BAB I PENDAHULUAN
Mata Mata merah merah merupa merupakan kan keluha keluhan n utama utama yang yang paling paling sering sering muncul muncul pada pada penderita penyakit pen yakit mata. Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai yang disertai penurunan visus. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konj konjun ungt gtiv ivaa
terj terjad adii
akib akibat at
bert bertam amba bahn hnya ya
asup asupan an
pemb pembul uluh uh
dara darah h
atau ataupu pun n
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh da rah. Pada konjungt konjungtiva iva terdapa terdapatt dua pembul pembuluh uh darah darah yaitu yaitu arteri arteri konjun konjungti gtiva va posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliar anterior atau episkl episklera era.. Arter Arterii siliar siliar anteri anterior/ or/epi episkl sklera era memberi memberikan kan tiga tiga cabang cabang yaitu yaitu arteri arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan bergabung dengan arteri siliar posterior longus membentuk arteri sirkular mayor/pleksus siliar yang memperdarahi iris dan badan siliar,arteri siliar,arteri perikornea memperdarahi kornea dan arteri episklera yang terletak dia dia atas atas skle sklera ra dan meru merupa pakan kan bagi bagian an arte arteri ri sili siliar ar ante anteri rior or yang yang memb member erik ikan an perdarahan ke dalam bola mata. Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut. elain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat terjad terjadii akibat akibat pecahny pecahnyaa salah salah satu satu dari dari kedua kedua pembul pembuluh uh darah darah di konjung konjungtiv tiva, a, sehingga darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva. Meskipun Meskipun mata merah biasanya hasil dari kelainan kelainan yang tidak berarti, dalam beberapa kasus mungkin merupakan tanda serius dari kemungkinan kondisi yang mengancam penglihatan. Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini merupakan hal yang sangat penting pada keluhan mata merah agar pegangan yang diberikan e!ekti!, tepat dan e!isien.
"
BAB II PENDARAHAN DAN INJEKSI PADA ORBITA
A.PENDARAHAN MATA 2
Pemasok arteri utama orbita dan bagian#bagiannya berasal dari arteri o!thalmica, yaitu cabang besar pertama arteria carotis interna bagian cranial. $abang ini berjalan dibawah nervus opticus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita. $abang intraorbital pertama adalah arteri centralis retinae yang memasuki nervus opticus sekitar %#"& mm di belakang bola mata. $abang#cabang lain arteri o!talmica adalah arteri lacrimalis, yang mempendarahi glandula lacrimal dan kelopak mata atas ' cabang muskularis ke berbagai otot orbita ' arteri ciliaris longus dan brevis ' arteri palpebrales mediales ke kedua kelopak mata ' dan arteri supraorbitalis serta suprathocl suprathoclearis. earis. Arteriae Arteriae ciliares ciliares posteriors posteriors breve mendarahi mendarahi koroid dan bagian# bagian# bagian nervus opticus. o pticus. Kedua arteri ciliaris posterior longa mendarahi corpus ciliare, c iliare, beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteria ciliaris anterior membentuk circulus arteriosus major iris. Arteria ciliaris anterior berasal dari cabang# cabang muskularis muskularis dan menuju ke musculi musculi recti. recti. Arteri ini memasok darah ke slera, epislera, limbus, dan conjungtiva, serta ikut memberntuk circulus arterialis major iris. $abang#cabang arteri o!talmica yang paling anterior membentuk aliran arteri yang
(
berkelok#kelok di keplopak mata, yang membuat anastomosis dengan circulasi karotis e)terna melalui arteria !asialis. *rainase *rainase vena di orbita terutama terutama melalui vena o!talmica o!talmica superior dan in!erior in!erior,, yang juga menampung darah dari vena v ena vorticosae, vena ciliaris anterior, dan vena centralis cen tralis retinae. +ena o!talmica berhubungan dengan sinus cavernosus melalui !isura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui !issure orbitalis in!erior. +ena o!talmica mula#mula terbentuk dari vena supraorbitalis dan supratrochlearis serta satu cabang vena angularis. Ketiga vena tersebut mengalirkan darah dari kulit di daerah periorbita. +ena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dan sinus cavernosus sehingga dapat menimbulkan thrombosis sinus cavernosus yang !atal pada in!eksi super!isialis di kulit orbita.
B. INJEKSI KONJUNGTIVAL
Mele Melebar barnya nya pemb pembul uluh uh dara darah h arte arteri ri konj konjung ungti tiva va post posteri erior or atau atau inje injeks ksii konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun in!eksi pada jaringan konjungtiva. njeksi konjungtival ini mempunyai tanda#tanda •
Mudah Mudah digera digerakkan kkan dari dari dasarn dasarnya. ya. Hal ini diseba disebabkan bkan arteri arteri konjun konjungti gtiva va posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari sclera.
•
Pembuluh darah didapatkan terutama di daerah !orniks
•
kuraan pembuluh darah makin besar ke bagian peri!er karena asalnya dari bagian peri!er atau arteri siliar anterior. anterior.
•
*engan tetes adrenalin "-" injeksi akan lenyap sementara
•
0erwarna merah yang segar
•
1atal
2
•
3idak ada !oto!obia
•
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.
1ambar njeksi Konjungtiva
C.INJEKSI SILIAR
Melebarnya pembuluh darah peri kornea 4a. siliar anterior5 atau injeksi siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea, glaucoma, endo!talmitis ataupun pano!talmitis njeksi siliar ini mempunyai tanda#tanda"
1ambar njeksi iliar
•
0erwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtiva
6
•
Pembuluh darah tidak tampak
•
3idak 3idak ikut ikut serta serta dengan dengan perger pergeraka akan n konjun konjungti gtiva va bila bila digera digerakkan kkan,, karena karena menempel erat dengan jaringan perikornea.
•
Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kearah !orniks
•
kuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitar kornea dan berkurang ke arah !orniks.
•
*engan tetes adrenalin "-" tidak menciut.
