Mata Merah dengan Visus Normal
Olivia Aldisa Ryan Edbert Husni Sharifah Shakinah
Pendahuluan eluhan tersering K eluhan Terjadi
akibat perubahan warna bola mata Normalnya sklera terlihat putih Terjadi akibat Bertambahnya asupan x
Pada
kasus infeksi/peradangan
Berkurangnya pengeluaran x
Terganggunya
pengeluaran spt pada perdarahan subkonjungtiva
Anatomi
Injeksi Injeksi Konjungtiva Asal
K onjungtiva A. posterior
Injeksi Siliar A. Siliar
Memperdari
K onjungtiva Bulbi
K ornea
Lokalisasi
K onjungtiva
Dasar konjungtiva
Warna Arah aliran/lebar K onjungtiva
K e
perifer
Ungu K e
sentral
Ikut
Tidak
Dengan epinefrin
Menciut
Tidak menicut
Penyakit
K onjungtiva
K ornea, iris, glaukoma
Sekret
+
-
Normal
Menurun
Visus
digerakkan
Merah
segmen anterior
Mata Merah dengan Visus Normal K onjungtivitis Pterigium Pseduopterigium Pinguektela
Episkleritis Skleritis Perdarahan subkonjungtiva
Gejala Tambahan
Sekret
Air Purulen Hiperpurulen Lengket serous
Sitologik Limfosit monosit Neutrofil Eosinofil Sel epitel dgn badan inklusi Sel raksasa multinuklear Makrofag raksasa keratinisasi
Konjungtivitis Klinik & Sitologi
Viral
Bakteri
Klamidia
Atopik
Gatal
Minim
Minim
Minim
Hebat
Hyperemia
Umum
Umum
Umum
Umum
Air mata
Profuse
Sedang
Sedang
Sedang
Eksudat
Sedang
Banyak
Banyak
Sedikit
Demam
K adang
K adang
Tidak
ada
Tidak
ada
Jarang
Sering
Tidak
ada
Bakteri, PMN
PMN, plasma
Adenopati Pewarnaan
kerokan
Sering Monosit
sel, badan inklusi
Eosinofil
Klasifikasi Akut bakterial Bakterial akut Gonore Angular viral Epidemik Demam Herpetic Jamur Alergi
K ronis Trakoma
Konjungtivitis Bakterial Akut Etiologi
Streptokokus, Corynebacterium Diphterica, Pseudomonas, Haemophilus,
Neisseria,
dan
Gejala
K onjungtivitis
Mukopurulen dan konjungtivitis purulen Hiperemi K onjungtiva Edema K elopak Papil dan K ornea jernih
Diagnosis Pemeriksaan sediaan langsung, Terapi Antibiotik tunggal seperti Neosporin, basitrasin, gentamicin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi
Konjungtivitis Gonorhea Etiologi Neisseria
gonorrhea,
Epidemiologi Penyakit yang
endemic
tersebar luas di seluruh dunia secara
Patofisiologi Pada neonates infeksi terjadi pada saat berada pada jalan lahir, Pada bayi infeksi terjadi ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.
Gejala
Secret purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam hingga 5 hari K onjungtivitis kemotik Pada orang dewasa terdapat 3 stadium Infiltratif Supuratif Penyembuhan Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu
Diagnosis Pemeriksaan secret dengan pewarnaan metilen biru, dan Dengan pewarnaan gram t Pemeriksaan sensitivitas pada agar darah dan coklat Terapi Secret dibersihkan dan kemudian diberi salep penisilin tiap 15 menit. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 ± 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit, kemudian diberi salep Antibiotik sistemik Penyulit Tukak kornea marginal Perforasi kornea
Konjungtivitas Angular Definisi K onjungtivitis pada daerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang Etiologi Moraxella axenfeld Gejala
Secret mukopurulen dan pasien sering mengedip
Penatalaksanaan: Tetrasikin atau basitrasin Penyulit: Blefaritis
Konjungtivitis Viral Etiologi
Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, K lamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.
Manifestasi Klinis Terdapat sedikit kotoran
pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam. Terdapat folikel atau papil, sekret yang serous atau mukoserous, perdarahan subkonjungtiva (´small and scattered´), limadenopati preaurikuler dan infiltrat kornea.
