BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan
masyarakat Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi protein hewani,
yang telah diketahui secara luas memiliki kandungan asam amino esensial
dengan komposisi seimbang. Upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi
masyarakat berarti juga harus meningkatkan produksi bahan pangan asal
ternak. Pada akhirnya, hal tersebut berarti upaya peningkatan produksi
ternak.
Dalam kaitannya dengan rantai makanan makhluk hidup, fungsi ternak
sebagai sumber pangan adalah mengubah bahan-bahan mentah menjadi produk
yang lebih sempurna dan langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dedaunan,
rerumputan, dan limbah industri pertanian hanya sedikit yang dapat
digunakan langsung oleh manusia, tetapi bila sudah diubah oleh ternak, akan
menjadi daging dan susu.
Produk utama peternakan sapi potong adalah daging, baik berupa anak-
anak sapi yang dilahirkan maupun sapi hasil pembesaran dan penggemukan.
Tinggi rendahnya produktivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor genetis
ternak itu sendiri dan faktor lingkungan.
Faktor genetis yang diturunkan oleh tetuanya pejantan dan induknya.
Apabila mutu genetis dari kedua tetuanya tinggi maka dapat diharapkan
keturunannya juga bermutu genetis tinggi. Oleh karena itu, seleksi terhadap
tetua yang bermutu genetis tinggi merupakan hal yang penting. Di lain
pihak, meskipun mutu genetis ternak yang dipelihara tinggi, tetapi jika
lingkungannya tidak mendukung maka tidak akan diperoleh tingkat produksi
yang optimal. Faktor ini meliputi iklim, penyakit dan manjemen (penanganan)
terhadap ternak itu sendiri. Keduanya (faktor genetis dan lingkungan) harus
diperhatikan dengan sungguh agar diperoleh keuntungan yang optimal dalam
peternakan sapi potong (Rianto dan Purbowati, 2010).
Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih masih tetap
menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar akan daging sapi masih terus
memperlihatkan adanya peningkatan. Selain di pasar domestik, permintaan
daging sapi dipasar luar negeri juga cukup tinggi. Indonesia merupakan
salah satu negara pengekspor daging sapi ke Malasyia. Dari tahun ke tahun,
konsumsi daging sapi di sana cenderung meningkat karena bergesernya tradisi
mengonsumsi daging kambing ke daging sapi atau kerbau pada saat perhelatan
keluarga dan perayaan hari hari besar lainnya.
Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 230 juta jiwa juga membutuhkan
pasokan daging sapi dalam jumlah besar. Sejauh ini, peternakan domestik
belum mampu memenuhi permintaan daging dalam negeri. Timpangnya antara
pasokan dan permintaan ternyata masih tinggi. Tidak mengherankan jika
lembaga yang memiliki otoritas tertinggi dalam hal pertanian termasuk
peternakan. Departemen Pertanian mengakui masalah utama usaha sapi potong
di Indonesia terletak pada suplai yang selalu mengalami kekurangan setiap
tahunnya. Sementara laju pertunbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk
tidak mampu diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong. Pada
gilirannya, kondisi seperti ini memaksa Indonesia untuk selalu melakuan
impor, baik dalam bentuk sapi maupun dalam bentuk daging dan jeroan sapi.
Menurut data Badan Ketahanan Pangan, dilihat dari ketersediaan daging
sapi secara nasional, produksi bulan Agustus 2013 mencapai 36,77 ribu ton
sedangkan kebutuhan daging sapi nasional 45,3 ribu ton, sehingga
diperkirakan defisit 8,5 ribu ton, berdasarkan hal tersebut dan untuk
menambah pasokan daging sapi dalam negeri pada periode lebaran telah
dilakukan impor daging sapi (Anonim, 2013) .
Produktivitas tenak terutama pada masa pertumbuhan, dan kemampuan
produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%).
Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, tekhnik
pemeliharaan, kesehatan dan iklim. Diantara faktor lingkungan tersebut,
pakan mempunyai pengaruh yang paling besar (60%). Besarnya pengaruh pakan
ini membuktikan bahwa produksinya ternak yang tinggi tidak bisa tercapai
tanpa adanya pemberian pakan yang memenuhi persyaratan kualitas dan
kuantitas. Pengetahuan tentang jenis dan nilai nutrisi pakan diperlukan
dalam rangka memberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahwa
dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada
manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai
dengan jenis, umur, bobot badan dan keadaan lingkungan dan kondisi
fisiologis ternak. Pakan harus mengandung nutrient yang dibutuhkan oleh
tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah seimbang. Nutrient yang dibutuhkan
ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur
anorganik serta mineral (Susanto, 2013).
Loka penelitian sapi potong adalah salah satu unit pelaksana tekhnis
(UPT) Pusat penelitian dan Pengembangan peternakan , Badan penelitian dan
pengembangan pertanian (Departemen pertanian) yang memiliki peran dalam
mendukung pembangunan peternakan melalui inovasi tekhnologi dalam
peternakan sapi potong, maka sangat perlu kiranya saya untuk melakukan
Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk mempelajari manajemen pakan sapi potong di
Loka Penelitian Sapi Potong Grati Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas merumuskan, bagaimana manajemen
pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong di Grati, Kabupaten
Pasuruan Jawa Timur.
3. Batasan masalah
Batasan masalah dari laporan praktek kerja lapang ini meliputi :
A. Perencanaan manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong
Grati Pasuruan Jawa Timur.
1. Bahan baku hijauan dan konsentrat yang digunakan.
2. Kebutuhan nutrisi sapi potong .
B. Pengorganisasian manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi
Potong Grati Pasuruan Jawa Timur.
1. Tinjauan umum organisasi
2. Struktur organisasi
3. Fungsi organisasi
C. Pelaksanaan manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong
Grati Pasuruan Jawa Timur.
1. Formulasi ransum pada periode pembibitan dan pembesaran.
2. Prosedur meramu pakan.
3. Metode pemberian pakan pada ternak sapi.
D. Pengawasan manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong
Grati Pasuruan Jawa Timur.
1. Prosedur Pengawasan
a. Prosedur pengawasan bahan baku pada hijauan dan konsentrat.
b. Prosedur pengawasan formulasi ransum.
c. Prosedur pengawasan kualitas ransum pakan.
d. Prosedur pengawasan hasil produksi pakan.
2. Tindak lanjut hasil pengawasan apabila ada penyimpangan prosedur
pelaksanaan manajemen pakan.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKL ini adalah untuk
mempelajari manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong di
Grati, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin di peroleh dari penulisan ini adalah:
1. Bagi mahasiswa selaku PKL.
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait manajemen pakan yang
selama ini hanya di lakukan oleh mahasiswa dalam bentuk kajian secara
teoritis.
2. Bagi Loka Penelitian Sapi Potong.
Sebagai bentuk pengabdian terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa atau pelajar.
3. Bagi Fakultas Peternakan UNISLA.
Sebagai kontrol terhadap mahasiswa terkait pengembangan ilmu untuk
mahasiswa tersebut.
4. Bagi Pemerintah.
Sebagai pendukung program pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral
Peternakan dalam Program Percepatan Swasembada Daging Sapi 2014
(P2SDS).
BAB II
DASAR TEORI
1. Sapi
1. Definisi Sapi
Sapi adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia
Bovinae. Ternak sapi, khususnya Sapi potong merupakan salah sumber daya
penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di
dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak bisa menghasilkan
berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging,
disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang
(Sudarmono dan Sugeng 2009).
Dalam sistematika (taksonomi) hewan, kedudukan sapi diklasifikasikan
sebagai berikut (Setiadi dkk, 2012) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Subkelas : Eutharia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Sub famili : Bovinae
Genus : Bos
Spesies : B. Primigenius
Subspesies : B. p. taurus
B. p. indicus
B. p. Javanicus
2. Jenis – jenis Sapi
Berdasarkan jenis sapi yang ada di Indonesia, ada tiga sumber sapi
yang bisa dijadikan bakalan untk digunakan pada usaha penggemukan : sapi
lokal, sapi murni impor dan sapi sapi hasil silangan (Siregar, 2011).
1. Sapi Lokal
Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Ongole, Sapi Peranakan Ongole, Sapi Aceh,
Sapi Jantan FH.
2. Sapi Murni Impor
Sapi hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Arberdeen Angus, Sapi Charolais,
Sapi Brahman.
3. Sapi Hasil Persilangan
Sapi Santa Gertrudis, Sapi Beefmaster, Sapi Brangus, Sapi Charbray.
