BAB I PENDAHULUAN Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif
1. Pemeriksaan Visus
Pemeriksaa Pemeriksaann tajam penglihata penglihatann dilakukan dilakukan dengan dengan memakai memakai Snellen Snellen Chart atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan mata 6 meter.Tajam penglihatan diperiksa satu per satu, dengan mata kanan terlebih dahulu dahulu kemudian kemudian mata kiri. Tajam Tajam penglihata penglihatann
adalah adalah jarak kemampuan kemampuan
melih melihat at seseor seseorang ang,, yang yang dinila dinilaii sebelu sebelum m dan sesuda sesudahh kor korek eksi si dengan dengan cara cara menilai kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau gerakan tangan. Tajam penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan penyebut, dimana pembilang merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan penyebut merupakan jarak dimana satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal.Sebagai cont contoh oh,, isu isuss 6!6 6!6 bera berarti rti pada pada jara jarakk 6 mete meterr dapa dapatt meli meliha hatt huru huruff yang yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 6 meter."an isus 6!#$ berarti pada jarak 6 meter hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak #$ meter. Visus #!6$ hanya dapat menghitung jari pada jarak # meter, isus #!%$$ hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak # meter, dan isus #!& hanya dapat membedakan gelap dan terang saja. Cara pengukuran tajam penglihatan' -
Pemeriksaan dilakukan dengan monokuler (satu mata) dimulai dengan mata
-
kanan. Penderita!pasien diperintahkan untuk melihat obyek pada kartu Snellen dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil sesuai batas kemampuannya dengan jarak antara pasien dan kartu Snellen *+6 meter tergantung pada
-
kartu Snellen yang dipakai. ila pasien tidak dapat melihat huruf yang terbesar (dengan isus 6!6$) maka ma ka di dila laku kuka kann de deng ngan an ca cara ra finger counting ya yait ituu me meng nghi hitu tung ng ja jari ri pemeriksa pada jarak # meter sampai 6 meter dengan isus #!6$ sampai 6!6$.
#
-
ila tidak dapat melihat jari dari jarak # meter maka dilakukan dengan cara hand movement dengan dengan isus #!%$$. Pasien harus dapat menentukan arah
-
gerakan tangan pemeriksa. movement ent tid ila i la denga dengann hand movem tidak ak dap dapat at jug juga, a, dil dilaku akuka kann de denga ngann ca cara ra penyinaran dengan dengan pen light pada pada mata pasien, dikenal dengan istilah Light
Perception. - Light Perception dinyatakan dengan isus #!& proyeksi baik, bila pasien
-
masih dapat menentukan datangnya arah sinar dari berbagai arah (6 arah) ila pasien tidak dapat menentukan arah datangnya sinar maka isusnya
-
#!& proyeksi buruk. Pasien dinyatakan buta total (isus $) kalau pasien tidak dapat menentukan
-
Perception) ada atau tidak ada sinar ( No Light Perception Visu Vi suss pa pasi sien en ad adal alah ah ba bari riss te terke rkeci cill ya yang ng da dapa patt di dilih lihat at de deng ngan an be bena nar r
-
semuanya tetapi baris diba-ahnya tidak bisa terbaca. Contoh' isus 6!#. /pabila pasien bisa melihat huruf pada baris tersebut tetapi ada yang salah, dinyatakan dengan f , contoh dapat membaca baris 6!# tetapi terdapat satu
-
kesalahan, maka isus 6!# f#. 0esalahan jumlahnya tidak boleh sampai 1 dari jumlah huruf yang ada di
baris tersebut. - 0alau jumlah kesalahan 1 atau kebih maka isusnya menjadi isus di baris di atasnya.
