BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan saat ini meningkat dengan pesat sebagai konsekuensi
dari
logis
globalisasi.
Perkembangan
pendidikan
keperawatan hendaknya tidak hanya berupa peningkatan kuantitas semata,namun harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan demikian akan di hasilkan perawat yang professional dan siap berkompetisi dengan tenaga kesehatan lain, baik di tingkat tingkat nasional atau internasional. Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh
pula
terhadap
meningkatnya
tuntutan
masyarakat
akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini
merupakan
tantangan
bagi
profesi
keperawatan
dalam
mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan dan moral yang tinggi. Perawat di tuntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara individu,keluarga,kelompok,d individu,keluarga,kelompok,dan an masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komprehensi.Sebagai tenaga yang professional,dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab secara moral. Etika merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa katakata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata. Etika lebih menitik beratkan pada aturan-aturan, prinsip-prinsip yang melandasi perilaku
1
yang mendasar dan mendekati aturan-aturan, hukum, dan undangundang yang membedakan benar atau salah secara moralitas. Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
atau
komunitas,
perawat
sangat
memerlukan
etika
keperawatan. Karena itu,focus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982). 1982). Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan mas yarakat, yang
berarti
keperawatan
masyarakat untuk
memberi
memberikan
kepercayaan pelayanan
kepada
yang
profesi
dibutuhkan.
Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan
harus
mampu
dipertanggungjawabkan
dan
dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika. Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui tentang prinsip prinsip etika keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan, dan prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan.
2
B. TUJUAN ROLE PLAY
Agar para mahasiswa atau penonton dapat lebih memahami tentang prinsip etik praktik keperawatan dengan cara diperankan oleh penyaji.
3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos,yang
berhubungan
dengan
pertimbangan
pembuat
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa kematian. Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang (pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya
4
Kadang-kadang
perawat
diharapkan
pada
situasi
yang
memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spiritual yang
memungkinkan
pencegahan
penyakit;
untuk
penyembuhan;
dan
menekankan
serta
meningkatkan
kesehatan
dengan
penyuluhan kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional
berdasarkan
kebutuhan
manusia
karena
itu
tidak
membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, satatus sosial, dan lainlain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat . Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung jawabnya. Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau bermoral.
Banyak profesi
dibidang hukum,
kedokteran, keperawatan, menyusun pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain. Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan
5
standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama undangundang yang mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan
fungsi
dan
tanggung
jawabnya,
seperti
yang
dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan. Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan. Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi. Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab
keperawatan.
moral
Etika
yang
profesi
mendasari keperawatan
pelaksanaan adalah
praktik
milik
dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.
6
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan
dan
meningkatnya
kebutuhan
masyarakat
mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus
mengambil
keperawatan
suatu
klien.
keputusan
Keputusan
dalam
yang
upaya
diambil
pelayanan berdasarkan
pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri,
martabat,
dan
otonomi;
dan
integritas
perawat
harus
dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat klien.
B. Tujuan Etika Keperawatan
Menurut
Suhaemi,
(2010), Etika
profesi
keperawatan
merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat. Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam
7
buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan. Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terusmenerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan. Menurut American
Ethics
Commission
Bureau
on
Teaching dalam buku Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu : 1. Mengenal
dan
mengidentifikasi
unsur
moral
dalam
praktik
keperawatan 2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik keperawatan 3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan
peran
prinsip
moralitas,
yaitu
keyakinannya
terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam: 1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri, maupun masyarakat 2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal yang dianggap benar).
8
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang
berhubunngan
dengan
pelayanan
keperawatan
ialah
masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat. Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan
milik
perhimpunan
perawat
Amerika]) dalam
buku
Suhaemi, 2010, pendidikan etika keperawatan bertujuan : 1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut. 2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan
tentang
dipertanggungjawabkan
kepada
baik
dan
buruk
Tuhan
yang
sesuai
akan dengan
kepercayaannya 3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik 4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang
dari
sudut
profesi,
kemanusiaan,
kemasyarakatan,
kesehatan dan keperawatan. 5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata. Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.
