REFLEKSI KASUS
OKTOBER 2017
HIPERTENSI
Disusun Oleh : ANI BANDASO N 111 16 008
Pembimbing : dr. INTJE NORMA dr. DIAH MUTIARASARI, MPH
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan[1]. Hipertensi
dikenal
secara
luas
sebagai
penyakit
kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau penggunaan obat jangka panjang.[1] Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.[1] Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.[2]
1
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.[2] Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.[1] Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.[2] Pada wilayah kerja Puskesmas Tipo, hipertensi menduduki tingkat kelima dalam pandataan rekapitulasi penyakit penyakit terbesar berdasarkan kunjungan pasien yang ada di Puskesmas Tipo pada tahun 2016.[3] Berikut jumlah kasus baru/lama di wilayah kerja Puskesmas Tipo bulan januari sampai desember tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.[3]
2
Tabel 1 Data 10 Penyakit Terbesar UPTD Urusan Puskesmas Tipo
JUMLAH NO
JENIS PENYAKIT
KASUS
1
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas
1.566
2
Batuk bukan Pneomonia
1.392
3
Penyakit Gastritis ( Maag )
969
4
Penyakit kulit alergi
674
5
Hipertensi
504
6
Diare
486
7
Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Pengikat
415
8
Hypotensi
407
9
Scabies
251
10
Ginggivitasi dan Jaringan Periodental
245
1.2. Tujuan Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi : 1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit hipertensi dan beberapa resiko penyebarannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tipo
3
BAB II PERMASALAHAN
2.1
Kasus A. Identitas Pasien Nama
: Tn. T
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Buluri
Tanggal Pemeriksaan
8 Oktober 2017
B. Deskripsi Kasus Anamnesis : Keluhan Utama :
Nyeri pada tengkuk Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien mengeluh nyeri pada tengkuk sejak kurang lebih dua hari yang lalu. Keluhan muncul saat setelah pasien menghadiri pesta pernikahan tetangganya. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu terutama dalam aktivitasnya sehari-hari, keluhan kadang disertai dengan adanya nyeri kepala, pusing, tangan dan kaki yang kram, serta rasa tidak nyaman saat tidur malam hari ketika nyeri itu timbul. Pasien juga biasa mengeluhkan nyeri pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu mengganggu. Tidak ada demam yang dirasakan, pola makan tetap teratur tanpa ada rasa kurang nafsu makan, BAB dan BAK lancar. Pasien mengeluh sudah sering merasakan keluhan tersebut. Dulunya pasien
4
merupakan seorang perokok aktif namun sekarang kebiasaan tersebut sudah dikurangi. Riwayat Penyakit Dahulu :
:
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), asma (-), DM (-), riwayat operasi (-), Alergi (-), riwayat minum obat anti hipertensi (+). Riwayat Penyakit Keluarga
:
Saudara pasien juga sempat mengalami keluhan yang sama, namun saat ini sudah meninggal. Riwayat Pengobatan
:
Pasien mengaku sudah pernah berobat sebelumnya, namun saat keluhan hilang pasien tidak kontrol kembali. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
1. Pasien memiliki 4 orang anak yang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing 2. Pasien tinggal dirumah sendiri, bersama istrinya 3. Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah. Pasien bekerja sebagai tani dan sebagai kepala rumah tangga yang aktif mengurus kebun. 4. Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air PAM dan sumber air tanah. Pasien mengaku selalu memasak air hingga mendidih menggunakan kayu api sederhana untuk keperluan konsumsi rumah tangga. 5. Pasien tinggal di rumah permanen, berdinding tembok berukuran 10x15 meter, atap seng, lantai terbuat dari semen pada bagian kamar dan ruang keluarga dan dapur, mempunyai 2 kamar tidur, 2 pintu masuk dan keluar dan 6 jendela serta ventilasi di setiap jendela dan pintu dengan ukuran yang memadai, MCK berada dalam rumah dan dinilai layak digunakan.
