BAB IV SISTEM KERJA DAN CARA PENGOPRASIAN PANEL AUTOMATIC MAINS FAILURE 4.1 Proses Sinkronisasi Genset
Pada proses sinkronisasi manual, deteksi awal sinkronisasi dilakukan dengan mengmati dan mengatur tegangan maupun frequensi dari kedua sumber pembangkit listrik generator yang akan disinkron melalui Double Volt maupun Double Frequensi meter, untuk mengatur kedua parameter agar bisa mendekati sama dilakukan dengan mengatur potensiometer atau speed dan voltage switch adjuster, bilamana kedua parameter ini sudah mendekati sama selanjutnya pengamatan sudut fasa dapat dilihat melalui synchronoscope dengan tetap melakukan setting pada kedua parameter volt dan frekuensi secara lebih halus sampai arah putaran synchronoscope melambat dan berhenti di jarum jam 12 maka circuit breaker untuk menyingkronk men yingkronkan an genset tersebut ters ebut sudah boleh di closing/on. Pada proses sinkronisasi otomatis melalui modul, semua proses pada sinkronisasi manual dilakukan oleh modul ( termasuk closing circuit breaker )
4.2 Syarat Syarat Sinkronisasi Genset
Syarat syarat dasar dari parallel generator adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai Tegangan Antar GensetYang Sama 2. Mempunyai Urutan Phase Yang Sama 3. Mempunyai Frekuensi Antar GensetYang Sama 4. Mempunyai Sudut Phase Yang Sama
Dalam kerja parallel generator tidak cukup hanya berdasar pada syarat syarat diatas ada hal lain yang perlu diketahui sebagai penjabaran syarat syarat diatas . Adapun penjabarannya sebagai berikut:
22
1. Mempunyai tegangan antar Genset yang sama Apa yang diharapkan dengan adanya tegangan kerja yang sama ? dengan adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada saat diparalel dengan beban kosong power faktornya 1. Dengan power factor 1 berarti tegangan antara 2 generator persisi sama .jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua sumber yang sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak akan ada arus antara kedunya. Namun karena dua sumber merupakan sumber tegangan yang dinamis (diesel generator) Maka power factornya akan terjadi deviasi naik dan turun secara periodic bergantian dan berlawanan. Mengapa bisa terjadi demikian ? Hal ini terjadi karena adanya sedikit perbedaan sudut phase yang sesekali bergeser karena factor gerak dinamis dari diesel penggerak.Itu bisa dibuktikan dengan membaca secara bersamaan Rpm dari kedua genset dalam keadaan sinkron misalnya Generator 1 mempunyai kecepatan putar 1500 dan generator 2 mempunyai kecepatan putar 1501 maka terdapat selisih 1 putaran / menit Dengan perhitungan 1/1500 x 360 derajat maka terdapat beda fase 0,24 derajat dan jika dihitung selisih teganan sebesar cosφ 0,24 derajat x tegangan nominal (400 V )- tegangan nominal (400 V ) dan selisihnya
sekitar
V
dan
selisih
tegangan
yang
kecil
cukup
mengakibatkantimbulnya arus sirkulasi antara 2 buah genset tersebut dan sifatnya tarik menarik . dan itu tidak membahayakan. Dan pada saat dibebani bersama sama maka power faktornya akan relative sama sesuai dengan power factor beban. Memang sebaiknya dan idealnya masing masing generator menunjukkan power factor yang sama. Namun jika terjadi power factor yang berbeda dengan selisih tidak terlalu banyak tidak terjadi akibat apa apa. Akibatnya salah satu genset yang mempunyai nilai power factor rendah akan mempunyai nilai arus yang sedikit lebih tinggi. Yang penting diperhatikan adalah tidak melebihi arus nominal dan daya nominal dari genset. Sebagai contoh : Jika masing masing generator memikul beban 100 kw , dimana generator 1 dengan power factor 0,85 dan yang satu mempunyai power factor 0,75. Maka dengan menggunakan rumus daya
23