2ambar ' erbagai macam chart untuk pemeriksaan isus 3. Peme Pemerik riksa saan an 4efr 4efrak aksi si Penyebab penglihatan yang yang buram yang yang dikeluhkan oleh oleh pasien dapat berupa kelainan refraksi atau bukan, misalnya terdapat gangguan pada nerus
3
optikus. Tes Pin 5ole dilakukan untuk membedakan
apakah gangguan
disebabkan oleh refraksi atau bukan. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut ' #. Pasien diminta duduk dengan jarak yang ditentukan (umumnya 6 meter atau 3$ kaki) dari kartu pemeriksaan. 3. Tutup mata yang akan diperiksa dengan okluder Pin 5ole, bila berkacamata, pasang koreksi kacamatanya. %. angkah selanjutnya sama dengan pemeriksaan tajam penglihatan. 7. Catat sebagai tajam penglihatan pin hole. Teknik pemeriksaan refraksi terdiri dari teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif. a. Pemeriksaan 4efraksi Subjektif Teknik pemeriksaan refraksi subjektif tergantung kepada respon pasien dalam menentukan koreksi refraksi. 1) Pemeriksaan trial and error
Cara melakukan pemeriksaan trial and error pada pasien adalah sebagai • • • • •
berikut ' Pasien tetap duduk pada jarak * atau 6 meter dari Snellen chart. Pada mata dipasang trial frame. Satu mata ditutup dengan okluder. "imulai pada mata sebelah kanan terlebih dahulu "ipasang trial lens, tergantung dari jarak berapa pasien mulai tidak bisa membaca Snellen chart (8!+ 3, 8!+ #, 8!+ $.*, 8!+ $.3*) dan dari
•
kejernihan pasien melihat tulisan Snellen chart (lensa 8!+) Pasien membaca mulai dari huruf terbesar sampai terkecil, ubah lensa sampai huruf pada jarak *!* dapat dibaca dengan jelas, jika lensa negatif (+) pilih lensa yang negatif terkecil yang dapat melihat huruf pada jarak *!*, dan jika lensa positif, maka di pilih positif yang terbesar
• •
yang bisa melihat huruf pada jarak *!*. akukan hal yang sama pada mata kiri 9nterpretasikan
3) Pemeriksaan dengan Jackson Cross Cylinder dan /stigmat "ial.
%
Penentuan koreksi astigmatisma lebih kompleks berbagai jenis teknik pemeriksaan refraksi subjektif dapat dilakukan. Jackson cross cylinder adalah alat yang paling sering digunakan dalam menentukan
koreksi astigmatisma. /lat pegangan ini terdiri dari 3 lensa silindris dengan kekuatan # minus dan # plus.
2ambar ' Jackson Cross Cylinder. /stigmat dial adalah tes menggunakan chart dengan garis : garis yang tersusun secara radial yang digunakan untuk menentukan aksis dari astigmatisma. erikut merupakan langkah : langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan dengan menggunakan astigmat dial ' •
0etajaman isus dipertahankan dengan menggunakan sferis.
•
akukan fogging atau pengaburan pada mata kurang lebih 3$!*$ dengan menambahkan sferis positif.
•
;inta pasien untuk memperhatikan garis pada astigmat dial yang paling tajam dan hitam.
•
Tambahkan silinder minus dengang a
•
0urangi sferis positif atau tambahkan minus hingga ketajaman isual yang terbaik diperoleh pasien dengan menggunakan chart .
b. Pemeriksaan 4efraksi =bjektif
7
"ilakukan dengan retinoskopi. Seberkas cahaya yang dikenal sebagai intercept , diproyeksikan ke mata pasien untuk menghasilkan pantulan
berbentuk sama, yang disebut refleks retinoskopik di pupil. 0esejajaran antara intercept dan refleks retinoskopik menandakan hanya ada kelainan sferis, atau terdapat kelainan silindris tambahan dengan intercept yang bersesuaian dengan salah satu meridian utama. #) 4etinoskopi 4etinoskopi adalah teknik untuk menentukan obyektif kesalahan bias mata (rabun dekat, rabun jauh, Silindris) dan kebutuhan untuk kacamata. Tes cepat, mudah, akurat dan membutuhkan kerjasama minimal dari pasien. 0etika cahaya tersebut akan dipindahkan secara ertikal dan hori>ontal di mata, pemeriksa mengamati gerakan refleks merah dari retina. Pemeriksa kemudian meletakkan lensa di depan mata sampai gerakan
dinetralkan. 0ekuatan
lensa
yang
diperlukan
untuk
menetralkan gerakan adalah kesalahan bias mata dan menunjukkan kekuatan lensa yang diperlukan untuk mengoptimalkan penglihatan dengan kacamata dan ! atau lensa kontak (practical opth)
2ambar ' 4etinoskopi menghasilkan pantulan cahaya pada saat pemeriksaan
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak+anak, orang yang tidak dapat membaca, karena tidak dibutuhkan kerjasama dengan penderita. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dilakukan di dalam kamar gelap. Jarak pemeriksa dengan penderita # meter. Sumber cahaya terletak di atas penderita agk kebelakang supaya muka penderita dalam keadaan gelap. Cahayanya ditujukan pada pemeriksa yang memegang cermin, oleh cermin ini cahaya dipantulkan kearah pupil penderita sehingga pemeriksa melalui lubang yang
