BAB I PENDAHULUAN
Aspi Aspira rasi si corp corpus us alien alienum um (ben (benda da asing asing)) masi masih h meru merupa pakan kan peny penyeb ebab ab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Sampai saat ini diagnosis dan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas masih merupakan tantangan bagi dokter ahli Telinga Hidung Tenggorok Tenggorok (THT), namun dengan perkembangan teknologi bronkoskop dan teknik anestesi telah mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi dari tindakan pengeluaran benda asing di jalan nafas. Aspirasi benda asing paling sering terjadi pada anak umur kurang dari 3 tahun. tahun. Aspirasi Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, tersering, banyak banyak penulis penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti bijibijian, jarum, peniti, kacang kacang,, serpiha serpihan n tulang tulang,, paku, paku, mainan mainan,, uang uang logam, logam, gigi, gigi, tutup tutup pena, pena, namun namun penulis belum nenemukan laporan teraspirasi batu kerikil. Aspirasi benda asing memberikan gambaran klinis yang ber!ariasi, dari gejala yang minimal sampai keadaan ga"at nafas bahkan kematian. #ejala klinis yang timbul tergantung pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi. $iag $iagno nosis sis dapa dapatt diteg ditegak akka kan n melal melalui ui anam anamne nesi sis, s, peme pemerik riksaa saan n fisik fisik,, pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan bronkoskopi. %ronkosko %ronkoskopi pi adalah merupakan cara yang aman untuk mengeluarkan benda asing di trakeobronkial, meskip meskipun un dalam dalam beberap beberapaa kasus kasus harus harus dilaku dilakukan kan torako torakotom tomi. i. &erkemb &erkembang angan an tekno teknolog logii bronko bronkosko skop p dan peralat peralatan an penye penyertan rtanya ya,, ditemu ditemukan kanny nyaa forsep forsep yang yang disert disertai ai telesk teleskop op (optic (optical al forcep forceps) s) telah telah memper mempermud mudah ah ekstra ekstraksi ksi benda benda asing asing saluran nafas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
DEFINISI
1
'orpus alienum (benda asing) di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.%enda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen. %enda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. %enda asing eksogen padat terdiri dari at organik, seperti kacangkacangan, tulang dan at anorganik seperti jarum, peniti, batu dan lainlain. %enda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti at kimia, dan benda cair noniritatif yaitu cairan dengan &H *,+. %enda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan. 2.2.
EPIDEMIOLOGI
Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur, terbanyak pada anak, khususnya anak usia 3 tahun, hal ini terjadi karena - a) anakanak umur tersebut sedang mengekplorasi lingkungan sekitarnya dengan kecenderungan meletakkan sesuatu di mulut sambil bermain dan berlari b) pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga proses mengunyah belum sempurna, c) belum dapat membedakan yang dapat dimakan dengan yang tidak dan d) koordinasi menelan dan penutupan glotis yang belum sempurna. 3 Aspirasi benda asing pada de"asa biasanya berhubungan dengan retardasi mental, penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan faring, gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis dan dimensia senilis.+ ejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering terjadi pada lakilaki dengan perbandingan antara lakilaki dan perempuan - . /enis benda asing yang teraspirasi ber!ariasi, dengan frek"ensi tertinggi dari berbagai laporan berupa bahan makanan seperti kacang, bijibijian, bagian dari sayuran dan benda anorganik lain seperti jarum, peniti, tutup pena, mainan anakanak dll. &erbedaan geografis, !ariasi makanan dan lingkungan mempengaruhi hal ini. + ekerapan aspirasi benda asing ber!ariasi dari berbagai laporan, 0skandar pada laporannya dibagian THT 120 4S 'ipto 5angunkusomo selama + tahun
2
dari /anuari 667 sampai $esember 663 mendapatkan *7 kasus aspirasi benda asing di traktus trakeobronkial. 8okasi benda asing tersering (9,:9 ;) di bronkus utama kanan.< 2.3.
FAKTOR PREDISPOSISI
1aktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas antara lain .
.
3. +. <.
9. *. :.
1aktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal). egagalan mekanisme proteksi yang normal (kelainan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, epilepsi). 1aktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik). &roses menelan yang belum sempurna pada anak. 1aktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur =+ tahun). 1aktor keji"aan (antara lain emosi, gangguan psikis). 2kuran dan bentuk serta sifat benda asing. 1aktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum yang tergesagesa, makan sambil bermain (pada anakanak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum lengkap.
2.4.
