RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
A.
PENDAHULUAN
Istilah promosi kesehatan sudah mulai dicetuskan pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan konferensi international pertama tentang health promotion di ottawa, canada, pada tahun 1986. pada waktu itu dicanangkan the ottawa charter, yang memuat defenisi dan health promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap penyuluhan kesehatan, disamping juga populer istilah – istilah – istilah istilah lain seperti : KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi). Pemasaran sosial (social marketing), Mobilisasi sosial, dan lain – lain. Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan diIndonesia tersebut dipacu oleh perkembangan dunia Internasional. Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya memperkenalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang metitik beratkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya
melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
a.
Pengertian ruang lingkup promosi kesehatan
b. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan c.
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan
d. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan
2. PETUNJUK
a.
Pelajari materi BAB III dengan tekun dan disiplin
b.
Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep – konsep – konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal – soal – soal soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban.
c.
Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi tuntutan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi bagian.
d. Kerjakan soal – soal – soal soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan disiplin! e.
Bacalah sumber – sumber – sumber sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda.
f.
Ikuti turutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
g. Selamat belajar, semoga sukses.
3. TUJUAN a. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup promosi kesehatan
b. Tujuan Khusus Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami : 1. Menjelaskan pengertian ruang lingkup promosi kesehatan
2. Menjelaskan ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan 3. Menjelaskan ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan 4. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan
B.
PENYAJIAN MATERI
1. PENGERTIAN RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN a. Pengertian Ruang Lingkup
Dalam sebuah penelitian ruang lingkup bisa berarti pembatasan variable yang digunakan, berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan sebagainya. adanya pembatasan atau ruang lingkup dalam sebuah penelitian penting adanya karena akan mempengaruhi validitas dari hasil p enelitian itu sendiri. Kemudian ruang lingkup secara khusus juga digunakan untuk membatasi materi dari sebuah ilmu. Misalnya saja ilmu psikologi
memiliki ruang lingkup psikologi dasar, psikologi
kepribadian, psikologi kesehatan, psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi dewasa, dan sebagainya. dalam setiap cabang dapat dibeberkan ruang lingkupnya masing-masing. Misalnya psikologi kesehatan memiliki ruang lingkup kesehatan jiwa, psikologi pasien di rumah sakit, psikologi kehamilan, gangguan psikologi, dan sebagainya. dari contoh di atas dapat diambil pelajaran mengenai makna ruang lingkup secara khusus. b. Pengertian Promosi Kesehatan
Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk
dapat
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatannya.
Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).
Jadi, ruang lingkup promosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dalam suatu batasan – batasan baik ilmu maupun subjeknya.
2. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut : a.
Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan k emampuan.
b.
Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.
Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
d.
Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e.
Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
f.
Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community development),
penggerakan
masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan. a. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif 1. Pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan), adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status kesehatannya. 2. Pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan), adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. b. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
1.
Promosi
kesehatan
pada
tatanan
keluarga
(rumah
tangga)
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua (ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir
2.
Promosi
kesehatan
pada
tatanan
sekolah
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak
3. Promosi kesehatan ditempat kerja. Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.
4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga kebersihan. 5. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.
c. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark. 1.
Promosi kesehatan ( health promotion) Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan
pelayanan
Beberapa usaha di antaranya :
terhadap
pemeliharaan
kesehatan
pada
umumnya.
a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya. b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagain ya. c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik. 2. Perlindungan khusus ( specific protection) Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan. Beberapa usaha lain di antaranya : a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu. b. Isolasi penderitaan penyakit menular . c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja. 3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment ) Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini. Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy. Tujuan utama dari usaha ini adalah : a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera. b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila pen yakitnya menular. c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit. Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
a.
Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan pengobatan.
b.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
c.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. a.
Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
b. Penderitaan sakit menjadi lebih lama. c.
Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar 4. Pembatasan cacat (disability limitation) Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya infertilitas. 5. Rehabilitasi (rehabilitation) Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihanlatihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba. Rehabilitasi ini terdiri atas : a.
