Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Diterbitkan oleh: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Penasihat/Pelindung: Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan Perdesaan, DEPKIMPRAS DEPKIMPRASWIL WIL Penanggung Jawab: Direktur Permukiman dan Perumahan, BAPPENAS Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi, DEPKES Direktur Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Timur, DEPKIMPRASWIL Direktur Bina Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI Direktur Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, DEPDAGRI Pemimpin Redaksi: Oswar Mungkasa Dewan Redaksi: Hartoyo, Johan Susmono, Indar Parawansa, Poedjastanto Redaktur Pelaksana: Maraita Listyasari, Rewang Budiyana, Rheidda Pramudhy, Joko Wartono, Essy Asiah, Mujiyanto Desain/Ilustrasi: Rudi Kosasih Produksi: Machrudin Sirkulasi/Distribusi: Anggie Rifki Alamat Redaksi: Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat. Telp. (021) 31904113 e-mail:
[email protected] [email protected] [email protected] Redaksi menerima kiriman tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan dan belum pernah dipublikasikan. Panjang naskah tak dibatasi. Sertakan identitas diri. Redaksi berhak mengeditnya. Silahkan kirim ke alamat di atas. z
foto cover: MUJIYANTO/PERCIK
Dari Redaksi Suara Anda Laporan Utama Sampah Masih Jadi ‘Sampah’ Seputar Sampah Upaya Mengurangi Emisi Metan dari TPA Belajarlah Sampah ke Negeri Cina Program Bangun Praja, Memacu Daerah Peduli Lingkungan Wawancara ‘Penanganan Sampah Jelek, Tingkat Kesehatan Rendah’ Wawasan Sampah Sebagai Sumber Energi, Tantangan Bagi Dunia Persampahan Indonesia Masa Depan Pre-Studi Masalah Sampah, Kasus Kota Surabaya Pengelolaan Sampah di Makassar Pengelolaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dan Tantangan ke Depan Masalah AMPL di Kabupaten Kebumen Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang Samp Sa mpah ah Mem Memba bawa wa Berk Berkah ah di di Desa Desa Tem Temes esi, i, Kab Kabup upat aten en Gia Giany nyar ar,, Bali Bali Reportase Kiprah Ny. Bambang ‘’Sampah’’ Wahono, Kelola Sampah, Hijaukan Banjarsari Ragam Ragam Teknologi Pengolahan Sampah Kapsul Sampah, Model Penyimpanan Sampah Jangka Panjang Teropong Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung Info Buku Info CD Info Situs Kunjungan Diseminasi Program WASPOLA di Propinsi Gorontalo Pringga Jurang Keruntuhan Bulan Seputar WASPOLA Pelaksanaa Pelak sanaan n Kebijakan Kebijakan Nasiona Nasionall AMPL Berbasi Berbasiss Masyarakat Masyarakat di di Daerah Daerah Lokakarya Kelompok Kerja WASPOLA Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA Seputar AMPL Orientasi MPA/PHAST Pokja AMPL Ikuti Nusantara Water 2004 Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek ProAir Seminar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair Persiapan Proyek ProAir di Kabupaten Alor Pustaka AMPL Agenda Glosari
1 2 3 3 6 8 9 11 13
16 18 20 22 23 25 27
29 32 34 35 37 38 39 40 41 42 44 45 46 47 47 48 49 50 51 52
D A R I R E D A K S I FOTO: OM
P
embaca, Per Percik cik mulai menapaki babak baru yakni bagaimana Per mana Percik cik mulai menjangkau para pemangku kepentingan air minum dan penyehatan lingkungan di seluruh Tanah Air. Per Percik cik telah menyebar dari Sabang sampai Merauke meski dalam jumlah yang ter batas. bat as. Al ha md ul il la h , berbagai kalangan menyambut hangat kehadiran Percik Per cik . Ini dibuktikan dengan banyaknya tanggapan yang datang kepada kami. Bahkan ada beberapa kalangan yang berharap bisa berlangganan Pe rc ik kendati harus membayar –padahal Per Percik cik merupakan majalah gratis. Ini tentu hal yang memb ahag ahagiaka iakan n kami kami.. Beberapa waktu lalu kami mengikuti Nusantara Water 2004 di Jakarta Convention Center bersama dengan Program WASPOLA dan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) sebagai induk kami. Langkah itu merupakan upaya kami untuk makin mendekatkan Per mendekatkan Percik cik ke tengahtengah pemangku kepentingan AMPL . Kami akan ter terus us ber berupa upaya ya agar majalah ini makin eksis dan menjadi rujukan, referensi, dan wadah komunikasi bagi pihak-pihak terkait di bidang ini. Pembaca, pada edisi ini, Per Percik cik hadir dengan laporan utama mengenai sampah. Mengapa ini diangkat? Sampah merupakan suatu hal yang masih menjadi persoalan di negeri ini. Isu penyehatan lingkungan tak pernah lepas dari sampah. Semua orang tahu itu, tapi tak semua orang memiliki kepedulian terhadap masalah yang satu ini. Ibarat peribahasa, ‘’Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu’’, sampah tak pernah kunjung usai penanganannya meski banyak ban yak piha pihak k ber berbic bicara ara keb kebers ersihan ihan dan kesehatan.
1
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
LESEHAN Salah satu kekhasan dari Kelompok Kerja Kerja AMPL Pusat adalah lesehan dalam beberapa beberapa lokakarya.
Persoalan sampah sebenarnya bu ka kan n se ka kada da r pe rs oa oala la n te kn is is.. Teknologi apa yang cocok dan berapa dana yang dibutuhkan. Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Budiman Arief, menjelaskan itu. Kuncinya, penanganan sampah harus merupakan langkah yang sistemik. Lebih dari itu, menarik kiranya pandangan M. Gempur Adnan, Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan bahwa bah wa itu semu a ter tergan gantun tung g komi tmen semua pihak. Tanpa ada komitmen, jangan diharap persoalan sampah akan tuntas. Dana hanyalah masalah nomor kesekian. Pe rc ik kali ini juga banyak memuat artikel-artikel sampah dari para praktisi dan pegiat sampah. Kami berharap dengan banyaknya artikel yang sesuai dengan laporan
utama, pengetahuan kita mengenai sampah semakin bertambah luas. Ya ng ta k ka la lah h me na ri k, ad ada a reportase mengenai peran perempuan dalam mengelola sampah sejak dari hulu. Berkat keuletannya itu, kampungnya yang berada di jantung kota Jakarta, berubah hijau dan asri. Bahkan kini kampung tersebut menjadi salah satu tujuan wisata lingkungan. Banyak orang, baik dari dalam dan luar negeri, yang belajar dari perempuan tersebut. Dan berkat usahanya itu pula ia menyabet berbag ber bagai ai pen ghar gaan . Seperti biasanya, Per Percik cik tetap menampilkan rubrik-rubrik rutin lainnya. Kami berharap ada masukan dan kritik dari para pembaca demi perbaikan majalah ini ke depan. Akhi rny rnya a kami ber hara harap p Per Percik cik bergun ber gun a bagi And Anda, a, par para a pem pembaca baca . Salam. Sal am.
S UARA ANDA MDGs Kurang Greget Kami ucapkan selamat atas terbitnya media informasi Percik. Izinkanlah kami menyarankan agar Mille nniu m Development Goals (MDGs) disosialisasikan terlebih dahulu ke daerah supaya gregetnya atau gaungnya sampai ke telinga masyarakat sehingga masyarakat sendiri terinspirasi dan memiliki tanggung jawab moral untuk mewujudkan target MDGs. Natalia Silitonga Kantor Bupati Toba Samosir Bagian Perekonomia Perekonomian-Kasubbag n-Kasubbag Kimpraswil Jl. Pagar Batu No. 1 Balige Sumatera Utara
Saran Anda sangat sesuai dengan harapan kami. Para pemangku kepentingan soal ini kini sedang berupaya
melakukan sosialisasi. Kami pun ikut andil dalam masalah ini dengan memuatnya pada Percik edisi 3 yang lalu. Apa yang kami lakukan memang belum apa-apa tanpa ada gerakan sosialisasi yang tersistem dari para pemangku ke pentingan MDGs itu sendiri. (Redaksi)
Membantu Stakeholder di Daerah Adanya media informa informasi si air minum dan penyehatan lingkungan (Percik) akan sangat membantu kami dalam melaksanakan interaksi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) di bidang air minum agar tercipta suatu kerja sama para pemangku kepentingan dengan program seksi penyehatan air dan pengamanan limbah di Dinas Kese-
hatan Kabupaten Musi Rawas, Prop. Sumatera Selatan, menuju Indonesia Sehat 2010. Drs. H. Syamsul Anwar, MF, MM Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas
Kami sang Kami sangat at sena senang ng bil bila a para para pem pemba baca ca bisa mengambil manfaat dari Perc Percik ik.. Ma jalah ja lah in inii mema memang ng dit diter erbi bitk tkan an untu untuk k menyo menyo-sialisasikan berbagai kebijakan dan program air minum dan penyehatan lingkungan sekaligus menjadi ajang para pemangku kepentingan untuk saling berbagi pengalaman dan berkomunikasi. (Redaksi) Kami menerima ucapan selamat dan terima kasih dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebut satu per satu atas terbit dan dikirimnya Percik dikirimnya Percik.. (Redaksi)
L O M B A K A R YA T U L I S Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) bekerja sama dengan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Dep. KIMPRASWIL) Menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) TEMA : PENYELENGGARAAN PENYELENGGA RAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT SUB TEMA : 1) Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 2) Pendanaan Berbasis Berbasis Masyarakat Masyarakat dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 3) Kelembagaan Pengelolaan Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat 4) Peran Wanita Wanita dalam Penyelenggaraan Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
2
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
PERSYARATAN 1. Pese Peserta rta Lomba Lomba : Masyarak Masyarakat at Umum Umum 2. Panj Panjang ang tulisan tulisan 10-15 10-15 halaman halaman folio; folio; 1,5 spasi spasi dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah digandakan 5 (lima) kali. 3. Tulisan belum pernah dipublikasi kan 4. Pese Peserta rta melampi melampirkan rkan foto foto copy identit identitas. as. 5. Kary Karya a Tulis Tulis diserahk diserahkan an ke Panitia Panitia Lomba Lomba Paling Lambat tanggal 28 Oktober 2004 6. Peme Pemenang nang Karya Karya Tulis Tulis akan akan Diumumk Diumumkan an tanggal 28 November 2004 7. Hadiah: Pemenang Peme nang 1 Rp. Rp. 5.000 5.000.000 .000 Pemenang Peme nang 2 Rp. Rp. 3.000 3.000.000 .000 Pemenang Peme nang 3 Rp. Rp. 1.500 1.500.000 .000 Keterangan lebih lanjut silakan hubungi Panitia Lomba Karya Tulis Jl Cianjur Cianjur No. No. 4 Menteng, Menteng, Jakarta Pusat Telp. Te lp. (021) 31904 31904113 113
L A P O R A N U T A M A
SAMPAH Masih Jadi ‘Sampah’ FOTO: MUJIYANTO
Kita tidak pernah lepas dari sampah. Setiap hari ada saja sampah yang harus kita buang. Entah di kantor, di rumah, di manapun kita berada. Tidak heran ketika kita tidak mengelola dengan baik maka sampah akan dengan mudah kita temui bertebaran di sekitar kita.
M
ungkin bagi sebagian orang selembar kertas, atau setas limbah rumah tangga tak jadii masa jad masalah. lah. Tapi beg begitu itu ker kertas tas dan limbah rumah tangga itu berkumpul dengan sampah sejenis dari banyak orang, persoalan akan timbul, apalagi di perkotaan yang lahannya terbatas. Dan faktanya menunjukkan potensi timbulan sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
3
Timbulan sampah Tidak tersedia data berapa persisnya jumlah timbulan sampah di Indonesia. Namun berdasar hasil perhitungan Bappenas sebagaimana tercantum dalam Buku Infrastruktur Indonesia, pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar di Indonesia diperkirakan tim bulan sampah per kapita berkisar antara
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
600 – 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa besarnya tim bulan bula n sampa sampah h yang dihas dihasilkan ilkan , data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6,2 ribu ton, Kota Bandung sebesar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan Kota Makassar 0,8 ribu ton (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit dalam penanganannya. Berdasarkan data tersebut diperkirakan kebutuhan lahan untuk TPA di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 ha, dan meningkat menjadi 1.610 ha pada tahun 2020. Kondisi ini akan men jadi masal ah besa besarr deng an mempe rhatikan semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan. Salah satu contoh terkini adalah kesulitan pemerintah DKI Jakarta dalam menyedi-
L A P O R A N U T A M A
mulai dilakukan walaupun masih dalam skala kecil dan sebagian besar dilakukan oleh pemulung. 60 Pengomposan pun sudah dila50 kukan namun dalam jumlah yang n 40 e Penanganan Sampah sangat terbatas. s 30 r e Menurut data BPS, pada Sementara itu TPA yang ada p 20 10 tidak dikelola dengan baik. Masih tahun 2001 timbulan sampah 0 yang diangkut hanya mencapai terjadi pembakaran sampah D i angk an gkut ut D i tim ti m bun bu n D i buat bu at D ibak ib akar ar Lai La i nnya nn ya 18,03 persen, sementara selebihuntuk mengurangi timbunan Kompos nya ditimbun 10,46 persen, dibusampah, dan tidak terkelolanya at kompos 3,51 persen, dibakar gas metan yang dihasilkan oleh Per ko kotaan Per de des aa aan Total 43,76 persen, dan lainnya timbunan sampah. Sementara (dibuang ke sungai, pekarangan dalam Kyoto dalam Kyoto Protocol yang yang sudah diratifikasi oleh pemerintah kosong dan lainnya) 24,24 persen. Terlihat bahwa sampah yang Penyebab rendahnya penerapan sis- Indonesia, pengurangan gas metan mendiangkut masih sangat sedikit, demikian tem sanitary landfill di landfill di Indonesia, antara jadi salah satu persyaratan. persyaratan. Masalah lainlainpula sampah yang diproses menjadi kom- lain, rendahnya disiplin pengelola dalam nya yang timbul akibat pengelolaan TPA pos, sementara yang dibakar dan dibuang menerapkan prosedur teknis, terbatasnya yang tidak sesu sesuai ai pers yarat yaratan an di ke tempat yang tidak seharusnya bahkan anggaran untuk operasi dan pemeli- antaranya timbulnya bau, menurunnya masih mencapai 68 persen. Kondisi ini haraan, sulitnya mendapatkan tanah kualitas air akibat pembuangan sampah menunjukkan masih besarnya potensi penutup, terbatasnya ketersediaan alat ke sungai, merembesnya air lindi dari sampah menjadi sumber pencemaran berat, rendahnya kualitas sumber daya TPA ke air tanah dangkal dan air per baik udara, maupun air termasuk menja- manusia, dan belum terorganisasikannya mukaan, pencemaran udara serta meredi pemicu timbulnya penyakit. Di dae- pemulung di lokasi TPA sebagai bagian baknya dioxin yang bersifat karsinogen. rah perkotaan sekalipun, sampah yang terpadu sistem sanitary landfill. Kesadaran masyarakat akan kebersihdibakar dan dibuang sembarangan masih an sudah baik tetapi terbatas hanya pada mencapai 50,76 persen. Proporsi sampah Karakteristik Sampah lingkungan halaman rumah saja. Rumah yang ditimbun sendiri masih cukup besar Karakteristik sampah perkotaan memang bebas dari sampah tetapi sammencapai 10,46 persen. Sampah seperti ber berbeda beda deng an sampa sampah h perd esaan . pah tersebut dibuang tidak pada tempatplastik dan sejenisnya relatif sulit diurai Secara umum, sampah perkotaan di nya seperti selokan, sungai, dan bahkan sehingga penanganan sampah dengan Indonesia memiliki komposisi 80 persen halaman kosong milik tetangga. Fenocara menimbun menjadi kurang tepat. sampah organik, dan selebihnya sampah mena NIMBY ( Not In My Backyard ) saPengomposan juga belum populer di non-organik. Sampah non organik terse- ngat terasa di sini. masyarakat. but separuhnya merupakan sampah plasHal ini juga didorong oleh belum tersedianya pelayanan persampahan Sebagian besar Tempat Pengolahan tik. Akhir (TPA) (TPA) sampah direncanakan meng yang memadai. gunakan sistem sanitary landfill . Namun Isu Utama Jika dibandingkan dengan kesediaan dalam perjalanan waktu, akhirnya sebaCakupan pelayanan pengelolaan per- membayar pelayanan air minum maka gian besar TPA tersebut akhirnya meng- sampahan yang masih rendah khususnya kesediaan membayar pengelolaan samgunakan sistem open dumping (70 di perkotaan dapat berdampak pada pah relatif lebih rendah. Ini terjadi karepersen) dan hanya sebagian kecil yang meningkatnya wabah penyakit menular na masyarakat tidak mengetahui sebetetap menggunakan sistem controlled seperti tipus, kolera, muntaber, disentri, narnya seperti apa pengelolaan sampah landfill dan landfill dan sanitary landfill (30 landfill (30 persen). pes, leptospirosis, salmonelosis, demam itu berlangsung. Beberapa kota yang menerapkan con- gigitan tikus. Selain juga sampah yang Rendahnya tingkat pengorbanan trolled landfill di antaranya Jakarta, dibuang ke sungai dan saluran pembu- masyarakat untuk memberikan konBandung, Semarang, Surabaya, Padang, angan berpotensi menimbulkan banjir. tribusinya berbanding terbalik dengan Malang, Yogyakarta, Pontianak, BalikPrinsip pengurangan timbulan sam- juml jumlah ah timbu timbulan lan sampah . Kebu tuhan papan, Banjarmasin, dan Denpasar. pah pada dasarnya telah dikenal dan lahan untuk lokasi TPA meningkat. Perlu akan lahan untuk pengolahan sampah setelah TPA Bantar Gebang tidak dapat dipergunakan lagi.
4
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Penanganan Sampah (%)
L A P O R A N U T A M A
dicari alternatif pengolahan sampah yang tidak memerlukan lahan yang luas. Di sisi lain, saat ini belum tersedia kebijakan nasional persampahan yang dapat menjadi payung pengelolaan persampahan oleh seluruh pemangku kepentingan. Peraturan-peraturan yang ada ‘tercecer’ di daerah atau instansi sektoral. Wajar bila hingga kini belum terwu jud sistem kelembagaan, koordinasi dan integrasi pengelolaan sampah. Dimulainya era otonomi daerah men jadikan jadi kan peng elol elolaan aan sampa sampah h menj adi kewenangan pemerintah daerah. Namun di lain pihak, masih banyak pemerintah daerah yang menganggap persampahan bukan prioritas. Ini terlihat dari minimnya alokasi anggaran ke sektor ini.
syarakat, dan lainnya. Selain itu, pemanfaatan sampah sebagai sumber energi (wasre to energy) energy) layak untuk diperhatikan mengingat hingga kini belum ada pihak yang mempraktekkan langkah ini di Indonesia. Bila sampah telah termanfaatkan sejak dari hulu maka sistem sanitary landfill tidak memerlukan lahan yang luas dengan biaya besar. Sanitary landfill hanya digunakan untuk mengolah residu dari hasil pembakaran insinerator.
laan (lihat diagram.)
