RUMUS-RUMUS DALAM KEPERAWATAN
Banyak sekali hitung-hitungan yang kita lakukan, terkadang kita lupa akan rumusnya. Nah untuk membantu rekan perawat khususnya yuk kita lihat beberapa rumus yang sering dipergunakan. chek it dot.......................... dot..........................
1.
Menghitung cairan
Menghtung Balance Cairan TPM = Total Vol infuse (cc) x Factor Tetesan Lama waktu penginfusan(menit ) Factor tetesan Makro 1 cc = 60 tetes Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tetes
Menghitung Jumlah Tetesan infus TPM= Volume cairan infus x faktor tetes normal Lama pemberian x 60
Menghitung lama pemberian infus LP = Volume cairan cairan infus x faktor faktor tetes normal Order tetesan x 60
Menghitung cairan yang diberikan pada pasien luka bakar Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB Anak = RL 2 ml x BB x % LB 8 jam First and 16 jam continued
Kebutuhan Cairan anak sesuai BB 100ml untuk Kg pertama 50ml untuk Kg kedua 25ml untuk Kg selanjutnya Exc, Hitung kebutuhan cairan anak jika BB 26 Kg Keb. Cairan
: (10×100)+(10×50)+(6×25) (10×100)+(10×50)+(6×25)
: 1000+500+150 :1650 ml Rumus hitung cairan Tetesan/menit= Tetesan/menit= keb.Cairan (cc) x Tetesan Dasar Waktu Kebutuhan Cairan (cc) x
⅓ makro
x
60(dtk)
1/1 mikro
Waktu (Jam)
Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare BB x (D+M+C) cc Dehidrasi (D) Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc Maintenance Maintenance (M): Neonatus=140-120cc, Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc 2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc Concimetten Loss: Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB =30cc
Pemberian Infus pada Neonatus Jumlah cairan = Keb. Cairan x BB Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq Meq = 1 cc Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
2. Rumus Pemberian Obat
Menghitung Menghitung dosis d osis berdasarkan perbandingan dgn dosis dewasa Umur= (umur dewasa > 20 tahun) a. Young Young b. Dilling
: Da = (n / (n + 2)) x Dd : Da = (n/20) x Dd
c. Cowling : Da = ((n+1)/24) x Dd
Berat Badan (BB dewasa 70 kg)
a. Clark : Da = (Ba/Bd) x Dd b. Augsberger : Da = ((1,5B + 10)/100) x Dd
Perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/suntikan X = (dosis yg diminta : dosis yg tersedia) x satuan yang ada
: 1000+500+150 :1650 ml Rumus hitung cairan Tetesan/menit= Tetesan/menit= keb.Cairan (cc) x Tetesan Dasar Waktu Kebutuhan Cairan (cc) x
⅓ makro
x
60(dtk)
1/1 mikro
Waktu (Jam)
Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare BB x (D+M+C) cc Dehidrasi (D) Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc Maintenance Maintenance (M): Neonatus=140-120cc, Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc 2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc Concimetten Loss: Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB =30cc
Pemberian Infus pada Neonatus Jumlah cairan = Keb. Cairan x BB Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq Meq = 1 cc Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
2. Rumus Pemberian Obat
Menghitung Menghitung dosis d osis berdasarkan perbandingan dgn dosis dewasa Umur= (umur dewasa > 20 tahun) a. Young Young b. Dilling
: Da = (n / (n + 2)) x Dd : Da = (n/20) x Dd
c. Cowling : Da = ((n+1)/24) x Dd
Berat Badan (BB dewasa 70 kg)
a. Clark : Da = (Ba/Bd) x Dd b. Augsberger : Da = ((1,5B + 10)/100) x Dd
Perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/suntikan X = (dosis yg diminta : dosis yg tersedia) x satuan yang ada
Menghitung dosis obat untuk anak (Clark Rule) Dosis anak = Permintaan x pelarut sediaan yang ada
Dosis Dewasa x Berat anak (Ponds) 50 1 Ponds = 2,2 kg 3. Pembuatan Larutan Savlon Rumus: M1 x V1 = M2 x V2 Contoh: akan dibuat larutan Saflon 2% sebanyak 200 ml dengan sediaan larutan 20%. Berapa cairan Saflon yang diperlukan ? Jawab: 20% v1 = 0,2% Ml v1 = 0,2% x 200 = 40 x 1 ml (jumlah saflon) 20%
20
Jumlah Aquades yg diperlukan = v2-v1 = 200-1 Ml = 199 ml 4. Pembuatan campuran obat skintest Rumus: 1:9 Contoh: Ceftriaxon 0,1cc dan aquades 0,9 cc dalam spuit 1cc disuntikkan dengan undulasi 0,5-1 cm dan tunggu selama 15 menit hasilnya positif bila undulasi bertambah dan gatal (merah). 5. Perhitungan Tes Rumple Leed Rumus: Sistolik + Diastolik 2 Contoh: TD: 120/80 mmHg Jawab: 120+80 =100mmHg Ditahan selama 15 menit dan hasilnya positif bila dalam lingkaran 5cm terdapat lebih
dari 10 bercak merah (ptechie). 6. Perhitungan jumlah pemberian o2 Rumus: RR x volume tidal x 20% = ML Contoh: Klien dengan RR 35x/menit harus mendapatkan o2 sebanyak 35×500 ML x 20% = 3500 ML = 3,5 Liter 7. Perhitungan pengambilan obat untuk tes Mantouk Rumus: Unit Yg Diperlukan Unit yg tersedia dalam ml Contoh: Terdapat cairan PPD dalam vial 4cc dengan kandungan obat 1 ml= 50 unit (5tu) maka berapa yang diambil dalam vial? Jawab: 5 unit = 0,1 ml 50 unit (dlm 1 ml) Disuntikan IC dengan pembacaan hasil sesudah 24-72 jam. Untuk ATS diberikan 300 unit untuk dewasa dan separuhnya untuk anak anti tetanus. 8. Perhitungan denyut nadi maksimal Rumus: 220 – Umur (dalam tahun) Contoh: Usia 20 tahun denyut nadi maksimalnya 200x/menit (saat olahraga stop apabila nadi sudah mencapai 200x/menit) 9. Perhitungan BB Ideal Rumus: BB x 100% TB – 100 BB normal = nilai 90-100% BB kurang, nilai kurang dari 90% BB lebih, BB lebih dari 110% Rumus (Bocca): TB -100% Kg (pria TB < 160cm) TB -100x 1 Kg (Wanita TB 150cm)
Contoh: Pria dengan TB 170cm harus memiliki BB ideal (170-100)-10%=70-7 Kg (70×10%)= 63 Kg 10. Rumus menghitung BB dan TB normal untuk balita diatas 3 tahun Rumus: BB= 8-2 (Kg) TB= 80-5n (cm) Contoh: Balita usia 3 tahun memiliki BB normal 14 Kg dan TB 95 cm. 11. Penilaian kesadaran dengan GCS Mata (E): 4: Spontan membuka mata 3: Dengan perintah 2: Dengan rangsang nyeri 1: Tidak ada reaksi Motorik (m): 6: Mengikuti perintah 5: Melokalisir nyeri 4: Menghindari nyeri 3: Fleksi abnormal 2: Ekstensi abnormal 1: Tidak ada reaksi Verbal (V): 5: Orientasi baik 4: Disorientasi waktu & tempat, tapi dapat mengucapkan kalimat 3: Hanya mengucapkan kata-kata 2: Mengerang 1: Tidak ada reaksi 12. Tajam penglihatan 6/6
: Bisa membaca dengan benar huruf pada Snelen Chart dan orang
orang normal pun dapat melakukanny (jarak 6 m)
6/30
: Hanya bisa membaca huruf pada jarak 6m, sedangkjan orang normal bisa membaca pada jarak 30m.
