Ciri Umum Kelas Reptilia Anggota reptilian yang masih hidup diperkirakan mendekati 6.000 spesies. Reptilian adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era mesozoik. Anggota reptile hanya ditemukan pada bagian bumi yang sangat hangat, karena hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh (termoregulasi). Selama beraktivitas reptile mampu mengatur temperature tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah dengan cara mengendalikan perode penempatan dirinya pada beberapa sumber panas, sehingga temperature tubuh dapat di jaga konstan konstan (Sukiya,2003). Tubuh reptile dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh sperti halnya sisik ikan. Sisik-sisik ini terbagi menjadi dua kategori yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptile adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Si sik dermal adalah lempengan tulang yang tertanam permanen pada kulit dan bertahan selam hidup. Ada bagian dermis berupa kromatofora yang bertanggung jawab terhdap warna tubuh. Oleh sebab adanya konsentrasi dan dispersi granulagranula pigmen dalam kromatofora ini menjadikan bunglon mampu melakuakan mimikri yaitu mengganti warna kulit dalam menanggapi rangsang dari lingkungan (Sukiya,2003). Warna tubuh reptile digunakan untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannyadan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindung. Beberapa spesies kadal menunjukan tanda seksual dalam wran dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Dalam termoregulasi warna yaitu akan terjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam kromatofora akibat respon temperature tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga menjadi lebih terang, sementara itu temperature rendah menyebabkan pewarnaan gelap. Pigmentasi digunakan untuk perisis oragan intermuskular bahkan untuk perli ndungan jaringan peritoneum. Sisik epidermal kering, maka reptile pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal yang kulitnya kadangkala berganti. Kelenjar mucus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal-kadal ini memiliki lubang yng disebut sebagai lubang preanal, yang umumnya pada betina lebih kecil atau di temukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini akan sangat aktif pada masa kawin. Sisik epidermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terusmenerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan s tratum germinativum epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ular dan kadal sisinya berganti, yang di kenal dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsung ekdisis, sisik s isik baru yang akan menggantikan sisik tua sudah terbentuk. Kebnayakna ular berganti kulit secara sekaligus. Epidermal tua yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit dorsal mata, ular pada akhirnya beringsut ke luar dari penutupan lama. Pergantian kulit pada ular, dihitung mulai saat pertama seekor ular berganti kulit adalah bergantung pada tingkat pertumbuhan. Jenis ular yang tumbuh cepat mungkin berganti kulit setiap dua bulan (Sukiya, 2003) Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kurakura dan penyu. Strukturnya tersususn sebagian besar oleh tulang dari lempengan kulit dermal dan bagian luar terbungkus sisik epidermal bertanduk yang tidak menyerupai sisik epidermal pada ular dan kadal. Beberapa kura-kura tidak ti dak mempunyai sisik dan mempunyai me mpunyai sebuah kulit keras sebagai pengganti. Perkembangan sisik kulit paling sempurna ditemukan pada kura-kura dan penyu beruapa karapaks dan plastron yang digabung bersama jembatan pada setiap sisi
tubuh. Skeleton bagian vertebrate thorak, lumbar, dan sacral, menyatu dengan karapaks pasa reptilia ini (Sukiya, 2003). Subkelas dari reptilia yaitu lepidosauria, synapsida, archosauria, lchthyoptergya, anapsida dan synaptosauria. 1. Subkelas Anapsida
Sub kelas anapsida mempunyai dua ordo yaitu cotylosauria dan chelonia. Sebanyak 12 familia yang masih ada dan sekitar 240 spesies. Chelonia t ubuhnya tertutup carapace (bagian dorsal) dan plastron (bagian ventral), rahang tidak bergigi, tengkorak anapsid, ukuran jantan lebih besar dari betina.Plastron betina konveks, jantan konkav. Jantan memiliki cakar yang lebih panjang. Chelonian atau penyu adalah salah satu plasma nutfah dan kekayaan hayati bernilai tak terkira dari Indonesia dimana terdapat nilainilai simbolik yang merefleksikan peran ekologi, sosial, dan ekonomi yang bisa ditemukan di berbagai kelompok masyarakat pesisir Indonesia. Penyu sangat perlu dilindungi karena mereka membawa zat-zat hara penyubur perairan dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga laut akan terus memiliki kehidupan ikan yang berguna sebagai mata pencaharian bagi nelayan (Adnyana W, 2009). Macam-macam Penyu
