PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALUMNI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PRE CONFERENCE Mata Kuliah/Skill Tempat Nama Mentee Semester (Mentee) Nama Mentor Waktu Pertemuan Kompetensi
: : : : : : :
Praktik Klinik Kebidanan Mata Kuliah Metodik Khusus BPM Subiyatun, SST.Keb Aisyah Nur Afifah Mahasiswa DIV Kebidanan Semester IV Rona Syintia Rihhadatul Aisy Kamis, 15 Juni 2017 Demonstrasi Konseling KB
A. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan bimbingan pre conference, percepti diharapkan mampu mengidentifikasi tujuan konseling KB serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar dapat memberikan konseling KB dengan baik. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti pre conference percepti diharapkan mampu: a. Merumuskan tujuan konseling KB serta hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan konseling KB dengan baik b. Meneyesuaikan diri adanya perubahan jadwal atau kondisi klinik c. Memahami peranan mahasiswa dan tanggung jawab pada hari itu termasuk tugas dan jadwal d. Memahami kebutuhan belajar praktik pada hari itu e. Mengetahui keterampilan apa saja yang diinginkan percepti B. Pokok Bahasan Demonstrasi Konseling KB C. Sub Pokok Bahasan 1. Tujuan Konseling KB serta hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan konseling KB dengan baik dan benar. 2. Perubahan jadwal/kondisi klinik 3. Peranan dan tanggung jawab percepti 4. Kebutuhan belajar praktik 5. Keterampilan yang ingin dikuasai, yaitu ketrampilan dalam mendemonstrasikan konseling KB.
D. Kegiatan Pembelajaran Tahap/ No Kegiatan Mentor Waktu 1 Tahap 1. Memberi salam. Persiapan/ Menjelaskan hasil yang Pembukaan diharapkan dari kegiatan pre + 5 menit conference, waktu dan topic pembahasan 2. Melakukan presensi mahasiswa 3. Apresiasi pada mahasiswa tentang dilakukannya pre conference 4. Mendiskusikan persiapan yang dilakukan percepti mengenai pembelajaran yang ingin diketahui 5. Memberikan reinforcement positif tentang rencana kegiatan 2 Tahap 1. Mendiskusikan dengan Pelaksanaan percepti tentang kebutuhan + 20 menit belajar tentang konseling KB 2. Memastikan kegiatan belajar yang akan diambil 3. Memberi kesempatan bertanya pada percepti mengenai kesulitan atau masalah tentang konseling KB 3 Tahap 1. Bersama percepti Evaluasi/Pen menyimpulkan kegiatan pre utup conference + 5 menit 2. Memberikan reinforcement kepada percepti 3. Menyampaikan rencana selanjutnya, yaitu bed side teaching demonstrasi konseling KB 4. Mengakhiri pre conference
Kegiatan Mentee
Metode
Media SAP
Menjawab salam
Ceramah
Memperhatikan
Ceramah
Mengisi Presensi
Tanya Jawab
Lembar Presensi
Menyampaikan pendapat
Diskusi
Leaflet dan alat peraga
Diskusi
Diskusi
Menyimak dan berdiskusi dengan Pembimbing Diskusi
Diskusi
Bertanya hal-hal yang belum jelas
Menyimpulkan hasil pre conference bersama pembimbing Memperhatikan
Tanya jawab Diskusi
Diskusi
Ceramah
Mencatat dan menyimak
Menjawab salam
E. Evaluasi Menyepakati untuk praktik hari ini sesuai dengan keinginan percepti: 1. Evaluasi persiapan a. Meyiapkan tempat conference b. Menyiapkan SAP c. Menyiapkan presensi 2. Proses a. Percepti berperan aktif dan kooperatif dalam kegiatan pre conference
b. Kegiatan pre conference berjalan lancar 3. Hasil a. Percepti mengerti tentang konseling KB dan mampu mendemonstrasikan menggunakan probandus. b. Percepti mampu menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan demonstrasi konseling KB. F. Referensi Ulfiana, Elisa. 2012. Pengajaran Klinik Perceptorship dan Mentorship. Saifuddin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 4. G. Materi Terlampir
Disahkan Oleh Pembimbing lahan
Kab. Semarang, 15 Juni 2017 Disiapkan Oleh Mahasiswa
Subiyatun, SST.Keb NIP. 19720609 199203 2 004
Rona Syintia Rihhadatul Aisy NIM. P1337424416154 Mengetahui, Pembimbing Institusi
Rizky Amelia, SST, M.Kes NIP. 19810520 200212 2 002
PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALUMNI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) POST CONFERENCE Mata Kuliah/Skill Tempat Nama Mentee Semester (Mentee) Nama Mentor Waktu Pertemuan Kompetensi
: : : : : : :
Praktik Klinik Kebidanan Mata Kuliah Metodik Khusus BPM Subiyatun, SST.Keb Aisyah Nur Afifah Mahasiswa DIV Kebidanan Semester IV Rona Syintia Rihhadatul Aisy Kamis, 15 Juni 2017 Mampu memahami, mengevaluasi, dan mengaplikasikan kembali praktek demonstrasi konseling KB.
A. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti post conference ini mahasiswa diharapkan mampu memahami, mengevaluasi dan mengaplikasikan dalam praktek demonstrasi konseling KB. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti post conference ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Mengevaluasi kegiatan hari ini b. Mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan praktik yang sudah dilaksanakan hari ini. c. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan praktik selanjutnya bersama pembimbing B. Pokok Bahasan Hasil belajar praktik percepti (demonstrasi konseling KB) C. Sub Pokok Bahasan Demontrasi konseling KB. D. Kegiatan Pembelajaran
No 1
Tahap/Jenis Kegiatan Waktu Tahap Persiapan/ Pembukaan 5 menit
Kegiatan Mentor 1. Memberi salam 2. Menjelaskan pada percepti tentang hasil yang diharapkandari kegiatan post conference, waktu dan topic pembahasan 3. Melakukan presensi mahasiswa
Kegiatan Mentee
Metode
Menjawab salam
Mengisi presensi
Media SAP
Tanya jawab
Lembar presen si
2.
3
Tahap Pelaksanaan 20 menit
Tahap Evaluasi/Penu tup 5 menit
1. Menanyakan dan mendiskusikan hasil kegiatan pada hari tersebut 2. Mendiskusikan dengan mahasiswa mengenai apa yang dirasakan mahasiswa setelah melewati praktik hari tersebut 3. Memberikan reinforcement positif mengenai hasil kegiatan yang telah dilakukan 4. Memberi kesempatan bertanya pada percepti untuk berdiskusi dan memberikan umpan balik 5. Memberikan penugasan di rumah atau yang berkaitan dengan kegiatan untuk tugas jaga selanjutnya 6. Memberikan kesempatan untuk bertanya pada percepti mengenai topic yang didiskusikan 1. Bersama percepti menyimpulkan kegiatan post conference
2. Memberikan reinforcement pada percepti 3. Memberi rencana tindak lanjut mengenai rencana yang diperlukan untuk membantu percepti meningkatkan kemampuannya 4. Menyampaikan rencana bimbingan selanjutnya (topic, waktu dan tempat) 5. Memberikan penugasan pada percepti tentang rencana selanjutnya (mempersiapkan pelaksanaan tindakan) 6. Mengakhiri post conference
Menjawab dan mendiskusikan
Tanya jawab dan diskusi
Diskusi
Tanya jawab
Memperhatikan
Ceramah
Bertanya hal-hal yang belum jelas
Diskusi
Memperhatikan
Ceramah
Bertanya tentang hal yang belum jelas
Tanya jawab
Menyimpulkan hasil post conference bersama pembimbing Memperhatikan
Ceramah
Memperhatikan
Ceramah
Ceramah
Menyimak
Melaksanakan tugas yang diberikan
Menjawab salam
Ceramah
SAP
SAP
E. Evaluasi Menyepakati untuk praktik hari ini dengan keinginan percepti 1. Persiapan a. Meyiapkan tempat post conference b. Menyiapkan SAP c. Menyiapkan presensi 2. Proses a. Percepti berperan aktif dan kooperatif dalam kegiatan post conference b. Kegiatan post conference berjalan lancar 3. Hasil a. Percepti mengerti tentang pembelajaran yang telah dilakukan b. Percepti mampu mengevaluasi segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan F. Referensi Ulfianan, Elisa. 2012. Pengajaran Klinik Perceptorship dan Mentorship. Saifuddin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 4. G. Materi Terlampir
Disahkan Oleh Pembimbing lahan
Kab. Semarang, 7 Juni 2017 Disiapkan Oleh Mahasiswa
Subiyatun, SST.Keb NIP. 19720609 199203 2 004
Rona Syintia Rihhadatul Aisy NIM. P1337424416154
Mengetahui, Pembimbing Institusi
Rizky Amelia, SST, M.Kes NIP. 19810520 200212 2 002
PRODI DIV KEBIDANAN KELAS ALUMNI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) BED SIDE TEACHING Mata Kuliah/Skill Tempat Nama Mentee Semester (Mentee) Nama Mentor Waktu Pertemuan Kompetensi
: : : : : : :
Praktik Klinik Kebidanan Mata Kuliah Metodik Khusus BPM Subiyatun, SST.Keb Aisyah Nur Afifah Mahasiswa DIV Kebidanan Semester IV Rona Syintia Rihhadatul Aisy Kamis, 15 Juni 2017 Demonstrasi konseling KB
A. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan bed side teaching mahasiswa mampu melakukan demontrasi konseling KB. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan bed side teaching ini persepti diharapkan mampu: a. Menjelaskan komponen dalam konseling KB. b. Melakukan prosedur demonstrasi konseling KB. c. Menerapkan konseling KB. B. Pokok Bahasan Aplikasi pengetahuan teoritis tentang pelayanan kontrasepsi (konseling KB) C. Sub Pokok Bahasan Konseling KB. D. Kegiatan Bed Side Teaching
No 1.