3/60
: Hanya bisa melihat dan menentukan jumlah jari dengan benar pada jarak 3m sedangkan orang normal 60m.
1/300
: Hanya bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1m, orang normal 300m.
1/-
: Hanya bisa merasakan sinar saja
0
: Buta total
13. Pemeriksaan pendengaran dan diagnosanya Rinne
+
Weber
Schwabach
Diagnosa
Tidak ada
Sama dengan
lateralisasi
pemeriksa
Normal
Lateralisasi ke -
telinga sakit
Memanjang
Tuli konduktif
+
Ke vg sehat
Memendek
Tuli sensori
Tes rinner
: membandingkan hantaran udara dengan hantaran
tulang pendengaran Tes weber
: membandingkan hantaran tulang kiri dan kanan
Tes schwabach : membandingkan hantaran tulang pendengaran klien dengan pemeriksa 14.
Klasifikasi Denyut Nadi 0 : tidak teraba adanya denyut 1 : denyutan berkurang dan sulit diraba 2 : normal, teraba dengan mudah dan tidak mudah lenyap 3 : denyutan kuat dan seperti memantul terhadap ujung jari
15. Klasifikasi dalam oedema 1+
: depresi 2mm
2+
: depresi 4mm
3+
: depresi 6mm
4+
: depresi 8mm
16. Pemberian oralit diberikan setiap mencret/muntah < 1 th
: 50-100cc
1-5 th
: 100-200cc
>5 th
: 200-300cc
Dewasa: 400-500cc 17. Pemberian Suction uran Kateter Penghisap Usia Neonatus
Ukuran 6-8 Fr
ayi s/d 6 bulan
6-8 Fr
8 bulan
8-10 Fr
4 bulan
10 Fr
2-4 tahun
10-12 Fr
-7 tahun
12 Fr
-10 tahun
12-14 Fr
0-12 tahun
14 Fr
ewasa
12-16 Fr
18.
Regulator Vacum yang digunakan
Alat Vacum
( mmHg )
Bayi
60-100 mmHg
nak-anak
100-120 mmHg
ewasa
120-150 mmHg
Alat Vacum
(inci Hg)
Bayi
3-5 inci Hg
nak-anak
5-10 inci Hg
ewasa
7-15 inci Hg
perhitungan dosis obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Banyak lebel obat di pakai dalam soal-soal penghitungan dosis dengan maksud membentuk perawat untuk terbiasa daengan keterangan penting yang terdapat pada label.Keterangan ini kemudian dipakai untuk penghitungan dosis obat yang benar.
Ada empat metode penghitungan dosis yang dijelaskan disini,dua metode umum dan dua metode lain yang dipakai untuk penghitungan dosis obat secara individual berdasarkan berat badan dan luas permukaan badan.
B. Rumusan Masalah 1. Metode Penghitungan Obat 2. Penghitungan Dosis Oral,Termasuk Untuk Anak-anak 3. Penghitungan Cairan IV 4. Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-anak C. Tujuan
1. Menjelaskan Metode Penghitungan Obat 2. Menjabarkan Penghitungan Dosis Oral,Termasuk Untuk Anak-anak 3. Memaparkan Penghitungan Cairan IV 4. Menjelaskan Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-anak
D. Pembatasan Masalah Karena luasnya masalah yang berkaitan dengan penghitungan dosis,maka kami membatasi masalah hanya pada rusmusan masalah saja.
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Penghitungan Obat Dua metode umum untuk penghitungan dosis obat adalah rumus dasar dan rasio dan proporsi. Metode-metode ini akan dipakai dalam penghitungan dosis-dosis obat oral dan injeksi. Seorang perawat harus memilih salah satu metode untuk menghitung dosis obat dan memakainya secara konsisten. 1. Interpretasi label obat oral dan injeksi Perusahaan farmasi biasanya melabelkan nama dagang obat nya dengan huruf yang besar dan nama generiknya dalam huruf yang lebih kecil. Dosis per tablet, kapsul atau cair (untuk dosis oral dan injeksi) dicetak pada label. Dua contoh dari label obat diberikan dibawah ini, satu untuk obat oral dan yang kedua untuk obat injeksi. Contoh I: obat oral
Dyrenium adalan nama dagang, triamterene adalah nama generik dan dosisnya adalah 50mg/kapsul.