Perairan Indonesia dihuni oleh enam spesies penyu dari tujuh pesies yang tersis a di bumi, kecuali Lepidochelys kempi yang hanya ada di perairan Amerika Latin. Adapun keenam jenis penyu tersebut adalah penyu belimbing ( Dermochelys coriacea), penyu sisik ( Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih ( Natator depressus), penyu lekang ( Lepidochelys olivacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Jenis penyu hijau (Chelonia mydas L) mengalami eksploitasi yang paling intensif dan tergolong dalam kategori terancam punah (Hatasura, 2003). Penyu hijau memiliki ciri-ciri umum kerapas (punggung) yang berbentuk ouval dengan rahang bawah yang bergerigi dan memiliki warna bervariasi, memiliki karakteristik habitat pantai peneluran dengan jenis pasir mineral Quartz (pasir kuarsa), waktu peneluran mulai dari matahari tenggelam hingga dini hari. Ciri morfologi penyu hijau (Chelonia mydas L) terdapat pada karapas, kepala dan flippernya. Kerangka ditutupi sisik zat tanduk. Pada bagian karapas terdapat sisik coastal sebanyak 4 (empat) pasang, 5 (lima) buah sisik vertebral yang membujur dari anterior ke posterior, dan 12 (dua belas) sisik marginal. Susunan sisik pada karapas tidak tumpang tindih seperti genteng. Pada bagian kepala terdapat sepasang sisi k prefrontal yang berbentuk lonjong. Sisik-sisik pada flipper penyu ini umumnya besar-besar dan terdapat sebuah kuku kecil di sisi bagian depan flippernya. Warna karapas coklat terang sampai coklat tua dengan bintik-bintik berwarna gelap (Pritchard dan Mortimer 1999)
Gambar 1. Chelonia mydas L (Miller,1997) Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama dengan penyu lainnya. Secara umum siklus hidup penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya pakan dan ruaya kawin. Dalam mencapai dewasa kelamin penyu mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia produktifnya. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh, yaitu bisa mencapai hingga 3000 km. Pada umur sekitar 20-50 tahun, penyu jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkawinan penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama di musim tersebut (Pedoman Teknis Konservasi Penyu, 2009). Oviposisi berlangsung mulai dari sekali hingga beberapa kali dalam periode setahun. Hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti letak lintang (latitude), jenis umur (besar) dan sumber serta kualitas makanan yang dimakannya. Pada umumnya penyu hijau bertelur lebih dari satu kali dalam satu musim bertelur (3-4 kali), dengan interval internesting kira-kira 2 minggu. Setelah selesai bertelur, penyu dewasa akan meninggalkan sarang dan telur-telurnya untuk kembali beruaya mencari makanan untuk kemudian melangsungkan kembali siklus hidupnya di laut 10. Tukik yang baru menetas dan keluar dari sarangnya akan langsung bergerak menuju kelaut, karena proses alaminya yang ada berkaitan dengan medan magnet cahaya. Setelah mencapai laut, tukik-tukik itu menuju ke laut lepas hingga mencapai arus samudra dengan cadangan makanan kuning telur yang ada ditubuhnya. Fase awal berkelana ini sering disebut sebagai “tahun yang hilang”, yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis dan populasinya (Pedoman tekhnis Konservasi Penyu,2009).
Gambar 2. Siklus Reproduksi Penyu Laut (sumber: Miller, 1997) Penyu sisik memiliki ciri-ciri umum kerapas berbentuk jantung atau susunan genteng yang runcing dan berwarna coklat kemerahan, memiliki karakteristik habitat pantai peneluran berupa pasir koral hasil hempasan ombak dengan warna pasir yang agak putih atau kekuningan, waktu peneluran yang tidak dapat diduga kadang malah hari, bias juga pada siang hari (Pritchard dan Mortimer 1999)
Gambar Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) (sumber: Miller, 1997) Penyu lekang memiliki ciri-ciri fisik hampir sama dengan penyu hijau, namun bentuk kepalanya komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan bersudut. Tubuhnya berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang ada saat ini. Penyu lekang merupakan jenis karnivora, mereka memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Pritchard dan Mortimer 1999).
Gambar Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) (sumber: Miller, 1997) Penyu belimbing memiliki bentuk kerapas yang agak sedikit unik, berbentuk seperti buah belimbing, berwarna gelap dengan bintik putih. Ukuran penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg. Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis. Spesies ini menghabiskansebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim,setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur.