GEJALA KLINIS
Aspirasi benda asing dapat memberikan gambaran klinis yang ber!ariasi, dari gejala yang minimal, sehingga tidak jarang pasien diba"a berobat bukan pada hari pertama kejadian, seperti dilaporkan 'ohen et al yang dikutip 1riedman >5, dari +3 kasus aspirasi benda asing pada anak hanya +; yang datang berobat pada hari pertama kejadian,sampai keadaan ga"at nafas bahkan menyebabkan kematian.9 #ejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas tergantung pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi. * #ejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu . 1ase a"al yaitu saat benda asing teraspirasi, batukbatuk hebat secara tiba tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, "heeing dan obstruksi nafas,
3
dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral, kematian pada fase ini .
sangat tinggi. 1ase asimptomatik yaitu inter!al bebas gejala terjadi karena benda asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai berbulanbulan setelah fase pertama. 8ama fase ini tergantung lokasi benda asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda asing yang
3.
teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk berubah posisi. 1ase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing, dapat berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.: Benda asin di !"!#a"in dan $i%!#a"in dapat tersangkut antara lain di
tonsil, dasar lidah, !alekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada "aktu menelan (odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda asing tajam seperti tulang ikan, tulang ayam. 2ntuk memeriksa dan mencari benda itu di dasar lidah, !alekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorok yang besar (no :7).%enda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda /ackson yaitu terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut. %ila benda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah tergenang di kedua sinus piriformis. Benda asin di &a"in dapat menutup laring, tersangkut di antara pita
suara atau berada di subglotis.#ejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang ga"at biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam "aktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari benda asing dan dispneu dengan derajat ber!ariasi. #ejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan rekasi laring oleh karena edema laring. Benda asin di '"!n()s , lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena bronkus kanan hamper merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. &asien dengan benda asing di bronkus
4
yang datang ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.&ada fase ini keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen toraks belum memperlihatkan kelainan.&ada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer.&ada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang di sertai mengi. $erajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya ber!ariasi, tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis, serta abses paru. %enda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran napas dengan gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing di bronkus ber!ariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.
2.*.
DIAGNOSIS
$iagnosis aspirasi benda asing di jalan nafas ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
radiologik
dan
pemeriksaan
endoskopi. Anamnesis yang cermat mengenai adanya ri"ayat tersedak atau kemungkinan tersedak sangat penting dalam menegakkan diagnosis.5eskipun memang tidak selalu ada yang melihat saat kejadian. $ari anamnesis perlu ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa tercekik yang tibatiba yang diikuti episode batukbatuk, mengi dan bahkan stridor, karena lebih dari 67; pasien yang teraspirasi benda asing terdapat satu atau lebih gejala klasik di atas.6 &ada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tandatanda sumbatan jalan nafas dalam berbagai !ariasi sesuai dengan ukuran, lokasi, derajat sumbatan, sianosis, wheezing , berkurang atau hilangnya suara nafas, meskipun tidak adanya tanda tanda ini tidak menyingkirkan adanya aspirasi benda asing. 3
5
Ga+'a" 2.1. &emeriksaan dengan fleksibel serat optik pada laring dengan
dokumentasi !ideo. &ada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing harus buat foto thorak postero anterior (&A) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran benda asing. %enda asing radioopak dapat dengan mudah diidentifikasi, sedangkan pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping yang timbul pada paru seperti atelektasis, hiperinflasi unilateral, gambaran infiltrat, dan pergeseran mediastinum. 1oto thorak yang diambil dalam "aktu + jam pertama setelah aspirasi benda asing radiolusen biasanya menunjukkan gambaran normal. 7 Ga+'a" 2.2. A. 1oto thora? posteroanterior yang menunjukkan benda as ing radioopak pada cabang bronkus utama de?tra. %. 1oto thora? lateral. %enda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis, dibuat foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akan tampak mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru yang terlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.
6
Ga+'a" 2.3. #ambaran hiperinflasi sekunder lapang paru kiri pada
obstruksi oleh kacang di cabang bronkus utama kiri. 2.,.
PENATALAKSANAAN
%enda asing disaluran nafas harus dikeluarkan segera dalam kondisi optimal dengan trauma yang minimal untuk mencegah komplikasi. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas antara lain- a) tim yang berpengalaman dalam ekstraksi benda asing di saluran nafas, b) tim anestesi yang berpengalaman, c) &era"at dan teknisi yang familiar dengan alat yang tersedia dan d) ketersediaan peralatan sesuai dengan yang dibutuhkan. , %ronkoskopi merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing di saluran nafas, disamping juga digunakan untuk diagnosis pada kasus kecurigaan benda asing. /enis bronkoskop yang digunakan sampai saat in masih merupakan perdebatan apakah rigid atau fiberoptic, pengambilan keputusan tergantung pilihan operator, lokasi benda asing dan ukuran pasien (umur), meskipun untuk anak dan sebagian besar de"asa penggunaan bronkoskop rigid merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing karena !entilasi lebih terjamin melalui tube bronkoskop selama tindakan disamping juga operator dapat memasukkan peralatan seperti forsep dan optical telescope.6
7
Benda asin di &a"in .&asien dengan benda asing di laring harus diberi
pertolongan dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam "aktu hanya beberapa menit. &ada anak dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke ba"ah, kemudian daerah tengkukpunggung dipukul, sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke luar.'ara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat di laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich dapat dilakukan pada anak maupun orang de"asa. 5enurut teori Heimlich, benda asing masuk ke dalam laring ialah pada "aktu inspirasi. $engan demikian paru penuh oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatannya akan terlempar ke luar. $engan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.'aranya ialah, bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien, kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prosesus ?ifoid, sedangkan tangan kirinya diletakkan di atasnya. emudian dilakukan penekanan ke belakang dan ke atas paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke luar dari mulut pasien. %ila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan di letakkan di ba"ah prosesus ?ifoid, kemudian dilakukan penekanan ke ba"ah dan ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke luar mulut pasien.pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus.
