BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan
kesehatan
ditujukan
untuk
meningkatkan
kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam dunia kedokteran arsip atau dokumen atau file sering disebut dengan istilah rekam medis. Rekam medis ini merupakan file-file tempat dimana keseluruhan keberadaan pasien beserta data-data yang dimilikinya termasuk jenis penyakitnya, tercatat atau terekam dalam file-file tersebut. Rekam medis ini merupakan suatu sistem pelayanan yang lebih efisien dan memungkinkan pengguna dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan dengan lebih efektif (Undang-undang Kesehatan, 2009). Seperti disebutkan diatas, bahwa rekam medis merupakan bagian dari arsip. Arsip merupakan salah cabang atau bagian dari Ilmu Perpustakaan. Arsip merupakan naskah atau dokumen yang menggambarkan segala aktivitas yang telah dilakukan oleh sebuah instansi dalam kurun waktu tertentu. Setiap rumah sakit harus memiliki rekam medis sebagai suatu standar pelayanan sebuah
instansi yang bergerak dalam bidang kesehatan yang berguna dalam peningkatan kualitas rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap seluruh pasien. Keberadaan arsip memegang peranan yang cukup besar dalam penentuan kebijakan dan pedoman kerja guna pencapaian visi misi sebuah instansi. Rekam medis mempunyai peranan yang sangat penting untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebab suatu rekam medis
berisikan catatan indifikasi pasien, anamnese,
pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada pasien selama pasien berobat/dirawat di rumah sakit, baik yang terjadi dimasa lalu, masa kini maupun perkiraan yang akan terjadi dimasa mendatang. Rekam medis adalah milik rumah sakit dan isinya merupakan milik pasien yang harus di pelihara karena banyak pihak yang berkepentingan membentuknya dan sangat bermanfaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit itu sendiri. Melihat begitu pentingnya suatu rekam medis, perlu adanya pengelolaan yang baik dan benar untuk mencapai keberhasilan tertib administrasi dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat. Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi data yang ada di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan atau pemalsuan data yang ada
di dalamnya ataupun digunakan oleh orang yang tidak berhak, serta
tidak
boleh
dibawa
keluar
dari
rumah
sakit
kecuali
permintaan pengadilan dengan izin tertulis dari direktur rumah sakit tersebut. Pengelolaan
rekam
medis
membutuhkan
Sumber
Daya
Manusia (SDM) yang baik. Petugas atau pegawai rekam medis pada setiap rumah sakit diharapkan adalah orang-orang yang benarbenar mampu mengelola rekam medis baik fisik maupun isi daripada rekam medis. Pegawai atau unit rekam medis merupakan unit vital dalam pengelolaan, pemeliharaan, pelayanan, serta sampai proses pemusnahan rekam medis. Pegawai rekam medis diharapkan dapat mengontrol siklus daripada rekam medis yang merupakan milik dari setiap pasien rumah sakit tersebut. Menurut
Departemen Kesehatan RI., Pedoman Sistem
Pencatatan Rumah Sakit, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi
mempunyai
pengertian
sebagai
suatu
sistem
penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien
mendapatkan
pelayanan
medik,
dilanjutkan
dengan
penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya (Depkes RI, 1994). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) saat ini merupakan kewajiban bagi masing-masing rumah sakit setelah ditetapkannya UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pada Bab XI Tentang Pencatatan dan Pelaporan, khususnya Pasal 52 (1) disebutkan pencatatan
bahwa dan
“Setiap
Rumah
pelaporan
Sakit
tentang
wajib
melakukan
semua
kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”. Sehingga kebutuhan terhadap SIMRS adalah hal yang wajib, dikarenakan beberapa hal antara lain dukungan penyediaan informasi yang
cepat dan akurat, sebagai
faktor penunjang kinerja pelayanan rumah sakit, serta transparansi dalam bidang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) seperti yang diatur dalam UU No 14 Tahun 2008. Kelengkapan pengisian rekam medis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) latar belakang pendidikan tenaga kesehatan, (2) masa kerja, (3) pengetahuan mengenai rekam medis
(manfaat,
kegunaan,
pertanggungjawaban),
(4)
keterampilan, (5) motivasi, (6) alat kerja, (7) sarana kerja, (8) waktu kerja, (9) pedoman tertulis, (10) kepatuhan terhadap pedoman (Mufattikhatus S, 2007).
Pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan tentang rekam medis akan mempengaruhi pendayagunaan dan informasi yang terhimpun
dalam
rekam
medis
untuk
pengembangan
dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Sastrosmoro S, 2008). Pengelolaan rekam medis RSU Meuraxa juga menggunakan standar-standar yang harus dilaksanakan yang tertuang dalam suatu Buku Pedoman Rekam Medis RSU Meuraxa menjadi acuan dalam melaksanakan tugas-tugas. Tanpa rekam medis pasien tidak dapat
dilayani
berobat,
oleh
karena
itu
kecepatan
dan
ketepatannya untuk sampai di tangan dokter yang memeriksa di poliklinik, sangat diharapkan. Dengan demikian faktor keahlian sumber daya manusia merupakan hal yang sangat menentukan untuk kelancaran pelayanan rekam medis. Tetapi pada kenyataannya, rekam medis tersebut sering terlambat sampai di poliklinik. Hal ini dapat diketahui dari keluhan pasien yang datang berobat jalan, Mereka harus menunggu lama supaya dilayani dokter di poliklinik, karena rekam medisnya belum sampai. Keluhan pasien akan adanya keterlambatan rekam medis merupakan masalah dan tantangan bagi pengelola rekam medis untuk
meningkatkan
kualitas
pengelolaan
rekam
medis.
Keterlambatan rekam medis ini kemungkinan disebabkan oleh petugas rekam medis yang tidak memiliki pengetahuan khusus dalam pengelolaan rekam medis dan perlu waktu pemulihan seluruh rekam medis pasca gempa bumi yang terjadi. Pengelolaan
rekam medis perlu ditingkatkan lagi guna kepuasan pasien yang dilayani. Pengelolaan rekam medis dimulai dari pengadaan rekam medis yang baru, penyimpanan, perawatan, serta penggunaan rekam medis itu sendiri dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah
dalam
pengetahuan,
latar
belakang
penelitian
sikap,
ini
kinerja
di
atas,
adalah dan
maka
apakah
motivasi
perumusan faktor-faktor
petugas
dapat
mempengaruhi keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa variabel pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi petugas dalam mempengaruhi keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh tahun 2013.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun
2013 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan petugas dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013 2. Mengetahui
hubungan
antara
sikap
petugas
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013 3. Mengetahui
hubungan
antara
kinerja
petugas
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013 4. Mengetahui hubungan antara motivasi petugas dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013 1.5. Manfaat Penelitian 1.
Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Meuraxa untuk
meningkatkan
kinerja
stafnya
sehingga
dapat
membuat rekam medis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai wujud dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. 2.
Sebagai
sarana
pengetahuan
untuk
penulis
meningkatkan
dalam
wawasan
menerapkan
ilmu
dan yang
diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh. 3. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan rekam medis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rekam Medis 2.1.1. Sejarah Rekam Medis Sejarah rekam medis di mulai pada zaman batu (paleolithic) lebih kurang 2500SM dengan ditemukannya lukisan purba tentang trephinasi dan amputasi di dinding gua di Spanyol, hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman pra sejarah praktik rekam medis dilakukan bersamaandengan praktik kedokteran (DepKes RI, 1997). Praktik kedokteran secara ilmu pengetahuan modern dimulai sejak zaman Hipocrates pada 460SM. Hipocrates sebagai bapak ilmu kedokteran banyak menulis tentang pengobatan, observasi penelitian yang cermat dan sampai saat ini dianggap benar. Hasil pemeriksaan pasiennya (rekam medis) hingga kini masih dapat dibaca oleh para dokter sehinggakecermatan cara kerja Hipocrates dalam pengelolaan rekam medisnya sangat menguntungkan para dokter sekarang (DepKes, 1997). Pada tahun 1137, rekam medis pertama kali dilaksanakan di Rumah Sakit St. Bathelomew di London. Di Indonesia, kegiatan
pencatatan mulai dilakukan pada masa pra kemerdekaan, hanya saja
masih
belum
dilaksanakan
dengan
baik,
penataannya
mengikuti sistem informasi yang benar. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960, kepada semua petugas
kesehatan
diwajibkan
untuk
menyimpan
rahasia
kedokteran, termasuk berkas rekam medis. Kemudian pada tahun 1972
dengan
surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 034/Birhup/1972, ada kejelasan bagirumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis kesehatan. Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar penyelenggaraan rekam medis dapat berjalandengan baik di institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit. Kurun waktu 1972-1989 penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit belum berjalansebagaimana yang diharapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/MENKES/PER/XV/1989 tentang rekam medis yang telah direvisi menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 ini perlu dipertegas kembali tentang pengelolaan rekam medis yang merupakan landasan hukum semua tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat di dalam penyeenggaraan rekam medis di sarana pelayanan kesehatan (DepKes, 1997). 2.1.2. Pengertian Rekam Medis Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.
