UNGUENTA Unguenta = salep= oinment= zalf 1. SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. ( Menurut Farmakope Indonesia edisi III). Dasar salep yang cocok harus disesuaikan dengan sifat obat dan tujuan pemakaian. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika, kadar bahan obat adalah 10%. Salep jika dioleskan pa da sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. Kecuali dinyatakan lain, salep disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
2. PEMBAGIAN SALEP
Pembagian salep berdasarkan konsistensinya : a. Salep/unguenta Konsitensinya lembek seperti mentega, tetapi jika dioleskan akan mencair pada suhu tubuh. Salep digunakan untuk melindungi atau menutupi kulit, dan menutupi luka. b. Krim/ kremores Konsistensinya lembek dan banyak mengandung air. Krim digunakan sebagai krim pendingin pada kosmetikdan untuk luka yang dalam.
Berdasarkan daya penetrasi bahan obat : a. Salep epidermik Salep ini tidak mampu berpenetrasi kedalam kulit dan efek terapinya terbatas pada permukaan kulit, jadi bekerja lokal. Tujuan pemakainnya sebagai salep penutup, guna melindungi jaringan tertentu. Dasar salep yang dipakai adalah : Dasar salep hidrokarbon b. Salep endodermik Salep ini mampu berpenetrasi kedalam kulit, tetapi tidak sampai melewati kulit. Tujuan pemakaiannya adalah untuk pengobatan permukaan kulit dan digunakan
untuk melembutkan kulit, menghilangkan rasa sakit, stimulans (merangsang) dan lokal iritasi. Dasar salep yang dipakai adalah : Dasar salep serap c. Salep diadermik Salep ini mampu berpenetrasi kedalam kulit dan melewati kulit, dapat mencapai peredaran darah dan menghasilkan efek sistemik. Tujuan pemakaiannya adalah untuk melindungi jaringan dibawah kulit. Dasar salep yang digunakan adalah : dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep yang dapat larut dalam air.
Pembagian menurut daya penetrasi ini sekarang tidak populer lagi, karena dari penyelidikan ternyata bahwa tingkat penyerapan mungkin disebabkan oleh tipe dasar salep dan faktor-faktor lain seperti : keadaan kulit penderita, daerah yang diobati dan lamanya kontak antara salep dengan daerah yang diobati.
3. DASAR SALEP
Dasar salep adalah pembawa dengan masa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak dapat digunakan bahan yang telah mempunyai masa lembek atau zat cair dan zat padat yang terlebih dahlu diubah menjadi masa yang lembek. Pemilihan dasar salep tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : a. Laju pelepasan yang diinginkan dari bahan obat oleh dasar salep b. Dapat melindungi kelembaban kulit c. Obat stabil dalam dasar salep d. Pengaruh obat (bila ada) terhadap kekentalan e. Tujuan pemakaian dari sediaan salep Harus diingat bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Pemilihan dasar salep bertujuan untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum menyediakan segala sifat yang dianggap paling diharapkan.
Dasar salep dapat dibagi atas 4 golongan, yaitu : a. Dasar salep senyawa hidrokarbon (dasar salep berlemak) Tujuan pemakain : untuk emolient (melunakkan kulit) dan untuk pelindung atau pengobatan pada permukaan kulit. Sifat dasar salep ini :
Bertahan lama pada kulit
Sukar dicuci
Tidak mengering
Contoh : 1. Vaselin (Soft Parafin=Petrolatum)
Vaselin Album (Vaselin putih). Vaselin album diperoleh dari vaselin kuning yang telah dipucatkan warnanya dengan asam sulfat. Jika dalam resep tertulis vaselin, maka yang dimaksud adalah vaselin album.
Vaselin kuning berupa campuran hidrokarbon setengah pada, yang diperoleh dari minyak bumi.
2. Paraffin
Paraffin padat / paraffinum solidum Diperoleh dari minyak bumi, merupakan campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan. Tidak berwarna atau berwarna putih, tembus cahaya dan dapat digunakan untuk membuat dasar sale keras/ kaku setengah padat yang berlemak.
