Ringkasan Metodologi penelitian Bab 6 & 7 Pengarang Uma Sekaran
6: Unsur Rancangan Penelitian Penelitian Setelah mengidentifikasi variabel dan mengembangkan kerangka teoritis serta menyusun hipotesis, maka langkah selanjutnya adalah mendesain penelitian, sehingga data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi. Tujuan Studi Studi ekspolaratif (exploratorystudy ) : dilakukan jika tidak banyak yang diketahui
mengenai situasi yang dihadapi atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan dimasa lalu. Studi eksploratif dilakukan untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah, ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak informasi untuk menyusun kerangka teoritis yang kukuh.
Studi deskriptif (descriptive study): dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu
untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu Ringkasan Buku Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Bisnis, Ed. 4 Buku Buku 1, Uma Sekaran: Salemba Empat, 2006 situasi. Tujuannya adalah memberikan sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspekaspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, atau lainnya kepada peneliti.
Pengujian hipotesis(hypothesis testing) : dilakukan untuk menguji apakah pernyataan jika
maka yang dihasilkan dari kerangka teoritis benar adanya ketika dihadapkan pada penyelidikan yang ketat. Jenis Investigasi Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kausal (causal study) atau korelasional (correlational) (correlational) untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Studi di mana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih leb ih masalah disebut studi kausal (causal study) dan jika peneliti berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi korelasional (correlational study).
Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi. Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai keterkaitan langsung dengan pilihan studi yang dilakukan, kausal atau korelasional. Situasi Studi Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam situasi tidak diatur) atau dalam keadaan artifisial dan diatur. Studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yang k etat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur. Unit Analisis : Individual, Pasangan, Kelompok, Organisasi, Kebudayaan Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya. Jika misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana meningkatkan
tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisadilakukan untuk meningkatkan motivasi mereka maka ini yang disebut individu(individual. Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, mak abeberapa kelompok yang terdiri dari dua orang atau dikenal sebagai pasangan (dyads) menjadi unit analisis. Tetapi jika pernyataan masalah berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat kelompok (groups). Bila kita membandingkan departemen yang berbeda dalam organisasi, maka analisis data akan dilakukan ada tingkat departemen. Jika kita ingin mempelajari perbedaan budaya antar bangsa, kita harus mengumpulkan data dari berbagai negara dan mempelajari pola budaya yang berlaku dalam setiap negara.
Horison Waktu (Study Cross-Sectional dan Study Longitudynal): Study one-shot atau
cross-sectional merupakan studi yang dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Tetapi jikapeneliti ingin mempelajari orang atau fenomena pada lebih dari satu batas waktudalam rangka menjawab pertanyaan penelitian disebut study longitudinal. Tinjauan Unsur-unsur Desain Penelitian Bagian ini menyimpulkan pembahasan mengenai isu desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi peneliti, keadaan study, unitanalisis, dan horizon waktu. Desain penelitian yang ketat yang mungkin menuntut biaya lebih tingi adalah perlu jika hasil studi sangat penting untukmembuatkeputusan penting untuk mempengaruhi kelangsungan organisasi. Implikasi Manajerial Manajer berada dalam posisi untuk menimbang kepentingan masalah yang dialamidan memutuskan jenis desain seperti apa yang dapat memberikan hasil yang bias diterima dalam cara yang efisien.
Bab 7 Desain Eksprerimen Desain eksperimen dibadi dalam dua kategori: 1. Eksperimen Lab, yaitu eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan buatan. 2. Eksperimen Lapangan, yakni eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami. Eksperimen Lab Ciri utama eksperimen lab adalah penggunaan kontrol dan manipulasi. Hal ini muncul karena di dalam lab, ada kontrol dan manipulasi yang bisa dilakukan agar pengaruh kausal yang sebenarnya dari variabel bebas yang diteliti terhadap v ariabel terikat dapat ditentukan. Kontrol Yang dimaksudkan dengan kontrol di sini adalah mengontrol dalam pengertian menambah atau menghilangkan faktor pencemar (contaminating factor) dari suatu penelitian. Manipulasi Variabel Bebas Dalam rangka menguji pengaruh kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, diperlukan manipulasi tertentu. Secara sederhana, manipulasi di sini diartikan sebagai membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat.