*
terdapat di tengah+tengah cermin dapat melihat reflek fundus di pupil penderita. 0emudian cermin digerak+gerakkan, perhatikan gerakan dari reflek fundus pada mata penderita. /rah gerak cermin sama dengan arah gerak reflek fundus didapatkan pada hipermetrop, emetrop, myopia kurang dari # ". 2erak reflek fundus yang berla-anan dengan arah gerak cermin didapatkan pada myopia lebihdari # ". Selain geraknya juga perhatikan terangnya, bentuknya, dan kecepatan gerak dari reflek fundus. 4eflek yang terang, pinggirnya yang tegas dan gerak cepat menunjukkan kelainan reflek yang ringan. ila refleknya suram, pinggirnya tidak tegas dan geraknya lamban, didapatkan pada kelainan refraksi yang tinggi. ila pinggirnya tegak, tanda ada astigmatisme. Sedangkan pada hipermetrop,
miop, atau
emetrop mempunyai pinggir yang melengkung (crescentie). 0emudian di depan mata penderita diletakkan lensa koreksinya, yang dapat menimbulkan gerakan yang sebaliknya, pada jarak # meter. ?ntuk jarak tak terhingga, perlu ditambahkan lagi +# " untuk semua hasil pemeriksaan akhir .Jadi untuk myopia menjadi bertambah kuat # " sedangkan pada hipermetrop berkurang # ". Contoh ' a. 0alau dengan cermin dari retinoskop didapatkan refle< yang bergerak berla-anan dengan arah gerak cermin, jadi myopia lebihdari # ", dengan
+#", masih berla-anan geraknya, juga
dengan +3 ", tetapi dengan +3,* " timbul gerak yang berla-anan, dengan gerak yang pertama, maka koreksinya adalah (+3,*) 8 (+#) @ +%,* ". b. "engan cermin retinoskop didapatkan reflek yang bergerak sama dengan arah gerak cermin. ;ata penderita mungkin hipermetrop, emetrop atau miop kurangdari # ". ila diletakkan lensa 8$,* " menyebabkan gerak yang •
berla-anan, menunjukkan penderita miop +$,* ", karena (8$,* ") : (+# ") @ +$,* ".
6
•
ila pemberian 8$,* " arah gerak tidak berubah, tetapi pada pemberian 8# ", menyebabakan pupil seluruhnya terang atau
•
seluruhnya gelap, ini menunjukkan mata penderita emetrop. Jika pemberian 8# " tidak menimbulkan perubahan gerak, menunjukkan matapenderita hipermetrop, maka lensa itu kekuatannya diperbesar sampai menimbulkan kebalikan gerak, umpamanya
pada
pemberian
87
",
maka
derajat
hipermetropnya adalah (87) 8 (+#) @ 8% ". Pada contoh di atas, hasil yang sama didapatkan bila cermin digerakkan hori>ontal ataupun ertikal. Pada astigmatisme, koreksi pada meridian ertikal tidak sama dengan koreksi pada meridian hori>ontal. Contoh ' "engan retinoskop didapatkan reflek yang bergerak kearah yang sama dengan retinoskop, di kedua meridian, tetapi pada meridian yang satu, bayangannya lebih terang dan geraknya lebih cepat. 9ni menunjukkan adanya astigmatisme. 0emudian ternyata pada meridian ertical memerlukan koreksi 8# " untuk timbul gerakan yang berla-anan, sedang pada meridian yang hori>ontal diperlukan 83 " untuk gerakan ini. Pada kedua hasil ditambahkan +# ", maka pada meridian ertikal didapatkan (8# ") : (+# ") @ $, sedang pada meridian hori>ontal (83 ") : (+# ") @ 8# ". Jadi didapatkan
astigmatisma
hipermetropikus
simpleks
yang
memerlukan lensa koreksi silindris 8# " dengan aksisnya ertikal. ila untuk timbul arah yang berla-anan, meridian hori>ontal memerlukan lensa koreksi +3 ", dan meridian ertical +7 ", maka setelah ditambahkan +# ", untuk meridian hori>ontal didapatkan +% " sedang pada meridian ertikal didapatkan +* ", kelainan refraksinya adalah astigmatisma miopikus kompositus, dengan koreksi S+%" @ C+3" aksis hori>ontal. Contoh untuk astigmatisma mikstus '
A
"isini didapatkan reflek yang bergerak berla-anan pada satu meridian, sedang pada meridian yang lainnya pergerakannya sama arahnya dengan arah gerak cermin retinoskop. ila pada meridian ertikal gerakannya sama arahnya dengan cermin dan memerlukan lensa koreksi 83 " untuk timbulkan gerak yang berla-anan, sedang gerak reflek pada meridian hori>ontal berla-anan dengan gerak cermin dan memerlukan lensa koreksi +3 " untuk timbulkan gerak yang kebalikannya, maka setelah ditambahkan +# " didapatkan untuk meridian ertikal 8# " dan untuk hori>ontal +% ". Jadi lensa koreksinya adalah S8# @ C+7 " (aksis ertikal). 3) 4efraktor 4efraktor, atau photoroptor, alternatif dari kacamata uji coba, terdapat lensa+lensa spheris, dan silindris yang dapat langsung di ganti dengan cepat.