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.
Komplikasi K eratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma; kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan. Penatalaksanaan Bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan se K onjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi. K onjungtivitis herpetik sembuh sendiri. Penatalaksanaannya dengan debriment kornea atau salep mata idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3% 5x/hari selama 10 hari dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Demam faringokonjungtiva biasanya sembuh sendiri dalam 10 hari. Pasien keratokonjungtivitis epidemika , pencegahan penularan saat pemeriksaan adalah penting. Penyakit ini berlangsung 3-4 minggu. K onjungtivitis New Castle sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 7 hari. K onjungtivitis hemoragik akut sembuh dalam 5-7 hari
Konjungtivitis Jamur Etiologi:
Candida spp. (biasanya Candid a albicans)
Epidemiologi:
Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih
Faktor risiko: Pasien yang mengalami diabetes mellitus atau pasien immunocompromised. Diagnosis: K erokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear Terapi Amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air atau dengan pemberian nystatin kulit 100.000 unit/g 4-6 kali sehri
Konjungtivitis Alergi K onjungtivitis
alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi.
Etiologi Reaksi hipersensitivitas
tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom Steven Johnson,
Manifestasi
Klinis Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE. Penatalaksanaan Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari u Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Trakoma Trakoma
adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh Chlamydia trachromatis. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari 5 sampai 14 hari),
K eluhan
pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium: 1. Stadium insipien 2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk) 3. Stadium parut . 4. Stadium sembuh. Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4 minggu, sulfonamid diberikan bila ada penyulit. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan makanan yang bergizi dan higiene yang baik mencegah penyebaran. Penyulit trakoma adalah enteropion, trikiasis, simblefaron, kekeruhan kornea, dan xerosis/keratitis sika.
Pinguekula
Definisi Penebalan kuning keabuan pada konjungtiva bulbi karena degenerasi hyalin pada jaringan sub mukosa konjungtiva Epidemiologi Merupakan perubahan yang cukup sering ditemukan pada konjungtiva. Etiologi Biasanya karena sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu dan angin panas. Gambaran Klinis -Letak penebalan ini terdapat di celah kelopak mata di bagian nasal -Gejala yang timbul dari tidak ada keluhan sampai dapat terjadi lakrimasi, rasa terbakar, rasa mengganjal. Diagnosis -Pada inspeksi dapat terlihat penebalan kuning keabuan pada limbus mata arah jam 3 dan jam 9 yang mana dasar dari penebalannya terletak paralel dengan limbus kornea.
Diferensial Diagnosis Merupakan suatu temuan yang cukup jelas Pengobatan Tidak perlu diberikan pengobatan kecuali bila meradang dapat diberi anti inflamasi.
Pterigium
Definisi Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifatdegeratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea Epidemiologi Penyakit ini sering ditemui pada daerah dengan iklim tropis. Penyakit ini sangat berhubungan dengan faktor lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan gaya hidup pasien. Terutama eksposure terhadap sinar UV dan iritasi kronis dari mata karena pekerjaan. Etiologi dan Faktor resiko Faktor intrinsic Faktor intrinsik meliputi factor herediter, beberapa defisiensi, misalnya defisiensi vitamin A, bertanggung jawab terhadap perubahan mukosa lakrimal dan pergantian sel epitel kornea-konjungtiva dan dipertimbangkan sebagai factor intrinsic. FaktorEkstrinsik Faktor ekstrinsik karena terpapar dengan UV light dan mikrotrauma kronis pada permukaan mata yang sering disebabkan oleh pekerjaan pasien. Pengaruh pemaparan mikrotrauma di lingkungan kerja misal seperti allergen, angin, debu, rokok dan stimuli toksik lain, petani, pelaut, tukang kayu termasuk dalam kelompok beresiko tinggi terhadap pemaparan.Infeksi mikroba dan virus tidak signifikan tetapi pada populasi tertentu terdapat predisposisi kerusakan konjungtiva.