Contoh II: obat injeksi
Amikin adalah nama dagang, amikasin sulfat adalah nama generik, dan dosisnya adalah 100mg/2 Ml. 2. Rumus dasar Rumus dasar mudah untuk diingat dan lebih sering dipakai dalam perhitungan dosis obat: D:dosis obat yang diperintahka dokter H:dosis obat pada label tempat obat V:bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair) A: hasil perhitungan yang diberikan kepada psien. 3. Rasio dan proporsio Metode rasio dan proporsio adalah metode tertua yang kini dipakai dalam penghitungan dosis. Rumusnya adalah: diketahui H
diinginkan :
V
::
D
:
X
Rerata Ekstrim X=
D :dosis obat yang diperintahkan dokter H :dosis obat pada label tempat obat V :bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair) X :jumlah yang harus dihitung dan diberikan ke pasien ::
:”sebagai” atau “sama dengan”
4. Berat badan Metode berat badan adalah penghitungan memberikan hasil yang individual dalam dosis obat dan terdiri dari tiga langkah: a.
Konversi pounds menjadi kilogram jika perlu(lb:2,2)
b. Tentukan dosis obat per berat badan dengan mengalikan:
Dosis obat X berat badan = dosis klien per hari.
c.
Ikuti rumus dasar atau metode rasio dan proporsi untuk mrnghitung dosis obat.
5. Luas permukaan tubuh (LPT) Metode LPT dianggap sebagai yang paling tepat dalam menghitung dosis obat untuk bayi, anakanak, lansia, dan klien yang menggunakan agen antineoplastikatau mereka yang berat badannya rendah. Luas permukaan tubuh dalam meter persegi (m 2), ditentukan oleh titik temu (perpotongan)pada skala nomogram antara tinggi badan dan berat badan seseorang untuk bayi dan anak-anak, untuk dewasa. Untuk menghitung dosis obat dengan metode LPT, kalikan dosis obat yang diminta dengan angka m 2.
100 X 1,8 m2 (LPT) = 180 mg/ hari
B. Penghitungan Dosis Oral, Termasuk Untuk Anak Anak Obat oral tersedia dalam bentuk tablet, kapsul bubuk dan cair obat obatan oral diabrobsi melalui gastrointestinal terutama pada usus halus. Tablet mempunyai bentuk kekekuatan yang berbeda beda, kebanyakan tablet mempunyai alur, sehingga dapat mudah dibelah jika diperlukan hanya setengah tablet. Kapsul adalah pembungkus gelatin yang berisi bubuk atau time pellets. Bentuk cair dapat berupa suspense, sirup, eliksir atau tinktura, obat oral (tablet, kapsul,cair) yang mengiritasi mukosa lambung harus diberikan dengan 5 – 8 oz cairan atau dimakan bersama makanan. 1. Penghitungan tablet, kapsul dan cair Ketika menghitung dosis oral, pilihlah salah satu metode penghitungan rumus dasar dan rasio dan proporsi.
H Ditangan
Rumus dasar Rasio dan proporsio : V ::
bentuk
D dosis yang di inginkan
Rerata Ekstrim x = CONTOH:
: X tidak diketahui
a.
Perintah : diltiazem (cardizem) 60 mg b.i.d. Tersedia : diltiazem 30 mg/ tablet
H
:
30 mg
:
V 1 tab
:: ::
D 60 mg
: :
X x tab
30x = 60
x = 2 tablet
Jawab: cardizem (diltaiazem) 60 mg = 2 tablet 2. Berat badan dan luas permukaan tubuh Dua metode individual ini sering dipakai untuk menhitung dosis obat anak anak, dalam pengggunaan metode berat badan, koversi berat badan dalam pound menjadi kilogram (kg) untuk mengkonversi, bagilah pound dengan 2,2 supaya sama dengan kilogram. Dalam penggunaan metode luas permukaan tubuh, diperlukan berat badan dan tinggi badan serta nomogram. CONTOH : Perintah : sikloposfamid ( cytoxan) 2 mg/ kg/hari. PO Berat klien adalah 143 lb. berapa berat klien dalam kilogram? Berapa milligram(mg) yang harus diterima oleh klien? Jawab: 143lb : 2,2 = 65 kg 2 mg X 65 = 130 mg cytoxan/hari
3. Penghitungan obat anak Dua metode yang dianggap aman dalam pemberian obat untuk anak anak adalah metode berdasarkan berat badan (kg) dan luas permukaan tubuh(m 2). a.
Dosis anak anak per berat badan CONTOH: Perintah: sefaklor (ceclor) 50 mg,q.i.d Berat badan anak 15 lb atau 6,8 kg Dosis obat anak 20-40mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga. Tersedia sefaklor 125 mg/5mL Apakah dosis yang diresepkan aman ? JAWAB: Parameter obat:
20 mg X 6,8 kg = 136
mg/hari
40 mg X 6,8 kg = 272 mg/hari Perintah dosis:
H
:
125 mg
:
50 mg X 4 = 200 mg/hari
V 5 mL
:: ::
D 50 mg
: :
X x mL
12x = 250
x = 2 mL
Sefaklor 50 mg = 2 mL. berikan 2 mL 4 kali sehari Dosis berada dalam parameter keamanan 1). 2).
b. Dosis anak anak per luas permukaan tubuh CONTOH: Perintah: metotreksat ( mexate) 50 mg setiap minggu Tinggi anak
: 54 inci.
Berat
: 90 lb ( 41 kg)
Dosis obat anak
: 25 – 75 mg/m2/minggu
Tinggi dan berat bada berpotongan pada 1,3 m 2(lpt), Apakah dosis yang diresepkan aman JAWAB: Kalikan lpt,1,3 m2 dengan dosis minimum dan maksimum 25 mg X 1,3 m2 = 32,5 mg 75 mg X 1,3 m2 = 97,5 mg Dosis dinilai aman, berada didalam parameter berdasarkan permukaan tubuh anak. c.