Sedangkan
menurut
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis/terekam tentang identitas pasien, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik di rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat. Pengertian
rekam
medis
menurut
IFHRO
(International
Federation Health Record Organization) adalah rekam medis berisi semua informasi mengenai pasien, penyakit, pengobatan, dan rekaman
yang
didalamnya
sesuai
dengan
urutan
pelayanan/perawatan. Rekam medis adalah berkas yang beisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, diagnosis pengobatan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanann lain
yang
diberikan
kepada
pasien
pada
sarana
pelayanan
kesehatan meliputi pendaftaran pasien yang dimulai dari tempat penerimaan
pasien,
mengumpulkan,
kemudian
menganalisa,
bertanggung mengolah,
jawab dan
untuk
menjamin
kelengkapan berkas rekam medis dari unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat, dan unit penunjang lainnya (Hatta, 1985; Suwarti, 1999; Watson, 1992). Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak
hanya
sekedar pencatatan, akan tetapi pengertian tersebut
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis, sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari penyelenggaran rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis adalah proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya
pasien
di
kegiatanpencatatan data
rumah
sakit,
rekam medis
diteruskan selama
dengan
mendapatkan
pelayanan medis dan dilanjutkan denganpenanganan dokumen rekam medis yang meliputi penyelenggaraan, penyimpanan, dan pengeluaran dokumen dari rak penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman dari pasien atau untuk keperluan lainnya. 2.1.3 Falsafah Rekam Medis Proses pelayanannya diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
medis
lainnya.
Rekam
medis
merupakan
catatan
(rekaman) yang harus dijaga kebersihannya dan terbatasnya tenagakesehatan dan pasien-pasien serta memberikan kepastian biaya
yang
harus
dikeluarkan.
Jadi
falsafah
rekam
medis
mencantum nilai-nilai aspek yang dikenal dengan sebutan ALFREDS (Administrative,
Legal,
Financial,
Research,
Education,
Dokumentation, and Service) yaitu sebagai berikut : a. Administrative(Aspek Administrasi) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang
dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. b. Legal(Aspek Hukum) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum, karena
isinya
menyangkut
masalah
adanya
jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan. c. Financial(Aspek Keuangan) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. d. Research(Aspek Penelitian) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya
menyangkut
data/informasi
yang
dapat
dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. e. Education(Aspek pendidikan) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya
menyangkut
data/informasi
tentang
perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang
diberikan
kepada
pasien,
infomasi
tersebut
dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran bidang profesi pemakai. f. Documentation(Aspek dokumentasi) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan
dipakai
sebagai
bahan
pertanggungjawaban dan laporan Rumah Sakit. g. Service(Aspek Medis) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
2.1.4 Manfaat Rekam Medis Rekam medis memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: a. Pengobatan Pasien Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan
menganalisis
penyakit
serta
merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien. b. Peningkatan Kualitas Pelayanan Membuat
Rekam
Medis
bagi
penyelenggaraan
praktik
kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan
kualitaspelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal. c. Pendidikan dan Penelitian Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi. d. Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien. e. Statistik Kesehatan Rekam
medis
dapat
statistikkesehatan, perkembangan menentukan
digunakan
khususnya
kesehatan
jumlah
penderita
sebagai
untuk masyarakat pada
bahan
mempelajari dan
untuk
penyakit-penyakit
tertentu. f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik (Manual Rekam Medis, 2008).