Jenis Kegiatan/ Waktu Tahap persiapan/ Pembukaan + 10 menit
Kegiatan Pengajaran
Kegiatan Mahasiswa
1. Memberi salam
Menjawab salam
2. Menjelaskan pada percepti tentang kegiatan waktu dn tujuan dari bed side teaching kebidanan yaitu demonstrasi konseling KB yang baik
Memperhatikan
Metode
Media SAP
Ceramah
2
3
Tahap Pelaksanaan + 40 menit
Tahap Evaluasi/ Penutup + 10 menit
3. Menjelaskan pada peserta didik tentang hasil yang diharapkan dari demonstrasi 4. Menjelaskan kepada peserta didik tentang alat yang digunakan untuk demonstrasi 5. Mengajak peserta didik menuju ruang pasien 1. Memulai kegitan bed side teaching kebidanan yaitu berupa demonstrasi konseling KB. 2. Memberikan komentar yang jelas mengenai prosedur yang dilakukan 3. Memberikan kesempatan bertanya dan berdiskusi pada percepti 4. Memberikan kesempatan redemonstrasi pada peserta didik dan membantu mahasiswa bila diperlukan 5. Memberikan reinforcement pada pasien atas kerja sama dalam melaksanakan kegiatan 1. Memberi kesempatan pada percepti untuk self evaluasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan 2. Memberikan reinforcement pada percepti 3. Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan percepti 4. Membuat rencana tindak lanjut mengenai pengalaman yang diperlukan untuk membantu percepti untuk meningkatkan kemampuan 5. Menutup kegiatan bed side teaching
Memperhatikan
Ceramah
Memperhatikan
Ceramah
Menuju ruang pasien Memperhatikan
Praktik
Memperhatikan
Ceramah
Bertanya
Tanya jawab
Mendemonstrasik an
Praktik
Memperhatikan
Ceramah
Mengevaluasi
Dsikusi
Memperhatikan
Diskusi
Memperhatikan
Diskusi
Memperhatikan
Ceramah
Menjawab salam
E. Evaluasi Menyepakati untuk praktik hari ini sesuai dengan keinginan percepti 1. Persiapan a. Menyiapkan tempat b. Menyiapkan SAP c. Mendapatkan data tentang pasien
2. Proses a. Percepti berperan aktif dan kooperatif dalam kegiatan bed side teaching demonstrasi konseling KB. b. Pasien bersedia bekerja sama dengan pelaksanaan bed side teaching c. Kegiatan bed side teaching berjalan lancar 3. Hasil a. Percepti mampu menjelaskan keadaan pasien b. Percepti mampu menjelaskan tentang kebutuhan pasien c. Percepti mampu mengetahui rencana tindakan dari pasien tersebut dan perkembangannya F. Referensi Ulfianan, Elisa. 2012. Pengajaran Klinik Perceptorship dan Mentorship. Saifuddin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 4. G. Materi Terlampir
Disahkan Oleh Pembimbing lahan
Kab. Semarang, 7 Juni 2017 Disiapkan Oleh Mahasiswa
Subiyatun, SST.Keb NIP. 19720609 199203 2 004
Rona Syintia Rihhadatul Aisy NIM. P1337424416154
Mengetahui, Pembimbing Institusi
Rizky Amelia, SST, M.Kes NIP. 19810520 200212 2 002
Konseling KB A. Pengertian Konseling Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. B. Tujuan konseling KB Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal: 1. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi. 2. Memilih metode KB yang diyakini. 3. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif. 4. Memulai dan melanjutkan KB. 5. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia. C. Prinsip Konseling KB Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri / confidentiality ; Tidak memaksa / voluntary choice; Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan Kewenangan / empowerment . D. Keuntungan Konseling KB Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah: 1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya. 2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan. 3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif. 4. Membangun rasa saling percaya. 5. Mengormati hak klien dan petugas. 6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB. 7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah. E. Hak Pasien Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut: 1. Terjaga harga diri dan martabatnya. 2. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. 3. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan. 4. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik. 5. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan. 6. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan. F. Konseling KB dan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan : 1. Motivasi 2. Edukasi / pendidikan 3. Konseling G. Pendidikan KB Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: 1. Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia. 2. Menyediakan informasi terkini dan isu. 3. Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah. 4. Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa. 5. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah. H. Konseling KB Konseling KB antara lain: 1. Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan. 2. Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi.
