BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kehidupan manusia. Secara organoleptik tanaman pangan bukan hanya dilihat dari segi fisik dan cita rasanya tetapi dapat juga dilihat dari berbagai macam warna berbeda yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Warna dalam bahan pangan atau tanaman dipengaruhi oleh molekul pigmen yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Pigmen dalam bahan pangan memiliki banyak jenis dan fungsi yang berbeda-beda dalam memberikan warna. Beberapa pigmen yang penting tergolong dalam kelompok klorofil, karotenoid dan antosianin. Senyawa β-karoten β-karoten adalah antioksidan merupakan provitamin A yang apabila dalam tubuh berubah menjadi vitamin A. Beta -karoten merupakan salah satu karotenoid yang secara alami membentuk pigmen kunig, oranye, dan merah pada buah dan sayuran. Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A. Karotenoid banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan pangan karena aktivitas vitamin A yang tinggi dan kemampuannya sebagai pewarna. Senaywa β karoten memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga banyak dimanfaatkan untuk fortifikasi pada bahan pangan. Selain memiliki perbedaan warna pigmen satu dan lainnya, pigmen juga memilik panjang gelombang yang berbeda-beda sehingga diperlukan alat spektrofotometer yang dapat membaca nilai absorbansi dan panjang gelombang suatu sampel melalui cahaya yang diteruskan dan diserap. Berdasarkan uraian di atas praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar beta karoten pada minyak dengan melihat nilai absorbansinya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode penentuan total karoten pada produk pangan 2. Untuk mengetahui kadar total karoten pada suatu bahan pangan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karotenoid
Karoten merupakan salah satu senyawa pigmen dari tumbuhan ataupun hewan yang memiliki struktur polyene yaitu senyawa organik dengan atom karbon berantai lurus memiliki ikatan rangkap. Pada hewan, karotenoid terikat pada lipid sebagai lipochrone. Sedangkan pada tumbuhan karotenoid terdapat sebagai pigmen berwarna kuning atau oranye. Betakaroten merupakan sen yawa yang bersifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, mudah rusak karena teroksidasi pada suhu tinggi, dan menjadi penyusun vitamin A. Karotenoid adalah pigmen organik yang ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya seperti alga, sejumlah bakteri (fotosintentik maupun tidak), dan beberapa fungi (non-fotosintetik). Karotenoid dapat diproduksi oleh semua organisme tersebut dari lipid dan molekulmolekul penyusun metabolit organik dasar. Organisme heterotrof sepenuhnya, seperti hewan, juga memanfaatkan karotenoid dan memperolehnya dari makanan yang dikonsumsinya. Karotenoid termasuk dalam tetraterpenoid, suatu senyawa rantai panjang dengan 40 atom karbon, yang dibentuk dari empat unit terpena (masing-masing terdiri dari 10 atom karbon). Secara struktural, karotenoid berbentuk rantai hidrokarbon poliena yang kadang-kadang di bagian ujungnya terdapat gugus cincin dan mungkin memiliki atom oksigen. Namanya berasal dari kata carotene yang ditambah sufiks -oid, dan berarti "senyawa-senyawa sekelompok atau mirip dengan karotena" (Ikawati, 2005).
2.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi
suatu
senyawa
berdasarkan
kemampuan
senyawa
tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri
dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Riyadi 2008). Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994).
BAB 3 METODE 3.1 Alat
Corong
Labu erlenmeyer
Gelas ukur
Gelas beker
Pipet tetes
Timbangan analitik
Spektrofotometer
Labu takar
3.2. Bahan
Sampel minyak sawit ( Kunci mas)
Petrolion Benzen
3.3. Cara Kerja
1. Sampel ditimbang 0.1 g. 2. Diencerkan dnegan Petrolion Bnezen dalam labu takar hingga volumenya 25 ml. 3. Dikocok hingga homogen. 4. Dimasukkan kedalam tabung reaksi. Arbsorbansi dibaca pada panjang gelombang 446 nm.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
KLOTER
NAMA KELOMPOK
1 2
Kelompok 9 Kelompok 4
HASIL KADAR KAROTEN 2,033 mg/kg 1,118 mg/kg
RATA RATA 1,3947 mg/kg
Dalam analisis kadar karotenoid pada sampel minyak goreng dengan merek KUNCI MAS didapatkan hasil Kadar karoten (mg/kg) =
= =
134,05 119,9
25 × × 383 1000 × ()
25 × 0,014 × 383 1000 × 0,1199
= 1,1180 mg/kg
4.2 Pembahasan
Minyak sawit sebagian besar terdiri atas gliseridagliserida yang tersusun dari beberapa asam lemak. Selain itu, minyak sawit juga mengandung komponenkomponen minor seperti karotenoid, vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikolipid, terpenoid dan hidrokarbon alifatik. Dari komponen-komponen tersebut, vitamin E dan karotenoid memiliki potensi yang penting (Choo 1994; Corley 2003; Paiva 1999). karotenoid adalah sebagai prekursor vitamin A yang akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A (Lee dkk. 1989; Groos 1991; Sharma dkk. 2000; Lila 2004). Korotenoid provitamin A yang potensial dan banyak terdapat di alam adalah β-karoten (Gross 1991; Bonnie & Choo 2000; Nyambaka & Riley 1996). Dalam minyak goreng jumlah karotenoid mempengaruhi warna dari minyak goreng dimana karotenoid member warna kuning agak kemerahan pada minyak. Untuk melakukan analisis kadar karoten pada minyak mula mula di ambil kurang lebih 0,1 gram kemudian sampel di encerkan dengan petroleum benzene
hingga 25 ml setelah homogeny baru kemudian dibaca absorbansinya pada panjang glombang 446 cara ini di sebut dengan metode spektrofotometri. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Riyadi 2008). Pembacaan nilai absorbansi dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang 446 nm karena pada panjang gelombang tersebut, molekul karoten dapat menyerap sinar secara optimal sehingga dihasilkan nilai pembacaan absorbansi yang jelas dan tepat. Dari hasil pengujian di dapatkan hasil bahwa kadar karoten pada minyak goreng sawit dengan merek KUNCI MAS ada di kisaran 1 – 2 mg/kg . Hasil analisis yang di lakukan oleh kelompok 9 lebih tinggi di banding kelompok 4 hal ini terjasi kemungkiana karena minyak yang di uji mengalami oksidasi mengingat yang melakukan pengujian terlebih dahulu adalah kelompok 9 yang berada di kloter 1. Melihat sifat karotenoid yang relatif kurang stabil, -karotensangat memungkinkan terjadinya degradasi selama proses penyimpanan dan transportasi. Hal ini diakibatkan oleh kehadiran oksigen dan kontak dengan logam (besi, krom, dll.) yang menginisiasi oksidasi sehingga komposisi dan aktivitas antioksidan karotenoidnya menurun (Gunstone 1987). Oksidasi juga dapat terjadi pada saat proses analisis dimana saat pencampuran minyak dengan pelarut sebagian karoten bisa saja ikut menguap bersama pelarut dan mengakibatkan saat absorbansi di baca kadar karotenya menurun.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan : 1. Kadar karoten pada minyak dengan merk dagang KUNCI MAS adalah 1,3947 mg/kg 2. Kandungan karoten pada sampel berkurang, karena karoten mudah mengalami oksidasi 3. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis kadar karoten pada bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carota) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 (1) : 14 – 22. Riyadi. 2008. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Leberty Yogyakarta. Yogyakarta. Syahputra ,M. Rio. 2008. Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA. Jurnal Natur Indonesia 10 (2): 89-97. Underwood, A.L., Day, R.A., (1994), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-4, Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN