouseCoopers dan Satyam Computer Service. Laporan Gartner mengindikasikan bahwa PwC mempunyai kemitraan strategis ( strategic partnership ) dengan Satyam sampai akhir tahun lalu, sekalipun pada saatyang bersamaan entitas PwC di India mengaudit Satyam. U.S Securities and Exchange Commission melarang kemitraan semacam itu. Bahkan standar audit di india tidak membenarkan kemitraan semacam itu antara statutory auditors dengan klien auditnya. Seorang auditor India, yang bekerja di salah satu Big-4 mengatakan kepada Financial Chronicle : “Ingat, Satyam terdaftar di SEC. Dalam standar audit, Satyam dan auditornya tidak diperkenankan menjadi strategic partner ”. Kuesioner yang dikirimkan Financial Chronicle tidak memperoleh tanggapan dari PwC. Laporan Gartner mengutip pejabat PwC yang menyatakan Satyam melaksanakan system integration business untuk Idearc-sekalipun pada waktu itu ada kesepakatan tidak bersaing selama lima tahun ( a five-year non-compete clause ) dengan IBM sesudah 2002. Pada tahun itu PwC menjual bagian besar praktik konsultingnya kepada IBM seharga $3,5 miliar.
Francine Mckenna, seorang blogger dan mantan staf Big-4, mengatakan kepada Financial Chronicle :”Laporan Gartner merupakan indikasi yang terang bernderang bahwa Satyam merupakan strategic partner PwC secara global yang memungkinkan mereka “menyiasati” pembatasan non-compete clause dengan IBm dan pemecahan terhadap masalah lemahnya keahlian ( lack of technical expertise ) mereka di bidang IT. Francine Mckenna mengatakan bahwa hubungan antara keduanya (PwC dan Satyam) adalah untuk jasa IT di Idearc, dan mungkin juga dalam proyek lain. Hubungan ini, kata McKenna, memungkinkan PwC “melalui kecerobohan (negligence) atau cara lain yang lebih buruk, the humungous fraud that is Satyam . Laporan Gartner, dipublikasikan dalam bulan Juli 2008 dengan judul “PwC to World:’We Implement”. Sejak 1Oktober 2007, ketika non-compete agreement berakhir, ada spekulasi mengenai apakah PwC mungkin kembali ke bisnis implementasi IT. Laporan selanjutnya mengutip U.S. Advisory Strategy Leader PwC, Joe Duffy, yang mengatakan pada PwC’s Analyst Day :” Dengan Idearc ( spin-off dari Verizon senilai $3 miliar), PwC terlibat dalam seluruh siklus dari proyek itu ( full project life cycle ).” Laporan Gartner mengomentari bahwa sebagian besar penugasan ini dilakukan ketika PwC masih terkat non-compete agreement dengan IBM dan Satyam Computer Services melaksanakan sebagian besar dari system integration work. PwC juga membantu Iderc bergeser ke strategi IT yang sangat tergantung pada outsourching, dengan penghematan jutaan dolar. Berdasarkan laporan Gartner, Mckenna mempertanyakan PwC : ”Apakah pimpinan PwC-di Amerika, secara global, dan di India-memungkinkan dan barangkali mendorong persekongkolan dalam fraud yang bernama ‘ India’s Enron’ untuk consulting business strategy mereka? Accountancyweb.co.uk , situs ternama, juga mengutip laporan Gartner. Seorang komentator akuntansi di situs itu bertanya: “Yang aneh mengenai hal ini ialah mengapa tidak terbesit di pikiran anggota DPR di India dan Amerika bahwa benturan kepentinga ( conflicts of interest ) yang begitu terang benderang telah terjadi.
Selain itu juga ada beberapa hal yang dilakukan oleh auditor eksternal dari PwC yang memeriksa Satyam, yaitu : !
Auditor eksternal tidak pernah melakukan konfirmasi kepada bank yang terkait terhadap saldo bank yang tercantum dalam Satyam.
!
Auditor eksternal melanggar beberapa peraturan audit yaitu seperti adanya hubungan istimewa antara PwC dengan Satyam, namun tetap saja PwC memeriksa Satyam sebagai kliennya.
!
Tidak pernah memeriksa baik itu secara keseluruhan ataupun secara sampel terhadap sejumlah invoice yang terdapat di transaksi Satyam.
!
Menerima bayaran audit fee yang jauh diatas bayaran para pesaing Satyam dalam melakukan audit.
!
Liabilitas atas pajak tidak pernah dilaporkan dalam hasil laporan auditnya.
!
Tidak pernah memeriksa atau memverifikasi atas tingkat bunga palsu.
!
Tidak pernah melakukan dengan benar melakukan pemeriksaan dari awal perikatan audit hingga akhir perikatan audit.