Gambaran Klinis dan Klasifikasi Gambaran morfologis dari pterigium dan keterlibatan kornea, menimbulkan klasifikasi dari beberapa bentuk klinis. Ada tiga tipe utama. K lasifikasi dibagi berdasarkan evolusi dan keparahan gambaran klinis (dari stadium awal sampai stadium lanjut) S mall Primary Pterigium (type 1) Merupakan stadium awal dari pterigium. Lesi hanya terbatas pada limbus dan menginvasi kornea marginal. Pada bentuk ini, gejala jarang terjadi. Bentuk stasioner dengan progresi yang sangat lambat. Advanced primary with no optic al ax is involvement (Type II) Tipe yang paling sering terjadi. Infiltrasi ke sekeliling dapat dilihat oleh mata. K apiler yang berdilatasimembentuk vaskularisasi yang menyebar sampai ke internal canthus. Progresi terjadi dan iritasi menjadi mudah terjadi. Dapat terjadi penurunan visus karena astigmatisme yang terinduksi akibat dari opasitas kornea perifer dan perubahan film lakrimal sehingga terdapat difraksi besar terhadap cahaya dan sensitifitas kontras yang berkurang. Advanced primary with optical ax is involvement (Type 3) Bentuk paling lanjut dari pterigium. Berinvasi sampai ke axis optikal. Pertumbuhan pterigium, dengan apex menginvasi lapang pupil dan menginfiltrasi stroma kurang lebih 30% dari ketebalan kornea. Penurunan penglihatan biasanya terjadi dan disebabkan oleh kombinasi astigmatisme terinduksi dan keterlibatan axis optikal. Diagnosis Pasien biasa tidak datang dengan keluhan apabila masih pada tipe 1. Pada pasien tipe 2 dan 3 dapat terjadi keluhan visus yang menurun. Selain itu karena pterigium ini mudah meradang, pada saat fase peradangan akan ditemukan tanda-tanda iritasi non spesifik seperti fotofobia, sensasi benda asing, dan mata berair secara kontinyu. Dapat juga timbul rasa nyeri yang di provokasi oleh mikroulserasi kornea pada bagian kepala dari pterygium. Pada pterygium yang berprogresi terus menerus kadang dapat terjadi penglihatan ganda akibat terganggunya motilitas okular karena jaringan konjungtiva yang terluka.
Pengobatan Tind akan non bed ah Tindakan non bedah meliputi pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan atau tetes mata dekongestan untuk mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan salep steroid juga dapat di berikan untuk mengurangi reaksi peradangan. Tetes mata vasokonstriktor juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan mata merah. Obat-obat ini tidak menghambat progresifitas pterigium.
Tind akan bed ah Pengobatan pterigium tipe progresif yang merah, tebal dan meradang lebih sulit bila dibandingkan dengan tipe nonprogresif yang putih, tipis dan avaskular. Beberapa peneliti menganjurkan pemberian obat-obat, seperti obat steroid topikal sebelum tindakan bedah. Tindakan bedah dapat dilakukan bila pterigium menyebabkan gangguan visus, keluhan iritasi kronik, gangguan pergerakan bulbus okuli yang mengakibatkan diplopia dan gangguan kosmetik. Pembedahan pterigium dilakukan menurut enam cara yaitu : Avulsi, Trasposisi apeks pterigium, Rotasi flep konjungtiva, Bare sclera, Cangkok konjungtiva otologus dan cangkok membran amnion homologus Prognosis Biasanya sering terjadi rekurensi. Apabila terjadi rekurensi maka harus dilakukan keratoplasty untuk menggantikan lapisan bowman kornea yang sakit. Apabila tidak akan terus menjadi substrat untuk pertumbuhan pterigium baru.
Definisi Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Epidemiologi dan Etiologi Biasa terjadi saat penyembuhan tukak kornea, sehinggadapat terjadikonjungtivalisasi dari permukaan kornea (lapisan fibrovaskular dapat menutupi seluruh kornea). Penampakan Klinis dan Diagnosis Gambaran klinis sama dengan pterygium namun pterygium biasanya terjadi dibagian nasal atau temporal saja sedangkan pseudopterygium dapat terjadi dari sisi atas atau sisi bawah. Selain itu pada pseudopterygium dapat diselipkan sonde dibawahnya. Biasanya pada pasien terdapat riwayat kelainan kornea seperti tukak kornea. Pengobatan Bisa dengan melakukan lisis dari adhesinya, eksisi pada konjugtiva yang terluka, dan penutupan defeknya dengan ³free conjunctival graft´ yang didapat dari bagian temporal.
