BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global sekaligus penyebab kematian terbanyak kedua di dunia dari kelompok penyakit infeksi, setelah human immunodeficiency virus (HIV). virus (HIV). Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus baru TB dan 1,3 juta kematian akibat TB setiap tahun diseluruh dunia. Menurut data World Health Organization Organization (WHO) tahun 2012, terdapat 730.000 penderita TB di Indonesia, dengan kasus baru 460.000 jiwa, dan angka kematian 67.000 jiwa. 1,2 Kesulitan yang timbul dalam tatakelola TB tidak hanya dalam tatalaksana tetapi juga dalam hal diagnosis. Diagnosis TB khususnya pada kelompok usia anak-anak relatif sulit karena kuman TB secara patogenesis patogenesis bersifat pausibasilar sehingga sering tidak menunjukkan gejala klinis. Sifat ini, yang disebut infeksi laten tuberkulosis (latent (latent tuberculosis infection infection [LTBI]), pada akhirnya dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan sekitar 10% kejadian berisiko menjadi TB aktif.3 Uji kulit tuberkulin (tuberculin ( tuberculin skin test , TST) menggunakan derivat protein dimurnikan ( purified protein derivative deriv ative,, PPD) selama ini digunakan untuk menegakkan diagnosis tersangka TB dan LTBI. Uji ini kurang spesifik karena terdapat reaksi silang antigen terhadap spesies Mycobacterium Mycobacterium lain, seperti M. bovis yang bovis yang digunakan sebagai vaksin bacillus Calmette-Guerin Calmette-Guerin (BCG) serta bila terdapat riwayat pajanan terhadap Mycobacterium terhadap Mycobacterium selain selain M. M. tuberculosis sehingga tuberculosis sehingga besar kemungkinan terjadi hasil positif palsu. Hal tersebut menjadi dasar perlu diambil alternatif penegakan diagnosis TB melalui uji yang diharapkan lebih spesifik.3 Sebagai alternatif TST, uji in vitro berbasis sel T, yaitu uji pelepasan interferon-g IGRA semakin banyak diteliti. Uji ini berdasarkan prinsip bahwa sel T dari individu yang pernah tersentisisasi dengan antigen tuberkulosis akan memproduksi IFN-g jika terpapar lagi dengan antigen mikrobakterial. IGRA menggunakan antigen spesifik TB sehingga diharapkan akan meningkatkan sensitivitas dan spesifisitasnya.3
1
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Kurangnya modalitas diagnostic TB yang memuaskan serta pemahaman IGRA yang kurang lengkap menyebabkan banyak praktisi kesehatan berharap besar pada pemeriksaan ini.
1.1 Tujuan
Mengetahui
cara
mendiagnosa
infeksi
tuberkulosis
laten
dengan
menggunakan IGRA, prinsip pemeriksaan IGRA, manfaat serta penggunaannya.
1.2 Manfaat
1.
Mendiagnosa sedini mungkin infeksi laten tubekulosis (LTBI).
2.
Mengetahui prinsip dan penggunaan IGRA.
3.
Mengetahui manfaat IGRA.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Tuberkulosis
Penyakit
tuberkulosis
(TBC)
adalah
penyakit
menular
yang
disebabkan oleh organisme kompleks M. tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui inti tetesan di udara (airborne droplet nuclei) yang menyebar melalui batuk atau bersin pasien dengan TB paru.4 Tuberkulosis (TBC) dapat mengenai semua organ tubuh, tersering paru tetapi dapat pula organ lain (Tb ekstra/luar paru). Seorang yang baru terinfeksi dapat menjadi sakit dalam jangka waktu beberapa minggu – bulan bulan tetapi kebanyakan orang tetap tampak seolah baik. Infeksi tuberkulosis laten (LTBI) adalah kondisi tanpa gejala yang tidak menular yang dapat menetap pada beberapa orang; beberapa bulan atau tahun kemudian dapat berkembang jadi penyakit TBC aktif. aktif . Oleh karena itu kondisi LTBI perlu didiagnosis agar dapat diobati untuk mencegah berkembang menjadi sakit. 4 Sampai beberapa waktu yang lalu uji kulit tuberkulin (tuberculin skin test = TST) TST) adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis LTBI. Kepekaan kulit terhadap tuberkulin berkembang dalam 2-10 minggu setelah infeksi. Namun sebagian orang yang terinfeksi termasuk mereka dengan penurunan fungsi imun tidak memberikan respons terhadap tuberkulin (negatif palsu). Sebaliknya ada orang yang tidak terinfeksi oleh MTB memberikan hasil TST positif setelah vaksinasi dengan baksil Calmette-Guérin (BCG), infeksi dengan mikobakteria lain atau faktor lainnya (positif palsu). 4 LTBI harus dibedakan dari penyakit TBC. Penyakit TBC didiagnosis dari riwayat sakit, penilaian risiko, pemeriksaan fisik, radiologis, patologi, dan laboratorium penemuan mikobakteria. Uji IGRA QFT adalah uji tidak langsung untuk keduanya, yaitu LTBI dan sebagai bantuan mendiagnosis infeksi kompleks MTB pada pasien sakit. 4
