REPTILIA
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup besar dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas: kepala, badan, dan ekor. Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak, karena mempunyai cranium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas Mamalia.
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada Reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.
Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman).
Evolusi Reptil
Reptilia adalah hewan pertama yang benar-benar hewan daratan. Reptilia berkembang dari amfibia pada zaman Karbon. Kelebihan reptilia yang paling awal "Kotiloaurus" terhadap amfibi adalah
Perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (yolk) yang dapat diletakkan di tanah tanpa kemungkinan menjadi kering
Cangkang kedap air dan kedap terhadap sperma, sehingga perkembangan telur yang bercangkang terjadi bersamaan dengan perkembangan fertilisasi internal.
Embrio dilindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion, mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk), bernapas melalui korion dan alantois, dan menyimpan limbah metabolisme di dalam kantong yang dibentuk oleh alantois.
Reptilia paling awal, yang kakinya pendek menjulur ke samping tubuh, menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air dan hanya bertelur di darat sehingga mudah disembunyikan dari mangsa. Seiring semakin keringnya zaman Permian, modifikasi lain untuk hidup di daratan kering berevolusi. Perkembangan kulit kering memungkinkan mereka untuk meninggalkan air dengan aman. Tetapi kulit kering tidak dapat digunakan untuk respirasi. Penyempurnaan paru-paru dikembangkan dengan pembesaran rongga rusuk. Sekat ventrikel mengurangi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang oksigen sehingga memungkinkan efisiensi peredaran darah. Kotilosaurus mengalami radiasi adaptif dan menghasilkan lima garis keturunan yang utama, yaitu:
Pelikosaurus, menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam air dengan kaki yang berada di bawah sehingga memungkinkan untuk berlari lebih cepat dan lebih ringan di darat. Dari pelicosaurus inilah berevolusi sekelompok reptil di darat yaitu terapsida. Pada awal zaman Mesozoikum terapsida merupakan reptilia yang paling banyak jumlahnya, tapi mereka segera dilampaui oleh kelompok lain. Namun, hal tersebut hanya bersifat sementara (juta tahun), karena keturunan terapsida yaitu mamalia, pada akhirnya menguasai bumi ini.
Penyu (Ordo Chelonia), dari asal-usulnya dalam era Mesozoikum awal sampai sekarang, sebagian besar penyu hidup di air tawar atau di lautan. Meskipun habitatnya demikian, mereka tidak meninggalkan warisan adaptasi darat mereka. Mereka bernapas dengan paru-paru dan meletakkan telur bercangkangnya di darat. Penyu air tawar merayap ke darat untuk membuat lubang dalam pasir atau tanah untuk bertelur. Meskipun tidak punah, penyu merupakan kelompok yang paling menonjol, karena masih ada setelah berada di bumi selama 200 juta tahun, dimana sebagian besar reptilia sezamannya telah punah.
Plesisaurus dan Iktiosaurus, merupakan anggota kedua garis keturunan reptilia laut yang berkembang dalam periode Jura tetapi punah pada akhir zaman Mesozoikum. Mereka pemakan ikan, hal ini sesuai dengan kehidupan di laut. Namun kenyataanya, anggota tubuh yang menyelip di sirip sangat sesuai untuk lokomosi di darat sehingga iktiosaurus mempertahankan telur di dalam tubuh induk dan tidak bertelur di darat. Anak yang dilahirkan hidup dan aktif, seperti halnya ikan hiu berenang.
Diapsida, merupakan garis keturunan kelima dari iktiosaurus. Disebut diapsida karena mempunyai struktur tulang lengkung ganda yang khas di daerah temporal tengkorak. Diapsida mempunyai adaptasi fisiologis yang penting untuk hidup di darat yang tidak terdapat pada kelompok lain, yaitu kemampuan untuk mengubah limbah nitrogen menjadi asam urat yang hampir tidak dapat larut. Asam urat keluar sebagai pasta putih bersama feses. Kemampuan kelompok ini dan keturunannya mengekresikan limbah nitrogen sehingga membebaskan mereka hampir seluruhnya dari ketergantungan pada air minum.
Evolusi kelompok reptilia ini diikuti beberapa cabang yang menghasilkan kadal dan ular (Ordo Squamata) dan sekelompok reptilia mirip kadal yang keturunannya masih ada (tetapi langkah) yaitu di Selandia Baru.
