Psikologi ILusi
Disusun oleh :
Louis Gabriella Oktavia
A14.2015.02040
Kel. A14,7304
Illusi
Pengertian Illusi
Illusi merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Illusi bukanlah merupakan kelainan dalam kehidupan kejiwaan seseorang. Berbeda dengan halusinasi yang merupakan kelainan dalam kejiwaan seseorang. Pada halusinasi individu merasa mengalami suatu persepsi, sekalipun secara objektif individu yang bersangkutan tidak dikenai suatu stimulus.
Menurut buku pengantar Psikologi Umum Sarlito W. Sarwono, gejala illusi adalah gejala normal, setiap orang mengalaminya. Selain illusi visual ada juga illusi dari indra yang lain, misalnya illusi auditif (pendengaran).
Illusi kinestetik (gerak otot) biasa dialami oleh orang yang telah diamputasi salah satu anggota tubuhnya. Orang tersebut masih bisa merasa gatal atau bahkan sakit pada kakinya padahal kakinya sudah tidak ada. Gejala ini dinamakan phantom limb (anggota tubuh fantasi).
Illusi sosial adalah illusi yang terjadi pada persepsi sosial. Yang termasuk illusi sosial diantaranya adalah prasangka, stereotipi, rasialisme, fanatisme, favoritisme dan sebagainya. Dalam praktiknya, illusi sosial bisa menjurus pada masalah sosial, termasuk konflik sosial. Contohnya tawuran antar mahasiswa, kerusuhan politik, kekerasan dalam rumah tangga, korban kerusuhan.
Macam-macam faktor yang menjadi sebab terjadinya illusi :
Faktor kealaman
Illusi terjadi karena faktor alam , misalnya illusi echo (gema), illusi kaca .
Faktor Stimulus
Stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan illusi. Misalnya gambar yang ambiguous, yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan illusi.
Stimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan impresi secara total. Misalnya Miller-Lyer illusi, Poggendorf illusi . Ini yang sering disebut illusi geometrik .
Faktor individu
Faktor ini dapat disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set adalah kesiapan mental seseorang untuk menghadapi sesuatu rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu ) dari individu.Misalnya karena mental set pengharapan : tukang pos membawa pos wesel, orang dapat memberikan interpretasi itu tentu wesel saya.Tetapi ternyata bukan, jadi disini terjadi kesalahan karena pada individu telah adanya suatu pengharapan yang merupakan kesiapan psikologis dari individu tersebut.
Contoh macam-macam illusi
Illusi Poggendorf
Pada illusi Poggendorf ini , garis A terlihat seperti garis bengkok walaupun sebenarnya secara objektif garis tersebut merupakan garis yang lurus . Tetapi karena terpotong oleh garis B dan C, maka garis A terlihat menjadi garis bengkok.
Illusi Zoellner
Dari gambar tersebut terlihat bahwa garis A,B,C dan D merupakan garis yang tidak sejajar , sekalipun sebenarnya dalam keadaan senyatanya garis-garis tersebut merupakan garis yang sejajar . Tetapi karena masing-masing garis tersebut diberikan coretan-coretan , maka garis A,B,C dan D terlihat tidak sejajar.
Illusi Muller-Lyer
Pada gambar illusi di atas garis A terlihat lebih panjang dari garis B , ini disebabkan karena adanya sayap (wing) yang berbeda arah. Pada garis A sayap ke arah luar sedangkan pada garis B sayap ke arah dalam.
Illusi Hering
Dari gambar tersebut terlihat garis A dan B nampak tidak sejajar , walaupun sebenarnya ke dua garis tersebut merupakan garis yang sejajar . Hal ini disebabkan karena adanya garis-garis yang dibuat saling berpotongan.
Dengan demikian akan jelas bahwa mengenai illusi terdapat bermacam-macam sebab. Dengan diketahui sebab-sebab yang menimbulkan illusi , maka dapatlah diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari illusi tersebut.