3. Peningkatan peran antarpemerintah daerah dalam pengelolaan sampah Persoalan sampah pada dasarnya bukan persoalan individual kota tapi persoalan regional. Polusi udara, air, dan tanah berdampak pada wilayah yang luas melintasi batas administratif. Oleh karena itu penentuan lokasi TPA yang selama ini berdasarkan wilayah administratif men jadi tida tidak k releva relevan. n. Di Di masa masa menda mendatang tang konsep TPA regional dan terpusat (regional (regional 2. Peningkat Peningkatan an peran masyarakat solid waste management ) perlu dikem bangkan sebagai upaya bersama dalam dan dunia usaha Langkah mengurangi timbulan sam- mengatasi kesulitan lahan TPA. pah tidak akan efektif tanpa peran aktif masyarakat. Merekalah penghasil utama 4. Pengembangan teknologi baru sampah dan mereka pula yang merasakan Kemampuan pelayanan persampahan Kebijakan ke Depan dampak negatifnya bila sampah tak tergantung pada pilihan teknologi yang Penyelesaian persampahan mau tidak dikelola dengan baik. Kuncinya adalah tersedia. Penggunaan teknologi yang mau harus dilakukan secara sistemik dan peningkatan kesadaran dan tanggung tepat akan mengoptimalkan pengelolaan terintegrasi dengan melibatkan seluruh jawab dala dalam m peng elol elolaan aan sampa sampah. h. persampahan. Oleh karena itu, penggupemangku kepentingan. Apalagi pada Masyarakat bisa berperan sebagai a) pe- naan teknologi baru bisa menjadi alter2025 telah dicanangkan sebagai tahun ngelola (mengurangi timbulan sampah dari natif peningkatan kemampuan pengelozero waste (bebas sampah) dunia. sumber); b) pengawas (mengawasi tahapan laan persampahan khususnya di kota Beberapa langkah yang bisa diambil pengelolaan agar berjalan dengan benar); c) besar. dalam rangka menuju ke arah itu yakni: pemanfaat (memanfaatkan sampah secara 5. Peningkatan kampanye perilaku individu, kelompok, atau kerja sama dengan 1. Mengurangi volume timbulan sam- dunia usaha); d) pengolah (mengoperasikan hidup bersih dan sehat pah dengan menggunakan konsep 3R dan memelihara sarana dan prasarana pengPengelolaan sampah tak akan berhasil (reduce, reuse, dan recycle). olah sampah); e) penyedia biaya pengelo- tanpa ada kesadaran masyarakat bahwa Metode ini perlu disosialisalingkungan sehat juga merupakan sikan ke tengah-tengah masyakebutuhan pokok mereka. Peningkatrakat agar mereka mau mengguan kesadaran ini harus dilakukan secara terus menerus kepada seluruh nakan kembali dan mendaur ulang sampahnya. Tentu langkah lapisan masyarakat. Program edukasi ini perlu dibarengi penyadaran di bidang kesehatan perlu ditanamakan pentingnya memilah samkan sejak dini kepada siswa sekolah. pah di rumah tangga sehingga Akhirnya, meningkatkan kepememudahkan pengolahan pada dulian semua pemangku kepentingtahap berikutnya. Konsep 3R an (stakeholder stakeholder)) di bidang persampahan tak bisa ditawar-tawar lagi. akan makin efektif jika didukung peraturan perundang-undangan Seberapa canggih teknologi, uang banyak, sumber daya bagus, tapi yang memberikan penghargaan dan hukuman (reward (reward and putidak ada perhatian serius dari penishment ) kepada semua pemangku kepentingan, maka persoalmangku kepentingan yang teran sampah akan tetap menjadi ‘samkait, apakah itu pemulung, mapah’. OM/MJ
5
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L A P O R A N U T A M A
Seputar Sampah FOTO: OSWAR MUNGKASA
Apa itu sampah? Sampah adalah suatu bahan yang ter buang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis Bagaimana pengklasifikasian sampah? z Sampah dapat diklasifikasikan berdasar sumbernya yaitu (i) sampah domestik yang terdiri dari sampah rumah tangga, bongkaran bangunan, sanitasi dan sampah jalanan. Secara umum sampah jenis ini berasal dari perumahan dan kompleks perdagangan (ii) sampah berbahaya seperti sampah industri dan sampah rumah sakit yang kemungkinan Sampah organik (tumbuhan, 1-2 minggu mengandung racun. Beberapa sampah buah dan sejenisnya) rumah tangga juga termasuk sampah Kertas 10-30 hari berbahaya seperti baterai, semir sepatuBaju katun 2-5 bulan cat, botol obat; (iii) sampah medis Kayu 10-15 tahun z Sampah dapat diklasifikasikan berwool 1 tahun Wool dasar bentuknya yaitu (i) sampah anorgaAlumunium, kaleng, dan 100-500 tahun nik/kering seperti logam, besi, kaleng, bosejenisnya tol yang tidak dapat mengalami pembuKantong plastik 1 juta tahun? sukan secara alami; (ii) sampah orBotol gelas Tidak diketahui ganik/basah seperti sampah dapur, restoran, sisa makanan yang dapat mengala- tergantung pada jenis sampah. Pada mi pembusukan secara alami; (iii) sam- umumnya sampah organik dapat dihanpah berbahaya seperti baterai, jarum sun- curkan dalam jangka waktu singkat, setik bekas. mentara sampah seperti plastik bahkan z Sampah dapat diklasifikasikan diperkirakan baru akan hancur setelah 1 berdasar berda sar kemampu kemampuan an sampah untuk di- juta tahun. hancurkan yaitu (i) biodegradable biodegradable yaitu yaitu sampah yang dapat mengalami pembu- Bagaimana langkah pengurangan sukan alami termasuk sampah organik produksi sampah domestik? seperti sampah dapur, sayuran, buah, Produksi sampah dapat dikurangi. bunga, bung a, daun dan kerta kertas; s; (ii) nonbio4R (Refuse, Reuse, Recycle, Reduce) degradable yang degradable yang terdiri ter diri dar i sampah daur ulang seperti plastik, kertas, gelas; Refuse. Menggunakan barang 1. 1. Ref Refuse use.. Menggunakan barang yang sampah beracun seperti obat, cat, bateyang lebih tahan lama dari lebih tahan lama dari pada barang rai, semir sepatu; sampah medis seperti pada sekali pakai. sekali pakai. barang sekali Reduce 2. . Mengurangi jarum suntik suntik.. 2. Redu Reduce. ce. Mengurangi timbulan Berapakah waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampah? Lama waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampah sangat beragam
6
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
timbulan sampah. sampah. . Menggunakan 3. 3. Reuse. Reu se.Reuse Menggunakan barangbarang yang bisa dipe dipergun rgunakan akan kembali kem bali.. yang bisa dipergunakan 4. Recycle. Menggunakan barang yang kembali. bisa dida didaur ur ulang. ulang. 4. . Menggunakan Recycle
Prinsipnya adalah pengurangan sampah tersebut harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Dalam kaitan dengan pengurangan sampah, maka kita telah mengenal prinsip 3R ( Reduce, Reuse, Recy cle cle)) yang kemudian berkembang menjadi 4R ( Reduce, Reuse, Recycle, Re fuse). fuse ). Perbedaan mendasar dari prinsip 3R dan 4R terletak pada penambahan prinsip Refu Refuse se (kadang disebut juga replace)) yang memfokuskan pada pengreplace gunaan barang yang lebih tahan lama dibanding barang sekali pakai. Keuntungan penerapan prinsip 4R di antaranya adalah mengurangi efek rumah kaca, mengurangi polusi udara dan air, menghemat energi, konservasi sumber daya, mengurangi kebutuhan lahan untuk TPA, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong penciptaan teknologi hijau. Jenis sampah sangat bergantung pada budaya bud aya masyar akat. Pada masya masyarakat rakat modern khususnya di kota besar penggunaan sampah plastik sangat dominan. Sebagai ilustrasi, sebagian besar sampah domestik berasal dari kantong plastik (kresek) belanja rumah tangga, atau styrofoam untuk wadah makanan. Sementara sampah plastik merupakan ancaman terbesar bagi lingkungan karena waktu hancurnya mencapai 1 juta tahun (mungkin sudah keburu kiamat sebelum sam-
L A P O R A N U T A M A FOTO: MUJIYANTO
bakaran sampah dilakukan sebagai alternatif terakhir atau lebih difokuskan pada penanganan sampah medis. (v). Pengomposan. Pengomposan adalah proses biologi yang memungkinkan organisme kecil mengubah sampah organik menjadi pupuk.
pah plastik tersebut hancur). Kondisi ini menyadarkan kita akan semakin pentingnya penerapan prinsip 4R dalam mengurangi timbulan sampah. Jadi gerakan mengurangi timbulan sampah harus dimulai dari sumbernya yaitu rumah tangga itu sendiri. Oleh karenanya penerapan prinsip ini sangat tergantung pada kesadaran masyarakat.
Biaya sanitary landfills relatif jauh lebih mahal. (iv). Insinerator. (iv). Insinerator. Pada cara pengolahan menggunakan insinerator, dilakukan pembakaran sampah dengan terlebih dahulu memisahkan sampah daur ulang. Sampah yang tidak dapat didaur ulang kemudian dibakar. Biasanya proses pem-
Bagaimana cara pengolahan sampah? Terdapat paling tidak lima cara yang dikenal secara umum dalam pengolahan sampah yaitu (i). Ope Open n dumps. dumps. Op Open en dumps dumps mengacu pada cara pembuangan sampah pada area terbuka tanpa dilakukan proses apapun. (ii). Landfills. (ii). Landfills. Landfills adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih baik dari open dumping. Sampah yang ada ditutup dengan tanah kemudian dipadatkan. Setelah lokasi penuh maka lokasi landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut biasanya dijadikan tempat parkir. (iii). Sanitary landfills landfills.. Berbeda dengan landfills maka sanitary landfills menggunakan material yang kedap air sehingga rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan sekitar.
7
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Sampai seberapa jauh tanggung jawab produsen? Jika rumah tangga diberi peran untuk mengurangi timbulan sampah melalui prinsip 4R, maka produsen seharusnya juga diberi tanggungjawab yang jelas. Produsen dapat membantu rumah tangga dalam menerapkan prinsip 4R tersebut. Salah satunya melalui EPR ( Extended ( Extended Produ cer Responsib Resp onsibilit ility y/Perluasan Tanggung jawab Produsen) yang merupakan usaha mendorong produsen untuk menggunakan kembali produk dan kemasan yang diproduksinya. Pemberian insentif bagi produsen menjadi suatu keniscayaan. OM
Fakta Sampah di Amerika Serikat z Tahun 2001 produksi sampah mencapai 229 juta ton atau sekitar 4,4 pon per orang per hari. Meningkat hampir dua kali produksi sampah tahun 1960. z Sekitar 30 persen sampah didaur ulang, 15 persen dibakar, dan 56 persen dibuang ke TPA z Pada tahun 1999, daur ulang dan pengomposan mengurangi 64 juta ton sampah yang seharusnya dikirim ke TPA. Sekarang ini proses daur ulang dilakukan terhadap 30 persen produksi sampah. Persentase ini meningkat dua kali lipat dibandingkan kondisi 15 tahun yang lalu z Daur ulang baterai mencapai 94 persen, kertas 42 persen, botol plastik 40 persen, kaleng minuman ringan dan bir 55 persen z Jumlah TPA berkurang dari 8.000 lokasi pada 1998 menjadi 1.858 lokasi pada 2001 dengan kapasitas yang r elatif sama.
Fakta Sampah Negara Lain z Amerika Serikat merupakan negara maju penghasil sampah terbesar di dunia yaitu 4,4 pon sampah per kapita per hari, disusul Kanada 3,75 pon dan Belanda 3 pon. Jerman dan Swedia merupakan negara maju dengan produksi sampah terendah. z Amerika Serikat merupakan negara maju dengan proporsi daur ulang terbesar yakni 24 persen, disusul Swiss 23 persen, dan Jepang 20 persen.
L A P O R A N U T A M A
Upaya Mengurangi
Emisi Metan dari TP TPA A FOTO: FANI WEDAHUDITAMA
T
PA merupakan sumber terbesar emisi metan di Amerika Serikat bahkan mungkin juga di Indonesia. Padahal sebenarnya emisi metan dari TPA dapat menjadi salah satu sum ber energi yang potensial. LFG ( Landfill Landfill Gas)) dihasilkan ketika sampah dihanGas curkan di TPA. Gas ini terdiri dari 50 persen metan (CH4), komponen utama gas alam, dan sisanya CO2. Sebagai ilustrasi per Desember 2003, terdapat 360 proyek energi berbasis LFG di Amerika Serikat dan sekitar 600 TPA yang potensial untuk proyek sejenis. Beberapa keuntungan dari penggunaan energi LFG adalah (i) akan mengurangi bau; (ii) (ii) mencegah gas metan terlepas ke atmosfir dan mempengaruhi iklim global. Diperkirakan proyek LFG akan mencegah sekitar 60-90 persen metan yang dihasilkan dari proses di TPA, tergantung pada jenis teknologi yang dipe dipergun rgun akan. Metan ters tersebut ebut diproses menjadi air dan CO2 ketika gas diubah menjadi listrik. Untuk sekitar
4 megawatt listrik setara dengan menanam 60 ribu are hutan setahun atau mengurangi emisi CO2 dari 45 ribu mobil setahun. Energi yang dihasilkan juga dapat menggantikan penggunaan batu bara dari 1.000 kereta api atau penggunaan 500 ribu barel minyak; (iii) mengurangi polusi udara dengan mengurangi penggunaan bahan bakar yang tidak ter-
Sampah dan Perubahan Iklim
M
ungkin kita kurang menyadari bahwa sampah dapat mempengaruhi iklim melalui emisi gas rumah kaca dengan berbagai cara. Bagaimana kaitan sampah dan perubahan iklim? Pertam Per tama. a. Penghancuran sampah di TPA menghasilkan gas metan, yang berpotensi 21 kali lebih kuat dari gas CO2 dalam menyumbang efek rumah kaca. Kedua. Insinerator menghasilkan CO2. Sebagai tambahan, kendaraan yang mengangkut sampah juga memproduksi CO2.
8
Bagaimana strategi pengelolaan sampah mengurangi emisi gas rumah kaca? z Pengurangan timbulan sampah organik yang diolah di TPA akan mengurangi gas metan yang dihasilkan dalam proses penghancuran sampah tersebut. z Pengurangan timbulan sampah yang diolah insinerator akan mengurangi emisi gas rumah kaca. z Barang yang dapat di daur ulang biasanya menggunakan lebih sedikit energi dalam proses pengolahannya sehingga dapat mengurangi emisi.
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
barukan seperti batu bara, gas alam dan minyak; (iv) menciptakan lapangan kerja, penghasilan dan penghematan biaya. Program penggunaan LFG di Amerika Serikat telah secara signifikan mengurangi emisi metan sebesar 14 juta m 3 ton setara karbon (MMTCE). Keuntungan reduksi gas rumah kaca setara dengan penanaman 18 juta are hutan atau mengurangi emisi tahunan dari 13 juta mobil. Sementara 600 TPA yang berpotensi menghasilkan listrik dari gas metan, ternyata berdasar perhitungan dapat menghasilkan listrik bagi 1 juta rumah. Terdapat beberapa pilihan proses LFG menjadi energi, di antaranya berupa (i) pembangkit listrik, (ii) penggunaan langsung untuk menggantikan bentuk bahan bakar yang ada seperti gas alam, batu bara, bensin ; (iii) cogeneration cogeneration,, merupakan kombinasi panas dan tenaga (Combined Heat and Power/CHP ) yang menghasilkan listrik dan energi panas. Terlepas dari berbagai keuntungan mengubah LFG menjadi energi tetapi ternyata dalam prosesnya menghasilkan emisi NOx yang dapat merusak ozon dan membentuk kabut asap. OM
L A P O R A N U T A M A
Belajarlah Sampah ke Negeri Cina P
esta Olimpiade di Athena baru saja usai, Negara tirai bambu China akan menyambut pesta Olimpiade berikutnya tahun 2008 di Bei jing. Menjelang Olimpiade 2008 terse but, Cina mulai mulai sibuk berbenah diri mulai dari penataan infrastruktur kota sampai masalah kebersihan kota. Ini tampak sekali di ibukota Cina, Beijing. Kendati secara hitungan masih lama, pembenahan perkotaan dan pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan. Maklum, mereka tak ingin kota berpenduduk 16 juta jiwa itu mengecewakan para atlet, ofisial, dan penggembira yang datang dari seluruh penjuru dunia. Dalam rangka event Olimpiade ini, Pemerintah Cina telah mengeluarkan ke bijakan khusus untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan termasuk peningkatan sistem pengelolaan persampahan. Khusus Kota Beijing, Pemerintah Kota setempat memformulasikan sebuah kebijakan persampahan yakni (i) meningkatkan pelayanan 98 % pada 2007; (ii) daur ulang dan kompos 30 % pada tahun 2007; (3) pemisahan sampah di sumber sampai dengan 50 % pada tahun 2007; (iv) tahun 2007 pengelolaan lokasi landfill harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan; dan (v) pengembangan teknologi pengolahan lechate terus dilakukan untuk mencapai standar efluent yang yang dipersyaratkan. dipersyaratkan. Kondisi Pengelolaan Persampahan Aspek Teknis Penanganan persampahan di Beijing pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Ini karena komposisi dan karakteristik sampah yang hampir sama. Pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA hampir sama, termasuk tidak dilakukan proses pemilahan sampah di sumber. Hanya saja, Beijing dengan jumlah sampah 9000 ton per hari (seba-
9
gai perbandingan Jakarta menghasilkan sampah 6.000 ton/hari) memiliki pelayanan yang yang jauh lebih baik, terutama bila ditinjau dari sudah tingginya cakupan pelayanan (90%) maupun kualitas pelayanannya. Meskipun tidak dilakukan pemisahan sampah di sumber, namun transfer station yang station yang ada kota itu memiliki fasilitas pemisahan sampah, sehingga sampah yang dibuang ke TPA hanya residu. Selanjutnya sampah organik dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos (diproses di instalasi kompos skala kota, kapasitas 200–400 ton/hari) dan daur ulang. Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah juga hampir sama dengan yang dila dilakukan kukan di Indo nesia nesia,, sepe seperti rti menggunakan gerobak sepeda dan truk (compactor truck). Namun kualitas dan efisiensi pengangkutan sampahnya sangat baik karena setiap radius 8 km dilengkapi dengan transfer station. Metode pembuangan akhir sampah dilakukan dengan sistem sanitary land fill yang yang sudah cukup memadai. Tabel di bawah ini menggambarkan jumlah land fill, luas dan kapasitas. Tabel 1. Lokasi Landfill Lokasi Landfill di di Beijing No Lokasi Landfill
Luas (Ha) 33,7
Kapasitas (ton/hari)
1
Beishinshu landfill
1000
2
Liulitun landfill
46,5
1500
3
Asuwei landfill
60
2000
4
Anding landfill
21,6
700
Fasilitas landfill tersebut meliputi lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul leachate leachate,, kolam penampungan leachate,, pengolahan leacha leachate leachate te (oxida (oxidation tion ditch), saluran drainase keliling landfill dan drainase setiap lapisan, lapisan, pengumpulan gas (saat ini hanya dibakar melalui flare), flare ), jalan operasi dan keliling landfill, buffer zone, zone, jembatan timbang, alat
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
FOTO: ENDANG SETYAN SETYANINGRUM INGRUM
Pemilahan sampah melalui ban berjalan.
berat, mobil tangki air, penutupan tanah (harian), perkantoran, fasilitas olah raga, dan stok tanah penutup. Kendati fasilitas cukup lengkap, namun hasil proses pengolahan leachate masih belum bel um sesuai sesuai dengan dengan standar standar effluent yang yang berlak ber laku u unt untuk uk kot kota a Bei Beijin jing. g. Tab Tabel el ber beriku ikutt menggambarkan proses dan kualitas effluent dari dari beberapa landfill yang ada di Beijing dan standar effluent effluent China China dan Beijing: Tabel 2. Hasil proses pengolahan leachate
Landfills Beishinshu Liulitun Asuwei Pilot Test RO Membrane
Tipe Proses Pengolahan Leachate Diangkut ke sewerage treatment plant Oxidition Ditch Oxidation Ditch Filtrasi dengan reverse osmosis
Parameter kualitas efluent leachate COD BOD Amonia 324 787 3 - 17
22,9 126 -
17 24 1,2 – 15
L A P O R A N U T A M A
FOTO: ENDANG SETYANING SETYANINGRUM RUM
z
Tabel 3. Standar efluent efluent China China dan Beijing COD
< 300
< 60
BOD
< 150
< 20
Amonia
<
< 25
25
Penutupan tanah akhir dilakukan dengan menggunakan tanah lempung, geo textile, textile, bentonite dan tanah lempung /top soil . Pemanfaatan lahan pasca operasi sebagai lahan terbuka hijau. Aspek Manajemen Pengelolaan sampah di Beijing dilakukan oleh “Dinas Persampahan” Persampahan” (BSW AD). Lembaga ini memperoleh alokasi dana (dana investasi maupun O/M) berasal dari dana Pemerintah kota Beijing dan kontriibusi dari masyarakat berupa tarif. Tarif ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga. Untuk keluarga lebih dari tiga orang, setiap orang harus mem bayar tarif 3 RMB per bulan (atau setara dengan Rp.3000/orang/bulan). Sedangkan untuk keluarga yang kurang dari tiga orang tarifnya tarifnya 2 RMB/orang RMB/orang per bulan (Rp. 2000/orang/bul 2000/orang/bulan). an). Peran serta masyarakat kota Beijing sangat tinggi, namun peran swasta dalam pengelolaan sampah masih sangat terbatas. Pembelajaran Aspek Teknis z Peningkatan pelayanan hampir 100 % pada tahun 2007 menunjukkan komitmen Pemerintah sangat tinggi. Kondisi seperti ini diperlukan untuk kota-kota metropolitan seperti Jakarta z Meskipun program 3R belum dilaksanakan di Beijing, namun proses pemilahan yang dilakukan di transfer station sudah cukup memadai. Kotakota besar/metropolitan di Indonesia dapat mengembangkan sistem serupa dengan membuat transfer station yang station yang
10
Salah satu TPA TPA di Beijing.