!
Meskipun ditemukan adanya system pengendalian internal di Satyam yang lemah, namun auditor eksternal tidak pernah melakukan tindakan untuk melaporkan temuannya itu.
2.3
Analisa fraud triangle
pressure
opportunity
rationalization
2.3.1 Pressure
Pressure adalah
dorongan
yang
menyebabkan
seseorang
melakukan fraud, contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dan lain-lain. Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan. Manajemen atau
karyawan mungkin memiliki dorongan atau tekanan yang menjadi alasan melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan lebih banyak tergantung pada kondisi individu, seperti sedang menghadapi masalah keuangan, kebiasaan buruk seseorang seperti berjudi dan peminum, atau mempunyai harapan/tujuan yang tidak realistik. Salah satu yang menjadi contoh ialah penggelapan uang perusahaan bermula dari suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini memiliki kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakannya ke orang lain. Konsep yang penting di sini adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang) yang menjadi tambahan untuk hidupnya, padahal ia tidak bisa berbagi ( sharing ) dengan orang lain. Setidak-tidaknya, itulah yang dirasakannya. Pada kasus satyam ini gejala fraud yang terjadi ini dikarenakan adanya tekanan yang dirasakan oleh pihak CEO. CEO berasa “lapar yang tidak terpuaskan seperti halnya dengan mengambil kesempatan berupa bonus, penghargaan, kekuasaan, dan lain-lain. CFO yang lemah tidak berdaya di bawah CEO yang melakukan tindakan kecurangan atau fraud tersebut.
2.3.2 Opportunity
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah,
kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud. Keadaan lingkungan yang ada di tempat kerja memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan dari pada karyawan. Kesempatan yang dilakukan oleh CEO dan para pelaku fraud di perusahaan satyam ini adalah mereka semua sudah bekerja sama untuk menutupi hal kecurangan trersebut, sebagai contoh bahwa
Auditor internal tidak melakukan
pengujian, meneliti atas verifikasi setiap transaksinya mulai dari awal mulai terjadinya transaksi di setiap tahun hingga berakhirnya tahun pelaporan dan auditor tidak pernah memverifikasi atau memeriksa dengan benar cash and bank balance . Jadi dengan ini CEO memanfaat kan kesempatan atas support dari pihak auditor internal dalam melakukan fraud.
2.4.3
Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana
pelaku
mencari
pembenaran
atas
tindakannya,
mencari
pembenaran sebenarnya merupakan bagian yang harus ada di kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan. Rationalization diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang di percaya. Dalam kasus Satyam ini bahwasanya tindakan yang dilakukan untuk membahagiakan keluarga dan orang orang yang dicintainya karena ini atas keserakahan yang dilakukan CEO. Selain itu masa kerja CEO ini biasanya cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang seperti posisi, gaji, promosi, dan lain-lain. Yang penting lagi trindakan nya ini mendapat dukungan bahwa auditor intrnal melakukan tindakan kecurangan dan CEO juga beranggapan tindakan ini tidak berbahaya.
2 Behavioral Red Flags
Banyak akademisi dan pengamat
di India mengomentari skandal
Satyam. Seorang diantaranya, Sonia Jaspal yang menulis tentang 15 fraud symptoms.Gejala-gejala ini umumnya seperti red flags, cocok
perusahaan India pada umumnya dan Satyam khususnya. Lima belas (15) Fraud Symptoms ini adalah : 1) Insatiable hunger of chief executive officer. 2) A weak chief financial officer. 3) Board’s failure to exercise judgment. 4) Growth strategies based on given financial numbers.
untuk
5) Insufficient focus on organization culture and processes. 6) Unmanageable geographic distribution. 7) Ineffective human resources function 8) Breaches on internal controls. 9) Ineffective internal audit function. 10) Lapes in information assurance. 11) Deviant fraud risk management function. 12) Unethical compromises by external auditors. 13) Unhealthy partnership by banks. 14) Stock market manipulation and rigging. 15) Corruption and bribery in society.
Terjemahan bebas : 1) CEO berasa “lapar yang tidak terpuaskan” (bonus, penghargaan, kekuasaan, dan lain-lain). 2) CFO yang lemah (ia tidak berdaya di bawah CEO yang “lapar”). 3) Dewan (Kkomisaris/Direksi) tidak berhasil melaksanakan pikiran dan kearifannya. 4) Strategi
pengembangan
perusahaan
berdasarkan
angka
keuangan tertentu (misalnya yang ditentukan CEO). 5) Kurang perhatian pada budaya perusahaan. 6) Kawasan distribusi yang begitu luas sehingga tidak tertangani. 7) Fungsi SDM yang tidak efektif. 8) Kebobolan dalam pengendalian internal. 9) Fungsi audit internal yang tidak efektif. 10) Informasi yang tidak andal. 11) Fungsi manajemen risiko kecurangan yang menyimpang. 12) Kompromi tidak etis oleh auditor eksternal. 13) Kemitraan yang tidak sehat dengan perbankan. 14) Manipulasi pasar modal dengan”goreng-menggoreng” informasi untuk menaikkan harga saham. 15) Masyarakat yang sarat korupsi.