3. Performance Sapi
1. Sapi lokal
a. Sapi Bali
Sapi Bali mempunyai ciri khas bulu berwarna merah pada jantan dan akan
menjadi hitam ketika dewasa, dari lutut ke tangkai bawah berwarna putih
seperti memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna putih membentuk
setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, serta terdapa garis belut
warna hitam di punggung betina. Sapi bali memiliki kepala pendek dan dahi
datar. Sapi bali jantan memiliki tanduk panjang dan besar yang tumbuh
kesamping belakang. Sebaliknya sapi betina memiliki tanduk yang lebih
pendek dan kecil.
b. Sapi Madura
Sapi Madura mempunyai karakteristik sangat seragam yaitu bentuk tubuhnya
kecil dengan kaki pendek dan kuat. Tubuhnya berwarna merah bata agak
kekuningan. Bagian perut dan paha bagian dalam berwarna putih dengan
peralihan warna yang kurang jelas. Sapi ini memiliki bentuk tanduk yang
khas dan jantannya bergumba.
c. Sapi Ongole
Sapi Ongole mempunyai ciri khas diantaranya kulit berwarna putih dan
sedikit keabuan, di bagian rahang hingga dada tedapat gelambir tetapi
tidak terlipat seperti gelambir sapi brahman, badan besar dan panjang,
memiliki punuk dan sorotan mata teduh, serta bulu disekitar mata, moncong
dan ujung ekor berwarna hitam. Sapi ini memiliki telinga yang lebar dan
tubuh tegak.
d. Sapi peranakan ongole
Sapi Peranakan Ongole merupakan hasil persilangan dari sapi ongole dengan
bulu berwarna putih atau abu-abu, tetapi ukuran tubuh dan punuknya lebih
kecil dibandingkan sapi ongole. Gelambirnya juga kelihatan lebih kecil
atau sangat sedikit. Jika dipelihara dengan baik, sapi PO memiliki bobot
badan 200-350 kg/ekor dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 kg/hari.
e. Sapi aceh
Sapi aceh juga merupakan turunan dari grading up sapi ongole dengan sapi
tempat. Pada umumnya, sapi aceh mempunyai pola dasar warna bulu cokelat
merah dan warna menjangan. Umumnya sapi aceh berpunuk dan bertanduk.
Bobot badan sapi jantan berumur 3-4 tahun sekitar 300-400 kg, sedangkan
pada sapi betina pada umur yang sama bobotnya sekitar 200-300 kg.
f. Sapi jantan FH
Sapi jantan FH memiliki ciri khas warna belang hitam putih dengan bercak
segitiga putih dibagian dahinya. Sapi FH tidak berpunuk. Sapi ini
memiliki pertambahan bobot badan yang tinggi mencapai 1,1 kg/hari.
g. Sapi limousin
Sapi mempunyai tubuh besar, panjang, kompak dan padat. Tubuh berwarna
coklat muda, kuning hingga kelabu. Pertumbuhan badannya sangat cepat
dengan bobot badan jantan dewasa bisa lebih dari 1.000 kg. Sapi ini
sangat terkenal dan disukai masyarakat.
2. Sapi impor
a. Sapi hereford
Sapi hereford mudah dikenali karena fisiknya yang cukup mencolok. Warna
tubuhnya merah dan mukanya berwarna putih. Warna putih juga berada pada
dada, sisi badan, perut bawahserta keempat kaki dari batas lutut, bahu
dan ekor. Postur tubuhnya rendah tapi tegap. Urat dagingnya padat. Bobot
jantan dewasa bisa mencapai 850 kg, sedangkan betina sekitar 650 kg.
b. Sapi shorthorn
Sapi shorthorn memiliki bentuk tubuh besar persegi dan kompak. Warna bulu
bervariasi dari merah ke putih dan kombinasi warna merah dan putih atau
kelabu.
c. Sapi arbedeen angus
Sapi angus berasal dari daerah Skotlandia Utara. Sapi ini memiliki
pertumbuhan badan yang cepat dengan bobot dewasa lebih dari 900 kg/ekor.
Sapi ini mudah beradaptasi dengan kondisi pakan dan lingkungan tropis.
d. Sapi charolais
Sapi charolais berasal dari prancis dan merupakan salah satu jenis sapi
pedaging yang terkenal dinegara mode tersebut. Warna tubuhnya krem muda
atau keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar.
e. Sapi brahman
Sapi brahman memiliki ciri-ciri punuk yang besar pada jantan tetapi kecil
pada betina. Ukuran tubunnya besar, panjang dengan kedalaman tubuh yang
sedang.
3. Jenis-jenis sapi hasil persilangan
a. Sapi santa getrudis
Sapi ini memiliki ciri-ciri bergelambir dan jantan berpunuk kecil.
Bulunya berwarna coklat kemerahan, pendek dan halus.
b. Sapi beefmaster
Sapi beefmaster pada postur tubuhnya dengan variasi warna coklat, coklat
kemerahan atau merah bercak putih.
c. Sapi brangus
Sapi brangus merupakan hasil persilangan dari sapi arbeeeden anggus
dengan sapi dengan sapi brahman.
d. Sapi charbray
Sapi charbray merupakan hasil persilangan dari sapi brahman dengan sapi
charolais. Warna bulunya krem agak putih dengan tanduk dan punuk kecil.
2.2 Manajemen
2.2.1 Definisi Manajemen
Manajemen (Swastha dan Sukotjo, 2002) adalah ilmu dan seni
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta
mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.2.2 Fungsi-fungsi manajemen
Menurut (Lestari, dkk, 2011) Fungsi-fungsi manajemen dibagi
menjadi lima :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi dalam manajemen. Perecanaan
adalah proses manajemen bertalian dengan usaha melihat kedepan,
menilai peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan
bersiap untuk menghadapinya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ke dalam komponen-
komponen yang dapat dikelola dan mengkoordinasikan hasil-hasil agar
tercapai tujuan-tujuan. Pengorganisasian ini bermanfaat, karena jelas
siapa yang menjalankan apa. Siapa bertanggung jawab atas siapa, arus
komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah cara pemimpin melakukan perintah atau instruksi pada
bawahan dan menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Pengarahan
dilakukan oleh penyelia dan meliputi hubungan sehari-hari antara
penyelia dengan bawahannya bertalian dengan pelatihan, pengarahan,
pengawasan, dan motivasi, disiplin dan penyesuaian rencana dengan
situasi.
4. Pengkoordinasian
Koordinasi merupakan proses peningkatan kegiatan khusus individhu dan
kelompok satu dengan yang lainnya dan menjamin tercapainya tujuan
bersama. Koordinasi bertalian dengan usaha mensinkronkan dan memadukan
kegiatan sekelompok orang. Kegiatan yang dikoordinasikan adalah
kegiatan yang harmonis, dirangkai satu dan disatupadukan mengarah pada
tujuan bersama.
5. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan, apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu
mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana semula.
2.3 Pakan
1. Definisi pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa pakan adalah
zat yang ada di alam dan dikonsumsi oleh hewan untuk kepentingan tubuhnya
yang berupa bahan pakan. Umumnya bahan pakan ternak terdiri dari dua macam
yaitu pakan berserat (roughages) dan pakan penguat (konsentrat). Yang
termasuk dalam bahan kelompok bahan pakan berserat adalah hijauan (rumput
alam, rumput budidaya, leguminosa dan tanaman lain) serta limbah pertanian
(jerami padi, daun/ jerami jagung, pucuk tebu, jerami kacang tanah, dan
lain-lain. Bahan pakan konsentrat terdiri dari biji-bijian, umbi-umbian,
bahan pakan asal hewan, dan limbah industri pertanian. Untuk melengkapi
kebutuhan ternak, biasanya diberi bahan pakan tambahan (feed additive),
berupa vitamin, mineral, antibiotika, hormon, enzim dan lain-lain.
2. Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa kebutuhan zat
pakan sapi tergantung pada berat, fase pertumbuhan/reproduksi, dan laju
pertumbuhan. Semua zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu
sama lain. Oleh karenanya tidak ekonomis bila memberikan sesuatu zat pakan
dalam jumlah yang berlebihan dibanding dengan zat pakan lainnya.
Energi dan protein merupakan zat pakan yang dibutuhkan paling banyak
sehingga paling banyak memerlukan biaya. Kebutuhan kedua zat pakan itu
harus terpenuhi. Namun demikian, sejumlah mineral dan vitamin juga harus
ditambahkan agar energi dan protein tersebut dapat digunakan secara
maksimal oleh sapi.
Untuk mendapatkan penampilan sapi yang optimum, dalam pemberian pakan
harus dimengerti terlebih dahulu kegunaan akan zat-zat pakan dan program
pemberian makanan yang paling murah.