Eksperimen yang sering diadakan sehubungan dengan illusi atau ketepatan persepsi ialah dengan menggunakan alat illusi Muller-Lyer, yaitu digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana individu dapat mengadakan ketepatan dalam persepsinya, atau dengan kata lain sampai sejauh mana error atau kesalahan yang diperbuat oleh individu dalam persepsi. Metode yang digunakan biasanya dengan method of average error. Dalam eksperimen ini alat dikonstruksi sedemikian rupa hingga yang dijadikan variabel stimulus dapat diubah-ubah panjangnya baik dengan gerak ke luar maupun dengan gerak ke dalam.
Dalam eksperimen digunakan dua macam stimulus, yang satu berkedudukan sebagai standart stimulus, dan yang lainnya berkedudukan sebagai variable stimulus.Pada contoh gambar (dapat dilihat di Buku Pengantar Psikologi Umum Prof. Dr.Bimo Walgito pada halaman 152), garis A menjadi stimulus standar dan B sebagai stimulus variabel.
B berkedudukan sebagai stimulus variabel dapat digerakkan ke dalam (inward) maupun ke luar (outward).Dalam pelaksanaan eksperimen, ke dua gerak ini digunakan secara berselang-seling untuk menghindari kesalahan yang mungkin timbul karena kebiasaan gerak. Apabila dengan gerak ke luar titik tolak stimulus variabel lebih pendek dari standar, dan stimulus variabel digerakkan ke luar hingga pada saat orang mencoba memberikan penilaiannya stimulus variabel sama dengan standar. Apabila subjek telah menilai stimulus variabel sama dengan standar seri itu berhenti, demikian sebaliknya.Apabila eksperimen telah dijalankan berulang-ulang dan telah dianggap cukup, maka akan didapatkan hasil keseluruhannya. Dari hasil keseluruhan tersebut dapat dilihat berapa kesalahan yang dibuatnya, apa kesalahan itu menunjukkan overestimation (lebih) atau underestimation (kurang) daripada standar.
Beda antara panjang standar dengan rata-rata (mean) panjang atas perkiraan subjek (subjective equality) menunjukkan besar kecilnya kesalahan yang dibuat oleh individu yang bersangkutan. Makin besar kesalahannya, maka kurang baik dalam persepsinya atau dalam mengira-ngirakan. Sebaliknya makin baik dalam persepsinya akan makin kecil kesalahan yang dibuatnya .
Eksperimen lain yang sering digunakan untuk mengadakan penelitian tepat tidaknya di dalam mengadakan pengamatan yaitu dengan mengadakan line drawing experiment. Dalam eksperimen ini subjek (S) atau orang coba dihadapkan kepada bermacam-macam stimulus, yang berujud garis-garis yang tertentu panjangnya, dan S disuruh menggambar kembali panjang garis sesuai dengan tafsiran S pada waktu mengadakan persepsi. Eksperimen dilakukan berulang-ulang dan akhirnya didapatkan hasil dari individu itu dalam mengamati dan membuat garis tersebut. Sebagai suatu contoh dikemukakan hasil eksperimen sebagai berikut (dapat dilihat di Buku Pengantar Psikologi Umum Prof. Dr.Bimo Walgito pada halaman 154).
Eksperimen ini menggunakan 3 macam stimulus garis yang masing-masing panjangnya 1, 2, dan 3 inch. Dari masing-masing stimulus frekuensinya sebanyak 440 kali dan diadakan dalam12 kali eksperimen. Dari hasil distribusi frekuensi itu dapat dicari mean atau rata-ratanya untuk masing-masing stimulus dengan cara melihat bagaimana individu menggambarkan kembali garis yang dilihatnya. Selisih dari mean yang merupakan subjective equality dan standar merupakan besarnya kesalahan yang dibuat individu itu. Kesalahan dalam contoh ini menunjukkan kesalahan yang positif, adanya overestimation dari individu, yang berarti subjective equality lebih panjang dari standar atau objective equality.
