REFERAT
KATARAK
Disusun Oleh : Naskaya Suriadinata 030.08.173 Pembimbing : dr. R. Adri Subandiro, Sp. M
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata RSUD Dr. Soeselo Slawi Periode 6 Mei 2013 – 8 Juni 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
BAB I PENDAHULUAN
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tunanetra hidup disana, demikian dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak secara sosial dan ekonom ekonomi. i. Sebena Sebenarny rnya, a, 75% kebuta kebutaan an di dunia dunia ini dapat dapat dicega dicegah h atau atau diobati. Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak. Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada pada usia usia 75 tahun. tahun. Katara Katarak k sebagi sebagian an besar besar umumny umumnya a menyeb menyebabk abkan an penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamta). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentan tentang g kondis kondisii kebuta kebutaan an di dunia dunia khusu khususny snya a di negara negara berkem berkemban bang. g. Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.
2
BAB I PENDAHULUAN
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tunanetra hidup disana, demikian dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak secara sosial dan ekonom ekonomi. i. Sebena Sebenarny rnya, a, 75% kebuta kebutaan an di dunia dunia ini dapat dapat dicega dicegah h atau atau diobati. Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak. Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada pada usia usia 75 tahun. tahun. Katara Katarak k sebagi sebagian an besar besar umumny umumnya a menyeb menyebabk abkan an penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamta). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentan tentang g kondis kondisii kebuta kebutaan an di dunia dunia khusu khususny snya a di negara negara berkem berkemban bang. g. Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagin paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa. Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
3
Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh badan siliar terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.
Akomodasi
Tanpa Akomodasi
Muskulus Cilliaris
Kontraksi
Relaksasi
Ketegangan Serat Zonular
Menurun
Meningkat
Bentuk Lensa
Lebih cembung
Lebih pipih
Tebal Axial Lensa
Meningkat
Menurun
Dioptri Lensa
Meningkat
Menurun
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus Occulomotorius. Obat-obat parasimpatomimetik (pilocarpin) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropin) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar disebut cyclopegik. 4
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (natrium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior
untuk
menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel
bagian
posterior
memanjang
dan
menutupi
bagian
yang
kososng.Pada stadium ini, kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari seratserat sekunder berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat, 5
karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis. Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan morfologi, maturitas dan age of onset. A. Morfologi a. Katarak Nuklear Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik (miopisasi). 6
b. Katarak Kortikal Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear. c. Katarak subcapsularis Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan subcapsularis anterior. Pada subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM, Myotonic Dystrophy dan penggunaan steroid. Sedangkan pada subcapsularis anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut, toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson disease. d. Katarak Capsularis Dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a) Anterior Capsular 1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat lepas pada waktu lahir. 2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine, yang disertai dengan sinekia posterior. b) Posterior Capsular 7
1. Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang sejak lahir. B. Maturitas a. Katarak Insipiens Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. b. Katarak Intumesen Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air sehingga menjadi cembung.
Masuknya air ke dalam celah
lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. c. Katarak Immatur
8
Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. d. Katarak Matur Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. e. Katarak Hipermatur Protein-protein di bagian korteks lensa telah mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi sehingga menyebabkan uveitis. f. Katarak Morgagni Katarak hipermatur yang nukleus lensanya mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.
