REFLEKSI KASUS
November 2017
Infeksi Neonatorum
Nama
: Imelda Friska Ta’uro
No. Stambuk : N 111 17 032 Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU 2017
BAB I PENDAHULUAN
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. 5 Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.5 Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. 3 Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonataul terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: seperti: tetanus neonatorum, meningitis, meningitis, pneumonia, dan diare.3 Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka an gka kematian ke matian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggale jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut
2
DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.3
3
BAB II LAPORAN KASUS INDENTITAS PASIEN
Nama
: Bayi Ny. M
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 18 November 2017 (17.40 WITA)
Tanggal Masuk
: 19 November 2017 (11.3 WITA)
ANAMNESIS
Bayi perempuan rujukan dari Klinik bidan Muntik 11.30 wita. Bayi lahir secara spontan spt/lbk di tolong oleh bidan pada pukul 17.40 wita di Klinik bidan Muntik. Bayi tidak langsung menangis, ketuban hijau, sesak (+), retraksi (+), sianosis (-), merintih (-), mec/mic (+) kejang (+) 3 kali berlangsung > 10 menit, kelainan kongenital (-), a/s 5/6, kehamilan lebih bulan. Riwayat maternal: bayi lahir dari ibu G1P0A0, usia ibu saat hamil 23 tahun dan ayah 30 tahun. Ibu rajin memeriksakan antenatal care, riwayat hipertensi (-). Ibu bekerja sebagai IRT. Selama kehamilan ibu mengaku teratur melakukan
antenatal care
di
dokter spesialis kandungan. Nafsu makan ibu bagus selama kehamilan. Tidak ada riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun menggunakan obat-obatan. Riwayat persalinan : bayi dilahirkan di Klinik bidan Muntik dibantu oleh bidan. Bayi lahir secara spontan, dimana pada proses persalinan berlangsung cukup lama dikarenakan ukuran dan pintu panggul ibu sempit, beberapa jam setelah itu bayi keluar dengan ketuban berwarna hijau. Menurut orang tua bayi lingkungan sekitar Klinik persalinan tersebut terlihat bersih dan juga peralatan yang di gunakan steril.
4
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital Denyut Jantung
: 158 kali/ menit
Respirasi
: 78 kali/menit
Suhu
: 37,4oC
Berat Badan
: 2600 gram
Panjang Badan
: 45 cm
Lingkar Kepala
: 34 cm
Lingkar Dada
: 32 cm
Lingkar Perut
: 31 cm
Lingkar Lengan
: 8 cm
Sistem Pernapasan -
Sianosis
: (-)
-
Merintih
: (-)
-
Apnea
: (-)
-
Retraksi dinding dada
: (+)
-
Pergerakan dinding dada
: Simetris bilateral
-
Pernapasan cuping hidung
: (-)
-
Stridor
: (-)
-
Bunyi Pernapasan
: Bronchovesikuler (+/+)
-
Bunyi Tambahan
: (-)
-
Skor DOWN
Frekuensi Napas
:
(1)
5
Retraksi dinding dada : -
(1)
Sianosis
: -
(0)
Udara masuk
: Simetris
(0)
Merintih
: (-)
(0)
Total Skor
:2
Kesimpulan
-:
Sistem Kardiovaskuler -
Bunyi Jantung
: Bunyi jantung I dan II Murni reguler
-
Murmur
: (-)
Sistem Hematologi -
Pucat
: (-)
-
Ikterus
: (-)
Sistem Gastrointestinal -
Kelainan dinding abdomen
: (+)
-
Muntah
