Refleksi Kasus Disfagia Orofaring thtFull description
Deskripsi lengkap
adsgsgdgdsysy
REFLEKSI KASUS SEROTINUSFull description
refkasDeskripsi lengkap
refkas
drk yang dilakukan di Puskesmas/rumah sakitDeskripsi lengkap
hfjgkdmfFull description
herpers zoster
Refleksi kasus
Hermin tyastuti 20154030002
Ar-royyan adalah bangsal kelas 3 wanita di PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta. Singkat cerita ini menceritakan suatu kejadiaan yang berkesan untuk saya selama profesi KDM di bangsal arroyan karena berawal dari cerita ini insya Allah membekas di hati saya. Sewaktu saya shift malem di arroyan ditemani 4 perawat bangsal dan 2 mahasiswa co-ners. Setelah mengikuti operan shift sore ke malem saya menyimal benar pasien yang harus di pantau atau dalam kondisi khusus karena kondisinya dari pagi sampai malem semakin memburuk. Pasien 250. 2 Ny. S (49 tahun) dengan diagnose medis stroke tensi terakhir shift sore 80/50 mmHg. Ny. S yang terpasang infuse RL, urine bag dan NGT karena kondisi nya yang koma. Ketika pukul 22.00 kami harus mengoplos obat karena ada obat injeksi dan oral yang harus diberikan di malam hari yang sudah terjadwalkan. Setelah selesai membagi obat dan injeksi, selang beberapa menit ada bunyi bel dari 250.2. Hati ini mulai gelisah karena pasien Ny. S dalam keadaan warning, terlintas dalam benak saya pikiran yang negative dan semakin cepat jantung ini berdetak karena ini malem pertama saya shift malem di arroyan. Keluarga pasien mengebel karena merasakan ada yang lain dengan Ny.S dengan kondisi banyak secret menutupi mulut jadi Ny.S seperti ngorok dengan keras. Perawat bangsal lalu menyiapkan suction untuk membersihkan secret yang ada di mulut Ny, S.karena penasaran dan saya juga punya bekal ilmu saya ingin melihat cara suction. Sudah terasa agak susah karena setiap mau suction Ny. S seperti menutup mulutnya dan terdengar masih mendengkur kemungkinan besar cairan ada di krongkongan bawah. Lalu kami disuruh ambil spatel yang di lilit perban untuk membuka jalur mulut agar mudah untuk di bersihkan. Karena di rasa berkali-kali di suction dan daerah mulut sudah terasa kering maka suction di sudahi atau di istirahatkan. Perawat bangsal dan kami mahasiswa co-ners juga balik ke nurse station. Lalu perawat bangsal melaporkan keadaan kondisi Ny. S ke dokter intersif yang jaga malam itu. Sekitar 23.40 bel berbunyi kembali bel itu berasal dari 250.2 Ny.S saya dan teman saya mencoba mengecek kembali. Keluarga pasien mengatakan kalau Ny. S terdengar semakin lirih dari suara sebelum nya dan badan terasa menjadi dingin. Perawat bangsal menyuruh kami mengecek tensi dan EKG pasien. Berkali kali mencoba untuk tensi pasien tetap tak teraba nadi pun melemah. Dengan keadaan bingung dan terlihat kosong saya bingung apa yang harus saya lakukan karena itu suatu kejadiaan pertama saya alami. Saya disuruh pasang EKG dengan tangan gemetar dan salah-salah karena sudah gag bias focus. Rekam jantung EKG pasien sudah garis lurus. Kita mencoba lagi ternyata hasil tetap sama. Perawat bangsal memberitau hasil ke dokter intersif yang jaga malam yang ikut menemani saat itu. Entah apa yang saya rasa kan saat itu rasa kantuk saya saat itu sontak hilang , bingung, lemas, cemas, karena dalam pikiran saya Ny. S sudah tiada. Tetapi perawat bangsal mencoba untuk RCP. Saya hanya pegang kaki Ny. S yang teraba dingin sekali, muka terlihat biru pucat dan keluar cairan dari saluran NGT cairan hitam pekat dan teraba panas lalu perawat bangsal mengalirkan di bag kurang lebih volume nya 300 cc. Perawat bangsal tetap RCP pasien, tugas kami mengecek ulang rekam jantung pasien dan dokter intershift malem itu sudah memberitahu ke keluarga pasien kemungkinan buruk yang terjadi. Namun hasil rekam jantung masih sama dengan garis lurus panjang. Dengan usaha yang kami lakukan kami sudah maksimal malam itu tapi kehendak Allah Ny. S sudah tiada. Dalam hati saya berdoa semoga Ny. S diterima di sisi nya. Lalu kami disuruh copot infuse ,cateter dan Ngt yang masih terpasang. Lalu mengikat kepala, tangan dan jempol kaki dengan diikat. Kesimpulan : Saya dalam keadaan apa pun tidak boleh panik. Saya harus lebih banyak belajar lagi, agar siap menerima apa pun kejadian selama di rumah sakit. Saya tidak mau main-main dengan keselamatan pasien.