1. Kebutuhan Air
Kebutuhan air dari sapi dipengaruhi oleh sejumlah kondisi fisiologis dan
lingkungan, meliputi laju pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas
fisik, tipe pakan, konsumsi bahan kering, konsumsi garam, dan temperatur
lingkungan. Kebutuhan minim sapi terhadap air adalah merupakan
pencerminan akan kebutuhan untuk pertumbuhan badan, pertumbuhan janin,
laktasi, dan sejumlah air yang hilang lewat eksresi lewat urine, faeces,
dan keringat atau evaporasi dari paru-paru atau kulit. Semuanya itu
berpengaruh terhadap kehilangan air yang pada gilirannya berpengaruh
terhadap kebutuhan air pada sapi. Kualitas air minum untuk ternak sapi
dipengaruhi oleh bebrapa hal, diantaranya salinitas, kandungan nitrat,
alkalinitas, kontaminasi zat-zat racun, bahan radioaktif, dan kontaminasi
pestisida.
2. Kebutuhan Energi
Kebutuhan akan energi merupakan yang pertama-tama harus dipenuhi dalam
ransum. Kebutuhan akan energi juga melebihi kebutuhan zat-zat pakan lain.
Apabila energi ransum tidak memenuhi kebutuhan maka kebutuhan itu akan
dipenuhi dengan membongkar timbunan lemak tubuh. Bila timbunan lemak
sudah habis maka kebutuhan tersbut akan dipenuhi dengan membongkar
protein.
3. Sumber Energi
Energi pada sapi didapat dari beberapa sumber, yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak.
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hydrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi didalam tubuh. Proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh sapi untuk
menjalankan berbagai fungsi penting bernafas, kontraksi jantung, dan
aktifitas lainya. Bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat untuk
pakan sapi adalah biji-bijian seperti jagung, gandum, dan jewawut.
Karbohidrat dibagi menjadi :
1) BETN (Bahan Energi Tanpa Energi).
2) Serat kasar (SK)
b. Lemak
Pada pakan sapi potong, biasanya lemak hanya sedikit saja ditemukan,
kecuali bila sengaja ditambahkan. Itupun tidak lebih dari 3-5% dari
ransum total.
4. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein biasanya dinyatakan dalam presentase protein total dan
protein dapat dicerna dalam ransum. Pada ransum berserat kasar tinggi,
kandungan protein dapat dicerna sekitar 60% dari protein total dan
sekitar 70% dari ransum berkonsentrat tinggi.
Dalam menyusun ransum sapi, hal yang dipentingkan adalah kuantitas
protein, bukan kualitasnya. Hal ini karena ruminansia dapat mengubah
protein berkualitas rendah menjadi protein berkualitas tinggi dengan
adanya mikroorganisme yang tedapat pada rumen. Meskipun demikian, pada
sapi yang memiliki produktivitas tinggi harus mendapat suplai protein
berkualitas tinggi dan tidak terdegradasi dalam rumen. Hal tersebut
karena protein mikroba yang terbentuk dalam rumen tidak dapat memenuhi
kebutuhan protein sapi yang bersangkutan. Kebutuhan nutrisi protein
ruminansia dapat pula dipenuhi dengan nitrogen bukan protein (NBP),
misalnya urea.
5. Kebutuhan Vitamin
Secara umum, vitamin merupakan zat yang diperlukan ternak agar dapat
hidup dan tumbuh secara normal, bukan sebagai penghasil energi maupun zat
pembangun. Vitamin juga berperan dalam transformasi energi dan pengaturan
metabolisme tubuh. Pada asalnya, kebutuhan vitamin relatif kecil
dibandingkan dengan kebutuhan karbohidrat, lemak, dan protein. Namun,
kekurangan vitamin dapat menimbulkan akibat yang parah.
Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan sapi untuk menunjang pertumbuhanya
antara lain :
a. Vitamin A
- Fungsi Vitamin A untuk kesehatan kulit, mulut, mata, perut, dan
saluran genital. Vitamin A banyak terdapat dalam hijauan segar.
- Kekurangan vitamin A menyebabkan radang mata, otot sukar dikendalikan,
dan langkah menjadi goyang.
- Kelebihan vitamin A akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh sebagai
persediaan kalau mengalami kekurangan vitamin ini, jika kelebihannya
tinggi akan menyebabkan keracunan dengan gejala keluar lender
berlebihan, nafsu makan berkurang, bulu rontok, dan bengkak pada anus.
b. Vitamin D
- Fungsi Vitamin D membantu dalam proses metabolisme kalsium dan fosfor
serta berpengaruh langsung pada pembentukan tulang.
- Kekurangan Vitamin D mengakibatkan terjadinya penyakit tulang,
kelahiran tidak sempurna, dan menurunya fertilitas. Selain itu,
menimbulkan gejala nafsu makan berkurang, napas memburu, lemah, dan
muncul kejang.
c. Vitamin E
- Fungsi Vitamin E sebagai anti oksidan fisiologis pada sapi. Dalam
keadaan normal, ransum keseharian sapi sudah mengandung Vitamin E
yang cukup.
d. Vitamin K
- Berperan dalam mekanisme pengumpulan darah.
- Kekurangan Vitamin K berakibat sulitnya berhenti pendarahan. Dalam
keadaan normal, vitamin K dapat disintesis mikroflora rumen sapi.
- Sumber vitamin K hijauan segar, buah-buah, dan akar.
6. Kebutuhan Mineral
Sapi membutuhkan mineral untuk menunjang pertumbuhan karena perannya
dalam berbagai enzim dan reaksi kimia dalam jaringan tubuh. Mineral juga
sangat berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Mineral ada yang
dibutuhkan dalam jumlah relatif besar, atau disebut major mineral,
seperti Ca, P, Na, CI. Mg dan K. ada juga mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah relative kecil atau trace mineral contohnya I, Co, Mn, S, Cu, Fe,
Se, dan F.
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong Jantan
"Bobot "PBBH "Kebutuhan Nutrisi "
"Badan "kg/hari " "
"(kg) " " "
" " "Vitamin "TDN "Protein "Kalsium "Fosfor "
" " "(1.0000IU"(kg) "Kasar "(g) "(g) "
" " ") " " " " "
" "0,75 "6 "1,9 "448 "20 "11 "
" "1,00 "8 "2,2 "541 "25 "15 "
"150 "0,50 "9 "2,6 "474 "16 "13 "
" "0,75 "9 "2,6 "589 "21 "16 "
" "1,00 "9 "3,0 "607 "27 "12 "
"200 "0,50 "12 "2,8 "554 "16 "12 "
" "0,75 "13 "3,2 "622 "21 "15 "
" "1,00 "13 "3,7 "690 "27 "16 "
" "1,10 "13 "3,9 "714 "30 "18 "
"250 "0,50 "13 "3,2 "623 "16 "14 "
" "0,75 "14 "3,8 "693 "21 "16 "
" "1,00 "14 "4,3 "760 "28 "17 "
" "1,10 "14 "4,6 "782 "30 "19 "
"300 "0,50 "13 "3,7 "679 "19 "14 "
" "0,75 "15 "4,3 "753 "23 "18 "
" "1,00 "16 "5,0 "819 "28 "21 "
" "1,10 "16 "5,3 "847 "30 "22 "
"350 "0,50 "18 "4,1 "731 "20 "16 "
" "0,75 "18 "4,8 "806 "25 "18 "
" "1,00 "18 "5,6 "874 "30 "21 "
" "1,10 "18 "5.9 "899 "32 "23 "
" "1,20 "18 "6.2 "923 "32 "24 "
"400 "0,50 "17 "4,6 "772 "21 "18 "
" "0,75 "18 "5,4 "875 "26 "21 "
" "1,00 "19 "6,2 "913 "31 "24 "
" "1,10 "19 "6.6 "942 "32 "25 "
" "1,20 "19 "7.0 "967 "33 "25 "
" "1,30 "19 "7,2 "988 "33 "26 "
"450 "0,50 "17 "5 "805 "22 "20 "
" "0,75 "19 "5,9 "911 "26 "23 "
" "1,00 "20 "6,8 "952 "29 "26 "
" "1,10 "20 "7.2 "975 "30 "27 "
" "1,20 "20 "7.6 "998 "31 "28 "
" "1,30 "20 "7,9 "1018 "32 "29 "
Sumber: Siregar (2011).
Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong Betina.