Paraffin Cair/ paraffinum liquidum Merupakan minyak mineral yang tediri dari campuran hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi. Paraffin ini digunakan untuk memperlunak konsistensi salep dan untuk menggerus bahan yang tidak larut pada dasar sal ep yang berlemak.
b. Dasar salep serap (absorbsi) Dasar salep ini dapat menyerap air dengan membentuk tipe A/M Dasar salep ini ada 2 jenis : 1. Dasasr salep serap anhidrous Dasar salep ini tidak mengandung air, jika menyerap air membentuk emulsi tipe a/m Contoh : Adeps lanae, cera, kolesterol, unguentum simplek 2. Dasar salep serap hidrous Dasar salep ini tidak mengandung air dan mempunyai emulsi tipe m/a, tetapi masih sanggup menyerap air yang ditambahkan. Kekuatan menyerap airnya agak terbatas. Dasar salep ini digunakan untuk pencampuran larutan berair kedalam larutan berlemak. Contoh :
adeps lanae cum aqua= lanolin= hidrous wool fat mengandng 25%air dan 75% adeps lanae
krim pendingin Merupakan emulsi tipe a/m, digunakan untuk emollin
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air (emulsion base) Dasar salep ini merupakan emulsi tipe m/a mudah tercuci dengan air, karena itu sering dipakai dalam bentuk kosmetik. Dasar salep ini mampu mengabsorbsi cairan serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Contoh : Vanishing cream, salep hidrofilik
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air (water soluble base) Dasar salep ini tidak mengandung bahan berlemak, mudah melunak dengan penambahan air, sehingga larutan air tidak efektif dicampurkan kedalam dasar salep ini. Dasar salep ini lebih baik dicampurkan kedalam bahan yang tidak berair atau bahan padat Contoh : PEG atau campurannya.
3.
PEMBUATAN SALEP
a. Peraturan peraturan pembuatan salep Salep terdiri dari bahan obat dan dasar salep. Bahan obat harus dicampurkan kedalam dasar salep menurut peraturan-peraturan salep. Ada 4 peraturan salep yaitu: -
Bahan obat yang dapat larut dalam dasar salep (lemak atau campuran lemak) dilarutkan kedalan dasar salep, bila perlu dengan pemanasan.
-
Bahan obat yangdapat larut dalam air, dilarutkan dulu dalam air, baru dicampurkan dengan dasar salep, dengan ketentuan air yang ditambahkan guna melarutkan obat tersebut harus dapat diserap oleh dasar salep, dan banyaknya air yang ditambahkan dikurangi dari dasar salep.
-
Bahan obat yang tidak larut dalam dasar salep dan air, dijadikan serbuk 100 B40 kecuali dengan acidum boricum yang dijadikan serbuk 120 (B50), kemudian dicampur dulu dengan setengah sampai sama banyak dengan dasar salepnya, jika perlu dasar salepnya dicairkan terlebih dahulu, kemudian sisa dasar salep ditambahkan sedikit demi sedikit dalam keadaan cair atau tidak.
-
Jika salep dibuat dengan peleburan maka salep harus diaduk sampai dingin.
b. Peracikan bahan-bahan obat dalam resep 1. Bahan obat yang diracik menurut peraturan salep pertama -
Camphora (Kamfer)
-
Mentholum (Mentol)
-
Phenolum (Fenol)
-
Iodium
-
Resorsinol
-
Metil salisilat (Minyak gandapura)
- Naphthalinum (Kapur barus) 2. Bahan-bahan obat yang diracik menurut peraturan salep kedua -
Kalil Iodium
-
Acidum tanicum
-
Protalgol
-
Bahan-bahan yang mudah larut dalam air, tetpi tidak dilarutkan dalam ir, hanya digerus halus.
3. Bahan-bahan obat yang diracik menurut peraturan salep ketiga -
Calomel , mercury ammonium chlorida, bismuth subnitrat
-
Zinci oxydum
-
Hydragiri oxydum
4. Bahan-bahan obat yang diracik menurut peraturan salep keempat
FUNGSI SALEP a. Sebagai bahan aktif pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit b. Sebagai bahan pelumas pada kulit c. Sebagai pelindung untuk kulit kayu, yaitu mencegah kontak permukan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit d. Sebagai obat luar ( Anief, 2005).