Kadal masa kini pertama kali timbul di periode Jura, merupakan penghuni penting gurun pasir dan hutan daerah panas. Satu kelompok kadal periode Kreta menjadi hewan meliang. Kaki-kaki hewan ini akhirnya lenyap dan dengan demikian terjadilah ular (sisa kaki belakang masih dapat ditemukan pada Boa dan Piton. Meskipun ular dapat bertahan hidup di daerah iklim sedang (temperate) dengan cara hibernasi selama musim dingin, tetapi mereka juga berhasil di daerah tropis dan subtropis.
Tekodon merupakan cabang kedua dari reptilia darat yang mengeksresikan asam urat. Hewan ini dapat berlari cepat di daratan dan menggunakan ekor yang panjang untuk keseimbangan. Fosil dari tekodon tingkat tinggi menunjukkan adanya penutup insulasi tubuh dan suatu histologi tulang yang menandakan bahwa hewan-hewan ini dapat mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi dan teratur baik. Hal ini digabung dengan kecepatan dan toleransi terhadap keadaan gersang.
Lima ordo reptilia telah berevolusi dari tekodon. Anggota dari radiasi adaptif yang luar biasa ini sering disebut reptilia yang berkuasa karena mereka mendominasi seluruh tanah dan udara selama sisa era Mesozoikum.
Buaya dan aligator (ordo Crocodilia) meninggalkan lokomosi dengan dua kaki dari moyang tekodonnya tetapi mempertahankan kaki belakang yang besar. Hewan ini dapat bergerak cepat dengan mengangkat seluruh badannya di atas tanah. Hewan ini merupakan satu-satunya keturunan reptilia tekodon yang tidak pernah punah.
Pada akhir periode Trias, muncul 2 ordo dari dinosaurus yang masing-masing mengalami radiasi adaptif yang luar biasa. Selama sisa era Mesozoikum bumi dihuni oleh dinosaurus dar berbagai gambaran, ukuran dan bentuk. Penemuan dan pemasangan fosil dinosaurus merupakan cabang paleontologi yang palin aktif selama bertahun-tahun. Bila kita melihat kerangka yang elah direkontruksi dari hewan seperti Tyrannosaurus (panjang 14,5 m dan tinggi 5,8 m) dan Brachiosaurus (bobot mendekati 90 ton). Meskipun yang mewakili hanya 2 dari 15 ordo reptilia yang ada pada waktu itu, dinosaurus saja sudah membuktikan bahwa era Mesozoikum sebagai "Zaman Reptilia".
Dua kelompok Mesozoikum tersebut menjadi reptilia terbang. Cara berjalan dengan dua kaki dari tekodon telah membebaskan kaki depan untuk digunakan sebagai sayap. Mulanya sayap ini digunakan untuk meluncur tetapi kemudian digunakan untuk terbang lama. Salah satu dari kelompok ini yaitu Pterosaurus, yang menguasai selama sebagian besar era Mesozoikum. Pteranodon dengan rentangan sayap 8,2 m diduga merupakan anggota terbesar dari ordo tersebut. Kemudian pada awal tahun 1970, fosil dari seekor pterosaurus dengan rentangan sayap 15,5 m ditemukan di Big Bend National Park di Texas. Kelompok kedua reptilia terbang merupakan moyang burung-burung sekarang.
Karakteristik Reptilia
Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata) memiliki kulit bersisik yang terbuat dari zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki oleh sebagian besar reptil adalah anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-paru, jantung beruang tiga atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan eksoterm, fertilisasi secara internal, menghasilkan telur sehingga tergolong ovipar dengan telur amniotik bercangkang.
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit. Reptile menempati macam-macam habitat. Phyton misalnya terdapat di daerah-daerah tropis, hanya terdapat di rawa-rawa, sungai atau sepanjang pantai. Penyu terbesar teradapat dilaut dan kura-kura darat raksasa terdapat di kepulauan. Kadal dan ular umumnya terrestrial, tetapii ada yang menempati karang-karang atau pohon.
Secara umum reptilia memiliki karakteristik sebagai berikut :
Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing dengan lima jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari, merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal dan semua jenis ular.
Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi rongga oksipital.
Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah sempurna, dua serambi dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang berkas aorta, sel darah merah oval bikonkaf dengan inti.
Resppirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi kloaka.
Terdapat 12 pasang saraf cranial.
Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan (poikilothermis).
Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi, telurnya besar mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit, biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal embrio berkembang didalam tubuh betina.
Hewan Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di darat.
Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
Skeleton terdiri dari tulang sejati.
Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.
Berikut ini merupakan anatomi organ pada hewan reptilia
Ukuran
Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm.
Struktur Eksternal
Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
Sistem Alat Gerak
Mempunyai dua pasang anggota gerak yang masing-masing dengan 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram, dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung
System Rangka
Skeleton axialis terdiri atas tempurung kepala dan vertebrae. Tempurung kepala ada yang bermoncong panjang yang merupakan tulang yang keras pada hewan yang dewasa. Rahang bawah yang panjang bersendi pada tulang quadrat yang telah bersatu dengan tulang cranium.
Columna vertebralis terdiri atas 5 tipe yaitu cervix, thorax, lumbar, sacrum dan cauda.
Sistem Sirkulasi
Reptilia memiliki jantung dengan 4 ruangan yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel hanya saja sekat diantara ventrikel itu belum jelas. Hewan ini memiliki system peredaran darah ganda.
Dari seluruh tubuh yang kaya CO2 akan masuk melalui sinus venosus menuju ke atrium kanan lalu masuk ke ventrikel kanan lalu darah akan masuk ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru darah yang kaya CO2 akan dilepas sedang darah yang kaya O2 akan diikat kemudian darah mengalir menuju atrium kiri kemudian ke ventrikel kiri kemudian akan diedarkan keseluruh tubuh, kemudian kembali diikat darah yang kaya CO2 dan melalui pembuluh vena akan masuk kembali ke sinus venosus.
Sistem skeleton
Tengkorak dengan moncong kuat, rahang bawah bersendi pada tulang kudrat dengan tulang kepala. Kranium dengan tulang langit-langit yang keras, dan di atas langit-langitnya itu terapat saluran udara. Kolumna vertebralis dengan 5 tipe vertebrae : servikal, toraks, lumbar, sacral, dan kaudal. Vertebrae torakal dan sternum dihubungkan oleh rusuk dada. Antar sternum dan tulang pubik terdapat tulang rusuk abdominal berbentuk huruf v.
Sistem Pernapasan
Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka. Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi.
Paru-paru Reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru paru Reptil hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru paru kadal, kura-kura, dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal, misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara cadangan sehingga memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui lubang hidung => rongga mulut => anak tekak => trakea yang panjang => bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus => trakea yang panjang => anak tekak => rongga mulut => lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air, lubang hidung dapat ditutup ketika menyelam.
Sistem Pencernaan
System pencernaan pada reptile terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptile pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelnejar pencernaan. Pada umumnya reptile adalah karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pancreas dan hati.
Rongga Mulut. Disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada masing-masing rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung kea rah rongga mulut. Dan khusus pada ular berbisa akan tumbuh gigi yang dapat menghasilkan racun yang terdapat pada rongga mulut. Pada buaya giginya bisa mnegalami 50 kali pergantian. Pada umumnya retil tidak mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa.
Pada rongga mulut terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Pada reptilian pemakan insekta memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya relative kecil dan tidak dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh selaput dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan mangsanya.Pada ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi tersebut.
Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
Lambung (ventrikulus) merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakang esophagus. Disini makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia.
Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam usus halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan ke kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.
Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan oleh hati ditampung di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua lobus yaitu sinister dan dexter yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pancreas pada reptile terletak diantara lambung dan duodenum. Pancreas berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
Sistem Peredaran Darah
Sistem sirkulasi reptil lebih maju dibandingkan dengan katak. Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu ventrikel kanan, ventrikel kiri, atrium kanan, dan atrium kiri serta sebuah sinus venosus. Antara ventrikel kanan dan kiri terdapat sekat yang belum sempurna sehingga terjadi percampuran darah yang kaya O2 dalam ventrikel kiri dengan darah yang kaya CO2 dalam ventrikel kanan.
Khusus pada jantung buaya, pada sekat antar ventrikel terdapat lubang kecil yang disebut foramen panizzae yang berfungsi sebagai berikut.