Rehabilitasi fisik Yaitu
agar
bekas
penderita
memperoleh
perbaikan
fisik
semaksimal-maksimalnya.
Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya. b. Rehabilitasi mental Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat. c.
Rehabilitasi sosial vokasional Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu. Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik,mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat,dalam keadaannya yang sekarang. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata,melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia
1. Pengertian upaya rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Contoh Rehabilitatif adalah pembuatan atau pemasangan gigi palsu.
Sekarang ini telah kembali marak tentang pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional sebenarnya telah dilaksanakan oleh masyarakat sejak lama, seiring perkembangan penyakit yang semakin bermacam-macam, maka pengobatan tradisional kambali marak dilakukan oleh masyarakat umum. Pengertian pengobatan tradisional adalah pengobatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Contoh pengobatan tradisional adalah pengobatan alternatif menggunakan obat herbal, bekam, akupuntur dan lain-lain.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Pencegahan Penyalahgunan NAPZA
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)INDIVIDU PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DisusunOleh: Silvy Yulianingsih (15.046) KELAS 2B
PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP Jalan Raya Maos 505 Maos-Cilacap Telp.(0282-69452),Fax.0282695425
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
SATUAN ACARA PANYULUHAN INDIVIDU (SAP)
1. Tema
: NAPZA
2. Sub Tema
: Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
3. Sasaran
: Siswa-siswi SMPN 1 Maos kelas VIIIA
4. Hari / Tanggal : Sabtu, 26 November 2016 5. Jam
: 09.00-10.30 WIB
6. Tempat
: SMPN 1 Maos
7. Penyuluh
: Mahasiswa D3 Keperawatan tingkat II
A. Latar Belakang
Perkembangan modernisasi, arus informasi,dan komunikasi yang begitu pesat berdampak pada penggunaan obat obatan terlarang dimasyarakat. United Organisation for Drugs and Crime/UNODOC (2005) melaporkan bahwa 200 juta atau 5% penduduk dunia menjadi penyalah guna narkotika,psikotropika, zat aditif (NAPZA). Sekitar 3 juta remaja menjadi penyalah guna NAPZA di Indonesia (Hidayat ,2000). Penguna NAPZA tahun 2004 sekitar 40 % berusia remaja (Badan Narkotika Nasional,2006). Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat 28,9% pertahun.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan ini diharapkan siswa mampu mengetahui konsep upaya pencegahan penyalagunaan NAPZA. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan ini diharapkan siswa dapat : a. Menjelaskan pengertian pencegahan b. Menjelaskan tujuan pencegahan Napza c. Menjelaskan upaya pencegahan terhadap bahaya NAPZA d. Menjelaskan upaya penanggulangan terhadap bahaya NAPZA e. upaya Pencegahan Untuk Kalangan Remaja Sendiri f. faktor yang dapat Mencegah Remaja Menggunakan Narkoba
C. Kegiatan
No.
Kegiatan
Waktu
Kegiatan Presenter
1.
Pembuka
09.00-
an
09.10
Peserta
Salam perkenalan
. Menjawab salam . Mendengarkan
Menjelaskan kontrak dan
2.
Pelaksan
09.10-
aan
10.00
tujuan pertemuan
.
Apersepsi
pertanyaan
Menjelaskantentang: Mengetahui
Menjawab
Mendengarkan
apa
itu presenter
pengertian pencegahan Mengetahui
pengertian
pencegahan Mengetahui pencegahan
Mendengarkan presenter
upaya
Mendengarkan
terhadap presenter
bahaya NAPZA Mendengarkan presenter
Mendengarkan presenter
Memberipertanya an 3.
Penutup
10.00-
Menjawab pertanyaan
10.30
Mengevaluasi penyuluhan Menutup
penyuluhan
dengan salam
Mendengarkan presenter Mendengarkan presenter Menjawab salam
D. Metode
: Ceramah dan tanya jawab
E. Media
: leaflet dan PPT
F. Materi
: (Terlampir)
G. Denah posisi
: Penyuluhan : Mahasiswa D3 Keperawatan tingkat II
Peserta
H. Pengorganisasian Penyuluh dan Tugas
1. Penyuluh/pengajar Uraian tugas: a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta b. Memotivasi peserta untuk bertanya
I.