"Bobot "PBBH "Kebutuhan Nutrisi "
"Badan "kg/hari " "
"(kg) " " "
" " "Vitamin "TDN "Protein "Kalsium "Fosfor "
" " "(1.0000IU"(kg) "Kasar "(g) "(g) "
" " ") " " " " "
" "0,75 "6 "2 "460 "20 "14 "
" "1,00 "7 "2,3 "527 "26 "18 "
"150 "0,50 "9 "2,3 "513 "14 "12 "
" "0,75 "9 "2,7 "552 "19 "15 "
" "1,00 "9 "3,1 "623 "25 "18 "
"200 "0,50 "13 "2,8 "577 "14 "13 "
" "0,75 "13 "3,3 "639 "19 "16 "
" "1,00 "15 "3,8 "707 "23 "8 "
"250 "0,50 "14 "3,3 "564 "13 "13 "
" "0,75 "14 "3,9 "644 "18 "15 "
" "1,00 "14 "4,5 "724 "23 "18 "
" "1,10 "14 "4,8 "757 "25 "20 "
"300 "0,50 "16 "3,8 "604 "14 "14 "
" "0,75 "16 "4,5 "717 "17 "15 "
" "1,00 "16 "5,2 "764 "21 "18 "
" "1,10 "16 "6,1 "797 "24 "20 "
"350 "0,50 "18 "4,3 "637 "15 "15 "
" "0,75 "18 "5,0 "717 "15 "15 "
" "1,00 "18 "5,8 "797 "18 "18 "
" "1,10 "18 "6.1 "829 "20 "19 "
" "1,20 "18 "6.4 "860 "21 "20 "
"400 "0,50 "19 "4,7 "657 "15 "15 "
" "0,75 "19 "5,6 "379 "16 "16 "
" "1,00 "19 "6,5 "819 "18 "18 "
" "1,10 "19 "6.8 "850 "19 "19 "
" "1,20 "19 "7.0 "883 "20 "19 "
Sumber: Siregar, (2011).
3. Nutrisi Pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa dalam memilih
bahan pakan ternak, perlu diperhatikan nilai gizi (nilai nutrisi) bahan
pakan tersebut. Nilai gizi adalah zat-zat kimia yang terdapat dalam pakan
yang berguna untuk kelangsungan hidup ternak, meliputi air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral. Secara kimiawi nilai gizi bahan pakan
dapat diketahui melalui analisis proksimat.
1. Air
Kadar air dalam dalam bahan pakan ternak sangat bervariasi. Pakan hijauan
mengandung air 75-90%, sedangkan bahan pakan kering mengandung kadar air
sekitar 10%. Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan.
2. Bahan kering
Bahan kering adalah komponen bahan pakan ternak yang sudah tidak
mengandung air.
3. Abu
Abu merupakan zat pakan anorganik. Abu mengandung unsur mineral yang
dibutuhkan oleh ternak, misalnya Ca, K, Na, Mg, Fe, P dan Cl.
4. Protein
Protein dari bahan pakan asal tanaman terdapat pada bagian utama dari
jaringan-jaringan yang aktif. Daun lebih banyak protein daripada
tangkainya. Tanaman leguminosa lebih banyak mengandung protein daripada
rumput. Pada waktu tanaman menjadi tua, kadar protein dalam biji lebih
banyak daripada bagian lainnya. Pada bahan pakan asal hewan, protein
merupakan zat pakan terbesar (75-80% dari bahan kering),
5. Lemak
Lemak merupakan zat pakan sumber energi (2,25 kali karbohidrat) dan
sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Kadar lemak dapat diketahui jika
bahan ektrak dilarutkan dengan ether, tetapi zat-zat selain juga ada yang
ikut larut dalam ether sehingga lebih tepat disebut lemak kasar (LK).
6. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi sumber energi dan sumber vitamin yang larut
dalam air. Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari bahan pakan asal
tanaman. Dalam analisis proksimat, yang termasuk kabohidrat adalah bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan serat kasar (SK).
4. Pembagian Bahan Pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa bahan pakan
dikelompokkan menurut beberapa kriteria. Beberapa sumber menyebutkan bahwa
bahan pakan dikelompokkan berdasarkan kelompok internasional dan
penggolongan berdasarkan komponen dalam bahan pakan tersebut .
1. Berdasarkan kelas internasional.
a. Hijauan kering dan jerami
b. Hijauan segar
c. Silase
d. Sumber energi
e. Sumber protein
f. Sumber mineral
g. Sumber vitamin
h. Additives
2. Berdasarkan komposisinya
a. Pakan kering udara
Pakan ini memiliki berat kering lebih dari 80%. Adapun pakan kering udara
sebagai berikut.
Pakan sumber mineral
Pakan kasar
Konsentart
b. Pakan basah
Pakan basah mengandung bahan kering kurang dari 80%. Adapun jenisnya
sebagai berikut.
Butir-butiran
Molases
Hay lages
Silase
Hijauan segar
By product
Umbi-umbian
Susu segar
5. Formulasi Ransum
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa tinggi
rendahnya produktivitas ternak antara lain ditentukan oleh kuantitas dan
kualitas pakan yang dikonsumsinya.
a. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.
Dalam penyusunan ransum, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
konsumsi bahan kering dan kebutuhan nutrisi yang meliputi energi,
protein, vitamin, dan mineral. Konsumsi bahan kering oleh ternak
tergantung pada faktor ternak, pakan, dan lingkungan. Faktor ternak yang
mempengaruhi konsumsi pakan meliputi jenis ternak, ukuran tubuh, dan
status fisiologis ternak. Faktor pakan meliputi palatabilitas, tekstur,
kepadatan energi, bulkines, dan kecernaan. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering adalah suhu dan kelembapan.
b. Langkah-langkah menyusun ransum.
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam penyusunan ransum sebagai
berikut :
Amati kondisi ternak, apakah dalam keadaan pertumbuhan, produksi,
atau kerja.
Persiapkan tabel kebutuhan nutrisi bagi ternak.
Persiapkan tabel komposisi nutrisi bahan pakan.
Putuskan bahan pakan yang akan digunakan sebagai ransum.
Formulasikan komposisi bahan pakan yang akan diberikan sebagai
ransum pada ternak.
Apabila komposisi ransum sudah tersusun, hal-hal berikut perlu
diperiksa kembali.
1. Apakah ada nutrient yang defisien ?
2. Apakah ada zat nutrient yang berlebihan ?
3. Apakah ransum tersebut palatable ?
4. Apakah ransum tersebut ekonomis ?
5. Apakah ada nutrient yang perlu ditambahkan pada ransum, misalnya
mineral, sumber vitamin dan feed additive ?
c. Metode penyusunan ransum.
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) Ada beberapa metode yang dapat
digunakan dalam penyusunan ransum. Contoh-contoh yang diberikan adalah
cara menyusun ransum dengan mempertimbangkan kandungan protein. Pada
ruminansia, protein pakan dapat dibagi dua kelompok, yaitu protein
terdegradasi didalam rumen (RDP = rumen degradable protein) dan protein
tak terdegradasi (UDP = udegradable protein). UDP disebu juga sebagai
bypass protein. Kebutuhan rumen Degradable Nitogen (RDN) = 30 g N/kg
DOMR (Organic Meter Apparent Digested in the Rummen) sebagai berikut .
1. Bahan organik tecerna (DO)
= ME : 15,58
2. Bahan organik terpecah dalam rumen (DOMR).
= 65%
3. Kebutuhan RDN
=1,25 ME
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) Estimasi jumlah nitrogen dalam asam
amino mikroorganisme rumen yang terarbsorbsi dari saluran pencernaan dan
tinggal didalam jaringan tubuh sebagai berikut.
1. TMN = 0,53 ME (g/hari-1)
2. Basal Endogenous Nitrogen
= 0,35 g N/kg BB0,75/hari
= 2,1875 g prot/kg BB0,75/hari.
3. Bulu = 0,018 gN/kg BB0,75/hari.
= 0,1125 g prot/kg BB 0,75/hari.
4. Kebutuhan N untuk pokok hidup
= 0,368 g N/kg BB0,75/hari
= 23 g prot/kg BB0,75/hari
6. Tekhnik Formulasi Ransum.
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa tekhnik
formulasi ransum ada empat antara lain :
1. Menggunakan 2 bahan pakan.
2. Menggunakan 3 bahan pakan atau lebih.
3. Menggunakan bahan jadi.
4. Persamaan aljabar secara simultan.
7. Ragam Formulasi Ransum
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa ransum sapi
sebaiknya disusun berdasarkan status fisiologis sapi, kebutuhannya, dan
terdiri dari berbagai bahan pakan agar saling melengkapi satu sama lain.
Ransum sapi yang baik adalah ransum yang seimbang, yaitu ransum yang
mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam nutriennya) dan perbandingan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sampai selam 24 jam sesuai
dengan tujuan pemeliharaan ternak. Pakan yang dikonsumsi oleh sapi
digunakan untuk pokok hidup dan produksi. Penggunaan pokok hidup antara
lain untuk menggantikan sel rusak, basal metabolisme, dan regulasi suhu
tubuh. Sementara produksi pada sapi potong digunakan untuk pertumbuhan,
penggemukan, dan reproduksi. Berikut disajikan formulasi ransum dari
beberapa status sapi potong.