•
Hanya lakrimasi
•
3erdapat 3erdapat !oto!obia
•
akit tekan di sekitar kornea
•
Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler 4ritis5 dan lebar 4glaucoma5
Perbandingan injeksi pada mata Injeksi konjun!i"#
Injeksi
si$i#%&
Injeksi e'isk$e%#$
As#$
A.$onjungtiva
'e%iko%ne#$ A siliar
Me('e%)#%#*i
posterior Konjungtiva bulbi
Kornea
Lok#$is#si +#%n# A%#* #$i%#n & $e,#% Konjun!i"#
Konjungtiva Merah Ke peri!er kut bergerak
anterior *asar konjungtiva ngu Ke sentral 3idak ikut bergerak
7pisklera Merah gelap Ke sentral 3idak bergerak
)ie%#kk#n Den#n e'ine-%in
Menciut
3idak menciut
3idak menciut
/000 Pen1#ki!
Konjungtiva
Kornea, iris, glaucoma
1laucoma,
A.siliar longus segmen
ntraocular
&
endo!talmitis, Sek%e! Pen$i*#!#n
8 9ormal
# Menurun
pano!talmitis # angat turun
1ambarnjeksi episkleral Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikan gejala bersama#sama dengan keluhan tambahan sepertia. Penglihatan menurun b. 3erdapat atau tidak terdapatnya secret c. 3erdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan bola mata. Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama#sama mata yang merah yang selanjutnya akan dibahas pada bab berikutnya.
:
BAB III MATA MERAH DENGAN VISUS NORMAL
. E'isk$e%i!is De-inisi
;eaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. ",( E!io$oi
-
;eaksi hipersensitivitas 4 toksik, alergik, atau in!eksi5 terhadap penyakit sistemik - 30$, rheumatoid arthritis, <7, polyarthritis nodosa, in!lammatory bowel disease, sarcoidosis, =egener>s granulomatosis, herpes ?oster virus atau si!ilis.
-
3erjadi spontan atau idiopatik
-
3erutama pada wanita usia pertengahan. K$#si-ik#si
-
7piksleritis simple
-
7piskleritis nodular T#n)# )#n ej#$#
-
mumnya unilateral
-
Mata kering
-
;asa sakit ringan yang mengganjal
-
1ambaran khusus - benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah kojungtiva yang apabila konjungtiva atasnya ditekan akan menimbulkan rasa sakit yang menjalar disekitar mata.
@
-
Kadang
kadang,
ada bintil putih translusen terpusat didaerah
yang
meradang 4episkleritis nodular5
-
Perjalanan penyakit akut, beberapa minggu#bulan, dapat berulang.
-
Pembuluh darah mengecil dengan vasokonstriktor. M#n#je(en
-
el!#limiting disease, dapat sembuh sendiri sekitas (#2 minggu tanpa pengobatan.
-
+asokonstriktor Benile!rin (,&C topikal
-
Pada keadaan berat diberi kortikosteroid tetes mata 4prednisolone acetate "C atau !luorometholone acetate5, sistemik, atau salisilat.
%
-
Kompres dingin dan artificial tears untuk menyamankan mata.ntuk epiksklertis nodular dapat diberi DA9 untuk meringankan in!lamasi.
-
E
2. Sk$e%i!is De-inisi
Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.
-
Pada &C kasus berhubungan dengan penyakit sistemik.
-
0iasanya kondisinya berat, destrukti! dan mengancam penglihatan
-
Penting utk mengobati peny sistemiknya
-
kleritis posterior melibatkan sklera posterior sampai ora serata
-
Mengancam kebutaan K$#si-ik#si
a. kleritis anterior di!us, nodular, nekrotik dengan in!lamasi, nekrotik tanpa in!lamasi. b. kleritis posterior. T#n)# )#n ej#$#/
-
0iasanya bilateral, sering pada perempuan
-
Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu
-
3erkadang penderita bangun dari tidurnya karena nyeri kambuh.
-
Mata merah berair
"
-
Boto!obia dengan penglihatan menurun
-
Dnset mendadak
-
Kondisi berat, nyeri menetap,
-
Pemb drh slera tdk menghilang dg tetes phenylephrine "C
-
Penglihatan kabur, diplopia, nyeri saat ada gerakan bola mata
-
3idak mengeluarkan kotoan.
-
3erlihat benjoan berwarna sedikit biru jingga, terkadang mengenai seluruh lingkaran kornea sehingga terlihat sebagai skleritis anular.
-
*alam kasus yang parah skleritis nekrosis, slklera dapat menjadi transparan karena peradangan kronis, mengungkapkan biru gelap yang mendasari koroid tersebut. M#n#je(en
-
Medikasi topical tidak cukup untuk pengobatan skleritis.
-
elain obat sikoplegik 4scopolamine ,(&C atau atropine "C5 ,juga diberi DA9 4ibupro!en :mg5
-
Fika peradangan parah atau necroti?ing, atau jika non#steroidals sendiri gagal untuk menekan peradangan, gunakan steroid sistemik seperti prednison oral % mg ka!ein G* selama dua sampai tiga hari, lalu perlahan#lahan tapering off " sampai (mg setiap hari. Pen1u$i!
-
Keratitis peri!er
-
1laukoma
-
1ranuloma subretina
""
-
veitis
-
Keratitis sklerotikan
kekeruhan kornea akibat peradangan sklera terdekat.
0entuknya segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang akibat gangguan susunan serat kolagen stroma.
. Pe%)#%#*#n su,konjun!i"# De-inisi
*apat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh 4umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan5. *apat juga terjadi akibat trauma. ",2 E!io$oi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin dengan proporsi yang sama. 0eberapa penyebab yang daat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva antaralain, ". pontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva. (. 0atuk, berusaha, bersin, muntah. 2. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga menyebabkan perdarahan subkonjungtiva. 6. 1angguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, <7, dan kekurangan vitamin $, gangguan !aktor pembekuan. &. Penggunaan antibiotik, 9A*, steroid, vitamin *, kontrasepsi. :. n!eksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia, scarlet !ever, typhoid !ever, cholera, rickettsia, malaria,
"(
dan virus 4misal in!luen?a, smallpo), measles, yellow !ever, sand!ly !ever5. @. 1ejala sisa dari operasi mata. %. 3rauma. E. Menggosok mata.