9
C. Tipe-tipe Etika Keperawatan
Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Bioetik Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam
etik,menyangkut
masalah
biologi
dan
pengobatan.Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul
tentang
hubungan
antara
ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan,politik, hukum, dan theologi. Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
pengobatan
lain:peningkatan
dan
mutu
biologi. Isu
genetik, etika
dalam
bioetik
antara
lingkungan, pemberiaan
pelayanan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan 2. Clinical Ethics/ Etik Klinik Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical penolakan,dan
ethics: adanya
bagaimana
seseorang
persetujuan sebaiknya
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
10
atau
merespons
3. Nursing Ethics/ Etik Keperawatan Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
D. Teori-teori dalam Etika Keperawatan
Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik
antara
prinsip
dan
aturan.
Ahli
filsafat
moral
telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology. 1. Teleologi Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling
bergantian.
Teleologi
merupakan
suatu
doktrin
yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh
mana
tindakan
tersebut
memberikan
kebaikan
atau
kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas;
tidak
melibatkan
aturan
umum,
tetapi
berupaya
menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
11
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).
12
E. Prinsip- prinsip Etika Keperawatan
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010). Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010): 1. Etika
akan
menunjukkan
standar
profesi
untuk
kegiatan
keperawatan. Standar ini akan melindungi perawat dan pasien 2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan memelihara standar tersebut 3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota professional 4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan dalam situasi keperawatan Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral. Prinsip
moral
mempunyai
peran
yang
penting
dalam
menentukan perilaku yang etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering
digunakan
dalam
diskusi
moral,
yaitu autonomy,
non-
maleficience, dan justice(Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
13
1.
Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu
bagi
dirinya.Prinsip
otonomi
sangat
penting
dalam
keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut. Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah : 1.
Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
2.
Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam membuat suatu pilihan
3.
Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan
4.
Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi tersebut
5.
Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak bersedia menjelaskannya Perawat
yang
menghargai
manusia
dalam
penerapan
otonomi, termasuk juga menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya. 2.
Non-maleficience
Non-maleficience berarti
tidak
melukai
atau
tidak
menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak
14
melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik. Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai
kepercayaan
bahwa
pemberian
transfusi
darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience,
walaupun
sebenarnya
pada
saat
yang
bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficienc. 3.
Keadilan
Keadilan ( justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadangkadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi. Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan. Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabak manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat juga dapat berfungsi sebagai
15
konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sakitnya. Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan
klien
sehingga
memungkinkan
klien
mengeksplorasi
perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan,
untuk
ini
perawat
mempunyai
kewajiban
menghargai kepercayaan klien dengan memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats hak dan kewajiban kedua belah pihak. Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien dengan cara selalu mengatakan yang
sebenarya.
Kepercayaan
ini
dibutuhkan
klien
dalam
menghadapi keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin
kolaborasi
perawat-klien
yang
optimal.Hubungan
perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela klien.
Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut: 1.
Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan
16
memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain.Prinsip
otonomi
merupakan
bentuk
respek
terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. 2.
Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik.Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,penghapusan
kesalahan
atau
kejahatan
dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan,terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. 3.
Keadilan (Justice)
Prinsip
keadilan
dibutuhkan
untuk
tercapainya
sesuatu yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip
kemanusiaan.Nilai
ini
Direfleksikan
moral,legal,dan dalam
praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. 4.
Tidak Merugikan (Non Maleficienci)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga. 5.
Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan
oleh
pemberi
17
pelayanan
kesehatan
untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan
kemampuan
seseorang
untuk
mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan pemahaman
dan
objektif
penerimaan
untuk materi
memfasilitasi yang
ada,dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik “doctors
know
best”
sebab
individu
bahwa
memiliki
otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya. 6.
Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip menghargai
fidelity
janji
dan
dibutuhkan komitmennya
individu terhadap
untuk orang
lain.Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang
dibuatnya.
Kesetiaan,menggambarkan
kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung
jawab
meningkatkan
dasar
dari
perawat
kesehatan,mencegah
adalah
untuk
penyakit,memulihkan
kesehatan,dan meminimalkan penderitaan. 7.
Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
18
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan,menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. 8.
Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
19
BAB III ROLE PLAY
A. RESUME SINGKAT
Didalam
praktik
keperawatan
seringkali
kita
temui
pelanggaran prinsip-prinsip etik yang dilakukan oleh perawat. Padahal dalam menjalankan asuhan keperawatan, seorang perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etik agar tidak merugikan pasien, keluarga pasien, teman sejawat, institusi maupun diri sendiri seorang perawat. Ada berbagai kemungkinan seorang perawat melanggar prinsip etik, diantaranya perawat tersebut tidak mengetahui prinsip prinsip etik yang ada dalam keperawatan atau perawat tersebut tahu akan prinsip-prinsip tersebut namun diabaikan karena jarang diaplikasikan.
B. SKENARIO
Ada 2 orang pasien masuk UGD dengan keluhan yang berbeda. Pasien pertama bernama bapak tatang Sumarya berumur 45 tahun mengeluh kesakitan di daerah lengan setelah di periksa ternyata bapak tatang mengalami cedera lengan karena bapak tatang terjatuh dari angkot pada saat akan turun dari angkot. Dan pasien kedua bernma ibu Wewen Maudi
berumur 30 tahun
mengalami sesak nafas. `suara sirine…
Di ruang UGD Bapak Tatang
: “ aduhhh aduhh aduhhh sakittt aduhh aduhhh sakitttt..”
20
Perawat
:” oh iya bapak sebentar ya pak saya liat dulu, saya cek dulu. (cek tanda tanda vital)
Pasien kedua masuk.. Ibu Wewen
:” hhhh hhhh hhh hhh hhhh hhh hh”
Perawat 1
:” (mengecek TTV)”
Perawat 2
:” memasang oksigen”
Bapak Tatang
:” astagfir ulloh ini tuh bagaimana sih kerjanya? Saya duluan yang kesini dari tadi saya tidak ditangani dan malah mengurusi pasien baru? Saya disini juga bayar, berapa uang yang harus saya bayar biar saya di tangani?.. aduh aduh aduh sakittt.
Perawat 2 Bapak Tatang
:” bapa sabar ya kami menangani pasien yang..” :”
ahh
udah
lah
emang
kalian
ga
becus
kerjanya.udah tau ini tangan saya sakit tapi malah ga di tangani. Perawat 2
:” iya pak saya paham tapi bapa mohon untuk sabar sebentar. Karena kami harus mendahulukan pasien
ini,
karena
pasien
ini
membutuhkan
pertolongan segera jika tidak pasien ini akan kehilangan nyawanya. Jadi kami mohon bapa bersabar sebentar. Kemudian perawat 1 dan 2 menangani ibu wewen sampai keadaan nya stabil dan bapak tatang ditangani juga lukanya. Setelah itu hasil diagnose ibu wewen dari dokter keluar ternyata ibu wewen mengalami penyakit obstruksi paru dan perawat akan memberitahukan diagnose dokter tersebut kepada ibu wewen.
21
Perawat
: “ assalamualaikum ibu selamat siang, masih ingagt dengan saya?
Ibu wewen
: ” waalaikumsalam, siang sus masih ingat ko sus.”
Perawat
:” ibu boleh saya duduk disini?”
Ibu wewen
: “ iyah silahkan sus.”
Perawat
: “ ibu sekarang apa kabaranya?”
Ibu wewen
:” alhamdulilah baik sus”
Perawat
:” bagaimana bu suka sesek sesek lagi ga bu?
Ibu wewen
:” ya gitu sus kalo malem malem suka rada sesek”
Perawat
: “ oh gitu ya bu, ibu sejak kapan punya penyakit asma?”
Ibu wewen
:” sejak saya SMA sus”
Perawat
: “ oh dari SMA, sebelumnya keluarga ibu ada yang asma juga
Ibu wewen
:” iya ada, ibu saya punya asma juga.”
Perawat
:” ohh ibu nya ya bu, ibu maaf sebelumnya apakah ibu seorrang perokok?”
Ibu wewen Perawat
: “ engga sus, engga merokok”. : “oh begitu bu , tindakan ibu sudah tepat,. Lalu ibu jika sesek apa yang ibu lakukan?”
Ibu wewen
:”iya saya kalo sesek pasti pakai inhaler “
Perawat
:” apakah ibu selalu menggunakan inhaler?”
22
Ibu wewen
: “iya saya selalu menggunakan inhaler, soalnya takut tambah parah seseknya. Tindakan saya sudah benar kan?”