Gambar 3. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) (sumber: Miller, 1997) Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea Eschsholtz) Anatomi penyu laut dapat diamati pada empat sisi, yang dapat digunakan sebagai gambaran hubungan spasial pada struktur penyu laut. Struktur penyu laut terbagi atas empat bagian, bagain dorsal ke arah karapas (cangkang atas), bagian ventral ke arah plastron (cangkang bawah), bagian anterior ke arah kepala, serta bagian posterior ke arah ekor (Nuitja, 1992). Bentuk luar penyu laut yang sudah dewasa atau yang masih kecil dapat dilihat dari karapas, plastron atau kepalanya (Nuitja, 1992). Identifikasi penyu laut didasarkan atas sisik-sisik (scales) pada kepala, bentuk rahang, jumlah kuku pada kaki serta scutes pada karapas. Scutes pada karapas adalah kulit karapas yang dinomori dari depan ke arah belakang (Gambar 3). Scutes utama sebagai kunci identifikasi adalah marginal, lateral, vertebral dan nuchal, seperti inframarginal (scutes antara plastron dengan karapas). Karapas penyu abu-abu berbeda dengan penyu lain, lateral scutes-nya berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas relatif melebar serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural. Bentuk tubuh seperti piring (dish -shaped), batoknya meluas sesuai dengan panjangnya dan ukuran kepala sedang (Pritchard and Mortimer, 1999). Habitat Penyu
Habitat adalah suatu daerah yang ditempati makhluk hidup, memiliki komponen biotik dan abiotik, berupa ruang, lahan, makanan, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Penyu hidup di dua habitat yang bebeda yaitu habitat darat sebagai tempat peneluran (nesting ground) yang memiliki beberapa karekteristik dan habitat laut sebagai habitat utama bagi keseluruhan
hidupnya. Habitat darat merupakan tempat peneluran (nesting ground) bagi penyu betina. Dalam satu kali musim peneluran penyu akan bertelur tiga kali dengan rata-rata jumlah telur 110 telur (Nuitja 1992). Penyu memiliki kecenderungan memilih tempat tertentu sebagai pantai penelurannya. Umumnya pantai penelurannya adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas pantai dengan rata-rata kemiringan 30° serta diatas pasang surut antara 30 sampai 80 meter, memiliki butiran pasir tertentu yang mudah digali dan secara naluriah dianggap aman untuk bertelur. Selain itu pantai yang didominasi oleh vegetasi pandan laut memberikan rasa aman tersendiri bagi penyu yang bertelur (Nuitja 1992). Idealnya dalam proses peneluran penyu ada beberapa faktor yang dapat mendukung aktivitas tersebut seperti suasana yang sunyi, tidak terdapat penyinaran dan tidak ada aktivitas pergerakan yang dapat mengganggu penyu menuju pantai (Nuitja 1992). Habitat laut merupakan tempat yang utama bagi kehidupan penyu. Perairan tempat hidup penyu adalah laut dalam terutama samudera di perairan tropis, sedangkan tempat kediaman penyu adalah daerah yang relatif agak dangkal, tidak lebih dari 200 meter dimana kehidupan lamun dan rumput laut masih terdapat (Nuitja 1992). Daerah yang lebih disukai penyu adalah daerah yang mempunyai batu-batu sebagai tempat menempel berbagai jenis makanan penyu dan berbagai tempat berlindung. Chelonia mydas tergolong herbivora yang mencari makan pada daerahdaerah yang dangkal dimana alga laut seperti Zostera, Chymodocea, Thallasia dan Hallophila masih dapat tumbuh dengan baik (Nuitja 1992). Kura-Kura Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptile. Bangsa hewan yang di sebut ordo Testudinata ini khas dan mudah dikenali adanya rumah atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagia. Bagian atas yang menutupi punggung di sebut karapaks dan bagian bawah di sebut plastron. Kemudian dari setiap bagiannya terdiri dari dua lapis. Lapisan luar umunya berupa sisik besar dank eras, dan tersusun seperti genting, sementara l apisan bagian alam berupa lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung (Chin Kwok, 2009). Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan, daging dan campuran. Kura-kura tidak memiliki gigi akan tetapi perkerasan tulang di maoncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya. Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar ((Chin Kwok, 2009).
Macam Kura-Kura H. spinosa di sebut kura-kura matahari, banyak ditemukana di hutan hujan tropis dataran rendah samapai ketinggian sedang. Kura-kura matahari mempunyai bentuk karapaks yang unik, bagian sisisnya runcing panjang dan menyerupai panacaran sinar matahari. Warna karapaks kuning, hitam dan coklat yang cerah, terutama pada usia muda. Status kura-kura matahari terancam punah, karena jenis ini banyak disukai sehingga sering di cari di alam untuk dijadikan hewan peliharaan. Habitatnya adalah wilayah hutan yang lembab, terkadang
berada di sungai kecil dan dangkal. Persebaran alami jenis ini adalah di Sumatera. Dan pakan alamai berupa tumbuhan dan hewan (Susandarini Ratna, 2012).