aktif didapat selisih arus dan itu tidak ada masalah, dan bisa saja dianggap bahwa generator bekerja independent dengan arus tersebut. Pada saat generator bekerja parallel perubahan arus excitasi akan merubah power factor , jika arus excitasi diperkuat maka nilai power factor mengecil menjauhi satu, sebaliknya jika excitasi dikurangi maka nilai power factor akan membesar mendekati 1. Pada generator yang akan diparalel biasanya didalam alternatornya ditambahkan peralatan yang dinamakan Droop kit . Droop kit ini berupa current transformer yang dipasang. disebagian lilitan dan outputnya disambungkan ke AVR. Droop kit ini berfungsi untuk mengatur power factor berdasarkan besarnya arus beban.. Sehingga pembagian beban kvar diharapkan sama pada kw yang sama. Pada panel panel kontrol modern sudah diperlengkapi dengan modul yang mana sudah terdapat pengaturan Var generator dengan output yang disambungkan ke AVR generator . sehingga secara otomatis masing masing genset berapapun beban kw power factor akan menjadi sama dan seimbang. Hal ini diperuntukkan pada system yang mana system tersebut parallel sesaat atau transfer beban baik antara genset maupun dengan PLN. Pada saat transfer beban secara soft transfer terjadi pemindahan beban, perubahan power factor yang kecenderungan terjadi diatur secara otomatic oleh modul tersebut, sehingga pada saat transfer beban tidak terjadi perubahan power factor yang berarti. Pada saat ini banyak pembangkit listrik rental yang terdapat pada PLTD PLTD seluruh Indonesia, dimana pihak swasta menyewakan Gensetnya untuk menambah kapasitas daya terpasang PLN. Pada kondisi ini sedikit berbeda dengan yang diuraikan diatas yaitu masalah pembagian dan pengaturan power factor. Pada genset rental sudah ditentukan berapa kw beban yang akan disupply dan berapa kwh energi yang akan dikirim.Pada saat mulai memparalelkan tegangan tidak harus sama, karena pengaturan kenaikan beban secara bertahap maka pengaturan penambaha excitasi juga bertahap sampai didapatkan power factor yang dikehendaki. Kita bisa mengatur sendiri power factor yang akan dioperasikan. Bisa 0,8 0,85 0,9 atau 0,95
24
namun pada umumnya yang lebih disukai pada power factor 0,9 . Mengapa kita bisa mengatur power factor sekehendak kita ? hal ini dikarenakan kapasitas generator PLN jauh lebih besar dibandingkan generator rental, sehingga perubahan power factor di generator rental tidak begitu mempengaruhi banyak meskipun ada. Sebagai contoh : Beban system suatu kota atau pulau sebesar 55 mega watt dimana PLN menyediakan 50 mega dan genset rental dapat beban 5 mega , Jika power factor beban yang ada 0,9 . dimana Pada saat itu Power factor genset PLN 0,9 sedangkan rental juga diset 0,9. Jika suatu saat Power factor genset rental diturunkan menjadi 0,8 dengan mengurangi arus excitasi. Maka perubahan power factor di pembangkit PLN menjadi 0,91 . sebaliknya jika power factor genset rental diatur menjadi 1 dengan menaikkan arus excitasi, power factor pembangkit PLN menjadi 0,89 sehingga perubahan sebesar 0,01 diabaikan. Pada saat hendak memparalelkan secara manual generator dengan Catu daya PLN yang sudah berbeban atau generator lain yang sudah berbeban, apa yang mesti dilakukan ? Jika kita menyamakan persis dengan tegangan line / jala jala,maka pada saat breaker close power factor genset akan menunjuk 1 dan beban kw akan menunjuk pada posisi 0, jika kita menambah daya output mesin perlahan lahan , maka power factor akan cenderung menuju ke kapasitif (leading) dan memungkinkan terjadinya reverse power. Untuk menghindari tersebut maka setelah sinkron penguatan excitasi dulu yang dinaikkan sampai cosphi menunjuk 0,7. seiring dengan itu naikkan daya mesin dengan menaikkan speed adjuster. Pada saat beban naik , cosphi akan naik membesar mendekati satu. Pada saat bersamaan excitasi diatur mencapai nilai 0,7 demikian seterusnya sampai mencapai nilai yang diinginkan misalnya 1000 kw pada cos φ 0,85.