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
2.2 IGRA (Interferon Gamma Release Assay)
Interferon-gamma release assays merupakan in vitro blood test s yang berfungsi untuk mendeteksi respon Cell Mediated Immunity Immunity (CMI) pada infeksi mycobacterium tuberculosis, tuberculosis, dengan demikian IGRA (Interferon Gamma Release Assay) hanya mengukur secara tidak langsung adanya mycobacterium tuberculosis. tuberculosis. Tes ini mengukur produksi IFN- γ
yang
dilepaskan sel limfosit T yang telah tersensitasi oleh antigen spesifik mycobacterium tuberculosis kompleks. tuberculosis kompleks. Interferon-gamma dihasilkan oleh selsel dari sistem imun seperti CD4+ , CD8+ , dan NK cells. Sitokin ini berperan penting
dalam
mengeliminasi
mycobacterium
tuberculosis tuberculosis
dengan
mengaktivasi produksi reactive oxygen species dalam makrofag, yang terlibat dalam dekstruksi bakteri pathogen. 5,6 Antigen ESAT-6, CFP-10 dan TB7.7 yang digunakan pada IGRA tidak ditemukan pada BCG dan mikobakteria di lingkungan (kecuali M. Kansasi, M. Marinum, M. Flavescens dan M. Gastrii), sehingga spesifisitas pada IGRA lebih baik dibandingkan tes tuberkulin. Antigen-antigen ini merupakan target utama sel limfosit pada infeksi M. Tb. Terdapat 2 jenis IGRA yang tersedia secara komersial saat ini, yaitu IGRA yang dibaca secara ELISA (Quantiferron) dan secara spot (ELIspot). IGRA direkomendasikan digunakan pada individu yang sudah mendapatkan BCG dan individu dengan riwayat
tidak
kembali
sesudah
tes
tuberkulin.
Saat
ini
IGRA
direkomendasikan untuk mendiagnosis infeksi TB laten, tetapi tidak untuk TB aktif.5,6
2.3 Kelebihan Test IGRA
Tes IGRA memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1. Kunjungan penderita hanya satu kali untuk pemeriksaan, tidak seperti seperti pada TST yang membutuhkan dua kali kunjungan untuk membaca hasil. 2. Hasil pemeriksaan keluar dalam 24 jam.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
4. Lebih spesifik dari TST karena tidak dipengaruhi oleh vaksinasi BCG sebelumnya atau tidak memberikan hasil positif dari paparan NTM. 5. Hasil positif merupakan indikasi seseorang telah mengalami infeksi TB tetapi tidak dapat membedakan antara TB aktif dan LTBI, dan hasil negatif dapat mengeksklusi TB pada penderita imunokompeten.5,6 2.4 Kekurangan Tes IGRA
Tes IGRA memiliki beberapa kekurangan yaitu: 1. Membutuhkan penanganan sampel dalam waktu 12 jam setelah pengambilan darah. 2. Masih sedikit data yang berhubungan dengan penggunaannya dalam menentukan risiko menderita TB. Tes ini juga berfungsi untuk diagnosis LTBI dan sebagai diagnosis pembantu pada yang terinfeksi Mtb kompleks. Hasil Hasil positif dapat mendukung diagnosis penyakit TB, namun infeksi oleh karena mikobakterium lain seperti M. kansasii dapat juga memberikan hasil posisitif. posisiti f. Akurasi aplikasi IGRAs ini telah diteliti, dapat digunakan pada populasi yang berbeda seperti pada ana kanak, pasien immunosuppressed , dan petugas kesehatan.5,6
2.5 Perbedaan antara Tuberculin Skin Test dengan IGRA
Baik TST maupun IGRA memiliki mekanisme yang sama, yaitu stimulasi pelepasan sitokin oleh sel setelah pemberian antigen tetentu. Sel T dari individu individu yang yang penah tesensitisasi oleh antigen TB
akan mensekesi
sitokin (IFN-g) apabila dipaparkan kembali dengan antigen TB. Pada TST reaksi imunologi terjadi in vivo, vivo, sedangkan pada IGRA reaksi imunologi terjadi in vitro. vitro. Selain itu perbedaan antara TST dan IGRA juga teletak pada antigen yang digunakan serta parameter yang diukur. Pada TST digunakan PPD untuk menstimulasi sel
sedangkan pada pada IGRA digunakan antigen
spesisik sepeti ESAT6, CFP10 dan TB7.7. Dari segi parameter yang diukur, pada TST diukur besarnya diameter indurasi kulit, sedangkan pada IGRA diukur kadar INF-g yang disekesi oleh sel T. Dapat dil ihat pada Gambar 1.