Gambar H. spinosa Sumber : ( Susandarini Ratna, 2012). Notochelys platynota merupakan kelompok kura-kura semi akuatik, dengan habitat alami di badan air yang dangkal dengan dominasi macrophyta termasuk rawa dan sungai dalam hutan. Pakan alami adalah marchophyta. Status hidup kura-kura ini belum dilindungi tetapi rawan punah di alam (Susandarini Ratna, 2012).
Gambar Notochelys platynota (Susandarini Ratna, 2012). Dogania subplana disebut sebagai labi-labi hutan, banyak ditemukan di sungai daerah dataran tinggi yang berbatu, jernih, dangkal dengan dasar sungai berpasir. Jenis ini memili ki karakteristik kepala lebar yang teradaptasi untuk memecah cangkang gastropoda air. Pakan alami berua gastropoda, ikan, kepiting dan udang. Status hidup belum dilindungi tetapi terncam punah (Susandarini Ratna, 2012). Gambar Dogania subplana (Susandarini Ratna, 2012).
Gambar 1. Tanystropheus (Sumber: vignette3.wikia.nocookie.net) 2. Subkelas Synaptosauria Ordo Protosauria Protorosauria adalah kelompok punah reptil archosauromorph dari Permian (tahap Changhsingian) terbaru hingga awal Trias Akhir (tahap Carnian) dari Asia, Eropa, Amerika Utara. Ordo ini diberi nama oleh ahli anatomi Inggris dan ahli paleontologi Thomas Henry Huxley pada tahun 1871. Nama lain yang sebagian besar setara dengan Protorosauria meliputi Prolacertiformes dan Prolacertilia. Protorosaurs dibedakan berdasarkan leher panjangnya dibentuk oleh tulang leher memanjang, yang memiliki tulang rusuk yang memperpanjang kebelakang pada tulang belakang mereka. Protorosaurs juga memiliki kesenjangan antara tulang kuadrat dan tulang Jugal di belakang tengkorak dekat sendi rahang, membuat tengkorak mereka menyerupai tentang kadal. Protosaurs adalah saudara jauh dari archosaurs - pterosaurus, dinosaurus dan buaya. Mereka semua mati pada awal Jurassic, sekitar 205 juta tahun yang lalu. Tanystropheus adalah salah satu contoh dari ordo Protosauria. Tanystropheus mati pada akhir periode Triassic, sekitar 215 juta tahun yang lalu. Ordo Sauropterygia Secara terminologi Sauro berarti kadal dan ptryginos berarti bersayap. Jadi Sauropterygia bisa disebut sebagai kadal bersayap. Beberapa literaturr menyatakan bahwa Sauropterygia ini merupakan Seper Ordo dengan karakteristiknya yang merupakan reptil laut pada masa
Gambar 2. Plesiosaurus: salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo Ple siosauria (en.wikipedia.org) mesozoik. Ordo Plesiosauria termasuk ordo di dalamnya. Selain habitatnya di perairan laut, hewan ini memiliki karakteristik berleher panjang dengan tungkai mirip sirip. Hal ini
didukung dengan pernyataan Gunara (2011) yang menjelaskan tentang ciri-ciri umum dari Plesiosaurus yakni: (1) pada umumnya memiliki leher yang panjang, (2) mempunyai sirip untuk membantunya berenang, (3) berkulit halus, (4) hidup di air. 3. Subkelas Ichthyosauria Ichtyosauria ini berasal dari kata Ichtys yaitu ikan, dan sauros yang berarti kadal. Ichtyosaurus ini merupakan kelompok reptile laut yang berukuran raksasa dan bentuknya menyerupai ikan serta lumba-lumba. Berdasarkan rekaman fosil hewan ini hidup pada zaman Mesozoikum. Hewan ini hidup di laut yang menyerupai lumba-lumba dengan sirip yang tereduksi. Ordo Icthyosauria ini hidup pada zaman Mesozoik yang mempunyai mata cukup besar serta ekornya vertical (Hickman,2011). Gambar Concectopalatus (Sumber: Hickman et al.,2008) Reptile laut ini memiliki bentuk luar seperti ikan yaitu tubuhnya berbentuk streamlined (ramping), terdapat sirip pada bagian punggungnya (dorsal), ekor bercabang dua dan hidrodinamik. Rata-rata hewan ini tumbuh sekitar panjang 2-4 m dengan kepalanya moncong panjang yang dipenuhi dengan gigi. Bentuk tubuh yang seperti itu untuk memudahkan hewan ini berenang dengan kecepatan tinggi di air (Motani,2000). Ichtyosaurus ini memiliki anggota gerak berbentuk sirip yang digunakan untuk stabilisasi dan pengendalian arah, bukan sebagai penggerak. Anggota tubuh hewan ini yang berfungsi sebagai penggerak adalah ekornya. Reptile laut ini secara kasat mata mempunyai kemiripan dengan ikan,