3 Kesimpulan
Kasus Satyam Computer Service di India tak ubahnya dengan kasus Enron.Dimana kasus Satyam ini dikenal sebagai Enron India. Dimana hal tersebut terjadi seperti yang tertuang dalam buku ( diterbitkan 7 tahun sebelum kasus Satyam) yang menekankan pentingnya memulihkan kembali puclic trust atau kepercayaan publik yang merupakan hasil dari karya Samuel A. DiPiazza Jr (saat itu CEO dari PricewaterhouseCoopers) bersama Robert G. Eccles. (Samuel A. DiPiazza Jr. John Wiley dan Robert G. Eccles, Building Public Trust : The Future of Corporate Reporting, John Wiley & Sons, New York,
2002). Perbedaan dari kasus Satyam dengan Enron adalah : !
Entitasnya
: Enron Vs Satyam
Nasib Entitasnya
: Bankrut Vs Diakuisisi
!
Lokasi Entitasnya
: Amerika Serikat Vs Diakuisisi
!
Auditornya
: Andersen Vs PricewaterhouseCoopers
Nasib Auditornya
: Meninggal Vs Bertahan
Skala Kerugiannya
: Sama-sama masif (secara proporsional
!
! !
dengan ukuran ektitas yang bersangkutan) Dari Skandal Satyam tersebut terlihat akan ketamakan, keserakahan atau greed menembus segala waktu dan tempat. Dimana hal tersebut dapat terjadi karena adanya pemimpin perusahaan yang suka mengatur target laba dan kinerja keuangan lainnya.Dimana pemimpin tersebut bertangan besi dan rekan-rekan bawahannya takut kepadanya dimana mereka juga merupakan pengikut
setia
pimpinannya
yang
secara
langsung
menikmati
hasil
jarahannya.Dengan begitu pimpinan seperti ini memiliki sifat serakah yang keserakahannya dibiayai dari kecurangan di perusahaannya. Jika target laba dan target-target lainnya tidak tercapai, ia melakukan manipulasi laporan keuangan. Selain itu juga, skandal seperti ini dapat terjadi karena terjadi kelemahan di sektor audit, baik itu di segi auditor internal maupun eksternal. Hal tersebut tercermin seperti beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya
bagaimana kinerja auditor baik internal maupun eksternal sangat tidak berguna, seperti contohnya tidak melakukan proses permintaan konfirmasi saldo bank. Dalam kasus Satyam ini terdapat beberapa fraud yang dilakukan, seperti diantaranya yaitu : 1. Conflicts of interess atau benturan kepentingan antara Satyam Computer Services dengan PricewaterhouseCoopers selaku auditor eksternalnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 2. Billing Schemes seperti yang terbukti banyaknya transaksi fiktif yan disertakan dengan bill . 3. Check Tampering seperti pemalsuan-pemalsuan cek misalnya
tentang sales/penjualannya yang meningkat dan di catatat di akun cash and bank yang tidak pernah dikonfirmasi dan di verifikasi oleh
auditor. 4. Fraudulent
Statements seperti
dalam
menyajikan
laporan
keuangannya menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements). Atau adanya penyembunyian informasi/tidak di jelaskannya tentang liabilitas atas pajak perusahaannya.
Daftar Pustaka
http://soniajaspal.wordpress.com/2011/01/10/fraud-symptoms/. http://en.wikipedia.org/wiki/Mahindra_Satyam http://www.antifraudnetwork.com/WhatHappenedatSatyam.html Theodorus M. Tuanakotta.2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif . Penerbit Salemba. Edisi ke-2. Theodorus M. Tuanakotta. 2013. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Penerbit Salemba. Edisi ke-1. Theodorus M. Tuanakotta 2007. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Penerbit Salemba. Leonard G. Weld, Peter M. Bergevin, dan Lorraine Margarth. “ Anatomy of a Financial Fraud: A Forensic Examination of Health South”. Dalam The
CPA Journal. http://www.managedecisions.com/blog/wpcontent/uploads/2010/07/Project_Term-Paper_SatyamScandal.pdf http://www.scribd.com/doc/16782318/Case-Study-of-Satyam-Scam http://www.slideshare.net/shinewithrohit/satyam-scandal-a-full-analysis
LAMPIRAN