: (-)
-
Diare
: (-)
-
Organomegali
: (-)
-
Bisisng Usus
: (+) Kesan Normal
-
Umbilikus
Keluaran
: (-)
Warna kemerahan
: (+)
Edema
: (-)
Sistem Saraf -
Aktivitas
: Bayi aktif
-
Kesadaran
: Compos Mentis
-
Fontanela
: Datar
-
Sutura
: Belum menyatu
6
-
Refleks Cahaya
: (+)
-
Kejang
: (+)
Sistem Genitalia -
Anus imperforata
-
Laki-laki
:-
Hipospadia
: (-)
Hidrokel
: (-)
Hernia
: (-)
Testis
: (-)
Mikropenis
: (-)
Pemeriksaan Lain -
Ekstremitas
: Lengkap
-
Turgor
: baik
-
Tulang Belakang
: Normal
-
Kelainan Kongenital
: (-)
-
Trauma Lahir
: (-)
Skor BALLARD -
-
Maturitas Neuromuskular
Sikap Tubuh
:4
Persegi Jendela
:4
Rekoil Lengan
:4
Sudut Poplitea
:4
Tanda Selempang
:3
Tumit ke Kuping
:4
Total
: 23
Maturitas Fisik
Kulit
:4
Lanugo
:4
7
Permukaan Plantar
:4
Payudara
:4
Mata/Telinga
:4
Genitalia perempuan
:4
Total `
: 24
Total Skor
: 47
Minggu
:44 minggu
Estimasi Umur Kehamilan : Kecil Masa Kehamilan + Lebih bulan
Interpretasi : Kecil Masa Kehamilan + LebihBulan
8
Resume :
Bayi perempuan rujukan dari Klinik bidan Muntik 11.30 wita. Bayi lahir secara spontan spt/lbk di tolong oleh bidan pada pukul 17.40 wita di Klinik bidan Muntik. Bayi tidak langsung menangis, ketuban hijau, sesak (-), retraksi (+), sianosis (-), merintih (-), mec/mic (+/+) kejang (+) 3 kali berlangsung selama > 10 hari, kelainan kongenital (-), a/s 5/6, bayi kecil masa kehamilan dan Lebih bulan. Berat badan lahir 2600 gram dan panjang badan 45 cm. Riwayat maternal: bayi lahir dari ibu G1P0A0, usia ibu saat hamil 23 tahun dan ayah 30 tahun. Antenatal care (+), riwayat hipertensi (-). Ibu bekerja sebagai IRT. Nafsu makan ibu bagus selama kehamilan.
Tidak
ada
riwayat
merokok,
mengkonsumsi
alkohol,
maupun
menggunakan obat-obatan. Riwayat persalinan, bayi dilahirkan di Klinik bidan Muntik dibantu oleh bidan. Bayi lahir secara spontan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum sakit ringan, aktivitas aktif, kesadaran compos mentis. Denyut jantung 158 x/menit, suhu 37,4, respirasi 56 x/menit, berat badan 2600 gram, panjang badan 45 cm. Skor ballard 47 estimasi usia 44 minggu, artinya bayi lahir kurang bulan kecil masa kehamilan. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Tanggal 19-11-2017
WBC : 20,3 x 103 U/L NEU 75% LYM 18,8% RBC: 4,84 x 106 U/L HGB: 17,9 g/dl HCT: 53,6 %
9
PLT: 254 x 103 mm3 DIAGNOSIS KERJA
: By. Infeksi Neonatus
TERAPI : - O2 nasal 0,5-1 LPM
- IVFD: Dekstrosa 5% 8 tetes/menit (mikrodrips) - Inj.Cefotaxime 2x125 mg/24 jam/IV - Inj.Gentamicin 2x8 mg/24 jam IV - Inj. Dexametasone 2x0,5 mg/IV -Inj. Sibital 5 mg/12 jam -Observasi TTV Anjuran pemeriksaan : periksa gula darah sewaktu, darah rutin. FOLLOW UP Tanggal : 19 November 2017 (Usia 1 Hari, Perawatan Hari 0)
S
-
Keadaan Umum Bayi: Jelek
-
Sistem Pernapasan: Demam (+), Sianosis (-), Sesak (+), merintih (+), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), puasa (+). Mec/mix (-).
-
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
-
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
-
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (+), massa/organomegali (-).