21 dimana kemiripan tersebut dapat dalam dihubungkan dengan konvergen evolusi. Satu fakta tentang Ichtyosaurus yaitu memiliki tulang telinga yang besar dan berfungsi untuk menyampaikan getaran halus dalam air dan lingkungan sekitarnya sehingga memudahkan Ichthyosaurus dalam mencari makan serta menghindari dari serangan predator. Berdasarkan para ahli fosil Icthysaurus ini makan terutama ikan dan cumi-cumi. Reproduksi Ichthyosaurus secara vivipar yaitu dengan melahirkan anaknya. Hal ini dikarenakan ahli paleontology menemukan berbagai spesimen fosil yang di dalamnya terdapat bayi sehingga para ahli paleontology menyimpulkan bahwa hewan ini tidak bertelur seperti reptile darat, tetapi melahirkan anaknya. Yang dimungkinkan anak yang baru dilahirkan sudah terdapat ekor untuk member kesempatan menyesuaikan diri dengan air dan mencegah tenggelam di dalam air. 4. Subkelas Lepidosauria Ordo Squamata memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Tuti Kurniati,dkk. 2009 ): Kulit mempunyai sisik-sisik epidermis bertanduk Tulang quadrate dapat bergerak Organ kopulasi (hemipenis) dobel Lubang anus transversal Ciri-ciri dari squamata yang lainnya adalah (Lilis Suhaerah. 2006): Dibawah sisik terdapat keeping tulang (osteoderm) pada beberapa jenis squamata Gigi terdapat pada rahang,kadang pada langit-langit Kepala diapsid (mempunyai dua lubang temporal) Organ Jacobson berkembang dengan baik dan terpisah dari rongga hidung (untuk merasakan rangsang bau) Ovovipivar (pada beberapa jenis)
Rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas 22 Kinetik diapsid tengkorak kadal modern (biawak, Varanus sp.)menunjukkan sendi yang memungkinkan moncong dan rahang atas untuk melanjutkansisa tengkorak. kuadrat dapat bergerak pada akhir dorsal danbagian perut di kedua rahang bawah dan pterygoideus tersebut. Bagian depan bagian daritempurung otak juga fl eksibel, memungkinkan moncong yang akan dibangkitkan. Catatanbahwa pembukaan sementara rendah sangat besar dengan tidak ada batas bawah;modifikasi kondisi diapsid, umum di zaman modernkadal, memberikan ruang untuk ekspansi otot rahang besar. Bagian ataspembukaan sementara terleta k dorsal dan medial ke postorbital-squamosallengkungan dan tidak terlihat dalam gambar ini. a) Subordo Lacertilia/sauria Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum.Dan sebagian lagi menjadi spina.Sisik-sisik ini dapat mengelupas.Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993). Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga.Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang
23 dapat melepaskan ekornya.Contohnya pada Mabouya sp (Zug, 1993).Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang.Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp. Untuk family subordo lacertilian ini banyak ada 16 famili. Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae. Famili Agamidae Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak. Famili Scincidae Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris . Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting.Tipe giginya pleurodont.Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh.Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata. Draco volans 24 Famili Varanidae Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang
berbentuk polygonal.Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993). Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih d ari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga. Mabouya multifasciata Varanus komodoensis
25 Famili Gekkonidae Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langitlangit dengan mudah Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan Reproduksi Secara Umum Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya.Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur sehingga menetas. Gekko vittatus 26 b) Subordo Serpentes/ Ophidia Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciriciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam s ubordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993). Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi.Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor.Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk
melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993). Gambar penampang lateral tengkorak Phyton Setiap sisi tengkorak memiliki beberapa tulang bergerak (berlabel) yang memungkinkan gerakan rahang saat makan. Belahan rahang bawahdisatukan oleh jaringan lunak fleksibel, memungkinkan pemisahan yang lebar dangerakan independen dari setiap sisi.