Manipulasi Variabel Bebas juga disebut perlakuan (treatment) dan hasil perlakuan disebut pengaruh perlakuan (treatment effect). Mengontrol Variabel ”Pengganggu” yang Mencemari Memadankan Kelompok Salah satu cara mengontrol variabel ”pengganggu” (nuisance) atau yang mencemari adalah dengan memadankan atau menjodohkan berbagai kelompok dengan memilih karakteristik yang mengacaukan dan secara sengajamenyebarkannya ke semua kelompok. Randomisasi Cara lain untuk mengacaukan variabel pencemar adalah menempatkan 60 anggota secara acak (tanpa penentuan sebelumnya) ke dalam empat kelompok. Setiap anggota mempunyai peluang yang sama dan diketahui untuk masuk ke dalam salah satu kelompok tersebut. Manfaat Randomisasi Dibandingkan randomisasi, pemadanan mungkin kurang efektif, sebab kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan sebab-akibat dalam situasi yang dihadapi, sehingga gagal memadankan beberapa faktor penting di seluruh kelompok. Randomisasi akan menyelesaikan hal itu karena semua faktor pencemar disebarkan ke semua kelompok. Validitas Internal Validitas Internal mengacu pada keyakinan kita terhadap hubungan sebab-akibat. Menurut Kidder dan Judd (1986), dalam penelitian dengan Validitas Internal tinggi, kita relatif lebih bisa membuktikan bahwa hubungan adalah kausal, sedangkan dalam studi dengan Validitas Internal rendah, kausalitas sama sekali tidak dapat disimpulkan. Validitas Internal dalam Eksperimen Lab tinggi, karena merupakan lingkungan buatan/terkontrol. Validitas Eksternal atau Eksperimen Lab yang Dapat Digeneralisasi Sampai tingkat apa hasil temuan eksperimen lab dapat digunakan di organisasi/lapangan? Bukankah dalam organisasi, banyak sekali variabel pengganggu yang tidak dapat dikontrol sebagaimana situasi di lab? Eksperimen Lapangan Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan di lingkungan alami, tempat dilakukan pekerjaan sehari-hari. Dalam eksperimen lapangan, meski mustahil mengontrol semua variabel pengganggu, perlakuan tetap bisa dimanipulasi. Artinya kelompok kontrol masih bisa diatur. Validitas Eksternal Vs Validitas Internal Validitas ekstrenal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi, orang atau peristiwa lain. Sedangkan validitas internal merujuk pada tingkat keyakinan kita tentang pengaruh kausal, yaitu bahwa variabel X menyebabkan variabel Y). Trade-Off Antara Validitas Internal dan Eksternal Terdapat trade-off atau tarik-ulur antara validitas internal dan eksternal. Jika kita ingin validitas internal tinggi, kita sebaiknya bersedia menentukan validitas eksternal yang rendah. Demikian juga sebaliknya. Untuk memastikan kedua validitas, peneliti biasanya pertama-tama mencoba menguji hubungan kausal dalam eksperimen lab yang dikontrol secara ketat. Setelah hubungan bisa dibuktikan, baru diuji dalam eksperimen lapangan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal Faktor yang dimaksud di sini adalah sejumlah faktor pencemar yang masih ada yang bisa memberikan penjelasan berbeda mengenai apa yang menyebabkan variabel terikat. Faktor pencemar yang mungkin ada ini merupakan ancaman terhadap validitas internal. Terdapat 7 ancaman utama validitas internal:
1. Pengaruh Sejarah: Peningkatan penjualan terjadi belum tentu karena promosi penjualan yang dilakukan. Karena di saat yang sama yang tidak diduga, ada iklan petani susu tentang manfaat susu. 2. Pengaruh Maturasi: Kesimpulan kausal juga bisa dipengaruhi perjalanan waktu, suatu variabel yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut disebut pengaruh maturasi
3. 4.