-
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran compos mentis,
10
fontanela datar, kejang (+) 3 kali berlangsung selaama >10 menit O
Tanda Tanda Vital :
Keadaan Umum : Jelek o
Denyut Jantung : 162 x per menit
o
Pernapasan
: 78x per menit
o
Berat badan
: 2600 gram
o
Suhu
: 37,60C
Laboratorium :
GDS : 57 mg/Dl
Kriteria Sepsis :
Kategori A
Kategori B
Gangguan napas (+)
Tremor
(-)
Kejang
(+)
Letargi/lunglai
(+)
Tidak sadar
(-)
Iritabel/rewel
(-)
Suhu tidak stabil (+)
Malas minum/muntah (-)
Persalinan tidak higienis (-)
perut kembung
Keadaan memburuk cepat (+)
tanda” muncul setelah hari 4 (-)
(-)
Total 4A dan 1B (Kecurigaan)
A P
Infeksi Neonatus -
02 1 Lpm
-
Dextrose 5 % 8 tpm/kolf
-
Inj. Cefotaxim 150 mg/IV
-
Inj. Dexametasone 0,5 mg/IV
-
Inj. Gentamisin 8 mg/IV
-
Observasi Tanda-tanda vital bayi
11
Tanggal : 20 Oktober 2017 (Usia 2 Hari, Perawatan Hari 1)
S
-
Keadaan umum bayi : Jelek
-
Sistem Pernapasan: Sianosis (-), Sesak (+), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), puasa (+). Mec/mix (-).
-
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
-
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
-
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (+), mas-sa/organomegali (-).
-
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (+), Letargi (+).
O
Tanda Tanda Vital :
Keadaan Umum : Jelek o
Denyut Jantung : 142 x per menit
o
Pernapasan
: 62 x per menit
o
Berat badan
: 2200 gram
o
Suhu
: 37,60C
Kriteria Sepsis :
Kategori A
Kategori B
Gangguan napas (+)
Tremor
(-)
Kejang
(+)
Letargi/lunglai
(+)
Tidak sadar
(-)
Iritabel/rewel
(-)
Suhu tidak stabil (+)
Malas minum/muntah (-)
Persalinan tidak higienis (-)
Perut kembung
Keadaan memburuk cepat (+)
tanda” muncul setelah hari 4 (-)
(-)
Total 4A dan 1B (Kecurigaan)
12
A P
Infeksi Neonatus -
02 0,5-1 Lpm
-
IVFD Dextrosa 5 % 13 gtt
-
Inj. Cefotaxim 2 x 150 mg/IV
-
Inj. Gentamisin 2x8 mg/IV
-
Inj. Dexametason 3 x 0,5 mg/IV
-
Inj. Sibital 2 x 10 mg/IV
-
Observasi tanda-tanda vital bayi
-
Puasa sementara
13
BAB III DISKUSI
Infeksi neonatus adalah suatu sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi selama satu bulan kehidupan, yang dapat terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan pascanatal.1,7 Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.6 Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain. Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blank membaginya dalam 3 golongan, yaitu :3,4 1) Infeksi Antenatal Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Kemudian kuman melewati batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah : (a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, coksackie, variola, cytomegalic inclusion ; (b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum (c). Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan Listeria Monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta.
14
Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut. 2) Infeksi Intranatal Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban, pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush” 1,3,4 3) Infeksi Pascanatal Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat di cegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. 2,4,6 Pada kasus didapatkan adanya riwayat persalinan jelek pada ibu dan bayi. Dimana pada proses persalinan berlangsung cukup lama dikarenakan letak panggul ibu sempit, beberapa jam setelah itu bayi keluar dengan ketuban berwarna hijau. Selain itu usia kehamilan yang cukup lama yaitu 44 minggu meerupakan factor resiko terjadinya infeksi pada bayi. Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan. 1.
Infeksi
berat
(major
infections)
:
sifilis
kongenitl,
sepsis
neonatal,
meningitis, diare, pielonefritis, tetanus neonaturum.
15
a) Sepsis neonatorum Sepsis neonatorum, merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah yang positif. Definisi lainnya adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.1,7 Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa , Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.