Insipien
Imatur
Matur
Hiperma tur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan
Normal
Bertamb
Normal
Berkuran
Lensa
9
ah (air
g (air
masuk)
keluar)
Iris
Normal
Terdoron
Normal
Tremulan
g Bilik Mata
s
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
-
+
-
Pseudops
-
Glaukom
-
Uveitis +
Depan Sudut Bilik Mata Shadow Test Penyulit
a
Glaukom a
C. Age of Onset a. Katarak Congenital Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak, tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan. b. Katarak Infantil Merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana usia penderita di bawah 1 tahun. c. Katarak Juvenile Terjadi pada usai di bawah 9 tahun dan biasanya kelanjutan dari katarak congenital d. Katarak Presenile 10
Terjadi pada usia lebih dari 9 tahun e. Katarak Senile Terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif. Manisfestasi Klinis Katarak
A. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis. B. Silau, keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hari. C. Perubahan miopik, progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior. D. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak. E. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak berwarna keputihan 11
F. Ukuran kacamata sering berubah Diagnosis Katarak
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan cardiac anomalies. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi (Ocampo,2009). Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu test pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan. 12
Penatalaksanaan Katarak
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. A. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. B. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
13
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. C. Phacoemulsification Phacoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu. 14
D. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. E. YAG Laser Melubangi kapsul posterior sehingga terdapat lubang. Prosedur ini kerjanya cepat dan tidak sakit. Indikasi: Opasifikasi kapsul posterior pada katarak sekunder, Perifer Iridotomy pada penderita glaukoma sudut tertutup akut, pan retinal photocoagulation pada penderita diabetic retinopathy.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara : kacamata afakia yang tebal lensanya, lensa kontak atau lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat. Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea. Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
15
KATARAK KONGENITAL Definisi
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Epidemiologi
Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada anak-anak diseluruh dunia.
Frekuensi atau jumlah kejadian total
katarak kongenital di seluruh dunia belum diketahui pasti. Di Amerika Serikat disebutkan sekitar 500-1500 bayi lahir dengan katarak kongenital tiap tahunnya dengan insiden 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran. Sedangkan di Inggris, kurang lebih 200 bayi tiap tahunnya lahir dengan katarak kongenital dengan insiden 2,46 kasus per 10.000 kelahiran. Di Indonesia sendiri belum terdapat data mengenai jumlah kejadian katarak 16
kongenital, tetapi angka kejadian katarak kongenital pada negara berkembang adalah lebih tinggi yaitu sekitar 0,4 % dari angka kelahiran. Etiologi
Pada umumnya katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya. 23 % dari katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara autosomal dominan. Penyakit yang menyertai katarak kongenital yang merupakan penyakit herediter kolobama iris,
adalah mikroftalmus, aniridia,
keratokonus, lensa ektopik, displasia retina dan megalo
kornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo virus, herpes simplek, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
Epstein-Barr
syphilis
dan
toxoplasmosis
saat
kehamilan
terutama pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan penyakit metabolic adalah galaktosemia, homosisteinuria, diabetes mellitus dan hipoparatiroidisme. Untuk
mengetahui
penyebab
katarak
kongenital
diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu setelah rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan.Kadang-kadang pada
ibu
hamil
terdapat
riwayat
kejang,
tetani,
ikterus,
atau
hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urin yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem syaraf seperti retardasi mental. Hampir 50 % dari katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang
hipoparatiroidism,
menderita
homosisteinuri,
toksoplasmosis,
inklusi
diabetes sitomegalik,
melitus dan
histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo-kornea.