5. 6.
7.
atau maturation effect. pengaruh maturasi merupakan fungsi dari: Proses-biologis dan psikologis -yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Pengaruh Pengujian: Jenis kepekaan melalui pengujian. Pengaruh Instrumentasi: Hal ini bisa muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates dan pascates, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya (Cook & Cambell, 1970a). Pengaruh Bias Seleksi: Ancaman pada validitas internal juga bisa terjadi karena seleksi subyek yang tidak tepat untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Pengaruh Regresi Statistik: Pengaruh jenis ini muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. Pengaruh Mortalitas: Yakni pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol atau keduanya saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok terus berubah, perbandingan antara kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.
Validitas Internal Dalam Studi Kasus Jika terdapat beberapa ancaman terhadap validitas internal, bahkan dalam eksperimen lab yang dikontrol dengan ketat, maka menjadi sangat jelas mengapa kita tidak dapat menarik kesimpulan mengenai hubungan kausal dari studi kasus yang menguraikan peristiwa yang terjadi dalam rentang waktu tertentu. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas Eksternal
1. Temuan pada eksperimen lab tidak bisa digeneralisasi pada organisasi di dunia nyata. 2. Seleksi subjek. Misalnya, dalam situasi lab, jenis subjek yang dipilih untuk eksperimen bisa sangat berbeda dengan jenis karyawan yang direkrut dalam organisasi.
-
Validitas Eksternal yang maksimal bisa diperoleh dengan memasikan bahwa, sedapat mungkin, kondisi eksperimen lab sedekat mungkin dengan dunia nyata. Tinjuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal dan Eksternal Meski terdapat tujuh faktor pencemar yang dapat mempengaruhi validitas internal, bias dapat dikurangi, misalnya dengan meningkatkan kecanggihan eksperimen. Ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen yang sedekat mungkin dengan situasi nyata, di mana hasil eksperimen akan digeneralisasi. Jenis Desain Eksperimen dan Validitas Internal 1. Desain Eksperimen Semu (quasi-experimental design): Perlakuan kepada sebuah kelompok eksperimen dan mengukur pengaruhnya. Desain ini merupakan yang terlemah di antara semua desain, desain ini tidak mengukur hubungan kausal yang sebenarnya.
-
-
Dua desain eksperimental semu: Prates dan Pascates Desain Kelompok Eksperimen: Pada suatu kelompok eksperimen, kita melakukan prates, melakukan perlakuan, lalu melakukan pascates untuk mengukur pengaruh perlakuan. Namun perhatikan bahwa pengaruh pengujian dan instrumentasi dalam mencemari validitas internal. Jika eksperimen dilakukan selama periode waktu, pengaruh sejarah dan maturasi juga bisa mengacaukan hasil. Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hanya dengan Pascates: Ada kelo mpok eksperimend an kontrol. Yang satu diberi perlakuan, yang lain tidak, lalu penagruh perlakuan dipelajari. Dalam hal ini, terdapat setidaknya dua kemungkinan ancaman terhadap validitas dalam design ini: Jika kedua kelompok tidak cocok atau tidak ditempatkan secara acak, bias seleksi (selection biases) dapat mencemari hasil. Lalu mortalitas (keluarnya individu ) dari kelompok juga bisa mempengaruhi hasil.