27 Organ Jacobson pada Ular Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan caramenjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke dalam mulut, terdapat pertikel pertikel yang menempel dipermukaan lidahnya. Kemudian partikel bau tersebut dilewatkanmelalui dua rongga kecil yang mengarah ke organ Jacobson. Ronggayang mengarah ke organ Jacobson dilapisi dengan jaringan sensitif yang membantu daam proses keseluruhan proses penciuman ular.Setelah partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisipartikel dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktursaraf yang kompleks. Otak kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular yang lain atau bersumber dari benda-benda yang dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada ualr bercabangkarena disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk menyalurkanpartikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ Jacobson. Adanyadua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk melewatkanpartikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut (Crawford, 2006). Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu : Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae. Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae. 28 Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae. Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu : Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae. Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini. Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.
29 Pergerakan Ular 1. Gerakan concertina(Gambar A) memungkinkan ular untuk bergerak di sebuah lorong sempit, seperti ketika memanjat pohon dengan menggunakan jalur acar. Ular memanjang ke depan membentuk huruf S sisi saluran. 2. Gerakan lateral yang undulasi (Gambar B). Gerakanmengikuti jalan yang berbentuk S, dengan ular mendorong diri dengan mengerahkankekuatan lateral terhadap penyimpangan permukaan. 3. Gerakan Bujur sangkar yang dihasilkan oleh otot-otot (ditampilkan dalam warna merah) di yang ditarik kedepan yang berasal dari tulang rusuk dan di bagian ventral. 4. Gerakan berliku adalah bentuk keempat gerakan yangmemungkinkan ular bergerak di gurun dengan kecepatan yang cepat.Permukaan pasir 30 kontak dengan permukaan minimum ular.Ular bergerak dengan melemparkan tubuhnya ke depan di loop dengan tubuhnya tergeletak di sudut sekitar 60 derajat kearahnya perjalanan. Famili Typhlopidae Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial.Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan.Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lainlain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika. Famili Boidae Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial.Moncongnya dapat digerakkan.Tipe giginya aglypha.Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia. Typhlops sp.
31 Famili Hydropiidae Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famil i ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin.Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok.Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsiuntuk membantu pergerakan di air.Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas Famili Elapidae Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies
yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin.Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae.Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus). Famili Colubridae Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis.Ekor umumnya silindris dan meruncing.Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia.Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia.Gigi bisanya tipe Ophiophagus hannah
33 proteroglypha dengan bisa haemotoxinGenusnya antara.lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe. Famili Viperidae Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin.Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun.Namun ada pula yang hidup di daerah tropis.Tersebar hampir di seluruh dunia.Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping.Memiliki facial pit sebagai thermosensor.Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur.Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies. Diadophis punctatus Vipers sp. 34 Famili Pythonidae Python merupakan famili dari ular tidak berbisa.Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuanTropis.Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus).Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka.Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi. Famili Xenopeltidae Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya.Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya.Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah.Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993). Phyton reticulates
35 Reproduksi Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan.Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering.Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan berkembang biak tanpa ular jantan. 5. Subkelas Archosauria Pada sup kelas archosauria dibagi lagi menjadi 2 Ordo, yaitu Ordo Thecodontia dan Ordo Crocodilia. Namun, pada materi kali ini akan ditekankan pada Ordo Crocodila, karena masih ada spesies yang hidup, sedang spesies dari Ordo Thecodontia sudah punah. Secara umum crocodylia dan alligatoridae tidak dapat mempertahnkan suhu tubuhnya sendiri, untuk itu mereka harus berjemur untuk menjaga suhu tubuhnya (30-35ºC). Hewan ini berkembangbiak secara ovipar, telurnya akan diletakkan disarang yang mereka buat dari ranting, lumpr, Xenopeltis unicolor 36 tanah dan pasir dan akan diinkubasi selama 2,5 sampai 3 bulan. telur yang dibuahi akan menetas menjadi pejantan jika suhu inkubai antara 31-32ºC, dengan waktu menetas yang lebih cepat dan menjadi betina jika suhu inkubasi antara 28-29ºC, dengan waktu menetas yang lebih lama. Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Reptilia Subclass : Archosauria Ordo : Thecodontia Ordo : Crocodylia 1. Familia : Crocodylidae 2. Familia : Alligatoridae 3. Familia : Gavialidae a. Ordo Thecodontia Spesies dari ordo ini hidup pada zaman triasic dan sekarang tinggal fosilnya saja. Thecodont ini memiliki karakteristik bentuk primitive,seperti fenestra antorbital. Serta memiliki gigi socket yang tertanam dirahang yang disebut dengan tipe thecodont (Brusatte et al., 2010). Gambar. : Contoh spesies dari thecodontia, Rutiodon.