2.1.5. Isi Rekam Medis Isi
rekam
medis
269/MENKES/PER/III/2008
sesuai
dengan
disesuaikan
Permenkes
dengan
No.
kebutuhan
pemakainya, khususnya lembar rekam medis rawat inap berisi sebagai berikut: a. Identitas pasien, terdiri dari nama lengkap pasien, umur, nama suami/ayah, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, nomor
rekam medis, agama, pekerjaan, nomor
penduduk,
alamat,
dan
nomor
telepon
rumah
kartu untuk
memudahkan penyusunan dan penemuan kembali berkas rekam medis. b. Tahun
kunjungan
atau
tahun
dirawat
terakhir,
untuk
mempermudah mencari (mengklasifikasi) berkas rekam medis yang sudah tidak aktif. c. Tanda (+) untuk pasien yang meninggal,ditulis dibelakang nama pasien pada sampul luar depan dan berkasrekam medis pasien yang meninggal menandakan bahwa berkas tersebut sudah tidak aktif. d. Catatan
mengenai
data
kesehatan
pasien,
meliputi
penyebab sakit, penentuan tindakan terapi, rehabilitasi, riwayat pasien dan keluarga, riwayat sakit, peemriksaan fisik, perawatan dan terapi obat terakhir, hasil konsultasi, dan lain-lain.
e. Perintah doter atau rencana perawatan, dokter menuliskan perkembangan
pasien,
penemuan
medis,
rencana
perawatan, hasil tes, dan kondisi umum pasien. Perintah dokter ini harus diberi tanggal dan ditandatangani. f. Catatan perkembangan, catatan ini mengindikasikan kondisi dan respon pasien terhadap perawatan. g. Penelusuran spesial atau pemeriksaan yang dilakukan seperti hasil laboratorium, radiologi, patologi, dan lain-lain. h. Catatan perawat dan diagram grafik, perawat mencatat semua
pengamatan,
pengobatan,
perawatan,
dan
pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. i. Formulir operasi anestesi dan recovery, berisi persetujuan bedah, laporan pra dan post anastesi, laporan operasi, dan laporan lain yang relevan. j. Lembar kontrol istimewa seperti catatan/laporan persalinan, identitas bayi. k. Ringkasan keluar/resume, berisi kondisipasien saat keluar, prognosis, perawatan pasien kembali kontrol untuk follow up.
Pada
lembar
untukmenunjukkan
depan
ditandatangani
tanggung
jawab
oleh
terhadap
dokter
informasi
yang telah dituliskan. l. Formulir
informed
consent
atau
formulir
persetujuan
tindakan medis yang ditandatangani pasien atau suami atau
ayah
yang
bersangkutan
sebelum
dokter
melakukan
tindakan tertentu. 2.1.6 Mutu Rekam Medis Rekam medis yang baik dapat pula mencerminkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Payne, 1976;Huffman, 1990). Rekam medis yang bermutu juga diperlukan untuk persiapan evaluasi dan audit medis terhadap pelayanan medis secara retrospektif terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya syaratsyarat dari mutu rekam medis ini, maka tenaga medis maupun pihak rumah sakit akan sukar membela diri di pengadilan bila terdapat tuntutan malpraktik oleh pihak pasien. Menurut Huffman (1990) dan Soejaga (1996), mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikatorindikator mutu rekam medis sebagai berikut : a. Kelengkapan isian resume medis Adapun uraian indikator-indikator kelengkapan isian resume medis menurut Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 adalah sebagai berikut: • Identitas pasien • Tanggal dan waktu • Hasil anamnesis, mencakup sekurangya keluhan dan riwayat penyakit • Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis • Diagnosis
• Rencana penatalaksanaan • Pengobatan dan/atau tindakan • Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien • Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan • Persetujuan tindakan bila diperlukan b. Keakuratan Adalah ketepatan catatan rekam medis,dimana semua data pasien ditulis dengan teliti, cermat, tepat, dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya. c. Tepat waktu Rekam
medis
harus
diisi
dan
setelah
diisi
harus
dikembalikan ke bagian rekam medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada. d. Memenuhi persyaratan hukum Rekam
medis
memenuhi
persyaratan
aspek
hukum
(Permenkes 269 Tahun 2008) yaitu : •
Penulisan rekam medis tidak memakai pensil
•
Penghapusan tidak ada
•