dilengkapi dengan proses pemilahan z Hal lain lain yang yang menarik menarik adalah adalah dalam rangka Olimpiade 2008, pemisahan sampah di sumber ditargetkan 50 % pada tahun 2007. Untuk penerapan di Indonesia program 3R harus mulai serius dilaksanakan z Proses pengangkutan sangat efisien karena setiap radius 8 km memiliki transfer station, station, di Indonesia transfer station diperlukan untuk jarak ke TPA > 25 km z Proses composting dengan kapasitas besarr (200 besa (200-400 -400 ton/ ton/hari hari)) cuku p memadai (kualitas kompos baik dan digunakan oleh petani). Untuk penerapan di Indonesia, Indonesia, composting skala besarr dapat dila besa dilakukan kukan tanp tanpa a haru haruss menerapkan prinsip benefit system dari segi ekonomi z Pembuangan akhir yang dilakukan dengan sistem sanitary landfill sangat memadai ditinjau dari ketersediaan fasilitas dan kehandalan operasional. Untuk penerapan di Indonesia perlu kemauan dan kerja keras dalam meningkatkan kualitas landfill z Penerapan standar kualitas effluent yang yang lebih ketat di Beijing telah memacu pengembangan teknologi pengolahan leachate seperti RO (reverse (reverse osmosis) osmosis) semata-mata demi pengamanan kualitas lingkungan terutama sumber-sumber air
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Pembakaran sampah dengan insinerator tidak dilakukan di Beijing, karena selain karakteristik sampah yang tidak layak bakar juga masih menunggu ka jian kelayakan . Di Indone sia, banyak ditawarkan insinerator kecil yang tidak ramah lingkungan dan pada umumnya hanya menyelesaikan “masalah” dengan “masalah”
Aspek Manajemen Pemerintah kota Beijing memiliki komitmen yang tinggi dalam meningkatkan kualitas landfill (saat ini dalam kondisi sangat baik, kecuali masalah effluent ) z Ada Adanya nya kesung kesungguh guhan an dan sikap sikap profesio profesio-nal dari petugas di lapangan merupakan modal yang menentukan keberhasilan program kebersihan di Beijing. Di Indonesia, SDM yang ditempatkan sebagai “orang kebersihan” pada umumnya merasa sebagai “terpinggirkan” z Retribusi pengelolaan sampah dengan sistem insentif bagi keluarga kecil, di Indonesia sistem insentif dapat dikembangkan berda be rdasa sark rkan an pe pengu ngura rang ngan an vo volu lume me sa samp mpah ah z Penerapan peraturan sudah cukup memadai, sementara di Indonesia buang sampah sembarangan sah-sah saja, le bih takut kena tilang lampu merah atau Three In One atau sabuk pengaman z Tingkat kesadaran masyarakat sudah sangat tinggi dalam bidang kebersihan. Di Indonesia perlu kesungguhan untuk membangun kesadaran masyarakat, bahkan mungkin perlu dikenalkan melalui pendidikan formal sejak dini Pelajaran-pelajaran di atas bisa diambil oleh para pengambil kebijakan di Indonesia. Apa salahnya salahnya ki kita ta bel belaja ajarr per persam sampah pahan an ke Cina, negara tirai bambu yang kualitas kebersihan kotanya tidak kalah dengan negara Eropa maupun Jepang? z
Endang Setyaningrum, Staf Direktorat Perkotaan, Ditjen TPTP, Depkimpraswil dan anggota Pokja AMPL
L A P O R A N U T A M A Program Bangun Praja
Memacu Daerah Peduli Lingkungan T
ak ada Adipura, kebersihan pun diabaikan. Kepedulian pemerintah daerah yang dulu begitu bersemangat berlomba menjaga kebersihan dan keindahan kota tak begitu tampak lagi utamanya setelah tahun 1998. Kota-kota yang dulunya memiliki nilai kebersihan cukup tinggi, mendadak menurun drastis pada evaluasi tahun 2003. Ini terjadi di hampir semua semua kota di Indonesia baik kota metropolitan, besar, sedang, dan kecil, seperti tergambar dalam tabel 1.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan hidup cenderung meningkat di berbagai daerah di tanah air. Ada yang terjadi secara alami, tapi tapi tak sedikit yang disebabkan oleh ulah manusia, seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya permintaan ruang dan sum ber daya alam. Kerusakan lingkungan makin diperparah oleh rendahnya kekuatan politik yang memiliki sense of environment. Oleh karena itu, perlu ada peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup. Modelnya tentu tak lagi sentralistik,
11
TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM BANGUN PRAJA
tapi desentralisasi. Setiap daerah bisa mendayagunakan seluruh kemampuannya dan memobilisasi dukungan dari segenap segmen masyarakat untuk bersama-sama menyadari urgensi dari penyelamatan kerusakan lingkungan hidup di daerah masing-masing, dan menyusun rencana yang konkrit untuk pelestarian lingkungan. Hanya saja, untuk bisa mewu judkan judk an peng pengelol elolaan aan dan pele pelesta staria rian n hid hidup up yang efekt efektif if perlu kepem kepemerint erintahan ahan yang baik bai k (good (good governance). Dari sinilah kemudian muncul paradigma baru yaitu good environmental governance yang diterjemahkan sebagai Tata Praja Lingkungan. Inilah yang mendasari lahirnya Program Bangun Praja, sebuah program dari Kementerian Lingkungan Hidup yang bertuju bert ujuan an mend mendoron orong g kemam kemampuan puan pemerintah daerah untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik di bidang lingkungan hidup sekaligus untuk meningkatkan kinerja pemerintah. Program ini juga didukung oleh Program Warga Madani yang bertujuan memberdayakan masyarakat. Program Bangun Praja dimulai pada tahun 2002. Pencanangannya dilaksana-
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
kan bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni 2002 di Denpasar, Bali. Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan, M Gempur Adnan menjelaskan inti Tata Praja Lingkungan adalah penguatan sistem koordinasi sehingga pemerintah bisa mendapatkan respon yang tepat untuk penyelesaian masalah-masalah lingkungan yang mendesak. Penguatan sistem ini meliputi mekanisme yang dapat menjamin semua pihak yang berkepentingan menyampaikan suaranya secara demokratis, menjamin adanya prosedur yang transparan dan adil dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana, serta adanya standar dan kriteria untuk menilai pelaksanaan yang adil dan transparan. Beberapa unsur penentu dalam Program Bangun Praja agar Tata Praja Lingkungan tercapai yaitu: 1. Motivasi kepala daerah 2. Kompetensi dan komitmen pimpinan efektivitas institusi (kelembagaan) 3. Kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia
L A P O R A N U T A M A
4. 5.
Adanya kebijakan yang mendukung Adanya sistem pertanggungjawaban yang jelas 7. Ketersediaan dana Kegiatan program ini tahun 20022003 difokuskan pada monitoring dan evaluasi isu-isu lingkungan perkotaan atau daerah urban meliputi: pengelolaan sampah, pengelolaan ruang terbuka hijau, pengelolaan fasilitas publik, dan pengendalian pencemaran air. Pada tahun ini, jumlah yang ikut 59 kota. Setiap daerah didata melalui kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan.
Komponen yang dievaluasi yaitu manajemen, daya tangkap, institusi, hasil (fisik), dan inovasi. Data itu kemudian disimpan pada data base dan diperbaharui setiap ada evaluasi setiap tahun. Kebijakan dan program peningkatan kapasitas daerah disusun berdasarkan data yang ada. Pada tahun kedua (Juni 2003-Mei 2004) jumlah peserta Program Bangun Praja bertambah menjadi 133 kota. Dari jumlah tersebut, 31 kota masuk nominasi sebagai kota terbersih yang akan memperoleh penghargaan Adipura. Penghargaan ini terdiri atas Anugerah Adipura bagi kotakota-kota kota yang nilai kine kinerjan rjan ya
melewati batas yang ditentukan, dan Piagam Adipura bagi kota-kota yang kinerjanya mendekati nilai batas yang ditentukan. Pada 7 Juni lalu, 15 kota menerima Anugerah Adipura, dan 10 kota meraih Penghargaan Adipura. Penyerahan penghargaan itu dilakukan oleh presiden di Istana Negara. Program ini tak berhenti sampai di sini. Program ini akan terus berlanjut, tentu dengan berbagai penyesuaian baik dalam pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaannya. Tujuannya, terwujudnya tata praja lingkungan. (MJ)
M. Gempur Adnan, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan
“Kuncinya, “Kunciny a, Komitmen Pemerintah Daerah”
S
emua orang sebenarnya tahu ba- Biar kalau daerah itu kotor, pemerintahgaimana mengatasi masalah sam- nya malu. Kita mendorong agar masalah pah. Orang juga tahu hambatan-hambat- sampah dan kota bersih menjadi isu. annya, seperti kendala teknis, dana, per- Kalau isu ini tidak diangkat maka pemealatan, dan SDM. Tetapi mengapa ma- rintah daerah akan tenang-tenang saja. salah ini tak pernah terselesaikan? Bebe- Saat ini kita terus berupaya mengangkat rapa daerah yang dibantu juga tetap tak isu sampah ke level pengambil keputusan di daerah sampai ke pusat. Kita ber bisa menyelesaikan masalah ini. Lalu apa sebenarnya kata kunci dari harap muncul komitmen daerah dan napermsalahan sampah itu? Kita sampai sional. Coba kalau presiden teriak, gupada kesimpulan bahwa itu semua ter- bernur teriak, kita bisa mengatasi hal itu. gantung komitmen pemerintah daerah. Program ini bersifat sukarela. Ada Punya nggak pemerintah daerah dan dua hal dalam program ini yakni pertamasyarakat komitmen untuk mengatasi ma mendorong daerah membuat kotasampah? Kalau mereka punya komitmen, nya bersih dan teduh (clean and green sebenarnya uang itu tak jadi masalah. city). Kedua adalah capacity building. building. Sampah bisa bersih kalau pemerintah dae- Kita mendorong daerah meningkatkan rah punya komitmen. Kalau tidak ada kapasitasnya dalam bidang lingkungan komitmen, diberikan apapun maka tak khususnya perkotaan. Kita memberikan akan bisa berbuat banyak. workshop, pelatihan, studi banding dan Masalah uang itu sebenarnya ada. sebagainya yang berkaitan dengan cara Hanya masalahnya dialokasikan ke arah mengelola kota. yang betul. Visin ya untu untuk k seme sementar ntara a sampa sampah h Melalui program ini, kita ingin me- dulu, perbaikan fasilitas publik, dan runaikkan komitmen pemerintah daerah. ang terbuka hijau. Kita batasi tiga dulu,
12
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
karena masalah di daerah sudah kacau. Kalau semuanya, mereka tidak akan bisa-bisa. Sebenarnya program ini hampir sama dengan program Adipura dulu. Hanya saja berbeda, mekanismenya. Pada bangun praja ada peningkatan kapasitas, tapi tidak pada Adipura. Sistem evaluasinya juga berbeda. Kalau Adipura sekali setahun, Bangun Praja tiga kali setahun. Semuanya transparan. Jadi setiap kota mengetahui perkembangan kotanya setiap ada pemantauan dan evaluasi. Kota lain pun bisa tahu. Masyarakat pun juga tahu melalui media massa karena kita berusaha mengeksposnya. Memang kita belum bisa berharap kota-kota yang memperoleh penghargaan itu benar-benar bersih. Semuanya masih kotor. Tapi kalau kita menunggu, sampai kapan mereka sampai pada nilai tertentu bersih? Ini kan butuh waktu. Kita berharap, dalam 5 tahun ke depan lahir 50 kota yang bersih di Indonesia. (MJ)
W A W A N C A R A Budiman Arief, Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
‘’Penanganan Sampah Jelek, Tingkat Kesehatan Rendah’’ M
FOTO: MUJIYANTO
engatasi persoalan sampah bukan hal mudah. Terbukti, hingga kini masalah persampahan di Indonesia tidak kunjung usai. Banyak faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor itu saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, pengelolaan sampah merupakan sebuah sistem sehingga penanganannya memerlukan sinergi semua pemangku kepentingan. Begitu intisari perbincangan PERCIK dengan Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Budiman Arief, di kantornya beberapa waktu lalu. Berikut petikannya: Bagaimana kondisi pengelolaan sampah di Indonesia saat ini? Secara umum, pengelolaan sampah, terutama sampah kota, masih kurang. Walaupun dulu pernah cukup baik pada waktu ada program Adipura pada tahun 1986-1996, karena waktu itu dibantu dengan reward reward (penghargaan) (penghargaan) bagi kotakota yang bisa menjaga kebersihan. Setelah itu kondisinya menurun. Dan baru saja ada lagi program Bangun Praja sejak 2002. Tapi gaungnya belum seperti Adipura karena pesertanya terbatas.
Mengapa kondisinya menurun? Apakah karena tidak ada reward atau ada faktor lain? Memang reward tidak ada. Yang kedua karena ada krisis. Penanganan sampah tak lagi menjadi prioritas. Pemerintah lebih banyak memperhatikan soal kemiskinan dan segala macamnya. Akhirnya penanganan sampah agak tertinggal. Perhatian pemerintah kota/ka bupaten pun menurun. Saya kira ada fakfak-
13
tor saling mempengaruhi. Tidak ada reward maka perhatian berkurang. Padahal pengelolaan sampah itu merupakan layanan masyarakat yang sangat mendasar. Sampah terkait dengan kesehatan. Kota yang tidak menangani sampah dengan baik, bisa dipastikan tingkat kesehatannya pun tidak baik sebab sampah merupakan salah satu vektor penyakit. Bagaimana dengan faktor dana? Kalau kita lihat pengelolaan sampah secara umum, dan ini sudah kita sampaikan ke seluruh pemerintah kota/kabupaten, bahwa ada lima aspek dominan dalam pengelolaan sampah. Antara aspek satu dan yang lain saling terkait. Kalau mau berhasil, maka kelima aspek itu harus diwujudkan. Pertama, aspek institusi. Kedua, aspek pembiayaan. Ketiga,
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
aspek teknis. Keempat, aspek hukum. Dan kelima, aspek peran serta masyarakat. Mungkin banyak yang menganggap bahwa sampah ini hanya soal teknis, padahal tidak. Semua harus saling mendukung. Sebagai contoh aspek kelembagaan. Kalau di kota bentuk/derajat institusi itu kelewat rendah maka ini kan susah. Seorang kepala seksi/sub seksi akan sulit bertemu walikota karena tingkatnya terlalu jauh. Makanya dulu ada kesepakatan, kalau kota besar/metropolitan maka pengelola sampah harus dinas. Kalau kota sedang bisa subdinas. Jadi jangan kelewat rendah. Pembiayaan juga jangan terlalu rendah. APBD untuk sampah jangan terlalu kecil. Susah. Walaupun sebetulnya, kalau nanti dikelola dengan bagus, sampah bisa menghasilkan retribusi meskipun tidak
W A W A N C A R A
100 persen. Paling tidak 70 persen bisa membantu kota-kota yang baru terbendidapatkan dari retribusi. Jadi subsidi tuk, misalnya untuk modal awal kita hanya 30 persen saja. Tapi kalau aspek berikan mobil pengangkut sampah. sampah. Kalau pembiayaan tidak dibenahi dan retribusi selanjutnya bagus, kita tambah lagi. tidak ditarik dengan baik, maka akan membuang uang saja. Apa rencana pemerintah ke deDari aspek hukum, peraturan harus pan? dibenahi. Perdanya bagaimana, supaya Saya rasa kita akan tetap meneruskan jelas. Kalau orang membuang sampah apa yang sudah dilaksanakan. Pengelolasembarangan didiamkan, wah susah. an TPA akan kita perbaiki lagi. Maunya Sampah itu kan berasal dari manusia, pemda, mereka ingin menerapkan sanimaka hukumnya harus ditegakkan. tary landfill , tapi faktanya hanya open Dari aspek teknis juga jangan dumping saja. Ini yang menyebabkan seenaknya. Ada hitungan-hitungannya. banyak protes. Mestinya open dumping Sistemnya bagaimana, waktu meng- ini sudah ditinggalkan. Meskipun kita angkutnya bagaimana, waktu di TPA-nya belum bisa menuju sanitary landfill pe bagaimana. Terus dari aspek peran serta nuh. Kita akan memberikan bantuan kemasyarakat, itu satu hal yang sangat pen- pada pemda yang kesulitan dalam penating. Kalau masyarakat tidak mendukung nganan TPA. maka biaya menjadi mahal. Oleh karena itu peran masyarakat harus selalu diBagaimana penanganan terhatingkatkan. Kelima itu saling terkait. dap masyarakat? Semua pemda harus memberikan peJadi tidak ada yang dominan? ngertian kepada masyarakat mengenai Ya. Tapi sebetulnya ada dananya dulu. pengelolaan sampah. Sebagai contoh, ada Kalau tidak ada ya gimana? Tapi duit saja warg warga a yang mera merasa sa suda sudah h memb membayar ayar bukan jaminan. kepada tukang sampah tapi ada tagihan lagi dari dinas kebersihan. Kalau seperti Apa yang telah dilakukan peme- ini masyarakat bisa bingung. Mestinya rintah selama ini dalam menangani diberikan pengertian bahwa pengelolaan sampah ini? sampah dari sisi teknis itu ada yang Tugas Depkimpraswil adalah membu- mengumpulkan, ada yang mengangkut, at pedoman-pedoman. Kita sudah banyak dan ada yang mengolah di akhir. Kalau menghasilkan pedoman mengenai pe- membayar ke RT/RW itu hanya mengelolaan sampah yang betul. Tapi tidak ngumpulkan saja. Itupun sebenarnya hanya itu. Kita juga memberikan stimu- hanya 30 persen dari seluruh proses teklan. Kita berikan kepada pemerintah nis. Kadang-kadang yang diambil RT/RW daerah yang memang ingin mengatasi itu terlalu besar sehingga dinas tidak masalah ini. Kalau tidak ingin, kita tidak kebagian. Makanya masyarakat harus memberikannya karena itu buang-buang diberi pengertian sejelas-jelasnya sehinguang saja. Jadi kita akan berikan kepada ga mereka terbuka dan mengetahui de yang benar-benar ada upaya. Kekurangan ngan jelas bagaimana mengelola sampah mereka kita bantu. Ini juga sebagai dengan betul. reward . Pandangan Anda terhadap kesaBerapa banyak pemda yang daran masyarakat dalam hal sammendapatkan stimulan ini? pah? Sejak 2001, sudah cukup banyak pemSaya kira masyarakat belum memada yang mendapatkannya. Kita juga hami secara utuh betapa pentingnya pe-
14
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
ngelolaan sampah sampah itu. Bagi masyarakat desa mungkin sampah tak jadi masalah karena tanahnya luas, tapi tidak dengan masyarakat kota. Mereka tak bisa lagi mengelola sampah secara individual, tapi harus kolektif. Hanya saja persoalannya, kebanyakan masyarakat kota kan berasal dari desa. Jadi kelakuannya masih kelakuan desa. Ini kan susah. Dan kalau sudah masuk kota tidak ada sistem pelayanan yang tidak bayar. Bagaimana keterkaitan langkah pemerintah dalam penanganan sampah dengan MDGs? Saya kira salah satu tujuan dari MDGs adalah perbaikan pelayanan sanitasi. Sekarang kita sedang menyusun National menyusun National Action Plan Plan.. Kita harus menerjemahkan MDGs itu untuk Indonesia. Tujuan MDGs itu bisa dianggap cukup kuantitatif, tapi juga kualitatif. Bisa saja sampah itu habis, tapi kalau diangkutnya seminggu sekali atau dua minggu sekali, secara kualitatif itu jelek. Karena sampah harus diangkut paling lambat tiga hari sekali supaya tidak busuk. Jadi tingkat pelayanan bisa kita anggap kuantitatif dan kualitatif. Bisakah target MDGs dalam masalah sanitasi khususnya sampah tercapai pada 2015? Kalau kita seperti negara maju dengan sanitary landfill , saya kira kita belum bisa. Hanya saja kita bisa menerjemahkan bagaimana penanganan secara kualitatif. Yang penting ada peningkatan lebih baik dari sebelumnya. Makanya Nati National onal Action Plan perlu ada kesepakatan dengan departemen-departemen terkait dan daerah, bagaimana mencapai target MDGs. Bagaimana Anda melihat keterkaitan otonomi daerah dan penanganan sampah? Sebenarnya dari dulu pengelolaan sampah ini menjadi tugas dari pemerin-
W A W A N C A R A tah kota/kabupaten karena ada UU 22, PP 25, tapi dulu ada PP 18 tahun 1953 yang meny menyataka atakan n bahw bahwa a peng elol elolaan aan sampah itu menjadi tugas pemerintah kota/kabupaten. Itu mestinya tugas yang melekat di pemerintah daerah. Jadi adanya perubahan ke arah otonomi daerah beberapa tahun lalu tak berpengaruh terhadap tugas pengelolaan sampah? Sebetulnya tidak. Hanya saja kita berharap daerah menjadi lebih baik dalam menangani sampah ini. Yang dulu belum begitu tegas, sekarang sudah lebih tegas lagi.
sampah ini? Seperti saya jelaskan, pemerintah hanya memberikan stimulan saja. Departemen ini hanya membina infrastruktur dasar yakni air minum, limbah, sampah, drainase, dan jalan. Kita tak hanya mengeluarkan pedoman saja tapi juga stimulan. Ini juga supaya ada perhatian daerah. Maksudnya apakah anggaran yang ada sudah cukup? Kurang. Masih terlalu kecil. Dan memang infrastruktur itu masih dianggap kurang.