1. Pedet sapihan
Pedet akan disapih setelah umurnya mencapai bulan ke-7 (205 hari). Pada
saat ini, pedet diharapkan mampu mengonsumsi dan memanfaatkan pakan
kasar dengan baik sampai dengan umur 12 bulan. Formulasi ransum yang
disajikan disusun berdasarkan target PBBH >0,6 kg/ekor/hari. Bobot badan
pedet berkisar 150-175 kg. Berdasarkan kondisi tersebut, formulasi
ransum yang bisa diberikan pada pedet tersebut berupa campuran 2-3 kg
konsentrat komersial/dedak padi kualitas baik, 3 kg kulit singkong, 3-4
kg rumput segar, dan 1-2 kg jerami padi kering.
2. Sapi dara
Sapi dara adalah sapi yang akan dijadikan induk/bakalan untuk
digemukkan. Sapi ini memiliki bobot badan 300 kg dengan kenaikan berat
badan 50 g/hari. Formulasi ransum yang bisa diberikan bisa terdiri dari
campuran 6,67 kg jerami padi, 2,44 kg dedak halus, dan 1,22 kg bungkil
kelapa.
3. Sapi bunting tua
Sapi bunting membutuhkan energi yang tinggi dalam ransumnya. Oleh
karenanya, biasanya peternak menerapkan flushing, yaitu menambahkan
kadar energi dalam sapi bunting, terutama ketika kan melahirkan.
merejang. Sapi bunting tua dengan bobot badan 325-350 kg bisa diberi
ransum yang terdiri dari campuran 2-3 kg konsentrat komersial/dedak padi
kualitas baik, 4-6 kg tumpi jagung, 1 kg kulit kopi, 3-4 kg rumput
segar, dan 4-5 kg jeami padi kering.
4. Sapi menyusui
Sapi menyusui akan menghasilkan susu yang dikonsumsi oleh pedet. Pedet
akan menyusui hingga umurnya mencapai 7 bulan. Selama itu, induk harus
diberi pakan dengan kandungan nutrisi yang bagus. Sapi menyusui dengan
bobot badan 300 kg dapat diberi ransum yang terdiri dari campuran 4-7 kg
konsentrat komersial/dedak padi kualitas baik, 6 kg tumpi jagung, 4 kg
rumput segar, dan 5 kg jerami padi kering yang diberikan secara ad-
libitum. Sementara induk menyusui dengan berat badan 350 kg bisa
diberikan ransum yang terdiri dari campuran 33,33 kg rumput gajah, 1,28
kg bungkil kelapa, 283 kg tetes dan 0,0036 g urea.
5. Sapi jantan
Sapi jantan bisa digunakan sebagai bakalan untuk digemukkan atau untuk
calon pejantan. Dengan bobot badan 300 kg dan kenaikan berat badan 1
kg/hari, sapi jantan bisa diberi ransum yang terdiri dari campuran 3,12
kg jerami padi, 3,64 dedak halus, 1,67 kg bungkil kelapa, 1,42 kg
gaplek, dan 712, 9 g tetes.
8. Metode Pemberian Pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa ransum
hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya
melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul
07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya
saliva (air ludah). Saliva berfungsi sebagai larutan buffer (penyangga)
didalam rumen sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat
sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat
tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak mudah
terbang (volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen.
Sementara pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi
(rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang meningkatkan pH
rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan
berbahaya bagi kesehatan, ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu
terjadinya kematian pada ternak.
Setelah mengonsumsi sedikit rumput, tersebut diberi setengah jatah
konsentrat. Misalnya, apabila jatah konsentrat yang harus diberikan 6 kg
maka pada pagi hari diberikan konsentrat sebanyak 3 kg. Dua jam kemudian
hijauan diberikan lagi. Pada sore hari (sekitar pukul 15.00), konsentrat
bagian kedua diberikan. Selanjutnya, pada pukul 17.00, hijauan diberikan
lagi.
Ternak yang tidak biasa diberikan konsentrat seringkali tidak mau
memakannya. Oleh karena itu, harus dilatih terlebih dahulu. Biasanya
setelah satu minggu, ternak akan terbiasa untuk makan konsentrat. Apabila
ternak mendapatkan konsentrat yang kering, hendaknya diberi sebaiknya
pemberian air minum ditingkatkan. Caranya dengan menyediakan tempat minum
didalam kandang sehingga sapi bebas mengonsumsinya.
BAB III
METODOLOGI
1. Waktu dan lokasi kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan pada tanggal 18
Februari 2014 sampai dengan 21 Maret 2014 di Loka Penelitian Sapi Potong,
Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
2. Metode praktek kerja lapang
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah :
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan cara penulis mengamati secara langsung kegiatan
operasional yang ada di lapangan.
2. Metode Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada pembimbing lapangan Praktek Kerja Lapang
dan pada kepala kandang dan anak kandang yang bersangkutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinjauan Umum Obyek Lokasi
1. Sejarah
Sejarah Loka Penelitian Sapi Potong telah dimulai sejak tahun 1949.
Selama lebih dari enam puluh tahun, instansi ini mengalami beberapa kali
perubahan organisasi maupun tugas pokok dan fungsinya. Tahun 1949 sampai
1950, pertama kali didirikan di Mojokerto dengan nama Balai Peternakan.
Tahun 1950 sampai 1952, pada tahun 1950 dipindahkan ke Grati dengan nama
baru Balai Peternakan Oemoem (BPO), dengan kegitan utama pembibitan ayam
ras dan menyelenggarakan penyuluhan sampai tahun 1952. Pada tahun 1952
sampai 1961, berganti nama kembali menjadi Balai Penyelidikan Peternakan
(BPP), dengan tugas utama mempelajari pengolahan dan pengawetan susu (keju,
mentega, yoghurt dan lain-lain). Lalu tahun 1961 sampai 1966 kembali
memiliki nama baru Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) cabang Grati, tugas
utama LPP waktu itu adalah melakukan penelitian untuk memecahkan masalah-
masalah peternakan di Jawa Timur dan di Indonesia bagian timur.
Tahun 1966 sampai 1968, terkait dengan kondisi politik waktu itu,
terjadi kesulitan dana, fasilitas dan keterbatasan peneliti. Kemudian
namanya diubah menjadi Lembaga Peternakan Cabang Grati, tugas pokoknya
bukan lagi penelitian melainkan sebagai Institusi penyediaan dan pengadaan
sumber bibit ternak dan rumput Indonesia bagian timur. Kemudian tahun 1968
sampai 1980 pada saat menjadi Lembaga Peternakan Cabang Grati kegiatan-
kegiatannya dirasa kurang efektif, sehingga namanya dikembalikan lagi
menjadi Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) cabang Grati dengan fungsi baru
yaitu melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan program yang diberikan
oleh Lembaga Penelitian Peternakan Bogor.
Tahun 1980 sampai 1995, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian no.
861/Kpts/ORG/12/1980 tertanggal 2 Desember 1980, Lembaga Penelitian Cabang
Grati ditetapkan sebagai Sub Balai Penelitian Ternak (Sub Balitnak) Grati,
yang disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian no.
613/Kpts/OT.210/B/1984 tertanggal 16 Agustus 1984. Merupakan Institusi yang
menjadi kepanjangan tangan dari Balai Peternakan Ternak (Balitnak) di
Ciawi, Bogor yang berada di Jawa Timur. Selain Sub Balitnak Grati, waktu
itu terdapat pula Sub Balitnak di Klepu (Jawa Tengah), Sei putih (Sumatera
Utara), Goa
(Sulawesi Selatan), dan Lili, Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Selama tahun 1995 sampai 2002, pada tahun 1995 terjadi perubahan induk
organisasi yang menaungi, dari Balai Penelitian Ternak menjadi Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Perubahan tersebut mengakibatkan
nama Sub Balitnak berubah menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IPPTP) Grati dengan mandat penelitian dan pengkajian
bidang peternakan. Setelah itu pada awal tahun 2002 terjadi perubahan induk
organisasi kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian no.
72/Kpts/OT.210/1/2002 Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian berubah menjadi Loka Penelitian Sapi Potong. Loka Penelitian Sapi
Potong merupakan unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang secara organisatoris dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) di
Bogor. Perubahan tersebut terjadi hingga sekarang dengan nama Loka
Penelitian Sapi Potong.
2. Lokasi
Kantor Pusat Penelitian Sapi Potong (Gambar 1) beralamat di
Jl.Pahlawan no. 2 Desa Ranuklindungan Kec. Grati, Kab. Pasuruan, Jawa Timur
67184 dengan nomer telepon 0343-481131 dan nomor faks 0343-481132. Loka
Penelitian ini berada sekitar 16 km sebelah timur kota Pasuruan, tepatnya
sekitar 1700 m dari jalan raya antara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten
Probolinggo.