2. Mempunyai Urutan Phase Yang Sama Yang dimaksud urutan phase adalah arah putaran dari ketiga phase. Arah urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW ( clock wise) yang artinya searah jarum jam dan CCW (counter clock wise ) yang
25
artinya berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur dengan alat phase sequence type jarum. Dimana jika pada saat mengukur jarum bergerak berputar kekanan dinamakan CW dan jika berputar kekiri dinamakan CCW. Disamping itu dikenal juga urutan phase ABC dan CBA. ABC identik dengan CW sedangkan CBA identik dengan CCW.Perlu diketahui bahwa dalam banyak generator mencantumkan symbol R,S,T,N ataupun L1,L2,L3 ,N namun tidak selalu berarti bahwa urutan CW / ABC itu berarti RST atau L1L2L3 jika diukur urutan STR, TRS ,L2L3L1 itu juga termasuk CW/ABC . Sebagai contoh : jika kabel penghantar yang keluar dari generator diseragamkan semua berwarna hitam dan tidak ada kode sama sekali, apakah kita bisa membedakan secara visual atau parameter listrik bahwa penghantar itu phasenya R , S , atau T tentu tidak. Kita hanya bisa membedakan arah urutannya saja CW atau CCW. Apapun generatornya jika mempunyai arah urutan yang sama maka dapat dikatakan mempunyai salah satu syarat dari parallel generator. Sehingga bisa jadi pada dua generator yang sama urutan RST pada genset 1 dapat dihubungkan dengan phase STR pada Genset 2 dan itu tidak ada masalah asal keduanya mempunyai arah urutan yang sama 3. Mempunyai Frekuensi Antar GensetYang Sama Didalam dunia industri dikenal 2 buah system frekuensi yaitu 50 hz dan 60 Hz . Dalam operasionalnya sebuah genset bisa saja mempunyai frekuensi yang fluktuatif (berubah ubah) karena factor fact or tertentu. Pada jaringan distribusi dipasang alat pembatas frekuensi yang membatasi frekuensi pada minimal 48,5 hz dan maksimal 51,5 Hz. Namun pada genset genset pabrik over frekuensi dibatasi sampai 55 Hz sebagai overspeed. Pada saat hendak parallel, dua buah genset tentu tidak mempunyai frekuensi yang sama persis. Jika mempunyai frekuensi yang sama persis maka genset tidak akan bisa parallel karena sudut phasanya belum match, salah satu harus dikurang sedikit atau dilebihi sedikit untuk mendapatkan
26
sudut phase yang tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil sinkron baru kedua genset mempunyai frekuensi yang sama sama persis.
4. Mempunyai Sudut Phase Yang Sama Mempunyai sudut phase yang sama bisa diartikan , kedua phase dari 2 genset mempunyai sudut phase yang berhimpit sama atau 0 derajat. Dalam kenyataannya tidak memungkinkan mempunyai sudut yang berhimpit karena genset yang berputar meskipun dilihat dari parameternya mempunyai frekuensi yang sama namun jika dilihat menggunakan synchronoscope pasti bergerak labil kekiri dan kekanan, dengan kecepatan sudut radian yang ada sangat sulit untuk mendapatkan sudut berhimpit dalam jangka waktu0,5 detik. Breaker membutuhkan waktu tidak kurang dari 0,3 detik untuk close pada saat ada perintah close. Dalam proses sinkron masih diperkenankan perbedaan sudut maksimal 10 derajat. Dengan perbedaan sudut maksimal 10 derajat selisih tegangan yang terjadi berkisar 49 Volt.
4.3 Pengaruh dan Akibat Yang ditimbulkan Apabila Syarat Syarat Sinkronisasi Genset Tidak Terpenuhi
1. Pada generator yang diparalel dengan PLN , maka apabila generator yang akan diparalel mempunyai tegangan lebih tinggi maka begitu breaker close generator tersebut mempunyai power factor yang rendah, namun tidak membahayakan karena power factor di PLN masih induktif dan berdaya besar.Dan apabila jika generator itu mempunyai tegangan yang lebih rendah maka power factor akan bersifat kapasitif dan mempunyai kecenderungan akan terjadi reverse power. Reverse power dibatasi pada level 5 % dari daya nominal. Pada generator yang diparalel dengan generator pada saat sama sama belum berbeban, maka apabila tegangan lebih tinggi power factor akan rendah ( induktif) namun sebaliknya power factor genset yang lain akan juga rendah namun bersifat kapasitif. Hingga genset yang lain mempunyai kecenderungan reverse power.