Memungkinkan distribusi oksigen yang cukup ke alat pencernaan.
Memelihara keseimbangan tekanan cairan di dalam jantung pada waktu menyelam.
Sistem sirkulasi darah pada reptil termasuk sistem sirkulasi darah ganda. Darah dari vena yang kaya CO2 masuk ke jantung melalui sinus venosus ke bagian atrium kanan lalu ke ventrikel kanan. Kemudian, darah dipompa menuju paru-paru. Darah dari paru-paru yang kaya O2 masuk ke atrium kiri, dilanjutkan ke ventrikel kiri. Darah dari ventrikel kiri dipompa keluar melalui aorta menuju ke seluruh tubuh.
Sistem Reproduksi
Jantan
Memiliki alat kelamin khusus : hemipenis
Sepasang testis
Memiliki epididimis
Memiliki vas deferens
Betina
Memiliki sepasang ovarium
Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
Sistem Indera
Reptil memiliki alat indera dengan kepekaan yang berbeda- beda, bergantung pada spesiesnya. Beberapa reptil juga memiliki indera khas yang tidak dimiliki oleh reptil lainnya. Namun, secara umum indera yang dimiliki oleh reptil adalah indera penglihatan, pendengaran dan kemoreseptor khusus.
Indera penglihatan
secara umum, reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata lainnya. Ada yang memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi pada semua reptil kecuali ular diatur oleh lensa yang dikelilingi dengan cincin otot sehingga lensa dapat memipih dan membesar. Sementara pada ular, untuk akomodasi lensa mata dapat diarahkan maju- mundur.
Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya dan panas.
Sebagian besar ular juga memiliki mata median yang berada di atas kepalanya. Mata median merupakan hasil envaginasi dari dienchephalon. Mata median ini tidak membentuk gambaran retina. Fungsinya adalah untuk mengamati durasi dari fotoperiodisme lingkungan dan memasukkan pengaruhnya terhadap ritme biologis. Mata median ini diduga juga berguna untuk menakar kadar radiasi sinar matahari yang memapar tubuh ular.
Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar 360o. Selain itu, kedua mata lateralnya dapat bergerak ke arah yang berbeda. Sehingga, hewan ini dapat melihat ke dua arah sekaligus.
Indera Pendengaran
Reptil tidak memiliki daun telinga. Pada kadal, gendang telinganya nampak jelas terlihat dari luar, berada tepat di belakang rahang. Buaya memiliki gendang telinga yang berada di dalam lubang telinga, tepatnya berada di ujung saluran telinga. Gendang telinga ini berfungsi untuk menggetarkan tulang- tulang pendengaran. Akan tetapi, hampir semua jenis ular tidak memiliki gendang telinga. Sehingga, sinyal- sinyal getaran diterima dari lingkungan melalui rahang bawah.
Kemoreseptor khusus
Organ Vomeronasal
Organ ini fungsinya ekuiivalen dengan indera pembau pada manusia. Karena hidung ular hanya memiliki epitel respirasi, maka fungsi penciumannya digantikan oleh organ ini. Organ vomeronasal atau organ Jacobson berhubungan dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai pendeteksi kimia adanya mangsa maupun pemangsa. Lidah berfungsi sebagai pembawa sinyal kimia berupa gas dari lingkungan ke dalam organ ini.
Organ perasa
Lidah pada reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa merasakan mangsanya.
Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. pit organ ini berupa lubang- lubang di depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran thermoreseptor. Pada gambar berikut, organ pit ditunjukkan dengan panah warna merah. Sementara, panah berwarna hitam menunjukkan lubang hidungnya.
Habitat Reptil
Sebagai satwa ektotermal, reptil tersebar pada berbagai macam habitat. Jenis-jenis reptil dapat hidup di laut, perairan tawar, gurun, bahkan pegunungan. Penyebaran reptil sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang mencapai daerah tersebut (Halliday dan Adler, 2000). Satwa Testudines dibedakan menurut habitatnya. Penyu hidup di laut dan hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-labi terdiri dari jenis akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan tawar. Baning atau kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat (Halliday dan Adler, 2000).