Di samping itu dalam contoh ini juga menunjukkan bahwa makin panjang stimulusnya, makin besar kesalahan yang terjadi. Apabila kesalahannya makin besar ini berarti makin kurang tepat individu dalam mengadakan persepsi.
Bayangan
Bayangan sering disebut dengan istilah tanggapan. Manusia mempunyai kemampuan-kemampuan lain disamping kemampuan membayangkan atau menganggap kembali hal-hal yang telah diamati. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam proses menanggap atau membayangkan kembali merupakan representasi,yaitu membayangkan kembali atau menimbulkan kembali gambaran-gambaran yang terjadi pada waktu persepsi. Pada umumnya gambaran yang terjadi pada persepsi lebih jelas dan lebih lengkap apabila dibandingkan dengan gambaran pada tanggapan.
Perbedaan persepsi dan tanggapan :
Pada persepsi dibutuhkan adanya obyek yang di persepsi dan ini akan menimbukan gambaran persepsi. Gambaran terjadi pada persepsi akan lebih jelas ,lebih terang daripada gambaran tanggapan. Ini disebabkan karena dalam tanggapan tidak dibutuhkan adanya objek lagi sehingga pada umumnya gambaran kurang jelas.
Persepsi terikat akan adanya objek, maka persepsi akan terikat pada waktu dan tempat. Orang tidak dapat mempersepsi terlepas dari tempat dan waktu. Sebab waktu dan tempat mengikat objek yang dipersepsi.
Persepsi berlangsung selama stimulus itu bekerja dan selama perhatian tertuju kepadanya, sedangkan tanggapan berlangsung selama perhatian tertuju kepada membayangkan itu.
Bayangan Eidetik
Bayangan yang terang atau jelas seperti pada persepsi disebut bayangan eidetik. Bayangan eidetic dikemukakan oleh Urbantschnitsh yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh Erich dan Walter Jaensch yang kemudian oleh Erich dan Walter Jaensch digunakan dalam ajaran karakterologi. Bayangan eidetik merupakan bayangan yang sangat terang, sangat jelas seperti menghadapi obyeknya sendiri. Apabila seseorang tidak dapat membedakan persepsi dengan bayangan, maka orang akan mengalami halusinasi. Bayangan eidetic banyak terdapat pada kalangan anak-anak. Pada kalangan dewasa kadang dijumpai juga bayangan eidetik ini . (Bigot,dkk.,1950).
Sehubungan dengan bayangan eidetic dibedakan antara bayangan eidetic dengan bayangan pengiring (afterimage). Berdasarkan atas penelitian-penelitian menunjukkan bahwa kedua bayangan itu memang berbeda,sekalipun keduanya merupakan bayangan yang sama-sama jelas.
Menurut Erich dan Walter Jaensch bayangan eidetic ini dapat dibedakan menjadi dua macam :
Tipe T (tetanoide) . Pada tipe ini bayangan lebih menyerupai bayangan pengiring ,sesudah melihat sesuatu benda seakan-akan benda itu masih terlihat di hadapannya. Biasanya gambaran ini menampak dengan warna yang komlementer.
Tipe B (basedoide). Bayangan pada tipe ini dapat timbul dengan sendirinya, dan dapat pula timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifatnya bergerak,dan dengan warna yang asli (Bigot,dkk.,1950).
Halusinasi dan Bayangan Eidetik
Pada halusinasi orang merasa bahwa ia seakan-akan menerima sesuatu stimulus yang sebenarnya secara objektif stimulus tersebut tidak ada. Pada halusinasi terjadi bayangan yang jelas seperti pada persepsi .