2. Desain Eksperimen Murni: Meliputi perlakuan, kelompok kontrol dan merekam informasi sebelum dan sesudah eksperimen diberi perlakuan, disebut sebagai desain eksperimen ex post facto (ex post facto experimenat designs). -
Prates dan Pascates Desaign kelompok Eksperimen dan Kontrol: Kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) sama-sama mengalami prates dan pascates. Namun kelompok pertama diberi perlakuan, yang lain tidak. Sekali lagi, mortalitas bisa menjadi masalah dalam design ini. 3. Design Empat Kelompok Solomon: Unjtuk memperoleh validitas internal yang lebih tinggi dalam desin eksperimen, disarankan untuk merencanakan dua kelompok eksperimen dan dua kelompok kontrol untuk eksperimen. Satu kelompok k ontrol dan satu kelompok eksperimen bisa mendapat prates. Sedangkan dua kelompok lainnya mendapat pascates. Desain ini dikenal dengan nama Desain Empat kelompok Solomon atau Solomon Four-Group Design), yang mungkin merupakan yang paling komprehensif dan paling sedikit mempunyai masalah validitas internal. No 1 2 3 4
Jenis Desain Eksperimen
Ancaman utama pada Validitas Internal Prates dan pascates dengan hanya satu (1) kelompok Pengjian, Sejarah dan eksperimen maturasi Pascates dengan hanya satu (1) kelompok eksperimen Maturasi dan satu kelompok kontrol Prates dan pascates dengan satu (1) kelompok Mortalitas eksperimen dan satu kelompok kontrol Desain empat kelompok solomon Mortalitas
Studi Buta Berganda Studi buta diperlukan jika ketaatan ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen. Misalnya penemuan obat baru yang berdampak pada kehidupan manusia. Studi buta untuk menghindari bias yang mungkin timbul. Karena subjek dan peneliti tidak mengetahui yang sebenarnya, studi itu disebut studi buta berganda (double blind studies). Desain Ex Post Facto Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalui apa yang disebut desain es post facto. Di sini tidak ada manipulasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan, namun subjek yang telah diberi stimulus dan mereka yang tidak diberi dipelajari. Simulasi Simulasi adalah alternatif eksperimen lab dan lapangan yang saat ini dipergunakan dalam penelitian bisnis. Simulasi yang menggunakan teknik membangun model untuk menentukan pengaruh perubahan dan simulasi berbasis komputer menjadi populer dalam penelitian bisnis. Simulasi dibuat sedemikian rupa sehingga situasi yang diciptakan mirip dengan kondisi sebenarnya. Hubungan kausal bisa diuji karena manipulasi da n kontrol adalah mungkin dalam simulasi. Dua jenis simulasi dapat dilakukan:
1. Simulasi Eksperimen : Sifat dan waktu simulasi ditentukan sepenuhnya oleh peneliti. 2. Simulasi bebas : Rangkaian aktivitas setidaknya setengah diatur oleh reaksi peserta pada beragam stimulus saat mereka berinteraksi satu sama lain. Looking Glass, adalah simulasi bebas yang diuciptakan Lombardo, McCall dan DeVries (1983) untuk mempelajari gaya kepemimpinan, cukup populer dalam bidang manajemen.
-
Isu Etis Dalam penelitian Desain Eksperimen Praktis berikut dianggap tidak etis: Mendesak orang ikut serta dalam eksperimen atau menggunakan tekanan sosial. Merendahkan subjek Menipu subjek terkait tujuan penelitian
-
Menimbulkan stres fisik/mental kepada subjek Dll Implikasi Manajerial Sebelum menggunakan desain eksperimen dalam studi penelitian, penting untuk mempertimbangkan apakah hal tersebut perlu dan sampai pada tingkat apa. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab:
1. Apakah benar-benar diperlukan untuk mengidentifikasi hubungan kausal, atau cukup jikia korelasi yang berlaku antara varias dalam variabel diketahui? 2. Jika penting untuk mengetahui bahwa hubungan kausal penting, mana yang lebih diperlukan, validitas internal atau eksternal atau keduanya? 3. Apakah biaya faktor penting dalam studi? Jika ya, bisakah desain eksperimen yang kurang canggih mencapai tujuan?