Ga+'a" 2.4. &erasat Heimlich.
8
omplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung atau hati dan fraktur iga. @leh arena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kanan dan kiri. &ada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich tidak dapat digunakkan. $alam hal ini pasien masih dapat diba"a ke rumah sakit terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atau kalau alatalat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi. &ada "aktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi Trendelenburg, kepala lebih rendah dari badannya, supaya benda asing tidak turun ke trakea.
Ga+'a" 2.*. &erasat Heimlich. Benda asin di '"!n()s .2ntuk mengeluarkan benda asing dari bronkus
dilakukan bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic dengan memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu.Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organic. %enda asing yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara bronkoskopi, seperti benda sing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan ser!ikotomi atau torakotomi. Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan endoskopi pada ekstraksi benda asing.1isioterapi dada dilakukan pada anak kasus pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. &asien dipulangkan + jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak demam. 1oto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang. #ejalagejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru, obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan pengobatan yang tepat dan adekuat.
Pe"sia%an E(s-"a(si Benda Asin
9
&ersiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaikbaiknya, dengan peralatan yang lengkap, forsep dengan berbagai ukuran harus ter sedia, ukuran dan bentuk benda asing harus diketahui dengan membuat duplikat dan mencobanya dengan forsep yang sesuai, sesaat menjelang dilakukan brokoskopi dibuat foto thorak untuk menilai kembali letak benda asing. omunikasi antara operator dengan dokter anestesi untuk menentukan rencana tindakan juga sangat penting.&emberian steroid dan antibiotika pre operatif dapat mengurangi kompikasi seperti edema jalan nafas dan infeksi.
Ga+'a" 2.,. A. %ronkoskopi 4igid. %. Flexible Fiberoptic Bronchoscopy. B"!n(!s(!%i
10
%ronkoskopi dengan menggunakan bronkoskop rigid dilakukan dalam anestesi umum. Ada beberapa !ariasi teknik intubasi bronkoskop tergantung pada keterampilan ahli bronkoskopi, anatomi dan keadaan klinis pasien, yaitu . Teknik intubasi tanpa laringoskop (teknik klasik). . Teknik intubasi bronkoskop dengan laringoskop. 3. Teknik intubasi bronkoskop dengan pipa endotrakeal, dan +. Teknik bronkoskopi kombinasi.
Ga+'a" 2.. &enggunaan %ronkoskopi.
'ara yang dipilih harus didiskusikan dengan ahli anastesi, termasuk resiko anastesi. &ada kasus ini menggunakan teknik ke. Teknik ini menggunakan laringoskop lurus untuk melihat epiglotis.Setelah tampak epiglotis, dasar lidah diangkat
dengan
spatula
laringoskop,
sehingga
epiglotis
sedikit
terangkat.%ronkoskop dipegang dengan tangan kanan dan ujung bronkoskop dimasukkan sedikit di ba"ah epiglotis. &ada saat ini pandangan dipindahkan pada bronkoskop, bronkoskop dimasukkan ke laring bersamaan dengan mengeluarkan laringoskop. 2jung bronkoskop harus berjalan diantara kedua pita suara dengan memutar bronkoskop 677 searah jarum jam. Setelah memasuki trakea bronkoskop diputar kembali 677, sehingga ujung bronkoskop kembali mengarah ke anterior. emudian sungkupanastesi
dipasang pada lubang !entilasi
di samping
bronkoskop untuk oksigenisasi dan sekret dihisap. Trakea dilihat dengan optik Hopkins, jika memilliki kamera dapat dipasang, sehingga gambaran endoskopi dapat dilihat dengan monitor. %ronskoskop diteruskan ke distal dengan gerakan
11