T#n)# )#n Gej#$#
Pasien datang dengan keluhan matanya yang bagian putih merah, pusing, berair, dalam waktu (6 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin membesar, kemudian mengecil, awalnya merah cerah lama#lama berwarna agak gelap . Hal yang harus ditanyakan adalah adanya riwayat trauma, mengangkat benda berat, batuk kronis, hipertensi. 3anda yang tampak pada pemeriksaan antara lain-
-
3ampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang 4tipis5 atau merah tua 4tebal5.
-
3idak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang ringan.
-
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah-
-
Penlight. Pada konjungtiva bulbi tampak adanya patch kemerahan.
-
3ekanan darah untuk mengetahui risiko hipertensi.
-
$ek darah lengkap untuk memastikan adanya gangguan pembekuan darah.
M#n#je(en
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena darah akan terabsorbsi dengan baik selama 2 #6 minggu. 3etapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon 4vasokonstriktor5 dan multivitamin.
Airmata
buatan
untuk
"2
iritasi ringan dan mengobati !aktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang.
3. P!e%iiu( De-inisi
Merupakan pertumbuhan !ibrovaskular konjungtiva yang bersi!at degenerati! dan invasi!. ",(,2 Gej#$#
terdapat selaput pada mata berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal, yang meluas ke arah kornea dengan puncaknya di bagian sentral/kornea, timbul semacam garis besi dan penglihatan menurun. T#n)#
Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang tumbuh menyebar kea rah kornea dan sedang mengalami peradangan 4sebabkan mata merah5, timbul iron line dari tocker yang terletak di hujung pterigium, dapat disertai keratitis pungtata dan dellen 4penipisan kornea akibat kering5 dan dapat muncul astigmatisme irregular. K$#si-ik#si P!e%1iu(
ecara klinis Pterigium terbagi atas o o
o
1rade 1rade
- Pterigium terbatas pada limbus kornea - Pterigium sudah melewati limbus kornea tapi tidak lebih dari ( mm. 1rade - Pterigium sudah melewati tepi limbus lebih dari ( mm tapi
"6
o
tidak melewati pinggiran pupil dalam keadaan cahaya normal 4 diameter pupil 2#6 mm5 1rade + - Pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga sudah ada gangguan pengelihatan.
Di#nosis
Pasien biasa tidak datang dengan keluhan apabila masih pada tipe ". Pada pasien tipe ( dan 2 dapat terjadi keluhan visus yang menurun. elain itu karena pterigium ini mudah meradang, pada saat !ase peradangan akan ditemukan tanda#tanda iritasi non spesi!ik seperti !oto!obia, sensasi benda asing, dan mata berair secara kontinyu. *apat juga timbul rasa nyeri yang di provokasi oleh mikroulserasi kornea pada bagian kepala dari pterygium. Pada pterygium yang berprogresi terus menerus kadang dapat terjadi penglihatan ganda akibat terganggunya motilitas okular karena jaringan konjungtiva yang terluka. Peno,#!#n
Tindakan non bedah 3indakan non bedah meliputi pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan atau tetes mata dekongestan untuk mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan salep steroid juga dapat di berikan untuk mengurangi reaksi peradangan. 3etes mata vasokonstriktor juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan mata merah. Dbat#obat ini tidak menghambat progresi!itas pterigium. Tindakan bedah
"&
Pengobatan pterigium tipe progresi! yang merah, tebal dan meradang lebih sulit bila dibandingkan dengan tipe nonprogresi! yang putih, tipis dan avaskular. 0eberapa peneliti menganjurkan pemberian obat#obat, seperti obat steroid topikal sebelum tindakan bedah. 3indakan bedah dapat dilakukan bila pterigium
menyebabkan gangguan
visus, keluhan iritasi kronik, gangguan pergerakan bulbus okuli yang mengakibatkan diplopia dan gangguan kosmetik. Pembedahan pterigium dilakukan menurut enam cara yaitu - Avulsi, 3rasposisi apeks pterigium, ;otasi !lep konjungtiva, Bare sclera, $angkok konjungtiva otologus dan cangkok membran amnion homologus
P%onosis
0iasanya sering terjadi rekurensi. Apabila terjadi rekurensi maka harus dilakukan keratoplasty untuk menggantikan lapisan bowman kornea yang sakit. Apabila tidak akan terus menjadi substrat untuk pertumbuhan pterigium baru.
Pen4e#*#n
ecara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.
5. Pseu)o'!e%iiu( De-inisi Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat. ering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea. ",( T#n)# -
":
#
Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat, sering terjadi pada proses penyembuhan ulkus kornea.
#
#
Pada pseudopterigium dapat diselipkan sonde dibawahnya.
Pe%,e)##n P!e%iiu( )en#n Pseu)o'!e%iiu(
".
P37;1M P7*DP37;1M elalu di !isura palpebra embarang lokasi 0isa progresi! atau elalu stasioner
2.;iwayat
stasioner lkus kornea 4#5
lkus kornea 485
penyakit 6.3es sondase
9egati!
Positi!
Pen#!#$#ks#n##n
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik. 0isa dengan melakukan lisis dari adhesinya, eksisi pada konjugtiva yang terluka, dan penutupan de!eknya dengan I!ree conjunctival gra!tJ yang didapat dari bagian temporal.
6. Pinueku$# i%i!#ns 7'inueku$i!is8 De-inisi
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering mendapat rangsang sinar matahari, debu, dan angin. ",( P#!oenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. ebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering". Gej#$#
"@
0enjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah !issure palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami iritasi. T#n)#
Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi konjungtiva.