17
Patogenesis
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa – nukleus fetal atau nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus karaktogenik – atau di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa. Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa dibentuk. Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Hal ini merupakan kelainan kongenital. Kekeruhan lensa, sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Kekeruhan pada katarak kongenital jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhannya, tergantung saat
terjadinya
gangguan
pada
kehidupan
janin,
sesuai
dengan
perkembangan embriologik lensa. Bentuk katarak kongenital memberikan kesan tentang perkembangan embriologik lensa, juga saat terjadinya gangguan pada perkembangan tersebut. Kekeruhan lensa kongenital sering dijumpai dan sering secara visual tidak bermakna.Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar sumbu penglihatan – atau tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya – tidak memerlukan terapi selain pengamatan untuk menilai perkembangannya.Katarak kongenital sentral yang padat memerlukan tindakan bedah. Katarak kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan yang bermakna harus dideteksi secara dini – sebaiknya di ruang bayi baru lahir oleh dokter anak atau dokter keluarga.Katarak putih yang dan besar dapat tampak sebagai leukokoria yang dapat dilihat oleh orangtua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di tengah, dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia deprivasi permanen apabila tidak diterapi dalam masa 2 bulan pertama kehidupan sehingga mungkin memerlukan tindakan bedah segera. Katarak bilateral simetrik memerlukan penatalaksanaan yang tidak terlalu segera, tetapi apabila penanganannya ditunda tanpa alasan yang jelas, dapat terjadi ambliopia deprivasi bilateral. Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik. Pada pupil mata bayi yang menderita 18
katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap
leukokoria
menyingkirkan
diperlukan
diagnosis
pemeriksaan
banding
yang
lebih
lainnya.Pemeriksaan
teliti
untuk
leukokoria
dilakukan dengan melebarkan pupil.Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi indirek, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Jika pada katarak kongenital ini kekeruhannya hanya kecil saja sehingga tidak menutupi pupil, maka penglihatannya bisa baik dengan cara memfokuskan penglihatan di sekitar kekeruhan. Jika lubang pupil tertutup katarak seluruhnya maka penglihatannya tidak akan normal dan fiksasi yang buruk akan mengakibatkan terjadinya nistagmus dan ambliopia. Pernah dilaporkan katarak monokular dan binokular yang telah dioperasi
secara
dini
penglihatannya
baik
setelah
diberi
koreksi
afakia.Katarak kongenital merupakan indikasi untuk dirujuk segera ke dokter ahli mata. Klasifikasi
Katarak anak-anak dibagi menjadi dua kelompok: katarak kongenital (infantilis), yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya dan katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya berkaitan dengan sebabsebab spesifik. Kedua tipe katarak ini dapat bersifat unilateral atau bilateral dan parsial atau total. Banyak katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik atau berkaitan dengan bermacam-macam sindrom. Dapat dilakukan penelitian untuk mencari penyebab,
tetapi
pada
sebagian
besar
kasus
tidak
ditemukan
penyebabnya. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak : A. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
polaris.
B. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus lensa. Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal 19
atau umum. Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk: A. Arteri Hialoidea yang persisten Arteri Hialoidea
merupakan cabang dari a. retina sentral
yang memberi makan pada lensa. Pada umur 6 bulan dalam kandungan, a. hialoidea mulai diserap, sehingga pada keadaan normal, pada waktu lahir sudah tak tampak lagi.Kadang-kadang penyerapan tak berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih di belakang lensa, berbentuk ekor yang mulai di posterior lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak.Visus biasanya
masih
5/5,
kekeruhannya
stasioner,
sehingga
tak
memerlukan tindakan. B. Katarak polaris anterior (katarak piramidalis anterior) Kekeruhan di bagian depan lensa mata persis di tengah. Terjadi karena tidak sempurnanya pelepasan kornea terhadap lensa. Bentuk kekeruhannya seperti piramid dengan tepi masih jernih, sehingga pupil midriasis akan menaikkan tajam penglihatan. Tipe ini biasanya tidak progresif. Mungkin terjadi akibat uveitis anterior intrauterin. Letaknya terbatas pada polaris anterior. Berbentuk piramid, yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat ke dalam atau ke
luar.Keluhan
tidak
berat,
stasioner,
terutama
mengenai
penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk.Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan, stasioner, sehingga tidakmemerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian midriatika, seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2 %, dapat memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kerapuhan dari Mm. siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi.
Bila
gangguan
visus
hebat,
dapat
dipertimbangkaniridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah 20
lensa yang masih jernih., bila setelah pemberian midriatika, visus menjadi lebih baik.
Katarak Polaris Anterior C. Katarak polaris posterior (katarak piramidalis posterior) Terjadi
karena
resorbsi
selubung
vaskuler
yang
tidak
sempurna sehingga menimbulkan kekeruhan bagian belakang lensa.Diturunkan secara autosomal dominan, tidak progresif, dan perbaikan tajam penglihatan dapat dilakukan dengan midriatika. Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior. Juga bersifat stasioner, tidak banyak menimbulkan gangguan visus, sehingga tak memerlukan tindakan operasi.