membelok (twisting motion) dan bronkoskop dipegang dengan jari tangan seperti memegang tongkat bilyard. 2ntuk memasuki bronkus kanan kepala pasien diputar sedikit ke kiri, bronkoskop diteruskan dengan gerakan membelok (twisting motion) melalui karina. 2ntuk memasuki bronkus kiri kepala pasien diputar ke arah bahu kanan. 5engeluarkan bronkoskop selalu dilakukan dengan melihat lumen dengan hatihati dan gerakan membelok ( twisting motion), bronkoskop berhenti beberapa millimeter diatas karina menunggu pernafasan spontan, kemudian ekstubasi dengan sekali gerakan (one single movement ). Sekret tenggorok dihisap secara hatihati dengan bantuan laringoskop, mandibula diangkat untuk membantu pernafasan spontan, se kret di hidung dihisap dan menunggu pasien batuk. /ika menggunakan teleskop, ujung distal teleskop harus berada di dalam lumen bronkoskop, lebih kurang ,< cm dari ujung distal bronkoskop. %ila sekret menghambat pandangan harus dihisap, ujung distal teleskop diberi at anti embun (anti fog). %ila bronkoskop tidak dapat masuk dengan mulus, jangan menggunakan tenaga, lebih baik menggganti bronkoskop dengan ukuran yang lebih kecil. &enyangga gigi ( bite block ) dapat diletakkan antara gigi dan bronkoskop, sehingga tangan operator dapat lebih bebas. &ada beberapa kasus namun sangat jarang, benda asing tidak dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi, dalam hal ini dilakukan torakotomi. &ada kasus lain mengharuskan bronkotomi dan reseksi parenkim paru yang terdapat benda asing.
Ga+'a" 2./. %ronkoskopi.
12
1aktor penyulit pada petalaksanaan benda asing di bronkus antara lain 1aktor penderita, lamanya benda asing teraspirasi, lokasi benda asing, kelengkapan alat, kemapuan tenaga medis dan paramedis dan anestesi.
Ga+'a" 2.0. Skema yang menunjukkan, trakeobronchial tree, segmen
bronkopulmoner, dan endoscopic landmark 2..
KOMPLIKASI omplikasi yang mungkin terjadi pada aspirasi benda asing di
trakeobronkial
berhubungan
dengan
benda
asing
sendiri
dan
tindakan
bronkoskopi. omplikasi akibat benda asing yang paling sering berupa infeksi
13
paru dan kelainan lain seperti edema, tracheitis, bronkitis atau timbulnya jaringan granulasi, dan atelektasis.omplikasi yang berhubungan dengan tindakan bronkoskopi (intra operatif) paling sering aritmia jantung, bronkospasme, edema laring, trauma pada gigi, bibir, gusi dan laring. 3
DAFTAR PUSTAKA
. /uniaf 5H. 773. %enda Asing di Saluran apas. $alam- %uku Ajar 0lmu esehatan THTepala 8eher, >disi elima. /akarta- %alai &enerbit 120. . Adam #8, %oies 84, Higler &A. 66*. %oeis %uku Ajar THT, >disi 9. /akarta>#'. 3. 5urray A$. 1oreign %odies of the Air"ay. A!ailable fromhttp-""".emedicine.com. Accessed 5ay 7<. +. 5unter $B. 1oreign %odies. Accessed from http-""".emedicine.com. Accessed 5ay 7<.
14
<. 0skandar . 0ngested and 0nhaled 1oreign %odies in $r. 'ipto 5angunkusumo Hospital, /akarta, 0ndonesia. 5ed / @480, 66+C <- 3:. 9. /ackson ', /ackson '8. 69+. %ronchoesophagology. &hiladelphia- B% Saunders. *. Scanlon D', Sanders T, $a!is 1A. 77*. >ssential of Anatomy and &hysiology. < thed. :. 1ong >B. 1oreign %ody Aspiration. Accessed fromhttp-""".ha"aii.edumedicinepediatricspedte?ts7:c79.html. Accessed 5ay 7<. 6. 4o!in /$, 4odgers %5. &ediatric 1oreign %ody Aspiration. &ediatrics in 4e!ie". 777C -:967. 7. Huchton $5, 5arsh %. 777. 1oreign %odies in the 2pper Aerodigesti!e Tract. 0n- >isele $B, 5cEuone S/. >mergencies of the Head and eck. 5issouri- 5osby. . 5iller 4H, Bang 4', emechek A/. 77. Air"ay >!aluation and 0maging. 0n- %ailey %/, 'alhoun H, eds. Head and eck Surgery@tolaryngology, 3 rd ed !ol. . &hiladelphia- 8ippincott Billiams F Bilkins. . Barsha"sky 5>. 1oreign %ody Aspiration. Accessed fromhttp-""".emedicine.com. Accessed 5ay 7<. 3. #ibson S>. 666. Aerodigesti!e Tract 1oreign %ody. 0n- 'atton 4T et al. &ractical &ediatric @tolaryngology. &hiladelphia- lippincott4a!en.
15