2ambar ' 4efraktor
%) "istometer
/lat ini digunakan untuk mengukur jarak erte<, jarak antara garis mata tertutup dan permukaan belakang lensa refraksi.
2ambar ' Pemeriksaan dengan "istometer 7) /utorefraktometer 4efraktor otomatis yang dapat dengan cepat menentukan refraksi objektif, tetapi alat ini kurang bermanfaat pada anak atau orang de-asa dengan penyakit segmen anterior yang cukup berat (aughan).
2ambar ' Pemeriksaan dengan menggunakan autorefraktometer
BAB II MIOPIA
B
.1
Definisi
;iopia disebut juga sebagai rabun jauh, yang disebabkan bayangan dari benda yang jauh letaknya difokuskan tidak pada retina tetapi jatuh di depan dari retina.
.
Eti!"!#i
tiologi miopia dipengaruhi berbagai faktor, antara lain ' #. 2enetika (5erediter) Penelitian genetika menunjukkan bah-a miopia ringan dan sedang biasanya bersifat poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar mono>igot menunjukkan bah-a jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia, terdapat risiko sebesar A7 D pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan perbedaan kekuatan lensa di ba-ah $,* ". 3. Eutrisi Eutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan+kelainan refraksi. Penelitian di /frika menunjukkan bah-a pada anak+anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prealensi kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi. %. Tekanan 9ntraokuler Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan ena diduga dapat menyebabkan jaringan sklera teregang. 5al ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di ba-ah. Pada monyet+monyet tersebut ternyata timbul miopia.
.$
%"asifikasi
.$.1
%"asifikasi berdasarkan &r!ses 'an# mendasarin'a(
#. ;iopia aksial ;iopia tipe ini disebabkan oleh karena diameter anteroposterior dari bola mata bertambah panjang. 0omponen refraktif lainnya berada dalam batas normal. 3. ;iopia refraksional
#$
;iopia ini disebabkan kelainan pada komponen+komponen refraktif pada mata seperti ' a. ensa terlalu cembung, misalnya akibat cairan mata masuk ke lensa pada katarak intumesen. b. engkung kornea terlalu cembung, misalnya pada keratokonus. c. 9ndek bias lensa yang meninggi, seperti pada diabetes mellitus.
.$.
%"asifikasi berdasarkan Onset terjadin'a
a.
Juvenile-nset !yopia (J=;)
J=; didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara A+#6 tahun yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis. sophoria, astigmatisma, prematuritas, ri-ayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat merupakan faktorfaktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian. Pada -anita, peningkatan prealensi miopia terbesar terjadi pada usia B+#$ tahun, sementara pada laki+ laki terjadi pada usia ##+#3 tahun. Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari miopianya. ;iopia yang mulai terjadi pada usia #6 tahun biasanya lebih ringan dan lebih jarang ditemukan. Progresi dari miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( Fpada usia #6 tahun, G pada usia #* tahun) b.
"dult-nset !yopia (/=;)
/=; dimulai pada usia 3$ tahun. 0erja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat merupakan faktor risiko dari perkembangan miopia.