Coretan, ralat sesuai dengan prosedur, tanggal, dan tanda tangan
•
Tulisan harus jelas dan terbaca
•
Ada tanda tangan oleh yang wajib menandatangani dan nama petugas
•
Ada tanggal dan waktu pemeriksaan tindakan
•
Ada lembar persetujuan
2.2. Rumah Sakit Rumah sakit adalah organisasi unik karena merupakan paduan antara organisasi padat teknologi, padat karya dan padat modal sehingga pengelolaan rumah sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mengedepankan dua hal sekaligus, yaitu teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi (Subanegara, 2005). American Hospital Associationdi tahun 1987 menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien (diagnostik dan terapeutik) untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya dan harus menyediakan fasilitas
yang
lapang,
tidak
berdesak-desakan
dan
terjamin
sanitasinya bagi kesembuhan pasien (Aditama, 2003). Massie dalam Aditama (2003) mengemukakan tiga ciri khas rumah sakit yang membedakannya dengan industri lainnya, yaitu: 1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia. Dalam industri rumah sakit, seyogyanya
tujuan utamanya adalah melayani kebutuhan manusia, bukan semata-mata menghasilkan produk degan proses dan biaya yang seefisien mungkin. Unsur manusia perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab utama pengelola rumah sakit. Perbedaan
ini
mempunyai
dampak
penting
dalam
manajemen, khususnya menyangkut pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia. 2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan (customer) tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi, kadang-kadang bukan mereka sendiri yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus dirawat.
Bagi
karyawan
ditentukan
oleh
kebijaksanaan
kantornya. Jadi jelaslah mereka yang diobati di suatu rumah sakit belum tentu kemauan pasien. Selain itu, jenis tindakan medis yang akan dilakukan dan pengobatan yang diberikan juga tidak tergantung pada pasiennya, tetapi tergantung dari dokter yang merawatnya. Ini tentu amat berbeda dengan bisnis restoran di mana si pelangganlah yang menentukan menunya yang akan dibeli. 3. Kenyataan
menunjukkan
bahwa
pentingnya
profesional
tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi,
radiographer,
ahli
gizi
dan
lain-lain.
Para
profesional ini sangat banyak sekali jumlahnya di rumah
sakit. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa para profesional cenderung sangat otonom dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi kerjanya tidak sejalan dengan misi kerja
manajemen
organisasi
secara
keseluruhan
tetapi
bekerja dengan standar profesi yang dianutnya. Akibatnya ada kesan bahwa fungsi manajemen dianggap kurang penting. Karakteristik merupakan sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang dapat dilihat dan dinilai (Ali, 2007). 2.3. Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel
dalam
suatu
organisasi.
Sedangkan,
menurut
Prawirosentono (1999), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing,
dalam
rangka
upaya
mencapai
tujuan
organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Bernardin dkk (1998), terdapat enam aspek yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja, yaitu: mutu pekerjaan, kualitas pekerjaan, batas waktu, efektivitas biaya, inisiatif dan dampak sosial. Sedangkan, menurut Asiad (2000), Faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah:
a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan
pegawai
seperti
minat,
inteligensi,
pendidikan, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antara tenaga kerja dengan atasan maupun sesama pegawai. Gibson (1997), menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu: a. Variabel individu, yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang keluarga, pengalaman, tingkat sosial dan faktor demografis. b. Variabel
organisasi,
terdiri
sub
variabel
sumber
daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan disain pekerjaan. c. Variabel
psikologis,
yang
terdiri
dari
persepsi,
sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi.