Evaluasi
Tes lisan pada akhir kegiatan: 1. Apa itu pengertian pencegahan ? 2. Apa tujuan pencegahan Napzan ? 3. Apa upaya pencegahan terhadap bahaya napza ? 4. Apa upaya penanggulangan terhadap bahaya napza ? 5. Apa upaya Pencegahan Untuk Kalangan Remaja Sendiri ? 6. Apa faktor yang dapat Mencegah Remaja Menggunakan Narkoba ?
J. Daftar Pustaka
Wikipedia.2010.”Narkoba”(online),(http://id.wikipwdia.org/wiki/Narkoba. Diakses tanggal 15 Oktober 2016 Lisa FR, Julianan dan Nengah Sutrisna W, 2013. Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika University of Michigan,2003. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Oleh Masyarakat Sekolah. Jakarta https://contohmakalahterlengkap.blogspot.co.id/2016/03/makalah-tentang-napza-dannarkoba.html
MATERI PENYULUHAN UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
A. Pengertian pencegahan
Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak atau akibat dari terjadinya risiko-risiko yang dijamin cegah/ce·gah/ v, -- dan tangkal dicegah dan ditangkal untuk melakukan kegiatan perjalanan ke luar negeri, dan
sebagainya; --
siar
larangan
dikenai menayangkan
program
acara
larangan; di
stasiun
televisi
atau
radio;
mencegah/men·ce·gah/ vmenahan agar sesuatu tidak terjadi; menegahkan; tidak menurutkan: merintangi;
melarang.
(Wikipedia.2010.”Narkoba”(online),(http://id.wikipwdia.org/wiki/Narkoba) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan yang identik dengan perilaku
B. Tujuan pencegahan Napza
Tujuan pencegahan Napza menurut (Depsos RI; 2003: 119) yaitu; 1.
Terhindar dan terbebasnya generasi muda dari penyalahgunaan napza, menumbuhkan, memulihkan, dan mengembangkan keberfungsiaan sosial eks korban penyalahgunaan napza sehingga dapat hidup secara wajar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat;
2. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan napza sehingga masyarakat memiliki ketahanan sosial dan daya tangkal terhadap permasalahan penyalahgunaan napza.
C. Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya NAPZA
Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya NAPZA menurut (Julianan dan Nengah, 2003) yaitu; Karakteristik psikologis yang khas pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat. Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih
ada faktor lain yang berperan yaitu faktor lingkungan pemakai. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja. Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama di arahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkann (suatu proses pendampingan kepada remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah). Jadi remaja sebenarnya berada dalam dalam 3 pengaruh yang sama kuat, yakni guru, lingkungan pergaulan dan rumah orang tua dan keluarga. Serta ada 2 buah proses yakni menghindar dari lingkungan dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri remaja untuk mandiri dan menemukan jatidirinya. Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, bidang yang menjadi pusat perhatian adalah: 1. Sikap dan tingkah laku Tujuan dari perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang kenakak kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak kanakan seperti mementingkan diri sendiri, selalu menggantungkan diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatanya, harus diubah menjadi menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu
untuk
memberi
perhatian,
memberikan
kesempatan
untuk
remaja
mencoba
kemampuannya. Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan. 2. Emosional Untuk mendapatka kebebasan emosional, remaja mencoba meregangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua, ia harus melatih dan belajar untuk memilih dan memutuskan sendiri. 3. Mental- intektual
Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berfikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusaan. 4. Sosial Remaja harus belajar bergaul dengann semua orang, baik dengan teman sebaya atau tidak sebaya. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan petgaulan yang baik. Lebih baik mencegah dari pada menyembuhkan. Mencegah para remaja maupun orang dewasa terhadap bahaya narkoba sebetulnya tidak rumit sama sekali, asal kita tahu benar apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita hadapi.Upaya yang perlu dilakukan terhadap kelompok remaja/generasi muda dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkoba dilakukan dengan 3 cara intervensi yaitu: a.