KELEBIHAN PENGGUNAAN SALEP a. Salep dengan dasar salep lanonin Walaupun
masih
mempunyai
sifat-sifat
lengket
yang
kurang
menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
KEKURANGAN PENGGUNAAN SALEP Kekurangan berdasarkan basis di antaranya yaitu : 1.
Kekurangan basis hidrokarbon Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
2.
Kekurangan basis absorpsi Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air. Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
CREAM •
Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Farmakope Indonesia III)
•
Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (Farmakope Indonesia IV)
•
Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional) Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida Mempunyai viskositas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan liquida. Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling bercampur, yaitu fase internal (fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan adanya surfaktan. Umumnya dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang terdispersi dalam air (fase eksternal), dan sebaliknya pada krim air dalam minyak. BASIS CREAM
Cream adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak. 1. M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi. Krim M/A yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Krim M/A ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika karena dapat dihapus dengan air. pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan yang umumnya merupakan rantai panjang alkohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebihpopular.
Sifat Emulsi M/A: Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit. Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. 2. A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi dua. Sifat Emulsi A/M: Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air. Contohnya : Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid. Karakteristik Sediaan Cream : •
Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
•
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
•
Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
•
Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).
Kelebihan menggunakan sediaan cream : •
Mudah menyebar rata, Praktis
•
Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)
•
Cara kerja langsung pada jaringan setempat
•
Tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )
•
Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga Pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.
•
Aman digunakan dewasa maupun anak – anak.
•
Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )
•
Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
•
Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
•
Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.
Kekurangan menggunakan sediaan cream : •
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
•
Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas.
•
mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )
•
Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas. Pembuatannya harus secara aseptis.
Perbedaan Salep dan Krim Berdasarkan Basis Yang Dapat Dicuci Dengan Air
Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak dalam yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini bahan
air
tersebut sering
dikatakan sebagai bahan dasar salep “tercuci air”.Dasar salep ini yang nampaknya seperti krim dapat diencerkan dengan air atau larutan berair. Dari sudut pandang terapi mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Bahan obat
tertentu dapat diabsorbsi lebih baik oleh kulit jika ada dasar salep tipe ini
daripada dasar salep lain nya.
1.Perbedaan Berdasarkan Sifatnya
Sifat-sifat salep berdasarkan basis yang dapat dicuci dengan air:
Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB >9 )
Hidrat
Hidrofilik
Mudah dicuci dengan air
Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-hydrolyzable
Sifat-sifat tipe krim minyak dalam air:
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam – asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika.
Fase luarnya air, jadi mudah dicuci dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian.
Tidak lengket
Contoh : Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna
putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. 2. Perbedaan Berdasarkan Pemilihan Zat Pengemulsi Salep Salep Hidrofilik
Sebagaimana ditunjukkan oleh
namanya salep hidrofilik
berarti
“suka
air”.Mengandung natrium lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi,dengan alcohol stearat dan petroleum putih mewakili fase berlemak dan emulsi serta propilen glikol dan air mewakili fase air.Metil paraben dan
propil paraben digunakan sebagai
pengawet salep melawan
pertumbuhan mikroba.Salep digunakan sebagai pembawa yang dapat dibersihkan dengan air untuk bahan-bahan obat. Emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik, kationik, anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut dalam air, stabilizer , pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan dgn sistem cair.
Emulsi yang terdiri dari emulsifier nonionik biasanya terdispersi ke komponen lipofilik pada fase minyak dan komponen hidrofilik pada fase air.
Isi dari emulsifier nonionik dari jumlah total emulsi adalah 10% dari total berat atau volume. Emulsi dengan emulsifier nonionik umumnya memiliki potensi mengiritasi yang rendah, stabil, dan memiliki karakteristik kompatibilitas yang baik.