.$.$
%"asifikasi Mi!&ia berdasarkan beratn'a
a. ;iopia ringan
H +%,$$ "
b. ;iopia sedang
+%,$$ s!d +6,$$ "
). ;iopia berat
+6,$$ s!d +B,$$ "
d. ;iopia sangat berat
I+B,$$ "
##
.*
+eja"a
2ejala+gejala dari miopia adalah penglihatan yang buram jika melihat jauh. anyak penderita, terutama anak+anak yang tidak sadar akan kelainannya. 0elainan tersebut baru terdeteksi ketika sekolah mengadakan pemeriksaan mata. 0eluhan lain yang sering dirasakan adalah mata lelah (astenopia). Eamun keluhan sakit kepala lebih jarang dibandingkan dengan hipermetropia. Penderita miopia juga sering memicingkan matanya agar penglihatannya lebih jelas. ;ekanismenya serupa dengan mekanisme Pin #ole $est yaitu mengurangi aberasi cahaya yang terjadi. Seseorang dengan miopia
juga selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang akan dilihatnya. Penderita miopia biasanya senang membaca, apakah hal ini disebabkan kemudahan untuk membaca dekat, belum diketahui dengan pasti
.,
Dia#n!sis dan %!reksi
Tes Pin #ole dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh kelainan refraksi atau bukan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan refraksi untuk menentukan kelainannya dan juga besar koreksi yang diperlukan, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. 0oreksi pada mata dengan miopia dilakukan dengan memberi lensa minus atau negatif yang ukurannya teringan dengan tajam penglihatan terbaik. 0oreksi dapat dilakukan dengan pemberian kacamata atau lensa kontak. Selain itu bisa juga dilakukan tindakan operasi dengan metode+metode berikut' a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (/S90)
b. Laser-assisted su%epithelial keratectomy (/S0) c. Photorefractive keratectomy (P40) d. Conductive keratoplasty (C0)
#3
BAB III HIPEROPIA
5iperopia atau juga dikenali sebagai rabun dekat ( farsightedness dalam ahasa 9ngris) pertama kali diidentifikasi dan dideskripsikan oleh 0astner pada tahun #**. Pada tahun #*, "onders menyarankan penggunaan terminologi hipermetropia, namun 5elmolt> pada tahun #*B tetap menyarankan penggunaan kata hiperopia.
$.1
Definisi
5iperopia adalah anomali refraksi yang mana tanpa akomodasi, sinar sejajar akan terfokus di belakang retina. Sinar diergen dari objek dekat, akan difokuskan lebih jauh di belakang retina.
$.
E&idemi!"!#i
5iperopia merupakan anomali perkembangan dan secara praktis semua mata adalah hiperopik pada saat lahir. $D hingga B$D mata didapati hiperopia pada * tahun pertama kehidupan. Pada usia #6 tahun, sekitar 7D mata didapati tetap hiperopik. Pada masa remaja, derajat hiperopia akan berkurang karena panjang a
il mendapati A dari #$ anak (A#D) dalam satu kota hiperopia.
$.$
Eti!"!#i
#. Panjang a
#%
$.*
%"asifikasi
0lasifikasi hiperopia berdasarkan gejala klinis, derajat beratnya hiperopia, dan status akomodasi mata. erdasarkan gejala klinis, hiperopia dibagi menjadi tiga yaitu' #. 5iperopia simpleks yang disebabkan oleh ariasi biologi normal, etiologinya bisa a
#7
d. Pasien dengan hiperopia fakultatif bisa melihat dengan jelas tanpa lensa positif tapi juga bisa melihat dengan jelas dengan menggunakan lensa positif 7. 5iperopia /bsolut
o
Tidak bisa dikoreksi dengan proses akomodasi
o
Penglihatan
subnormal o Penglihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama pada usia lanjut 5iperopia Total bisa dideteksi setelah proses akomodasi diparalisis dengan agen sikloplegia.