Dosis anak anak dari dosis dewasa Untuk menghitung dosis anak anak dari dosis dewasa, tentukan tinggi dan berat badan anak dan dimana mereka berpotongan pada nomogram, maka didapatkan luas permukaan tubuh dalam n2. Rumus perhitungannya adalah sbb: CONTOH: Perintah : eritromisin ( E – mycin) 125 mg, PO, q.i.d. Tinggi anak adalah 42 inci, beratnya adalah 60 lb Tinggi badan dan berat badan anak berpotongan pada 0,9 n 2 Dosis dewas adlah 1000 mg/ hari Dosis dewasa : 520 mg : 4 kali sehari = 130 mg/dosis Dosis berada dalam batas keamanan.
C. Penghitungan Cairan Intravena Ada dua metode yang dipakai terap cairan intravena (IV) yang dipakai dalam pemberian cairan yang mengandung air, dekstrosa, vitamin,elektrolit dan obat obatan. Kini terdapat semakin banyak obat obat melalui rute intravena supaya dapat diabsorpsi langsung an bekerja cepat. Beberapa obat yang diberikan dengan dorongan IV (bolus) banyak obat yang diberikan intravena mengiritasi vena, sehingga obat obat ini diencerkan dalam cairan 50 – 100 mL. obat obat lain diberikan dalam jumlah cairan yang besar dalam jangka waktu tertentu seperti dalam 4 – 8 jam. Ada dua metode yang dipakai dalam pemberian cairan dan obat obat intravena: infus IV kontinu dan infus IV intermiten. Pemberian IV konntinu dimaksudkan untuk mengganti kehilanggan cairan,menjaga keseimbangan cairan dan merupakan sarana pemberian obat. Pemberian IV intermiten terutama ditujukan untuk obat obat IV.
1. Pemberian intravena kontinu a.
Perangkat intravena Ada beberapa perangkat infus yang dipasarkan oleh abbott, cutter, Mc Gaw, dan travenol. Faktor tetesan,jumlah tetesan per mililiter biasanya tercetak pada pembungkus kemasan dari perangkat IV. Perangkat yang memberikan tetesan yang besar per milliliter (10 – 20 tetes/mL) disebut sebagai perangkat makrodrip dan perangkat dengan tetesan yang kecil ( 60 tetes/ mL) disebut sebagai perangkat mikrodrip atau minidrip. Perusahaan pembuat
Tetesan (tetes/mL)
Perangkat makrodrip
Abbott
15
Cutter
20
McGaw
15
Travenol
10
Perangkat mikrodrip
Perangkat mindrip
60
Kadang kadang cairan intravena diberikan dengan laju yang rendah untuk menjaga supaya vena tetap terbuka ( KVO = keep a vein open), dengan kata lain to keep open (TKO). Alasan diberikannya pernitah KVO dapat berupa bahaya kecurigaan atau terjadinya keadaan darurat untuk pemberian cairan dan obat obatan dan keperluan untuk membuka jalan dalam memberikan obat obat IV pada waktu waktu tertentu untuk KVO, dapat dipergunakan perangkat mikrodrip ( 60 tetes/ mL) dan kantong IV 250 mL. KVO biasanya diatur sehingga dialirkan 10 mL/ jam. b. Menghitung laju aliran intravena Dapat dipakai tiga macam metode untuk menghitung laju aliran IV (tetes/menit). Perawat harus memilih salah satu metode menghapalnya, dan secara konsisten menggunakannya dalam menghitung laju aliran IV. Metode I: tiga langkah 1) 2) 3) Mililiter per menit x tetes per mililiter dari perangkat IV = tetes/menit Metode II: dua langkah
1) 2)
Jika mililiter per jam diketahui maka langsung kelangkah 2. Metode III: satu langkah
c.
Mencampur obat obat untuk pemberian intravena kontinu Obat obat seperti kalium klorida dan vitamin sering kali ditambahkan kedalam kantong larutan IV untuk infus kontinu. Obat obat harus ditambahkan kedalam kantong atau botol segera sebelum pemberian cairan intravena. Suntikkan obat kedalam penutup karet pada kantong atau botol IV dan rotasi kantong beberapa kali untuk memastikan bahwa obat tersebar merata kedalam larutan jangan tambahkan obat sewaktu infus berjalan kecuali jika kantong dirotasi larutan obat yang disuntikan kedalam larutan infus IV dalam posisi tegak akan mengkonsentrasikan obat pada bagian bawah dari kantong IV sehingga tidak tersebar dengan merata. CONTOH:
Perintah: 100 mL dekstrosa 5 % dalam air ( D 5W) dengan kalium klorida (KCL) 20 mEq dalam 8 jam tersedia 1000 mL dekstrosa 5 % dalam air. Kalium klorida 40 mEq/ 20 mL ampul Perangkat IV berlabel 10 tetes/menit Penghitungan obat: mempergunakan rumus dasar dan metode rasio dan proporsio H 40 mEq
: :
V 20 mL
:: ::
D
:
20 mEq :
x
x mL
40x = 400
x = 10 mL
KCl
Penghitungan laju aliran IV akan dijelaskan dengan menggunakan tiga metode seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Tetapi, sangat dianjurkan agar anda memilih salah satu metode untuk menentukan laju aliran IV.
Metode I 1) 2) 3) 2,1 x 10 = 21 tetes Metode II 1) 1000 ÷ 8 = 125 mL/jam 2) Metode III
2. Pemberian intravena intermiten Beberapa obat IV diserap untuk diberikan tiga sampai enam kali sehari dalam volume cairan IV yang kecil ( 50 – 100 mL D5W atau salinnormal [NSS: natrium klorida 0,9%]). Larutan obat biasanya diinfuskan dalam waktu 15 menit sampai satu jam. Selang untuk obat obat IV yang terpisah,jalur sekunder, dimasukan kedalam port (penutup karet), dari konektor IV pada perangkat kontinu, jalur primer IV. pemberian IV ini disebut sebagai terapi IV intermiten. a.