5
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
Frek. Nadi
: 84 x/menit
Frek. Nafas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,7 º C
Berat Badan
: 48 kg
Tinggi Badan
: 154 cm
Status Gizi
: Baik
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
E. Diagnosis Kerja
Hipertensi Kronik
F. Penatalaksanaan
Amlodipin tablet 5 mg 0-0-1 Paracetamol table 500 mg 3x1 Bioron tablet 1x1 G. Prognosis
Dubia ad bonam
6
2.2 Analisis Kasus
Pasien adalah seorang
laki-laki berusia 60 tahun yang mengeluhkan
adanya nyeri pada bagian tengkuk pasien yang telah dirasakan sejak beberapa waktu belakangan ini. Keluhan tersebut kadang disertai rasa tidak nyaman terutama pada bagian tubuh lain seperti pada kepala yang pusing. Nyeri pada sendi dan tulang-tulang yang terkadang juga dirasakan namun tidak mengganggu aktivitas. Dulunya pasien merupakan seorang perokok aktif namun sekarang kebiasaan tersebut sudah dikurangi. Pasien memliki riwayat hipertensi dan keluarga pasien juga sempat menderita penyakit yang sama. Pasien mengaku telah konsumsi obat antihipertensi namun saat keluhan hilang pasien sudah berhenti minum obat dan tidak melakukan kontrol kembali ke puskesmas. 2.3
Identifikasi Masalah pada Pasien
1. Bagaimana masalah Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Tipo? 2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Tipo? 3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Tipo?
7
BAB III PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan hipertensi, yaitu: 1. Faktor genetik Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, sauradara kandung pasien juga mengalami keluhan serupa, ayah dan ibu tidak diketahui menderita hipertensi atau tidak semasa hidupnya. Faktor genetik dalam kasus tersebut belum dapat dipastikan dengan benar karena data yang tidak mendukung pada keluarga dekat pasien. Tetapi kemungkinan adanya faktor genetik dapat pertimbangkan mengingat saudara pasien juga menderita penyakit yang sama. 2. Faktor perilaku Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan pasien dalam minum obat yang tidak rutin merupakan suatu penyebab penting kegagalan terapi dimasyarakat. Saat keluhan timbul, pasien memilih untuk beristirahat di rumah daripada harus memeriksakan kesehatannya di pusat kesehatan terdekat, karena pasien menganggap hal tersebut hanya dikarenakan faktor kelelahan, selain itu akses ke fasilitas yang dianggapnya cukup jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Selain faktor kepatuhan diatas, stigma di masyarakat yang menganggap bahwa ketika keluhan yang dirasakan sudah terasa membaik, obat-obatan yang
8
dikonsumsi sudah dapat dihentikan. Banyak anggapan seperti itu pada beberapa anggota keluarga pasien yang diwawancarai. Kebiasaan makan pasien dalam batasan normal, pasien tidak memiliki pantangan ataupun alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu, pasien juga mengaku bahwa jumlah porsi makan yang dikonsumsi masih dalam batasan wajar tetapi sangat menggemari mengonsumsi sayur santan (kelor) dan daging. 3. Faktor lingkungan Pasien tinggal dirumah permanen dengan dinding dan tembok yang terbuat dari bahan padat seperti batu, keadaan rumah yang sejuk karena memiliki jumlah jendela dan ventilasi yang memadai, pintu depan dan belakang yang meiliki ukuran yang cukup serta adanya MCK yang layak dengan ketersediaan air yang cukup, ruang makan yang juga merangkap sebagai dapur. Lokasi rumah berada dipinggir jalan dengan akses jalan yang sering dilewati kendaraan roda 2 maupun roda 4 kadang dilalui oleh kendaraan berat. Akses jalan belum beraspal dengan masih terdapat debu dan beberapa pepohonan yang berada disekeliling rumah. 4. Faktor pelayanan kesehatan Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan di poli lansia, posyandu lansia, posbindu serta pelayanan dalam meberikan obat telah dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit hipertensi.
9
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut, dapat ditarik kesimpulan, antara lain: 1. Hipertensi merupakan kasus tersering yang terjadi pada usia produktif dan lansia di wilayah puskesmas Tipo. 2. Perilaku gaya hidup berperan penting terhadap terjadinya penyakit-penyakit tertentu di masyarakat
4.2 Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut, dapat diberikan saran, antara lain: 1. Pentingnya melakukan pendataan pola dan gaya hidup masyarakat yang berada disekitar lingkungan puskesmas guna pengendalian faktor resiko suatu penyakit tertentu. 2. Perlu meningkatkan promosi kesehatan sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan kondisi lingkungan sosial serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dan pengendalian hipertensi. 3. Perlunya peningkatan eduksi kepada pasien mengenai rehabilitatif agar pasien tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur agar komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Muchid et al, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina Farmasi Kemenkes. Jakarta. 2006. 2. Soenarta
et
al, Pedoman
Tatalaksana
Hipertensi
Pada
Penyakit
Kardiovaskular . Pedoman PERKI. Jakarta. 2015. 3. Puskesmas Kawatuna. 2015. Profil Puskesmas Kawatuna Tahun 2015. Puskesmas Kawatuna: Palu. 4. Repositori Terbitan Ilmiah USU. Penilaian Kesehatan
Masyarakat .
Universitas Sumatera Utara. 2012
11
12