Peno,#!#n
0iasanya tidak diperlukan,jika terjadi in!lamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah. Pen4e#*#n
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
9. Ho%)eo$u( De-inisi
Hordeolum adalah in!eksi kelenjar pada palpebra. 0ila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. edangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih super!isial adalah in!eksi kelenjar eiss atau Moll. ",6
"%
Hordeolum e)ternum
Hordeolum nternum
E!io$oi
taphylococcus aureus adalah agent in!eksi pada E#E&C kasus hordeolum. :#k!o% %esiko o
Penyakit kronik.
o
Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
o
Peradangan kelopak mata kronik, seperti 0le!aritis.
o
*iabetes
o
Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
o
;iwayat hordeolum sebelumnya
o
Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
o
Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
P#!o-isio$oi
Hordeolum e)ternum timbul dari blokade dan in!eksi dari kelenjar eiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari in!eksi pada kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus.Dbstruksi dari kelenjar#kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi ble!aritis. Gej#$#
"E
Pembengkakan kelopak mata, mata merah, ;asa nyeri pada kelopak mata, Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, mata jadi sipit, ;iwayat penyakit yang sama sebelumnya. T#n)#
injeksi konjungtiva; 7dema; 9yeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata; eperti gambaran absces kecil, pseudoptosis/ptosis.
0agi hordeolum
e)ternum, penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak manakala bagi hordeolum internum, penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsalis.
Pen#!#$#ks#n##n
0iasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu @ hari. o
mum
".Kompres hangat 6#: kali sehari selama "& menit tiap kalinya untuk membantu drainase.
o
Dbat Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama (6 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. ".Antibiotik topikal - 0acitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 6 jam selama @#" hari.
(
*apat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. (. Antibiotik sistemik - *iberikan bila terdapat tanda#tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesarankelenjar lim!e di preauricular. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. *apat diberikan cephale)in atau diclo)acilin & mg per oral 6 kali sehari selama @ hari. 0ila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 2 mg oral 6 kali sehari selama @ hari atau klaritromycin & mg ( kali sehari selama @ hari.
o
Pembedahan 0ila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokaintetes mata. *ilakukan anestesi !iltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila•
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah !luktuasi pus, tegak lurus
•
padamargo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. etelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
<. K#$#=ion De-inisi
Kala?ion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersi!at keras dan tidak nyeri. ",(
("
P#!o-isio$oi
Produk#produk hasil pemecahan lipid 4lemak5, mungkin dari en?im# en?im bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon in!lamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel#sel radang ini membentuk kala?ion. Hal ini dapat membedakan kala?ion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PM9 dan nekrosis disertai pembentukan pus. 9amun demikian, hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kala?ion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan !isik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih super!isial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan. E!io$oi
Kala?ion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada ori!isium kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kala?ion dikaitkan dengan seborrhea, ble!aritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan !aktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kala?ion.
Gej#$#
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru#baru
ini,
diikuti
dengan
peradangan
akut
4misalnya
merah,
pembengkakan, perlunakan5. eringkali terdapat riwayat keluhan yang sama
((
pada waktu yang lampau, karena kala?ion memiliki kecenderungan kambuh pada individu#individu tertentu. Kala?ion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra in!erior.Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan dis!ungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi,yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Kala?ion dihubungkan dengan dis!ungsi kelenjar sebasea dan obstruksi dikulit 4seperti komedo, wajah berminyak5. Kala?ion tidak menyebabkan nyeri, mata bisa sipit dan dapat timbul keluhan mata buram akibat.kelainan re!raksi.
T#n)#
injeksi konjungtiva, pseudoptosis, nyeri tekan tidak ada tapi bisa nyeri bila meradang akut, kelainan re!raksi bisa terjadi akibat perubahan bentuk bola mata karena penekanan dari benjolan. Pen#!#$#ks#n##n
Kala?ion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan secara konservati! seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid topikal ringan biasanya dapat berhasil dengan baik. Pada sebagian besar
kasus,
pembedahan
hanya
dilakukan
bila
pengobatan
selama
berminggu#minggu tidak membuahkan hasil. ebagian besar kala?ion berhubungan dengan kala?ion lain yang berlokasi di bagian yang lebih dalam dari palpebra. si dari kala?ion marginalis murni akan menyatu bila ( buah kapas didorong ke arah tepi palpebra dari kedua sisinya. Fika isi kala?ion tidak dapat dikeluarkan, lakukan insisi distal kala?ion dan isinya dikerok. Penatalaksanaan dari kala?ion terin!eksi 4misalnya hordeolum interna5 meliputi pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan insisi dan drainase. Lang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase atau kerokan yang berlebihan dapat memperluas in!eksi dengan
(2
rusaknya jaringan 4ekskokleasi/ekstirpasi5. teriod topikal diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi peradangan kronis yang dapat menimbulkan sikatrik.
>. En!%o'ion De-inisi
7ntropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra kearah dalam. ",(,@ K$#si-ik#si
7ntropion berdasakan penyebab dibagi atas #
In"o$usi - Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. eiring
dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresi! jaringan !ibrous dan elastik kelopak mata bawah. 1angguan ini paling sering ditemukan
pada kelopak
bawah
dan
merupakan
akibat gabungan
kelumpuhan otot#otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas. #
Sik#!%ik - *apat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan
oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. 1angguan ini paling sering ditemukan pada penyakit#penyakit radang kronik seperti trakoma. #
Koneni!#$ - 7ntropion kongenital merupakan anomali yang jarang
ditemukan. 7ntropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan ble!arospasm. *apat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. o
Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea,sementara pada epible!aron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulumata memutari tepi tarsus.
o
7ntropion kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system kardiovaskular, musculoskeletal, dan systemsara! pusat. 7ntropion
(6
kongenital berbeda dengan entropion didapat. 7ntropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan. . Gej#$#
Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman, mata berair, mata merah, iritasi mata, gatal dan silau. 7ntropion kronis dapat menyebabkan sensiti!itas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan in!eksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea. T#n)#
injeksi konjungtiva, lakrimasi, !oto!obia, trikiasis.