Asosiasi dan Reproduksi
Individu dapat mempersepsi sesuatu yang ada disekitarnya dan hasil dari persepsi tersimpan dalam jiwanya, apabila diperlukan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Bagaimana cara menimbulkan kembali dapat terjadi :
Menurut kemauan individu, yaitu jika tanggapan atau bayangan itu sengaja ditumbulkan.
Tidak menutut kemauan individu, yaitu apabila bayangan itu dengan sendirinya mendesak dan muncul dalam alam kesadaran.
Pada umumnya bayangan satu berhubungan dengan bayangan yang lain. Pada umumnya bayangan yang saling berhubungan satu dengan yang lain saling menimbulkan kembali atau saling mereproduksi.
Dalam hal asosiasi adanya beberapa hukum yang berlaku pula bagi reproduksi, sehingga hukum itu sering dikenal sebagai hukum asosiasi-reproduksi. Ada 4 macam hukum asosiasi-reproduksi, yaitu :
Hukum sama waktu. Menurut hukum ini persepsi yang sama waktu atau serempak, menimbulkan bayangan yang sama waktu pula, sehingga apabila salah satu bayangan timbul,maka yang lain akan timbul dalam alam kesadaran.
Hukum berturut-turut. Jika dua bayangan atau lebih berturut-turut masuk dalam alam kesadaran,maka terjadilah asosiasi hingga apabila salah satu timbul dalam kesadaran, maka yang lain juga akan ikut timbul.
Hukum persamaan. Bayangan yang mempunyai persamaan tertentu, akan berasosiasi dan saling mereproduksi.
Hukum berlawanan. Bayangan yang berlawanan akan berasosiasi dan saling mereproduksi satu dengan yang lain.
Aliran psikologi modern mengemukakan satu hukum yaitu hukum kontiguitas. Ini berarti bahwa apabila bayangan-bayangan itu telah berhubungan atau bersentuhan maka terjadilah asosiasi diantara bayangan-bayangan itu.
Fantasi
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang akan mendatang.
Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
Secara tidak sadari, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong.Dalam hal semacam ini anak dengan tidak disadari dituntun oleh fantasinya.
Macam-Macam Fantasi
Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin .
Fantasi yang menciptakan, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu. Misal seorang pelukis menciptakan suatu lukisan atas daya fantasinya.
Fantasi yang dituntun atau yang dipimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misal orang yang sedang melihat film maka akan menggambarkan keadaan setelahnya, membaca ceritera, mendengarkan.
Fantasi yang mengabstraksi, yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksi-kan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misal untuk menggambarkan gurun terhadap anak maka dilihatkan tanah lapang yang luas. Tanah lapang sebagai bahan loncatan untuk membentuk daya abstraksi terhadap gurun.
Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya untuk menjelaskan anak tentang harimau dengan melihat kucing.
Fantasi yang mengombinasi yaitu orang berfantasi dengan cara mengombinasi pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangkutan.
Fantasi memiliki subyektifitas, sehingga dalam keadaan tertentu memiliki nilai positif namun disisi lain ada subyektifnya. Positifnya orang dapat membayangkan ke depan sehingga dapat menambah bayangan atau tanggapan. Akibat negatif kalau fantasi meninggalkan alam kenyataan tidak disertai dengan tindakan maka akan menimbulkan penyimpangan.(Modul Dasar Psikologi oleh Dra. Alif Mu'arifah, S.Psi, M.Si FKIP UAD)
Tes Fantasi
Tes fantasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan individu untuk berfantasi.Tes yang sering digunakan untuk mengetes fantasi ialah :
Tes TAT, yaitu tes yang berujud gambar-gambar dan testee disuru bercerita tentang gambar itu.
Tes Kemustahilan, yaitu tes yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang mustahil terjadi. Testee disuruh mencari kemustahilan itu.
Heilbronner wirsma Test, yaitu tes yang berujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna .
Tes Rorschach, yaitu tes yang berujud gambar-gambar dan testee disuruh menginterpretasikan gambar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.