7
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Gambar 1. Dasar Tuberculin Skin Test dan Interferon Gamma Release Assay7 Pada tabel 1 berikut dapat dilihat perbandingan antara TST dan IGRA ditinjau
dari berbagai aspek. Tabel 1. Perbandingan antara IGRA dengan TST 7 TST
IGRA
Antigen yang digunakan Bahan uji
Purified protein derivate Kulit
Antigen spesifik TB Darah
Sel yang terlibat
Neutrofil, Sel T CD4+, sel T CD 8+, sel T reg 2 kali
Sel T CD4+ invitro 1 kali
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil
48-72 jam
24 jam
Pengaruh BCG
Menyebabkan palsu
hasil
positif
Relative tidak terpengaruh
Pengaruh infeksi NTM
Menyebabkan palsu
hasil
positif
Dapat terjadi hasil positif pada infeksi oleh M. kansasii, M. szulgai, M. gordonae, M. marinum, M. riyadhense tapi tidak pada M. Avium
Pengaruh keadaan imunodefiseinsi
Berpotensi menyebabkan hasil negative palsu
Relative tidak terpengaruh
Kontrol internal pemeriksaan
Tidak ada
Ada
Pembacaan hasil
Relative subjektif
Relative objektif
Kunjungan pasien
riwayat
vaksinasi
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
2.6 Antigen Spesifik TB: ESAT6 dan CFP10
Perkembangan
teknologi
di
bidang
molekuler
telah
behasil
mengidentifikasi genom M. tuberculosis secara lengkap yaitu terdiri atas sekitar 4.000 gen. Dari jumlah tesebut sebanyak 200 gen berlokasi di 16 lokus RD mulai dari RD1 sampai dengan RD16. Penelitian tehadap gen-gen yang teletak di lokus RD1 telah banyak dilakukan karena perannya yang behubungan dengan virulensi. Lokus RD1 terdiri atas 9 gen yaitu Rv3871 sampai Rv3879 dengan panjang 9,5 kb, mengkode suatu sistem sekresi yang dinamakan SX-1. Setiap bakteri mempunyai sistem sekresi yang berkorelasi dengan patogenitasnya. Bakteri akan mensekresi faktor virulensinya melalui sistem sekresi tersebut ke lingkungan ekstraseluler atau langsung ke sel inang. Sistem sekresi SX-1 pada M. tuberculosis disebut juga sistem sekresi tipe VII karena sistem sekresi tipe I sampai VI telah teridentifikasi terlebih dahulu dan merupakan milik bakteri gram negatif. Sistem sekresi SX-1 tediri dari banyak protein di antaranya terdapat dua protein target antigenik sel T yang imunodominan dan paling esensial terhadap virulensi M. tuberculosis, yaitu early secreted antigenic target dengan berat molekul 6 kDa (ESAT6) dan culture filtrate protein dengan protein dengan berat molekul 10 kDa (CFP10). 8,9
2.7 Prinsip Pemeriksaan
Hasil penelitian menghasilkan dua uji komersial yang telah dipasarkan secara luas dan juga telah tesedia di Indonesia yaitu QuantiFERON-TB (Cellestis Limited, Carnegie Victoria, Austalia) ( Oxford Austalia) dan T-SPOT.TB (Oxford Immunotec, Oxford, UK ). ). Pebedaan utama teletak pada metode dan bahan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Cara kerja QTF-IT secara singkat adalah sebagai berikut. Darah pasien diambil mengunakan wing needle kemudian dimasukkan ke dalam 3 tabung berisi kontrol kontrol Nil, TB antigen dan mitogen dengan volume volume masingmasing 0,8 ml-1,2 ml. Setelah itu kocok masing-masing tabung secara kuat selama 5-10 detik untuk memastikan bahwa isi tabung telah tecampur baik. Tahap pengocokan ini merupakan bagian dari proses analitik yang harus dikerjakan secara tepat. Setelah itu dilanjutkan dengan inkubasi selama 16-24 jam pada suhu 37C. Pasca-inkubasi, tabung disentrifus dengan kecepatan 2000-3000 selama 15 menit. Supernatan (plasma) diambil untuk dideteksi kadar INF-g nya menggunakan metode ELISA sandwich. Hasil positif atau negatif ditentukan berdasakan cut off. 10