5iperopia
5iperopia
aten
5iperopia
;anifes
2ambar
#%. 0lasifikasi 5iperopia berdasarkan status akomodasi mata
$.,
+eja"a-#eja"a dan anda-tanda Hi&er!&ia
#. Penglihatan dekat kabur, penglihatan jauh pada usia lanjut juga bisa kabur 3. /sthenopia akomodatif (sakit kepala, lakrimasi, fotofobia, kelelahan mata) %. Strabismus pada anak+anak yang mengalami hiperopia berat 7. 2ejala biasanya berhubungan dengan penggunaan mata untuk penglihatan dekat (cth ' membaca, menulis, melukis), dan biasanya hilang jika kerjaan itu dihindari. *. ;ata dan kelopak mata bisa menjadi merah dan bengkak secara kronis
#*
6. ;ata terasa berat bila ingin mulai membaca, dan biasanya tertidur beberapa saat setelah mulai membaca -alaupun tidak lelah. A. isa terjadi ambliopia
$./
Dia#n!sis Hi&er!&ia
#. /namnesa gejala+gejala dan tanda+tanda hiperopia 3. Pemeriksaan =ftalmologi a. Visus : tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart
b. 4efraksi : retinoskopi merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk pengukuran objektif hiperopia. Prosedurnya termasuk statik retinoskopi, refraksi subjektif, dan autorefraksi c. ;otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi : termasuk pemeriksaan duksi dan ersi, tes tutup dan tes tutup+buka, tes 5irschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum : untuk mendiagnosa penyakit+penyakit yang bisa menyebabkan hiperopia. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan -arna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adne
$.0
Penata"aksanaan Hi&er!&ia
#. Sejak usia * atau 6 tahun, koreksi tidak dilakukan terutama tidak munculnya gejala+gejala dan penglihatan normal pada setiap mata. 3. "ari usia 6 atau A tahun hingga remaja dan berlanjut hingga -aktu presbiopia, hiperopia dikoreksi dengan lensa positif yang terkuat. isa memakai kaca mata atau lensa kontak. %. Pembedahan refraktif juga bisa dilakukan untuk membaiki hiperopia dengan membentuk semula kuratura kornea. ;etode pembedahan refraktif termasuk a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (/S90) b. Laser-assisted su%epithelial keratectomy (/S0)
#6
c. Photorefractive keratectomy (P40) d. Conductive keratoplasty (C0)
$.
%!m&"ikasi Hi&er!&ia
#. Strabismus 3. ;engurangi kualitas hidup %. 0elelahan mata dan sakit kepala
BAB I2 ASI+MAISME
#A
/stigmatisme pertama kali dideskripsi dengan tepat oleh Thomas Koung pada tahun #$#. 2eorge iddle /iry pada tahun #3B merupakan orang pertama untuk mengkoreksi astigmatisme dengan menggunakan lensa sferosilinder. Pada tahun #66, "r. John 2reen menghasilkan chart jarak jauh pertama untuk menilai astigmatisme. Pada tahun yang sama, 5. 0napp telah memperkenalkan metode untuk menentukan lokasi aksis pada astigmatisme yang digunakan hingga sekarang.
*.1
Definisi
Terminologi astigmatisme berasal dari ahasa Kunani yang bermaksud tanpa satu titik. /stigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis ertikal dan hori>ontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. ;ata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak memfokuskan sinar pada satu titik tapi banyak titik.
*.
E&idemi!"!#i
/stigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi. *D dari pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak %D dari populasi mempunyai kelainan astigmatisme yang melebihi %.$$ ". "i 9ndonesia, diperkirakan sebanyak 7$ juta populasinya mempunyai kelainan astigmatisme. Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya astigmatisme pada lelaki dan perempuan. Prealensi astigmatisme meningkat dengan usia.
*.$
Eti!"!#i
;ata mempunyai 3 bagian untuk memfokuskan bayangan : kornea dan lensa. Pada mata yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kuratura yang rata seperti permukaan bola karet. 0ornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam terfokus pada retina.
#
Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan+bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina. /stigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk' #. ;iopia. 9ni terjadi bila kuratura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang dari normal. ayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur. 3. 5iperopia. 9ni terjadi jika kuratura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal. ayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur. iasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. /stigmatisme dipercayai diturunkan dengan cara autosomal dominan. /stigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena faktor perkembangan. /stigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar teleisi atau menjadi juling. Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular. /stigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot+otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi pada itreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.