. Peno,#!#n
Pengobatan entropion adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata e!ekti! pada semua jenis entropion. ebuah tindakan sementara yang berman!aat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi' tegangannya mengarah ketemporal dan in!erior. Dperasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih e!isien pada entropion involusi. Pada entropion sikatrik dilakukan tarsotomi dari =heeler dengan modi!ikasi dari *;.ie 0oen
0. Ek!%o'ion De-inisi
(&
Kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata mengarah ke luar sehingga bagian dalam kelopak4konjungtiva tarsal5 berhubungan langsung dengan dunia luar. ",(,@ E!io$oi
0isa kelainan bawaan 4konginetal5, paralisis nervus!asialis 4suatu kelumpuhan nervus !asialis yang dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada akson, sel# sel schwan dan selubung mielin yangdapat mengakibatkan kerusakan sara! otak5, senil 4katarak yang berkaitan dengan usia5, spastik 4kekejangan otot5. o
Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan kelopak mata akibat penuaan.
o
0eberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada kelopak mata akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker kulit atau pembedahan kelopak mata.
o
Kadang ektropion merupakan bawaan lahir akibat pembentukan kelopak mata yang tidak sempurna.
Gej#$#
Kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke dalam ke arah bolamata, dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke arah luar, mata merah, kelopak jadi bengkak, mata berair. T#n)#
hiperemis palpebra, injeksi konjungtiva, edema palpebra, epi!ora, lago!talmos yang bisa menyebabkan konjungtivitis dan keratitis.
(:
Pen#!#$#ks#n##n o
7ktropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea.
o
Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius lokal dan penderita tidak perlu dirawat.
o
*ilakukan pengencangan kelopak mata. etelah pembedahan, mata ditutup selama (6 jam dan diberi salep antibiotik selama sekitar " minggu.
(@
"". B$e-#%i!is De-inisi
0le!aritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata, biasanya melibatkan !olikel dan kelenjar rambut. 0le!aritis adalah peradangan bilateral sub akut/menahun pada tepi kelopak mata 4margopalpebra5.0le!aritis adalah in!lamasi pada pinggir kelopak mata biasanya disebabkan oleh sthapilokokus. ",&,% P#!o-isio$oi o
Pato!isiologi ble!aritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan en?im. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan !ungsi kelenjar meibom.
E!io$oi o
3erdapat ( jenis ble!aritis, yaitu ". 0le!aritis anterior - mengenai kelopak mata bagian luar depan
4tempat melekatnya bulumata5. Penyebabnya adalah bakteri sta!ilokokus dan seborrheik.
0le!aritis
taphylococcus
aureus,
sta!ilokok yang
dapat
sering
disebabkan ulserati!,
atau
in!eksi
dengan
taphylococcus
epidermidis atau sta!ilokok koagulase#negati!. 0le!aritis seboroik4non# ulserati!5 umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale. (. 0le!aritis posterior - mengenai kelopak mata bagian dalam 4bagian kelopak mata yanglembab, yang bersentuhan dengan mata5. Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. *ua penyakit kulit yang bisa menyebabkan ble!aritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala 4dermatitis seboreik5.
K$#si-ik#si
(%
". 0le!aritis super!isial 0ila in!eksi kelopak super!isial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yangterbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sul!asetamid dan sul!isolksa?ol. ebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. 0ila terjadi ble!aritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom 4Meibormianitis5, yang biasanya menyertai. (. 0le!aritis eboroik 0le!aritis sebore biasanya terjadi pada laki#laki usia lanjut 4& 3ahun5, dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. 1ejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn,air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk
kala?ion,
hordeolum,
madarosis,
poliosis
dan
jaringan
keropeng.0le!aritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dar ikotoran. *ilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama "menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa !likten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum danmadarosis. 2. 0le!aritis kuamosa 0le!aritis skuamosa adalah ble!aritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkalbulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut
minyak.
0le!aritis
ini
berjalan
bersama
dermatitik
seboroik.Penyebab ble!aritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan ble!aritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada ble!aritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus#halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. isik ini mudahdikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.Pengobatan ble!aritis skuamosa ialah dengan
(E
membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.Penyulit yang dapat terjadi pada ble!aritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis. 6. 0le!aritis lserati! Merupakan peradangan tepi kelopak atau ble!aritis dengan tukak akibat in!eksi staphylococcus. Pada ble!aritis ulserati! terdapat keropeng berwarna kekunung#kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan d!arah di sekitarbulu mata. Pada blew!aritis ulserati! skuama yang terbentuk bersi!at kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka
dengan
disertai
perdarahan.
Penyakit
bersi!at
sangat
in!eksius.lserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak !olikel rambut sehingga mengakibatkan rontok 4madarosis5.Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada ble!aritis ulserati! dapat dengan sul!asetamid, gentamisin atau basitrasin. 0iasanya disebabkan sta!ilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulserati! luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak !olikel rambut, trikiasis, keratitis super!isial, keratitis pungtata, hordeolum dan kala?ion. 0ila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis. &. 0le!aritis angularis 0le!aritis angularis merupakan in!eksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. 0le!aritis angularis yang mengenai sudut
kelopak
mata
4kantus
eksternus
daninternus5 sehingga
dapat
mengakibatkan gangguan pada !ungsi puntum lakrimal. 0le!aririsangularis disebabkan
taphylococcus
aureus.
0iasanya
kelainan
ini
bersi!at
rekuren.0le!aritis angularis diobati dengan sul!a, tetrasiklin dan engsul!at. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal. :. Meibomianitis
2
Merupakan in!eksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokalpada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.