Perawat
: “oh ibu sudah kebiasaan ya ? saya luruskan ya bu mengrnsi penggunaan inhaler. Sebenarnya jika ibu menggunakan inhaler terus menerus itu akan menyebabkan asma yang diderita kebal terhadap inhaler tersebut, karena sudah terbiasa dengan inhaler . lalu tidak selamanya inhaler itu dapat melebarkan saluran napas ibu .
Ibu wewen
: “oh begitu ya sus pantas saja tadi saya saat sesat napas inhaler itu tidak berpengaruh terhadap asma saya lalu jadi saya dibawa ke UGD. terus keadaan saya sekarang bagaimana karena saya merasa jika asma yang saya alami sudah tidak seperti dulu lagi”
Perawat
: “ini yang saya akan sampai kan pada ibu sebenernya asma ibu sekarang berada pada tahap PPOK yaitu penyumbatan saluran napas jadi ada yang menyumbat salular pernapsan ibu .”
Ibu wewen
:” oh itu berbahaya atau tidak sus?”
Perawat
: “ kalau dibilang itu bahaya jika ibu tidak melakukan pengobatan”
Ibu wewen
:”yasudah
kalau
begitu
saya
akan
melakukan
pengobatan “ Perawat
: “begitu ya bu bagus sekali keputusan ibu , kalau begitu saya pamit dulu ya bu“
23
Ruangan bapa tatang Perawat
: “assalamualaikum bapa, selamat siang bagaimana keadaannya bapa sekarang?”
Bapa tatang
: “walaikumsallam, siang neng Alhamdulillah sudah
baikan “ Perawat
: “bapa saya yang mewakili rumah sakit meminta maaf atas kejadian diruang ugd tadi, bukan kami ingin
menelelantarkan
bapak,
tapi
memang
keaadaannya yang tidak memungkinkan untuk melayani bapak terlebih dahulu. Bapak tatang
: “ iya sus, saya mengerti saya juga minta maaf karena tadi saya juga sedang emosi sehinggga saya tidak memikirkan lingkungan sekitar saya”
Perawat
: “ oh iya pak, kita saling memaklumi saja ya pak. Bappak kelihatannya kuku bapak sudah panjang panjang ya, masih nyaman ga pak.
Bapak tatang : “ iya sus “ Perawat
:” bapak mau tidak, saya potong kukunya supaya bapak juga lebih nyaman?
Bapak tatang :”
boleh
sus.
Kalau
tidak
merepotkan
dan
mengganggu pekerjaan suster. Perawat
: “ oh tidak, tidak merepotkan pak, itu sudah tugas saya tapi mohon maaf tidak bisa sekarang,soalnya saya harus mengecek pasie lain terlebih dahulu, bagaimana nanti siang jam 11.00 saya akan kembali lagi untuk membantu bapak memotong kuku.
24
Bapak tatang :” oh ya sus, boleh silahkan. Perawat
:” baiklah kalau begitu, sekarang saya pamit dulu yah pak, assalamualaikum?”
25
BAB IV KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Pada kasus ini membahas tentang
prinsip etik keadilan,
kejujuran, dan tepat janji . prinsip etik keadilan adalah tidak adanya perlakukan diskriminatif dalam melayani masyarakat. Terlihat dari perawat mendahulukan pasien yang sangat darurat dibandingkan pasien darurat. Kejujuran tidak adanya kebohongan terhadap publik atau klien prinsip kejujuran berhubungan dengan kemampuan seseoramg yang mengarakan kebenaran. Contoh dari kasus diatas adalah perawat memberi tahu kebenaran pasien tentang penyakitnya secara asertif. Yang terakhir adalah tepat janji yaitu tidak adanya pelanggaran terhadap sumpah jabatan atau profesi . prinsip tepat janji dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen terhadap orang lainterlihat dari kasus diatas perawat menepati janjinya untuk memotong kuku pasien.Jadi, prinsip etika itu ada kejujuran , keadilan, tepat janji, tata aturan, tanggung jawab, kewajaran,kehati-hatian, kerahasiaan, dan akutanbilitas. Prinsip etika itu yang harus di terapkan dalam sikap seorang perawat agar bisa menjadi perawat profesional yang bisa menjadi contoh bagi orang lain.
B.
SARAN
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab
moral
yang
mendasari
keperawatan nantinya
26
pelaksanaan
praktik
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik . Jakarta: EGC Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC
27