pengaruh elisitasi terhadap produksi metabolit sekunder pada kultur jaringan tanaman
reviewFull description
Contoh review jurnalFull description
Review Jurnal Penelitian
Full description
Review Jurnal PenelitianDeskripsi lengkap
Review JurnalFull description
Full description
EKONOMIFull description
smoga brmnfaat
jurnalFull description
review jurnalFull description
Review JurnalDeskripsi lengkap
Review jurnal kesehatanDeskripsi lengkap
Review Jurnal TAFull description
REVIEW JURNAL ASCORBIC ACID, CAROTENOIDS, TOTAL PHENOLIC CONTENT AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF VARIOUS GENOTYPES OF B R A S S I C A O L E R A C E A E N C E PH PH A L A
Nama : Michiella Maharani J NIM : 11.70.0087 Kelompok : A4
Tanaman pangan yang kaya akan metabolit sekunder (sering disebut fitokemikal) baru-baru ini sedang menjadi sorotan. Hal ini dikarenakan fitokemikal berperan sebagai antioksidan yang penting dalam pencegahan kerusakan pencemaran tanaman, penyakit, dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh. Peran-perannya antara lain adalah mampu melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker, menghambat degradasi oksidatif karena dapat menginduksi enzim detoksifikasi senyawa-senyawa karsinogen, namun sebaliknya bentuk sintetis dari senyawa fitokemikal ini malah bersifat toksik dan karsinogenik. Sayuran berperan sebagai sumber antioksidan yang baik karena tinggi akan karotenoid, tokoferol, dan asam askorbat yang secara epidemologis telah terbukti mampu melindungi tubuh manusia dari kerusakan oleh oksigen reaktif dan nitrogen. Langkah pertama yang dilakukukan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel serta persiapan. Sebanyak 48 sampel sayuran krusifera berdaun hijau dari 6 taksa yang berbedac dari genus Brassica oleracea oleracea dibeli dari pasar lokal. Delapan sampel yang digunakan yaitu genotipe Khanyari, Kawdari,
varietas
GM
Dari (Brassica oleracea var.
Acephala),
knol
kohl (Brassica
oleraceavar. oleraceavar. gongilodes) dan dua tipe liar varietas kale yaitu Wappal dan Pumb (Rheum emodi). Sampel ditempatkan dalam kantong plastik dan diangkut dalam kondisi didinginkan selama 1 jam perjalanan. Sesampainya di tempat penelitian sampel dicuci dengan air mengalir untuk o
menghilangkan kotoran yang melekat lalu disimpan pada suhu – 80 C sampai saatnya dianalisa. Metode
selanjutnya
adalah
penentuan
asam
askorbat
dengan
metode
pewarnaan
diklorofenolindofenol. 10 gram sampel diekstraksi dengan asam metafosfat 3%. Ekstrak lalu dibuat larutan sebanyak 100 ml dan disentrifugasi 3000rpm 15 menit pada suhu kamar. Lalu 10 ml larutan dititrasi dengan 2,6-diklorofenolindofenol yang telah distandarisasi dengan asam askorbat. Selanjutnya dilakukan penentuan jumlah karotenoid dengan menggunakan aseton dan petrolium eter sebagai pelarut lalu diukur absorbansinya pada 450nm. 2 gram sampel dilembutkan lalu o
ditambah etanol 80% lalu disentrifugasi 10.000rpm selama 15 menit pada suhu 40 C. Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui secara jelas bahwa hampir semua sampel mengandung vitamin C (asam askorbat) dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu 200% AKG. Kandungan karotenoid, tokoferolm dam asam askorbat tertinggi adalah pada subspesies dibandingkan pada brokoli, kecambah, kol, dan bunga kol.