Gambar 4.1 Kantor Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan, Jawa Timur
Loka Penelitian Sapi Potong memiliki beberapa sarana dan prasarana
yang berguna untuk mendukung dan memperlancar kegiatan pemeliharaan dan
penelitian. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan ternak
dan administrasi perkantoran adalah seluas 135.555 m2 yang digunakan untuk
bangunan perkantoran, kandang percobaan, laboratorium (nutrisi makanan
ternak dan reproduksi), perpustakaan, mess, tempat penimbangan truk,
mushola, rumah dinas, pos penjaga, parkir, gudang pakan, gazebo, digester
dan lahan hijauan pakan (rumput dan legum).
3. Visi dan Misi
Loka Penelitian Sapi Potong merupakan lembaga penelitian sapi potong
mandat nasional bertaraf internasional yang berperan aktif dalam
pengembangan dan merekayasa teknologi peternakan strategis melalui
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah sapi potong dengan
teknologi pemuliaan, reproduksi, pakan, dan manajemen pemeliharaan guna
mendapatkan bibit dan teknologi sapi potong.
Misi yang disusun untuk melaksanakan visi Loka Penelitian Sapi Potong
antara lain yaitu menciptakan produk biologi berupa bibit sapi potong
(pejantan sebagai sumber semen), rekomendasi model, metode dan formulasi
teknologi pakan, informasi usaha peternakan sapi potong komersial serta
mengembangkan kerja sama penelitian sapi potong.
4. Struktur Organisasi
Loka Penelitian Sapi Potong merupakan unit pelaksana teknis Badan
Litbang Pertanian yang dibentuk pada tahun 2002, berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Puslitbang Peternakan, sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian no. 72/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29
Januari 2002. Memperhatikan keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Nomor: OT.130.95.2003, tentang pembentukan
kelembagaan internal pada unit kerja dan unit pelaksana teknis dilingkungan
Badan Litbang Pertanian, Kepala Loka Penelitian Peternakan Sapi Potong guna
membantu dalam melaksanakan tugas-tugasnya melalui Surat Penugasan Nomor:
49/KP.440/J.3.5/02/05 tanggal 1 Februari 2005. Guna mendukung mobilitas dan
pendayagunaan manajemen secara optimal dalam struktur organisasi
ditunjukkan pula garis komando dan koordinasi serta implementasi tugas
pokok dan tanggung jawab masing-masing satuan organisasi. Badan struktur
organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati tersaji pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati.
5. Populasi Ternak
Bangsa sapi potong yang dipelihara di Loka Penelitian Sapi Potong
antara lain yaitu sapi Peranakan Ongole (PO), sapi Bali dan sapi Madura.
Sebagian besar sapi PO berasal dari hasil pejantan di Loka Penelitian Sapi
Potong, sebagian yang lain adalah hasil penjaringan dari luar. Data
populasi ternak di Loka Penelitian Sapi Potong disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data populasi ternak di Loka Penelitian Sapi Potong (ekor)
"Bangsa "Materi "Status fisiologis "Total "
" " "Dewa"Muda "
" " "sa " "
Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong, (2014)
2. Analisis dan Pemecahan Masalah.
1. Aspek Perencanaan
1. Perencanaan Bahan Pakan
Loka penelitian sapi potong sebagian besar memenuhi kebutuhan pakan
untuk ternak yang dipelihara dengan memanfaatkan limbah pertanian atau
limbah industri pertanian yang tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang
digunakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang digunakan berupa
rumput gajah, rumput lersia, leguminosa segar mempunyai kandungan vitamin
dan mineral yang dibutuhkan oleh ternak. Sedangkan hijauan kering berupa
jerami padi. Jerami padi diberikan dalam bentuk jerami padi kering yang
selalu tersedia di bank pakan pada kandang kelompok. Bank pakan ini
bertujuan agar dapat menyediakan/memenuhi kebutuhan hijauan kering
sepanjang hari, Efisiensi tenaga kerja (bank pakan dapat diisi setiap satu
minggu), sehingga petani dapat mengatur waktu.
Pemberian pakan ternak mengacu pada pola LEISA (Low External Input
Sustainable Agriculture). LEISA merupakan pemberian input yang rendah dari
luar untuk pertanian berkelanjutan. LEISA bertujuan untuk memaksimalkan
produksi dan mampu mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam
jangka panjang. Disamping itu LEISA merupakan penggabungan dua prinsip
yaitu agro ekologi serta pengetahuan dan pertanian masyarakat
setempat/kearifan lokal. Secara singkat LEISA dapat dijabarkan sebagai
berikut : optimalisasi sumberdaya lokal, maksimalisasi daur ulang (zero
waste), minimalisasi kerusakan, lingkungan ( ramah lingkungan),
diversifikasi usaha, pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai,
dan menciptakan kemandirian petani.
Pakan konsentrat yang digunakan berupa konsentrat campuran dari
beberapa bahan pakan seperti : bekatul, tumpi jagung, bungkil kopra, kulit
kopi, garam, kapur, tetes dan mineral. Semua bahan tersebut dicampur jadi
satu hingga homogen. Pencampuran bahan pakan dilakukan menggunakan mesin
mixer bahan pakan.
Penyusun ransum pada tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Jenis, harga dan asal bahan pakan.
"No."Bahan Pakan "Presentase"Harga(Rp/kg) "Supplier "
" " "(%) " " "
" "Tumpi jagung "20 "850* "Probolinggo "
" "Kulit kopi "15 "300* "Pandaan "
" "Dedak PK 2 "30 "1650* "Probolinggo "
" "Bungkil Kopra "23 "2800* "Surabaya "
" "Garam "1 "1200* "Pasuruan "
" "Kapur "1 "3500* "Pasuruan "
" "Tetes "10 "450.000/drum* "Pasuruan "
*) Harga bahan pakan di Loka Penelitian Sapi Potong, periode Januari-
Februari 2014.
2. Cara Memperoleh Bahan Pakan.
a. Hijauan Pakan Ternak.
Pakan hijauan yang diberikan di Loka Penelitian Sapi Potong berasal
dari tiga kebun milik Loka Penelitian Sapi Potong :
Kebun Sumberagung : ± 48,380 m2
Kebun Ranuklindungan : ± 3.500 m2
Kebun Parasan : ± 100,475 m2
Luas Keseluruhan : ± 152,355 m2
Pemotongan hijauan berupa rumput dilakukan setiap hari dengan sistem
rotasi pada setiap kebun percobaan dengan umur potong sekitar 35 hari,
sehingga diharapkan tidak terjadi kekosongan dalam penyediaan hijauan pakan
untuk ternak di Loka penelitian sapi potong.
b. Konsentrat
Bahan pakan yang digunakan di Loka Penelitian Sapi Potong merupakan
bahan pakan lokal yang murah. Dalam hal ini bahan pakan yang digunakan
merupakan bahan pakan yang mudah diperoleh disekitar area pemeliharaan
ternak serta fluktuasi dari bahan pakan yang digunakan tidak terlalu besar
dan ketersediaan bahan pakan dapat dipertahankan. Penggunaan bahan pakan
yang murah merupakan keunggulan utama dari Lolitsapo yaitu mampu
memanfaatkan pakan lokal yang murah sehingga ternak sapi potong yang
dihasilkan mampu bersaing dengan sapi persilangan dengan pemberian pakan
yang tergolong mahal. Keberhasilan ataupun kegagalan usaha peternakan sapi
potong banyak ditentukan dari faktor pakan. Menurut Mariyono (2006), pada
usaha peternakan rakyat, pemberian pakan dilakukan secara tradisional,
bersifat turun temurun dan belum berwawasan agribisnis. Pakan hijauan
sangat bervariasi baik dari jenis maupun jumlahnya, sedangkan pakan penguat
diberikan dalam jumlah yang terbatas dan tidak menentu.
Menurut Mariyono (2006), tidak ada susunan ransum dan strategi pakan
sapi potong terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha
peternakan sapi potong yang tersebar di berbagai lokasi usaha, yang
terhebat adalah strategi mengungkap dan mengubah bahan pakan potensial
setempat menjadi produk aman, sehat, utuh dan halal. Pemanfaatan hasil
samping pertanian, perkebunan serta disersifikasi produk samping (by
product) agroindustri yang dianggap sebagai pencemar lingkungan secara
optimal dapat digunakan sebagai bahan pakan melalui pengembangan integrasi
CLS (crop livestock system) yang ramah lingkungan atau dikenal dengan zero
waste production system.
Dari hasil wawancara dengan pengelola pakan di Loka Penelitian Sapi
Potong diperoleh kandungan nutrisi penyusun ransum sebagaimana pada tabel
4.5.
Tabel 4.5 Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum (%BK) .
"Bahan "Hasil Analisis Proksimat (% BK) "Energy "
"Pakan " "(kg) "
" "BK "
" "PK "LK "SK "TDN "
"Ransum "11,59% "4,82% "14,73% "63,62% "
"Konsentrat " " " " "
Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong.