Gej#$#
0le!aritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. 0le!aritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.0isa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.0isa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata' jika keropeng dilepaskan,bisa terjadi perdarahan. elama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
0le!aritis seboroika
T#n)#
injeksi konjungtiva, kuama pada tepi kelopak , Fumlah bulu mata berkurang, Dbstruksi dan sumbatan duktus meibom, ekresi Meibom keruh, njeksi pada tepi kelopak , Abnormalitas !ilm air mata, !oto!obia, krusta 485. Di#nos#
2"
*iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.
Pen#!#$#ks#n##n
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. 0isa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus.ntuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik 4misalnyaerythromycin atau sul!acetamide5 atau antibiotik per#oral 4misalnya tetracycline5. Fikaterdapat dermatitis seboroik,
harus
diobati.
Fika
terdapat
kutu,
bisa
dihilangkan
denganmengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.
2. Konjun!i"i!is;2 De-inisi Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva 4 lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata 5 yang disebabkan oleh mikro#organisme
• • •
4virus, bakteri, jamur, chlamidia5, alergi, iritasi bahan#bahan kimia. E!io$oi Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibatn!eksi olah virus atau bakteri ;eaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang ritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya' sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari. K$#si-ik#si Konjungtivitis, terdiri dari". Konjungtivitis bakterial (. Konjungtivitis virus 2. Konjungtivitis alergi 6. Konjungtivitis 9eonatorum &. 3rakoma :. Konjungtivitis iritasi atau kimia G#(,#%#n k$inik Konjun!i"i!is #. Su,jeks!i-
eperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur, lengket waktu pagi.
2(
,. O,jek!i- . Injeksi Konjun!i"# Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok#kelok, merah dari bagian peri!er konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan. 2. :o$ike$ Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira# kira "mm. tonjolan ini mirip vesikel. 1ambaran permukaan !olikel landai, licin abu#abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir !olikel yang naik kearah puncak !olikel. . P#'i$ %#ks#s# (Coble-stone) Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan
dengan
permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral. 3. :$ik!en 3onjolan berupa sebukan sel#sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva
atau
kornea,
berupa
suatu
mikro#abses,
dimana
permukaan epitel mengalami nekrosis. 5. Me(,%#n Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut
pseudomembran.
elain
massa
putih
yang
menutupi
konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran. 1ejala lainnya adalah# mata berair # mata terasa nyeri # mata terasa gatal # pandangan kabur # peka terhadap cahaya # terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari. M#4#(?(#4#( Konjun!i"i!is . Konjun!i"i!is B#k!e%i
22
•
De-inisi - in!lamasi konjungtiva diakibatkan taphylococcus aureus
4berhubungan •
dengan
ble!aritis5,
.7pidermidis,
treptococcus
pneumonia, dan Haemophilus in!luen?a 4khususnya pada anak#anak5 Di#nosis 1ejala - Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi 3anda Papila konjungtiva Kemosis - pembengkakan konjungtiva Konjungtiva injeksi 3anpa adenopati preaurikuler Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tajam penglihatan • Pemeriksaan segmen anterior bola mata • ediaan langsung 4swab konjungtiva untuk pewarnaan garam5 •
untuk mengindenti!ikasi bakteri, jamur dan sitologinya. Te%#'i Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada (6 jam pertama obat diteteskan tiap ( jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 6 kali sehari selama " minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan P%onosis Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, in!eksi dapat berlangsung selama "#"6 hari' jika diobati dengan memadai, "#2 hari, kecuali konjungtivitis sta!ilokokus 4yang dapat berlanjut menjadi ble!arokonjungtivitis
dan
memasuki
tahap
menahun5
dan
konjungtivitis gonokokus 4yang bila tidak diobati dapat berakibat per!orasi kornea dan endo!talmitis5. Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam
darah
meningokokus
dan
adalah
meninges, septicemia
hasil dan
akhir
konjungtivitis
meningitis.Konjungtivitis
bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan. Pen4e#*#n
26
•
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih#bersih.
•
sahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
•
Fangan menggunakan handuk atau lap bersama#sama dengan penghuni rumah lainnya.
Konjun!i"i!is Vi%us . Konjun!i"i!is :o$iku$e% Vi%us Aku! #8. De(#( :#%inokonjun!i"#$ T#n)# )#n ej#$#
*emam Baringokonjungtival ditandai oleh demam 2%,2#6 N$, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis !olikuler pada satu atau dua mata. Bolikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa !aring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang# kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Lang khas adalah lim!adenopati preaurikuler 4tidak nyeri tekan5. L#,o%#!o%iu(
*emam !aringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 2 dan kadang kadang oleh tipe 6 dan @. +irus itu dapat dibiakkan dalam sel He
2&
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak# anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. •
Te%#'i
3idak ada pengobatan spesi!ik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar " hari. ,8. Ke%#!okonjun!i"i!is E'i)e(ik# •
T#n)# )#n ej#$#
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada in!eksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam "6 hari oleh !oto!obia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. ensai kornea normal. 9odus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. 7dema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai !ase akut. Bolikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 6% jam. *apat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. Konjungtivitis berlangsung paling lama 2#6 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan# bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata. 9amun, pada anak#anak mungkin terdapat gejala sistemik in!eksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare. L#,o%#!o%iu(
2:
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe %, "E, (E, dan 2@ 4subgroub * dari adenovirus manusia5. +irus#virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidenti!ikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer' bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutro!il. Pen1e,#%#n
3ransmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari#jari tangan dokter, alat#alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi.
0ahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit#dose. $uci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat#alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. 3onometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati#hati. Te%#'i
ekarang ini belum ada terapi spesi!ik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superin!eksi bacterial.