27
2. Jika urutan phase tidak sama system ABC di parallel dengan system CBA, maka akan terjadi selisih tegangan sebesar 2 kali tegangan nominal ,hal itu bisa dideteksi dengan diukur secara manual menggunakan voltmeter, pada saat synchronoscope menunjuk 0 derajat, terdapat selisih sebesar 2 x 400 V. 3. Jika frekuensi tidak sama diparalelkan maka akan terjadi beberapa kemungkinan yaitu dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Sebagai contoh generator 1 mempunyai frekuensi 49 Hz sedangkan generator 2 mempunyai frekuensi 50 Hz. Dengan melihat synchronoscope maka jarum akan berputar dengan kecepatan sudut 2 π r/ detik atau 1putaran/ detik. Jika pada saat masuk pas pada sudut nol maka generator yang memiliki frekuensi lebih rendah akan mengalami reverse power dimana pada saat terhubung sinkron fekuensi ada pada 49,5 Hz . Dan proteksi reverse power akan bekerja mengamankan, namun jika pada saat masuk sinkron pas posisi synchronoscope di sudut 180 derajat itu berarti terjadi selisih tegangan yang sangat besar disamping kemungkinan reverse juga terjadi kerusakan yang fatal terhadap generator, di breaker akan muncul arus yang besar dan menimbulkan percikan api yang besar dan diengine akan terjadi hunting sesaat. dan hal itu bisa mengakibatkan kerusakan mekanis sampai patah pada cransaft
karena tekanan beban
besar yang tiba tiba. 4. Jika sudut fase tidak sama namun kecenderungan frekuensi sama hanya akan menyebabkan hunting sesaat tanpa ada kemungkinan reverse power, namun juga sangat berbahaya jika berbeda sudutnya terlalu besar , engine akan mengalami tekanan sesaat hingga hunting.
4.4 Prinsip Kerja Panel Automatic Mains Failure
Panel Automatic Mains Failure adalah memparalelkan kerja dua set generator atau lebih untuk memperoleh sumber daya sebesar jumlah generator tersebut. Panel Automatic Mains Failure dapat bekerja scara
28
manual (dilakukan oleh operator) atau dengan otomatis (system dilakukan oleh modul Automatic Mains Failure). Sistem Kerja Panel Automatic Mains Failure ini adalah Automatic Start/Stop Engine, Automatic Synchrone dan Automatic On/Off Breaker. Yaitu pada mode Automatic ketika power PLN mengalami pemadaman, Maka semua Genset akan start, Selanjutnya ketika Genset leader telah masuk maka Genset 3 akan parallel dengan On-nya CB GEN (Q01) di panel AMF 630Kva. Selanjutnya Beban listrik yang semula di pikul oleh power
PLN
perbandingan
kemudian
digantikan
oleh
Genset
Load Share 50%. Proses ini akan
parallel
dengan
terus berlangsung
samapai jeda waktu 30 menit setelah power PLN kembali normal lagi. Dengan demikian Proses Shutdown Genset dapat dilakukan secara manual sehingga dapat peralihan power dapat diatur kapan waktu yang tepatnya 4.4.1 Operasional Sistem Manual Sinkronisasi Genset
Selanjutnya start semua engine dilakukan scara LOCAL dari sisi engine. Selanjutnya genset 1 dan genset 2 running dan lampu indikator RST dan indikator CB GEN OFF (merah) menyala. Posisikan synchroning switch pada posisi 1 untuk mengizinkan GCB 1 untuk ON. Pada saat push button ON (hijau) ditekan, maka GCB 1 akan ON yang ditandai dengan lampu indikator CB GEN ON (hijau) menyala dan lampu indikator CB GEN OFF (merah) padam dan bila push button OFF (merah) ditekan, maka GCB akan OFF (merah) menyala dan lampu indikator CB GEN ON (hijau) padam. Pindahkan posisi switch pada posisi 2 untuk mengijinkan genset 2 paralel terhadap power busbar line. Perhatikan penunjukan double frekuensimeter ,double volt meter dan zero voltmeter, pastikan tidak ada selisih yang terbaca. Adjust potensiometer untuk mengejar ketertinggalan tegangan atau frekuensi sampai zero voltmeter menunjukan nol yang menunjukan kondisi genset siap untuk parallel.