Perangkat intravena sekunder tanpa pengendali Dua perangkat IV yang tersedia untuk pemberian obat obat IV adalah (1) silinder berkalibrasi (chamber) dengan selang, seperti buretrol,volutrol, dan solusep. (2) perangkat sekunder, yang serupa dengan perangkat IV biasa kecuali selangnya lebih pendek. Perangka sekunder terutama depergunakan untuk menginfus volume kecil, 50,100,250 mL. chamber dari buretrol, volutrol dan solusep dapat diisi 150 mL larutan. Obat obatan disuntikan kedalam chamber kemudian dilautkan dengan larutan. Metode pemberian obat ini dikenal dengan nama IV Piggyback (IVPB). Obat obat untuk infus IV diencerkan terlebih dahulu sebelum dilakukan infus. Masing masing klinik sering kali mempunyai protokol tersendiri untuk pengenceran ini; ahli farmasi atau keterangan obat juga dapat merupakan narasumber untuk pedoman pemberian infus. Pedoman dan protokol ini membantu dan mencegah inkompatibilitas obat dan cairan. Jika menggunakan buretrol harus menggunakan larutan IV sebanyak 15 – 30 mL untuk membilas obat keluar dari jalur IV setelah pemberian selesai. Jika ingin menghentikan infus cairan IV dan memulai terapi obat intermiten, maka dipasang adapter pada keteter atau jarum IV dimana selang IV dilepaskan. Adapter mempunyai Port (penutup) dimana jarum atau selang IV dapat ditusukan untuk meneruskan terapi obat. Penggunaan adapter membantu mobilitas klien karena tidak lagi mempunyai jalur IV yang “membuntuti” dan
hemat biaya karena lebih sedikit menggunakan selang, larutan, dan perlengkapan IV. Adapter mungkin hanya mempunyai selang yang pendek, yang disebut dengan kunci heparing kateter dan jarum IV dengan adapter harus dihindarkan dari bekuan darah dengan memberikan heparing dosis rendah setelah setiap kali obat diberikan. Dalam beberapa institusi ini dikenal sebagai prosedur SASH. SASH adalah singkatan dari. S
: solution ( saline ) flush ( 2 mL ) = pembilasan dengan larutan\
A
: atminister drug into rubber stopper = berikan obat kedalam penutup karet
S
: solution ( saline) Flush (2 mL)
H
: heparing 1 : 100 solution ( 1 mL)
b. Pengatur intravena elektris Pengendali dan pompa adalah dua jenis dasar dari pengatur intravena elektris yang dipergunakan dalam rumah sakit dan beberapa pelayanan kesehatan masyarakat. Pengatur IV elektris dibuat sedemikian rupa sehingga laju pemberian larutan IV sesuai dengan yang diresepkan. Jika laju aliran terhambat, maka alram berbunyi. Ada dua jenis kendali aliran untuk pengatur elektris, yaitu pengatur volumetrik dan non volumetrik. Pengatur volumetrik memberi volume cairan tertentu dengan laju tertentu, dalam mililiter per jam. Pengatur non volumetrik dibuat untuk memberikan infuse dalam jumlah tetesan tertentu dalam tetesan per menit. Untuk menentukan apakah mesin merupakan volumetrik atau non volumetrik, periksa apakah display panel dikali brasi dalam mL/ jam atau tetes/menit. c.
Analgesik yang dikendalikan pasien Analgesik yang dikendalikan pasien ( PCA = patient – controle analgesia) adalah metode lain dari pemberian obat obat intravena. Tujuan dari PCA adalah untuk menghasilkan konsentrasi obat dalam serum yang merata, sehingga menghindari kadar puncak dan lembah obat. Metode ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan klien yang membutuhkan injeksi narkotik intramuscular yang legular sekurang kurangnya dalam waktu 24 – 48 jam. Beberapa alasan penggunaan PCA adalah
1) Kendali nyeri yang efektif tanpa disertai rasa yang mengantuk yang berlebih. 2) Pengurangan yang cukup banay dari jumlah narkotik yang dipakai. 3) Perasaan klien dalam hal lebih cepat mengendalikan rasa nyerinya. Beberapa klien tidak boleh menggunakan PCA, termasuk mereka yang alergi terhadap analgesik yang diresepkan; mereka yang telah mneggunakan sedatip atau alkohol dalam jangka waktu lama; dan mereka yang dengan cedera kepala, penyakit pernapasan, riwayat penyalahgunaan atau kecanduan narkotik, atau dengan gangguan psikiatrik mayor. Ada beberapa pilihan alam pemberian PCA. Pompa deprogram untuk menberikan obat yang diresepkan 1) Atas kebutuhan klien 2) Kontinu 3) Kontinu dan ditambahkan dengan kebutuhan klien
d. Menghitung laju aliran obat obat intravena
Obat intravena tergantung dari instruksi dosis obat, yang menunjukan jumlah larutan untuk pengenceran dan lamanya waktu memberikan infus. Perawat harus menghiitung dosis obat terlebih dahulu berdasrkan perintah dokter, kemudain baru menghitung laju aliran.
CONTOH: 1)
Perangkat sekunder : untuk mendapatkan beberapa tetes per menit dari obat obat IV pergunakan silinder yang dikalibrasi (buretol), kantong ( add – A-line ) 50 – 250 mL, atau pengatur non volimerik yang mana saja.
2) Pengatur volimetrik. Untuk mendapatkan millimeter per jam
D. Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-Anak Jika
obat-obatan
tidak
diminum
melalui
mulut
karena
ketidakmampuan
untuk
menelan,menurunnya kesadaran,inaktivitas obat oleh cairan lambung atau ada tujuan untuk meningkatkan efektivitas obat maka dapat dipilih rute parenteral.pengobatan parenteral diberikan secara intrdermal (bawah kulit),subkutan (SK,ke dalam jaringan lemak),inramuskuler (IM,di dalam otot)
dan
intravena
(IV,di
dalam
vena).obat-obat
injeksi
dalam
bagian
ini
meliputi
intradermal,subkutan (termasuk insulin dan heparin),dan intramuskular berasal dari bentuk cair yang telah tersedia dan bubuk yang direkonstitusi dalam vial dan ampul.
Bagian ini dibagi menjadi: 1.