2@
48. Konjun!i"i!is Vi%us He%'es Si('$eks T#n)# )#n ej#$#
Konjungtivitis virus herpes simple) biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan !oto!obia ringan. Pada kornea tampak lesi#lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus#ulkus epithelial yang bercabang banyak 4dendritik5. Konjungtivitisnya !olikuler. +esikel herpes kadang#kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. L#,o%#!o%iu(
3idak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Fika konjungtivitisnya !olikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimor!onuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. nklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai !iksasi 0ouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan 1iemsa. *itemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic. +irus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel#sel terin!eksi ke jaringan biakan. Te%#'i
Fika konjungtivitis terdapat pada anak di atas " tahun atau pada orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. 9amun,
2%
antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. ntuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati#hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama (6 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan @ " hari- tri!luridine setiap ( jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau ido)uridine ," C, " tetes setiap jam sewaktu bangun dan " tetes setiap ( jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 2C lima kali sehari selama " hari atau dengan acyclovir oral, 6 mg lima kali sehari selama @ hari. ntuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan.
E'i)e(io$oi
emua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di 1hana dalam tahun "E:E. Konjungtivitis ini disebabkan oleh co)ackie virus A(6. Masa inkubasi virus ini pendek 4%#6% jam5 dan berlangsung singkat 4@ hari5. T#n)# )#n Gej#$#
Mata terasa sakit, !oto!obia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang#
2E
kadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya di!us, namun dapat berupa bintik#bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyakan pasien mengalami lim!adenopati preaurikuler, !olikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. veitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada (&C kasus. •
Pen1e,#%#n
+irus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh !omite seperti sprei, alat#alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam @ hari •
Te%#'i
3idak ada pengobatan yang pasti. 2. Konjun!i"i!is Vi%us Men#*un #8. B$e-#%okonjun!i"i!is Mo$$us4u( Con!#iosu(
ebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan konjungtivitis !olikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. ;eaksi radang yang mononuclear 4berbeda dengan reaksi pada trachoma5, dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non# radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum. 0iopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosino!ilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.
6
7ksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya. ,8. B$e-#%okonjun!i"i!is V#%i4e$$#?@os!e% T#n)# )#n ej#$#
Hyperemia dan konjungtivitis in!iltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang o!talmika adalah khas herpes ?oster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan !olikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi.
Pada ?oster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimor!onuklear' kerokan konjungtiva pada varicella dan ?oster mengandung sel raksasa dan monosit. +irus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel sel embrio manusia. Te%#'i
Acyclovir oral dosis tinggi 4% mg oral lima kali sehari selama " hari5, jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat penyakit. 48. Ke%#!okonjun!i"i!is Mo%,i$$i T#n)# )#n ej#$#
6"
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. 0eberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudati! dengan secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak#bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang#kadang pada carunculus. Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien kurang gi?i atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai in!eksi H+ atau in!eksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. n!eksi herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan per!orasi dan kehilangan penglihatan pada anak# anak kurang gi?i di 9egara berkembang. Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada pseudomembran atau in!eksi sekunder. edian terpulas giemsa mengandung sel#sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesi!ik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada in!eksi sekunder.
2. Konjun!i"i!is A$e%i
6(
"5 Konjun!i"i!is De(#( Je%#(i 7H#1 :e"e%8 ? T#n)# )#n ej#$# ;adang konjungtivitis non#spesi!ik ringan umumnya menyertai • demam jerami 4rhinitis alergika5. 0ianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal#gatal, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan#akan Itenggelam dalam jaringan sekitarnyaJ. 3erdapat
sedikit
penambahan
pembuluh
pada
palpebra
dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat 4yang menjadi sebab ItenggelamnyaJ tadi5. Mungkin terdapat # •
? •
sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya. L#,o%#!o%iu( ulit ditemukan eosino!il dalam kerokan konjungtiva Te%#'i Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut 4epineprin, larutan "-" yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis
62
dan gejalanya dalam 2 menit5. Kompres dingin membantu mengatasi gatal#gatal dan antihistamin hanya sedikit man!aatnya. ;espon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti#gennya dapat dihilangkan. 28 Konjun!i"i!is Ve%n#$is # De-inisi - suatu in!lamasi mata bagian luar yang bersi!at musiman dan •
dianggap sebagai suatu alergi. Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan 4mast sel5 yang melepaskan senyawa kimia 4mediator5 dalam merespon terhadap berbagai rangsangan 4seperti serbuk sari atau debu tungau5 . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. ekitar (C dari orang memiliki tingkat mata merah alergi.
#
Di#nosis *itemukan adanya tanda#tanda radang konjungtiva • *itemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior • *itemukan adanya tantras dot pada limbus kornea • Kadang disertai shield ulcer • 0ersi!at kumat#kumatan • 1ejal dan3anda Mata merah 4biasanya rekuren5 Kadang disertai rasa gatal yang hebat Adanya riwayat alergi Adanya hipertro!i papil di!us pada konjungtiva tersal terutama
superior Adanya penebalan limbus dengan tantras dot *ischarge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat in!eksi sekunder
? •
Te%#'i Kasus ringan - terapi edukasi 4menghindari allergen, kompres dingin,
ruangan sejuk, lubrikasi, salep mata5, pemberian antihistamin 4topical levokabastin,
emestadine5,
vasokonstriktor
4phenileprine,
tetrahidrolo?ine5, mast cell stabili?er 4cromolin sodium 6C alomide5
66
•
Kasus sedang#berat - mast cell stabili?er 4cromolin sodium 6C alomide5, antiin!lamasi steroid topika 4ketorolac ,&C5, kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresi! 4atropine "C, homatropin &C,
•
atau skopolamin ,(&C5 dan antibiotic topikal *apat diberikan antihistamin sistemik. 8 Konjun!i"i!is A!o'ik
? •
T#n)# )#n ej#$# ensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan !oto!obia. 3epian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. 3erdapat papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus
in!erior.