jelas penanggungjawabnya. Memang harus ada institusinya, tapi masyarakat tetap ikut dalam sistem yang jelas. Bisa saja RT/RW atau kelompok masyarakat bisa saja ditugaskan dalam pengumpulan. Institusi yang bertanggung jawab secara keseluruhan bisa bertugas mengambil dari TPS ke TPA. Jadi institusi yang menangani harus jelas dan tingkatnya cukup memadai. Harapan Anda ke depan terhadap kota-kota kita? Kebersihan dan kerapian harus kita FOTO: OSWAR MUNGKASA
Bagaimana dengan penanganan sampah lintas daerah yang banyak menimbulkan pergesekan seperti kasus Bantar Gebang dan Bojong? Memang masalah muncul di kota metropolitan. Kalau kota kecil dan sedang, mereka bisa menyelesaikan karena masih cukup lahan yang tersedia. Di kota besar seperti Jakarta, penanganan menjadi sulit. Makanya sebaiknya sanitary landfill itu dibangun secara bersama-sama dengan daerah lainnya. Insinerator saya kira terlalu mahal baik dari sisi investasi maupun operasional. Makanya kita harus hati-hati dalam menilai aspek teknis. Kalau income per kapita kita 5.000 dolar AS, bisa kita memikirkan insinerator. Bagaimana pandangan Anda terhadap perhatian pemerintah daerah terhadap sampah? Saya kira masih kurang. Mengapa Adipura itu diadakan? Karena Karena dulu diangdianggap pengelolaan sampah akan baik jika ada perhatian yang cukup baik. Saya kira investasi sampah tak cukup besar dibandingkan dengan membuat jalan dan air minum. Kalau pemda ada perhatian seharusnya pengelolaan sampah itu bisa berlangsung dengan baik. Bagaimana alokasi anggaran pemerintah pusat dalam menangani
15
Adakah negara yang mendekati Indonesia yang bisa dijadikan contoh dalam penanganan sampah? Saya kira perlu studi banding dengan negara lain yang kondisinya mirip dengan Indonesia. Tidak ke negara-negara maju seperti Jepang, Australia. Itu terlalu jauh. Yang dekat-dekat kita. Misalnya kita bisa studi banding ke Kuching (Malaysia). Kita sudah lakukan. Dari apa yang Anda uraikan, penanganan sampah ini sepertinya harus menggunakan pendekatan institusi? Menurut saya begini, institusi itu kan
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
wujudkan. Kalau keindahan barangkali itu suatu yang lux. Kebersihan adalah pangkal. Kalau mau membenahi yang lain, kebersihan harus didahulukan. Bupati dan Walikota perlu memberikan perhatian yang lebih soal ini. Kalau perlu ada reward , saya kira juga tak masalah. Bagaimana bentuk kerja samanya? Sampah itu kan dibilang nimby (not in my back yard), yard), pokoknya jangan di tempat saya dech. Yang kena dampak harus memperoleh kompensasi yang memadai sehingga merasa ada manfaatnya. Dan teknik penanganan masyarakat pun harus betul. (mujiyanto)
W A W A S A N Sampah Sebagai Sumber Energi :
Tantangan Bagi Dunia Persampahan Indonesia Masa Depan
B
eberapa teknologi pemusnahan sampah telah dicoba untuk diterapkan di Indonesia. Teknologi yang paling umum diterapkan adalah lahan urug saniter, yang dikembangkan di beberapa kota besar di Indonesia. Sesungguhnya lahan urug saniter terse but merupakan suatu reaktor biologis untuk mendegradasi sampah secara anaerobik. Salah satu produk yang diharapkan dari degradasi anaerobik tersebut adalah gas metana (CH4) yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Ini bisa menjadi sumber energi yang signifikan. Kompos Belum Dimanfaatkan Kompos dari sampah kota di Indonesia tidak berhasil dipasarkan dengan baik kepada masyarakat. Para petani, pengelola perkebunan dan pertamanan belum tertarik menggunakannya. Ini bisa jadi karena kompos relatif tidak memberikan nutrisi tambahan bagi tanah dan tanaman, serta tidak memberikan dampak yang langsung bagi peningkatan produksi tanaman. Selain itu, kompos tidak ditujukan untuk berperan seperti layaknya pupuk kimia. Kompos lebih berperan untuk memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan cadangan air pada tanah, sehingga penyerapan air oleh tanaman akan le bih baik. Di sisi lain, pemerintah kurang menggalakkan gerakan pemanfaatan kompos. Produksi kompos dari beberapa instalasi pengomposan sampah tidak optimum, dan akhirnya berhenti beroperasi akibat ketiadaan pelanggan tetap dan berkesinambungan.
16
Sandhi Eko Bramono *) Sumber Energi Perlu konsep baru untuk menangani sampah perkotaan. Sebagai alternatif, sampah bisa diubah menjadi suatu materi baru yang memiliki nilai jual lebih dan dibutuhkan oleh masyarakat. Ini adalah energi. Mengapa? Karena Indonesia mulai mengalami krisis energi. BBM mulai langka, sumber minyak bumi yang terbatas, harga minyak mentah dunia semakin mahal. Perlu dicari sumber energi baru yang terbarukan dan memberikan dampak negatif yang lebih kecil terhadap lingkungan. Di sinilah sumber energi dari sampah bisa menjadi alternatif sumber energi baru, sekaligus menjadi sarana pemusnahan sampah secara si-
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
multan. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan bahan bakar fosil dapat ditekan, serta mereduksi tingkat eksploitasi bahan bakar fosil dari perut bumi. Teknologi Yang Tersedia Kompos pada dasarnya melakukan konversi energi. Namun energi yang ada terlepas dalam bentuk materi yang memiliki nilai kalor yang lebih rendah. Hal ini disebabkan proses pengomposan secara aerobik akan melepas materi organik padatan lain yang lebih sederhana, serta gas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaatkan energinya secara langsung. Tersedia beberapa proses lain yang dapat mengkonversi energi yang tersimpan di dalam sampah menjadi suatu materi baru. Proses itu antara lain yaitu: FOTO: FANY WEDAHUDITA WEDAHUDITAMA MA
W A W A S A N FOTO: FANY WEDAHUDITA WEDAHUDITAMA MA
Sementara temperatur kerja pada proses ini adalah pada rentang 600 - 800 oC, yang bertujuan untuk mereduksi pem bentukan senyawa karsinogenik dioksin dan furan furan.. Riset pada beberapa buah insinerator di Amerika Serikat masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mereduksi pembentukan kedua senyawa ini, meskipun proses dijalankan pada temperatur jauh di atas 600 - 800 oC. Proses ini akan menghasilkan panas yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi pem bangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat dikonversi menjadi energi listrik. Rentang Energi Yang Dihasilkan Sebagai suatu proses yang menghasilkan energi, jumlah input energi dan Proses Anaerobik tukan gas metana, maka dapat dihasilkan output energi harus dihitung dalam suatu Proses ini akan melepas energi yang alkohol yang memiliki nilai kalor tinggi. neraca massa dan energi. Energi yang ditersimpan dalam gas CH4 ( metana ) yang Penggunaan alkohol ataupun derivatnya masukkan ke dalam suatu proses dihamemiliki nilai kalor tinggi yang akan ter- sebagai sumber bahan bakar alternatif rapkan seminimum mungkin, mengingat bentuk. Lahan urug saniter, sesungguh- dari sampah dapat dipertimbangkan juga. output dari proses yang diharapkan adanya merupakan reaktor anaerobik dalam lah energi pula, sehingga total energi yang kapasitas yang besar. Beberapa teknik Proses Gasifikasi dan Pirolisis dihasilkan dari proses dapat dihitung. Jitelah dilakukan untuk meningkatkan proKedua proses ini membutuhkan ener- ka terlalu banyak energi yang harus diduksi gas metana yang terbentuk. gi tambahan untuk menaikkan tempetambahkan ke dalam proses, maka proses Resirkulasi air lindi merupakan salah sa- ratur hingga 600 oC yang dilakukan detidak efisien. tu teknik yang diterapkan untuk me- ngan oksigen substoikiometrik atau tanpa Selain itu, masih perlu dikaji rentang ningkatkan produksi gas metana, selain kehadiran oksigen sama sekali. Proses untuk mempercepat degradasi sampah pirolisis akan menghasilkan padatan energi yang dapat dimanfaatkan, karena itu sendiri. Akan tetapi, reaktor anaerobik (char) dan cairan (tar) yang memiliki nilai setiap output dari suatu proses memiliki yang direncanakan secara khusus dengan kalor tinggi. Produk ini dapat diman- rentang pemakaian. Dalam hal ini, efikapasitas yang lebih kecil, dapat lebih faatkan sebagai biodiesel (salah satu siensi pemanfaatan energi dengan jumlah mudah untuk dimonitor dan dikontrol bahan bakar pengganti atau aditif solar) energi tertentu yang dihasilkan dari suatu dalam kinetika pembentukan gas metana yang sedang marak marak digunakan dewasa ini. volume sampah harus dipertimbangkan. dengan lebih baik ketimbang pada lahan Sedangkan gasifikasi, akan mengha- Harus disadari bahwa setiap proses meurug saniter. Residu yang terbentuk dapat silkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi. miliki jangkauan pemanfaatan dalam sedimanfaatkan untuk kompos, yang se- Pemanfaatannya sebagai sumber energi tiap produk yang dihasilkan. Dengan de belumnya telah diambil sebagian ener- alternatif dapat dipertimbangkan pula. mikian pemanfaatannya bisa dilakukan ginya menjadi gas metana, ketimbang secara tepat dan efisien. proses aerobik pada pengomposan yang Proses Insinerasi hanya akan menghasilkan kompos saja. Proses ini lebih mahal ketimbang dua *) Penulis adalah mahasiswa Jika tahapan proses anaerobik ini dihen- proses di atas. Sampah dengan kadar air pascasarjana pada UNSW, Australia. tikan hanya pada tahapan fermentasi terendah sekalipun hanya dapat menghao saja, yaitu tahapan sebelum pemben- silkan temperatur alami sekitar 200 C.
17
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W A W A S A N
Pre-Studi Masalah Sampah Kasus Studi: Kota Surabaya
P
erkembangan penduduk selain membutuhkan ruang/lahan, penyediaan prasarana dan sarana kota yang memadai, juga menghasilkan sampah (Tchobanoglous, 1977: 4). Sesuai aturannya, sampah harus ditangani dengan cara ditampung pada tempat pem buangan sementara (TPS), kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan disortir antara sampah kering dan sampah basah. Barulah sampah diolah dengan berbagai macam teknologi, antara lain sanitary landfill , composting, pembakaran dengan incenerator incenerator,, teknologi ATAD (autogenous ( autogenous Thermophilic Aerobic Digestion) Digestion) dan sebagainya. Namun di lapangan proses tersebut tidak berjalan sesuai dengan perencanaan fasilitas kesehatan lingkungan yang telah dilakukan oleh pemerintah kota (Chiara, 1982: 6). Akibatnya, sampah menimbulkan persoalan yang sangat kompleks, tidak hanya di daerah tapi di tingkat nasional.
Fany Wedahuditama
Komposisi dan Teknologi Pengolahan Sampah Pada dasarnya, suatu teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan harus dapat mengatasi masalah yang timbul atau minimal dapat mengurangi bobot dari masalah yang telah timbul (Ryding, 1994: 71). Dalam menentukan teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan, maka hal tersebut sangat bergantung kepada jenis sampah yang dihasilkan (Cointreau, 1982: iv).
• • • • • • • • •
Sampah dan Kota Surabaya Pengumpulan, pembuangan dan pengolahan sampah dalam wilayah perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah kota (UU No. 22 Pasal 11, ayat 2; Cointreau, 1982: 4), khususnya dinas kebersihan. Tapi Pemerintah Kota Surabaya tak lagi mampu menangani menangani sampah. Banyak kendala yang dihadapi seperti pengadaan lahan untuk TPA, pem biayaan pengelolaan sampah yang sangat besar dan kegiatan rutin pembangunan yang sudah cukup banyak. Untuk memecahkan persoalan tersebut pemkot Surabaya menggandeng pihak swasta. Hanya saja kerja sama ini terbatas pada jual beli, sahingga pemkot sebenarnya belum memiliki pengalaman kerja sama dalam pengelolaan sampah secara menyeluruh.
18
open dumping dan sanitary landfill. Ada beberapa macam teknologi pengolahan akhir sampah (Moenir, 1983: 33) yaitu:
*)
• • •
Klasifikasi Paper Textil Organic Wood/grass Plastic Leather/rubber Metal (Ferrous) Metal (Non Ferrous) Glass Stone ceramic Bones Others TOTAL
Musim Hujan 13.54 1.85 52.93 19.15 7.7 0.45 0.82 0.08 1.12 1.61 0.62 0.13
Musim Kemarau 4.37 2.03 55.59 15.72 7.51 0.03 0.74 0.16 0.68 4.46 0.74 0.07
100
100
Sumber: JICA Study Study,, 1992
Keterkaitan antara jenis sampah yang dihasilkan dan teknologi yang diterapkan, menyebabkan perbedaan penerapan teknologi pengolahan sampah di negara industri dan negara berkembang. Di negara berkembang kepadatan sampah diperkirakan 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan kepadatan sampah di negara industri. Komposisi sampah juga sebagian besar orga organik nik den dengan gan pors porsii terb esar berasal dari tanaman, dan diperkirakan tiga kali lebih tinggi. Oleh karena jenis sampah seperti yang disebutkan di atas, maka di negara berkembang salah satu sistem pengolahan yang umum adalah
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
1. Metode open dumping 2. Metode sanitary landfill 3. Metode pengepakan sampah (baling (baling method ) 4. Metode pembakaran (incineration/(incineration/thermal converter) converter) 5. Metode kompos 6. Metode ATAD ( Autogenous Thermo philic Aerobic Digestion) Digestion) Masing-masing teknologi di atas mempunyai kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu perlu pengkajian mengenai tiap-tiap teknologi tersebut agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mengaki batkan kegagalan penanganan sampah. Pemindahan dan pengangkutan sampah juga berperan dalam menentukan keberhasilan teknologi pengolahan sampah yang dipilih. Jadwal pengangkutan sangat bergantung pada kapasitas pengolahan sampah di TPA, karena jika overload maka load maka akan menyebabkan pengolahan terganggu. Simpul Persoalan Berdasarkan uraian mengenai lingkup makro masalah sampah Kota Sura baya, maka rumusan persoalan sampah Kota Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan Pemerintah Kota Surabaya dalam penanganan sampah, baik dalam hal teknis, biaya, sumber daya manusia, pengetahuan dan yang paling utama, yaitu perencanaan penanganan sampah yang komprehensif dan terpadu; 2. Sistem pengelolaan sampah yang tidak berjalan dengan baik, mulai dari sistem pengangkutan, penyebaran dan penggunaan TPS, fasilitas TPA, Fasilitas penunjang TPA, sistem pengolahan sampah dan sistem treatment limbah treatment limbah cair sampah;
W A W A S A N
3. Teknologi pengolahan sampah yang sangat mahal; 4. Kelangkaan lahan untuk fasilitas TPA, karena jika benar-benar harus dipindahkan maka perlu lahan yang luas. Selain itu produksi sampah tidak akan tetap pada angka + 8.000 m3 per hari, karekarena tingginya laju peningkatan penduduk; 5. Terbatasnya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemerintah kota mengenai kerja sama dengan pihak swasta maupun dengan pemerintah kota lain dalam penanganan sampah. Rekomendasi Studi Mengacu pada uraian dalam studi ini, maka rekomedasi yang diberikan dimaksudkan sebagai arahan bagi Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka menangani masalah sampah. 1. Kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Cepat atau lambat, jika setiap pemerintah kota dituntut untuk semakin sigap dalam melayani publik, maka harus terjadi kerja sama antara pemerintah kota. Suatu kota
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi suatu kota hidup karena adanya kota-kota lain di sekelilingnya. Kerja sama itu tak sebatas masalah sampah tapi masalah lainnya. 2. Kerjasama dengan pihak swasta dalam proses pengangkutan, pengolahan sampah. Kata-kata bahwa pemerintah kota sudah bukan berperan sebagai fasilitator tetapi sebagai enabler seharusnya menjadi dasar dari kerja sama dengan pihak swasta. Pada dasarnya adanya persaingan di antara pihak swasta untuk menjadi rekanan pemerintah kota dalam penyelenggaraan layanan publik dapat menekan harga layanan. 3. Penggunaan lahan milik pemerintah propinsi Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh pemerintah kota selalu menjadi kendala, terutama dalam hal untuk dijadikan se bagai TPA. Hal tersebut dikarenakan masih dibutuhkannya lahan tersebut untuk fungsi yang lebih memberikan nilai tam bah pada pere perekono konomian mian kota. Keterbatasan ini tak boleh jadi penghalang. FOTO: FANY WEDAHUDITA WEDAHUDITAMA MA
Pemerintah kota berhak meminta bantuan kepada pemerintah pemerintah propinsi baik baik dalam hal dana, lahan atau bantuan lainnya demi penyelenggaraan layanan publik yang sebaik-baiknya. 4. Teknologi pengolahan sampah yang tepat bagi kota Surabaya dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. Dengan menumpuknya sampah yang terdapat pada TPA di kota Surabaya, maka perlu ada pemusnahan sampah secara cepat. Paling tidak, dalam kurun waktu setahun, volume sampah yang masuk ke TPS dan TPA harus dapat dikurangi sampai 30 persen dari total volume sampah kurang lebih 8.000 m3 per hari. Teknologi pengolahan sampah yang dapat mengurangi volume sampah dengan cepat adalah teknologi incenerator/thermal converter. converter. Selain itu, teknologi ini dapat juga menghasilkan produk sampingan berupa tenaga listrik. Berkaitan dengan biaya teknologi pengolahan sampah, seperti yang kita ketahui, hampir semua teknologi pengolahan sampah memerlukan biaya investasi yang tinggi. Hal ini karena tidak pernah dipertim bangka ban gkanny nnya a fak faktor tor kan kandun dungan gan/po /poten tensi si lokal. Menurut pengamatan selama ini, teknologi pembakaran ini mempunyai prinsip yang yan g ham hampir pir sama den dengan gan tek teknol nologi ogi pem bangkit bang kit lis listri trik k deng dengan an bah bahan an bak bakar ar batu bara. Untuk membang membangun un sebuah mesin pembakaran dengan bahan bakar sampah menurut pakar-pakar dari ITB bukanlah hal yang yan g tidak mungki mungkin. n. Hampir Hampir seluruh seluruh komkomponen untuk membuat mesin tersebut tersedia di Indonesia. Hanya beberapa komponen saja yang perlu diimpor dari negara lain. Pembuatan mesin dengan kandungan lokal yang yan g bes besar ar ten tentu tu saj saja a aka akan n men meneka ekan n bia biaya ya investasi alat/teknologi pengolahan, dan hal tersebut merupakan kesempatan bagi Pemerintah Kota untuk menuntaskan masalah sampah. *)
Penulis adalah alumni Magister Teknik Lingkungan ITB
19
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W A W A S A N
Pengelolaan Sampah di Makassar
S
ampah selalu menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Dalam setiap kegiatan, sampah selalu menjadi salah satu hasilnya, sebaik atau serapi apapun kegiatan itu. Sayang banyak orang yang belum peduli terhadap hal ini. Di sebagian besar rumah tangga –utamanya perkotaan—penanganan sampah dibebankan kepada pembantu rumah tangga. Walhasil, persoalan sampah sudah dianggap selesai manakala sampah itu dibersihkan dan dimasukkan ke tong sampah. Ini jelas pandangan yang perlu diluruskan. Kini sampah menjadi masalah yang besar bagi kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, termasuk Makassar. Di beberapa kota, masalah sampah kota melibatkan kota lain, tetangga mereka, akibat kekurangan lahan untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Tulisan ini mencoba mengupas permasalahan sampah di Kota Makassar, salah satu kota metropolitan di Indonesia. Kota Makassar berpenduduk ± 1,5 juta orang. Luas 175,77 km persegi. Kota ini terus berkembang seiring pembangunan daerah Makassar sebagai pusat pembangunan di wilayah Indonesia Timur. Pengelolaan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Penanganan sampah di Kotamadya Makassar mencakup tiga tahap kegiatan yaitu pengumpulan, pengangkutan dari sumber sampah atau TPS/kontainer di lokasi pembuangan sementara, dan pembuangan/penimbunan sampah di lokasi pembuangan akhir.
Nirman Niswan, ST.
z
*)
menggunakan gerobak atau alat pengangkut lain seperti alat angkut jauh (kendaraan pengangku pengangkutt sampah) yang dilakukan oleh Dinas Ke bersihan dan Keindahan atau pihak swasta. Comunal System yaitu System yaitu pengangkutan sampah dari lokasi penampungan (TPS) yang diangkut oleh armada pengangkutan sampah Dinas Ke bersihan dan Keindahan.
Sistem pengoperasian pengangkutan sampah terbagi dalam dua waktu kegiatan: pelayanan operasi pagi hingga siang dan pelayanan operasi sore hingga malam. Wilayah pelayanan dibagi dalam tiga kategori yaitu: yaitu: wilayah inti, wilayah penunjang inti, dan wilayah pengembangan. Selain sampah yang dihasilkan oleh perumahan dan daerah komersial, Dinas Kebersihan dan Keindahan juga mengangkut hasil pembersihan jalan dan selokan sesuai dengan pembagian wilayah kerja rutin. Sumber dana Dinas Kebersihan dan Keindahan berasal dari APBD Tk. I, APBD Tk. II dan restribusi yang berasal dari restribusi kebersihan dan restribusi
Tahap pengumpulan terdiri atas dua cara yaitu:
Kondisi Pengelolaan Sampah Di Kotamadya Makassar Luas Layanan Jumlah penduduk daerah layanan
Individual System (door to door) baik door) baik
20
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
175,77 km 1.300.000 jiwa
Perkiraan Timbunan
3.535,20 m3
- Domestik
1.576,60 m3
- Komersial
1772,7 m3
Volume yang tertangani
2996,67 m3
Tingkat pelayanan z
septik tank. Sumber daya operasional Dinas Ke bersihan dan Keindahan Kotamadya Dati II Makassar 135 orang pengemudi dan 225 orang pengangkut sampah. Kotamadya Makassar hingga saat ini telah menggunakan tujuh TPA yaitu : TPA Karuwisi, TPA Sappabulo, TPA Andi Tonro, TPA Panampu, TPA TPA Kantisang, TPA Tanjung Bunga, dan TPA Tamangapa. Semua TPA telah ditutup kecuali TPA Tamangapa. Perubahan TPA dilakukan akibat pertumbuhan produksi sampah kota yang semakin tahun semakin bertambah. TPA yang telah ditutup masih menggunakan sistem open dumping. TPA Tamangapa menggunakan Metode Semi de Semi Sanitary Landfill . Metode ini dilakukan untuk mengadaptasi metode Sametode Sanitary Landfill dengan metode Open Dumping. Hal ini dilakukan untuk penerapan pada daerah yang tidak mempunyai dana yang cukup untuk menerapkan metode Sanitary metode Sanitary Landfill. Di TPA Tamangapa, sampah dipisah oleh para pemulung untuk dijual pada para tengkulak kemudian disalurkan ke pabrik-pabrik yang memerlukan. Penghasilan mereka cukup baik untuk memenuhi kebutuhan. Selain pemulung, di TPA Tamangapa terdapat sapi yang dapat mengurangi jumlah sampah basah yang akan ditimbun.