Preparat injeksi Tempat obat yang tepat ( vial atau ampul) dan pilihan yang benar dari jarum dan spuid adalah penting dalam mempersiapakan dosis obat yang diresepkan. Rute pemberian adalah bagian dari perintah pengobatan
a.
Vial dan Ampul Vial biasanya berupa tempat obat kecil yang terbuat dari kaca dengan tutup karet yang terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multipel dan jika disimpan dengan baik dapat dipakai berkali kali. Ampul adalah tempat obat terbuat dari gelas dengan leher yang melekuk ke dalam, dan merupakan tempat untuk membuka ampul dengan cara memecahkannya. Ampul biasanya digunakan hanya untuk sekali pakai.
Obat obat yang mudah rusak dalam bentuk cair dikemas dalam bentuk bubuk dama vial maupun ampul untuk penyimpanan. Sekali obat berbentuk kering ini direkrontruksi (biasanya dengan air steril, air bakteriostatik, atau air salim), obat segera dipakai atau haurs dimasukan kedalam lemari es, periksa keterangan obat yang dilampirkan untuk mengetahui lama penyimpanan obat tersebut atau instruksi lainnya. Orang yang merenkontruksi obat harus menuliskan label kapan obat tersebut harus dibuang dan juga mencantukkan inisial namanya. Biasanya sebuah vial harus dipakai dalam jangka waktu 96 jam sampai satu minggu. Label label obat pada vial atau ampul memberikan keterangan sebagai berikut: 1) Nama generik dan nama dagang obat 2) Dosis obat dalam berat ( miligram, gram,miliekuivalen) 3) Jumlahnya (mililiter) 4) Tanggal kadaluarsa 5) Petunjuk pemberian 6) Instruksi pencampuran,jika obat berada dalam bentuk bubuk b. Spuit Spuit terdiri dari silinder (barel, kerangka luar), penghisap (plunger,bagian dalam), dan ujung (tip) dimana jarum bertemu dengan spuit. Spuit tersedia dalam berbagai tipe dan ukuran, yang paling sering adalah yang berukuran 3 mL dan 5 mL, tuberkulin, insuin dan spuit logam dan plastik untuk catrige yang telah diisi. Spuit kaca dapat dipakai dalam kamar operasi dan pada baki instrumen kusus. Obat obat suntik harus dikemas dalam bentuk catrige yang telah diisi untuk spuit dengan merek Tubex, carpuject. Ujung spuit dan bagian dalam dari penghisap harus tetap dalam keadaan steril.
Spuit 3 mL dikalibrasi dalam sepersepuluh ( 0,1 mL) dan minim. Jumlah cairan dalam spuit ditentukan oleh pangkal karet hitam dari penghisap (bagian dalam dari penghidap). Yang paling dekat dengan ujung. Ingat bahwa mL dan cc dapat dipakai bergantian.
Spuit 5 mL dikalibrasi dalam petanda 0,2 mL. Spuit 5 mL biasanya dipakai jika cairan diperlukan lebih dari 2,5 mL. Seringkali dipakai untuk merekontitusi obat berbentuk kering dengan air bakteriostatik steril atau salin.
Spuit tuberkulin adalah tabung 1 mL yang ramping dengan petnada dalam sepersepuluh(0,1) dan seperseratus (0,01) tabung ini juga ditandai dengan minim tabung ini dipakai juka jumlah cairan yang akan dibrikan kurang dari 1 mL dan untuk anak anak seta dosis heparing.
Spuit insulin mempunyai kapasitas 1 ml tetapi insulin diukur dalam unit dan dosis insulin tidak boleh dihtung dalam mililiter. Spuit insulin dikalibrasi dengan petanda 2-U, dan 100 U, setara dengan 1 mL.
c.
Catridge dan spuit yang telah diisi obat Banyak obat obat suntik yang dikemas dalam catridge yang telah diisi dan sekali pakai. Catridge sekali pakai ini ditempatkan dalam injektor tubex atau pemegang dari logam atau plastik yang dapat dipakai ulang. Biasanaya catridge yang telah diisi mempunyai kelebihan 0,1 – 0,2 mL larutan obat. Berdasarkan jumlah obat yang diberikan, k elebihan larutan harus dibuang sebelum pemberian.
d. Jarum Ukuran jarum terdiri dari dua komponen, ukuran logam ( gauge = diameter lumen) dan panjang. Semakin besar ukuran lubang, semakin kecil diameter lumen, dan semakin kecil ukuran lubang, semakin besar diameter lumen. Nomor ukuran lubang jarum yang sering dipakai adalah antara 18 sampi 26. Panjang jaurm berpariasi dari 3/8 – 2 inci. Tabel memberikan daftar ukuran lubang dan panjang jarum dalam pemakaian ijeksi subkutan dan interamuskular. TIPE INJEKSI
UKURAN JARUM
LUBANG
PANJANG JARUM ( inci)
Intradermal
25,26
3/8, ½ , 5/8
Subkutan
23,25,26
3/8, ½, 5/8
intramuskular
19,20,21,22
1,1 ½ , 2
Ketika memilih panjang jarum untuk injeksi intramuskular, ukuran klien dan banyaknya jaringan lemak harus dipertimbangkan. Seorang klien dengan jaringan lemak (subkutan) yang sedikit munkin memerlukan jarum 1 inci. Bagi klien yang obc panjang jarum untuk injeksi intramuskular berkisar antara 1,5 – 2 inci. Spuit insulin dan cartidge yang telah diisi mempunyai jarum yang dipasang permanent, sedangkan pada spuit lain, jarum dapat diganti dengan jarum yang diinginkan. Ukuran lubang dan panjang jarum tertera pada kemasan spuit atau pada bagian atas spuit. Keterangan tertulis sebagai ukuran lubang/panjang, contohnya 20 g/1 ½ . e.
Sudut injeksi Untuk injeksi, jarum memasuki kulit dengan berbagai sudut. Injeksi intrdernal diberikan dengan sudut 10o – 15o , ijeksi subkutan dengan sudut 45 o – 90o., dan injeksi intramuskular dengan sudut 90 o.