29
Pada saat zero voltmeter menunjukan angka nol, jika push button ON (hijau) ditekan, maka GCB2 akan ON yang di tandai dengan lampu indikator CB GEN ON (hijau) menyala dan lampu indikator CB GEN OFF (merah) padam dan bila push buton OFF (merah) ditekan, maka GCB akan OFF yang ditandai dengan lampu indikator CB GEN OFF (merah) menyala dan lampu indikator CB GEN ON (hijau) padam. 4.4.2 Operasional Sistem Otomatis Sinkronisasi Genset
Pada
proses
otomatis
panel
sinkronisasi
genset
adalah
memparalelkan kerja dua set generator atau lebih untuk memperoleh sumber daya sebesar jumlah generator tersebut. Panel sinkronisasi genset dapat bekerja scara manual (dilakukan oleh operator) atau dengan otomatis (semua system dilakukan oleh modul sinkronisasi genset). Pada kondisi ini breaker akan ON satu persatu, jika satu breaker ON maka Genset yang lain segera akan melakukan prosen synchronisasi terhadap tegangan bus, Genset akan lebih dahulu synchron maka breakernya akan ON duluan. Selanjutnya ketika semua Genset telah parallel, maka semua beban yang ditarik dari sisi outgoing akan dipikul bersama-sama scara sama rata (loadshare). Jika beban yang di pikul masing-masing Genset tidak lebih dari 30%
kapasitas
daya
maksimal,
maka
load
managemen
akan
memerintahkan Genset slave untuk cooling down , berikutnya semua beban dipikul
oleh 2 buah Genset, tetapi jika beban terpikul masih
dibawah 30% kapasitas daya Genset, maka load managemen akan memerintahkan Genset slave untuk cooling down lagi sehingga hanya tersisa 1 Genset master saja. Genset master ini
akan running terus
berapapun besar kecilnya daya yang di pikul. Apabila terjadi peningkatan beban sehingga Genset Master menanggung beban sampai melebihi 80% kapasitas dayanya, maka selanjutnya load managemen akan memanggil salah satu Genset slave yang sedan standby untuk running dan parallel lagi dan selanjutnya akan membantu Genset master untuk memikul beban
30
scara bersama-sama lagi. Semua engine akan cooling down dan padam dengan sendirinya beberapa saat setelah mains power PLN kembali aktif. 4.5 Trouble Shooting Panel Automatic Mains Failure Tabel 4.1 Trouble Shooting Panel AMF
No. 1
KONDISI CB GEN Tidak bekerja pada
CARA PENANGANAN
mode Full Manual.
Cek sumber
power pada sisi incoming PLN
dengan
melihat indicator power RST dan
pembacaan tegangan
pada Voltmeter dan
modul Deepsea 5510.
Cek apakah ada MCB control yang turun atau fuse control yang putus, ON kan segera atau ganti fuse.
Cek
apakah
ada
indikasi
gangguan
yang
terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya
gangguan dan
setelah selesai segera tekan tombol reset.
Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi manual.
Cek apakah kondisi push button masih baik, jika rusak ganti segera.
Test operasional breaker scara local dengan menekan tombol ON pada Motorized MCCB samapai muncul indikasi ON.
2
CB GEN tidak bekerja pada
mode Semi auto.
Cek sumber power dari sisi incoming PLN dengan melihat indicator power RST dan pembacaan tegangan pada Voltmeter dan modul Deepsea 5510.
Cek apakah ada MCCB control yang turun atau fuse control yang putus , ON kan segera atau
31
ganti fuse.
Cek
apakah
ada
indikasi
gangguan
yang
terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya
gangguan dan
setelah selesai segera tekan tombol reset .
Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi Auto.
Cek apakah posisi mode operasi modul 5510 sudah pada mode manual.
Cek apakah sudah ada power yang masuk pada busbar line, jika telah ada maka CB GEN akan ON jika proses sinkron antara Genset 3 dan Busbar line telah berhasil.
3
CB GEN tidak bekerja pada
mode Full Auto.