2.3.2 Strategi untuk Meningkatkan Kinerja Menurut Schuller, dkk (1999), ada beberapa strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan di Mrs. Fields Incorporated, sebuah perusahaan penjualan kue, yaitu: a. Dorongan Positif (Positive Reinforcement) Dorongan positif melibatkan penggunaan penghargaan positif untuk meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan pada dua prinsip fundamental: (1) orang berkinerja sesuai dengan cara yang mereka pandang
paling
menguntungkan
memberikan
bagi
penghargaan
mereka, yang
dan
(2)
dengan
semestinya,
orang
dimungkinkan memperbaiki kinerjanya. Sistem dorongan positif dapat dirancang berdasarkan prinsip-prinsip teori dorongan: •
Lakukan audit kinerja Audit
kinerja
mengkaji
seberapa
baik
pekerjaan
dilaksanakan. •
Tetapkan standar dan tujuan kinerja Standar adalah tingkat minimum kinerja yang diterima, tujuan adalah tingkat kinerja yang ditargetkan. Keduanya harus ditetapkan setelah audit kinerja dan harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Tujuan dan standar harus dapat diukur dan dapat dicapai.
•
Berikan
umpan
balik
kepada
karyawan
mengenai
kinerjanya Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik terus menerus. Umpan balik harus netral dan bahan evaluatif
bersifat
menilai
dan
bila
mungkin
harus
disampaikan secara langsung kepada karyawan, bukan kepada penyelia. Umpan balik langsung yang tepat memberi pengetahuan yang dibutuhkan pekerja untuk dipelajari.
Umpan
balik
memungkinkan
pekerja
mengetahui apakah kinerja mereka meningkat, tetap sama atau bertambah buruk. •
Beri karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung dengan kinerja Jika penghargaan berupa pujian, maka harus dinyatakan dalam
bentuk
kuantitatif
dan
spesifik.
Salah
satu
penghargaan yang umum adalah uang. Meskipun uang sangat efektif sebagai motivator, banyak organisasi sering tidak
mampu
penghargaan
menggunakannya. lainnya
sama
Walaupun efektifnya.
begitu, Mereka
memasukkan pujian dan pengakuan berkaitan dengan perilaku
pekerjaan
spesifik,
peluang
untuk
memilih
kegiatan, peluang untuk mengukur perbaikan kerja secara pribadi dan peluang untuk mempengaruhi mitra kerja dan manajemen. Penghargaan untuk kinerja tertentu harus diberikan
sesegera
mungkin
setelah
perilaku
itu
berlangsung.
b. Program Disiplin Positif Program ini memberi tanggung jawab perilaku karyawan di tangan
karyawan
sendiri.
Bagaimanapun,
program
ini
memberitahu karyawan bahwa perusahaan peduli dan akan tetap mempekerjakan karyawan selama ia berkomitmen
untuk
bekerja
dengan
baik.
Jika
karyawan
membuat
komitmen tersebut, perusahaan mempunyai karyawan yang baik. Jika karyawan memutuskan untuk keluar, ia tidak punya alasan riil untuk menyalahkan perusahaan. c. Program Bantuan Karyawan Program bantuan karyawan menolong karyawan mengatasi masalah-masalah kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran mereka di tempat kerja. d. Manajemen Pribadi Manajemen
pribadi
pendekatan
yang
(self
management)
relatif
baru
adalah
untuk
suatu
mengatasi
ketidaksesuaian kinerja. Manajemen pribadi mengajari orang mengamati perilaku sendiri, membandingkan dengan
tujuannya,
dan
memberikan
outputnya
dorongan
untuk
menopang komitmen pada tujuan dan kinerja.
2.4Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Winkel (1996), pengetahuan mencakup akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni: •
Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
•
Memahami
(comprehension),
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan untuk menjelaskan secata benar tentang objek yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan
materi
tersebut secara benar. •
Aplikasi
(aplication), diartikan sebagai kemampuan unutk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). •
Analisis
(analysis),
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. •
Sintesis
(synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
•
Evaluasi
(evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmodjo, 2003). 2.5
Sikap Secara
umum,
sikap
dapat
dirumuskan
sebagai
kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung penilaian
emosional
atau
afektif
(senang,
benci,
sedih
dan
sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek tersebut) serta aspek konotif (kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo, 2003). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997). Berbagai
tingkatan
dalam
sikap
menurut
Notoadmodjo
(2003): •
Menerima (receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek. •
Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
•
Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga. •
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.6 Motivasi Menurut
kamus
Bahasa
Indonesia
Modern,
karangan
Muhammad Ali, motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang
menjadi
pokok.