2. Interpretasi label obat injeksi Obat obat unuk injeksi disimpan dalam bentuk cair atau bubuk didalam vial dan ampul. Jika obat berada dalam bentuk cair, maka dosis obat dan ekuivalensinya dalam mililiter dicetak pada label obat. Tetapi, obat obat dalam bentuk bubuk harus direkontetusi ( bentuk cair untuk pemakaian). Biasanya instruksi untuk rekontitusi diberikan pada label obat dan keterangan obat. CONTOH:
Staphcilin adalah nama dagang, metisilin adalah nama generik. Obat ini dipakai dalam pemberian IM dan IV. Instruksi pada label obat tetera demikian : “ untuk IM, tambahkan 6,8 ml air steril atau natrium clorida (saline); 1 g = 2 ml. “ volume pelarut (larut an) dan obat bubuk setara dengan 12 ml.
3. Injeksi intradermal injeksi intradermal biasa nya dipakai untuk uji kulit dalam mendiagnosis sebab alergi atau untuk menentukan adanya mikroorganisme.pilihan spuit untuk uji intradermal adalah spuit tuberkulin dengan lubang jarum berukuran 25 4. Injeksi subkutan Obat-obat yang di injeksi kedalam jaringan subkutan (lemak) diabsorpsi perlahan-lahan karena jaringan lemak mempunyai lebih sedikit pembuluh darah.jumlah larutan obat yang diberikan subkutan umum nya sebanyak 0,5-1 mL dengan sudut 45,60, ataw 90.larutan obat yang dapat mengiritasi jaringan lemak diberikan intramuskular karena dapat menyebabkan pengelupasan jaringan subkutan.
Penghitungan injeksi subkutan: Untuk menghitung dosis injeksi subkutan di pakai rumus dasar D/h x V atau metode rasio dan proporsi.Heparin adalah obat yang sering diberikan subkutan.heparin dapat diberikan dengan sudut 60-90 tergantung dari banyaknya jaringan lemak.kulit diangkat ,dan larutan heparin di injeksikan kedalam jaringan subkutan.Jangan lakukan aspirasi dan jangan menggosok tempat suntikan, karena gosokan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh-pembuluh darah haalus dan perdarahan.
CONTOH Perintah: heparin 2500 U, SK Tersedia:heparin 10.000 u/mL dalam vial dengan dosis multipel (10mL) Rumus dasar: D/H x V = 2500 U/10000 U x 1 mL=25/100=0,25 mL Metode rasio dan proporsi H
:
V
::
D
:
x
10.000 U: 1 mL :: 10,000x=2500
2500 U :
x Ml
X=25/100 = 0,25 mL Jawab heparin 2500 U = 0,25 mL. Contoh: Perintah:heparin 4000 U, SK Tersedia: Gambar. Jawab : a. D/H x V = 4000/10.000 x 1 = 4/10 = 0,4 mL b.
H
10.000 U :
:
V 1 mL
:: ::
D 4000 :
:
x x mL
10.000x = 4000 X =4000/10.000 = 0,4 mL 5. Injeksi insulin Pemberian obat-obatan membutuhkan perhatian yang inci dan demikian pula halnya dengan insulin.insulin diminta dalam unit.contoh nya,jika dosis insulin yang diresepkan adalah 50 U,maka ambil 50U dari seebuah botol insulin 100 U dengan menggunakan spuit insulin yang dikalibrasi 100U.insulin diberikan subkutan dengan sudut 45 0,60o,900 drajat kedalam jaringan subkutan.
Contoh soal: Perintah:insulin lente 30 U , SK Tersedia:insulin lente 100 U/mL dan spuit insulin 100 U/mL (jwb nya blom 109)
6. Injeksi intramuskular Obat mempunyai lebih banyak pembuluh darah daripada jaringan lemak,sehingga obat-obatan yang diberikan dengan injeksi intramuskular (IM) akan lebih cepat diabsorpsi daripada injeksi
subkutan.volume larutan untuk injeksi IM adalah 0,5-3,0 mL dengan rata-rata 1-2 mL.volume larutan obat yang lebih dari pada 3 mL menyebabkan perpindahan jaringan otot yang berlebih banyak dan kemungkinan terjadikerusakan jaringan.kadang-kadang 5 mL dari obat tertentu,seperti magnesium sulfat,dapat disuntikkan ke dalam otot yang besar,seperti dorsogluteal.dosis yang lebih besar dari pada 3 mL biasa nya dibagi dan diberikan pada dua tempat yang berbeda. Ukuran lubang jarum untuk injeksi intramuskular cairan yang kental adalah 19 dan 20,dan untuk jaringan
yang
encer
adalah
20
dan
21.injeksi
intramuskular
diberikan
dengan
sudut 90 derajat.panjang jarum tergantung dari banyaknya jaringan adiposa (lemak) dan jaringan otot;rata-rata dari panjang jarum adalah 1,5 inci. a.
Larutan obat untuk injeksi larutan obat yang telah di campur sebelumnya oleh perusahan farmasi disimpan dalam vial dan ampul untuk siap di pakai.Label obat pada tempat obat memberikan keterangan mengenai dosis obat berdasarkan beratnya dan ekuivalensianya dalam milliliter. Contoh: Perintah :gentamisin (Garamycin) 50mg ,IM Tersedia:gentamisin 80 mg/2Ml dalam sebuah vial.