3. Penyimpanan Bahan Pakan.
Penyimpanan bahan pakan bertujuan untuk melindungi bahan pakan dari
kontaminan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan pakan. Untuk
hijauan berupa rumput gajah tidak mengalami penyimpanan dikarenakan hijauan
diberikan pada ternak dalam bentuk segar, untuk hijauan kering jerami padi
penyimpanan pertama dilakukan bank pakan lapangan, bank pakan lapangan
terdapat pada ladang persawahan yang bertujuan untuk mempermudah dalam
pengaturan penyediaan pakan jerami yang dikumpulkan supplier / petani,
pada penyimpanan kedua dilakukan di bank pakan kandang , penyimpanan bahan
pakan ini terletak dikandang sapi kelompok sekaligus ternak akan
mengonsumsi bahan pakan jerami yang tersedia di bank pakan ini.
Gambar 4.3 Bank Pakan
Pada bahan pakan konsentrat sebagian penyimpanan diletakkan di gudang
pakan dan sebagian ditempat pencampuran bahan pakan, penyimpanan bahan
pakan konsentrat di Loka sudah agak baik tapi alangkah baiknya apabila
semua aspek dalam penyimpanan bahan pakan agar diperhatikan dikarenakan
kondisi lapangan menunjukkan ada sebagian bahan pakan alasnya tidak diberi
pallet yang berguna untuk menjaga kelembapan bahan pakan yang mengakibatkan
kerusakan bahan pakan, kemudian pada gudang pakan alangkah baiknya agar
melakukan penataan yang teratur dan memenuhi kaidah persyaratan penyimpanan
bahan pakan yang baik.
Gambar 4.4 Gudang Bahan Pakan.
Rasyaf (1992), menyatakan bahwa bahan pakan dalam keadaan kering dan
didukung dengan pemberian papan pada alasnya dengan tujuan agar bahan pakan
tidak terkontak lagsung dengan tanah. Dengan demikian kelembapan yang
tinggi akan meningkatkan suhu dan mempercepat tumbuhya jamur serta akan
menurunkan kandungan nutrisi dalam bahan pakan tersebut. Oleh sebab itu
penyimpanan bahan pakan untuk konsentrat disimpan dalam suatu gudang pakan
ternak dengan cukup cahaya dan ventilasi udara, sedangkan untuk hijauan
karena pemberian bersifat langsung maka tidak memerlukan tempat untuk
menyimpan khusus.
1. Aspek Nutrisi
Khusus untuk Loka Penelitian Sapi Potong dalam menentukan penyusunan
ransum Loka menggunakan acuan standar kebutuhan nutrisi untuk sapi potong
dengan menggunakan acuan standar Kearl (1992) atau tabel NRC dalam
penyusunan ransum guna mengetahui kebutuhan berdasarkan status fisiologis
ternak, tabel kebutuhan nutrisi standar acuan Kearl dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Tabel Kebutuhan Nutrisi Standar Kearl.
"Berat badan "PBBH "BK "ME "TDN "Protein "Kalsium "Fosfor "
" "1 "4,5 "10,93 "3 "607 "27 "16 "
" "
"150 "0 "3,3 "1,6 "5,3 "127 "5 "5 "
"300 "0.6 "7.40 "14.20 "3.9 "614 "18 "18 "
300 "0.4 "6.90 "12.40 "3.4 "409 "11 "11 " "350 "0.4 "7.70 "13.90 "3.8 "444
"12 "12 " "400 "0.4 "8.50 "15.40 "4.2 "480 "14 "14 " "- sapi menyusui " "
" " " " " " "300 "- "- "15.20 "4.2 "686 "23 "23 " "350 "- "- "16.40 "4.5
"721 "24 "24 " "400 "- "- "17.50 "4.8 "757 "25 "25 " "Kearl, (1992) dalam
Umiyasih dan Yenny (2007).
Menurut Rianto dan Purbowati (2009) kebutuhan zat pakan sapi
tergantung pada berat, fase pertumbuhan/reproduksi, dan laju pertumbuhan.
Semua zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu sama lain.
Untuk mendapatkan penampilan sapi yang optimum, dalam pemberian pakan harus
dimengerti terlebih dahulu kegunaan akan zat-zat pakan dan program
pemberian makanan yang paling murah.
2. Aspek Pelaksanaan.
1. Aspek Pelaksanaan Formulasi Ransum.
a. Pelaksanaan Formulasi Ransum Pada Periode Pembibitan dan Pembesaran.
Pada pelaksanaan formulasi ransum pada periode pembibitan dan
pembesaran ternak sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong, tidak banyak
perbedaan dalam penyusunan formulasi pakan pada setiap periode pertumbuhan
ternak, perbedaan pakan yang diberikan diutamakan pada sapi bunting tua dan
masa laktasi, pada masa pertumbuhan perbedaan pakan terletak pada jumlah
pakan yang dikonsumsi pada setiap periode pemeliharaan.
Gambar 4.5 Proses Formulasi Ransum
Menurut Rianto dan Purbowati (2009) Dalam penyusunan ransum, faktor-
faktor yang harus diperhatikan adalah konsumsi bahan kering dan kebutuhan
nutrisi yang meliputi energi, protein, vitamin, dan mineral. Konsumsi bahan
kering oleh ternak tergantung pada faktor ternak, pakan, dan lingkungan.
Faktor ternak yang mempengaruhi konsumsi pakan meliputi jenis ternak,
ukuran tubuh, dan status fisiologis ternak. Faktor pakan meliputi
palatabilitas, tekstur, kepadatan energi, bulkines, dan kecernaan. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering adalah suhu dan
kelembapan.
b. Pelaksanaan Prosedur Meramu Pakan.
Prosedur meramu pakan di Loka Penelitian Sapi Potong memiliki
prosedur yang ditentukan dalam proses meramu bahan pakan, peramuan pakan
dilakukan petugas antara lain :
- Mixer dinyalakan.
- Mencampur bahan yang jumlahnya paling sedikit.
- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak kedalam mesin.
- Memasukan sebagian bahan yang jumlahnya sedang kedalam mesin.
- Memasukan bahan pakan yang jumlahnya sedikit kedalam mesin.
- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak kedalam mesin.
- Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya sedang kedalam mesin.
- Kemudian semua bahan pakan yang sudah masuk di mixing.
- Bahan pakan siap dimasukkan pada karung sak yang nantinya siap
didistribusikan di setiap kandang.
Gambar 6. Meramu Pakan
Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1994) yang menyatakan bahwa
untuk bahan baku yang jumlahnya sedikit, terlebih dahulu dilakukan pre-
mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada tahap awal meliputi
vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan,
koksidiostat, antioksidan.
c. Pelaksanaan Pemberian Pakan.
Metode pemberian pakan di Loka Penelitian Sapi Potong dilakukan
sesuai dengan model kandang (kandang individu dan kandang kelompok).
Kandang individu diberikan pakan dua kali sehari, pada pagi hari (06.00-
07.00) diberikan pakan konsentrat, pada siang hari (09.00-10.00) diberikan
pakan hijauan. Kandang kelompok diberikan pakan tiga kali sehari, pada pagi
hari (06.00-07.00) diberikan pakan konsentrat , pada jam (08.00-09.00)
diberikan pakan hijauan berupa rumput gajah atau rumput lersia atau
leguminosa pada jam (12.30-01.00) diberikan pakan hijauan berupa tebon
jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2006) yang menyatakan bahwa
pemberian pakan minimal 2 kali sehari.
Gambar 7. Pemberian Pakan Hijauan.
3. Aspek Pengawasan.
1. Prosedur Pengawasan Bahan Baku Konsentrat dan Hijauan .
Loka penelitian sapi potong melakukan pengawasan bahan baku
konsentrat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Supplier bahan pakan datang ke Instansi dengan membawa sampel bahan
pakan konsentrat.
- Panitia pengadaan barang dan jasa menerima sampel dan menentukan harga
barang tersebut.
- Jika disetujui maka bahan pakan tersebut dikirim sesuai dengan
permintaan.
- Sebelum diperiksa bahan pakan yang datang harus melewati timbangan.
- Sebelum pakan diturunkan, pakan diperiksa dulu oleh petugas pengawas
pakan dengan cara mengambil sampel per karung, dan dicocokkan dengan
sampel yang dibawa sebelumnya serta dilakukan tes laboratorium bahan
pakan dengan tujuan agar bahan pakan tersebut sudah sesuai dengan
pemesanan atau tidak.
- Jika barang tersebut memenuhi kriteria saat pemesanan maka barang
tersebut segera dimasukkan kedalam gudang pakan, dan apabila bahan
pakan tersebut tidak sesuai dengan pemesanan maka bahan pakan tersebut
ditolak (dikembalikan) ke supplier .
Hal ini sesuai pernyataan Suparjo (2011) yang menyatakan bahwa
prosedur penerimaan bahan baku diantaranya :
- Pemeriksaan identitas bahan baku.