Episkleritis
Definisi Reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Etiologi Reaksi hipersensitivitas ( toksik, alergik, atau infeksi) terhadap penyakit sistemik : TBC, rheumatoid arthritis, SLE, polyarthritis nodosa, inflammatory bowel disease, sarcoidosis, Wegener's granulomatosis, herpes zoster virus atau sifilis. Terjadi spontan atau idiopatik Terutama pada anita usia pertengahan. Klasifikasi Epiksleritis simple Episkleritis nodular
Tanda dan gejala Umumnya unilateral Mata kering Rasa sakit ringan yang mengganjal Gambaran khusus : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah kojungtiva yang apabila konjungtiva atasnya ditekan akan menimbulkan rasa sakit yang menjalar disekitar mata. K adang-kadang, ada bintil putih translusen terpusat didaerah yang meradang (episkleritis nodular) Perjalanan penyakit akut, beberapa minggu-bulan, dapat berulang. Pembuluh darah mengecil dengan vasokonstriktor.
Manajemen
Self-limiting disease, dapat sembuh sendiri sekitas 2-3 minggu tanpa pengobatan. Vasokonstriktor Fenilefrin 2,5% topikal Pada keadaan berat diberi kortikosteroid tetes mata (prednisolone acetate 1% atau fluorometholone acetate) , sistemik, atau salisilat. K ompres dingin dan artifici al tears untuk menyamankan mata. Untuk epiksklertis nodular dapat diberi OAI NS untuk meringankan inflamasi.
Skleritis
Definisi Peradangan (inflamasi) yang melibatkan sklera.
Etiologi
Pada 50% kasus berhubungan dengan penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, gout. Terkadang disebabkan oleh tuberculosis,
bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Biasanya kondisinya berat, destruktif dan mengancam penglihatan Penting utk mengobati peny sistemiknya Skleritis posterior melibatkan sklera posterior sampai ora serata Mengancam kebutaan
Klasifikasi Skleritis anterior difus , nodular, nekrotik dengan inflamasi, nekrotik tanpa inflamasi. Skleritis posterior.
Tanda dan gejala : Biasanya bilateral, sering pada perempuan Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu Terkadang penderita bangun dari tidurnya karena nyeri kambuh. Mata merah berair Fotofobia dengan penglihatan menurun Onset mendadak K ondisi berat, nyeri menetap, Pemb drh slera tdk menghilang dg tetes phenylephrine 10% Penglihatan kabur, diplopia, nyeri saat ada gerakan bola mata Tidak mengeluarkan kotoan. Terlihat benjoan berwarna sedikit biru jingga, terkadang mengenai seluruh lingkaran kornea sehingga terlihat sebagai skleritis anular. Dalam kasus yang parah skleritis nekrosis, slklera dapat menjadi transparan karena peradangan kronis, mengungkapkan biru gelap yang mendasari koroid tersebut.
Manajemen
Medikasitopical tidak cukup untung pengobatan skleritis. Selain obat sikoplegik (scopolamine 0,25% atau atropine 1%) ,juga diberi OAINS (ibuprofen 600mg) Jika peradangan parah atau necrotizing, atau jika non-steroidals sendiri gagal untuk menekan peradangan, gunakan steroid sistemik seperti prednison oral 80 mg kafein QD selama dua sampai tiga hari, lalu perlahan-lahan t a pering off 10 sampai 20mg setiap hari.
Penyulit K eratitisperifer Glaukoma Granuloma subretina Uveitis K eratitissklerotikan
Perdarahan Subkonjungtiva
Definisi Pembuluh darah pada konjungtiva yang rapuh dan pecah yang mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva (daerah dibawah konjungtiva) . Tampak sebagai patch merah terang (paling banyak) atau merah gelap. Etiologi Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva antaralain, 1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva. 2. Batuk, berusaha, bersin, muntah. 3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga menyebabkan perdarahan subkonjungtiva. 4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan. 5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi. 6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia, scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal influenza, smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever). 7. Gejala sisa dari operasi mata. 8. Trauma. 9. Menggosok mata.