Sumber :Dinas Dinas Kebersihan Kebersihan Kotamadya Ujung Pandang 1998 1998 Sumber: Kotamadya Ujung Pandang
84,8 %
W A W A S A N FOTO: ISTIMEWA
Permasalahan Metode Semi Metode Semi Sanitary Landfill Landfill memmem butuhkan tanah penutup dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini jelas menam bah biaya operasional pengelolaan sampah, apalagi kalau tanah yang dibutuhkan jauh dari lokas lokasii TPA. Untu Untuk k TPA Tamangapa, tanah penutup dapat diperoleh pada daerah sekitar TPA. Selain itu, metode ini juga perlu penga wasan wasa n yang keta ketatt dalam pemasangan pemasangan pipa untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan timbunan sampah. Biogas ini baru berhenti setelah penimbunan berkisar 50 tahunan bahkan bahk an lebih lebih.. Jika biog biogas as ini tida tidak k disa disa-lurkan dapat mengakibatkan ledakan yang akan menghamburkan timbunan sampah. di bagian pelengkap dalam struktur telah puluhan tahun. Sampah bisa juga dibuPerpipaan biogas TPA Tamangapa dilaku- masyarakat dan pemerintahan. Seharus- ang di lahan bekas galian tambang, tapi tiap kan setelah timbunan terbentuk selama se- nya masalah sampah ini diberi perhatian kota tidak selalu mempunyai penambangan. tahun lebih. Hal ini patut disayangkan ka- yang cukup dari kedua belah pihak. pihak. Sebab Jadi betapa beruntunnya masalah masalah jika tidak rena pada perencanaan awal pipa biogas luas lahan kota dan anggaran yang ter- dipikirkan secara serius. Pola pikir masyarakat harus diubah telah dirancang. batas memerlukan alternatif pengolahan. Air hujan yang jatuh pada daerah timtimSeperti diketahui, pengelolaan sam- dengan memandang sampah masyarakat bunan buna n sampa sampah h juga meni menimbul mbulkan kan pah sebenarnya terdiri atas pengumpulan lain merupakan sampah mereka juga. masalah jika tidak tertangani dengan sampah, pengangkutan sampah, dan Maksudnya sampah menjadi tanggung baik. Di TPA Tamangapa proses pengo- pengolahan sampah yaitu penimbunan jawab bersama. Karena jika sampah itu lahan menggunakan proses fotosintesis sampah sebagai salah satu cara. Pengum- semakin hari semakin tinggi produksinya karena merupakan sistem yang relatif pulan bisa ditangani oleh masyarakat. Ca- bisa dibayangk dibay angkan an kota besar sepe seperti rti mudah dan murah. Lindi ( Leachate Leachate)) yang ra terbaik dalam pengumpulan ini adalah Jakarta dan Makassar khususnya akan dihasilkan oleh timbunan sampah dapat dengan pemilahan sampah sehingga menjadi timbunan sampah. merusak air tanah jika dasar timbunan dalam tahap selanjutnya pengolahan Untuk saat ini, tentu kita hanya dapat tidak kedap air. Bahkan dapat merusak lebih mudah dan efisien. Namun ini mengharapkan pengelolaan sampah yang air permukaan seperti sungai. memerlukan pemahaman yang tinggi dari menjadi tanggung jawab pemerintah untuk Untuk lingkungan sekitarnya perlu pula masyarakat dan pelaksana di lapangan. dikelola dengan baik. Karena seperti pencediperhatikan faktor faktor bau dan angin berhem- Pada tahap ini pula kita dapat menerap- maran lainnya dampak yang ditimbulkan bus seh sehing ingga ga tid tidak ak mem mempen pengar garuhi uhi pem pemuu- kan metode “ Zero Waste Waste”” yaitu mengu- akan terlihat atau dirasakan setelah berkiman sekitarnya. Berdasarkan standar rangi sampah hingga tidak ada lagi yang tahun-tahun. Sementara sumber pencemarpemilihan daerah TPA, sebenarnya tidak dapat diolah dengan penimbunan. an sudah tidak dapat dideteksi lagi. dibenarkan adanya pemukiman di sekitar Penerapan aturan tentang sampah yang Sebenarnya aturan mengenai lingTPA tetapi penduduk biasanya malah masih sedikit membuat masyarakat tidak kungan di negara ini sudah cukup. Yang membangun semakin dekat dengan TPA menganggap penting masalah ini. Seperti kurang adalah penerapan dan hukuman terutama para pemulung. contoh di Jakarta, dengan penuhnya TPA terhadap pelanggaran. Oleh karena itu Bantar Gebang membuat pemerintah kota tanggung jawab kita semua untuk memSampah Mereka Sampah Kita sulit menyalurkan sampahnya. Walaupun perbaikinya. Masalah-masalah yang timbul sebe- akhirnya masalah selesai tetapi sampai ka*) narnya dapat direduksi dengan menerap- pan lagi TPA selanjutnya akan penuh? Pe Penulis adalah Alumni Teknik Lingkungan Lingkungan ITB. Tulisan disarikan dari Tesis Penulis kan sistem pengelolaan yang terpadu merintah pasti akan mencari lahan baru lagi. “Rencana Pengembangan Kapasitas antara masyarakat dan pemerintah kota. Sedangkan lahan bekas TPA hanya dapat di Layanan TPA Tamangapa, Tamangapa, Makassar” Selama ini masalah sampah hanya menja- gunakan kembali sebagai lahan produktif se-
21
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W A W A S A N
Pengelolaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dan Tantangan ke Depan
R
achel Carson telah mengisyaratkan, manusia perlu disadarkan bahwa lingkun lingkungan gan akan rusak parah karena ulahnya, sekalipun tindakan itu dianggap produktif bagi manusia; (Majalah Silent Spring Spring,, 1963). Kondisi lingkungan hidup hidup sangat mempengaruhi mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup, baik manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan tidak akan mampu bertahan hidup tanpa lingkungan hidup yang baik, lebih-lebih tanpa air. Air memeg ang pera peranan nan pent penting ing dalam kehidupan. Saat ini sumber air yang ada dan dapat diambil langsung manfaatnya yakni air hujan, mata air, air tanah, waduk embung situ-situ dan sungai. Namun kondisinya kini tak seim bang lagi antara kebutuhan dan d an ketersediannya. Gangguan keseimbangan itu terjadi akibat a) pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, khususnya di daerah perkotaan; b) merebaknya berbagai industri yang mengubah peruntukan lahan dan sekaligus memanfaatkan air yang cukup besar; c) meningkatnya pene bangan hutan liar, kebakaran hutan dan penambangan bahan galian di hutan yang tidak dibarengi dengan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan; serta d) terjadinya pencemaran air akibat limbah industri, intrusi air laut dan lim bah penambangan tanpa izin (PETI). Program AMPL di Era Otonomi Daerah Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran perkotaan dengan pendekatan berbasis masyarakat. Caranya
22
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus
S. Budi Susilo *)
melalui penyediaan air yang lebih mudah terjangkau, murah, dan berkualitas serta penyediaan sarana sarana sanitasi (dasar) yang lebih sesuai dengan kondisi setempat serta dibarengi dengan upaya perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat. Pengalaman di lapangan selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa program AMPL yang didanai dari Bank Dunia dan AusAID tersebut cukup berhasil. Ini karena metode yang diterapkan diterapkan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah, yaitu pembangunan sarana dan prasarana air bersih dimulai dari bawah berdasarkan prakarsa sendiri, menampung dan memperhatikan aspirasi masyarakat serta dengan memperhatikan keragaman daerah. Tidak ada pemaksaan, keseragaman, instruksi dan mobilisasi masyarakat. Semua dikelola melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sesuai peran dan fungsinya, pemerintah pusat dan propinsi akan bertindak sebagai fasilitator, sedang pemerintah kabupaten/kota diharapkan mampu mengkoordinasikan dan memadukan pembangunan di daerah serta memberdayakan masyarakatnya. Untuk itu halhal yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak, dari tingkat pusat hingga daerah dalam menyukseskan program/proyek tersebut antara lain: 1. Ada kebijakan, baik nasional, regional maupun lokal. Artinya pemerintah pusat dan daerah perlu menyiapkan peraturan perundangan, pedoman, standar dan lainnya yang memberikan arahan agar program/proyek AMPL dapat terlaksana dengan baik, benar,
transparan, dan berkelanjutan. 2. Masyarakat. Artinya masyarakat perlu memiliki kesiapan, kemauan, dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam program/proyek ini. 3. Sumber daya alam. Potensi sumberda ya alam, khususnya khususnya air dapat memberikan kontribusi positif bagi pengem bangan bang an ekono mi dan kesej ahter ahteraan aan masyarakat sehingga harus dikelola dengan baik dan benar. Tantangan ke Depan Keberhasilan program AMPL yang dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja AMPL cukup menggembirakan. Tak heran bila banyak daerah berminat ikut serta dalam proyek-proyek ini. Namun ada kendala teknis yang menghalangi. Menyadari kondisi tersebut, tugas yang harus diemban instansi terkait yang tergabung di dalam Pokja AMPL adalah a) Mampu menyusun kebijakan umum yang dapat dijadikan dijadikan landasan pemangku pemangku kepentingan (stakeholder) untuk berpartisipasi dalam penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat; b) Mampu meyakinkan ja jaran pemerintah daerah daerah dan stakeholder lainnya bahwa program ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat; c) Mampu meyakinkan negara donor, NGO dan pihak ke-3 lainnya untuk berpartisipasi; dan d) Mampu memfasilitasi pengembangan jaringan kerja di tingkat pelaksanaan (kab/kota) dengan mendorong pelibatan instansi terkait serta LSM yang memiliki komitmen terhadap AMPL. *)
Staf Ditjen Bangda, Depdagri dan anggota Pokja AMPL
W A W A S A N
Masalah AMPL di Kabupaten Kebumen SARANA SAR ANA AMP AMPL L DI KEBUM KEBUMEN EN
Alma Arief 1) dan Budiono 2) Jenis Teknologi
K
abupaten Kebumen mempunyai kekhasan di bidang pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL). Program rinci bidang AMPL tercantum di dalam Renstra 2000 s/d 2005 (menyatu dalam PERDA No 18 thn 2002). Pemda setempat setempat pun sangat tanggap terhadap gagasan Kelompok Kerja WASPOLA untuk mendiseminasi dan mengoperasionalisasikan Kebijakan Nasional AMPL. Bahkan pemda bersedia memberikan kontribusi finansial bagi pelaksanaan kegiatan tersebut. Pemda mengalokasikan dana untuk pembangunan AMPL bukan hanya dari DAK tetapi juga anggaran reguler tahunan, dan itu sudah terlaksana. Tahun anggaran 2005 mendatang, tak kurang lima desa mendapat alokasi dana AMPL masing-masing sebesar Rp 100 juta. Usulan ini merupakan aspirasi masyarakat masyarakat yang digali melalui mekanisme Jaring Asmara (jaring aspirasi masyarakat), yakni mekanisme jemput bola dengan mem bentuk task bentuk task force yang force yang khusus untuk keperluan tersebut. Selain program yang disusun melalui jaring asmara asmara,, program AMPL juga berasal dari usulan dinas (sektor). Dinas Pekerjaan Umum, pada tahun anggaran 2005 mengalokasikan dana untuk pembangunan AMPL sebesar sebesar Rp 120 juta untuk tujuh desa. Selama ini, berbagai sarana yang dibangun cukup terpelihara terpelihara.. Sarana AMPL yang dibangun pada pertengahan 1980 dan 1990-an, masih berfungsi meskipun mulai ada tanda-tanda kerusakan. Dari tabel di atas dapat ditarik pengertian bahwa sarana AMPL di Kabupaten Kebumen cukup terpelihara (baca berkelanjut berkel anjutan). an). Namun, di balik data
23
Perpipaan gravitasi Perpipaan PSA Sumur gali Sumur bor PAH SGL & PAH Campuran
Jumlah Desa 9 19 11 4 3 1 1 6
data tersebut sesungguhnya tersembunyi masalah yang rumit. Kebumen yang memiliki sumber air berlimpah—meskipun untuk memanfaatkannya memerlukan teknologi khusus— pada musim kemarau mengalami kesulitan air secara serius. Pada musim kemarau pemda selalu mengerahkan armada tanki air bersih, membeli air bersih di PDAM dan mem bagikan secara gratis ke desa-desa yang mengalami kesulitan kesulitan air. Paling Paling tidak 80 desa selalu mengalami kekeringan dan memerlukan droping air bersih. Masalah Lingkungan Masalah kelangkaan air di musim kemarau terjadi karena penebangan hutan di wilaya wil ayah h resa resapan pan air air mili milik k Perhut Perhutani ani.. Konon penebangan hutan heterogen dan diganti dengan tanaman pinus (homogen) menjadi sebab berkurangnya debit air dan longsor. Contohnya bak penampung air di desa Adiwarno ambrol terbawa longsor, menurunnya debit air Waduk Sempor–sumber air di Kabupaten Kebumen. Meskipun aparat pemerintah tidak menunjuk secara pasti bahwa kekeringan itu terjadi karena alih fungsi hutan, peristiwa kelangkaan air itu memang terjadi setelah adanya berbagai perubahan tersebut. Kelembagaan Masyarakat ikut serta dalam pembangunan sarana AMPL, khususnya dalam
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Kondisi baik 6 8 10 1 3 6
Kelembagaan berfungsi 6 6 10 3 5
teknologi perpipaan. Di desa Banyumudal, sebagai contoh, masyarakat juga dipungut kontribusi hingga Rp 100 ribu/orang. Peraturan juga dibuat rinci rinci menyangkut beberapa aspek seperti: cara permintaan sambungan RT, ketentuan besar nya biaya biaya,, dend a kete keterlamb rlamb atan membayar, besarnya iuran, organisasi pengelola dan pemakai air. Awalnya masyarakat di sekitar mata air di Desa Banyumudal tak menghadapi masalah sebelum ada pembangunan jaringan perpipaan untuk tiga dusun di bagian hilir. Setelah ada pembangunan itu, justru warga tak memperoleh air pada musim kemarau. Akhirnya mereka merusak broncaptering untuk mendapatkan air kembali. kembali. Akibatnya, suplai air ke ke tiga dusun tersebut menjadi tidak merata. Berawal dari peristiwa ini, sistem iuran yang tadinya dibakukan menjadi berhenti. Pengelola pun tak mau menanganinya lagi. Teknologi Teknologi untuk menanggulangi masalah AMPL, pada umumnya yakni sistem perpipaan, baik perpipaan gravitasi maupun sistem pompa (genset). Beberapa desa menggunakan teknologi sumur gali (SGL), sumur bor, dan penampungan air hujan (PAH). (PAH). Teknologi sumur gali gali dan PAH kelembagaannya tidak ter bentuk dan berfungsi. Teknologi PAH sa-
W A W A S A N FOTO: ALMA ALMA ARIEF
at ini tidak dipakai karena ukurannya yang kecil sehingga air yang tertampung cepat habis. Sarana air minum dengan teknologi sumur bor juga terdapat di beberapa bebe rapa desa, satu di antara antaranya nya di bangun di tempat pelelangan ikan (TPI). Mengenai pilihan teknologi, masyarakat terlibat sejak perencanaan kegiatan. Masyarakat juga memberikan kontribusi dalam bentuk uang tunai, tenaga, dan material. Sebagai contoh, masyarakat Desa Pakuran mengumpulkan dana secara swadaya untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan bak penampung, pembelian genset, dan pipa. Saat itu pemerintah membantu dana sebesar Rp 34 juta sedangkan kebutuhannya mencapai Rp 50 juta. Karena teknologi ini ter bilang baru bagi warga Pakuran, maka warga pun dilatih bagaimana mengoperasikan dan memelihara genset dan mengelola perpipaan. Biaya operasi genset ditanggung bersama oleh warga. Di Desa Tugu, Kecamatan Buayan, masyarakat menyewa mobil untuk mengangkut air dari sumber air di lembah ke desa mereka yang letaknya di dataran tinggi. Langkah itu diambil warga mengingat pasokan air dari pemerintah hanya seminggu sekali. Pada musim kemarau, wilayah Kabupaten Kebumen pada umumnya menghadapi masalah masalah air karena sumber airnya menyusut tajam atau kering. Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah memberikan pasokan air gratis kepada masyarakat di 80 desa. Pemerintah mem beli air tersebut dari PDAM.
hal yang sama juga ditemukan di Banyumas, dan dan di Semarang. Pembangunan sasarana AMPL, sesungguhnya tidak perlu sampai ke rumah tangga dengan sistem kran rumah tangga. Banyak anggota masyarakat yang yan g secara secara sendirisendiri-sen sendir dirii membeli membeli selang selang yang yan g san sangat gat pan panjan jang g sam sampai pai rat ratusa usan n mete meter. r. Di Desa Klesem, bahkan ada yang memasang selang sampai ke sumber air dengan panjang selang mencapai 2.500 meter dengan perkiraan biaya Rp 1,5 juta. Apabila masyarakat sudah menilai air sebagai benda berharga, yang diindikasikan dengan kesediaan mereka mengemengeluarkan biaya sampai begitu besar, maka mereka akan mudah untuk secara bersama-sama diorganisasikan untuk memecahkan masalah. Ini pada akhirnya akan menyangkut masalah pengorganisasian dan/atau pengembangan kelembagaan, termasuk pendekatan yang mengena di hati masyarakat.
Sosial Budaya Masyarakat di Kebumen sangat koo- Aspek Finansial peratif dan memiliki kemandirian yang Dari diskusi dengan staf camat di tinggi. Mereka mudah diorganisasikan un- kantor BAPPEDA, bisa diperoleh pengertuk memecahkan masalahnya dan tidak tian bahwa kesediaan untuk membayar keberatan untuk berkontribusi baik uang, iuran bulanan bukan ditentukan oleh material maupun maupun tenaga. Oleh karena itu, kaya atau miskinnya seseorang. Di pada dasarnya masyarakat Kebumen sangat Kecamatan Ayah, bahkan ada desa yang kondusif untuk melaksanakan pembangun- penduduknya relatif miskin dibandingan AMPL secara mandiri, dan tampaknya ini kan desa lain, namun mereka mau memmemtelah terkemas di propinsi Jawa Tengah bayar iuran dengan teratur. secara umum. Bukan hanya di Kebumen, Dari tabel di atas (mekipun belum dila-
24
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
kukan kajian secara teliti) juga tampak bah wa kelem kelembag bagaan aan penge pengelol lola a air berpe berpenga ngaruh ruh terhadap fungsi sarana. Keberfungsian kelembagaan akan berkorelasi positif terhadap pengumpulan iuran bulanan. Penutup Kebumen memiliki sumber air berlimpah, namun masih banyak penduduknya yang belum bisa memperoleh memperoleh la yanan air bersih (minum). Ini terjadi aki bat faktor kesulitan alamiah alamiah dan kecenderungan perubahan lingkungan yang terjadi pada akhir-akhir ini. Secara sosial budaya, masyarakat Ke bumen sangat kooperatif dan mau mem berikan kontribusi baik tenaga, uang, material, bagi pembangunan sarana AMPL. Hal itu tentunya sangat menun jang bagi pengembangan kelembagaan maupun pengorganisasian sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Di Kebumen, banyak sumber air yang berpotensi untuk dikembangkan le bih lanjut. Namun karena kondisi alamnya di beberapa tempat memang cukup sulit penanganannya, maka diperlukan jenis pilihan teknologi tertentu. Masalahnya adalah jenis teknologi yang seperti apakah yang tepat untuk diterapkan dan terjangkau oleh masyarakat. 1. Konsultan WASPOLA 2. Staf Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kebumen
W A W A S A N
Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang FOTO: BAMBANG PURWANTO
Bambang Purwanto
*)
K
ota Tangerang mulai berdiri tahun 1993 dengan luas wilayah 177 km2 —termasuk Bandara Soekarno- Hatta. Kota ini tergolong cepat perkembangannya. Pertumbuhan penduduknya 4,9 % per tahun. Tahun ini penduduknya berjumlah 1,4 juta jiwa. Kota Tangerang merupakan salah satu kota penyangga ibukota Jakarta. Di wilayah tersebut banyak pekerja kantor di Jakarta bertempat tinggal. Industri-industri manufaktur pun tumbuh pesat sehingga banyak menyerap tenaga buruh. Perkembangan jumlah penduduk yang cepat mau tidak mau mengharuskan adanya penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yaitu listrik, telepon, pengelolaan persampahan, air minum, dan air limbah rumah tangganya. Tidak seperti halnya listrik, telepon, dan pengelolaan sampah, pelayanan air minum dan air limbah domestik di kota tersebut masih tergolong rendah. Dipandang dari aspek lingkungan, air buangan domestik yang diterima oleh lingkungan di kota tersebut yakni 1,4 juta jiwa x 100 liter/jiwa atau sekitar 140.000 m3/hari. Alam akan terlalu berat menanggung beban pencemaran ini jika tidak ada campur tangan manusia untuk mengelolanya. Oleh karena itu perlu upa ya-upaya bijak untuk membantu alam mengolah air limbah domestik, baik secara individual, komunal, maupun skala kota. Salah satu upaya Pemko Tangerang untuk membantu alam menetralisir pencemaran air limbah domestik tersebut adalah dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Tanah
25
Tinggi dan Kolam Oksidasi di 8 Lokasi dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kelurahan Kelurahan Karawaci. Kondisi Kini Secara ringkas beberapa aspek pengelolaan prasarana dan sarana air limbah domestik kota Tangerang Tangerang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Aspek Teknis. Pada saat ini Kota Tangerang memiliki dua macam sistem pengelolaan air limbah domestik yaitu a) Sis a) Sistem tem On Site Site (setempat) yaitu yai tu sis sistem tem lay layana anan n deng dengan an peny penyedo edotan tan limbah tinja di tangki septik (septic tank) milik warga/masyarakat yang selanjutnya diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terdapat di daerah Karawaci. Adapun Ada pun sis sistem tem yan yang g ada ada yait yaitu; u; z Tangki septik 205.572 unit ( 61 %) z WC Umum 111.624 unit ( 33 % ) z Saluran/Kali/ Laha La han n Te Terb rbuk uka a 21.3 21 .360 60 KK ( 6 % ).