*.*
%"asifikasi
/da banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik. #. Simple hyperopic astigmatism : Satu meridian prinsipal adalah emmetropikL yang satu lagi hiperopik 3. Simple miopic astigmatism : Satu meridian prinsipal adalah emmetropikL yang satu lagi miopik %. Compound hyperopic astigmatism : 0edua meridian prinsipal hiperopik pada derajat yang berbeda
#B
7. Compound miopic astigmatism : 0edua meridian prinsipal miopik pada derajat yang berbeda *. !i&ed astigmatism : Satu meridian prinsipal adalah hiperopik, yang satu lagi miopik
compound hypermetropic astigmastism
compound myopic astigmatism
mi&ed astigmatism
simple hypermetropi c astigmatism
simple myopic astigmatis m
2ambar #7. Tipe+tipe /stigmatisme Terdapat beberapa bentuk dari astigmatisme. #. 'egular : ;eridian+meridian prinsipal bersudut tegak antara satu dengan yang lainnya. 0ondisi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder 3. (rregular : ;eridian+meridian prinsipal tidak bersudut tegak antara satu dengan yang lainnya, biasanya disebabkan oleh ketidakrataan kuratura kornea. Tidak bisa dikoreksi dengan sempurna dengan lensa silinder %. %liue : ;eridian+meridian prinsipal berada antara sudut %$ o hingga 6$o atau antara sudut #*$ o hingga #$o 7. Symmetrical : ;eridian+meridian prinsipal setiap mata berada pada posisi simetris dari deiasi garis median. Jika aksis dari setiap mata dikoreksi dengan lensa silinder dengan tanda yang sama dan jumlah sudutnya #$ o, astigmatisme itu simetris. Variasi maksimum yang bisa ditoleransi sebesar #* o. Contoh symmetrical astigmatism' =.". ' +c<. 6$$, =.S. ' +c<. #3$ o
*. "symmetrical : Tidak ada hubungan simetris dari meridian+meridian prinsipal dari garis median. 0epala yang dimiringkan seringkali disebabkan oleh asymmetrical astigmatism ataupun o%liue. 9ni adalah salah satu jenis tortikolis tipe okular, yang
akan hilang jika astigmatismenya dikoreksi dengan benar. "symmetrical lebih jarang dibandingkan dengan symmetrical . Contoh asymmetrical astigmatism' =.". ' +c<. #3$ o, =.S. ' +c<. #$ o 6. *ith-the-rule astigmatism : ;eridian ertikal dari mata mempunyai kuratura yang terbesar antara sudut 6$ o hingga #3$ o. 0ondisi ini dikoreksi dengan :c<. #$ o atau 8c<. B$ o
3$
A. "gainst-the-rule astigmatism : ;eridian hori>ontal dari mata mempunyai kuratura yang terbesar antara sudut $ o hingga %$o dan #*$ o hingga #$o. 0ondisi ini dikoreksi dengan :c<. B$ o atau dengan 8c<. #$ o. 9ni lebih jarang dibandingkan dengan +ith-the-rule astigmatism.
*.,
+eja"a-#eja"a dan anda-tanda
#. "istorsi dari bagian+bagian lapang pandang 3. Tampak garis+garis ertikal, hori>ontal atau miring yang kabur %. ;emegang bahan bacaan dekat dengan mata 7. Sakit kepala *. ;ata berair 6. 0elelahan mata A. ;emiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas
*./
Dia#n!sis Asti#matisme
#. /namnesa gejala+gejala dan tanda+tanda astigmatisme 3. Pemeriksaan =ftalmologi a. Visus : tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart
b. 4efraksi : Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu tes astigmatisme dan menentukan garis yang mana yang tampak lebih gelap dari yang lain. Contohnya, pasien yang miopia pada meridian ertikal dan emmetropia pada meridian hori>ontal akan melihat garis+ garis ertikal tampak distorsi, sedangkan garis+garis hori>ontal tetap tajam dan tidak berubah. Sebelum pemeriksaan subjektif ini, disarankan menjadikan penglihatan pasien miopia untuk menghindari bayangan difokuskan lebih jauh ke belakang retina. Selain itu, untuk pemeriksaan objektif, bisa digunakan keratometer, keratoskop, dan ideokeratoskop c. ;otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi : termasuk pemeriksaan duksi dan ersi, tes tutup dan tes tutup+buka, tes 5irschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
3#
d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum : untuk mendiagnosa penyakit+penyakit yang bisa menyebabkan astigmatisme. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan -arna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adne
Ga
*.0
#.
mbar 15. Kartu untuk tes Astigmatisme
Penata"aksanaan Asti#matisme
/stigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder tergantung gejala dan jumlah astigmatismenya
3.
?ntuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder
%.
?ntuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk mengurangkan gejalanya -alaupun kadang+kadang tidak memperbaiki tajam penglihatan
7.
/turan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis B$ o dari garis tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. ?ntuk astigmatisme miopia, digunakan silinder negatif, untuk astigmatisme hiperopia, digunakan silinder positif
*.
?ntuk astigmatisme irregular , lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi permukaan kornea yang tidak rata
33
6.
Selain itu, astigmatisme juga bisa dikoreksi dengan pembedahan /S90, keratektomi fotorefraktif dan /S0
BAB 2 PRESBIOPIA
3%
,.1
Definisi
Presbiopia adalah penglihatan di usia lanjut, merupakan perkembangan normal yang berhubungan erat dengan usia lanjut dimana proses akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan+lahan berkurang. iasanya terjadi diatas usia 7$ tahun, dan setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi presbiopianya.
,.