37 b. Ordo Crocodylia Ordo ini memiliki ciri, yaitu bentuk badan memanjang dan kuat, tengkorak yang kuat, memanjang (moncong) dan otot-otot rahang yang masif yang tersusun untuk dapat menganga dengan lebar dan dapat ditutup dengan kuat. Giginya tersusun dalam socket dan tipe giginya
disebut thecodon yang khas dari semua archosaurus. Terdapat langit-langit sekunder yang sempurna, sehingga buaya dapat bernapas ketika mulut diisi dengan air atau makanan, maupun keduanya. Memiliki 4 ruang jantung dengan foramen panizzae. Dibagian punggung sisiksisik itu tersusun teratur berderet ke arah tranversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorsolateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat serta memipih. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput. Memiliki habitat di perairan tawar, asin, dan air payau (Hickman et al., 2008). 1. Familia Crocodilydae Secara umum familia ini memiliki karakteristik, yaitu moncong meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga, saat mengatup kedua deret gigi terlihat jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat baris tunggal sisik belakang kepala yang melintang dibagian tengkuk. a) Subfamili Mekosuchinae. Merupakan nenek moyang dari buaya air asin, dan hidup di masa EosenPleistosen.berasal dari australia dan pasifik selatan (Nesbitt, 2013) 38 Gambar. : Mekosuchus inexpectatus, contoh dari spesies subfamilia Mekosuchinae. b) Subfamili Crocodylinae Merupakan buaya sesungguhnya dengan karakteristik utama memiliki moncong yang sempit, ketika mulutnya tertutup gigi keempat dari rahang bawah nampak terlihat. Memiliki empat genus yaitu genus euthecodont, dan rimasuchus yang sudah punah. Serta Ostaelaemus, merupakan buaya kerdil, dan Crocodylus, buaya yang sesungguhnya. Gambar : Contoh dari spesies genus dari subfamili crocodylinae yang masih hidup : c) Subfamili Tomistominae Hanya satu genus yang tersisa dan masih hidup dari enam genus. Moncongnya menyempit seperti buaya gavial.
39 Gambar : Spesies Tomistoma. 2. Familia Alligatoridae Karakteristik secara umum dari familia ini, yaitu bentuk moncong tumpul. Deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas. Pada saat mengatup, hanya deretan gigi rahan atas yang terlihat. Tahan terhadap suhu rendah. Memiliki lempeng tulang punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar berjumlah 6 sisik. a) Genus Alligator Genus ini kurang agresif bila dibandingkan dengan buaya. Habitat di perairan yang bersih. Aligator besar dan sangat kuat, kepala lebih pendek dan lebih lebar dari pada buaya,
moncongnya tumpul, gigi yang lebih besar. Aligator mampu mengeluarkan suara tertentu, biasanya digunakan pada saat musim kawin pada hewan dewasa. Pada hewan yang baru menetas, suara digunakan untuk memberi tahu induknya bahwa dia menetas sehingga induk akan membuka sarangnya (Hickman et al., 2008). Ketika mulutnya ditutup gigi keempat yang ada pada rahang bawah tidak tampak, memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar yang berjumlah 6 sisik atau lebih. 40 b) Genus Caiman Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang tumpang tindih dan menebal. Caiman lebih lincah dari pada alligator, cara b ergerak mirip dengan buaya, giginyalebih panjang an lebih tajam dari pada gigi alligator. Pada saat menutup, gigi yang terlihat hanya gigi bagian atas. Memiliki hidung bulat dan daerah kepala yang pipih, datar dan luas. Garis punggung lebih jelas. Habitatnya adalah lingkungan terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa. Lebih toleran terhadap kondisi yang lebih dingin. Gambar : Caiman latirostris. 3. Familia Gavialidiae Krakteristik dari familia ini, yaitu merupakan hewan semi-akuatik. Memiliki moncong yang sangat sempit dan memanjang, namun ujungnya melebar. Pada hewan jantan dewasa, terdapat ghara di ujung moncongnya. Pada saat moncong menutup, deretan gigi pada rahang atas dan bawah tersusun berseling. Pemangsa Gambar : Alligator mississippiensis