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
b). Sistem Off Site (terpusat) yaitu sistem pengolahan air limbah domestik yang menggunakan jaringan perpipaan di Kelurahan Babakan dan Sukasari Tangerang yang merupakan satu-satunya IPAL Type Carrousel Carrousel di Indonesia. Indonesia. IPAL ini mulai dibangun tahun 1982 , diuji coba tahun 1985, dan mulai dikelola 1992. Konsultan dari Belanda DHV Cons. Eng. dan Has Koning bertindak sebagai perencana IPAL Tanah Tinggi. IPAL itu merupakan bantuan pemerintah Belanda dan mempunyai cakupan pelayanan 3.000 sambungan rumah atau ekivalen 15.000 jiwa melayani Kelurahan Sukasari dan Babakan. Selain IPAL Tanah Tinggi, Kota Tangerang juga mempunyai prasarana dan sarana pengolahan air limbah domestik lainnya yang terdiri atas kolam oksidasi sebanyak delapan unit dengan total total luas sebesar 44,5 hektar terdapat di Perumnas I, melayani 7.932 sambungan rumah atau ekivalen 31.728 jiwa.
W A W A S A N FOTO: BAMBANG PURWANTO
Aspek Teknologi a) Sistem Terpusat ( Offsite System System)) di IPAL Tanah Tinggi melayani Kelurahan Sukasari dan Babakan; seluruh limbah rumah tangga baik yang berasal dari kamar mandi, kakus maupun dapur diproses menjadi satu secara alamiah terpadu dengan sistim Carrousel yang pengalirannya sebagian menggunakan perpompaan. b). Sistem Setempat (Onsite system) melayani rumah tangga yang masih belum terjangkau oleh sistem terpusat, yaitu dengan menyedot lumpur tinja dari septik tank di setiap rumah yang selanjutnya diolah di IPLT Karawaci. Aspek Keuangan Untuk sistem setempat telah dilakukan kerjasama dengan pihak swasta (PT Pola Inti Konsultama) mulai September 2002 dengan kewajiban pembayaran ke Pemda Tahun I sebesar Rp. 40 juta, Tahun II sebesar Rp. 50 juta, Tahun III se besar Rp. 100 juta, Tahun III sebesar Rp. 150 juta, Tahun IV sebesar Rp. 130 juta dan Tahun V sebesar Rp. 150 juta. Total Rp. 470 juta untuk kontrak selama 5 tahun. Masyarakat yang menggunakan jasa penyedotan dikenai biaya sebesar Rp. 70.000 untuk sekali penyedotan, sedangkan pengelola IPLT memungut biaya Rp. 5 – Rp 10 ribu untuk setiap truk tinja yang membuang lumpur tinja di IPLT Karawaci. Karyawan pengelola IPLT seluruhnya berjumlah 30 orang termasuk supir dan tenaga pengelola IPLT dengan penghasilan rata-rata berkisar Rp. 600.000/kar yawan /bul an. Armad a truk tinj tinja a ada tujuh. IPLT Karawaci selain berfungsi sebagai pengolah lumpur tinja curahan mobil tinja juga melayani sekitar 60 sambungan rumah yang langsung menyalurkan buangan limbah domestiknya ke IPLT sehingga secara tidak langsung IPLT terse but berlaku pula sebagai IPAL. Sedangkan pengelolaan sistem off site (terpusat) masih disubsidi oleh Pemko
26
Tangerang sebesar Rp. 56 juta per tahun. Belum ada pungutan untuk biaya operasi dan pemeliharaan dari masyarakat.
layanannya. Biaya investasi IPAL cukup tinggi sehingga diperlukan alokasi anggaran khusus dari Pemko Tangerang untuk meTantangan, Hambatan, dan Peluang ngembangan IPAL di kawasan lain di KoTantangan yang dihadapi yakni kebu- ta Tangerang guna meningkatkan pelatuhan masyarakat untuk mendapatkan yanan pengelolaan air limbah domestik pelayanan air limbah baik secara offsite bagi penduduk. system (terpusat) maupun melalui pelaBiaya Operasi & Pemeliharaan (O&P) yanan onsite system (setempat) untuk IPAL cukup tinggi dikarenakan penggumelindungi pencemaran lingkungan khu- naan listrik PLN secara penuh. Perlu sesusnya pencemaran badan air. Adapun gera diupayakan pembayaran retribusi hambatan yang ada yaitu keterlambatan sambungan rumah bagi pelanggan di Kepihak pengelola untuk menyosialisasikan lurahan Babakan dan Sukasari guna mepengelolaan IPAL Tanah Tinggi sehingga nutup biaya O&P tersebut agar IPAL dasampai saat ini retribusi/iuran masyara- pat dioperasikan secara optimal dan berkat pelanggan belum dapat ditarik. Se- kesinambungan. dangkan peluang yang memungkinkan Perlu disusun organisasi pengelola se yakni banyak warga yang belum terlayani cara profesional dan permanen, bisa dapengelolaan air limbah domestik, lagipula lam bentuk Unit Pengelola Teknis Daerah kapasitas IPAL maupun IPLT masih bisa (UPTD) atau bentuk lainnya (kerjasama dikembangkan di masa mendatang. dengan pihak ketiga/swasta) Perlu ada sosialisasi bagi seluruh warKesimpulan dan Saran ga tentang pembangunan dan pengelolaPengolahan limbah dengan menggu- an prasarana dan sarana air limbah donakan sistem IPAL Tanah Tinggi cukup mestik, serta menyangkut seluruh aspek efektif untuk menangani pencemaran teknis, lingkungan, keuangan, dan kelemlingkungan oleh limbah rumah tangga bangaannya. *) Staf Dirjen TPTP, (kamar mandi, kakus, dan dapur), namun masih perlu ditingkatkan cakupan pe Depkimpraswil
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W A W A S A N
Sampah Membawa Berkah di Desa Temesi, Kabupaten Gianyar, Bali S
ampah membawa berkah? Mungkin sebagian besar orang paham arti dan nilai lebih dari sampah. Namun hanya segelintir orang yang peduli dan betul-betul memanfaatkan sampah semaksimal mungkin. Sampah dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir), tampaknya sudah akrab di telinga dan benak sebagian besar masyarakat kota besar. Hampir di semua kota, terdengar keluhan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA. Di beberapa kota malah sempat terjadi bentrokan fisik dan penutupan sementara. TPA di Desa Temesi juga tidak terkecuali. TPA Temesi, terletak di Desa Temesi, di Kabupaten Gianyar, Bali, sudah beroperasi sejak tahun 1993. Di tanah seluas 5 Ha ini, semua sampah dari Kota Gianyar, Ubud, Sukawati, Tampak Siring, dan wilayah sekitarnya, ditimbun. Awalnya lokasi TPA Temesi berupa lahan yang cukup landai. Sampah yang ditim bun selama bertahun-tahun, meratakan permukaan lahan TPA. Sayangnya selama bertahun-tahun pula, sebagaimana halnya praktek penimbunan sampah open dumping di TPA-TPA kota lainnya, menebar bau tak sedap dan meningkatkan jumlah lalat sampai dengan radius 2 km. Saat musim hujan, truk-truk sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar pun enggan masuk ke TPA karena kemungkinan besar truk mereka amblas terbenam di tumpukan sampah. sampah. Akibatnya kadang as roda patah atau timbul kerusakan fatal lainnya. Sampah dari kawasan Ubud dan sekitarnya pun berakhir di Banjar Intaran, Desa Pejeng, Tampak Siring, karena permintaan masyarakat untuk mengurug
27
Yuyun Ismawati dan Noka Destalina
atau menimbun bantaran sungai kecil yang makin terge tergerus rus erosi. Selama 6 tahun, sampah kawasan tersebut ditim bun di desa ini. Akhirnya Akhirnya,, kesehatan lingkungan masyarakat terancam. Air tanah dan udara di sekitar tercemar, menebar bau, dan tidak sehat.
Minimasi dan pemilahan sampah sampah di Fasilitas Pemilahan Sampah Temesi, Gianyar – Bali. 100 % sampah masuk ke fasilitas 10 ton/hari atau 40 m³/hari
50% Fraksi Organik 5 ton/hari
30% Sampah An-organik 3 ton/hari
25% pakan ternak 2,5 ton/hari (10 m³/hari)
2 residu 2 ton/hari
25% kompos 2,5 ton/hari (10 m³/hari)
(Sumber: Laporan Studi Kelayakan Fasilitas Temesi BaliFokus, Juli 2004)
Sejak tahun 2001, Bali Fokus menga jak berbagai pihak untuk menyikapi hal ini dan mencari solusi yang menguntungkan bagi semua. Dimulai dari ide replikasi fasilitas pemilahan sampah pari wisata wisat a di Jimba Jimbaran, ran, munc ul gagas gagasan an untuk membangun fasilitas serupa di TPA Temesi untuk menangani sampah kota Gianyar. Melalui persiapan dan perencanaan yang matang, dengan sosialisasi dan pendekatan yang mengedepankan partisipasi masyarakat maka diba-
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
ngun Fasilitas Pemilahan Sampah (FPS) yang berlokasi di TPA Temesi. Fasilitas pemilahan sampah seluas 400 m2 ini mungkin merupakan yang pertama di Indonesia, dibangun sejak akhir Maret 2004 dan diresmikan pengoperasiannya oleh Bupati Gianyar pada 25 Juni 2004 yang lalu. Pembiayaan konstruksi fasilitas ini berupa in-kind in-kind materimaterial dari USAID/OTI senilai Rp. 380 juta, Swiss Development Cooperation senilai Rp. 110 juta, kontribusi dari Rotary Rotary Club Bali Ubud serta RC Hamburg dan RC Atlanta sejumlah Rp. 60 juta, dari Bali Fokus-BORDA network sejumlah Rp. 50 juta, dengan total biaya konstruksi mencapai mencapai Rp. Rp. 600 juta. Pemakaian lahan, sewa atau beli, tidak diperhitungkan karena menggunakan lahan TPA milik Pemerintah Kabupaten Gianyar. Target dari pelayanan fasilitas ini adalah 30% sampah dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar atau kurang-lebih 80 m3/hari atau 20 truk/hari (total sampah Kota Gianyar dan sekitarnya adalah sekitar 260 m3/hari). m3/hari). Tujuan dari dibangun dibangunnya nya fasilitas ini adalah memilah sampah dan meningkatkan nilai manfaat dan potensi daur ulang sampah sebagai alternatif insinerator. Inisiatif Temesi ini mungkin merupakan proyek pengelolaan sampah kota yang pertama di Indonesia yang menerapkan sinergi positif antar berbagai pihak: - Rotary Club Bali Ubud (RCBU), melalui Community Service Program, berperan sebagai koordinator penggalangan dana (USAID/OTI, Rotary Club International, SDC, dan lain-lain).
W A W A S A N
- Bali Fokus-BORDA, lewat Program Pengelolaan Sampah, berperan sebagai penyedia bantuan teknis, pemberda yaan masyarakat dan pendamping manajemen operasional selama 5 tahun ke depan, - Pemkab Gianyar dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar berperan sebagai ‘pemasok’ sampah dan penyedia lahan, - Badan Pengelola Sampah Desa Temesi, berperan sebagai pengelola fasilitas bersama Bali Fokus (joint operation management).. management) Dalam tahap persiapan dan pelaksanaan konstruksi fasilitas, proyek ini melibatkan masyarakat secara aktif melalui pertemuan-pertemuan rutin dan diskusi di lapangan. Bali Fokus memfasilitasi pembentukan Badan Pengelola Sampah di Desa Temesi yang akan bertanggung jawab terhadap operasional FPS Temesi ini dalam jangka panjang. Selain mem berdayakan masyarakat di tingkat mana jemen, fasilitas ini juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi 60 orang kar yawan , yang ber berasal asal dari masyar akat warga Desa Temesi. Desa Temesi terdiri atas tiga Banjar, yaitu Banjar Peteluan, Banjar Pegesangan, dan Banjar Temesi dengan jumlah penduduk + 650 KK. Pada tahap awal operasi FPS Temesi sampai dengan awal tahun 2005, pengolahan dilaksanakan hanya setengah kapasitas yang direncanakan, yaitu sekitar 40 m3 sampah per harinya. Hal ini dimaksudkan sebagai tahap pembiasaan dan pembelajaran bagi keseluruhan komponen operasional fasilitas. Sebuah Badan Pengelola dibentuk bersama untuk memfasilitasi pengelolaan fasilitas dan mengatur manajemen operasional. Bali Fokus bertindak sebagai pendamping untuk 5 tahun ke depan dan membantu mewujudkan keseluruhan sistem yang berkelan jutan. Manfaat dan keuntungan dari inisiatif Temesi ini antara lain: - Ada alternatif pengelolaan limbah pa-
28
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Tabel Kebutuhan Lahan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kebutuhan Lahan/Area Receiving area atau ruang penerimaan sampah Belt Conveyer (BC) atau ban berjalan Area penampunga penampungan n sementara sampah an-organ an-organik ik Area penampungan residu sampah Area penyimpanan sampah sampah an-organik an-organik sebelum dijual ke bandar lapak Area pengomposan Area pembuatan pakan ternak Total luas area
dat/sampah tanpa menggunakan incinerator yang realistis dan layak untuk dikembangkan di tiap daerah. - Aplikasi teknologi ramah lingkungan untuk penanganan limbah tersedia di tingkat lokal. - Penanganan sampah yang melibatkan
Luas (m2) 50 50 150 Lahan TPA 250 400 200 1,100
multipihak dapat diimplementasikan dengan koordinasi dan sinergi yang baik. - Masalah TPA yang berdampak kepada masyarakat dapat dicarikan solusi yang sama-sama menguntungkan (win-win ( win-win solution).. Dengan adanya FPS Temesi, solution) mekanisme monitoring pengelolaan TPA oleh masyarakat dan kompensasinya lebih terstruktur. TEMPAT TEMPA T PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TEMESI - Kompos organik yang dihasilkan didukung ke bijakan dan program perRUANG PENERIMAAN tanian organik di wilayah Kabupaten Gianyar. - Pakan ternak yang diPEMILAHAN SAMPAH hasilkan dijual kepada ANORGANIK DI BELT CONVEYOR RECYCABLES peternak sapi dan sangat (GELAS, PLASTIK, KERTAS, membantu peternak daKARDUS, KALENG, DLL) lam penyediaan pakan dan diversifikasi pakan PEMILAHAN RESIDUAL RESIDUAL DI BELT CONVEYOR ternak, terutama saat musim kemarau. PABRIK DAUR - Kreativitas masyarakat ULANG SAMPAH ORGANIK dengan pembuatan baDIPOTONG/ DICINCANG DI MESIN rang kerajinan dari samPENCACAH pah/barang daur ulang yang ber bernilai nilai ekon ekonomis omis PAKAN KOMPOS dapat dikembangkan. TERNAK ORGANIK - Membuka lapangan pekerjaan baru untuk INSTALASI 60-100 orang. SANITARY SANITAR Y LANDFILL PENGOLAHAN AIR LIMBAH - Produk yang dihasilkan: barang lapak, kompos orDiagram Alur proses pemilahan di fasilitas Temesi. Temesi. ganik dan pakan ternak, Fasilitas Temesi ini beroperasi dari pukul 06.30 s/d 16.30 WITA WITA dengan merekrut 60 orang dapat menjamin keberkaryawan yang bekerja dalam 2 shift. lanjutan fasilitas. Semua berasal dari Desa Temesi.
R E P O R T A S E Kiprah Ny. Bambang ‘’Sampah’’ Wahono
Kelola Sampah, Hijaukan Banjarsari FOTO: MUJIYANTO
A
ngin berhembus semilir. Daundaun tanaman melambai-lambai. Warna-warni bunga menyembul dari rimbun dedaunan. Pot-pot bunga berbaris di sisi jalan yang sekaligus berfungsi sebagai halaman. Itulah gambaran sekilas lorong-lorong di Kampung Ban jarsari, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Kondisi Banjarsari sangat bertolak belakang dengan kondisi wilayah Jakarta pada umumnya. Biasanya orang selalu berpikir bahwa Jakarta itu panas, gersang, kotor, dan tak tertata rapi. Maka, tak heran potret Banjarsari bisa menjadi miniatur wilayah Jakarta di masa mendatang yang sejuk, hijau, dan memperhatikan lingkungan. Perubahan Banjarsari, RW berpenduduk sekitar 1.500 jiwa atau 218 kepala keluarga, yang terletak di bilangan Fatma wati itu tak lepas dari tangan dingin Ny.