1) 2)
H 80mg
: :
D/H X V =50/80X 2 100/80=1,25mL V :: D : 2ml :: 50mg :
X X
80X =100 X=100/80=1,25mL
b. Rekonstitusi Obat Bubuk Obat-obat tertentu akan hilang potensinya jika berada dalam bentuk cair ,oleh karena itu pabrik obat mengkemas obat-obat tersebut dalam bentuk bubuk .Obat-obat ini direkonstitusi dengan mengunakan pelarut (air bakteriostatik atau salin)sebelum di berikan.Label obat atau keterangan instruksional (pamflet yang menyertai nya )sering kali memberkan tipe dan jumlah pelarut yang di gunakan.jika tipe dan jenis pelarut tidak tertera pada label atau pada keterangan instruksional ,hubungi ahli farmasi. Biasanya pabrik obat menentukan jumlah pelarut untuk mencampur bubuk obat untuk mencapai 1-2 ml/dosis .Obat bubuk membutuhkan tempat ;oleh sebab itu volume larutan obat akan bertambah . Sekali obat bubuk telah direkonstiusi, larutan obat yang tidak digunakan harus diberi tanggal ,dan tuliskan inisial pada label obat .Larutan obat yang tidak digunakan dalam vial disimpan
dalam lemari es dan dapat dipakai dalam waktu 48 jam sampai 1 minggu tergantung dari rekomendasi pabrik obat .Larutan obat yang tidak dipakai dalam ampul harus dibuang. Contoh : Selesaikan masalah ini dengan menggunakan keterangan pada label obat. Perintah :penisilin akueus 250.000 U,IM,q4h. Tersedia : penisilin akueus 5.000.000 U (5 juta unit) Obat dalam bentuk bubuk didalam v ial.Label obat menyatakan : Pelarut yang ditambahkan (mL)
UNIT /mL
18
250.000
8
500.000
3
1.000.000
Tambahan 18 ml pelarut . Bubuk obat setara dengan 2 ml.Setiap 250.000 U setara dengan 1 ml .Dalam menyelesaikan masalah ini,tambahkan 18ml dan 2ml (bubuk obat)=20ml. c.
Pencampuran obat-obat injeksi Obat-obat yang dicampur dalam spuit yang sama harus kompatibel untuk mencegah pengendapan.untuk menentukan kompatibilitas obat,periksa buku referensi obat atau dengan ahli farmasi.jika ragu-ragu mengenai kompatibilitas,jangan campur obat-obat tersebut. Tiga metode yang dipakai dalam percampuran obat adalah :
1) Pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari dua vial 2) Pencampuran dua obat macam dalam spuit yang sama dari satu vial dan satu ampul,dan 3) Pencampuran dua macam obat dalam cartridge yang telah diisi dari sebuah vial. Metode 1:pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari dua vial 1. Ambil udara ke dalam spuit sejumlah larutan yang akan diambil dari vial yang pertama,dan suntikan udara ke dalam udara kedalam vial yang pertama.jangan biarkan jarum mengalami kontak dengan larutan.keluarkan jarum. 2.
Ambil udara kedalam spuit sejumlah larutan yang akan diambil dari vial yang kedua.tunggingkan (balikkan ) vial kedua dan suntikan udara.ambil jumlah larutan yang diinginkan dari vial yang kedua.
3. Ganti jarum,kecuali jika anda akan menghabiskan seluruh isi dari vial yang pertama. 4. Balikkan vial yang pertama,dan ambil larutan dalam jumlah yang diingikan.
Metode 2: pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari satu vial dan satu ampul. 1) Suntikan udara kedalam vial 2) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari dalam vial 3) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari dalam ampul.
Metode 3 :pencampuran dua macam obat dalam sebuah cartridge yang telah diisi dari sebuah vial 1) Periksa dosis obat dn jumlah lautan dalam cartridge yang telah diisi.jika dosis yang diinginkan telah lebih sedikit , buang kelebihan lautan. 2) Masuakn udara kedalam cartridge sesuai dengan jumlah larutan yang akan diambil dari larutan yang akan diambil dari vial.balikkan vial dan suntikan udara. 3) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari vial.pastiakn bahwa jarum tetap erada dalam cairan dan jangan ambil larutan lebih dari yang diperlukan.
7. Penghitungan injeksi untuk anak-anak Ketiga metode yang dipakai dalam perhitungan dosis oral untuk anak-anak juga dipakai dalam perhitungan dosis obat injeksi.Metode-metodenya adalah penghitugan berdasarkan berat badan,luas permukaan tubuh dan dosis dewasa. CONTOH SOAL: Perintah:prometazin (phenergan) 20 mg,IM,setiap 6 jam. Berat badan :45 kg Tersedia:phenergan 25 mg/mL Apakah dosis berada dalam parameter keamanan? Jawab:parameter phenergan: 0,25/kg/dosis x 45 kg = 11,25 mg/dosis 0,50/kg/dosis x 45 kg =22,5 mg/dosis
CONTOH : Pencampuran Obat-Obat Dalam Spuit Yang Sama Perintah:meperidin (Demel) 25 mg dan atropin sulfat 0,4 IM. Tersedia :meperidin dalam cartridge Tubeg berlabel 50mg/mL. Atropin sulfat dalam vial multidosis berlabel 0,4 mg/ml. Berapa mililiter dari setiap obat akan anda berikan dan bagaimana mencampur nya? a. Dosis meperidin
a. D/H X V =25/50 X 1 =25/50=0,5ml b.
H
:
50mg :
V
::
D
:
X
1ml
::
25mg
:
xml
50X= 25 X=1/2=0.5ml b. Dosis atropin Label menunjukkan 0,4mg=1ml Jawab:Berikan meperidin 0,5ml dan atropin 1 ml. PROSEDUR. Campur ke dua obat dalam cartridge dengan satu obat dari sebuah vial dan obat yang lain dalam cartridge yang telah diisi. 1) Periksa dosis dan volume obat dalam cerita cartridge yang telah diisi. 2)
Buang 0,5 ml dan setiap kelebihan larutan obat (meperidin)dari cartridge (0,5 ml tetap berada didalam cartridge ).
3) Ambil 1ml udara kedalam cartridge,dan suntikan udara ke dalam vial yang berisi atropin. 4) Ambil 1ml atropin dari vial ke dalam larutan meperidin di dalam cartridge.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dua metode umum untuk penghitungan dosis obat adalah rumus dasar dan rasio dan proporsi.metode-metode ini akan di pakai dalam penghitungan dosis obat oral dan yang disuntikan. Secara garis besar rumus untuk menghitung dosis obat adalah:
D:dosis obat yang diperintahka dokter H:dosis obat pada label tempat obat V:bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair) A: hasil perhitungan yang diberikan kepada pasien.
B. Saran