Pencegahan Primer Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi dan biasanya dalam bentuk pendidikan, kampanye, atau penyebaran pengetahuan mengenai bahaya Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga dan lain-lain, cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat dimanapun seperti: sekolah, tempat tinggal, termpat kerja dan tempat-tempat umum.
b.
Pencegahan Sekunder Dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan dokter. Tahap pencegahan sekunder meliputi: tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
c.
Pencegahan Tersier Upaya yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna
kembali ke masyarakat, dan fase sosial dalam masyarakat agar mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat.
D.
Upaya Penanggulangan Terhadap Bahaya NAPZA
Bentuk penanggulangan masalah narkoba (Julianan dan Nengah, 2003) yaitu; 1. Promotif Disebut juga program preemtif atau program pembinaan. Program ini di tunjukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Prinsipnya adalah peningkatan peranan atau kegiatan agar kegiatan kelompok ini secara lebih nyata sejahtera sehingga tidak pernah berfikir untuk memperoleh kebahagiaan semu memakai NAPZA Bentuk program: Pelatihan, dialog interaktif. 2. Preventif Di sebut juga program pencegahan. Di tunjukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahhui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Bentuk kegiatan: a.
Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
b.
Penyuluhan seluk beluk narkoba
c.
Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
d.
Upaya mengawasi
3. Rehabilitatif Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang di tunjukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya yaitu agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaiann narkoba. Pemakai narkoba dapat mengalami penyakit: a.
Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, hati)
b.
Kerusakan mental, perubahan karakter kea rah negative, asocial
c.
Penyakit ikutan (HIV/AIDS, hepatitis, sifilis, dll)
E.
Upaya Pencegahan Untuk Kalangan Remaja Sendiri
Upaya Pencegahan Untuk Kalangan Remaja Sendiri menurut University of Michigan,2003 yaitu; 1. Hindarilah perbuatan dan kebiasaan merokok, dan minum-minum keras. 2. Siapkan mental/ diri untuk menolak apabila ditawari narkoba. 3.
Hati-hati dalaam memilih teman bergaul karena teman yang baik, tidak akan menjerumuskan pada hal-hal yang tidak baik.
4. Harus berana mengatakan “Tidak” apabila ditawari narkoba dengan alasan yang tepat, dan kalau memaksa … tinggalkan tempat itu. 5.
Tingkatkan prestasinya untuk mewujudkan ccita-cita dan kembangkan bakat yang ada demi masa depan
6.
Lakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luangmu dengan menyalurkaan hobby dan dapat membuat lebih mandiri.
7. Tingkatkan iman dan taqwa.
F. Faktor yang dapat Mencegah Remaja Menggunakan Narkoba
1. Ikatan yang kuat di dalam keluarga 2. Pengawasan orang tua yang didasarkan pada aturan tingkah laku yang jelas dan pelibatan orang tua dalam kehidupan anak/remaja 3. Keberhasilan di sekolah 4. Ikatan yang kuat di dalam institusi pro-sosial seperti keluarga, sekolah, dan o rganisasi-organisasi keagamaan. 5. Menerima norma kebiasaan tentang larangan penggunaan narkoba. 6. Keluarga harus dapat menciptakan komunikasi yang lebih baik 7. Disiplin, tegas dan konsisten dengan aturan yang dibuat 8. Berperan aktif dalam kehidupan anak-anak 9. Memonitor aktivitas mereka 10.
Mengetahui dengan siapa anak/remaja bergaul
11.
Mengerti masalah dan apa yang menjadi perhatian mereka
12.
Orang tua harus menjadi panutan
13.
Orang tua menjadi teman diskusi
14.
Orang tua menjadi tempat bertanya
15.
Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai keagamaan
16.
Menggali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai ma cam kegiatan.