Tindakan
yang
lain
sama
dengan
katarak
polaris
anterior.Kelainan ini bersifat unilateral dan biasanya diikuti ukauran mata yang lebih kecil (mikroftalmia).
Katarak Polaris Posterior D. Katarak aksialis 21
Kekeruhan terletak pada aksis lensa. Keluhan dan tindakan sama dengan katarak polaris anterior. E. Katarak zonularis Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis.Katarak
ini
paling
sering
didapatkan
pada
anak-
anak.Kadang-kadang bersifat herediter dan sering disertai dengan hasil
anamnesa
kejang-kejang.Kekeruhannya
berupa
cakram
(discus), mengelilingi bagian tengah yang jernih, sedang korteks di luarnya jernih juga.Bisanya progresif, namun lambat.Kadang-kadang keluhan sangat ringan, tetapi kekeruhannya dapat pula menjadi padat, sehingga visus sangat terganggu dan anak tidak dapat lagi sekolah dan membaca, karena hanya dapat menghitung jari. Kekeruhan lensa pada katarak zonularis terdapat pada zona tertentu : a. Kekeruhan nuklearis Katarak ini jarang ditemukan. Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada 3 bulan pertama. Kekeruhan biasanya pada nucleus lensa, biasanya berdiameter 3 mm, dengan densitas yang bervariasi.Kepadatan biasanya bersifat stabil tetapi dapat juga
bersifat
progresif
dan
menjadi
lebih
besar
dalam
ukurannya.Dapat unilateral atau bilateral.Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea, terutama pada kasus yang unilateral.
Gambar 2.5 Katarak Nukleus 22
b. Katarak lamelaris Kekeruhan terdapat pada lamella yang mengelilingi area calon nukleus yang masih jernih. Bagian di luar kekeruhan masih jernih.Gambarannya seperti cakram, dengan jari-jari radier. Faktor penyebabnya diduga faktor herediter dengan autosomal dominan.Juga
dapat
akibat
infeksi
rubela,
hipoglikemia,
hipokalsemia, dan radiasi.
Gambar 2.4 Katarak Lamelaris F. Katarak stelata Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan, dan huruf Y yang terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus sehingga tidak memerlukan pengobatan G. Katarak totalis Bila oleh suatu sebab, terjadi kerusakan dari kapsula lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan diserap, maka lensa semakin menjadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran. H. Katarak kongenital membranasea Katarak
kongenital
totalis,
disebabkan
gangguan
pertumbuhan atau akibat peradangan intrauterin.Katarak juvenilis totalis,
mungkin
herediter
atau
timbul
tanpa
dikeahui
sebabnya.Pada beberapa kasus ada hubungannya dengan kejang23
kejang. Katarak totalis ini dapat terlihat pada mata sehat atau merupakan katarak komplikata dengan disertai kelainan-kelainan pada jaringan lain seperti koroid, retina, dsb. Lensanya tampak putih, rata, keabu-abuan, seperti mutiara.Biasanya cair atau lunak. Gambaran Klinis
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak congenital adalah bila pupil atau bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria, pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah katarak congenital.Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain. Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi hádala makula lutea yang tidak cukup mendapatkan rangsangan.