Kadal hidup pada berbagai habitat. Jenis terestrial hidup di pepohonan maupun di dalam tanah. Jenis-jenis lain merupakan semi-akuatik (Halliday dan Adler, 2000). Dengan kulit mereka yang impermeabel dan kemampuan untuk menyimpan air, kadal juga dapat hidup di daerah gurun (Mattison, 1992). Sebagian besar ular merupakan jenis terestrial, tetapi terdapat beberapa jenis yang hidup di tanah. Jenis ular yang paling berbisa merupakan ular air yang hidup di laut. Selain itu ada juga jenis ular yang hidup di air perairan tawar dan pada pepohonan (Halliday dan Adler, 2000). Hutan tropis memiliki keanekaragaman jenis ular yang lebih banyak dibandingkan dengan hutan temperat karena penetrasi cahaya matahari dan suhu yang lebih rendah pada hutan temperat. Daerah pegunungan dengan temperatur yang ekstrim bukan merupakan habitat yang ideal untuk ular, tetapi seekor ular jenis Agkistrodon himalayanus pernah ditemukan pada ketinggian 4.900 m dpl (Mattison, 1992).
Penyebaran
Penyebaran reptil di dunia dipengaruhi jumlah cahaya matahari pada daerah tersebut. Jenis reptil yang terdapat di Indonesia berasal dari Ordo Testudinata, Squamata (kadal dan ular), dan Crocodylia (Halliday dan Adler, 2000). Testudinata tersebar di seluruh dunia di daerah tropis dan sub tropis. Kurakura terdapat di semua wilayah perairan laut (Halliday dan Adler, 2000). Di Indonesia terdapat sekitar 39 jenis kura-kura, yang terdiri dari enam jenis penyu, enam jenis labi-labi, dua jenis baning atau kura-kura darat, dan 25 jenis kura-kura air tawar (Iskandar, 2000).
Ordo Sauria tersebar di Kanada Selatan sampai Tierra del Fuego, dari Norwegia Utara sampai Selandia Baru, dan juga kepulauan di Laut Atlantik, Pasifik dan Indian (Halliday dan Adler, 2000).
Ular tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub, Islandia, Irlandia, dan Selandia Baru. Ular tersebar di seluruh Indonesia, termasuk daerah lautan (Halliday dan Adler, 2000). Ular laut tersebar pada bagian tropis Laut Pasific, laut India, Indonesia sampai Australia Utara, dan Amerika Selatan (Mattison, 1992). Buaya tersebar di benua Asia, Australia, Amerika dan Afrika. Penyebarannya di Asia mencakup Indonesia sampai Cina dan India. Buaya juga terdapat di bagian Utara Australia. Di Afrika buaya terdapat di bagian Tengah dan Selatan, dan juga Amerika Selatan, Tengah, dan bagian Tenggara Amerika Serikat (Halliday danAdler, 2000). Di Indonesia terdapat 6 jenis buaya yang terdiri dari 2 genus yaitu Crocodylus dan Tomistoma.
Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperti penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, beberapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit. Reptile menempati macam-macam habitat. Phyton misalnya terdapat di daerah-daerah tropis, hanya terdapat di rawa-rawa, sungai atau sepanjang pantai. Penyu terbesar teradapat dilaut dan kura-kura darat raksasa terdapat di kepulauan. Kadal dan ular umumnya terrestrial, tetapi ada yang menempati karang-karang atau pohon.
Kelas Reptilia
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Sauropsida (reptil)
Subkelas : Anapsida
Ordo : Testudinata (penyu dan kura-kura)
Subkelas : Diapsida
Ordo : Rhynchocephalia (tuatara)
Ordo : Squamata (kadal, tokek, biawak, ular)
Ordo : Crocodilia (buaya dan aligator)
Subkelas Anapsida
Ordo Testudinata (Chelonia)
Species pada ordo ini memiliki tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar, terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut carapace, dan perisai sebelah ventral datar yang disebut plastron. Kedua bagian perisai itu digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk tebal. Tidak mempunyai gigi, tetapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya. Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah, sehingga rahang bawah mudah digerakkan. Tulang belakng toraks dan tulang costae (rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Termasuk hewan ovipar. Telurnya diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Ekstremitas sebagai alat gerak baik di darat maupun di air.