Surfaktan anionik dan kationik dapat menyebabkan kerusakan stratum korneum dan berbanding langsung dengan konsentrasi dan durasi kontak Krim
Zat pengemulsi yang biasa digunakan :
Tween
Natrium lauril sulfat
Emulgid
Pectin
Sabuin monofalen
Trietanolamin Natrium stearat
Emulsifying wax BP
Lannette wax (campuran etil dan stearil alkohol yang disulfonisasi)
Cetrimide emulsifying wax
Cetomacrogol emulsifying wax.
3. Perbedaan Berdasarkan Formula Dasarnya (Fase Minyak) Salep
Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol .
Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun, contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan formulasi
Krim
Fase minyak ,yaitu bahan obat larut dalam minyak bersifat asam.Contoh: asam stearat, parafin liq, cetaceum, cera, vaselin dan lain-lain.
4.
Perbedaan Berdasarkan Formula Dasarnya (Fase Air)
Salep
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
1.
Bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan asam sorbat
2.
Humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol
3.
Emulsifier Krim
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.Contoh: Natr. Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin dan lain-lain.
1. GENTAMYCIN KRIM
: Gentamicin / Gentamisin
Kandungan sulfat
Indikasi: Impetigo kontagiosa (infeksi kulit oleh bakteri), folikulitis superfisialis, dermatitis ekzematoid menular, akne pustular, psoriasis pustular, lecet hingga berdarah yang terinfeksi Kontra Indikasi
Hipersensitif aminoglikosida
:
terhadap
Efek samping nefrotoksisitas
:
gentamisin
Ototksisitas
dan
dan
Perhatian : Hentikan penggunaan jika terjadi iritasi dan sensitiasi : Gunakan 3-4 kali sehari.
Dosis 2. ZORALIN
:Ketoconazole/
Kandungan
Ketokonazol Indikasi: Tinea corporis (kurap pada badan),
Tinea cruris (kurap lipat paha), Tinea manus (seperti kutu air tetapi pada tangan) dan Tinea pedis
(kutu
air),
Tinea
versicolor
(panu),
kandidiasis kulit. Kontra Indikasi
:Hipersensitif
terhadap
penyakit hati, fase pemulihan dari hepatitis Efek samping
: Gangguan GI, pruritus,
peringatan hasil tes fungsi hati . JARANG : reaksi alergi akut, hepatitis, ginekomastia
3. MEFUROSAN Kandungan : Metason furoata Indikasi: Meredakan gejala perdangan dan pruritis pada dermatosis yang memberi respon terhadap kortikosteroid Kontra Indikasi: Dermatitis perioral dan genital, erupsi akibat popok, infeksi bakteri , virus (herpes kompleks, herpes zoster), jamur , TBC, reaksi pasca vaksinisasi Efek samping : Rasa terbakar, atropi kulit, rasa tersengat, iritasi , kulit kering, folikulitis, hipertrikosis, erupsi akneform, dermatitis perioral, infeksi seknder , malaria Perhatian : Supresi poros hipotalamus – pituitari-adrenal yangreversibel. Area kulit yang diterapi tidak boleh diterapi atau diperban, jangan digunakan pada wajah , ketiak , dan area lipat paha , hindari kontak langsung dengan mata 4. FUSYCOM Kandungan : Fusidic acid / Asam Fusidat. Indikasi: Pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacterium acnes, Corynebacterium minutissinum dan bakteri lain yang rentan terhadap Asam Fusidat seperti impetigo contagiosa. Dan abses. Kontra Indikasi: Penderita yang sensitif terhadap salah satu kandungan obat , infeksi terhadap bakteri yang tidak peka terhadap asam fusidat khususnya Pseudomonas aeruginosa Efek samping : Reaksi sensitifitas seperti rash kulit , urtikaria, iritasi Perhatian : Bila digunakan untuk kulit muka, jangan sampai terkena mata, dapat meningkatkan resiko sensitasi dan terjadi resisistensi terhadap bakteri