Proses
masuknya sinar pada saraf mata sangat penting bagi penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar setelah 2 bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak akan berkembang sempurna hinggá walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris. Selain itu katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus, strabismus dan fotofobia. Apabila katarak
dibiarkan maka bayi akan
mencari-cari sinar melalui lubang pupil yang gelap dan akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan. Katarak kongenital sering terdapat bersamaan dengan nistagmus, displasia ovea, dan strabismus.9 Atau ada pula yang menyertai kelainan pada mata sendiri, yang juga merupakan kelainan bawaan seperti heterokromia iris. Diagnosis
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan 24
fosfor. Pemeriksaan laboratorium pada katarak kongenital bilateral sangat diperlukan untuk menegakkan etiologinya.Pemerikasaan laboratorium yang diperlukan : Laboratorium rutin, TORCH titer, Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) test, Urine Reduksi, Red cell galactokinase. Pada pasien ini pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan rutin, pemeriksaan TORCH dimana hasilnya untuk kasus 1 dan ke2 pemeriksaan Toxoplasma IgG hasilnya (+), pemeriksaan Citomegalovirus IgG hasilnya (+) dan pemeriksaan
VDRL
hasilnya
negatif.Jadi pada kasus 1dan kasus 2 telah terjadi suatu infeksi oleh Toxoplasma dan Citomegalovirus. Pada pemerisaan kimia darah galaktosa hasilnya normal.
25
KATARAK JUVENIL Definisi
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Etiologi
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti: A. Katarak metabolik a. Katarak diabetika dan galaktosemik (gula) b. Katarak hipokalsemik (tetanik) c. Katarak defisiensi gizi d. Katarak
aminoasiduria
(termasuk
sindrom
Lowe
dan
homosistinuria) e. Penyakit Wilson f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain B. Katarak traumatik Seperti telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik terjadi akibat adanya kontusi terhadap bola mata atau paparan radiasi inframerah yang berulang dalam waktu lama.Katarak traumatik ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari kecelakaan olahraga.Insidennya lebih sering pada pria dari pada wanita karena faktor pekerjaan ini.
26
C. Katarak komplikata a. Kelainan
kongenital
mikroftalmia,
dan
aniridia,
herediter
(siklopia,
koloboma,
pembuluh
hialoid
persisten,
heterokromia iridis) b. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma) c. Katarak anoksik d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol
(MER-29),
antikholinesterase,
klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi). e. Lain-lain
kelainan
kongenital,
sindrom
tertentu,
disertai
kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis
inperfekta,
khondrodistrofia
kongenita pungtata), dan kromosom f. Katarak radiasi
27
kalsifikans
KATARAK SENILIS Definisi
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun. Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60 tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pama pemeriksaan slitlamp. Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Etiologi
Sejalan dengan usia, lensa bertambah berat, padat dan daya akomodasinya menurun. Dengan terbentuknya lapisan baru dari serat 28
kortikal nucleus lensa menjadi terkompresi dan memadat (nuclear sklerosis). Modifikasi kimia dan proteolisis dari kristalin (protein lensa) menghasilkan formasi agregat protein berat molekul besar. Agregat ini cukup besar untuk menyebabkan terjadinya fluktuasi mendadak dalam indeks refraktif lokal lensa sehingga menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi. Modifikasi kimia dari protein nuclear lensa juga meningkatkan pigmentasi, seperti lensa menjadi kuning atau kecoklatan sejalan dengan pertambahan usia. Hubungan dengan usia lainnya adalah menurunnya konsentrasi dari glutation dan kalium dan meningkatnya konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel lensa. Penyebab paling sering gangguan
penglihatan
pada
orang
tua
adalah
katarak
senilis,
patogenesisnya multifaktorial dan belum sepenuhnya dimengerti. Faktor resiko terjadinya katarak senilis adalah : A.
Herediter Herediter memiliki peran yang perlu dipertimbagkan, usia mulai timbulnya katarak berbeda pada keluarga yang berbeda.
B.
Paparan Ultraviolet Berdasarkan studi epidemiologi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi yang lebih cepat pada katarak senilis.
C.
Faktor diet Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vit E, Vit C) dan elemen-elemen esensial berperan dalam terjadinya dan matangnya katarak pada usia yang lebih awal.
D.
Krisis dehidrasi Ditemukan juga hubungan cepatnya usia kemunculan dan kematangan katarak dengan krisis dehirasi yang terjadi pada seorang individu (seperti: diare, kolera, dan lain-lain). 29
E.