Ordo Testudinata terbagi atas dua family yaitu:
Familia : Chelonidae
Species : penyu hijau (Chelonia mydas) tubuhnya besar bahkan ada yang berdiameter 1 meter.
Gambar Penyu Hijau
Gambar Penyu Hijau
Familia : Tryonychidae
Species : Geochelone gigantean.
Klasifikasi Kura kura Aldabra (Geochelone gigantea)
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Famili : Testudinidae
Genus : Geochelone
Species : Geochelone gigantean
Gambar Kura-kura Aldabra
Gambar Kura-kura Aldabra
Ciri Morfologi Geochelone gigantea :
Memiliki cangkang cembung, pada tulang belakang tergabung ke sebuah piring kurus yang etrdapat di bawah kulit yang terpaut sehingga terbentuklah cangkang yang keras.
Hidung yang menyerupai hidung babi. Memiliki selaput yang berfungsi melindungi hidung dari benda asing.
Aktif pada pagi hari, dan menghabiskan waktunya tetap tenang. Menghabiskan waktu untuk tidur dan makan.
Perkembangbiakannya mulai pada bulan Februari sampai Mei.
Perkembangbiakannya ovovivipar.
Memiliki leher yang panjang untuk menggapai daun yang terdapat di ranting pohon dengan ketinggian 1 meter, sebagi makanan utamanya.
Habitat di tempat yang berumput, semak belukar, dan di rawa-rawa di pinggiran pantai Aldabran, Zanzidar di Samudra Hindia.
Subkelas Diapsida
Ordo Rhynchocepholia (tuatara)
Yang masih hidup sampai sekarang mempunyai bentuk serupa kadal, berkulit tanduk dan bersisik, bergranula, punggungnya berduri pendek. Tulang rahang mudah digerakkan. Contoh yang masih hidup di Australia : Sphenodon punctatum (Tuatara)
Klasifikasi Sphenodon punctatum :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Rhynchocepholia
Famili : Rhynchocepholidae
Genus : Sphenodon
Species : Sphenodon punctatus (Tuatara)
Gambar Tuatara
Gambar Tuatara
Ordo Squamata (kadal, tokek, biawak, ular)
Ordo ini memiliki tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang secara periodic mengelupas sebagiansebagian atau keseluruhan. Osteoderm biasanya tidak ada tapi pada beberapa jenis Squamata terdapat pada kepala dan tempat lain. Kepala pada dasarnya tipe diapsid, arcade bawah tidak sempurna atau tidak ada dan arkade atas juga sering demikian. Tidak memiliki tulang kuadratojugal (penghubung tulang kuadrat dan jugal) sehingga memungkinkan terjadinya gerakan kinesis (pergerakkan tengkorak akibat posisi tulang kuadrat). Lubang hidung berpasangan. Sering memiliki mata pineal pada kelompok kadal tapi pada kelompok ular tidak ditemukan. Memiliki lubang kloaka transversal dan pada yang jantan terdapat dua hemipenis. Organ Jacobson berkembang baik dan terpisah sempurna dari rongga hidung. Ordo ini terbagi atas dua sub ordo yaitu Sauri/Lacertalia dan Serpentes/Ophidia.
Sub Ordo Sauria/Lacertalia
Sub ordo ini memiliki tubuh berbentuk silindris, mempunyai dua pasang extremitas. Cingulum anterior (pectoral girdle) dan cingulum posterior (pelvic girdle) tumbuh baik. Chameleo chameleon Makanannya berupa insecta atau Invertebrata lainnya, ada yang herbivore. Terdapat di daerah tropis.
Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur sehingga menetas.
Sub ordo ini terbagi atas 4 familia, yaitu:
Familia : Lacertidae Species : cicak (Hemidacty frenatus)
Familia : Geckonocidae Species : tokek (Gecko monarchis)
Familia : Henoermatidae
Species : kadal (Mouboya multifasciata)
Familia : Varanidae
Species : komodo (Varanus komodoensis)
Biawak (Varanus salvator).
Gambar Komodo
Gambar Komodo
Gambar Biawak
Gambar Biawak
Klasifikasi Varanus komodoensis
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Lacertalia
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis (komodo)
Ciri Morfologi Varanus komodoensis :
Panjang badannya sampai 3 mater dengan berat badannya mencapai 140 kg. Ekornya panjang, gemuk agak pipih, sedangkan kepalanya bermoncong tidak runcing. . Ekor binatang ini merupakan alat yang ampuh untuk meroboh kan mangsanya dalam sekali serangan.