5. BAYCUTEN-N Kandungan : Dexamethasone 0.4 mg, clotrimazole 10 mg Indikasi: Eksim dan dermatitis, gangguan kulit seperti infeksi jamur dan atau bakteri yang sensitif terhadap klotrimazol Kontra Indikasi: Hipersensitivitas. Penyakit kulit (TB, sifilis); rosasea dan dermatitis perioral, infeksi virus, penggunaan pembalut tertutup dengan dermatitis atopik Efek samping : Reaksi kulit misalnya pruritus, erupsi makulopular, parestesia Perhatian : Hindari kontak dengan mata. Terapi dalam jangka lama. Anak <12 tahun. Hamil dan laktasi 6. LOTASBAT Komposisi : Klobetasol propionate 0.05 % Indikasi : pengobatan jangka pendek dermatosis resisten yang tidak respon terhadap aktivitas steroid , misal eksema rekalsitrans, psoriasis Kontra Indikasi : rosasea, akne vulgaris , dermatitis perioral, genital, infeksi primer pada lesi kulit , dermatosis pada anak <1 tahun Perhatian : Hindari terapi berkelanjutan pada khususnya pada bayi dan anak , pengobatan area yang luas . Jangan kena mata Efek samping : rasa panas , sensasi menyengat, perubhan kulit atropik lokal Dosis : oleskan tipis sehari 1- 2 sehari
7. IKADERM Kandungan : Clobetasol propionate Indikasi: Pengobatan jangka pendek dermatosis yang resisten terhadap steroid yang kurang kuat seperti psoriasis, eksim, liken planus, diskoid lupus eritematosus Kontra Indikasi: Infeksi kutaneus misalnya: impetigo, tinea korporis, herpes simpleks, akne vulgaris, rosasea. Neonatus Efek samping : Rasa terbakar, gatal, atrofi kulit, iritasi, kulit kering, folikulitis, hipertrikosis, erupsi seperti akne, hipopigmentasi, dermatitis perioral, dermatitis kontak dan alergi, maserasi kulit, infeksi sekunder, striae, miliaria. Penggunaan berlebihan: supresi adrenal, sindroma Cushing, hiperglikemi dan hipertensi Perhatian : Hamil, laktasi, anak <12 tahun 8. FAKTU Kandungan :
Policresulen(Produk
kondensasi
dari
metacresolsulfonic acid dan methanal) 50 mg, cinchocaine HCl 10 mg Indikasi:
Hemoroid internal dan eksternal yang disertai dengan gejala peradangan dan perdarahan. Fisura ani. Efek samping :
Rasa tidak nyaman setempat yang bersifat ringan
9. MYCO-Z Kandungan :
Nystatin, Zn oxide 200 mg Indikasi:
Infeksi mikotik kutaneus yang disebabkan Candida albikans, intertrigo, paronikia, mikosis interdigitalis, ruam popok dan lesi kutaneus lainnya Perhatian :
Iritasi (hentikan pengobatan)
10. INERSON Kandungan :
Desoximetasone / Desoksimetasone. Indikasi:
Berbagai tipe eksim, dermatitis, psoriasis. Kontra Indikasi:
Cacar air, sifilis, tuberkulosa,vaksinasi. Efek samping :
Rasa seperti terbakar, gatal-gatal, kulit kering. Perhatian :
Hamil
dan
menyusui,
bayi
&
anak
kecil.Penggunaan jangka panjang.Hindari kontak dengan mata.
DAFTAR PUSTAKA •
Anonim .1979 . Farmakope Indonesia Ed . III . Depkes RI : Jakarta
•
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
•
Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
•
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed 4. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
•
http://library.unej.ac.id/
•
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta. •
•
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
FARMASETIKA DASAR “Sediaan obat dalam bentuk cream dan salep” Paper ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah farmasetika dasar
Oleh
Oleh : Kelompok empat farmasetika dasar 1. BatariWulaning Dyah Sidi
( 1113102000001 )
2. Fitrahtunnisa
( 1113102000014 )
3. Muzi Latunil Isma
( 1113102000047 )
4. Putri Agni KI
( 1113102000023 )
5. Silviana Adhitya
( 1113102000043 )
6. Sri Komala Sari
( 1113102000057 )
Dosen pembimbing : Yuni Anggraeni, M.Farm,.Apt
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014