41 utama ikan. Habitat aslinya ada di anak benua india, hidup di tepi sungai, dan deplesi sumber daya ikan. Gambar : Gavialis gangeticus. Secara keseluruhan Buaya dan Aligator memiliki beberapa perbedaan : Perbedaaan Buaya dan Aligator Buaya Aligator Tropikal Subtropikal Tidak berhibernasi Berhibernasi Pejantan dapat tumbuh hingga 19 kaki atau lebih Pejantan tumbuh hingga 14 kaki Agresif Lebih jinak Moncong lebih lancip (V) Moncong lebih membutal (U) Giginya terlihat lebih banyak ketika mulut tertutup Hanya sedikit gigi yang terlihat saat mulut t ertutup Hidup di air payau, air asin Hidup diair tawar Dewasa : Coklat dan berwarna cer ah Dewasa : Hitam keabuan Memiliki Integumentary Sense Organ diseluruh tubuh Hanya me miliki Integumentary Sense Organ dibagian mulut Bersarang di lumpur/pasir disekitar anak sungai payau atau asin. Bers arang jauh dari vegetasi air tawar. Buaya dan aligator memiliki small sensory pits di atas dan dibawah rahangnya. Integumentary Sense Organ berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan di air dan membantu mendeteksi/menangkap mangsa. 42 6. Subkelas Synapsida a) Ordo Pterosauria (Flying Reptile) Karakteristik (Hickman et al, 2001): (Pteron=bersayap; sauros=kadal) Hidup pada masa mesozoik Memiliki sayap membraneus Penyebarannya luas Contohnya: Pterosaurus
b) Ordo Saurischia (Reptile-like Dinosaurus) Karakteristik (Hickman et al, 2001): (Sauros=kadal, ischio=bentuk) Merupakan dinosaurus masa mesozoik Hewan yang berjalan dengan 2 kaki bersifat karnivora,hewan yang berjalan dengan 4 kaki bersifat herbivora Memiliki struktur pinggang reptil primitif Contohnya: Omeisaurus tianfuensis danTheropod
43 c) Ordo Ornithischia(Birdlike Dinosaurus) Karakteristik (Hickman et al, 2001): (Ornis=burung, ischion=bentuk) Merupakan dinosaurus masa mesozoik herbivora berparuh Bentuk menyerupai burung Contohnya: Ornitischia
Hewan
1. SUBKELAS SYNAPSIDA a) Ordo Pelycosauria (Gr. Pel yx= mangkuk; sauros= kadal) Karakteristik (Hickman et al, 2001): 44 Contohnya adalah Dimetrodon dan Edaphosaurus b) Ordo Therapsida (Gr. Ther = buas; apsis = lengkung, lubang) Karakteristik (Hickman et al, 2001): wan mamalia danmerupakan moyang dari mamalia Contohnya adalah Cynognathus Brusatte, S.L., Benton, M.J., Desojo, J.B., dan Langer, M.C. 2010. The higherlevel phylogeny of Archosauria (Tetrapoda: Diapsida). Journal of Systematic Palaeontology, Vol. 8, Issue 1 en.wikipedia.org Hatasura, I. N. 2003. Pengaruh Karakteristik Media Pasir Sarang terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas L.). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hickman et al. 2001. Integrated Principles of Zoology, Eleventh Edition.New York: McGraw-Hill Companies. Hickman, C.P., Roberts, L.S., Keen, S.L., Larson, A., I’Anson, H., dan Eisenhour, D.J. 2008. Integrated Principles of Zoology, Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill Companies. http://vignette3.wikia.nocookie.net Lilis Suhaerah. 2006. Zoologi Vertebrata. Bandung : Ardesigen. Miller, J.D. 1997. determining clutch size and hatching success. Dalam Eckert, K.L, K.A.Bjorndal, F.A. Abreu-Grobois & M.Donnelly (eds.). 1997. Research and management techniques for the concervation of sea Nesbitt, S.J., Desojo, J.B., dan Irmis, R.B. 2013. Anatomy, Phylogeny, Palaeobiology of Early Archosaurs and their Kin. London : Geologycal Society.
Nuitja, I.N.S. Dan I. Uchida. 1992. Studied in the sea turtle ii (the nesting site characteristics of hawksbill and green turtle). A journal of museum zoologicium Bogor, Bogor. Pritchard, P.C.H. and J.A. Mortimer. 1999. Taxonomy, External morphology, and species i dentification. Dalam Eckert, K.L, K.A.Bjorndal, F.A. AbreuGrobois & M.Donnelly (eds.). 1999. Resear ch and management
47 techniques for the concervation of sea turtles. W WF, CMS, IUCN,NOAA, MTSG, & Center for Marine Concervation, Florida. Pedoman Teknis Konservasi Penyu, 2009). Ratna Susandarin, 2012. Flora dan Fauna. Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. JICA. Malang : Universitas Negeri Malang Tuti Kutniati,dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung : UIN SGD. Windia Adyana dan Cruesa Hitipeuw. 2009. Panduan Melakukan Pantauan Populasi Penyu Di Pantai Peneluran Di Indonesia, WWF Indonesia : hal. 2. Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptile s. Academic Crawford, Ron. 2006. A Ball Phytons’Tongue and the Jacobson Organ