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Gambar 3. Interpretasi IGRA
Berbeda dari QTF-IT, bahan pemeriksaan T-SPOT.TB harus berupa PBMC. Darah pasien diambil dan dimasukkan ke dalam tabung dengan antikoagulan heparin (tabung vakum betutup wana hijau). Proses separasi PBMC dapat dilakukan melalui beberapa posedur berbasis FICOLL yang telah divalidasi oleh pabrik yaitu metode standar, tabung Leucosep, dan Cell Preparation Tubes (CPT) dari Becton Dickinson. Metode yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah metode tabung Leucosep kaena relati mudah. Darah dimasukkan ke dalam tabun Leucosep lalu disentrifus. Setelah disentrifus, sel darah merah akan terjebak di dasar tabung, sedangkan PBMC terdapat di lapisan keruh di atas lapisan FICOLL. Supernatan ini dipindahkan ke tabung lain ditambahi media kultur dan disentrifus kembali. Poses ini
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
pada HIV, darah pasien harus diambil lebih banyak agar dapat mencapai umlah PBMC tesebut. Selanjutnya PBMC dimasukkan ke dalam empat sumur berisi dua macam antigen spesifik TB, kontrol negatif dan kontol positif (mitogen), lalu diinkubasi selama 16-20 jam di dalam inkubator CO2. Pasca-inkubasi sumur dicuci untuk membuang sel kemudian dilakukan serangkaian metode ELISA untuk mendeteksi INF-g dalam bentuk spot. Spot inilah yang dihitung dan dikonversi menjadi hasil positif atau negatif berdasarkan cut off jumlah spot yang telah ditentukan.11 Perbedaan antara TSPOT.TB dan QTF-IT dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbedaan antara T-SPOT.TB dan QTF-IT7
Antigen yang digunakan
T-SPOT.TB
QTF-IT
ESAT6
ESAT6
CFP10
CFP10 TB7.7
Metode
ELISPOT
ELISA
Specimen pemeriksaan
PBMC
Whole blood
Waktu yang dibutuhkan
24 jam
24 jam
Sitokin yang diperiksa
IFN-gamma
IFN-gamma
Tujuan pemeriksaan
Menghitung jumlah spot
Menentukan nilai optical
IFN-gamma
density
untuk mendapatkan hasil
produksi
IFN-
plasma
IFN-
gamma Keluaran yang diukur
Jumlah
sel
memproduksi
T
yang Kadar IFN-
gamma yang diproduksi
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
2.8 Peranan IGRA Pada Berbagai Kasus
TB aktif Dari kajian metaanalisis terhadap 124 penelitian disimpulkan bahwa IGRA lebih superior dibandingkan TST untuk deteksi TB aktif dengan pooled sensitivitas 70 % (TST), 81% (QTF-IT) dan 87,5 (T-SPOT.TB). Sensitivitas 81% artinya dari 100 orang yang benar-benar sakit TB aktif, hanya 81 orang yang IGRA-nya positif (positi benar) dan 19 orang IGRAnya negatif (negatif palsu). Pelu diingat bahwa penelitian-penelitian tersebut dilakukan di negara maju. IGRA juga dikatakan lebih menguntungkan dibandingkan dibandingkan TST jika diterapkan diter apkan pada negara maju. 7
TB Laten (LTBI) Beberapa negara di Eropa dan Amerika secara resmi telah mengunakan IGRA sebagai sarana diagnosis TB laten. Sarana diagnostik laten yang baik adalah mampu secara tepat memprediksi risiko seseorang akan bekembang
atau
tidak
bekembang
menjadi
TB.