29
Harini Bambang Wahono dan suaminya. Nenek yang tahun ini berusia 73 tahun tersebut tak henti-hentinya menggugah kesadaran warga Banjarsari untuk peduli terhadap lingkungan. Satu di antaranya bagaimana bagai mana meng mengelol elola a sampah ruma rumah h tangga. ‘’Sejak saya pindah ke sini (Banjarsari), saya selalu mengimpikan daerah ini menjadi hijau seperti kampung saya dulu. Apa bisa ya?’’ kata Ny. Bambang suatu sore di sudut rumahnya yang kini menjadi tempat pelatihan berbagai ketrampilan pengelolaan lingkungan hidup. Kebetulan, saat ia dan suami datang ke Banjarsari tahun 1982, Bambang ditunjuk sebagai Ketua RT. Dari sinilah Ny. Bambang mulai merintis pendekatan kepada masyarakat. ‘’Saya mencoba mendekati satu-satu orang-orang di sini. Waktu itu ada 12 orang yang buta huruf. Mereka saya ajari baca dan tulis. Lama-lama kita
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
menjadi akrab dan muncul kedekatan,’’ kata dia yang mengaku lulusan Sekolah Guru Atas (SGA). Dari kedekatan itu, Ny. Bambang menyodorkan kepada mereka tanaman obat keluarga (Toga) untuk ditanam di tempatnya masing-masing. Kemudian suatu saat, ketrampilan bercocok tanam Toga itu diperlombakan. Yang paling subur mendapatkan hadiah. ‘’Semua hadiah saya ambil dari kocek saya sendiri,’’ jelas perempuan yang terlihat trengginas itu. Pendekatan kepada masyarakat tak sebatas itu. Ia dan beberapa ibu-ibu membentuk arisan RT. Arisan itu tak sekadar untuk mengumpulkan uang dan menariknya, tapi lebih dari itu untuk mempererat persaudaraan. Ny. Bambang berprins berp rinsip, ip, oran orang g akan diiku ti kalau sudah mendapatkan simpati dari orang lain. Dan, simpati simpati bisa dibangun dengan persaudaraan yang erat. Kiprahnya bertambah banyak ketika sang suami menjadi Ketua RW dan ia terpilih sebagai Ketua PKK RW. Posisinya tak disia-siakan. Ia berusaha menerapkan Program 10 Pokok PKK, khususnya yang ke-9 yakni kelestarian lingkungan hidup. Warga 8 RT yang dibawahkannya dibina secara bertahap. Ada pasang, ada surut. Ada tantangan dan kendala. Tapi itu tak membuat perempuan yang sangat mendambakan lingkungan asri ini patah semangat. Ia mengadakan lomba lingkungan antar RT di wilayahnya. Sambutan masyarakatpun mulai tumbuh. Perempuan yang tergolong aktif ini kemudian membentuk Kelompok Tani Dahlia pada tahun 1992. Kelompok Tani tersebut memperoleh bantuan tanaman dari dinas pertanian. Wajah Banjarsari
R E P O R T A S E FOTO: MUJIYANTO
pun mulai berubah. Selanjutnya ia menjadi pengurus PKK kelurahan, dan kecamatan. Ia tak kenal lelah mengubah BanBan jarsari menjadi hijau, rimbun, dan asri. Peran aktif Ny. Bambang terhadap lingkungan ini ternyata mendapat sorotan UNESCO, badan dunia di bawah PBB yang mengurusi pendidikan. Pada tahun 1996 badan tersebut menawarkan pelatihan baginya dalam pengelolaan sampah. ‘’Saya sangat senang banget,’’ ujarnya tersenyum. Dari pelatihan ini, ia memperoleh sertifikat sebagai trainer UNESCO di bidang pengelolaan sampah. Warga kemudian diajarinya bagaimana menjadikan sampah rumah tangga bernilai dan tidak mencemari lingkungan. Ia menjadikan salah sudut rumahnya yang sederhana di Jl. Banjarsari XIV No. 4a sebagai ruang kelas. Lahirlah kaderkader sampah di Banjarsari. Sampah mulai dikelola oleh setiap rumah tangga sejak dari hulu. Tong-tong sampah dibuat di depan rumah warga. Ada tiga tong sampah dengan warna berbeda. Merah untuk sampah plastik, kuning untuk sampah botol dan kaleng, dan hijau untuk sampah organik. Sampah dari tong warna merah dan kuning boleh diambil oleh pemulung dan tukang sampah yang sudah dibina –jumlahnya 20 orang. Sedangkan sampah organik diolah masing-masing –kalau mampu—menjadi kompos. Bagi yang tak mampu melakukannya, sampah organik tersebut diolah bersama di RT atau RW. Hasil kompos ini kemudian dipakai sendiri warga sebagai pupuk tanaman atau dijual. ‘’Permintaan kompos banyak. Kita masih kewalahan memenuhinya,’’ kata Ny. Bambang. Pembelinya adalah para pengunjung. Apa yang dicapai Banjarsari membuat banyak kelompok masyarakat dari berbagai kalangan dan wilayah belajar di tempat itu silih berganti. Seiring dengan itu, kesadaran masyarakat Banjarsari terhadap lingkungan terus tumbuh. Hasilnya, Banjarsari menyabet juara nasional lomba penghijauan dan konservasi alam
30
Sampah di DKI Jakarta setiap harinya sekitar 6 ribu ton. Hampir setengahnya adalah sampah rumah tangga. Kalau seluruh masyarakat menanganinya secara sadar, maka persoalan sampah di DKI tinggal 50 persen saja dan tak serumit seperti sekarang. pada tahun 2000. Dan, sang pelopor, Ny. Bambang memperoleh Kalpataru pada tahun itu untuk kategori penyelamat lingkungan. Prestasi Banjarsari ini menjadikan kampung tersebut dipilih oleh Dinas Pariwisata Jakarta Selatan sebagai Desa Tujuan Wisata. Kesempatan ini pun disambut warga dengan berbagai ragam kreatifitas. Kini di sana ada taman di atas atap yang bisa dikunjungi wisatawan
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
secara bebas, ada green corner yang corner yang khusus mengajarkan/menyediakan makanan yang serb serba a orga organik nik dan daur ulan ulang g makanan, ada corner lansia, ada corner lautan, dan ada corner pendidikan. Lokasinya di rumah-rumah warga. Tak heran banyak wisatawan datang ke tempat tersebut, termasuk wisatawan mancanegara. Ada yang studi banding, ada yang memang khusus untuk belajar. Tahun ini Banjarsari terpilih sebagai RW terbaik se-DKI Jakarta. Karenanya, Ny. Bambang bersama para kadernya—30 ibu dan 25 anak peduli sampah— memperoleh tugas untuk membina daerah lain di Jakarta. Ia juga aktif diundang sebagai pembicara di berbagai seminar. Jadilah ia kini mendapat julukan baru: ‘’Ny. Bambang Sampah.’’ Kendati, keberhasilan demi keberhasilan telah diraih Banjarsari, bukan berarti daerah itu bebas sama sekali dari permasalahan sampah. Ny. Bambang mengungkapkan masih sekitar 60-70 persen warga yang sadar. ‘’Sisanya masih belum. Kalau soal kebersihan sih sudah 100 persen,’’ katanya. Selain itu, yang saat ini agak sulit ditangani yaitu adanya orang luar (bukan warga Banjarsari) yang membuang sampah di daerah tersebut
R E P O R T A S E
Masyarakat bisa memerankan diri seperti mengolah sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang sisa makanan, dan mengurangi penggunaan kantong plastik.
secara sembarangan. ‘’Saya terkadang sedih dan jengkel,’’ ucapnya. Sampah dan Kesadaran Penanganan sampah, menurut Ny. Bambang merupakan upaya yang sistematik. Masalah sampah tak akan tuntas manakala hanya ditangani oleh pemerintah saja. ‘’Masyarakat yang membuat sampah, tapi kenapa masyarakat tak ikut serta menanganinya?’’ katanya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dari hulu menjadi hal yang tak bisa ditawar. Hanya saja memberdayakan masyarakat bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu panjang, karena hal ini menyangkut perubahan pola pikir, perilaku, dan kebiasaan. ‘’Di sini kita butuh kerja keras dan tak kenal putus asa. Kalau ada yang nggak suka dengan apa yang kita sampaikan, itu hak dia,’’ kata Ny. Bambang. Sebagian besar orang, lanjutnya, saat
ini masih belum mau tahu akibat pem buangan sampah sembarangan. ‘’Orang tak pernah mikir sampah itu akan jalan ke mana,’’ katanya. Sampah-sampah yang tak teruraikan akan mengotori sungai dan laut. Akibatnya bisa terjadi banjir dan pencemaran. ‘’Maka tiap sumber sampah harus diselesaikan,’’ tegasnya. Ia mencontohkan, sampah di DKI Jakarta setiap harinya sekitar 6 ribu ton. Hampir setengahnya adalah sampah rumah tangga. Kalau seluruh masyarakat
menanganinya secara sadar, maka persoalan sampah di DKI tinggal 50 persen saja dan tak serumit seperti sekarang. Masyarakat bisa memerankan diri seperti mengolah sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang makanan/sisa makanan/sisa makanan, dan mengurangi penggunaan kantong plastik. Ada empat prinsip dasar yang digunakan yakni reduce (mengurani), reuse (menggunakan kembali), kembali) , recycle (me (menda ndaur ur ula ulang) ng),, dan replant (menanam lagi). ‘’Bayangkan kalau setiap rumah tangga mampu menghemat penggunaan kantong plastik 10 buah per bulan, kita sudah bias mengurangi pencemaran darat dan laut,’’ kata Ny. Bambang. Maka sangat wajar bila Ny. Bambang kini masih punya impian yang belum ter wujud yakni bagaima bagaimana na menyad arkan masyarakat untuk peduli terhadap sampah. Karena tanpa adanya kesadaran bersama, bers ama, perm permasala asalahan han sampa sampah h akan tetap sulit dipecahkan. (mujiyanto)
Tukang Sampah Udin
‘’Banyak yang masih ribet’’ FOTO: MUJIYANTO
N
amanya Udin. Umurnya sekitar
angan sampah (TPS) setempat, tapi
35 tahun. Pekerjaannya seba-
dikumpulkannya untuk dijual. ‘’Luma-
gai tukang sampah. Setiap hari ia
yan, buat nambah penghasilan,’ penghasilan,’’’ kata-
mengangkut sampah dari warga di
nya di salah satu sudut jalan di Ban-
Banjarsari. Ada 30-40 warga yang
jarsari.
menjadi langganannya. ‘’Saya men-
Udin menceritakan memang belum
dapat imbalan 30 ribu per rumah,’’
semua warga Banjarsari memisahkan
katanya sambil tersipu.
sampah-sampah yang dibuangnya. Pa-
Udin sudah menjalani profesi ini
dahal ia berharap semua warga telah
sejak tahun 1994. Ia mengontrak se-
memisahkan sampahnya sejak awal.
buah rumah di daerah tersebut. Se-
‘’Kalau sudah dipisahkan kan gampang
tiap hari ia menarik gerobak sam-
ngambilnya, nggak usah misah-misahin
pah. Gerobak itu terdiri atas ge-
lagi,’’’ tuturnya. Ketika ditanya mengalagi,’
robak dan karung besar yang digantungkan
da-benda non organik seperti plastik, botol,
pa warga masih bersikap seperti itu, ia men-
di belakang gerobak. Karung besar tersebut
dan kaleng, serta kertas. Sampah di karung
jawab, ‘’Katanya ribet (sulit—red).’’
berfungsi sebagai tempat menampung ben-
besar ini tidak dibuang di tempat pembu-
31
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R A G A M
Ragam Teknologi Pengolahan Sampah FOTO: MUJIYANTO
T
eknologi pengolahan sampah perkotaan merupakan satu faktor penting yang turut menentukan keberhasilan pengelolaan. Pada dasarnya terdapat tiga teknologi pengolahan sampah dasar yang digunakan oleh berbagai lembaga pengelola persampahan, yaitu pengolahan dengan cara pembakaran (incenerator incenerator), ), secara kimiawi (pengomposan), dan penimbunan (landfill (landfill burying). ing ). Tiap teknologi pengolahan tersebut mempunyai dampak yang berlainan dan biaya penanganan dampak yang berbeda. Teknologi pengolahan sampah mana yang dipilih, tergantung pada tingkat permasalahan sampah di wilayah yang bersangkutan, komposisi sampah, tim bulan sampah yang dihasilkan tiap harinya, risiko teknis, anggaran yang tersedia dan lain-lain. Pemilihan teknologi pengolahan yang tidak sesuai dengan beberapa faktor tersebut dapat menam bah permasalahan. Salah satu indikator dalam pemilihan teknologi pengolahan sampah adalah teknologi yang ramah lingkungan dan mempunyai keefektifan yang cukup tinggi. Selain itu, suatu teknologi tersebut harus dapat mengatasi masalah yang tim bul atau minim minimal al dapa dapatt meng menguran urangi gi bobot dari masalah yang telah timbul (Ryding, 1994: 71). Ada beberapa macam teknologi pengolahan akhir sampah (Moenir, 1983: 33) yaitu: z
Metode open dumping Pada metode ini, sampah dibuang pada daerah berbentuk lembah, ditimbun secara terbuka tanpa mengalami proses pemadatan dan tanpa ditutup oleh lapisan tanah, demikian seterusnya sampai lembah tersebut menjadi rata dengan daerah di sekitarnya.
32
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
z
z
z
Metode sanitary landfill Pada metode ini sampah dibuang ke daerah parit, daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metode ini mempunyai tiga macam cara yaitu metode area area,, metode trench dan metode depression. Metode pengepakan sampah (baling (baling method ) Di sini sampah dalam berbagai jenis diolah pada instalasi, dengan cara sampah itu ditekan dengan kekuatan + 2000 psi, psi, sehingga sehingga terbentuk terbentuk suatu balok padat dengan ukuran tertentu yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan penimbun (terutama sampah dengan bahan anorganik). Balok-balok itu baik untuk digunakan sebagai penimbun jalan ataupun sebagai penimbun daerah lembah yang terkontrol. Metode pembakaran (incineration (incineration)) Pada metode ini, sampah dibakar dengan alat pembakar. Metode ini akan menghasilkan sisa pembakaran dan gas lain. Berat dan volume dari
sisa pembakaran lebih kecil dari berat dan volume sampah semula. z
Metode kompos Kompos adalah hasil pemecahan biokimia dari zat organik dalam sampah, yang dapat mempengaruhi karakteristik tanah. Proses pemecahan kompos dilakukan oleh mikroorganisme dan mikroflora pada temperatur yang sama dengan temperatur sampah tersebut.
z
Metoda ATAD ( Autogenous Thermo philic Aerobic Digestion) Digestion) Teknologi ini menggunakan bakteri aerobik yang responsif pada suhu tertentu untuk memproses sampah organik menjadi bahan pupuk dalam bentuk pellet (padat) (padat) dan cair. Teknologi ini sebenarnya digunakan untuk pengolahan air limbah.
Dari teknologi pengolahan di atas, metode open dumping –yang kini banyak dipakai di kota-kota Indonesia— sebenarnya sudah tidak layak digunakan karena keterbatasan lahan di perkotaan. Selain itu metode tersebut tidak efektif untuk
R A G A M
skala perkotaan. Metode pengomposan disebabkan oleh keinginan swasta dan merupakan cara paling murah dengan pemerintah untuk menerapkan teknologi risiko teknis yang rendah tetapi membu- yang paling mutakhir yang memiliki sejatuhkan waktu yang lama. Di lain pihak rah pengoperasian yang kurang memadai volume sampah terus meningkat setiap (Cointraeu, 1982). Masalah-masalah yang harinya, sehingga perlu perhitungan yang tidak diperkirakan sebelumnya seringkali tepat jika akan mengadopsi teknologi muncul pada saat suatu teknologi dipertersebut. Sedangkan untuk metode kenalkan ke suatu negara atau wilayah ATAD, hanya dibutuh dibutuhkan kan waktu yang untuk pertama kali karena adanya masasingkat untuk menguraikan sampah de- lah-masalah spesifik dengan daerah terngan risiko yang rendah, tetapi biaya in- sebut yang belum ditangani sebelumnya vestasinya sangat tinggi. (Ryding, 1994: 187). Risiko teknis ini haSalah dalam memilih teknologi bisa rus dialokasikan kepada pihak swasta. menyebabkan risiko teknis seperti keDi bawah ini adalah tabel yang menunrusakan alat yang digunakan karena over- juk jukkan kan kelebih kelebihan an dan kel kelema emahan han teknolo teknologi gi load sehingga load sehingga proses pengolahan berhen- pengol pengolahan ahan sampah sampah serta risiko risiko teknisnya. teknisn ya. ti dan kemudian sampah menumpuk diPada tabel di bawah, jelas sekali open mana-mana (Ryding, 1994: 287). Selan- dumping adalah teknologi pengolahan jutnya akibat berhentinya proses peng- sampah dengan tingkatan yang paling olahan tersebut, sistem pengolahan kem- rendah dan akan mungkin diterapkan bali menjadi open dumping, dumping, hal ini sa- pada kerja sama antara pemerintah kota ngat tidak diharapkan untuk terjadi kare- dengan swasta. Untuk sanitary landfill , na hal ini berarti mulai dari awal lagi. keuntungannya adalah biaya investasi Secara umum, resiko teknis seringkali cukup rendah, akan tetapi mempunyai
Jenis Teknologi Open Dumping
Sanitary landfill
Pengepakan (Balling method )
Incineration
Kompos
ATAD ( Autogenous Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion) Digestion)
potensi dampak yang buruk seperti tim bulnya gas metana dan ada kecenderungan berubah menjadi open dumping. dumping. Sedangkan pada teknologi pengepakan sampah, biaya yang harus diinvestasikan cukup tinggi, dan biaya pemeliharaan dan operasional juga mahal. Selain itu juga teknologi tersebut tidak menjelaskan mengenai pembuangan cairan yang dihasilkan oleh pengepakan sampah. Teknologi pembakaran sampah dapat membakar habis sampah, akan tetapi biaya mesin yang tinggi, biaya operasional dan pemeliharaan juga tinggi. Selain itu teknologi tersebut menimbulkan pencemaran udara. Teknologi kompos dan ATAD, merupakan teknologi yang paling menguntungkan jika jik a dite diterap rapkan kan dal dalam am ker kerjas jasama ama.. Perbe Perbedaa daan n antara keduanya menyangkut waktu dan biaya investasi. Jika pada kompos dibutuhkan waktu wak tu yan yang g cuk cukup up lam lama a dal dalam am men mengub gubah ah sampah menjadi kompos, pada ATAD waktunya lebih singkat karena adanya bantuan bakteri bakte ri aerobi aerobik. k. Sedang Sedangkan kan untuk biaya investasi, teknologi ATAD merupakan teknologi yang KELEBIHAN, KELEMAHAN SERTA RESIKO TEKNIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH Mekanisme Pengolahan Kelebihan Kelemahan Resiko teknis membutuhkan biaya invesSampah dibuang pada daerah lembah atau Tidak membutuhkan biaya pengolahan Sampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana Menyebabkan sampah terus menumpuk tasi yang besar sekali, selain cekungan tanpa ada pengolahan lebih lanjut sampah mestinya dan polusi udara, air dan tanah itu ATAD belum pernah ditePada metoda ini sampah dibuang ke daerah - Merupakan cara yang paling murah - Memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota Jika tidak ada perawatan secara periodik rapkan di Indonesia. parit, daerah cekungan atau daerah lereng, besar tidak memungkinkan akan berubah menjadi open dumping - Investasi rendah kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan - Tidak ada pemisahan sampah - Pengoperasian hrs sesuai dengan standar Secara keseluruhan, ridipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga - Menimbulkan gas metana yang berbahaya macam cara yaitu metoda area area,, metoda trench siko teknis pada tiap tekdan metoda depression. nologi pengolahan sampah Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan Sampah dapat digunakan sebagai Cairan sampah (leachete) yang keluar - Biaya investasi cukup mahal ditekan dengan kekuatan + 2000psi sehingga penimbun jalan atau penimbun lembah - Jika tidak digunakan sebagai penimbun akan pada saat pengepakan dapat dapat diminimalkan melamenyerupai balok daerah terkontrol menimbulkan pencemaran air tanah menyebabkan penumpukan sampah (walaupun lui penerapan teknologisudah dilakukan pengepakan) Sampah dibakar pada suhu yang sangat sangat tinggi tinggi Sampah terbakar habis Pengolahan sampah dengan cara ini - Biaya investasi yang sangat mahal teknologi yang terbukti bamenimbulkan polusi udara yang tinggi - Penggunaan mesin yang sesuai standar (tidak boleh melebihi kapasitas) ik, seperti teknologi kom- Sampah yang mengandung cairan dapat pos dan ATAD, yang dipamenyebabkan kerusakan mesin - Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis sok dan didukung oleh perseringkali tidak dapat dicapai sehingga usahaan-perusahaan yang pembakaran menghasilkan pencemaran Kompos adalah hasil pemecahan biokimia dari Merupakan pengolahan sampah yang Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi Karena butuh waktu yang lama, ada memiliki reputasi. Sejarah zat organik dalam sampah, yang dapat bersifat zero waste dan menghasilkan kompos kemungkinan terjadi antrian sampah, hal mempengaruhi karakteristik tanah. Proses pupuk kompos ini menyebabkan polusi kinerja dan pemecahan pemecahan kompos disebabkan oleh masalah yang baik merumikroorganisme dan tipe mikroflora pada temperatur yang sama dengan temperatur pakan faktor penting dasampah tersebut lam memilih pemasok tekTeknologi ATAD (autogeneous thermophilic Merupakan pengolahan sampah yang Investasi yang dilakukan cukup tinggi dan perlu ada Belum diketahui aerobic digestion) menggunakan bakteri bersifat zero waste sekaligus mengolah uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di nologi. Turut sertanya peaerobik yang responsif pada suhu tertentu air limbah Indonesia untuk memproses sampah organik menjadi masok sebagai calon mitra pupuk dalam bentuk pellet (padat) dan cair. merupakan faktor penguTeknologi ini sebenarnya adalah untuk pengolahan air limbah rang risiko teknis. FW
Sumber: hasil olahan dari Moenir, 1983: 33
33
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R A G A M
Kapsul Sampah Model Penyimpanan Sampah Jangka Panjang
P
enanganan sampah tradisional sering kali membawa banyak masalah berupa polusi tanah, air, dan udara; kerugian sumber daya penting yang terus menerus; standar kehidupan yang buruk dan penurunan nilai-nilai properti yang dekat lokasi sampah; dan peningkatan biaya karena pertumbuhan volume sampah. Berbagai upaya dilakukan di seluruh dunia untuk menangani masalah sampah ini. Industri daur ulang pun dikembangkan. Namun hasilnya belum memuaskan. Kini ada sebuah terobosan baru dalam teknologi penyimpanan sampah yakni kapsul sampah atau dikenal sebagai bal bal sampah. Pengemasan sampah ini konon memberikan nilai efisiensi dan keamanan yang lebih baik. Teknologi ini memungkinkan sampah bisa disimpan disimpan dalam waktu yang lama-bisa tahunan— tanpa menganggu lingkungan di sekitarnya. Lebih dari itu jenis penanganan sampah ini memperbaiki lingkungan sekitar dan lebih bisa diterima oleh penduduk sekitar. Dengan teknologi ini sampah bisa disimpan sampai ada pembakar sampah (insinerator), pabrik kompos, atau sanitary landfill yang yang berteknologi dibangun. Bila instalasi pengelohan sampah sudah siap, kapsul sampah tersebut tinggal
Bersih dan tanpa bau Tidak ada masalah dengan penyimpanan di luar r uang sepanjang tahun dan bertahuntahun
Tak dikenal Bentuk penutup plastik putihnya tidak menarik perhatian burungburung
Tertutup secara keseluruhan Kandungan energi sampah terpelihara. Kotoran sampah dan kebocoran dapat dicegah secara efektif.
Kecil dan berbentuk bundar Sampah bentuk bulat butuh ruang simpan kecil dan transportasinya rasional. Tidak ada sudut yang mudah pecah selama penanganan penanganan..