Cek sumber power dari sisi incoming PLN dengan melihat indicator power RST dan pembacaan tegangan pada Voltmeter dan modul Deepsea 5510.
Cek apakah ada MCCB control yang turun atau fuse control yang putus , ON kan segera atau ganti fuse.
Cek
apakah
ada
indikasi
gangguan
yang
terecord oleh modul 5510. Segera perbaiki obyek penyebab terjadinya
gangguan dan
setelah selesai segera tekan tombol reset .
Cek apakah posisi selector switch (SS1) pada posisi Auto.
Cek apakah posisi mode operasi modul 5510 sudah pada mode Auto.
Cek apakah sudah ada power yang masuk pada busbar line, jika busbar line belum active maka dapat dipastikan bahwa CB GEN tidak akan
32
ON, karena panel AMF ini di design bukan sebagai engine leader.
4.
Alarm modul dengan indikasi
Uder/ Over voltage.
Cek pembacaan tegangan disisi modul Depsea 5510 baik tegangan line ke neutral atau tegangan line ke line.
Jika tegangan terukur terlalu rendah, putar voltage adjuster searah jarum jam pada saat engine
running
sampai
tegangan
terbaca
mencapai tegangan nominal.
Jika tegangan terukur terlalu tinggi, putar voltage adjuster berlawanan arah jarum jam pada saat running sampai tegangan terbaca mencapai tegangan nominal.
Cek setting range tegangan under atau overnya. Jika di kehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. ALTRAK 1978.
33
5
Alarm modul dengan indikasi
Under / Over Frekuency.
Cek pembacaan frekuensi disisi modul Depsea 5510 atau frekuensimeter analog.
Jika frekuensi
terukur terlalu rendah, putar
speed adjuster searah jarum jam pada saat engine running
sampai frekuensi atau speed
terbaca sampai frekuensi
atau speed terbaca
mencapai nilai nominal.
Jika tegangan terukur terlalu tinggi, putar voltage adjuster berlawanan arah jarum jam pada saat engine running sampai tegangan mencapai nilai tegangan nominal.
Cek setting range tegangan under atau overnya. Jika di kehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. ALTRAK 1978.
6
Alarm modul dengan indikasi
over Current.
Cek
pembacaan
arus
beban
disisi
modul
Deepsea 5510 atau Amperemeter analog.
Jika arus terukur telah mendekati batas full load rating, segera kurangi beban terpasang.
Cek setting range full load ratting. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altrak 1978.
7
Alarm modul dengan indikasi
Short Circuit.
Cek pembacaan Arus beban disisi modul Deepsea 5510 atau Amperemeter analog.
Jika arus terukur mengalami lonjakan kenakan pada batas yang tidak normal, segera cek kemungkinan terjadi hubungan pendek pada jaringan distribusinya.
Cek meeting range full load ratting untuk short circuit trip. Jika dikehendaki lakukan seeting ulang dengan panduan PT. Altrak 1978.
34
8
Alarm modul dengan indikasi
Reverse Power.
Cek pembacaan KW negatif disisi modul Deepsea 5510.
Jika daya KW negatif terukur mengalami lonjakan kenaikan pada batas yang tidak normal, segera cek selisih tegangan antara panel exsiting dengan panel AMF genset 3, jika terdapat selisih yang signifikan, maka atur nilai nominal tegangan dengan memutar voltage adjuster.
Cek setting range full load ratting untuk reverse power trip. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altral 1978.
9
Alarm modul dengan indikasi
Eart Fault.
Cek pembacaan Arus beban disisi modul Deepsea 5510 atau Amperemeter analog.
Jika Arus terukur pada jala-jala 3 phasa mengalami perbedaan pada batas yang tidak normal (unbalance load), segera cek pengaturan distribusi power listrik di bagian instalasi.
Cek setting range full load ratting untuk Eart Fault. Jika dikehendaki lakukan setting ulang dengan panduan pihak PT. Altral 1978.
10
System secara keseluruhan
tidak dapat dioprasikan.
Cek semua MCB dan fuse control apakah semua dalam kondisi ON dan tidak putus, cek pula tegangan battery 24VDC.
Cek tombol Emergency switch, jika masih aktif kembalikan ke posisi normal dengan menekan dan memutar searah jarum jam. Selanjutnya reset modul 5510 dan PCC 2100.
35