16
b) Sifilis kongenital Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan manifestasi klinis sifilis kongenital; atau ditemukannya
Treponema pallidum pada lesi,
plasenta, tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan2,5 oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan atau telah mendapat pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak menunjukkan respons serologi; atau ditemukannya salah satu dari hal berikut, yaitu pemeriksaan radiologi tulang panjang dan/atau cairan serebrospinal yang sesuai gambaran sifilis kongenital. Penatalaksanaan :
1. Penisilin kristalin (IV) 50.000 U/kg/12 jam selama 7 hari, 50.000 U/kg/8 jam selanjutnya sampai 10 hari 2. Penisilin prokain 50.000 U/kg/kali (IM) c) Meningitis Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal maupun selaput otak yang membungkus jaringan otak dan medula spinalis. Kuman-kuman masuk ke setiap bagian ruang subarakhnoidal dan dengan
17
cepat menyebar ke bagian lain sehingga medulaspinalis terkena, yang akhirnya menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.2,3 Pada neonatus gejala klinis berbeda dengan anak yang lebih besar dan dewasa. Umumnya meningitis terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang,minum sangat berkurang, konstipasi, diare, biiasanya disertai dengan septikemia dan pneumonitis. Kejang terjadi lebih kurang 44% anak dengan penyebab H. Influenza, 25% oleh streptokokus pneumoniae, 78% sterptokokus, dan 10% oleh meningokokus.4,5 Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig, brudzinki dan fontanela menonjol untuk waktu awal belum muncul. Pada anak yang lebih besar, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyerikepala yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot, nyeripunggung. Biasanya dimulai dengan gangguan pernafasan bagian atas.
e) Diare Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali Penatalaksaaan :
Pengobatan diare pada neonatus umumnya hampir sama dengan pengobatan diare lainnya, yaitu bila belum terdapat dehidrasi dapat tetp diberikan minum
18
susu rendah laktosa dengan jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumat ditambah dengan jumlah kehilangan cairan yang masih berlangsung. Bila telah terdapat dehidrasi, pemberian cairan harus lebih banyak. Bila telah terjadi dehidrasi berat, harus diberikan cairan intravena dan hendaknya dilakukan pula koreksi terhadap gangguan elektrolit dan metabolik yang terjadi akibat diare ini.3 Antibiotika yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi diare akibat Salmonela sp, ialah aminoglikosida, yaitu gentamisin 4 mg/kgBB/hari atau amikasin 15mg/kgBB/hari, masing-masing dibagi dalam 2 dosis yang diberikan selama 7 hari. Pilihan selanjutnya ialah kloramfenikol 25mg/kgBB/hari intravena atau kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari oral, masing-masing dibagi dalam 4 dosis dan diberikan selama 7 hari. Bila diduga bayi menderita diare akibat EPEC, dapat diberikan kolistin dengan dosis 50.000 unit/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Sesudah ada hasil biakan dan uji resistensi, dapat diberikan antibiotika yang sesuai. 4,6 f) Tetanus Neonatorum Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai oleh adanya trismus, disfagia, dan rigiditas otot lokal yang dekat dengan tempat luka, sering progresif menjadi spasme otot umum yang berat
serta
diperberat
dengan
kegagalan
respirasi
dan
ketidakstabilan
kardiovaskular. Gejala klinis tetanus hampir selalu berhubungan dengan kerja toksin pada susunan saraf pusat dan sistem saraf autonom dan tidak pada sistem saraf perifer atau otot.6 Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, umumnya karena tehnik pemotongan tali pusat yang tidak aseptik dan ibu yang tidak mendapat imunisasi yang adekuat. Gejala yang sering timbul adalah
19
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. Posisi tubuh klasik : trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan
opisthotonus
yang
berat
dengan
lordosis
lumbal.
Bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki. Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia, pneumonia, kolaps sirkulasi dan kegagalan jantung paru.1,3,5 Penatalaksanaan :
1) Lini pertama diberikan Metronidazole 15 mg/kgbb dilanjutkan dosis 30 mg/kgbb/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari 2) Lini kedua diberikan penisilin prokain 50.000-100.000/kgbb/hari selama 710 hari
2. Infeksi ringan ( minor infection ) : oftalmia neonaturum, infeksi umbilicus (omfalitis), moniliasis. a) Omfalitis adalah Infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di sekitar tali pusat ditandai dengan tali pusat merah, bengkak, dan mengeluarkan nanah atau berbau busuk Sekitar tiga perempat dari kasus omfalitis merupakan polimikrobial. Bakteriaerob ditemukan pada sekitar 85% dari infeksi, didominasi oleh Staphylococcusaureus, Streptococcus grup A, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan Proteus mirabilis Penatalaksanaan Umum
- Jaga tali pusat selalu bersih, kering dan biarkan terbuka (jangan dibungkus) - Jangan beri ramuan apapun
20
- Jika kotor, bersihkan dengan kain bersih atau air matang Infeksi tali pusat lokal atau sebagian
- Bersihkan tali pusat dengan menggunakan larutan antiseptic (iodium povidon ) sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat - Dapat dilakukan ibu di rumah kapan saja bila memungkinkan Infeksi tali pusat berat atau meluas
- Tetap lakukan perawatan seperti infeksi tali pusat lo kal atau terbatas - Antibiotik sesuai indikasi Medikamentosa -Antibiotik ( ampicillin, gentamicin, cefotaxim) b) Oftalmmia neonatorum Oftalmia neonatorum atau dikenal juga sebagai konjungtivitis neonatorum merupakan peradangan konjungtiva yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan neonatus dengan tanda klinis berupa hiperemis dan edem pada palpebra dan konjungtiva palpebra,sekret mata yang purulen dengan satu atau lebih sel polimorfonuklear per lapang pandang pada perwarnaan gram. Oftalmia Merupakan
infeksi
mata
yang
disebabkan
oleh
kuman
Neisseria
gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir Gejala : - Konjungtiva hiperemis, edema palpebra, ada pus, mengeluarkan sekret kental kehijauan/kekuningan - Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan sekret mata Penatalaksanaan:
- bersihkan mata bayi dengan larut garam fisiologis sampai kemudian keringkan dengan kasa steril - Beri tetes mata/salep antibiotika selama 3 hari sampai mata normal - Beri antibiotika IM pada bagian anterior lateral femur - (Penisilin kristalin) atau ampisilin per oral
21
- Obati orang tua bayi dari gonorrhoeae Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka
imatur. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah
ini: Prinsip Umum Pencegahan Infeksi - Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir. - Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol. - Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan. - Gunakan teknik aseptik. -
Pegang
instrumen
tajam
dengan
hati – hati
dan
bersihkan
dan
jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan. - Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin -
Pisahkan
bayi
yang
menderita
infeksi
untuk
mencegah
infeksi
nosocomial. Pada Kasus ini kemungkinan dapat terjadi akibat infeksi sepsis neonatorum. Akan tetapi belum bisa ditegakkan dikarenakan belum adanya pemeriksaan kultur darah yang dilakukan. Dimana pemeriksaan ini merupakan gold standar dalam menentukkan jenis infeksi pada neonates terutama pada sepsis. Infeksi Meningitis juga kemungkinan dapat terjadi dalam kasus ini dikarenakan adanya kejang berulang >10 menit yang menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat. Sifilis neonatorum kemungkinan juga dapat terjadi pada kasus ini akan tetapi belum dapat ditegakkan karena belum dilakukan pemeriksaan tali pusat pad a bayi dan juga tidak didapatkan ciri khas tampakkan hidung pelana/ saddle
nose
pada bayi
dimana merupakan gambaran fisik khas pada bayi yang terinfeksi sifilis.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Okky, S,. patofisiologi Skelerema. Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas kedokteran universitas sriwijaya. Palembang. 2012. 2. Departemen Kesehatan RI – UKK Perinatologi IDAI – MNHJHPIEGO. 2004. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, perawat, bidan di rumah sakit. Kosim MS, Surjono A, Setyowireni D, penyunting. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 3. Sholeh, K,. Ari, Y,. Rizalya, D,. Gatot, IS,. Ali, U,. Buku Ajar Neonatologi. Ed.1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. 4. Bochud PY, Calandra T. Clinical Review: Science, medicine, and the future. Pathogenesis of sepsis: new concept and implications for future treatment. BMJ 2003;326:262- 266 5. Soedarmo, Sumarno S.Poorwo, dkk. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis ; Sepsis & 6. Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP 7. Rosiswatmo, R,. Sari Pediatri, Vol.14. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. 8. Djoko, W,. et al,. Buku Acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI. 2006.
23