Lidahnya panjang, bercabang dua diujungnya dan berwarna kuning kemerah-merahan. Seluruh tubuhnya kulit kera, berwarna hitam keabu-abuan. Kulit binatang ini bercorak khusus, kecuali pada biawak yang muda, kulitnya berkembang-kembang berwarna hitam kekuning-kuningan
Sub ordo Serpentes/ophidae (ular)
Tubuh tidak memiliki extremitas, walaupun sisanya ditemukan pada spesies tertentu. Mandibula (rahang bawah) terikat seluruhnya dengan ligament;gigi bulat panjang. Diantara spesies yang berbisa memiliki gigi taring, taring atas berfungsi alat penyuntik bisa. Anggota sub ordo kurang lebih 2500 spesies.
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastic.
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa.
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :
Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae
Contoh : Lampropeltis bovlii (ular Beling)
Phyton molurus (ular Sawah)
Gambar Ular Belang
Gambar Ular Belang
Gambar Ular Sawah/Sanca
Gambar Ular Sawah/Sanca
Klasifikasi Phyton molurus
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python molurus
Ciri Morfologi Python molurus:
Warnanya kuning cerah dengan sebagian warna putih di bagian bawah tubuhnya. Phyton Morulus bisa mencapai 17 sampai 18 kaki dan dapat mencapai berat lebih dari 200 pon.
Memiliki mata yang sempurna yang digunakan untuk melihat mangsa. Memiliki sisik disepanjang sisi tubuhnya.
Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil digunakan sebagai indra pembau.Umumnya mencari makan pada malam hari.
Bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.
Ordo Crocodilia/Loricata (buaya dan alligator)
Tubuh panjang, kepala besar dan runcing, rahang kuat dan gigi tumpul. Kaki pendek dengan jari-jari berselaput tebal, ekor panjang, kulit tebal, jantung terbagi atas 4 ruangan terpisah. Ovipar, telinga berlubang kecil.
Contoh : Crocodylus americanus
Alligator
Gambar AlligatorGambar Buaya
Gambar Alligator
Gambar Buaya
Klasifikasi Crocodylus porosus
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocoduylia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Species : Crocodylus porosus
Ciri Morfologi Crocodylus porosus :
Merupakan reptil yang paling besar (Schneider, 1801). Beratnya mencapai 1.000-1.200 kg. Pada buaya jantan dewasa dapat mencapai 6-7 m. Buaya betina lebih kecil dan pada umumnya berkisar 3 m.
Kepalanya cukup besar dan mempunyai sepasang tepi di sepanjang dari mata ke tengah hidung. Sisiknya berbentuk oval dan biasanya lebih kecil daripada spesies lain. Pada Buaya Muara berwarna kuning pucat dengan garis-garis hitam dengan bintik-bintik yang ditemukan di tubuh dan ekor. Pada buaya dewasa berwarna lebih gelap dengan warna abu-abu kehitaman. Pada permukaan bawah (ventral) berwarna kuning atau putih, dan garis-garis dihadirkan pada sisi lebih bawah pada tubuh tetapi tidak memperluas sampai bagian perut. Ekor berwarna abu-abu.
Mempunyai sepasang rahang yang berat dan kuat dengan jumlah gigi antara 64-68. Pada permukaan atas (dorsal) tubuh terdapat seperti duri. Pada setiap sela jari pada kakinya terdapat selaput
Manfaat Bagi Manusia
Beberapa Reptlia bermanfaat dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
Sebagai predator alami, contohnya ular memekan tikus, bengkarung memakan serangga.
Sebagai bahan pangan, contohnya daging ular, daging kura-kura, dan telur penyu.
Minyak ular atau racun ular dimanfaatkan manusia sebagai bahan obat-obatan.
Beberapa reptilia juga merugikan, misalnya ular memangsa hewan ternak dan ular berbisa dapat membunuh manusia.
Banyak jenis kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan serangga dan rodentia. Kulit buaya, ular, dan biawak serta penyu yang diperdagangkan sebagai bahan baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebgian orang daging ular di jadikan makanan karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai penawar gigitan ular.