3. Membantu klien membuat pilihan sendiri.
I.
Peran Konselor KB Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut: 1. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya. 2. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. 3. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan Tindakan Medik. J. Informasi tentang Macam KB 1. IUD Menurut (Pinem, 2009; h. 287) bahwa jenis Cu-T atau Cu-7 dan sebagainya merupakan pilihan yang baik untuk ibu yang menyusui, karena tidak mempengaruhi kuantitas maupun kualitas ASI. Menurut Saifuddin (2010) bahwa yang dapat menggunakan alat kontrasepsi IUD yaitu usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, risiko rendah dari IMS, tidak menghendaki kontrasepsi hormonal. Waktu penggunaan alat kontrasepsi ini yaitu setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil, hari pertama sampai ketujuh siklus haid, segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi, selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. 2. Pil KB Pil KB yang aman digunakan untuk ibu yang menyusui yaitu minipil, karena hanya mengandung hormon progesteron sehingga tidak mempengaruhi proses laktasi (Pinem, 2009; h. 255). Minipil boleh digunakan oleh ibu yang ingin menggunakan metode kontrasepsi efektif selama periode menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi yang mengandung estrogen. Waktu untuk memulai metode kontrasepsi pil ini yaitu mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid, setelah 6 minggu pasca persalinan dan ibu telah mendapat haid, penggunaannya dimulai pada hari 1-5 siklus haid, bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat bila menyusui penuh, tidak memerlukan alat kontrasepsi tambahan, bila ibu tidak haid minipil dapat digunakan setiap saat, tetapi ibu tidak sedang dalam kondisi hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja, bila digunakan lebih dari hari ke 5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja (Saifuddin, 2010). 3. Suntik KB Suntik KB yang aman digunakan untuk ibu yang sedang menyusui yaitu KB suntik 3 bulan dan 2 bulan, karena hanya mengandung hormon progesteron sehingga tidak mengganggu proses laktasi. Suntik KB dapat dimulai saat hari ke 7 setelah masa nifas. Apabila penyuntikan akan dilakukan setelahnya, sebaiknya gunakan perlindungan ganda, yaitu kondom selama 2 x 24 jam (Akhmad, 2006). Suntik KB ini dapat digunakan oleh ibu yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, ibu yang setelah melahirkan dan tidak menyusui, tekanan darah <180/110 mmHg,
ibu yang ingin menggunakan kontrasepsi yang tidak mengandung estrogen. Penggunaan kontrasepsi ini dapat dimulai pada waktu setiap saat selama siklus haid, hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid, dapat diberikan setiap saat dalam kondisi tidak hamil, selama 7 hari tidak boleh melakukan hubungan seksual terlebih dahulu (Saifuddin, 2010). 4. Implant Jenis implant yang dapat digunakan pada ibu menyusui adalah implant yang hanya mengandung hormon progesteron agar tidak mengganggu produksi ASI (Pinem, 2009; h. 282). Jenis-jenis implant yang hanya mengandung hormon progesteron antara lain: Norplant (terdiri dari 6 batang silatik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang mengandung 36 mg Levonorgestrel dengan masa kerja 5 tahun), Implanon (terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama kerja 3 tahun), Jadena dan Indoplant (terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun) (Saifuddin, 2010). Alat kontrasepsi ini dapat digunakan oleh ibu menyusui dan memerlukan kontrasepsi yang efektif, ibu yang tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen, memiliki tekanan darah <180/110 mmHg. Waktu untuk memulai penggunaan metode kontrasepsi ini yaitu setiap saat selama siklus haid hari kedua sampai hari ketujuh, apabila dilakukan setelah hari ketujuh siklus haid kemudian melakukan hubungan seksual, maka perlu menggunakan alat kontrasepsi tambahan, apabila ibu menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat bila menyusui penuh, ibu tidak memerlukan kontrasepsi tambahan, setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, apabila akan melakukan hubungan seksual selama 7 hari setelah pemasangan diperlukan adanya kontrasepsi tambahan (Saifuddin, 2010). Keuntungan dari KB implant adalah daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mempengaruhi ASI (Saifuddin, 2010). Hormon progestin dilepaskan secara terus menerus untuk menekan ovulasi sebagai aksi kontraseptif primer. Kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan terjadi dengan cepat, sehingga ini merupakan metode yang sangat efektif (Cunningham, 2012).