Dari
pengertian
motif
tersebut
dapat
diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja (Arep dkk, 2003). Secara
singkat,
manfaat
motivasi
yang
utama
adalah
menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang akan senang melakukan pekerjaannya (Arep dkk, 2003). Sesuatu mendorongnya
yang akan
dikerjakan membuat
karena orang
ada
senang
motivasi
yang
melakukannya.
Orangpun akan merasa dihargai/diakui. Hal ini terjadi karena
pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.
Kinerjanya
akan
bersangkutan
dan
tidak
pengawasan,
semangat
akan
dipantau
oleh
membutuhkan
juangnya
akan
individu terlalu
tinggi.
Hal
yang banyak
ini
akan
memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian (Arep dkk, 2003). 2.5 Kerangka Teoritis Pengetahuan •
Tahu (know),
•
Memahami
Sikap
(comprehension) •
Aplikasi (aplication)
•
Analisis (analysis)
•
Sintesis (synthesis)
•
Evaluasi (evaluation)
•
Menerima (receiving)
•
Merespons (responding)
•
Menghargai (valuing)
•
Bertanggung jawab (responsible)
Keberhasilan Rekam Medis
Motivasi • •
Dorongan bagi seseorang
Kinerja
untuk bekerja
•
Psikologis
Menciptakan gairah untuk
•
Sosial
meningkatkan produktifitas kerja
(Asiad, 2000)
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berikut
berdasarkan
teori-teori
yang
dikemukakan
oleh
Mufattikhatus S (2007), maka konsep penelitian digambarkan sebagai: Variabel Independen
Variabel
Dependen Pengetahuan Sikap
Kinerja
Keberhasilan Rekam Medis
Motivasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel Independen (bebas) yaitu meliputi : pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi 3.2.2. Variabel Dependen (terikat) yaitu keberhasilan rekam medis.
3.3. Definisi Operasional N Variabel Defenisi o Operasional Dependen 1 Keberhasila Berkas yang n rekam berisikan catatan dan medis dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Independen 2 Pengetahua Hasil dari tahu, dan n ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu 3 Sikap Kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. 4 Kinerja Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi 5 Motivasi Sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Buku Register
- Baik - Kurang baik
Ordin al
Melihat Buku Status/reka Register m medik / rekam medik
- Baik - Cukup - Rendah
Ordin al
Melihat Buku Status/reka Register m medik / rekam medik
- Positif - Negatif
Ordin al
Melihat Buku Status/reka Register m medik / rekam medik
- Baik - Kurang baik
Ordin al
Melihat Buku Status/reka Register m medik / rekam medik
-
Melihat Status
Alat Ukur
Tinggi Ordin Rend al ah
3.4. Cara Pengukuran Variabel 1. Rekam Medis Baik
: apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥
Mean Kurang baik
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai < Mean 2. Pengetahuan Tinggi
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai ≥ 76% Cukup
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai 56% - 76% Rendah
: apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai <
56% 3. Sikap Postif
: apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥
Mean Negatif
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai < Mean 4. Motivasi Tinggi
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai ≥ Mean Rendah
: apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai <
Mean 5. Kinerja Baik
: apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥
Mean Kurang Baik
: apabila dari hasil penelitian didapatkan
nilai < Mean
3.5. Hipotesis Penelitian 1. Ho : Tidak
ada
hubungan
antara
pengetahuan
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. 2.
Ho :
Tidak
ada
hubungan
antara
sikap
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Ha : Ada hubungan antara sikap dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. 3.
Ho :
Tidak
ada
hubungan
antara
kinerja
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Ha : Ada hubungan antara kinerja dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. 4.
Ho :
Tidak ada hubungan antara motivasi dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Ha : Ada hubungan antara motivasi dengan keberhasilan rekam
medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional, dimana penulis ingin mengetahui apakah hubungan antara
pengetahuan,
sikap,
kinerja
dan
motivasi
dengan
keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. 4.2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh. 4.3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2013. 4.4.Populasi dan Sampel Penelitian 4.4.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013. 4.4.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013. Pengambilan sampel diambil secara total populasi sampling yaitu semua populasi dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai sampel.