Kendala
dalam
menentukan akurasi diagnosis baik IGRA maupun TST adalah tidak adanya baku emas untuk diagnosis TB laten. Dari metaanalisis terhadap 60 penelitian didapatkan empat outcome, yaitu spesifisitas nilai pediksi negatif (NPN) pada pasien TB aktif, NPN terhadap progesivitas TB dan nilai pediksi positif (NPP) tehadap progesivitas TB. Pooled spesifisitas IGRA untuk TB laten adalah 98% (T-SPOT.TB). dan 100% QTF-IT. Spesifisitas 98% artinya dari 100 orang yang bukan TB (risiko infeksi sangat rendah) ada 98 orang yang hasil IGRA-nya negatif (negatif benar) dan 2 orang yang positif (positif palsu). Pooled NPN pada pasien dengan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Pooled NPP IGRA terhadap progesivitas TB aktif adalah 3,3-10% (TSPOT.TB) dan 2,8-14,3% (QTF-IT). NPP 3% artinya dari 100 orang yang pada skrining LTBI didapatkan IGRA positif kemudian tidak atau menolak diberi terapi preventif, 3 orang di antaranya bekembang menjadi TB aktif. Perlu diingat bahwa nilai diagnostik NPN dan NPP dipengaruhi oleh prevalensi penyakit pada suatu dareah. 7
Anak-anak Dari kajian metaanalisis terhadap 37 penelitian disimpulkan bahwa IGRA dapat
meningkatkan
ketepatan
diagnosis
TB
hanya
pada
anak
imunokompeten berusia lebih dari 5 tahun pada populasi berpenghasilan tinggi. Dengan kondisi demikian pun, sensitivitas IGRA hanya 67-86% artinya IGRA tidak dapat menyingkirkan ataupun memastikan diagnosis TB. Sama halnya dengan TST, interpretasi hasil IGRA juga terbilang sulit. Beberapa peneliti menyarankan penggunaan TST dan IGRA secara bersamaan untuk meningkatkan sensitivitas diagnosis hingga 90%, namun hal ini masih kontrovesial. Spesifisitas IGRA lebih tinggi pada negara berpenghasilan tinggi dibanding pada negara bepenghasilan bepenghasilan rendah. 7
Individu dengan HIV
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
BAB III KESIMPULAN
IGRA memiliki banyak keunggulan dibandingkan TST, khususnya pada individu dengan riwayat vaksinasi BCG dan rendahnya angka kunjungan kedua untuk pembacaan hasil TST. IGRA tidak dapat membedakan infeksi TB aktif ataupun TB laten. Dari uji diagnostik IGRA pada berbagai kasus tampaknya peranan IGRA menjadi lebih besar apabila diaplikasikan pada low prevalence setting dibanding high prevalence setting . Belum ada pedoman resmi dari Kementrian Kesehatan mengenai penggunaan IGRA, oleh karena itu pemanfaatan dan indikasi pemeriksaan IGRA di Indonesia sebaiknya mengacu pada statement policy dari WHO tahun 2011 mengenai penggunaan IGRA bagi negara berpenghasilan rendah hingga menengah mengingat harganya yang tergolong mahal. Saat ini penggunaan IGRA di Indonesia masih terbatas pada sektor privat.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Global tuberculosis report (internet). 2013. Diunduh
dari
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/,
3
Februari 2018. 2. World Health Organization. Indonesia: Tuberculosis country profile (internet). 2012. Diunduh dari http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/, 3 http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/, 3 Februari 2018. 3. Pratomo IP, Setyanto DB. Penggunaan kompleks antigen ESAT-6 dan CFP-10 untuk diagnosis tuberkulosis. J Respir Indo 2013 Januari; 33(1): 66-8. 4. Laboratorium Amerind Bio-Clinic. Uji IGRA untuk diagnosis tuberkulosis (internet). 2016. Diunduh dari http://www.abclab.co.id/?p=1505, dari http://www.abclab.co.id/?p=1505, 3 3 Februari 2018. 5. World Health Organization. Guidelines on the management of latent tuberculosis infection (Intenet). 2018. 6. European Centre for Disease Prevention and Control. Use of InterferonGamma Release Assays in Support of TB Diagnosis. Stockholm: ECDC; 2011.