0erbeda
dengan
papilla
raksasa
pada
keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. 3anda# tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. 3imbul keratitis peri!er super!icial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman •
penglihatan. 0iasanya ada riwayat alergi 4demam jerami, asma, atau ec?ema5 pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan#lipatan !leksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. eperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut#larut dan
sering
mengalami
eksaserbasi
dan
remisi.
eperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang akti! bila pasien telah berusia & tahun. # L#,o%#!o%iu( Kerokan konjungtiva menampakkan eosino!il, meski tidak sebanyak • yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.
6&
# •
Te%#'i Atihistamin oral termasuk ter!enadine 4:#"( mg () sehari5,
astemi?ole 4" mg empat kali sehari5, atau hydro)y?ine 4& mg waktu tidur, dinaikkan sampai ( mg5 ternyata berman!aat. Dbat#obat antiradang non#steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodo)amid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien#pasien ini. Pada kasus berat, plasma!eresis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. . Konjun!i"i!is Neon#!o%u( # De-inisi
D!talmia 9eonatorum 4Konjungtivitis 9eonatorum5 adalah suatu in!eksi mata pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati jalan lahir. # Pen1e,#, 0erbagai organisme bisa menyebabkan in!eksi mata pada bayi baru lahir, tetapi in!eksi bakteri yang berhubungan dengan proses persalinan,
yang
paling
banyak
ditemukan
dan
berpotensi
menyebabkan kerusakan mata adalah gonore 49eisseria gonorrhea5 dan klamidia 4$hlamydia trachomatis5. +irus yang bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum dan kerusakan mata yang berat adalah virus herpes. +irus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati jalan lahir, tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan. Drganisme tersebut biasanya terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular seksual 43*, se)ually#transmitted disease5. Pada saat persalinan, ibu mungkin tidak memiliki gejala#gejala tetapi bakteri atau virus mampu menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan. #
T#n)# )#n Gej#$#
0ayi baru lahir yang terin!eksi akan mengeluarkan kotoran dari
6:
matanya dalam waktu " hari sampai ( minggu setelah dia lahir. Kelopak matanya membengkak, merah dan nyeri bila ditekan. 1onore bisa menyebabkan per!orasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih dalam. 1ejala lainnya adalah- # riwayat penyakit menular seksual pada ibu # dari mata keluar kotoran encer dan berdarah 4serosanguinosa5 atau kotoran kental seperti nanah #
4purulen5. Di#nos# *iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. ntuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
#
terhadap kotoran mata. Te%#'i Antibiotik dalam bentuk topikal 4salep dan tetes mata5, per#oral 4melalui mulut5 maupun intravena 4melalui pembuluh darah5, semua bisa digunakan tergantung kepada beratnya in!eksi dan organisme penyebabnya. Kadang antibiotik oral dan topikal digunakan secara bersamaan. rigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk
#
membuang kotoran purulen yang terkumpul. Pen4e#*#n Konjungtivitis neonatorum bisa dicegah dengan cara". Mengobati penyakit menular seksual pada ibu hamil (. Memberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik 4misalnya eritromisin5 kepada setiap bayi yang baru lahir.
3. T%#ko(# # De-inisi
3rakoma 4 Konjungtivitis granuler , ftalmia Bangsa !esir 5 adalah suatu in!eksi konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh bakteri Chlam"dia trachomatis. # Pen1e,#, 3rakoma terjadi akibat in!eksi oleh bakteri Chlam"dia trachomatis. Masa inkubasi berlangsung selama "( hari dan berawal sebagai kemerahan pada mata, yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti
6@
kronis dan menyebabkan pembentukan jaringan parut. 3rakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah pe desaan di negara#negara berkembang. ering menyerang anak#anak. 3rakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui# kontak tangan dengan mata # sejenis lalat #benda#benda yang terkontaminasi 4misalnya handuk atau #
saputangan5. Gej#$# Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami iritasi serta mengeluarkan kotoran 4konjungtivitis5. Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan parut sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan penglihatan. 1ejala lainnya adalah# pembengkakan kelopak mata # pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata
•
# kornea tampak keruh. Di#nosis *iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
#
Apusan mata diperiksa untuk mengetahui organisme penyebabnya. Te%#'i Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin dan erythromycin selama 6#: minggu. elain itu, antibiotik tersebut juga bisa diberikan dalam bentuk tablet. Fika terjadi kelainan bentuk kelopak konjungtiva,
mungkin
perlu
mata,
dilakukan
kornea
pembedahan
maupun untuk
memperbaikinya.
6%
5. Konjun!i"i!is ki(i# #!#u i%i!#si #. Konjun!i"i!is i#!%oenik 'e(,e%i#n o,#! !o'ik#$ # Konjungtivitis !olikular toksik atau konjungtivitis non#spesi!ik
in!iltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipive!rin, miotika, ido)uridine, neomycin, dan obat# obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Fika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam #
saccus conjungtivae. Kerokan konjungtiva sering mengandung sel#sel epitel berkeratin, beberapa neutro!il polimor!onuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. ering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu#minggu atau berbulan#bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.
b. Konjun!i"i!is Peke%j##n o$e* B#*#n Ki(i# )#n I%i!#ns #
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. 0eberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut,
6E
tembakau, bahan#bahan make#up, dan berbagai asam dan alkali. *i daerah tertentu,asbut 4campuran asap dan kabut5 menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. ritan spesi!ik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positi!, dan pengobatannya non#spesi!ik. 3idak ada e!ek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena #
seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. Pada luka karena asam, asam itu mengubah si!at protein jaringan dan e!ek langsung. Alkali tidak mengubah si!at protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. *isini mereka terus menerus merusak selama berjam#jam atau berhari#hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, !oto!obia, dan
#
ble!arospasme. ;iwayat
kejadian pemicu
biasanya
dapat
diungkapkan. Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Fangan memakai antidotum kimiawi. 3indakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama ( menit setiap jam, teteskan atropine "C dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri
yang
cocok.
Parut
kornea
mungkin
memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva.
prognosisnya
buruk
meskipun
dibedah.
9amun
jika
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.
&
&"