- Memastikan berat bahan baku.
- Pengambilan sampel dan pengujian kualitas bahan baku.
- Memastikan pengangkutan bahan baku berisiko tinggi secara benar.
- Menyimpan sampel.
- Penolakan bahan baku.
2. Prosedur Pengawasan Formulasi Ransum Pakan.
Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai prosedur pengawasan dalam
formulasi ransum antara lain :
- Formulasi ransum disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ternak dan
kandungan nutrisi pada bahan pakan yang tersedia.
- Jumlah setiap bahan pakan yang akan di formulasi oleh petugas mixing
(pencampuran), sesuai dengan data yang diberikan oleh pengawas bahan
pakan.
- Penimbangan bahan pakan oleh petugas mixing.
- Bahan pakan dicampur dalam mesin setiap 1 ton.
- Kemudian bahan pakan dikemas didalam karung untuk mempermudah
pembagian ke kandang.
3. Prosedur Pengawasan Kualitas Ransum Pakan.
Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai prosedur pengawasan kualitas
ransum pakan antara lain :
- Pengambilan sampel pakan yang sudah jadi.
- Sampel pakan kemudian di uji dilaboratorium.
- Untuk pengakuratan data, maka dilakukan pengambilan sampel kotoran
tenak sapi yang telah mengonsumsi ransum yang di uji.
- Kotoran ternak sapi yang telah mengonsumsi pakan tersebut diperiksa
untuk mengetahui kualitas ransum yang diberikan.
- Data yang keluar sebagai acuan tingkat kualitas pakan yang diberikan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparjo (2010) yang menyatakan bahwa
pengawasan produk akhir ditujukan untuk menjamin bahan bahwa ransum sesuai
dengan yang diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna , aroma,
durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan zat makanan yang
dibutuhkan.
4. Pengawasan Hasil Produksi Pakan.
Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai cara dalam pengawasan hasil
produksi pakan antara lain :
- Pengambilan sampel pakan yang sudah jadi.
- Kemudian diperiksa dengan uji organoleptis (warna, bau dan rasa) oleh
pengawas bahan pakan.
- Pakan yang sudah jadi dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui
kandungan ransum pakan yang diberikan.
- Jika sesuai dengan standar produksi instansi, maka pakan siap
diberikan ke ternak.
- Dan jika tidak sesuai standar produksi maka akan pakan akan segera
ditindak lanjuti penyebabnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparjo (2010) yang menyatakan bahwa
pengawasan produk akhir ditujukan untuk menjamin bahan bahwa ransum sesuai
dengan yang diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna , aroma,
durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan zat makanan yang
dibutuhkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa manajemen pakan di Loka
Penelitian Sapi Potong sudah cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari acuan
standar kebutuhan nutrisi bagi sapi potong, aspek pelaksanaan pada
formulasi ransum, pelaksanaan prosedur meramu pakan, pelaksanaan pemberian
pakan, aspek prosedur pengawasan bahan baku pakan, prosedur pengawasan
formulasi ransum pakan, sebagian besar sudah sesuai dengan kriteria dalam
standar manajemen pakan yang baik.
2. Saran
1. Agar dilakukan pembangunan sarana gudang yang lebih luas serta sesuai
standar gudang penyimpanan bahan pakan.
2. Perluasan untuk areal pakan hijauan agar kebutuhan akan hijauan bisa
terpenuhi.
3. Loyalitas dan kerjasama setiap karyawan khususnya karyawan anak kandang
agar ditingkatkan, untuk memperoleh target yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Buletin Harga Pangan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Santosa, U. 2006. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi Cetakan ke-1. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, 1992. Produksi dan Pemberian Pakan. Kanisius. Yogyakarta.
Rianto, Edy dan Endang Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong.
Penebar Swadaya. Semarang.
Setiadi, Mohammad Agus, E. Gumbira Sa'id dan R. Kurnia Achjadi. 2012. Sapi
Dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Agriflo. Jakarta.
Siregar, 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, Sori Basya. 2011. Bisnis Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sri Lestari, Veronica, Siti Nurani Sirajuddin, Siti Rohani, Muhammad
Aminawar dan Abdul Hamid Hoddi. 2011. Bahan Ajar Dasar-Dasar
Manajemen. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas
Hasanudin. Makasar.
Sudarmono, dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Semarang.
Suparjo. 2010. Pengawasan Mutu Pada Pabrik Pakan Ternak. Laboratorium
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Susanto, Edy. 2013. Pakan dan Nutrisi Hewan. Fakultas Peternakan
Universitas Islam Lamongan. Lamongan.
Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. Pengantar Bisnis Modern. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Umiyasih, U. dan Y.N. Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang,
Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen
Pertanian.Jakarta.
Lampiran A. Identitas Responden Pembimbing Peneliti
1. Identitas Responden :
1. Nama : Noor Hudhia Krishna, S.Pt, M.Si
2. Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 10 Maret 1976
3. Jabatan : Peneliti Pertama Pakan dan Nutrisi Ternak.
4. Jenis kelamin : Pria
5. Pendidikan Terakhir : S-2 Institut Pertanian Bogor.
2. Perencanaan
1. Bagaimana perencanaan bahan baku pakan konsentrat dan hijauan untuk
ternak sapi di Instansi yang Bapak pimpin....?
2. Berapa kebutuhan nutrisi sapi potong pada periode pembibitan dan
pembesaran di Instansi yang Bapak pimpin.....?
3. Pengorganisasian
1. Bagaimana struktur organisasi di Instansi yang Bapak pimpin......?
2. Apa saja fungsi-fungsi organisasi di Instansi yang Bapak pimpin......?
4. Pengawasan
1. Bagaimana prosedur pengawasan bahan baku pakan konsentrat dan hijauan
di Instansi yang Bapak pimpin.....?
2. Bagaimana prosedur pengawasan formulasi ransum pakan di Instansi yang
Bapak pimpin.....?
Lampiran A. (Lanjutan)
3. Bagaimana prosedur pengawasan kualitas ransum pakan di Instansi yang
Bapak pimpin.....?
4. Bagaimana prosedur pengawasan hasil produksi pakan di Instansi yang
Bapak pimpin.....?
Lampiran B. Identitas Pengawas Pakan
1) Identitas Responden :
1. Nama : Woro Sabana
2. Tempat, tanggal lahir : Pacitan, 11 Agustus 1961
3. Jabatan : Tekhnik Litkayasa Pelaksana Lanjutan
4. Jenis kelamin : Pria
5. Pendidikan Terakhir : STM Mesin
2) Pelaksanaan Manajemen Pakan di Loka Penelitian Sapi Potong.
1. Bagaimana pelaksanaan formulasi ransum pada periode pembibitan dan
pembesaran ternak sapi potong.....?
2. Bagaimana pelaksanaan prosedur meramu pakan........?
3. Bagaimana metode pemberian pakan pada ternak sapi potong.....?
Lampiran C. Kegiatan Rutin Praktek Kerja Lapang
1. Membersihkan kandang
2. Membersihkan kotoran
3. Memandikan ternak
4. Membersihkan palungan pakan
5. Menimbang pemberian pakan konsentrat (07.00 – 08.00 WIB)
6. Menimbang pemberian pakan hijauan (09.00 – 10.00 WIB)
7. Membersihkan kandang
8. Mengikuti kegiatan rutin loka ( penimbangan, pengambilan darah,
pemberian antibiotik).
9. Istirahat
10. Menyiapkan pakan konsentrat untuk besok pagi
Lampiran D. Dokumentasi Saat Praktek Kerja Lapangan
Lampiran D. (Lanjutan)
Lampiran D. (Lanjutan)
Lampiran D. (Lanjutan).
Lampiran D. (Lanjutan)
Lampiran E. Peta Lokasi Loka Penelitian Sapi Potong.
-----------------------
1
7
32
33
55
56
Pemberian Pakan Hijauan
Persiapan Bahan Pakan Sebelum Pencampuran
$%&""âã Û Ü
äÓ²¥ ?m?Y?E?4!h¿25?CJOJQJaJmH!sH!'h¿2h
"[?]@CJOJQJ\?aJmH!sH!'h¿2h´LbCJOJQJ\?aJmH!sH!'h¿2hþ2ïCJOJQJ\?aJmH!sH!'h¿2h…Í
CJOJQJ\?aJmH!sH!h¿2h¿25?CJOJQJaJh¡5?CJOJQJaJhíS÷hr8¬5?CJOJQJaJ!hV
75?CJOJQJaJmH! Pakan yang Baru Tiba dari Kebun
Koleksi Sampel Bahan Pakan
Proses Pencampuran Bahan Pakan
Pencampuran Bahan Pakan
Kandang Pembibitan
Kandang Calon Sapi Pejantan
Pengambilan Sampel Darah
Pengukuran Berat Badan, Lingkar Badan, Tinggi Badan