Tidak ada udara di bagian dalam Sampah tidak membusuk. Tidak ada resiko gas yang terbentuk dan pembakaran spontan
Lingkungan yang harmonis Plastik jaring dan plastik film lapisan luar dibuat dari jenis plastik polythene yang dapat didaur ulang.
diproses dengan mudah sekaligus mengoptimalkan pengolahan akhir. akhir. Selain itu kapsul sampah itu bisa disuplai sepan jang waktu tanpa tergantung cuaca, dan hanya membutuhkan tempat penyimpanan yang murah.
FOTO: ISTIMEWA
34
Siap untuk pemulihan Sampah hanya ditutupi dengan plastik film, mudah membuka membuka celah. Tanpa kabel baja untuk mengikat. Tidak butuh banyak material sampah untuk dibakar di insinerator
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Proses Pengemasan Sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantung plastik film berbentuk kapsul/bulat dan kedap udara. Bahan pem bungkus ini dibuat dari jenis plastik polythene bekas klorin sehingga dapat didaur ulang dan bisa dibakar dalam insinerator. Setelah itu sampah dipres dengan tekanan tertentu sehingga bisa menghilangkan kantong-kantong udara di dalam kemasan tersebut yang memungkinkan proses biologis –aerob maupun anaerob—terhenti. Dengan demikian tidak terjadi risiko pembakaran spontan dan pembentukan gas. Proses pengemasan ini berlangsung hanya 3-4 menit. Kemasan itu tinggal disimpan di tempat terbuka atau tertutup dan bisa ditumpuk. Bila pengolahan siap, kapsul tinggal dibuka dengan cara yang mudah. MJ
Bisnis Jemput Sampah, Mengapa Tidak? Tidak?
S
ampah pun bisa jadi duit. Tidak percaya? Para pemulung sudah membuktikan. Mereka bisa hidup dari sampah ini, meskipun sampah yang dikaisnya sangat terbatas. Pemerintah daerah pun telah mengambil retribusi kepada penduduk yang membuang sampah. Ini artinya sampah telah menjadi sumber uang. Kini ada sebuah terobosan lain yang dilakukan oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Tangerang. LSM ini memberikan layanan pengambilan sampah ke rumahr u m a h d e n g a n
menggunakan sepeda motor. Untuk satu kantong kresek sampah ukuran sedang atau sekitar 1,5 kg sampah dikenakan biaya Rp. 400. Layanan ini diberikan setiap hari Senin-Sabtu pukul 06.00-17.00 WIB. Motor beroda tiga akan mendatangi rumah tangga yang telah menelepon kantor LSM tersebut. (MJ)
T EROPONG Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung
Bertahan di Tengah Keterbatasan
I
nilah salah satu dari beberapa Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan yang tersisa di Indonesia. Beberapa kota yang dulunya memiliki perusahaan sejenis telah mengubah pengelolaan kebersihan kotanya dari perusahaan daerah ke dinas. PD Kebersihan Bandung tergolong cukup berumur. Perusahaan ini dibentuk pada tahun 1985 melalui Peraturan Daerah No. 02 Tahun 1985. Pembentukan PD ini difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen PU (kini Kimpraswil) melalui Proyek Pengembangan Kota Bandung atau Bandung Urban De velopment Project (BUDP). Perusahaan ini bertanggung jawab melestarikan lingkungan hidup dan secara khusus memelihara serta meningkatkan kebersihan kota dalam arti seluasluasnya, sebagai usaha menjamin terwu judnya kota yang rapi, bersih, dan sehat. Berdasarkan SK Walikota, PD Kebersihan juga diberi tugas merumuskan ke bijakan, melaksanakan pengelolaan sampah, meneliti dan mengembangkan cara pengelolaan sampah kota. Operasi perusahaan ini mencakup wilayah seluas 16.29 hektar dengan penduduk sekitar 2,2 juta jiwa yang berada di 26 kecamatan (139 kelurahan). Volume timbulan sampah di kota ini 6.500-7.500 meter kubik per hari. Namun, perusahaan ini baru bisa melayani sekitar 65 persen. Sistem pengelolaan sampah meli batkan batka n masya masyarakat rakat,, dalam hal ini RT/RW. Pengurus RT/RW diberi kewenangan untuk menetapkan tarif kebersihan masing-masing guna membiayai operasionalisasi kebersihan rumah tangga (sumber sampah ) hingga ke tempat pembuangan sementara (TPS). Setelah itu, sampah menjadi tanggung jawab PD Kebersihan. Perlakuan terhadap sampah jalan, pasar, dan komersial/fasilitas umum
35
agak berbeda dengan sampah rumah tangga. PD Kebersihan langsung bertanggung jawab atasnya. Perusahaan melakukan penyapuan, pengumpulan, dan pewadahan. Untuk kebutuhan kegiatan ini, PD Kebersihan memiliki 617 penyapu jalan, dan 235 penyapu pasar. Perkiraan timbulan sampah dapat dilihat di tabel berikut: No. Sumbe Sumberr Timbu Timbulan lan Samp Sampah ah
Volume Vo lume (m3/h (m3/hari) ari)
1.
Permukiman
2.
Pasar
3.978 613
3.
Jalan
449
4.
Industri
787
5.
Usaha/Komersial
312
6.
Fasilitas umum
361
Sampah-sampah tersebut kemudian dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ada dua TPA yakni TPA Leuwigajah (17,5 Ha) dan TPA Jelekong (9,7 Ha). Sampah kemudian diperlakukan menggunakan sistem open dumping. Tarif layanan kebersihan ditetapkan oleh wali wa liko kota ta.. Be Besa sarn rnya ya sesuai sesuai sk skal ala a su sumb mber er sa sammpah. Tarif jasa kebersihan kebersihan sesuai SK Walikota No 644 Tahun 2002 (Lihat tabel). Dengan tarif tersebut, setiap tahun PD kebersihan rata-rata memperoleh pendapatan sekitar Rp. 17 milyar. Pendapatan ini diperoleh dari masyarakat dan jasa kebersihan dari pemerintah daerah. Angka ini masih jauh dari kebu-
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
tuhan operasional perusahaan. Tak heran bila per tahunnya, perusahaan dengan karyawan 1.642 orang ini terus merugi. Tahun 2002 lalu, perusahaan ini menderita kerugian 3,8 milyar lebih. Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung Awan Gumelar mengakui hal itu. Namun, menurutnya, bagi APBD skala kota, ada efisiensi yang cukup besar. besa r. Ia meng mengungk ungkapkan apkan hing hingga ga 16 tahun ini, APBD Kota Bandung baru mengalokasikan dana sebesar Rp. 34 mil yar atau ratarata-rata rata sebe sebesar sar Rp. 2,1 milyar/tahun. Angka itu masih jauh di bandingkan dengan anggaran kebersihan kota-kota lainnya di Indonesia seperti DKI Jakarta (Rp. 373 milyar/tahun), Surabaya (51 milyar/tahun), Semarang (Rp. 27 milyar/tahun), dan Yogyakarta (Rp. 8 milyar/tahun). Kendati anggaran kebersihan kota tergolong kecil, peran serta masyarakat cukup besar. bes ar. Tah Tahun un 200 2003 3 lal lalu, u, ret retrib ribusi usi masyamasyarakat sebesar Rp. 13 milyar atau 72 persen dari total pendapatan. Sedangkan dari APBD APB D han hanya ya Rp. 5 mil milyar yar.. Ang Angka ka pen pendadapatan dari retribusi ini jauh lebih tinggi dari kota-kota besar lainnya di Indonesia. Kondisi keuangan yang demikian tentu mengganggu gerak perusahaan. Berbagai upaya kini sedang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan peningkatan sumber daya manusia dan penyadaran masyarakat. (MJ)
TARIF LAYANAN LAYANAN RUMAH TINGGAL DAN SOSIAL Kelas
Daya (Watt)
I II III IV V VI
>6600 >3600-6600 >2200-3600 >1300-2200 > 900-1300 450
PTL (Rp)
Pengambilan Tak Langsung
7.500/bln 6.000/bln 5.000/bln 4.000/bln 3.000/bln 2.000/bln
PL (Rp)
Pengambilan Langsung
20.000/bln 17.500/bln 15.000/bln 10.000/bln 7.500/bln 5.000/bln
Sosial (Rp) 7.500/bln 6.000/bln 5.000/bln 4.000/bln 3.000/bln 2.000/bln
Non Komersial Rp. 12.500/hari; Komersial Rp. 15.000/hari;Angkutan kota Rp. 500/hari; Bus Rp. 1.000/hari
T EROPONG Awan Gumelar, Gumelar, Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung
“Rakyat Sadar Kebersihan Dulu” FOTO: MUJIYANTO
B
isa Anda jelaskan latar belakang pembentukan PD Kebersihan? PD Kebersihan dibentuk dengan Perda No. 2 tahun 1985, yang diperbaharui dengan Perda 15 tahun 1993 (berkaitan dengan modal), terakhir Perda 27 tahun 2001. Sekarang sudah 19 tahun. Asalnya dari dinas kebersihan kota. Mengapa di bentuk PD? Supaya penanganan kebersihan di kota Bandung lebih optimal. Dulu dinas kebersihan dinilai kurang memiliki kapasitas untuk mengembangkan pelayanan. Selain itu dengan berbentuk PD, akan mempercepat rekrutmen pegawai dan penyediaan sarana dan prasarana. Yang lebih penting, ini untuk kepentingan legalitas dan kepercayaan bagi pemberi pinjaman. Apakah tidak berbenturan kepentingan dengan pelayanan? Saya kira tidak ada. Kita sama dengan PT Kereta Api atau Damri. Mereka kan juga mencari untung dari pelayanan yang diberikan. Bagaimana kinerja perusahaan yang Anda pimpin sekarang? Kinerja kita alhamdulillah alhamdulillah,, walaupun serba kekurangan dan terbatas kita masih mampu berjalan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Memang sejak awal kita kekurangan sarana dan prasarana. Ke depan kita berharap ada perbaikan. Sejauh mana tingkat pelayanan PD Kebersihan kepada masyarakat? Kita sekarang baru mampu melayani sekitar 65 persen dari sampah yang ada. Itu tadi karena kita masih banyak keter batasan. Bagaimana hubungan PD Kebersihan dengan instansi struktural? Kita koordinasi saja. Dengan camat kita bertemu 3 bulan sekali. Jadi sifatnya kami mohon bantuan, karena kami bu-
36
kan atasan dia. Koordinasi kan kan boleh-bo boleh-boleh saja. Jadi hubungannya kemitraaan saja. Bukan atasan bukan bawahan. Kita bekerjasa sama dengan dinas taman dalam menentukan titik-titik tempat sampah. Yang penting adalah bagaimana visi walikota Bandung tercapai. Saya kira kira kita harus pandai bagaimana memperlakukan sebuah perusahaan tapi tetap terikat dengan pemerintahan. Memang sangat lain dengan perusahaan swasta. Aktivitas dan action-nya actionnya berbeda dengan struktur pemerintahan karena memiliki otoritas tersendiri. Apa upaya Anda untuk meningkatkan kinerja? Ke depan kita ingin menjadi entrepreneur. Kita akan memberdayakan asetaset kita. Kita akan membentuk anakanak perusahaan. Saat ini belum bisa karena kita masih serba kekurangan. Gaji juga masih terbatas. Tapi alhamdulillah etos kerja masih tinggi. Selain itu, kita ingin meningkatkan kemampuan operasional seperti meningkatkan cakupan pelayanan dari 65 persen menjadi 80 persen, memperbaiki kualitas SDM, dan mengintroduksi teknologi pengolahan sampah melalui kerja sama. Pokoknya kita berharap bisa menerapkan corporate governance bagi governance bagi perusahaan.
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Bagaimana dengan masalah keuangan? Kita akan memaksimalkan realisasi hasil penagihan jasa dari seluruh potensi yang ada dan memaksimalkan pemba yaran jasa pelayanan umum dari APBD. Kita juga mengusulkan kepada Pemkot untuk memplot subsidi kebersihan bagi masyarakat dalam APBD. Sebab kita perlu dana yang cukup untuk memberikan layanan yang minimal. Kita juga mengusulkan ada restrukturisasi permodalan perusahaan yang sudah negatif kepada Pemkot. Kalau bisa Pemkot mengambil alih sebagian atau seluruh utang perusahaan dan memasukkan sebagai penyertaan modal. Di sisi lain kita terpaksa harus melakukan efisiensi. Apa sebenarnya yang bisa mendorong kebersihan suatu kota? Kalau kita ingin maju ke depan, pertama rakyat harus sadar kebersihan dengan ikut mengelola sampah di lingkungannya masing-masing. Prinsip 3R (reduce, ( reduce, reuse, recycle) recycle) harus diterapkan. Itulah yang kami sosialisasikan kepada masyarakat. Kita berharap ada komitmen, kalau tidak kan tidak kan susah. Terobosan apa saja yang Anda ambil agar pengelolaan sampah le bih baik? Kita tahun ini bekerja sama dengan KLH untuk menangani pengomposan dan pihak ketiga. Adakah rencana untuk membuat Bandung bersih? Saat ini ada renstra walikota No. 36 tahun 2004. Isinya Bandung bersih, makmur, taat, bersahabat. Bersihnya menyangkut sampah. Kita tahun 2008 harus bersih.. Sampah harus bersih harus dikelola dikelola dengan baik. Dengan 3R sebenarnya sudah cukup. Tahun 2005 harus ada perubahan meskipun dalam kondisi terbatas. (MJ)
I
NFO BUKU
Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2004 Judul
Indonesia Human Development Report 2004 The Economics of Democracy Financing Human Development in Indonesia Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) – United Nation for Development Program (UNDP) Tebal :xii + 205 hal
L
aporan ini diluncurkan bersamasama oleh Bappenas, BPS, dan UNDP Indonesia. Jika laporan Tahun 2001 difokuskan pada ‘mengapa’, maka pada laporan tahun 2004 mengedepankan ‘bagaimana’ dan ‘berapa besar’. Dalam semangat inilah maka pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa Indonesia memerlukan investasi sumber daya manusia yang lebih besar tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia tetapi juga sebagai dasar pencapaian pertumbuhan ekonomi dan untuk memastikan kesinambungan demokrasi dalam jangka panjang. Laporan ini menekankan bahwa di masa yang akan datang, pendapatan kaum miskin kelihatannya tidak akan meningkat dengan pesat. Ini berarti bah wa pemerintah harus mengeluarkan anggaran yang lebih banyak untuk menyediakan pelayanan-pelayanan publik. Pertanyaannya apakah mungkin dengan
kondisi keuangan negara seperti saat ini, Indonesia mampu menyediakan lebih banyak anggaran untuk pelayanan publik yang mencapai angka 3-6 persen dari PDB. Laporan ini kemudian mengestimasi berapa banyak biaya yang dibutuhkan, dan menunjukkan bahwa jumlah tersebut masih berada dalam batas kemampuan Indonesia. Secara umum, laporan ini juga mengungkapkan kondisi pembangunan manusia (human development) di Indonesia. Beberapa data yang terekam misalnya Indeks Pembangunan Manusia/Human Development Index (IPM/HDI) yang menurun antara tahun 1996 dan 1999, terlihat meningkat pada tahun 2002. Peningkatan ini dipengaruhi salah satunya oleh penurunan angka kematian bayi dan tingkat kemiskinan. Walaupun demikian secara keseluruhan peningkatan tersebut belum menggembirakan. Selain HDI, terdapat beberapa indikator lain yang digunakan dalam laporan ini yaitu Gender-related Development Index (GDI), dan Human Poverty Index (HPI-1). (OM)
Pembangunan Bersih
T
angan-tangan manusia lambat tapi pasti telah mengubah iklim dunia. Ini dipicu oleh penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih alih guna lahan. Tindakan tersebut menghasilkan gas-gas seperti karbondioksida, metana, nitrous oksida yang memiliki sifat seperti kaca yaitu meneruskan cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) tapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi. Akibatnya suhu atmosfer meningkat sehingga terjadi pemanasan global dan perubahan iklim. Yang memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan itu tentu negaranegara maju. Untuk mengurangi laju pemanasan tersebut, sebuah pertemuan yang dihadiri lebih dari 10.000 delegasi sepakat untuk mengeluarkan protokol –yang kemudian disebut Protokol Kyoto.
37
Judul:
Protokol Kyoto Implementasinya Terhadap Negara Berkembang Penulis : Daniel Murdiyarso Penerbit : Penerbit Buku Kompas Tebal: xx + 200 halaman
Protokol itu disusun untuk mengatur target kuantitatif dan waktu penurunan emisi bagi negara maju. Keberadaan protokol ini sangat penting untuk dipahami oleh semua pihak, apakah itu masyarakat, pejabat pemerin-
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
tah, anggota legislatif, lembaga swadaya masyarakat, dunia bisnis, dan politisi. Pemahaman terhadap protokol itu bisa membuka wawasan mengapa terjadi berbagai bencana di muka bumi ini. Buku ini menguraikan secara gam blang tentang protokol tersebut termasuk perjalanan pembuatannya yang berlikuliku dan penuh kontroversi. Penulisnya juga menjelaska menjelaskan n apa yang bisa dilakukan oleh negara berkembang—termasuk Indonesia— yang ikut meratifikasi protokol ini. Ada satu mekanisme Kyoto yang bisa diterapkan yakni Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean ( Clean Development Mechanism/CDM). Mechanism/CDM). Ratifikasi Protokol Kyoto akan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam menyiapkan kelembagaan yang terkait dengan protokol tersebut melalui proyek-proyek CDM. MJ
I
NFO CD
CD Interaktif AMPL
S
ejak 2003 lalu, Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) meluncurkan situs www.ampl.or.id situs www.ampl.or.id.. Isinya meliputi berita-berita penting dan artikel seputar air minum dan penyehatan lingkungan yang dimuat oleh media massa nasional, kebijakan nasional, pilihan teknologi, pustaka, data, agenda kegiatan, dan informasi terbaru seputar AMPL. Di dalamnya juga ada newsletter yang hadir setiap pekan. Tahun itu juga Pokja AMPL mener bitkan Majalah PERCIK. Majalah yang memposisikan diri sebagai media informasi air minum dan penyehatan lingkungan ini hingga Juni 2004 telah terbit
empat edisi. Majalah ini dibagikan secara cuma-cuma kepada pihak terkait di seluruh Indonesia.
Pokja mendokumentasikan apa yang ada di website dalam bentuk kliping. Ada kliping berita dan kliping artikel yang dimuat dari Agustus 2003 hingga Juli 2004, ada juga kliping newsletter. CD interaktif AMPL ini memuat itu semua dari mulai situs (off line), line), kliping (berita dan artikel), berita mingguan (newsletter newsletter), ), kebijakan nasional pem bangunan AMPL berbasis masyarakat, majalah Percik semua edisi, dan publikasi AMPL. Dengan kemasan ke dalam CD, penyebarluasan informasi diharapkan lebih mudah, murah, dan efisien. CD ini bisa diperoleh di sekretariat Pokja AMPL Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Jakarta Pusat, telepon 021-31904113. MJ
Publikasi dan Komunikasi WASPOLA
W
a t e r S u p p l y and Sanitation Policy Formulation and Action Acti on Plan Planning ning (WASPOLA) tahap I telah selesai dilaksanakan. Program berjangka lima tahun tersebut memfokuskan kegiatan pada penyusunan kebijakan, peningkatan pelayanan dan proses pembelajaran serta komunikasi. Fokus utama program yakni memfasilitasi penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan permukiman skala kecil dan menengah.
WASPOLA merupakan program kerja sama antara pemerintah Indonesia dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Aust Australia ralia n Agency for International Development (AusAID),, dan World Bank/Water and (AusAID) Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP). (WSP-EAP) . Bisa jadi banyak orang yang belum tahu ada program ini. Padahal program tersebut telah berlangsung sejak 1998 dan memfasilitasi pemerintah Indonesia dalam penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. CD ini ingin menjelaskan dan memaparkan apa saja yang telah dilakukan oleh
WASPOLA selama ini kepada masyarakat. Isi CD meliputi: (i) proses penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Ber basis Masyarakat; (ii) proses awal penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga; (iii) kegiatan lokakarya; (iv) uji coba dan studi kasus; (v) publikasi; dan (vi) manajemen proyek. CD ini dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Bila Anda berminat mendapatkannya, silahkan hubungi sekretariat WASPOLA Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat, telepon 021-3142046. (MJ)
Koleksi Sumber Informasi tentang Sampah
E
PA telah meluncurkan sebuah CD berjudul ‘’A Collection of Solid Waste Resources’’. CD ini berisi lebih dari 300 publikasi mengenai limbah berb ahaya dan limba limbah h yang aman. Dokumen di dalamnya bisa dicari, data disusun berdasarkan topik menurut abjad, dan beberapa di antaranya dalam
38
bahasa Spanyol. Publikasi ini meliputi banyak topik, termasuk daur ulang (recycle) dan pakai ulang (reuse), manajemen limbah berbahaya, composing, dan penggunaan bahan bakar motor. CD ini sengaja diperuntukkan bagi banyak kalangan, terutama para remaja. Sampul CD ini didesain oleh
Percik Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
pemenang kontes anak usia 7-12 tahun. Topik-topik yang ada pada CD ini antara lain: Perubahan Iklim dan Limbah, Minyak dan Gas, Manajemen Sampah di Perkotaan, Pencegahan Polusi, Manajemen Limbah Berbahaya, Pendidikan Lingkungan, Landfilling, dan Komposing. MJ