E&idemi!"!#i
Prealensi presbiopia lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang tinggi. 0arena presbiopia berhubungan dengan usia, prealensinya berhubungan lansung dengan orang+orang lanjut usia dalam populasinya. Malaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bah-a insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 73 hingga 77 tahun. Studi di /merika pada tahun #B** menunjukkan #$6 juta orang di /merika mempunyai kelainan presbiopia. aktor resiko utama bagi presbiopia adalah usia, -alaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit kardioaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopia dini.
,.$
Eti!"!#i
#. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut 3. 0elemahan otot+otot akomodasi %. ensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elasitasnya akibat kekakuan (sklerosis) lensa
,.*
%"asifikasi
#. Presbiopia 9nsipien : tahap a-al perkembangan presbiopia, dari anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca 3. Presbiopia ungsional : /mplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa
37
%. Presbiopia /bsolut : Peningkatan derajat presbiopia dari presbiopia fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali 7. Presbiopia Prematur : Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 7$ tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat+obatan *. Presbiopia Eokturnal : 0esulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
,.,
+eja"a-#eja"a dan anda-tanda
#. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. isa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama 3. ;embaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa %. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari 7. ;emerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca *. Terganggu secara emosional dan fisik
,./
Dia#n!sis Presbi!&ia
#. /namnesa gejala+gejala dan tanda+tanda presbiopia 3. Pemeriksaan =ftalmologi a. Visus : Pemeriksaan dasar untuk mengealuasi presbiopia dengan menggunakan Snellen Chart
b. 4efraksi : Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 3$!%$. c. ;otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi : termasuk pemeriksaan duksi dan ersi, tes tutup dan tes tutup+buka, tes 5irschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum : untuk mendiagnosa penyakit+penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan -arna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari
3*
mata dan adne
,.0
Penata"aksanaan Presbi!&ia
#. "igunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek+objek yang dekat 3. 0ekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger 3$!%$ %. 0arena jarak baca biasanya %% cm, maka adisi 8%.$$ " adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak %% cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa 8%.$$ " ?sia (tahun) 7$ 7* *$ ** 6$
0ekuatan ensa Positif yang dibutuhkan 8#.$$ " 8#.*$ " 83.$$ " 83.*$ " 8%.$$ "
7. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. 9ni termasuk' a. ifokal : untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. isa yang mempunyai garis hori>ontal atau yang progresif b. Trifokal : untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. isa yang mempunyai garis hori>ontal atau yang progresif c. ifokal kontak + untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. agian ba-ah adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya d. ;onoision kontak : lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata nondominan. ;ata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto
36
e. ;onoision modified : lensa kontak bifokal pada mata non+dominan, dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. 0edua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca. *. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, /S90, /S0, dan keratektomi fotorefraktif
DA3AR PUSA%A
#. /merican /cademy of =phtalmology. asic N Clinical Science Course 3$$%3$$7. Section % : =ptics, 4efraction, and Contact enses. 3. ;ontgomery T;. /natomy, Physiology N Pathology of the 5uman ye. 3$$6. /ailable at Hhttp'!!---.tedmontgomery.com!theOeye!inde<.htmlI
3A
%. Visual at
/cuity.
Mikipedia,
The
ree
ncyclopedia. /ailable
Hhttp'!!en.-ikipedia.org!-iki!VisualOacuityI 7. 5artstein J. 4eie- of 4efraction. St. ouis ' The CV ;osby CompanyL#BA#.p.#6+ 7*. *. 4iordan+a P, Mhite =M. =ptik dan 4efraksi. "alam ' Vaughn "2, /sbury T, 4iordan+a P. ditor.=ftalmologi ?mum. disi #7. Jakarta ' Penerbit Midya ;edikaL#BB6.p.%B+7$6. 6. /lbert . Sloane, 2eorge . 2racia. ;anual of 4eraction, %rd edition. ittle, ro-n and Company. ?S/. #BAB. A. 0alloniatis ;, uu C. Psychophysics of Vision+Visual /cuity. 9n ' 0olb 5, ernande> , Eelson 4. editors. Mebision The =rgani>ation of the 4etina and Visual System. ?niersity of ?tah. 3$$*. /ailable at ' http'!!-ebision.med.utah.edu!0allSpatial.html . 9lyas S. 0elainan 4efraksi dan 0acamata. Jakarta ' alai Penerbit akultas 0edokteran ?niersitas 9ndonesiaL #BBA.
3