Merokok Merokok telah dilaporkan memeiliki beberapa efek terhadap usia munculnya katarak. Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen
molekul
menyebabkan
-3
hydroxykynurinine
kekuningan.Sianat
dan
pada
chompores
rokok
yang
meyebabkan
carbamylation dan denaturasi protein.
Patofisiologi
Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai berikut : A. Teori putaran biologik “ A biologic clock” B. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian menjadi mati. C. Imunologis,
dengan
bertambah
usia
akan
bertambah
cacat
imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel. D.Teori mutasi spontan. E. Teori ”A free radical” a. Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. b. Free
radical
dengan
molekul
normal
mengakibatkan
degenerasi. c. Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E Klasifikasi Katarak Senilis
Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : A.
Katarak Nuklear Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya mempengaruhi fungsi 30
visual secara minimal.Penghambuaran cahaya dan kekuningan yang parah disebut sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan
bentuk
yang
paling
banyak
terjadi.Meskipun
biasanya bilateral, namun biasanya asimetris.Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir pada malam hari.Perubahan kekuningan
dan
kecoklatan
yang
progresif
pada
lensa
menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna biru sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu. B.
Katarak Kortikal Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya bilateral tetapi sering asimetris.Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.Banyak pada penderita DM.Keluhan yang biasa
terjadi
yaitu
penglihatan
jauh
dan
dekat
terganggu,
penglihatan merasa silau.
C.
Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari
tipe
utama
katarak
yang
berhubungan
dengan
penuaan.Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi sebagai akibat dari 31
trauma,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang
(sistemik,
topical, atau intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme.Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang. Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur. A.
Katarak Insipien Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator
menuju
korteks
anterior
dan
posterior
(katarak
kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. B.
Katarak Imatur Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Jika mengambil air lensa akan menjadi intumesen. Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.Pada pemeriksaan 32
slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. C.
Katarak Matur Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
D.
Katarak Hipermatur Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata
dalam
dan
lipatan
kapsul
lensa.Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Manifestasi Klinis
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan atau tahun merupakan gejala utama dari katarak.Beberapa orang hanya merasakan penglihatan redup pada satu mata.Dapat saja keluhan ini seakan-akan melihat melalui film (tabir) yang menutupi mata, keluhan berupa silau ditempat terang, atau penglihatan kurang bila mengendarai kendaraan menghadapi sinar yang datang 33
dimalam hari.Mata tidak merasakan sakit, gatal.Atau merah sedikitpun. Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut : A.Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. B.Perubahan daya lihat warna. C.Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. D.Lampu dan matahari sangat mengganggu. E. Sering minta ganti resep kaca mata. F. Melihat ganda G.Bias melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetrop) Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra operasi untuk mendeteksi penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Penyakit seperti
diabetes
mellitus
dapat
menyebabkan
perdarahan
perioperatif.Dengan demikian deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi. Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI diperlukan jika dicurigai terdapat kelainan pada bagian posteriordan penglihatan
yang kabur
akibat katarak.Hal
ini
bermanfaat dalam
pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis pemulihan penglihatan pasien pasca operasi. Stadium
katarak
senilis
ditentukan
berdasarkan
ketajaman
penglihatan pasien.Pasien yang visusnya kurang dari 20/200 dikatakan menderita katarak matur.Jika lebih dari 20/200, kataraknya dikatakan imatur. Katarak insipien ditemukan pada pasien masih bisa membaca pada 20/20 , akan tetapi kejernihan dari lensa dapat diperiksa dengan slit lamp.
34
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis.
BAB III KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lanilla. Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun, dan Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun . Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti: Berkabut, berasap,
penglihatan
tertutup
film,
perubahan
daya
lihat
warna,
gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata, lampu dan matahari sangat mengganggu, sering meminta ganti resep kaca mata, melihat ganda, baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia), gejala lain juga dapat terjadi pada 35