4.5. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data tentang pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi petugas dalam mengisi rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013, dan data sekunder yang berasal dari bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013. 4.6.
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Editing, yaitu data yang telah dikumpulkan dan diperiksa kebenarannya. Setelah terkumpul data di edit kembali sehingga dapat dilihat dan diberi nilai
2.
Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu. Setelah diteliti masing-masing data diberi kode baik dengan skor/angka ataupun dengan huruf.
3.
Tabulating,
yaitu
data
yang
telah
terkumpul
ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Setelah proses analisis selesai maka hasil dibuat dalam bentuk tabel distribusi dan tabel silang. 4.7 Analisa data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara bertahap sebagai berikut : 1. Analisis Univariat Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari variabel-variabel yang diteliti. 2. Analisis Bivariat Analisa ini digunakan dengan menggunakan uji statistik chi square (X2). Menurut Sutanto (2007) aturan yang berlaku pada uji chi square adalah : a.
Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah ”Fisher’s Exact Test”
b.
Bila tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya ”Countinuity Correction (a)”
c.
Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka digunakan uji ”Pearson Chi Square” Analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan
program SPSS versi 17 untuk membuktikan hipotesis yaitu dengan ketentuan jika p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan Ha benar yang berarti ada hubungan yang bermakna (Sutanto, 2007). 4.8 Penyajian Data Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang serta dinarasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam Medis/Medical Record), 2009. Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis, cetakan I. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta Mufattikhatus S. Kelengkapan Pengisian dan Ketepatan waktu Pengembalian Rekam Medis Ke Sub Bidang Rekam Medis dan Determinan Dominannya Penelitian RSU Dr.Soetomo, 2007 Lumbantobing, Masrita. T, A, 2004. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Organisasi dan Psikologis Terhadap Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan Pelaporan Program KIA di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2004, Tesis, Program Studi AKK USU, Medan. Megawati, 2005.
Analisa Pengaruh Karakteristik Individu terhadap
Kinerja Perawat DI RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Tesis, Program Studi IKM AKK USU, Medan. Arep, Ishak, dan Tanjung, Masri, 2003. Manajemen Motivasi, PT Grasindo, Jakarta. Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Aditama, T, Y, 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI Press, Jakarta.
Asiad,
M,
2000.
Psikologi
Industri.
Edisi
keempat,
Liberty
Yogyakarta, Yogyakarta. Azwar, Azrul, 2003. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Rekam Medis dalam Upaya
Meningkatkan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan,
Kumpulan
Makalah Seminar Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta. Darma, Surya, 2005.
Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan
Penerapannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Depkes RI, 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Foster,
Bill
dan Seeker,
Karen.
R,
2001.
Pembinaan untuk
Meningkatkan Kinerja Karyawan, PPM, Jakarta. Gafur, Kemala M, A. 2003. Pentingnya Peningkatan Profesionalisme Rekam Medis dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta. Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1997.
Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Hutagalung, Hawanuddin, 2005. Kajian Pemanfaatan Rekam Medis Sebagai
Bahan
Pengembangan
Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi Kedokteran serta Perencanaan di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan Tahun 2005, Tesis, Program Studi AKK
USU, Medan. Ilyas, Y, 2001.
Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian, Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI, Jakarta. Lumbantobing, Masrita. T, A, 2004. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Organisasi dan Psikologis Terhadap Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan Pelaporan Program KIA di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2004, Tesis, Program Studi AKK USU, Medan. Megawati, 2005. Analisa Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Perawat DI RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Tesis, Program Studi IKM AKK USU, Medan. Muchlas, 1998.
Perilaku Organisasi Jilid 2 Edisi 1, Magister
Manajemen Rumah Sakit UGM, Yogyakarta. Muhammad, 2003.
Analisis Motivasi Kerja dan Hubungannya
dengan Kinerja Perawat di RSU Dr. Zainal Abidin Banda Aceh, Tesis, Program Studi IKM AKK USU, Medan. Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Waruna, S. M, 2003. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Pencatatan Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit USU, Medan. Wilujeng, Sofia Lestari, 2008.
Pengaruh Motivasi Ekstrinsik dan
Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Perawat (Studi Kasus Pada
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Semen Gresik), 2009.